Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH PARASITOLOGI VETERINER

Feline Secondary hyperthyroidism

DISUSUN OLEH

RIZKY KRISNANDA SINAGA 175130100111054

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2018
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Malang, Desember 2018

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kucing dan anjing merupakan hewan kesayangan yang nenek moyangnya dahulu
berburu untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Sebagai hewan peliharaan kucing masih
membawa sifat alami, khususnya perilaku makan yang dimiliki nenek moyangnya. Kucing
adalah pemburu tunggal. Di antara bangsa kucing hanya singa yang berburu dan makan
bersama. Dalam sehari kucing akan berburu dan makan dalam porsi kecil lebih dari 10 kali.
Kucing hanya minum sedikit sebagaimanya moyangnya yang hidup di gurun dan
beradaptasi dengan memenuhi kebutuhan air dari hewan buruan dan tidak bergantung pada
minum, serta beradaptasi terhadap kecukupan air dengan memanfaatkan secara maksimal
sehingga mempunyai urine yang pekat. Sebagai hewan peliharaan kucing akan bergantung
pada asupan yang diberikan oleh pemelihara. Perubahan pola dan tingkah laku makan
terjadi, dari mengkonsumsi pakan mentah berubah menjadi mengkonsumsi pakan yang
telah diolah.

Kucing merupakan hewan karnivora sejati. Sistem pencernaan kucing beradaptasi


sedemikian rupa sehingga hanya mampu mencerna usnur pakan hewani, baik mekanis
maupun enzimatis. Indera pengecap menjadi sangat penting dan merupakan mekanisme
hewan memilih pakan untuk memeuhi kebutuhan hidupnya dan menghidarkan diri dari
sebaliknya. Kucing tidak mempunyai pengecap manis yang umumnya berasal dari unsur
nabati, namun lebih beradaptasi terhadap pengecap pahit. Riset Xia Li menyatakan bahwa
mamalia mempunyai reseptor manis yang tersusun atas dua subunit protein yaitu, T1R2
dan T1R3. Kucing domestik mempunyai defek terhadap gen yang mengkode T1R2.
Peneliti juga menemukan hal yang sama pada harimau dan cheetah, dan disimpulkan bahwa
seluruh keluarga kucing memang tidak memliki pengecap manis. Sementara itu kucing
mempunyai reseptor pahit yang lebih banyak dibanding hewan lain, Tas2R2. Kucing
mempunyai 12 gen yang berbeda terhadap rasa pahit. Reseptor pahit ini sangat penting
untuk mendeteksi dan mencegah kucing mengasup unsur nutrisi yang pahit, yang umumnya
banyak ditemukan pada tanaman yang beracun, hewan atau bahan-bahan-bahan beracun.
Kucing menyukai bentuk pakan yang solid dan lembab dan menyukai rasa yang amis
serta tidak menyukai pakan yang berbentuk bubuk, lengket atau berminyak. Kucing yang
merupakan karnivora sejati sangat bergantung mencukupi kebutuhan nutrisi dari pakan
yang bersumber hewani.

Penelitian Hewson-Hughes et al (2011) memberikan gambaran yang sangat jelas


kebutuhan nutrisi kucing, khususnya makronutrisi yaitu protein, lemak dan karbohidrat.
Dalam sehari seekor kucing membutuhkan sekitar 26 gram protein, 9 gram lemak dan 8
gram karbohidrat yang mana unsur nutrisi tersebut setara dengan kebutuhan kalori
sebanyak 52% dari protein, 36% dari lemak dan 12% dari karbohidrat. Selain itu penelitian
ini juga mengungkap bahwa kucing mempunyai batas kecukupan kalori dari karbohidrat
yaitu sebesar 300kJ/hari. Bila kucng telah mencapai batas tersebut, maka akan menekan
intake pakan yang lain baik protein maupun lemak.

Kucing membutuhkan nutrisi esensial seperti arginine, thiamine, taurine, vitamin A,


vitamin D, Niacin, Asam linoleat, asam arakhidonat. Arginine diperlukan dalam siklus
urea. Sebagai pemakan protein, sisa metabolisme yang berupa amoniak akan sangat
melimpah. Pada kucing yang mengasup pakan defisien arginine, dalam satu jam kucing
akan mengalami hiperammonemia. Arginine diperlukan tubuh untuk mengkorversi amonia
menjadi ureum yang larut air dan dapat diekskresikan melalui urine.

Kucing mempunyai kemampuan mencerna dan memanfaatkan lemak dengan sangat


baik. Asam arakindonat merupakan nutrisi esensial bagi kucing karena tidak bisa
mensintesis dari asam linoleat sebagaimana anjing. Asam arakidonanat hanya terkandung
dalam pakan hewani, terutama pada organ dan jaringan syaraf dan tidak ada pada pakan
nabati.

