Anda di halaman 1dari 3

Nama : Defri Nanda Fahrezi

NPM : 21071010079
Kelas : G-172
ANALISIS KASUS KORUPSI

Korupsi berasal dari kata corrupt lis yang berarti perubahan tingkah laku dari baik
menjadi buruk (to change ji-om good to bad in morals. manners. or actions): rot.
spoil7 (rontok, rusak); dan lain-lain. Secara hukum, korupsi adalah "sebuah
perbuatan yang dilakukan dengan maksud memberikan keuntllngan yang tidak
seslIai dengall tllgas resmi dan hak orang lain" (an ael done H'ilh an intent to give
sume advantage inconsistent with official dllry and the right q/orhers)3 Pasal 2
ayat (I) UU No. 21 Tahun 1999 tcntang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
menyebutkan bahwa orang yang dapat dipidana karena tindak pi dana korupsi
adalah "Setiap orang yang seeal'a melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekollomian negara.'· Masalah korupsi se lalu
menarik untuk dibicarakan karena berbagai hal. Pertama, korllpsi menyangkut
uang rakyat atau harta negara yang harus digllnakan sesuai kehendak rakyat atau
peratllran perundang-lindangan yang dibuat negara. Bila menyangkut uang atall
kekayaan pribadi, maka itu adalah kejahatan biasa yang disebllt pencurian,
penipuan. pcrampokan dan lain-lain. Bila terbukti, maka kejahatan seperti ini
dihukum dengan hukum biasa yang diatur clalam Kitab Undang-Undang Pidana
biasa, Sementara itll. kcjahatan korupsi adalah kejahatan luar biasa yang harus
ditangani secara Iuar biasa. melalui pengadilan khusus. dengan hakim yang dilatih
khusus. dan dengan hukuman yang lebih berat. Ini antara lain dibunyikan dalam
pertimbangan UU No. :.0 Tahun 200 I Tentang Perubahan UU No. 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. bahwa '''tindak pidana korupsi
digolongkan sebagai kejahatan yang pcmberantasannya hanrus dilakukan seeara
Iuar biasa." Dalam penjelasannya antara lain dinyatakan bahwa "pemberantasan
tindak pidana korllpsi hanls dilakllkan dengan eara yang khusus. antara lain
penerapan sistem pembuktian terbalik, yakni pembuktian yang dibebankan kepada
terdakwa. "Kedua. korupsi adalah penyakit masyarakat yang akan
mellghallcurkall sebuah negara bila tidak segera dibendung. Sebagai penyakit,
maka penyelesaiannya tidak hanya dengan menghukum para pelakunya, tetapi
tcrutama sekali adalah dengan menyembuhkan penyakit masyarakat yang
menyebabkan tingkah laku korup. Setelah kejahatan korupsi ditumpas melalui
penegakan hukum yang benar, maka tugas negara dan masyarakat selanjutnya
adalah membina masyarakat melalui pendidikan formal, pendidikan Illasyarakat
dan pendidikan rumah tangga . Membawa koruptor ke meja hijau adalah sebuah
tugas berat, dan membina masyarakat anti koruspi merupakan tugas yang lebih
berat lagi. Ketiga, korupsi melibatkan orang-orang yang seharusnya menjadi
panutan masyarakat karena mereka adalah tokoh yang dipilih dan terpilih, dari
kalangan terpelajar dan bahkan berpengetahuan seperti ulama, disumpah menurut
agama dan kepercayaannya sebelulll memangku jabatan, dan lain-lain.
Membiarkan korupsi merajalela akan melahirkan krisis kepercayaan, sikap putus
asa, kehilangan kepemimpinan publik dan lain-lain sehingga negara akan mati
secara perlahan-Iahan. Selanjutnya akan berlaku apa yang disebut "the decline of
civilization" oleh Arnold 1. Toyenbee dalam A Study of' History dan " peradaban
tllmbuh silih berganti" seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Khaldun dalam al-
Muqaddimah. Jika korupsi dalam suatu masyarakat telah merajalela dan menjadi
makanan masyarakat setiap hari, maka akibatnya akan menjadikan masyarakat
tersebut sebagai masyarakat yang kacau, tidak ada sistem sosial yang dapat
berlaku dengan baik. Setiap individu dalam masyarakat hanya akan
mementingkan diri sendiri (self interest), bahkan selfishness. Tidak akan ada kerja
sama dan persaudaraan yang tulus. Dalam hal ini pemerintah sebagai tonggak
ukur pelaksanaan suatu lembaga negara harus dapat mengontrol bagaimana suatu
lembaga pemerinthan itu berjalan agar nanatinya dapat mengurangi masalah
terkait dengan tindak korupsi ini, mengingat suatu tindak korupsi ini berakibat
buruk bagi aspek-aspek kehidupan bangsa seperti aspek ekonomi, sosial, dan
budaya yang nantinya jika tidak di cegah dari sekarang akan menjadi suatu msalah
yang besar bagi negara Indonesia. Maka pemerintah harus mengambil langkah
yang pasti dengan membentuk aturan-aturan dan menciptakan berbagai inovasi-
inovasi baru melalui penyuluhan dan lain-lain untuk mencegah terjadinya korupsi
di Indonesia
REFERENSI

Hamzah, Andi, Korupsi di Indonesia dan Pemecahannya, (Jakarta: PT. Gramedia


PustakaUtama, 1991).
Wicipto Setiadi : Korupsi di Indonesia (penyebab, bahaya, hambatan dan upaya
pemberantasan serta regulasi) FH UPN Veteran, Jakarta 8 Nopember
2018.
Ermansyah Djaja : Memberantas Korupsi bersama KPK, Sinar Grafika Jakarta,
2008.
Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia masalah dan pemecahannya, Jakarta:
Gramedia pustaka utama 1984.
Adjie Suradji. 2012. “Pemimpin, Korupsi dan Tanggung Jawab”, Jakarta: harian
Kompas, Sabtu 13 Oktober 2012.
Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi

Anda mungkin juga menyukai