Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Antikorupsi INTEGRITAS, 5 (1), 181-188

e-ISSN/p-ISSN: 2615-7977/2477-118X
DOI: https://doi.org/10.32697/integritas.v5i1.391
©Komisi Pemberantasan Korupsi

Benturan Kepentingan pada Pendanaan Pilkada

Elih Dalilah, Bekti Selawati, Fitrah Pratama, Anis Wijayanti


Direktorat Penelitian dan Pengembangan,
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

elih.dalilah@kpk.go.id, bekti.selawati@kpk.go.id,
fitrah.pratama@kpk.go.id, anis.wijayanti@kpk.go.id

Abstract
Funders take a role in resolving the problem of large regional election cost gaps and insufficient
wealth of candidates for regional head elections. However, the hope of the funder will
reciprocate the contribution that has been given to cause a problem of conflict of interest by the
elected regional head. The KPK conducted a study to identify potential conflicts of interest in
regional election funding. The study was conducted on the losing head/deputy regional head
candidates in 2015, 2017 and 2018 regional elections through the telescopic method, secondary
data processing (KPU and LHKPN), and special in-depth interviews in 2018. Studies show that
the hopes of funders will return in the future clearly expressed. Most of the candidates for
head/deputy regional head will meet these expectations when winning the election/office.
Funders expect a response in the form of business licensing, ease of participating in government
project tenders, and security in conducting business.

Keywords: Conflict of Interest, Corruption, Local Election

Abstrak
Penyandang dana mengambil peran dalam menyelesaikan permasalahan gap biaya pilkada
yang besar dan ketidakcukupan kekayaan pasangan calon pemilihan kepala daerah. Namun
harapan penyandang dana akan balasan terhadap sumbangan yang telah diberikan
menimbulkan masalah benturan kepentingan oleh kepala daerah terpilih. KPK melakukan
studi untuk mengidentifikasi potensi benturan kepentingan pada pendanaan Pilkada. Studi
dilakukan terhadap terhadap calon kepala/wakil kepala daerah yang kalah pada Pilkada
2015, 2017 dan 2018 melalui melalui metode telesurvey, pengolahan data sekunder (KPU dan
LHKPN), serta wawancara mendalam khusus di tahun 2018. Studi menunjukkan bahwa
harapan penyandang dana akan balasan di kemudian hari diungkapkan secara jelas. Sebagian
besar calon kepala/wakil kepala daerah pun akan memenuhi harapan tersebut ketika
memenangkan pilkada/menjabat. Penyandang dana mengharapkan balasan berupa perijinan
bisnis, kemudahan untuk ikut serta tender proyek pemerintah, dan keamanan dalam
menjalankan bisnis.