Kebutuhan vitamin pada kucing agak berbeda dengan anjing. Kucing tidak dapat
mensintesis triptopan menjadi niacin dalam jumlah yang cukup. Oleh karenanya kebutuhan
nician pada kucing 4 kali lebih tinggi dibanding anjing. Kebutuhan piridoksin lima kali
lebih tingi dibanding anjing, Piridoksin diperlukan dalam metabolisme energi dari nutrisi
yang berasal dari protein, dimana melibatkan aktifitas transaminase. Kucing tidak mampu
mensintesis vitmain A dari prekursor vitamin A (beta karotene) sebagaimana anjing dan
hewan herbivora lain. Kucing tidak memiliki dioksigenase di dalam intestinal yang dapat
memecah beta krotene menjadi retinol. Kucing juga membutuhkan vitamin D karena
keterbatasan enzim 7-dehidrokolesterol di kulit yang diperlukan dalam fotosintesis vitamin
D (Kirk et al, 2000).

Meskipun bukan merupakan nutrisi esensial, namun kucing membuhtuhkan banyak


methionine dan cystine. Kedua nutrisi ini banyak terkandung pada daging, namun biasanya
akan rusak saat pemrosesan. Defisiesni akan terjadi bila kucing juga diberikan pakan buatan
yang lebih berbasis pada unsur nabati. Gejala klinis defisiensi methionine antara lain
perumbuhan terhambat dan dermatitis yang disertai krusta terutama di daerah
mukokutaneus.

1.2 Rumusan Masalah


BAB II
ISI

2.1 Penyebab dan penyebarannya di dunia dan Indonesia


Nutrisi sekunder hiperparatiroidisme (NSH) adalah gangguan metabolisme di mana
produksi tulang normal tetapi osteopenia terjadi akibat resorpsi tulang yang berlebihan. Ini
disebabkan oleh dietyang kelebihan fosfat, kalsium yang tidak mencukupi, atau keduanya.
Hewan yang terkena biasanya diberi makan terutama daging, jaringan organ, atau
keduanya. Ini menyediakan kalsium fosfat yang cukup tetapi tidak kekurangan kalsium,
dan rasio kalsium dan fosfat sekitar 1:16 hingga 1:35 yang melewati batas wajar yakni 1: 1
untuk kucing. (Moarrabi, 2008)

Penambahan susu sapi dapat menyeimbangkan kekurangan kalsium.Namun,


ketidakseimbangan tersebut menginduksi hipokalsemia, yang meningkatkan sekresi PTH.
Peningkatan aktivitas paratiroid cenderung menormalkan kalsium darah dan konsentrasi
fosfat anorganik dengan mempromosikan resorpsi mineral dari tulang, meningkatkan
penyerapan kalsium usus, dan memfasilitasi ekskresi fosfat ginjal dan retensi kalsium.
Namun, konsumsi lanjutan dari diet yang kurang baik tersebut mendukung keadaan
hiperparatiroid dan menyebabkan demineralisasi skeletal progresif dan tanda-tanda klinis
yang konsekuen. Hiperparatiroidisme sekunder menyebabkan penyakit klinis pada anak
kucing, tetapi juga terjadi kadang-kadang pada kucing dewasa. (Moarrabi, 2008)

Tanda-tanda pada hewan muda adalah kepincangan, keengganan untuk berdiri atau
berjalan, dan nyeri skeletal. Daerah costochondral dan metafisis mungkin tampak bengkak,
dan pyrexia terkadang hadir. Patah tulang dapat terjadi setelah trauma yang relatif ringan.
Deformitas tungkai mungkin juga ada. Paresis atau kelumpuhan dapat terjadi akibat
kompresi vertebral, dan konstipasi dapat terjadi keruntuhan pelvis. Efeknya kurang
dramatis pada orang dewasa, tetapi osteopenia umum dan nyeri tulang kadang-kadang
terlihat, dan resorpsi tulang alveolar dapat menyebabkan melonggarkan dan kehilangan gigi
Secara radiografi, penurunan kepadatan tulang dan korteks tipis terlihat, dengan atau tanpa
fraktur. Pelat pertumbuhan normal, tetapi metaphyses mungkin berbentuk jamur. Area
radioopasitas relative terjadi pada metafisis yang berdekatan dengan lempeng
pertumbuhan, yang mewakili area mineralisasi primer, dan mungkin paling terjadi di radius
distal dan ulna. (Moarrabi, 2008)

