Anda di halaman 1dari 7

TUGAS AKHIR

BAHASA INDONESIA
“KORUPSI”

Nama nama anggota kelompok 3 :


Aditya Mochtar M. Misbah Muis
Alya Nurul M. Nabil Rizky Minabari
Farid Jasmin Jabid Sahat Rizky Nasution
M. Rizal A. Marwa Sitra Nafisa Darwin
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Korupsi dalam lingkungan pejabat publik terutama penguasa bukanlah hal baru.
Korupsi tidak hanya masalah nasional tetapi juga masalah internasional. Pelaku-pelaku
korupsi pun banyak dari lingkungan pejabat publik. Sejarah mencatat banyak pemimpin yang
dipilih oleh rakyat karena mengangkat isu pemberantasan korupsi sebagai tema sentral
kampanye mereka. Sungguh ironis, terlepas apakah mereka benar-benar anti korupsi, dan
pada awalnya berupaya keras untuk memberantas korupsi, ataukah mereka hanya sekedar
menggunakan isu korupsi untuk meraih simpati masa saja, banyak diantara mereka yang
jatuh akibat kasus korupsi. Maraknya kejahatan korupsi di Indonesia menunjukkan
penegakan hukum di Indonesia masih sangat lemah. Penegakan hukum di Indonesia
cenderung lemah sehingga banyak kasus korupsi yang tidak tuntas. Lemahnya integritas
pejabat publik memicu konflik kepentingan yang mengakibatkan pejabat publik terjerumus
kedalam jejaring pelaku-pelaku korupsi.
Permasalahan korupsi tidak sekedar permasalahan hukum tetapi juga masalah moral.
Istilah “Integritas” biasanya dikontraskan dengan “korupsi”. Integritas pribadi sangat
mendukung dalam menentukan berbagai kebijakan hukum maupun publik. Integritas
mengutamakan kualitas dan tanggung jawab. KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) akan
diragukan oleh masyarakat jika tidak serius menangani kasus korupsi. Bahkan kasus bocornya
sprindik yang belum lama ini sempat membuat rakyat bertanya-tanya terhadap kinerja KPK.
Masalah korupsi di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Kinerja pejabat public
yang kurang baik serta tindak kejahatan korupsi yang masih sering terjadi membuat kami
sebagai penulis ingin membahas dan memperdalam tentang apa itu korupsi. Harapan kami
sebagai penulis tidak lain ialah Indonesia terbebas dari adanya korupsi dan Kembali
berdirinya hukum yang adil untuk memberantas tindak kejahatan korupsi sebagaimana
tujuan berdirinya hukum itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Dilihat dari apa yang dikemukakan sebelumnya maka dapat dirumuskan masalah-masalah
sebagai berikut:
1) Apa penyebab yang dapat membuat timbulnya tindak kejahatan korupsi?
2) Apakah ada hukum yang memuat tentang tindak kejahatan korupsi?
3) Apakah ada korelasi antara integritas pejabat public dengan tindak pidana korupsi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menambah wawasan tentang korupsi dan
berharap mampu menambah wawasan tentang hukum hukum yang terkait dengan tindak
kejahatan korupsi. Tujuan penelitian ini juga untuk mengetahui korelasi antara integritas
pejabat public dengan tindak pidana korupsi.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini yaitu diharapkan dapat menambah wawasan dan
pemikiran tentang tindak pidana korupsi. Penelitian ini juga berfungsi sebagai pengingat
khususnya untuk pejabat public bahwa tugas yang mereka jalani adalah sangat mulia dan
menjadi contoh untuk generasi yang akan dating. Maka dari itu, pejabat public harus
memiliki dedikasi yang tinggi dalam pelayanan public untuk membuat Keputusan yang tepat
untuk rakyat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus yang menggambarkan
tindakan merusak atau menghancurkan. Kemudian dalam bahasa Inggris dan Prancis diserap
menjadi kata corruption, dan dalam bahasa belanda adalah korruptie. Sehingga dalam
bahasa Indonesia terbentuk lah kata korupsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
korupsi merupakan kata benda yang berarti penyelewengan atau penyalahgunaan uang
negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Korupsi
termasuk dalam kategori tindak pidana. Korupsi sendiri sangat merugikan keuangan negara
bahkan perekonomian negara yang berdampak pada menghambatnya pembangunan
nasional. Tidak hanya merugikan negara, tindak pidana korupsi merupakan pelanggaran
terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas Oleh karena itu, korupsi
digolongkan kedalam tindak kejahatan dan harus segera diberantas secara tuntas Arti
korupsi juga dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya :
- Jeremy Pope
Sebagai aktivis dari New Zeland, Jeremy Pope, mengartikan korupsi sebagai perilaku yang
dilakukan oleh pejabat, yang secara tidak wajar dan tidak sah membuat diri mereka serta
olah lain mendapatkan keuntungan dengan menyalahgunakan wewenangnya
- Guy Benveniste
Pengertian korupsi menurut Guy Benveniste terbagi dalam 3 jenis, yaitu illegal corruption
(berupa tindakan mengacaukan peraturan atau regulasi hukum tertentu), mercenary
corruption (sejenis korupsi yang digunakan untuk memperoleh keuntungan pribadi), dan
ideological corruption (korupsi yang dilakukan karena kepentingan kelompok akibat dari
komitmen ideologis seseorang).
- Graham Brooks
Pengertian korupsi menurut Brooks adalah tindakan yang sengaja dilakukan atas dasar
kesalahan atau kelalaian melakukan tugas yang diketahuinya sebagai suatu kewajiban.
Sehingga tindakan ini merujuk pada sesuatu yang tidak menguntungkan dan cenderung
bersifat pribadi.
- Haryatmoko
Menurut pengajar filsafat di Universitas Sanata Dharma (USD), Haryatmoko, definisi korupsi
adalah upaya campur tangan menggunakan kemampuan yang didapat dari posisi
penyalahgunaan informasi, keputusan, pengaruh, uang dan/atau kekayaan demi
kepentingan dan keuntungan dari pihaknya sendiri.
- Robert Klitgaard
Menurut Robert Klitgaard, pengertian korupsi dilihat dari perspektif administrasi negara.
Korupsi adalah suatu tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi jabatan di suatu
negara. Tindakan tersebut termasuk hal yang memperoleh keuntungan, status, dan uang
untuk diri pribadidan melanggar aturan pelaksanaan yang ada.
B. Penyebab Timbulnya Tindak Korupsi