Kata Kunci: Benturan Kepentingan, Korupsi, Pilkada

181
Elih Dalilah, Bekti Selawati, Fitrah Pratama, Anis Wijayanti

Pendahuluan menikmati jaminan birokrasi dan


Jumlah kepala daerah yang mempengaruhi politik sehingga akan
melakukan tindak pidana korupsi semakin berpengaruh pada peningkatan
meningkat. Berdasarkan data per keuntungan yang lebih besar bagi si
Desember 2018, KPK telah menangani 101 pemberi sumbangan (Marshall B. Clinard
kasus korupsi walikota/bupati dan wakil dan C. Yeager, 1980 dalam Amrullah, A.
walikota/bupati. Sejak tahun 2017, angka 2009). Besarnya biaya pilkada yang besar,
korupsi kepala daerah semakin meningkat tidak sejalan dengan kemampuan
dan puncaknya di tahun 2018, sebanyak kekayaan pasangan calon. Sehingga para
30 kepala daerah terjerat kasus korupsi. pasangan calon membutuhkan dana
Salah satu terdakwa kepala daerah tambahan untuk menambah kekurangan
mengakui hasil korupsi digunakan untuk dana yang diperlukan dari para
mendanai kegiatan partai. Hal ini penyumbang atau pemilik modal.
tercantum pada berkas putusan Rita Permasalahan akan berlanjut saat
Widyasari selaku Bupati Kabupaten Kutai penyumbang mengharapkan komitmen
Kartanegara, mengakui bahwa gratifikasi balasan di kemudian hari kepada kepala
2 miliar digunakan untuk kegiatan partai. daerah terpilih. Sehingga menyebabkan
Fakta persidangan lainnya benturan kepentingan saat menjabat.
mengungkapkan bahwa uang suap yang Untuk memetakan permasalahan tersebut,
diterima, diduga untuk membiayai maka diperlukan sebuah penelitian untuk
pemenangan anaknya sebagai Bupati, mengetahui motivasi penyumbang saat
“Uang suap yang diterima anggota komisi membantu pasangan calon, perjanjian
IX DPR, Amin Santono diduga untuk atau kesepakatan yang telah dilakukan
membiayai pemenangan anaknya sebagai antara pasangan calon dan penyumbang.
Bupati Kuningan Jawa Barat”. Tujuan umum dari studi ini adalah
Fakta-fakta tersebut menyiratkan untuk mengidentifikasi potensi benturan
bahwa pemilihan kepala daerah kepentingan cakada yang berpotensi
membutuhkan biaya yang tidak sedikit, korupsi terkait sumbangan pilkada. Hasil
sementara kemampuan harta kandidat studi diharapkan dapat memberikan
tidak mencukupi. Sehingga kandidat akan perbaikan terhadap peraturan pendanaan
mengusahakan dana tambahan dengan pilkada, pengawasan serta mekanisme
mencari bantuan biaya untuk menambah pendanaan pilkada yang bebas dari
kekurangan dana yang diperlukan. benturan kepentingan.
Persentase dana tambahan bahkan Penelitian dilakukan dengan
mencapai 50% dari dana total pencalonan menggunakan metode kuantitatif dan
(Wibowo, 2013). kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan
Dana tambahan berasal dari dengan cara melakukan wawancara calon
keluarga, perusahaan ataupun partai. kepala daerah/wakil kepala daerah yang
Sumbangan dengan komitmen tertentu kalah melalui wawancara melalui telepon
menimbulkan benturan kepentingan (telephone survey interview). Penarikan
setelah terpilih sebagai kepala daerah. sampel menggunakan metode
Proyek pada APBD akan menjadi Probabilistic Sampling atau Random
kompensasi dukungan biaya politik yang Sampling. Random sampling dilakukan
telah dikeluarkan pemilik modal terhadap kepada daftar populasi peserta pilkada
calon kepala daerah terpilih (Usman, serentak yang kalah pada tahun 2015,
2015). Umumnya pemberian sumbangan 2017 dan 2018 dengan menggunakan
bertujuan ekonomi, yaitu untuk rumus slovin dengan presisi 6%, calon

182
Benturan Kepentingan pada Pendanaan Pilkada

kepala daerah yang kalah dan berhasil mendapatkan kekuasaan politik, dan
diwawancara pada tahun 2018 sebanyak kekuasaan itu selanjutnya dapat
198 orang, tahun 2017 sebanyak 150 dimanfaatkan untuk menghimpun lebih
orang dan tahun 2016 sebanyak 286 banyak modal, yang nantinya juga
orang. digunakan lagi untuk menumpuk
Dipilihnya pasangan calon yang kekuasaan politik yang lebih besar dan
kalah sebagai responden bertujuan untuk seterusnya (Wibowo, 2013).
mendapatkan jawaban yang lebih Kontribusi kelompok tertentu dalam
mencerminkan kondisi sebenarnya proses pendanaan kampanye pemilihan
dikarenakan calon yang kalah tidak ada kepala daerah/anggota legislatif/presiden
beban jabatan dalam menyampaikan dapat memberikan pengaruh terhadap
pendapat. Pasangan pemenang dua hal, yaitu hasil dari pemilihan tersebut
diasumsikan akan menghindari dan/atau kebijakan yang akan diambil
pertanyaan-pertanyaan yang dianggap oleh kandidat terpilih ketika menjabat
akan mengganggu masa jabatannya. (Austen-Smith, 1987). Bahkan terdapat
Metode kualitatif dilakukan melalui kasus lain terkait dengan alasan kelompok
wawancara mendalam (indepth tertentu untuk mendanai salah satu
interview) pada tiga calon kepala/wakil kandidat adalah untuk mendapatkan
kepala daerah yang kalah. Metode insentif tertentu dari barang yang
kualitatif hanya dilakukan pada tahun diproduksi, contohnya pemberlakuan
2018. Penelitian sebelumnya pernah pajak komoditas tertentu untuk
dilakukan oleh Pramono Anung, yang barangnya.
mengungkapkan bahwa besaran dana Parker (2008) menjelaskan bahwa
yang dikeluarkan untuk kegiatan hubungan antara kandidat terpilih dengan
kampanye politik berkisar dari Rp30 juta penyandang dana untuk proses
hingga Rp6 miliar yang diperoleh dari pencalonan bukan hanya sebatas kepada
sumber pribadi, bantuan dari partai, harapan kandidat untuk memenangi
teman dan perusahaan serta masyarakat proses pemilihan dengan bantuan
(Wibowo, 2013). Pada politik pragmatis, pendanaannya, melainkan akan
pendanaan menjadi pendukung utama mempengaruhi juga prioritas kebijakan
kampanye politik. Motivasi berlapis dari yang akan dikeluarkan oleh kandidat
legislator yaitu motif utama pada terpilih sesuai dengan yang diharapkan
kekuasaan politik dan kepentingan oleh penyandang dana.
ekonomi serta beberapa motif turunan.
Kuatnya motivasi politik dan ekonomi Pembahasan
mengindikasikan pemahaman akan Adanya sumbangan ditenggarai oleh
potensi lembaga legislatif sebagai institusi gap antara kekayaan pasangan calon dan
sentral yang melahirkan sejumlah kebutuhan biaya dana pilkada.
kebijakan yang berpotensi untuk dapat Berdasarkan data LHKPN, terdapat
diarahkan secara politik dan ekonomi pasangan calon Pilkada pada tahun 2015,
yang menguntungkan pribadi, kelompok 2017 dan 2018 memiliki harta minus,
dan golonganya. seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1.
Penyumbang atau pemilik modal Sementara deskripsi harta kas dapat
akan menumbuhkan sirkuit akumulasi dilihat pada Tabel 2.
modal dan kekuasaan dengan formulasi M-
P-M (Money-Power-More-money). Karena
uangnya, pemilik modal/politikus