2.2 Siklus hidup


Hiperparatiroidisme ada pada bentuk primer dan bentuk sekunder. Hiperparatiroidisme
primer biasanya dianggap sebagai penyakit yang tidak biasa mempengaruhi kucing, tetapi
kondisi ini lebih prevalen dari diagnosis sebelumnya. Hiperparatiroidisme sekunder
mungkin disebabkan oleh pengaruh nutrisi (yaitu, nutrisi hiperparatiroidisme sekunder)
atau penyakit hiperparatiroid (yaitu, hiperparatiroidisme sekunder ginjal).
Hiperparatiroidisme tersier belum terjadi didokumentasikan dalam kedokteran hewan,
tetapi itu kemungkinan bahwa kondisi ini terjadi pada beberapa kucing setelah mengalami
gangguan ginjal sekunder yang berkepanjangan. (Parker, 2015)

2.3 Patogenesis
- Etiologi
1. Pola diet dengan kadar kalsium yang fosfat yang tidak seimbang, anjuran 1:1
2. Biasa terjadi pada hewan yang diberi makan daging.
Etiologi hipertiroidisme kucing masih belum sepenuhnya dipahami. Karena
meningkatnya prevalensi hipertiroidisme sejak sindrom pertama kali diidentifikasi
pada kucing, kontribusi yang mungkin dari faktor imunologi, gizi, lingkungan, dan
genetik telah dievaluasi secara luas. Pada manusia, hipertiroidisme biasanya dikaitkan
dengan penyakit autoimun (Graves), dan etiologi serupa telah diteliti pada kucing.
Meskipun beberapa kucing hipertiroid telah ditemukan memiliki autoantibodi meniru
thyroid-stimulating hormone (TSH) yang dapat berkontribusi pada pengembangan
hipertiroidisme, peneliti lain belum dapat memverifikasi temuan ini. (Armbrust, 2014)

Penelitian lain menunjukkan peningkatan insidensi hipertiroidisme pada


kucing yang diberi makanan kaleng, atau makanan kaleng khusus dengan rasa ikan
atau hati dan giblet.8–11 Faktor lingkungan yang telah terlibat termasuk isoflavon
kedelai, ftalat, resorsinol, polifenol, dan polychlorinated biphenyls, beberapa di
antaranya adalah dianggap goitrogens dan lain-lain yang dapat ditemukan di
lingkungan atau makanan kucing komersial. (Armbrust, 2014)
Selain itu, kucing yang disimpan terutama di dalam ruangan, dan mereka yang
memiliki paparan reguler terhadap semprotan kutu, pupuk, pestisida, atau insektisida,
telah ditemukan memiliki peningkatan prevalensi hipertiroidisme, sementara Siam,
Himalaya, dan kucing ras telah dilaporkan memiliki risiko penurunan untuk
hipertiroidisme. Penyebab langsung dan efek antara faktor-faktor di atas dan
perkembangan hipertiroidisme tetap sulit dibuktikan.(Armbrust, 2014)

- Patofisiologi
1. Kelebihan sekresi PTH akibat kekurangan kalsium dari pola
diet → demineralisasi tulang → gejala klinis.
2. Hipocalcemia (Kalsium terionisasi) akibat kekurangan masukkan
kalsium → Peningkatan sekresi PTH
3. Kegagalan untuk kompensasi karena peningkatan masukan kasium
→ demineralisasi skelet → osteopenia.
4. Kelemahan pada tulang → fraktur patologis → kelumpuhan vertebral dan
gejala saraf pada beberapa kasus.

- Rentang waktu perkembangan


2-4 minggu pada anakan dan bertahun-tahun pada usia dewasa.

2. 4 Pemeriksaan Klinik
- Total konsentrasi T4
Meskipun T3 adalah bentuk aktif hormon tiroid biologis, T4 adalah hormon
utama yang disekresikan dari kelenjar tiroid dan ditemukan dalam sirkulasi, dan
kemudian dimetabolisme menjadi T3 di jaringan perifer. Meskipun konsentrasi T4 total
bervariasi sepanjang hari di kucing dengan hipertiroidisme, lebih dari 90% kucing
hipertiroid akan dikonfirmasikan melalui serum acak total T4 testing. Sebaliknya, lebih
dari 25% kucing hipertiroid akan memiliki serum total T3 dalam interval referensi.