Korupsi adalah kejahatan orang profesional yang rakus. Sudah berkecukupan, tapi
serakah. Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri. Menurut Donald R Cressey, ada
tiga factor penyebab terjadi tindak kejahatan korupsi yang membuat seseorang melakukan
korupsi, yaitu :
- Pressure (tekanan)
Memiliki motivasi untuk melakukan tindakan korupsi karena adanya tekanan, salah satunya
karena motif ekonomi. Namun, tekanan ini kadang tidak benar-benar ada, hanya pelaku saja
yang berpikir kalau mereka merasa tertekan dan tergoda pada bayangan insentif.
- Opportunity (kesempatan)
Adanya kesempatan membuat seseorang tergiur untuk korupsi. Ini terjadi akibat dari
lemahnya sistem pengawasan yang pada akhirnya menjerumuskan pelaku melakukan
korupsi.
- Rationalization (rasionalisasi)
Para pelaku selalu memiliki rasionalisasi atau pembenaran untuk melakukan korupsi.
Rasionalisasi ini ternyata dapat menipiskan rasa bersalah yang dimiliki pelaku dan merasa
dirinya tidak mendapatkan keadilan. Sebagai contoh "saya korupsi karena tidak digaji
dengan layak". Sebagaimana yang diutarakan Cressey, korupsi terjadi kalau ada kesempatan
melakukannya.
Sebagai bentuk antisipasi, kita harus tahu ciri-ciri korupsi yang mungkin saja tanpa disadari
terjadi di lingkungan sekitar, misalnya adanya pembengkakan anggaran dan promosi jabatan
yang tidak sesuai dengan prestasi kerja.
C. Hukum Hukum Tentang Korupsi
Pelaku korupsi di Indonesia dapat dihukum penjara selama bertahun-tahun, seumur hidup,
bahkan mati. Oleh karena itu, ada banyak bunyi peraturan hukum yang terkait dengan
korupsi. Diantaranya :
- Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tindak Pidana Korupsi
Pasal 2 ayat 1, Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonornian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
Pasal 3 Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan kouangan negara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1
tahun dan paling lama 20 tahun dan atau denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)..
- KUHP
Pasal 603, Setiap Orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri, orang lain, atau korporasi yang merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 2
tahun dan paling lama 20 tahun.
Pasal 604, Setiap Orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri, orang lain, atau
Korporasi menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 2
tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit kategori II dan paling
banyak kategori VI. (Denda kategori II sebesar Rp 10 juta, sedangkan kategori VI sebesar Rp 2
miliar).
D. Korelasi Antara Integritas Pejabat Publik Dengan Tindak Pidana Korupsi
Korupsi dan integritas merupakan dua hal yang sangat bertolak belakang. Korupsi
merupakan sikap curang yang didasari kesempatan dan tekanan dari pihak lain, sedangkan
integritas didasari dengan persamaan antara pikiran dan perbuatan sehingga tidak ada
tumpang tindih antara keinginan pribadi dan keebutuhan instansi maupun publik. Namun
dua hal tersebut memiliki korelasi di bidang kesadaran dalam melaksanakan sikap tersebut.
Korupsi didasari ketidak pedulian akan kepentingan negara, sedangkan integritas memiliki
ciri sikap kepedulian dan kesadaran penuh akan tanggung jawab yang diembannya sehingga
tidak terjadi penyelewengan jabatan.
Terdapat korelasi antara integrasi pejabat publik dengan tindak pidana korupsi.