183
Elih Dalilah, Bekti Selawati, Fitrah Pratama, Anis Wijayanti

Tabel 1. Data Deskriptif Harta Kekayaan Apabila dilakukan tabulasi silang


Pasangan Calon Pilkada Tahun 2015, 2017dan (cross tabulation) antara data survei (dana
2018)
pribadi yang dikeluarkan) dan data
Tahun N Min (Rp) Max (Rp) LHKPN (total harta kas dan total harta
2018 499 -15.172.000 359.321.143.125
kekayaan)1, terdapat calon kepala/wakil
2017 310 0 4.002.026.195.312
kepala daerah mengeluarkan dana pilkada
2015 794 - 2.796.036.578 258.981.496.029
melebihi harta kas dan total harta
Keterangan: kekayaan. Hal ini terlihat seperti pada
Rata-rata 2018 : Rp 18.007.212.921 Tabel 3.
Rata-rata 2017 : Rp 30.743.940.917
Rata-rata 2015 : Rp 13.410.575.802
Tabel 3. Jumlah Responden yang
Mengeluarkan Dana Pribadi Melebihi Harta
Tabel 2. Data Harta Kas Pasangan Calon Kas dan Total Harta
Pilkada Tahun 2015, 2017 dan 2018
Dana Pribadi yang Jumlah Responden
Tahun N Min (Rp) Max (Rp) Dikeluarkan 2015 2017 2018
2018 499 0 45.784.679.725
- Melebihi Total Kas 147 71 77
2017 310 0 24.211.776.376
- Melebihi Total 46 5 34
2015 794 0 32.704.019.887
Harta Kekayaan
Keterangan:
Rata-rata 2018 : Rp 2.200.435.294 Pada tabel 3, terlihat jelas adanya
Rata-rata 2017 : Rp 1.893.247.171
Rata-rata 2015 : Rp 1.561.687.706 kekurangan kemampuan harta kandidat
terutama yang bersifat liquid (harta kas)
Sementara berdasarkan hasil survei, terhadap biaya pilkada. Untuk menutup
rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh kekurangan antara kemampuan harta dan
calon kepala/wakil kepala daerah kebutuhan dana pilkada, maka pasangan
mencapai miliaran rupiah. Bahkan calon mencari dana tambahan melalui
terdapat pula yang mengeluarkan > Rp10 sumbangan. Rata-rata sumbangan yang
miliar, seperti terlihat pada Gambar 1. diterima oleh calon kepala/wakil kepala
daerah ditunjukkan oleh Gambar 2.