Dengan demikian, total serum T4 yang beredar lebih tinggi dari total serum T3
dalam mengidentifikasi kucing dengan hipertiroidisme, dan merupakan tes skrining
awal pilihan. Selanjutnya, pengukuran simultan total T3 dan konsentrasi T4 total tidak
menawarkan keunggulan diagnostik atas total pengukuran T4 saja.
Konsentrasi total T4 total mengukur fraksi terikat protein dan fraksi hormon
bebas. T4 memiliki protein yang tinggi dan fraksi bebas (tidak terikat) membentuk
kurang dari 1% dari kolam sirkulasi. Radioimmunoassay adalah metode baku emas
untuk pengukuran T4 total serum , tetapi keterbatasan metodologis yang terkait
dengan radioimmunoassay telah mendorong validasi metode pengujian lainnya,
termasuk immunoassay enzim yang homogen dan immunoassay
enzim chemiluminescent. Ketersediaan metode ini bervariasi dengan laboratorium
yang digunakan.

Selain itu, alat tes imunosorben enzim-linkedimmunosorbent (ELISA)


T4 semiquantitative komersial tersedia untuk digunakan di rumah. Metode ELISA
memiliki keuntungan memberikan hasil yang cepat kepada praktisi, dan akurat jika
dibandingkan dengan metode radioimmunoassay. Secara keseluruhan, masing-masing
tes ini memiliki kelebihan dan kekurangan, dan tes yang dipilih harus didasarkan pada
waktu turnaround yang dibutuhkan dan tes. tersedianya.

Konsentrasi T4 total pada kucing dengan hipertiroidisme awal atau ringan dapat
jatuh dalam interval referensi karena fluktuasi hormon tiroid normal dalam
sirkulasi. Lebih lanjut, obat-obatan tertentu dan gangguan nonthyroid dapat menekan
konsentrasi hormon tiroid total.

Mekanisme untuk hal ini termasuk mengubah metabolisme hormon tiroid,


mengubah pengikatan T4 dalam sel atau dengan protein pembawa plasma, dan
mengubah pengangkutan T4 ke dalam sel. Dari kucing hipertiroid dengan konsentrasi
T4 total dalam interval referensi, sekitar 20% -30% memiliki penyakit bersamaan dan
sisa 70% -80% kemungkinan memiliki penyakit dini.

Jadi, jika satu serum acak total nilai T4 berada dalam interval referensi pada
kucing dengan pemeriksaan sejarah, pemeriksaan fisik, dan laboratorium yang
kompatibel dengan hipertiroidisme, total T4 Konsentrasi harus ditentukan beberapa
minggu kemudian, selain mengesampingkan dan / atau
mengobati penyakit nonthyroid apa pun.
Jika penyakit nonthyroid telah dikesampingkan dan total T4 berulang tetap
dalam interval referensi, melakukan tes serum T4 bebas direkomendasikan
- Konsentrasi T4 bebas
Serum T4 bebas, fraksi terikat hormon T4, mewakili kurang dari 1% dari total
hormon tiroid yang beredar. T4 gratis adalah satu-satunya fraksi T4 yang dapat
berdifusi melintasi membran sel, dan berfungsi sebagai " prohormone " untuk T3. T4
bebas serum tes yang lebih sensitif untuk hipertiroidisme dibandingkan
total T4 serum .

Lebih dari 95% kucing hipertiroid dengan total konsentrasi T4 dalam interval
referensi akan memiliki konsentrasi T4 bebas yang tinggi. Umumnya diterima bahwa
kucing dengan total nilai T4 di sepertiga atas interval referensi, konsentrasi T4 bebas
yang tinggi , dan tanda-tanda klinis yang kompatibel, kemungkinan hipertiroid. Karena
T4 bebas adalah satu-satunya fraksi yang mampu berdifusi melintasi membran sel, ia
juga merupakan fraksi yang menyebabkan tirotoksikosis. Tingkat T4 gratis juga
dipengaruhi oleh faktor nonthyroid .

Hingga 12% kucing euthyroid mungkin memiliki konsentrasi T4 bebas yang


tinggi akibat penyakit nonthyroid , sehingga pengukuran T4 bebas kurang spesifik
untuk diagnosis hipertiroidisme daripada total T4. , Untuk alasan ini, T4 gratis tidak
boleh digunakan sebagai satu-satunya tes diagnostik untuk hipertiroidisme. Etiologi
yang mendasari peningkatan T4 bebas pada penyakit nonthyroid belum sepenuhnya
diketahui, tetapi telah dispekulasikan sebagai akibat gangguan pembersihan T4 bebas
dari serum.

Akhirnya , kucing hipertiroid dengan konsentrasi T4 total yang tinggi akan


selalu memiliki peningkatan bersamaan. dalam konsentrasi T4 gratis. Oleh karena itu,
pengukuran T4 bebas tidak diindikasikan atau diperlukan jika total T4 meningkat.

