391-Dokumen Artikel Utama-1324-2-10-20190902
391-Dokumen Artikel Utama-1324-2-10-20190902
e-ISSN/p-ISSN: 2615-7977/2477-118X
DOI: https://doi.org/10.32697/integritas.v5i1.391
©Komisi Pemberantasan Korupsi
elih.dalilah@kpk.go.id, bekti.selawati@kpk.go.id,
fitrah.pratama@kpk.go.id, anis.wijayanti@kpk.go.id
Abstract
Funders take a role in resolving the problem of large regional election cost gaps and insufficient
wealth of candidates for regional head elections. However, the hope of the funder will
reciprocate the contribution that has been given to cause a problem of conflict of interest by the
elected regional head. The KPK conducted a study to identify potential conflicts of interest in
regional election funding. The study was conducted on the losing head/deputy regional head
candidates in 2015, 2017 and 2018 regional elections through the telescopic method, secondary
data processing (KPU and LHKPN), and special in-depth interviews in 2018. Studies show that
the hopes of funders will return in the future clearly expressed. Most of the candidates for
head/deputy regional head will meet these expectations when winning the election/office.
Funders expect a response in the form of business licensing, ease of participating in government
project tenders, and security in conducting business.
Abstrak
Penyandang dana mengambil peran dalam menyelesaikan permasalahan gap biaya pilkada
yang besar dan ketidakcukupan kekayaan pasangan calon pemilihan kepala daerah. Namun
harapan penyandang dana akan balasan terhadap sumbangan yang telah diberikan
menimbulkan masalah benturan kepentingan oleh kepala daerah terpilih. KPK melakukan
studi untuk mengidentifikasi potensi benturan kepentingan pada pendanaan Pilkada. Studi
dilakukan terhadap terhadap calon kepala/wakil kepala daerah yang kalah pada Pilkada
2015, 2017 dan 2018 melalui melalui metode telesurvey, pengolahan data sekunder (KPU dan
LHKPN), serta wawancara mendalam khusus di tahun 2018. Studi menunjukkan bahwa
harapan penyandang dana akan balasan di kemudian hari diungkapkan secara jelas. Sebagian
besar calon kepala/wakil kepala daerah pun akan memenuhi harapan tersebut ketika
memenangkan pilkada/menjabat. Penyandang dana mengharapkan balasan berupa perijinan
bisnis, kemudahan untuk ikut serta tender proyek pemerintah, dan keamanan dalam
menjalankan bisnis.
181
Elih Dalilah, Bekti Selawati, Fitrah Pratama, Anis Wijayanti
182
Benturan Kepentingan pada Pendanaan Pilkada
kepala daerah yang kalah dan berhasil mendapatkan kekuasaan politik, dan
diwawancara pada tahun 2018 sebanyak kekuasaan itu selanjutnya dapat
198 orang, tahun 2017 sebanyak 150 dimanfaatkan untuk menghimpun lebih
orang dan tahun 2016 sebanyak 286 banyak modal, yang nantinya juga
orang. digunakan lagi untuk menumpuk
Dipilihnya pasangan calon yang kekuasaan politik yang lebih besar dan
kalah sebagai responden bertujuan untuk seterusnya (Wibowo, 2013).
mendapatkan jawaban yang lebih Kontribusi kelompok tertentu dalam
mencerminkan kondisi sebenarnya proses pendanaan kampanye pemilihan
dikarenakan calon yang kalah tidak ada kepala daerah/anggota legislatif/presiden
beban jabatan dalam menyampaikan dapat memberikan pengaruh terhadap
pendapat. Pasangan pemenang dua hal, yaitu hasil dari pemilihan tersebut
diasumsikan akan menghindari dan/atau kebijakan yang akan diambil
pertanyaan-pertanyaan yang dianggap oleh kandidat terpilih ketika menjabat
akan mengganggu masa jabatannya. (Austen-Smith, 1987). Bahkan terdapat
Metode kualitatif dilakukan melalui kasus lain terkait dengan alasan kelompok
wawancara mendalam (indepth tertentu untuk mendanai salah satu
interview) pada tiga calon kepala/wakil kandidat adalah untuk mendapatkan
kepala daerah yang kalah. Metode insentif tertentu dari barang yang
kualitatif hanya dilakukan pada tahun diproduksi, contohnya pemberlakuan
2018. Penelitian sebelumnya pernah pajak komoditas tertentu untuk
dilakukan oleh Pramono Anung, yang barangnya.
mengungkapkan bahwa besaran dana Parker (2008) menjelaskan bahwa
yang dikeluarkan untuk kegiatan hubungan antara kandidat terpilih dengan
kampanye politik berkisar dari Rp30 juta penyandang dana untuk proses
hingga Rp6 miliar yang diperoleh dari pencalonan bukan hanya sebatas kepada
sumber pribadi, bantuan dari partai, harapan kandidat untuk memenangi
teman dan perusahaan serta masyarakat proses pemilihan dengan bantuan
(Wibowo, 2013). Pada politik pragmatis, pendanaannya, melainkan akan
pendanaan menjadi pendukung utama mempengaruhi juga prioritas kebijakan
kampanye politik. Motivasi berlapis dari yang akan dikeluarkan oleh kandidat
legislator yaitu motif utama pada terpilih sesuai dengan yang diharapkan
kekuasaan politik dan kepentingan oleh penyandang dana.
ekonomi serta beberapa motif turunan.
Kuatnya motivasi politik dan ekonomi Pembahasan
mengindikasikan pemahaman akan Adanya sumbangan ditenggarai oleh
potensi lembaga legislatif sebagai institusi gap antara kekayaan pasangan calon dan
sentral yang melahirkan sejumlah kebutuhan biaya dana pilkada.
kebijakan yang berpotensi untuk dapat Berdasarkan data LHKPN, terdapat
diarahkan secara politik dan ekonomi pasangan calon Pilkada pada tahun 2015,
yang menguntungkan pribadi, kelompok 2017 dan 2018 memiliki harta minus,
dan golonganya. seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1.
Penyumbang atau pemilik modal Sementara deskripsi harta kas dapat
akan menumbuhkan sirkuit akumulasi dilihat pada Tabel 2.
modal dan kekuasaan dengan formulasi M-
P-M (Money-Power-More-money). Karena
uangnya, pemilik modal/politikus
183
Elih Dalilah, Bekti Selawati, Fitrah Pratama, Anis Wijayanti
184
Benturan Kepentingan pada Pendanaan Pilkada
Responden memiliki
kecenderungan untuk mengungkapkan
seminimal mungkin dana sumbangan yang
diterima (umumnya berkisar < 1 miliar).
Begitupula pada laporan penerimaan
sumbangan dana kampanye (LPSDK), para
paslon melaporkan Rp0.00 seperti
Gambar 3.
185
Elih Dalilah, Bekti Selawati, Fitrah Pratama, Anis Wijayanti
186
Benturan Kepentingan pada Pendanaan Pilkada
187