Gambar 1. Kisaran Dana Pribadi yang


Gambar 2. Kisaran Total Sumbangan yang
dikeluarkan untuk Pilkada
telah Diterima Calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah

1 Bergerak (Alat Transportasi, usaha,harta


Total Harta Kas; adalah Bagian dari Harta
Kekayaan Paslon yang meliputi total uang tunai, bergerak lainnya); c) Surat Berharga (Obligasi,
deposito, giro, tabungan dan setara kas lainnya. Saham, dan Lainnya); d) Uang Tunai, Deposito,
Giro, Tabungan, dan Setara Kas Lainnya; e)
Total Harta Kekayaan para paslon; adalah total Piutang; f) Hutang.
harta yang tercantum pada Laporan LHKPN.
Total Harta kekayaan meliputi: a) Harta Tidak
Bergerak (Tanah dan Bangunan); b) Harta

184
Benturan Kepentingan pada Pendanaan Pilkada

Responden memiliki
kecenderungan untuk mengungkapkan
seminimal mungkin dana sumbangan yang
diterima (umumnya berkisar < 1 miliar).
Begitupula pada laporan penerimaan
sumbangan dana kampanye (LPSDK), para
paslon melaporkan Rp0.00 seperti
Gambar 3.

Gambar 4. Penyandang Dana Mengharapkan


Balasan

Harapan penyumbang diungkapkan


secara jelas dalam bentuk lisan ataupun
tertulis (perjanjian), dan sebagian besar
Cakada akan memenuhi harapan tersebut
Gambar 3. Besaran Dana Sumbangan Pada
ketika dia memenangkan
LPSDK
pilkada/menjabat (ya).

Menarik saat peneliti melakukan Harapan Sebagian besar


tabel silang (cross tabulation) terhadap
penyumbang Cakada akan
data laporan penerimaan sumbangan dana
tersebut memenuhi
kampanye (LPSDK) yang diterima KPU
diungkapkan harapan tersebut
dan hasil survei, ditemukan adanya
secara jelas ketika dia
ketidaksesuaian. Sumbangan yang
dalam bentuk memenangkan
diterima melebihi total sumbangan yang
dilaporkan LPSDK. (Pilkada 2018; 7 lisan ataupun pilkada/menjabat

responden, Pilkada 2017; 34 orang, dan tertulis (ya)


Pilkada 2015; 44 orang). (perjanjian) (ya)
Dana kampanye dapat bersumber 2018 53.5% 83.8%*
dari pihak perseorangan, kelompok (n=198)
ataupun badan usaha (Pasal 5 ayat 3, PKPU 2017 68.2% 82.2%
5 Tahun 2017). Secara umum, pengusaha (n=107)
mendominasi sebagai donor. Penyandang 2015 60.3% 75.8%
dana perseorangan pengusaha/pebisnis
(n=161)
selalu mendominasi sejak Pilkada 2015
* Tahun 2018, konsekuensi sumbangan hanya
(18%), Pilkada 2017 (26.6%). Saat ditanyakan kepada mereka yang secara tegas
pendetailan pada Pilkada 2018, dominasi menyebutkan harapan penyumbang diungkapkan
secara jelas dalam bentuk lisan ataupun tertulis
pengusaha pun berasal dari keluarga (perjanjian)
(38.1%) maupun non keluarga (40.9%).
Peraturan KPU mengamanahkan Pramono Anung mengatakan bahwa
bahwa sumber dana kampanye tidak penyumbang atau pemilik modal akan
berasal dari tindak pidana dan bersifat menumbuhkan sirkuit akumulasi modal
tidak mengikat. Namun hasil survei selalu dan kekuasaan dengan formulasi M-P-M
membuktikan bahwa penyandang dana (Money-Power-More money). Karena
tetap mengharapkan balasan di kemudian uangnya, pemilik modal/politikus
hari. mendapatkan kekuasaan politik, dan

185
Elih Dalilah, Bekti Selawati, Fitrah Pratama, Anis Wijayanti

kekuasaan itu selanjutnya dapat insentif tertentu dari barang yang


dimanfaatkan untuk menghimpun lebih diproduksi.
banyak modal, yang nantinya juga Pada survei di tahun 2018,
digunakan lagi untuk menumpuk pemetaan juga dilakukan terhadap
kekuasaan politik yang lebih besar dan komponen biaya terbesar pada pilkada.
seterusnya. Hal ini terbukti pada harapan Umumnya besarnya biaya pilkada
donatur saat menyumbang dana pilkada. ditenggarai oleh komponen biaya
Penyandang dana mengharapkan sosialisasi (pertemuan), biaya operasional,
kemudahan perijinan bisnis, kemudahan biaya saksi dan dana kampanye. Seperti
untuk ikut serta tender proyek terlihat pada Gambar 6.
pemerintah, keamanan dalam
menjalankan bisnis, seperti pada Gambar
5.