Jika total T4 dan konsentrasi T4 bebas ditemukan dalam interval referensi pada
beberapa kesempatan terpisah, tetapi kecurigaan klinis hipertiroidisme tetap tinggi,
pengujian tambahan, dengan, misalnya , tes penekanan T3,
tes stimulasi thyrotropin- releasing hormone (TRH), tes respons TSH,
atau skintigrafi tiroid harus dipertimbangkan.
- Tes penekanan T3
Tes penekanan T3 mengevaluasi integritas dari loop umpan balik fisiologis
melalui hormon tiroid yang mengatur fungsi kelenjar pituitari. Pada kucing normal,
hormon tiroid memberikan umpan balik negatif pada hipotalamus dan hipofisis
anterior, dan menyebabkan penurunan sekresi TRH dan TSH, masing-masing, sampai
penghambatan dilepaskan oleh penurunan konsentrasi hormon tiroid yang beredar.

Tes penekanan T3 bekerja sesuai dengan prinsip bahwa pemberian T3 eksogen


ke kucing dengan fungsi tiroid normal menekan sekresi TSH hipofisis dan
menyebabkan penurunan sekresi T4 endogen. Kucing dengan hipertiroidisme primer,
bagaimanapun, mengeluarkan hormon tiroid yang bebas dari kontrol hipofisis.Berbeda
dengan kucing normal, sekresi TSH ditekan secara kronik selama hipertiroidisme
primer, dan pemberian T3 eksogen memiliki sedikit efek pada konsentrasi T4 serum
endogen. Tes penekanan T3 sangat membantu dalam membedakan kucing hipertiroid
ringan dari kucing euthyroid.

Namun, diperlukan beberapa hari pengobatan untuk penekanan terjadi dan T3


suppression test Tes penekanan T3 mengevaluasi integritas dari loop umpan balik
fisiologis melalui hormon tiroid yang mengatur fungsi kelenjar pituitari. Pada kucing
normal, hormon tiroid memberikan umpan balik negatif pada hipotalamus dan hipofisis
anterior, dan menyebabkan penurunan sekresi TRH dan TSH, masing-masing, sampai
penghambatan dilepaskan oleh penurunan konsentrasi hormon tiroid yang beredar.

Tes penekanan T3 bekerja sesuai dengan prinsip bahwa pemberian T3 eksogen


ke kucing dengan fungsi tiroid normal menekan sekresi TSH hipofisis dan
menyebabkan penurunan sekresi T4 endogen. Kucing dengan hipertiroidisme primer,
bagaimanapun, mengeluarkan hormon tiroid yang bebas dari kontrol hipofisis. Berbeda
dengan kucing normal, sekresi TSH ditekan secara kronik selama hipertiroidisme
primer, dan pemberian T3 eksogen memiliki sedikit efek pada konsentrasi T4 serum
endogen. Tes penekanan T3 sangat membantu dalam membedakan kucing hipertiroid
ringan dari kucing euthyroid ; Namun, diperlukan beberapa hari pengobatan untuk
penekanan terjadi
- Tes stimulasi TRH
Tes stimulasi TRH juga mengevaluasi integritas sistem umpan balik kelenjar
hipofisis-tiroid melalui pemberian TRH. TRH dari hipotalamus merangsang pelepasan
TSH dari kelenjar pituitari anterior untuk meningkatkan sintesis dan pelepasan hormon
tiroid dari kelenjar tiroid.

Pemberian TRH eksogen kepada kucing dengan fungsi tiroid normal akan
meningkatkan sekresi TSH dan meningkatkan konsentrasi serum T4 total. Untuk
melakukan tes stimulasi TRH, sampel serum T4 dikumpulkan sebelum dan 4 jam
setelah pemberian intravena 0,1 mg / kg TRH. Kucing dengan hipertiroidisme ringan
harus memiliki sedikit (, 50%) atau tidak ada peningkatan konsentrasi T4 total serum
untuk hipertiroidinduksi penindasan kronis dari TSH endogen.

Kucing dan kucing yang sehat secara klinis dengan penyakit nonthyroid harus
memiliki peningkatan konsentrasi T4 serum 0,60% . Tes ini dianggap reliabel sebagai
uji penekanan T3; namun, satu-satunya persiapan TRH yang disetujui oleh US Food
and Drug Administration tidak lagi tersedia, efek samping umum terjadi setelah
pemberian TRH , dan hasilnya bisa sulit untuk ditentukan, terutama pada kucing
dengan penyakit yang bersamaan, jadi, secara umum , tes ini tidak disarankan

- Tes respons TSH


Tes respons TSH biasanya digunakan untuk membantu diagnosis
hipotiroidisme pada anjing, tetapi juga memiliki potensial untuk
membedakan kucing eutiroid dari orang-orang dengan hyperthyroidism.