Integritas yang tinggi merupakan kunci penting untuk mencegah tindak pidana korupsi di
kalangan pejabat publik. Korupsi terjadi karena adanya kesempatan yang dimiliki pemegang
kekuasaan namun tidak dilandasi oleh kewenangan yang tinggi. Integritas memiliki korelasi
dengan kesadaran dalam menjalankan sikap tersebut, sedangkan korupsi didasari oleh
ketidakpedulian akan kepentingan negara. Oleh karena itu, kewenangan yang diharapkan
tinggi dapat menjadi pembelajaran bagi calon calon pemimpin pejabat publik untuk
menghindari tindak pidana korupsi. Upaya pencegahan korupsi yang lebih utama adalah
melalui komitmen nyata sistem pembenahan dan tata kelola anggaran serta penerapan
reward dan punishment di lingkungan instansinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tindak pidana korupsi di Indonesia semakin banyak terjadi dan memberikan dampak
bagi rakyat. Rakyat harus menanggung akibat dari tindak pidana korupsi. Pemiskinan
koruptor dianggap sebagai terobosan baru dalam menindak kasus tindak pidana korupsi.
Konsep pemiskinan koruptor dapat dijalankan dengan perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi dan penggantian kerugian yang ditimbulkan akibat tindak pidana korupsi.
Korupsi merupakan suatu kejahatan yang sangat berbahaya. Korupsi merupakan
suatu kejahatan yang luar biasa yang memang telah tumbuh seiring dengan perkembangan
peradaban manusia. Semakin hari perkembangan korupsi di dunia dan khususnya di
Indonesia bukanlah semakin berkurang akan tetapi makin hari makin meluas dan
bertambah. Hal tersebut ditandai dengan modus dalam suatu kejahatan korupsi yang dari
waktu ke waktu bisa dikatakan banyak mengalami perubahan yang drastis. Hal ini dapat
dilihat dari berbagai macam kasus korupsi yang ditangani para penegak hukum, baik oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepolisian, maupun kejaksaan itu sendiri.
Dari hasil penelitian diatas juga dapat disimpulkan kalau banyak dari mereka yang
setuju bahwa korupsi sangat berbahaya dan merugikan banyak orang. Perbuatan korupsi
juga dapat mengakibatkan terhambatnya Pembangunan yang sedang dilakukan. Korupsi
yang dilakukan dapat membuat hilangnya rasa kepercayaan Masyarakat kepada aparat
pemerintah.
Dengan demikian, dapat meningkatkan kepekaan masyarakat terhadap bahaya korupsi. Yang
mana kepekaan ini harus ditanamkan sejak dini, melalui pembangunan kesadaran di tingkat
anak-anak sampai remaja. Yang nantinya diharapkan bisa memacu Masyarakat untuk
menolak perbuatan korupsi.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulisan memberikan saran atau masukan
yang sifatnya membangun agar dalam pemberantasan kasus-kasus korupsi dapat melibatkan
para penyelenggara negara maupun seluruh Masyarakat Indonesia. Kemudian, perlu
diadakannya sosialisasi yang di lakukan pemerintah dalam memberi pemahaman atau
pengertian akan bahaya korupsi kepada Masyarakat.
Dan dalam pencegahan korupsi perlu dimasukkan dalam kurikulum Pendidikan dan
pengajaran di sekolah dan perguruan tinggi serta Lembaga Pendidikan lainnya dengan
penyajian subtansi yang di sesuaikan dengan tingkatan kurikulum peserta didik.
Kontrol Masyarakat yang lebih intensif lagi terhadap Upaya pencegahan korupsi perlu
penyelenggaraan program siaran tetap melalui radio dan televisi, disamping pemuatan
rubrik atau artikel tetap melalui media cetak.

Anda mungkin juga menyukai