Gambar 6. Empat Komponen Biaya Terbesar


Pada Pilkada

Gambar 6 menegaskan bahwa biaya


sosialisasi (pertemuan) masih
mendominasi, terutama pada paslon yang
berasal dari partai. Sementara responden
yang berasal dari bukan parpol justru
Gambar 5. Harapan Penyandang
Dana/Donatur merasakan biaya terbesarnya pada
kegiatan mobilisasi. Biaya lainnya yang
Hasil studi menegaskan penelitian juga dinilai besar adalah Biaya Mahar
yang telah dilakukan (Austen-Smith, (1,5%), Biaya untuk Serang Fajar (1.5%),
1987) dan Parker (2008), bahwa Permintaan Bantuan Sosial (1.0%).
kontribusi kelompok tertentu dalam Pada Pilkada 2018, 20 responden
proses pendanaan kampanye pemilihan mengakui telah mengeluarkan biaya
kepala daerah/anggota legislatif/presiden mahar, berkisar antara Rp50-500
dapat memberikan pengaruh terhadap juta/kursi. Penentuan besaran ditentukan
dua hal, yaitu hasil dari pemilihan tersebut atas dasar kesepakatan bersama antara
dan/atau kebijakan yang akan diambil partai pengusung dan pasangan calon
oleh kandidat terpilih ketika menjabat kepala daerah.
sesuai dengan yang diharapkan oleh Salah satu narasumber pada
penyandang dana. Bahkan terdapat kasus wawancara mendalam pun mengakui
lain terkait dengan alasan kelompok bahwa ada biaya mahar yang dibayarkan
tertentu untuk mendanai salah satu “Ada yang Rp500 juta per kursi, bahkan ada
kandidat adalah untuk mendapatkan yang Rp1 M per kursi tergantung partainya
kan ada yang namanya partai kelas

186
Benturan Kepentingan pada Pendanaan Pilkada

menengah. Partai X Rp400 juta”. Selain Referensi


mahar, serangan fajar yang merupakan Austen-Smith, D. 1987. “Interest groups,
money politic-pun menguras biaya yang campaign contributions, dan
besar. probabilistic voting.” Public Choices,
Vol. 54, No. 2, 123.

Penutup Amrullah, A. 2009. “Korupsi, Politik dan


Adanya kesenjangan kemampuan Pilkada dalam Perspektif
harta pasangan calon Pilkada dan Pemberantasan Korupsi di
besarnya biaya pilkada menimbulkan Indonesia.” Syiar Hukum, Vol. 11, No.
adanya sumbangan. Sementara itu aturan 3.
mengenai sumbangan yang tidak mengikat
https://www.kpk.go.id/id/statistik/penin
belum sepenuhnya ditaati. dakan/tpk-berdasarkan-profesi-
Pada Pilkada tahun 2015, 2017 dan jabatan
2018 membuktikan bahwa para
penyandang dana mengharapkan balasan Kompas. 2018. “Uang Suap diduga untuk
dikemudian hari yang diungkapkan secara Biayai Anak jadi Bupati.” Selasa 13
jelas dalam bentuk lisan ataupun tertulis, November 2018.
dan sebagian besar Cakada akan
Parker, G. R. (2008). Capitol Investments:
memenuhi harapan tersebut ketika dia The Marketability of Political Skills.
memenangkan pilkada/menjabat.
Harapan penyandang dana pada Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Pilkada 2015, 2017 dan 2018 sejalan Nomor 5 Tahun 2017 tentang Dana
dengan profil yang dimilikinya Kampanye Peserta Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati
(perseorangan pengusaha/pebisnis), yaitu
dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota
kemudahan perijinan bisnis, kemudahan dan Wakil Walikota.
untuk ikut serta tender proyek
pemerintah, dan keamanan dalam Usman, 2015. Percepatan dan Perlambatan
menjalankan bisnis. Demokrasi di Tingkat Lokal. Jakarta:
Berdasarkan hasil studi yang telah Kompas Gramedia.
dilakukan oleh KPK, maka perlu dilakukan
Wibowo, P. 2013. Mahalnya Demokrasi
beberapa hal meliputi:
Memudarnya Ideologi. Jakarta:
I. Ruang lingkup peraturan, pelaporan Kompas Media Nusantara.
dan pengawasan biaya pilkada yang
dikeluarkan Paslon harus diperluas:
1. Biaya Pra Kampanye, termasuk
biaya pencalonan di tingkat
partai;
2. Biaya Pasca Kampanye,
meliputi biaya saksi dan biaya
sengketa.
II. Pembuatan laporan sumbangan
yang bisa dipertanggung jawabkan
kebenarannya.
III. Penyusunan mekanisme pendanaan
partai yang akuntabel.

187

Anda mungkin juga menyukai