Protokol melibatkan memperoleh dasar serum nilai total T4, diikuti dengan
pemberian TSH intravena dan koleksi total sampel T4 kedua 6-8 jam kemudian. Kucing
hipertiroid harus memiliki sedikit atau tidak ada respon terhadap pemberian TSH
eksogen; Namun, hasilnya bisa sulit untuk ditafsirkan karena tumpang tindih dalam
respon T4 total pada euthyroid dan kucing hipertiroid.
Selain itu, TSH sapi awalnya digunakan untuk tes ini tidak lagi tersedia, dan
respon terhadap administrasi manusia rekombinan. TSH belum dievaluasi pada kucing
hipertiroid. Oleh karena itu, tes ini saat ini tidak direkomendasikan untuk diagnosis
hipertiroidisme, dan seharusnya hanya digunakan untuk diagnosis gnosis pada
hipotiroidisme kaninus.

- Pengujian konsentrasi TSH acak


Mengukur konsentrasi TSH sirkulasi acak untuk mendeteksi hipertiroidisme
subklinis dapat membantu. Kucing dengan hipertiroidisme subklinis harus memiliki
konsentrasi TSH sirkulasi rendah sebelum peningkatan total T4 terjadi. Ketika
mengevaluasi kucing hipertiroid, kucing normal, dan kucing dengan penyakit ginjal
kronis, ditemukan bahwa semua kucing hipertiroid memiliki nilai TSH di bawah nilai
kuantifikasi.

Namun, lima dari 40 kucing nonhyperthyroid juga memiliki tingkat TSH


di bawah nilai kuantifikasi, dan kehadiran penyakit ginjal kronis tampaknya tidak
mempengaruhi konsentrasi TSH. Selanjutnya, pada 104 kucing milik klien, konsentrasi
TSH dievaluasi dengan hipotesis bahwa geriatri Kucing euthyroid dengan konsentrasi
TSH tidak terdeteksi akan memiliki peningkatan risiko mengembangkan
hipertiroidisme klinis.

Meskipun kucing dengan konsentrasi TSH baseline yang tidak terdeteksi secara
signifikan lebih mungkin didiagnosis dengan hipertiroidisme dalam 14 bulan, hanya
sekitar setengah dari kucing dengan konsentrasi TSH baseline yang tidak terdeteksi
menjadi hipertiroid dalam periode penelitian 14 bulan. Oleh karena itu, penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk menentukan kegunaan pengukuran tingkat TSH sirkulasi acak
pada kucing.

- Skintigrafi tiroid
Jika hasil tes hormon tiroid samar-samar tetapi kecurigaan klinis tetap
tinggi, skintigrafi tiroid harus dipertimbangkan untuk mengkonfirmasi
hipertiroidisme. Selain mengkonfirmasikan hipertiroidisme, skintigrafi tiroid juga
dapat memberikan informasi yang membantu dalam keputusan pengobatan, dan
merupakan cara terbaik untuk mendeteksi metastasis tumor tiroid ganas.
Beberapa radionuklida telah digunakan untuk pencitraan kelenjar
tiroid. Penggunaan yodium radioaktif (131I atau 123I) telah dijelaskan; Namun,
radioaktif technetium-99m ( pertechnetate ; 99mTcO4) adalah radionuklida yang
paling umum digunakan. 99mTcO4 terperangkap dan terkonsentrasi di dalam sel-sel
folikuler tiroid karena konfigurasi molekuler 99mTcO4 meniru ukuran dan muatan
iodide.

99mTcO4 adalah radionuklida pilihan untuk pencitraan tiroid rutin karena


biayanya rendah, waktu paruh pendek, penyerapan cepat oleh tiroid, emisi energi γ-
partikel rendah, dan kekurangan β-emisi. Setelah injeksi intravena 99mTcO4,
konsentrasi radionuklida dalam jaringan tiroid terjadi selama 20–120 menit dan semua
jaringan tiroid yang berfungsi dapat dideteksi dengan menggunakan kamera gamma.

Pada kucing normal, konsentrat pertechnetat dalam jaringan saliva dan tiroid
ke tingkat yang sama, dan pada tingkat yang lebih rendah dalam jaringan epitel seperti
mukosa lambung. Kelenjar tiroid normal merupakan oval memanjang dari ukuran dan
lokasi yang serupa secara bilateral. Aktivitas tiroid dinilai dengan membandingkan
rasio serapan 99mTcO4 oleh kelenjar tiroid dengan pengambilan oleh kelenjar saliva
molar zygomatic menggunakan wilayah yang tertarik ditarik di sekitar jaringan saliva
dan jaringan tiroid .

