Politik Uang ACLC
Politik Uang ACLC
MONEY POLITICS
(POLITIK UANG)
diatur dalam
(1) Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim Kampanye Pemilu yang dengan sengaja menjanjikan atau
memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada peserta Kampanye Pemilu secara langsung
ataupun tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280 ayat (1) huruf j dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun dan denda paling banyak Rp24.OOO.OOO,OO (dua puluh empat juta rupiah).
(2) Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim Kampanye Pemilu yang dengan sengaja pada Masa Tenang
menjanjikan atau memberikan imbalan uang atau materi lainnya kepada Pemilih secara langsung ataupun
tidak langsung sebagaimsn4 dimaksud dalam Pasal 278 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
dan denda paling banyak Rp48.000.000,00 (empat puluh delapan juta rupiah).
(3) Setiap orang yang dengan sengaja pada hari pemungutan suara menjanjikan atau memberikan uang
atau materi lainnya kepada Pemilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih Peserta Pemilu tertentu
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta
rupiah).
2
MONEY POLITICS
(POLITIK UANG)
diatur dalam
Pasal 228 UU NO. 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu UU No. 10 Tahun 2016 Tentang Pilkada
1. Partai politik dilarang menerima imbalan dalam bentuk apa pun diatur bahwa baik pemberi maupun penerima 'uang politik' sama-sama
pada proses pencalonan Presiden dan Wakil Presiden; bisa kena jerat pidana berupa hukuman penjara:
2. Dalam hal Partai Politik terbukti menerima imbalan sebagaimana 1. Pada Pasal 187A ayat (1), Undang-Undang tentang Pilkada diatur,
yang dimaksud pada ayat (1), Partai Politik yang bersangkutan setiap orang yang sengaja memberi uang atau materi sebagai
dilarang dilarang mengajukan calon pada periode berikutnya; imbalan untuk memengaruhi pemilih maka orang tersebut
dipidana penjara paling singkat 36 bulan dan paling lama 72 bulan,
3. Partai Politik yang menerima imbalan sebagaimana dimaksud plus denda paling sedikit Rp 200 juta hingga maksimal Rp 1 miliar.
pada ayat (2) harus dibuktikan dengan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap; 2. Pada Pasal 187A ayat (2), diatur ketentuan pidana yang sama
diterapkan kepada pemilih yang dengan sengaja melakukan
4. Setiap orang atau lembaga dilarang memberikan imbalan kepada perbuatan melawan hukum, menerima pemberian atau janji
Partai Politik dalam bentuk apa pun dalam proses pencalonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Presiden dan Wakil Presiden.
Dalam UU Pilkada baik Pemberi dan Penerima bisa dijerat hukum pidana jika terbukti melakukan praktik politik uang, sedangkan
pada UU Pemilu hanya pemberi yang bisa dijerat
Faktor Pendorong Politik Uang
Kajian dilakukan oleh KPK dan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Tahun 2019
Sentralisasi kandidasi
proses pencalonan atau kandidasi yang berpusat pada dominasi otoritas pengurus partai tingkat pusat. UU Pilkada No. 10
Tahun 2016, terutama Pasal 42 ayat (4), ayat (5), dan ayat (6): pendaftaran pasangan calon kepala daerah ditandatangani
oleh pengurus parpol atau gabungan parpol setempat, juga harus disertai persetujuan pengurus partai tingkat pusat
Partai politik tidak ada sistem kaderisasi yang baku, berjenjang, berkala, dan inklusif,
juga belum melembaga sistem rekrutmen yang transparan, demokratis, dan akuntabel
4
Catatan Potensi Politik Uang
di Pilkada di Masa Pandemi
Catatan: Politik uang digunakan untuk mendorong pemilih ke TPS. Sumber: Perludem
5
Pilkada dibiayai oleh Sponsor
4.0% 0.5%
7.3% Harapan penyumbang tersebut diungkapkan secara
23.2% jelas dalam bentuk lisan ataupun tertulis
43.7% 17.3%
100%
90%
80%
70%
60%
50%
76.3% Ya Ya
71.3% Ya 40%
68.20%
56.3% 60.30%
53.50%
30%
20%
10%
0%
2015 (n=161) 2017 (n=107) 2018 (n=198)
60.1%
Sebagian besar Cakada akan memenuhi harapan
Kemudahan akses donatur/kolega untuk menjabat di
56.0% tersebut ketika dia memenangkan pilkada/menjabat
pemerintah daerah/BUMD 81.5%
Ya Ya
Kemudahan akses dalam menentukan 49.3%
42.7%
kebijakan/peraturan daerah 72.2% Ya Ya
Ya
75.80% 82.20% 83.80%
51.5%
Mendapatkan prioritas bantuan langsung 22.7%
62.3%
2015 (n=161) 2017 (n=107) 2018 (n=198)
Tahun n %
7,375,500,000
6,903,000,000
2018 7 10,94%
2017 34 34,69%
2015 44 28,76%
473,275,000 *terhadap responden yang menjawab
412,668,529 521,028,176
besaran sumbangan yang diterima
500,000 2,300,000 0
66.7%
60.1%
56.7%
45.0%
42.4%
36.2%
31.7% 31.2%
28.3%
24.2%
21.0% 21.7%
Dana Kampanye Biaya Saksi Biaya Operasional (Logistik, Biaya Sosialisasi, Pertemuan
transportasi,konsumsi, atribut, baliho,
dkk)
TOTAL (n=198) Bukan Parpol (n=60) Parpol (n=138)
Biaya lainnya yang juga dinilai besar adalah Biaya Mahar Indepth: Di Partai XX ada sekian milyar uang untuk saksi (narasumber 2),
biaya operasional lah yang paling besar sekitar 2 miliyar dan untuk
(1,5%), Biaya untuk Serang Fajar (1.5%), Permintaan saksipun sama seperti operasional
Bantuan Sosial (1.0%)
KONTAK LAYANAN PENGADUAN MASYARAKAT
KPK menyediakan berbagai saluran dalam menampung pengaduan tindak pidana korupsi
198