Tiroid untuk rasio serapan kelenjar ludah kira-kira 1: 1 pada kucing normal dan
lebih dari 1: 1 di hyperthyroidism. Peningkatan tiroid untuk rasio ludah berbanding
lurus dengan tiroid function. kelenjar Seperti telah dibahas sebelumnya, sebagian besar
kucing hipertiroid memiliki penyakit bilateral, bahkan jika tidak dihargai oleh
serviks rabaan.

Skintigrafi tiroid memungkinkan perluasan jaringan tiroid yang abnormal untuk


ditentukan. Skintigrafi pada kucing dengan penyakit tiroid unilateral sejati hanya akan
mengungkapkan satu kelenjar tiroid aktif karena penekanan TSH kronis menyebabkan
atrofi kelenjar kontralateral. Sebaliknya, kedua kelenjar tiroid terdeteksi pada kucing
dengan penyakit bilateral, meskipun kurangnya sirkulasi TSH. Hipertiroidisme
bilateral biasanya menghasilkan pembesaran tiroid asimetris.
Literatur telah melaporkan bahwa 3% -20% dari kucing hipertiroid memiliki
jaringan tiroid fungsional abnormal yang terletak di mediastinum kranial, yang hanya
dapat dideteksi dengan skintigrafi. Meskipun histopatologi tetap menjadi standar emas
untuk diagnosis karsinoma tiroid, skintigrafi tiroid. dapat membantu dalam diagnosis
dugaan melalui deteksi massa yang tidak dapat dipalpasi.

Meskipun satu laporan tidak menemukan fitur yang dapat diandalkan


pada skintigrafi untuk membedakan karsinoma tiroid dari adenoma , 55 orang lainnya
telah menggambarkan hubungan antara keganasan dan pola ambilan radionuklida
tertentu. Pola-pola yang telah dikaitkan dengan keganasan termasuk serapan di
mediastinum kranial, deteksi daerah yang luas dan ekstensif serapan, terdistorsi,
pengambilan tidak teratur dengan aktivitas yang melampaui kelenjar tiroid margin, dan
deteksi pola ambilan multifokal linear.

- Ultrasound tiroid
Ultrasonografi dapat digunakan untuk mengevaluasi arsitektur kelenjar
tiroid; Namun, itu tidak berguna untuk diagnosis hipertiroidisme. Normal kelenjar
tiroid kucing tipis, fusiform berbentuk, dan sekitar 15-25 mm, dengan echogenicity
seragam dan dikelilingi oleh tipis, hyperechoic capsule. Pemeriksaan USG dari 15
kucing hipertiroid mengungkapkan kelenjar tiroid yang lebih besar dengan margin bulat
, campuran echotexture, dan peningkatan vaskularisasi dibandingkan dengan
penampilan kelenjar yang sama 6 bulan setelah sukses
131I volume therapy. Sonografis ditentukan dari kelenjar adenomatosa tunggal dari
kucing hipertiroid berada di kisaran 552-572 mm3 dibandingkan dengan volume tiroid
di kasaran 40-140 mm3 pada kucing dengan fungsi tiroid normal.

2. 5 Gejala Klinis

Kucing yang terkena hipertiroidisme memiliki usia rata-rata 12-13 tahun, dengan
kurang dari 5% lebih muda dari 10 tahun. Diagnosis hipertiroidisme kucing melibatkan
pertimbangan tanda klinis, temuan pemeriksaan fisik, serta perubahan klinikopatologi dan
spesifik pengujian konfirmasi. Karena hormon tiroid memiliki banyak fungsi di seluruh
tubuh, hampir setiap sistem organ dipengaruhi oleh peningkatan konsentrasi hormon tiroid.
Kucing dengan bukti klinis tirotoksikosis biasanya memiliki riwayat penurunan berat
badan dalam menghadapi nafsu makan normal atau meningkat, peningkatan aktivitas /
gelisah, poliuria / polidipsia, mantel tidak terawat, dan tanda-tanda gastrointestinal, seperti
muntah dan diare. Namun tingkat keparahan tanda-tanda ini telah menurun dalam 20 tahun
terakhir karena sindrom ini diakui sebelumnya dalam perjalanan penyakit, mungkin karena
kesadaran yang meningkat.

Selain itu, sekitar 10% dari kucing yang terkena menunjukkan “Apathetic
hyperthyroidism”, yang ditandai oleh penurunan nafsu makan dan kelesuan. Lebih dari 90%
dari kucing hipertiroid memiliki nodul tiroid teraba pada saat diagnosis. Peningkatan
konsentrasi hormon tiroid juga menyebabkan perubahan hemodinamik kardiovaskular,
mempengaruhi detak jantung, irama jantung, dan curah jantung.

Pada kucing hipertiroid, ini dapat dihargai secara klinis dengan adanya takikardia,
peningkatan intensitas detak jantung, dan aritmia, serta murmur jantung sistolik (biasanya
kelas I-III / VI), yang terjadi pada sekitar 50% kucing hipertiroid. Meskipun ini mungkin
temuan umum pada pemeriksaan fisik, gagal jantung kongestif jarang terjadi. Akhirnya,
hipertensi ringan sampai sedang awalnya dianggap sebagai temuan umum pada kucing
hipertiroid, yang akan membaik dengan kembali ke keadaan eutiroid.

Laporan saat ini menunjukkan bahwa sekitar 10% kucing memiliki hipertensi pada
saat diagnosis hipertiroidisme, dan ini terkait dengan berkurangnya waktu bertahan hidup
pada kucing hipertiroid. Lebih lanjut 20% kucing mengembangkan hipertensi setelah
pengobatan dan kembali ke keadaan eutiroid. , yang mungkin terkait dengan unmasking
disfungsi ginjal. Abnormalitas hematologi dan biokimia umum dengan hipertiroidisme.
Sekitar 40% -50% kucing dengan hipertiroidisme menunjukkan sedikit peningkatan volume
sel yang dikemas, dan sekitar 20% mengembangkan makrositosis. Perubahan Erythrocyte
diperkirakan dihasilkan dari peningkatan produksi eritropoietin sekunder akibat peningkatan
konsumsi oksigen yang terjadi. Pada hipertiroidisme, serta efek langsung pada sumsum
tulang dari thyroid hormoneemediated β-adrenergic stimulation untuk meningkatkan produksi
dan pelepasan sel darah merah.
Perubahan leukogram umum termasuk neutrophilia, lymphopenia, eosinopenia, dan
monocytosis. Biokimia yang paling umum perubahan yang diamati pada kucing hipertiroid
meningkat aminotransferase (ALT) dan tingkat alkalin fosfatase (ALP). Faktanya, lebih dari
90% kucing hipertiroid memiliki ketinggian ALT atau ALP. Meskipun peningkatan ALT dan
/ atau ALP biasanya ringan, peningkatan yang parah dapat diamati.

Ada beberapa data mengenai mekanisme untuk peningkatan enzim hati pada kucing
dengan hipertiroidisme; Namun, pada tikus hipertiroid, efek toksik langsung dari T3
menghasilkan peroksidasi lipid, oksidasi protein, dan penipisan glutathione mitokondria hati
dengan apoptosis berikutnya telah diamati. Studi feline yang terbatas telah menunjukkan
bahwa baik isoenzim ALP hati dan tulang berkontribusi terhadap peningkatan ALP serum
pada kucing hipertiroid.

Meskipun demikian rekomendasi sebelumnya termasuk mengevaluasi kucing


hipertiroid dengan ALP atau aktivitas ALT .500 IU / L untuk penyakit bersamaan,
pengalaman lebih lanjut telah mengungkapkan bahwa perubahan yang terlihat pada hati
sekunder terhadap hipertiroidisme biasanya tidak mempengaruhi tes fungsi hati, seperti
pasangan asam empedu serum, sehingga pengujian tersebut mungkin tidak dijamin.

Selain itu, evaluasi histologis hati pada kucing dengan hipertiroidisme


mengungkapkan perubahan nonspesifik dan ringan, dan perubahan enzim hati terkait dengan
hipertiroidisme biasanya kembali ke dalam interval referensi dengan manajemen penyakit
yang berhasil. Urinalisis menghasilkan hipertiroid d kucing umumnya tidak spesifik; Namun,
banyak kucing hipertiroid memiliki proteinuria ringan.

Meskipun mekanisme proteinuria pada kucing hipertiroid tidak sepenuhnya dipahami,


pengobatan hipertiroidisme yang berhasil menyebabkan penurunan cepat ekskresi protein
urin seperti yang dinilai oleh protein urin terhadap rasio kreatinin dan albumin urin sampai
rasio kreatinin. Juga telah dilaporkan bahwa hingga 12% -22% dari kucing hipertiroid yang
datang dengan infeksi saluran kemih.
Ketika sinyal, riwayat, tanda-tanda klinis, temuan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
darah awal sesuai dengan hipertiroidisme kucing, tes konfirmasi tambahan direkomendasikan

6. teknis pemeriksaan laboratorium


7. gambar dan penjelasan perubahan histopatologi yang menciri
8. pengobatan, pencegahan, dan pengendalian
9. cara kerja obat terhadap agen penyakit

10. aspek molekuler dari sumber penyakit, patogenesis, pengobatan, reaksi tubuh hewan
ataupun pemeriksaan laboratorium harap di masukkan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai