PENDAHULUAN
1.1.1. Latar Belakang
Tingginya lalulintas komoditi perikanan selain berdampak positif juga memiliki dampak yang
negatif dimana konsekuensi dari kegiatan tersebut secara langsung akan meningkatkan juga
potensi atau resiko penyebaran hama dan penyakit ikan sehingga menimbulkan krugian sosialekonomi yang tinggi dari suatu area ke area lain.
Untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit ikan dari suatu area ke area lainnya diperlukan
suatu mekanisme tindkan karantina ikan yang meliputi pencegahan dan penanggulangan hama
dan penyakit ikan berbahaya. Berdasarkan UU No. 16 Tahun 1992 tentang karantina hewan,
Tumbuhan dan ikan dan PP No 15 Tahun 2004 tentang Karantina Ikan, Karantina Ikan yang
memiliki tugas pokok dan fungsi untuk mencegah masuk dan trsebarnya hama dan penyakit ikan
antar area di dalam wilayah indonesia atau dari dan ke wilayah negara lainnya. Untuk
mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, pusat karantina ikan dilengkapi unit-unit
pelaksana teknis (UPT) yang tersebar di hampir seluruh wilaya indonesia dimana UPT-UPT
tersebut memiliki tugas dalam melaksanakan tindakan-tindakan teknis yang terkait dengan
lalulintas komoditi perikanan baik domestik, ekspor maupun inpor.
Berdasarkan laporan FAO Year Book 2009, Produksi perikanan tangkap Indonesia sampai
dengan tahun 2007 berada pada peringkat ke-3 dunia dengan tingkat produksi perikanan tangkap
pada periode 2003-2007 mengalami kenaikan rata-rata produksi sebesar 1,54%. Disamping itu,
Indonesia juga merupakan produsen perikanan budidaya pada urutan ke-4di dunia, sampai
dengan tahun 2007 posisi produksi dengan kenaikan rata-rata produksi pertahun sejak 2003
mencapai 8,79%. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi penghasil
produk perikanan terbesar dunia, karena terus meningkatnya kontribusi produk perikanan
Indonesia di dunia pada periode 2004-2009. Menurut Daryanto (2007), sumberdaya pada sektor
perikanan merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi hajat hidup masyarakat dan
memiliki potensi dijadikan sebagai penggerak utama (prime mover) ekonomi nasional. Hal ini
didasari pada kenyataan bahwa pertama, Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang besar
baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas. Kedua, Industri di sektor perikanan memiliki
keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya. Ketiga, Industri perikanan berbasis sumberdaya
nasional atau dikenal dengan istilah national resources based industries, dan keempat Indonesia
memiliki keunggulan (comparative advantage) yang tinggi di sektor perikanan sebagimana
dicerminkan dari potensi sumberdaya yang ada.
Mengingat sangat besar manfaat ikan bagi masyarakat, maka perlu dilakukan upaya
kelestariannya. Ikan merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui, artinya jika pengelolaan
sumberdaya perikanan dilakukan dengan memperhatikan aspek kontinuitas, maka ketersediaan
protein hewani juga akan stabil. Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian penting adalah
aspek penyakit. Penyakit yang sulit ditanggulangi tentu akan mengancam kelestarian
sumberdaya perikanan. Prinsip pengobatan terhadap penyakit bukan lagi merupakan salah satu
hal utama yang harus dilakukan. Kecenderungan prinsip dalam bidang kesehatan sekarang telah
bergeser menjadi prinsip pencegahan terhadap penyakit. Oleh karena itu, perlu diperkuat sistem
pertahanan untuk mencegah masuknya penyakit-penyakit ikan yang belum pernah ada di
Indonesia (penyakit eksotik) dan tersebarnya penyakit ikan dari suatu area ke area lain. Wabah
penyakit sedang semakin diakui sebagai hambatan yang signifikan untuk produksi perikanan
budidaya dan perdagangan dan mempengaruhi pembangunan ekonomi sektor di banyak negara
di dunia. Penyakit sekarang dianggapsebagai salah satu faktor pembatas dalam budidaya, yang
menimbulkan efek langsung pada kerugian ekonomi, dan pengaruh secara tidak langsung yaitu
pada aspek sosial dan aspek lainnya, seperti masalah perdagangan dan ketenagakerjaan,
penggunaan bahan kimia dan obat-obatan, dan biaya lingkungan, tidak pernah benar diukur
(FAO,1997).
Potensi pemanfaatan sumberdaya hayati ikan Indonesia yang besar, dan semakin meningkatnya
lalulintas komoditas perikanan baik antar negara maupun antar area didalam wilayah Negara
Republik Indonesia, memiliki peluang terhadap meningkatnya risiko masuk dan tersebarnya
hama dan penyakit ikan karantina (HPIK), baik yang berasal dari luar negeri maupun antar area
di dalam wilayah negara Republik Indonesia. Hal tersebut dapat mengancam kelestarian
sumberdaya hayati ikan Indonesia, dan menurunkan tingkat produksi budidaya ikan, sehingga
pada akhirnya dapat merugikan perekonomian nasional. Oleh karena itu tindakan pencegahan
terhadap masuk dan tersebarnya HPIK perlu dilakukan melalui tindakan karantina ikan pada
media pembawa/produk perikanan yang dilalulintaskan. Hal sependapat diungkapkan oleh
Arthur, J.R. et al (2008) Karantina adalah tindakan manajemen risiko yang penting dan kegiatan
utama yang harus dipertimbangkan ketika mengembangkan strategi nasional untuk manajemen
kesehatan hewan akuatik. Hal ini juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan
biosecurity di tingkat produksi. Penyakit ikan merupakan akibat dari serangkaian variabel
kompleks yaitu variabel dari inang, patogen, dan lingkungan. Sedangkan ikan liar umumnya
dipandang sebagai relatif bebas dari penyakit, penyakit ikan merupakan salah satu komponen
yang memiliki pengaruh penting pada ekosistem perairan (Hedrick R.P., 1998). Pembangunan
karantina ikan merupakan bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan yang
merupakan penggerak dan pilar pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan karantina ikan
bertujuan antara lain untuk meningkatkan sistem perkarantinaan ikan nasional yang
komprehensif, prospektif dan kompatibel.
Dalam pembangunan kelautan dan perikanan, karantina ikan mempunyai peran sangat penting
dan strategis dalam hubungannya dengan lalulintas komoditas perikanan, karena disatu sisi
karantina ikan diharapkan mampu sebagai filter pertama bagi masuknya komoditas perikanan
impor atau pemasukan dari area asal, dan di lain pihak harus mampu menjamin mutu dan
kesehatan ikan bagi produk perikanan Indonesia yang akan di ekspor atau dikeluarkan ke area
tujuan.
Dunia budidaya mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam membangun
perekonomian nasional, dalam meningkatkan perluasan kesempatan kerja dan peningkatan taraf
hidup pada umumnya. Pemerintah dalam hal ini kementrian kelautan dan perikanan dengan
pihak-pihak yang berkompoten yang di dalamnya, para petani ikan, pembudidya dan pelakupelaku usaha bersinergi unruk mencapai tujuan tersebut.
1.2. Tujuan
.
1. Mengetahui jenis-jenis bakteri pathogen pada ikan budidaya air tawar
2. Mengetahui cara mengidentifikasi bakteri pathogen pada benih ikan air tawar di stasiun
karantina ikan pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan kelas 1 jogjakarta.
3. Mengetahui bakteri apa saja yang menginfeksi benih ikan air tawar di stasiun karantina ikan
pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan kelas 1 jogjakarta.
4. Mengetahui karakteristik bakteri pathogen yang menyerang benih ikan air tawar di stasiun
karantina ikan pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan kelas 1 jogjakarta.
1.3. Manfaat
Adapun menfaatnya dari kegiatan kerja praktek ini adalah agar dapat menambah wawasan
mengenai cara identifikasi bakteri dan mendapatkan pengalaman kerja secara langsung di
lapangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Bakteri
2.1.1. Pengertian Bakteri
Bakteri merupakan salah satu organisme mikroskopik yang dapat menimbulkan penyakit
(infeksi) pada manusia. Meskipun pada umumnya jenis bakteri yang merugikan jumlahnya lebih
sedikit dari jumlah keseluruhan spesies bakteri yang ada di dunia, akan tetapi kaerna bersifat
patogen, maka dapat sangat mengganggu kehidupan, kesehatan dan bahkan dalam keadaan akut
dapat menyebabkan kematian manusia.Bakteri dapat hidup pada berbagai media, mulai dari
tanah, air baik perairan asin, perairan payau atau estuarin maupun perairan tawar dan udara, pada
kondisi suhu yang ideal bakteri akan berkembang biak melalui pembelahan sel maupun dengan
spora. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap aktivitas bakteri yang hidup di
perairan, di antaranya adalah suhu, nutrisi atau makanan yang tersedia serta salinitas.
2.1.2. Ciri dan morfologi umum bakteri
a. Ciri-ciri
1) Organisme multiselluler.
2) Prokariot (tidak memiliki membran inti sel).
3) Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki
ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.
4) Hidup bebas atau parasit.
b. Morfologi
1) Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola.
Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder.
2) Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung.
Pada beberapa jenis ikan, borok tersebut menonjol keluar tidak kedalam. Pada ikan yang bersisik
yang terserang parah dapat pula menyebabkan sisiknya berdiri dan kemudian lepas. Sedang pada
ikan yang tidak bersisik hemorhagik dapat menyebabkan kulit luarnya mengelupas. Sering ikan
yang terserang penyakit bacterial anusnya menonjol dan menjadi kemerah-merahan. Apabila
gejala parah tidak saja anusnya yang kemerah-merahan tetapi juga sirip dubur pinna analis.
Banyak pula jenis bakteri yang menyerang ekor dan sirip, sirip ekor dan sirip punggung menjadi
patah. Apabila sirip telah habis maka bakteri akan menyerang pangkal sirip dan bagian tubuh di
dekat pangkal sirip. Bagian kepala, terutama mulut perlu di teliti karena beberapa jenis bakteri
penyebab penyakit gram negative septisemia juga mengakibatkan tanda-tanda kemerah-merahan
pada rongga mulut. Bahkan ada bakteri yang menyebabkan pendarahan pada mulut, dasar mulut
dan tutup insang juga sering menunjukkan gejala kemerah-merahan. Apabila tutup insang di
buka insang akan tampak kemerah-merahan, lebih merah dari yang normal atau jusrtru menjadi
pucat karena anemia atau kekurangan darah. Gejala lainnya seperti bola mata menonjol keluar
atau exopthalmia dan perut mengembung atau abdominal distended yang apabila di bedah akan
keluar cairan agak kental berwarna kekuning-kuningan.
2.2.2. Gejalan dalam (internal)
Gejalan adanya penyakit dalam tubuh ikan adalah adanya cairan di rongga tubuh, biasanya
berwarna kekuning-kuningan. Organ dalam seperti alat pencernaan, hati, empedu, gelembung
udara, jantung dan ginjal berubah waranya di banding ikan yang sehat, pada umumnya tampak
kemerah-merahan. Untuk ginjal perlu diamati lebih teliti, karena apabila ikan terserang bakteri
tertentu, yaitu Renibacterium salmoninarum atau Bacterial Kidney Desiase (BKD), ginjal akan
terlihat berwarnah abu-abu terutama ginjal di belakang atau posterior.
2.3. Krakteristik Bakteri
Bakteri patogen pada ikan terdiri atas :
a. Bakteri grram negatif :
Vibrio anguillarum, V.ordalii, V.salmonicida, V.alginolyticus, damsela, V.cholera (non O1),
V.vulnificus, Aermonas salmonicida, subsp salmonicida, subsp achromogenes, subsp masoucida,
A. hydrophila, Pasteurella piscicida, Providencia ruttgeri, Edwardsiella tarda, E.ictaluri, Serratia
plymuthica, Yersinia ruckeri, Acinetobacter, Pseudomonas anguillispetica, P. chlororaphis,
fluorescens, Flexibacter psychrophilus, F. columnaris, F. maritimus, Flavobacterium
branchiophila, Richettsiales, Renibacterium salmoninarum, Eubacterium tarrantelus,
Carnobacterium piscicola, Vagococcus salmoninarum.
b. Bakteri gram positif : Lactococcus piscium, Staphilococcus sp. Streptococcus sp.
Streptoverticilium, Clostridium botulinum
2.3.1. Aeromonas salmonicida
Aeromonas salmonicida merupakan bakteri gram negatif, Bakteri gram-negatif adalah bakteri
yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. A.
Salmonicida berbentuk batang pendek ( 1,3-2,0 x 0,8-1,3 m ), non motil atau tidak bergerak,
tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, resisten terhadap 0/129, pertumbuhan optimum pada
suhu 22C, G+C ratio 57-63%, memproduksi brown pigmen yang diffusible (untuk strain
typical). Koloni bakteri ini berwarna putih, kecil, bulat, dan cembung. Strain typical dapat
menghasilkan pigmen coklat yang akan lebih kelihatan apabila medium ditambah dengan
tyrosine atau phenylalanine. Pada media dengan kandungan asam amino tinggi pigmen coklat
akan jelas kelihatan pada umur kultur 48 jam. Secara biokimia bakteri ini mempunyai sifat-sifat :
oksidase positif dan memfermentasi glukosa. Morfologi koloni : pada medium standar ( TSA,
BHA, dll), koloni berwarnah putih, circular/bulat dan konvek. Pada medium Furunculosis Aagar
(FA) membentuk pigmen terutama untuk sub spesies salmonicida.
2.3.2. Renibacterium salmoninarum
Merupakan bakteri gram positif, tidak motil, tanpa kapsul, no acitd fast dan sring terdapat
berpasangan. Pada medium CSA (Cystem Serum Agar) dn KDM-2 (Kidney Desiase Medium)
tumbuh lambat (sampai 6 minggu), berbentuk koloni bulat, cembung, entire, krem kuning
dengan ukuran berfariasi, bakteri ini berbentuk batang pendek (0,3-1,5 x 0,1-1,0 um).
2.3.3. Mycobacterium
Genus Mycobacterium merupakan kelompok bakteri Gram positip, berbentuk batang, berukuran
lebih kecil dibandingkan bakteri lainnya. Genus ini mempunyai karakteristik unik karena dinding
selnya kaya akan lipid, dan lapisan tebal peptidoglikan yang mengandung arabinogalaktan,
lipoarabinomanan dan asam mikolat. Asam mikolat tidak biasa dijumpai pada bakteri dan hanya
dijumpai pada dinding sel Mycobacterium dan Corynebacterium. Bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA). (Anonim, 2008 and Poeloengan et. al, 2007).
Bakteri ini bentuk batang memanjang sampai 7 um, pleomorfik, tidak bercabang, non motil,
tanpa endospore, tanpa kapsul, beberapa spesies memproduksi pigmen, acid fast positif, dan
gram negative lemah.
2.3.4. Nocardia sp
Pada medim Nutrien Agar (NA) membentuk koloni yang befariasi, yaitu datar atau cembung,
permukaan halus, kasar atau berkerut dengan warna coklat, abu-abu, kuning atau merah mudah.
Morfoliginya merupakan pleomorfik, miselia bercabang seperti filament atau terpisah, berbentuk
agak bulat, atau batang, non motil, tidak membentuk kapsul, gram positif, dan merupakan acid
fast positip lemah.
2.3.5. Edwardsiella sp
Pada medium BHIA dan TSA, koloni berukuran kecil (diameter 0,5 mm), bentuk bulat,
transparan, dan merupakan bakteri yang pertumbuhannya lambat. Tumbuh pada suhu optimum
35C dengan masa ingkubasi 48 jam dan tidak tumbuh pada suhu <10 C dan >45C. Bakteri
gram negative non acid fast, berbentuk batang, pendek, motil, tidak membentuk spora dan tidak
membentuk kapsul.
2.3.6. Streptococcus sp
Merupakan bakteri yang tumbuh baik pada media standar (TSA, BHIA, dan Agar darah), koloni
akan tumbuh 48 jam (22 C - 37 C), dengan ukuran kecil (diameter 0,5 mm), berwarna putih
transparan, rata dan agak cembung, pada Agar darah ada yang hemolitik. Morfologinya
berbentuk kokus, ada dalam bentuk berpasangan atau rantai pendek, tidak motil, tidak
membentuk kapsul dan spora, gram positif dan non acid fast.
2.3.7. Pasteurella sp
Merupakan bakteri gram negative, non motil, coccobacili 0,5 x 1,5 um, berflagela, bipolar, pleo
morfik, tidak membentuk spora dan kapsul. Bakteri ini tumbuh baik pada media standar NA,
TSA, BHIA dengan penambahan 1 - 2 % NACL dan tumbuh pada suhu incubasi 25 C selama
48 72 jam akan membentuk koloni shyni, grey yellow, rata cembung dengan diameter 1-2 mm.
2.3.8. Yersinia ruckeri
Bakteri gram negative dan non acid fast, bentuk batang, motil dengan 7-8 flagela peritrik, tidak
membentuk spora dan kapsul. Tumbuh baik pada media TSA, BHIA dengan koloni berwarna
putih bentuk bulat ( round ), entire raised, shyni dan diameter koloni 2-3 mm (ingkubasi 48 jam
pada suhu 20-25 C).
2.3.9. Vibrio sp
Bakteri gram negative, agak bengkak (kurve) atau batang pendek , motil dengan polar flagella,
tidak berspora dan berkapsul. Beberapa species ada yang pleomorpik. Tumbuh baik pada media
standar (TSA, BHIA, dan NA) dengan tambahan 0,5-3,5 % NACL. Koloni yang berbentuk
berwarna krem sampai coklat muda, bentuk bulat, konvek, tepi rata, dan tanpa pigmen. Pada
media TCBS tumbuh dengan koloni yang berbeda-beda.
2.3.10. Motil aeromonas
Bakteri gram negative dan non acid fast, berbentuk batang pendek dan kurva, motil dengan
flageal polar tunggl, tanpa endospore dan kapsul. Pada media standar, koloni terbentuk kecil
dengan diameter 2-3 mm, berwarna krem, round, raised, shyni, dan dengan tepi rata. Pada media
selektif (R-S medium), koloni berwarna kuning (terutama A.hidrophila).
2.3.11. Flexibacter columnaris
Bakteri berbentuk batang dengan ukuran 0,5 - 0,7 mm x 4 um, motil dengan meluncur (gliding),
tanpa flagella, tidak membentuk kapsul dan spora. Nakteri ini tumbuh pada media Cytphage
Agara (CA) dengan koloni berwarna biru kekuningan, kuning pucat, tipis, menyebar, tidak tentu
dan rhizoid.
2.3.12. Pseudomonas sp
Bakteri gram negative, motil,berbentuk batang, tanpa endospora, dan biasanya berkapsul. Pada
medium standar mengeluarkan pigmen yang berpedar dan akan lebih nyata dilihat dibawah sinar
ultra violet.
2.3.13. Cytophaga psychrophila
Merupakan bakteri gram negative , non acid fast, batang panjang dan fleksibel motil dengan
meluncur, tidak membentuk spora dan kapsul, pada kultur yang sudah tua akan terbentuk
spheroplast. Tumbuh baik pada media umum miskin nutrient, sperti medium CA, koloni yang
terbentuk seperti telur goreng dengan warna kuning, orange atau merah, spreader dan
memeproduksi pigmen kuning yang tidak larut.
2.3.14. Sporocytophaga
Merupakan bakteri gram negative yang membentuk nicrosistis.
b. Uji Indol
Mengetahui kemampuan bakteri dalam mengurai tryptophan menjadi indole, reaksi positif jika
membentuk cincin merah dan reaksi negative jika terbentuk cincin kuning yaitu setelah diberi
reagen kovacs atau reagen Erhlich.
c. Uji MR-Vp (Methyl Red Voges Proskauer
MR : untuk mengethui kemmpuan bakteri dalam mengasamkan glukosa.
Vp : untuk mengetahui bakteri mengurai lebih lanjut glukosa menjadi acetylmethyl carbinol atau
acetoi-butanodiol. Hasil menunjukkan posistif jika permukaan larutan berubah menjadi merah
dan hasil negative di tandi dengan warna kuning.
d. Uji Citrate
Mengetahui kemampuan tumbuh bakteri dalam menggunakan sumber karbon dari senyawa
citrate. Hasil positif jika warna media berwarna biru dan hasil negative di tandai dengan media
tetap berwarna hijau.
e. Uji Urase
mengetahu kemampuan bakteri dalam menghasilkan enzim urase. Reaksi positif jika warna
media menjadi pink dan negative warna media tetap kuning.
f. Uji Gelatinase
Mengetahui kemampuan bakteri menghasilkan enzim gelatinase dalam menghidrolisa gelatin
menjadi asam amino. Hasil menunjukkan positif jika medium tetap cair dan negative jika
medium membeku.
g. Uji OF (Oksidatif/Fermentatif)
Mengetahui suatu bakteri dalam kemampuannya mengurai karbohidrat (glukosa) secara oksidatif
dan fermentative. Fermentatif jika medium yang di tutup paraffin cair steril berubah warna dari
hijau menjadi kuning, Oksidatif jika medium yang tidak ditutp paraffin cair steril saja yang
berubah dari hijau tua menjadi kuning, sedangkan negative jika terjadi pertumbuhan bakteri tapi
tidak ada perubahan warna media O/F.
h. Uji Ornithine Decarboxylase
Untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam mengurai ornithine (asam amino) menjadi amine.
Hasil positif jika media berwarna ungu dan hasil negative jika warna berubah menjadi kuning
atau kekuningan.
i. Uji Lysine Decarboxylase dan Lysine Deaminase.
Uji Lysine Decarboxylase untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam mengurai asam amino
menjadi amine dan Uji Lysine Deaminase yaitu untuk mengetahu kemampuan bakteri mengurai
asam amino menjadi carboxyl.
III. MATERI DAN METODE
3.1. Alat dan bahan
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam mengidentifikasi bakteri mulai dari proses nekropsi samapi dengan
proses uji gula (glukosa ) adalah antara lain gunting, pinset, laminari blosafety, kapas, tissue,
cawan petri, dissecting set, baki bedah, mortar, tabung reaksi, inokulasi set, Bunsen, cover glass,
pipet tetes, autocklave, slide glaas, incubator, rak tabung reaksi, show chase,
mikroskop,refrigerator, vortex, alat tulis, petri dish, tusuk gigi.
3.1.2. Kumpulan Bahan Kuliah
Adapun bahan yang digunakan dalam proses identifkasi bakteri pada ikan adalah mediam umum
( Trypton Soy Agar/ TSA 0,5%, NaCl ), media GSP, media EIM, akuades, iodin 2 %, alcohol 70
%, trypton water, larutan KOH 3%, reagen kovacs (indol), larutan H2O2 3 %, kertas reagen
oksidase, media TSIA, media OF, media LIA, media indol, media Ornithin, media Citrate,
gelatin, urea, media Mr-Vp, dan media gula-gula.
3.2. Metode
3.2.1. Prosedur Kerja
a. Preparasi sampel ikan/udang < 4 cm
Preparasi sempe ini dilakukan untuk spesies ikan yang berukruan kurang dari 4 cm. setelah
dimatikan, permukaan tubuh ikan didesinfeksi dengan mengoleskan iodin 2%, keseluruh tubuh,
kemudian sampel digerus menggunakan mortar dan tambahkan 5 tetes saline steril (NaCl
0,80%), setelah itu hasil gerusan di tuang ke dalam petridish steril. Inokulasikan sediaan sampel
tersebut pada lempeng agar TSA, atau media selektif dengan ose secara aseptis.
b. Preparasi sampel ikan/Udang > 4 cm
Preparasi ini dilakukan untuk spesies ikan yang berukuran di atas 4 cm, permukaan tubuh ikan
disinfeksikan dengan mengoleskan iodin 2% pada permukaan bagian luar dan bedah ikan secara
aseptis. Ambil organ dalam (ginjal, hati, limpa, jantung), kemudian digerus dengan mortar dan
ditambahkan 5 tetes larutan saline steril (NaCl 0,85%) setelah itu hasil gerusan dimasukkan
kedalam petridish steril. Inokulasikan sediaan sempel pada lempeng agar TSA atau media
selektif dengan ose secara aseptis.
3.2.2. Pemurnian
Pindahkan koloni target dengan menggunakan jarum ose lurus ke lempeng agar TSA,EIM, dan
GSP sesuai dengan bakteri (target) yang akan di tumbuhkan (di identifikasi), kemudian perlahanlahan buat goresan secara aseptis. Ingkubasi pada suhu 25C-30C selama 18-24 jam.
3.2.3. Uji Presumtif dan Uji Biokimia
Ambi biakan bakteri yang berumur 18-24 jam untuk uji presumtif (KOH 3%, H2O2, kertas
reagen oksidase, juga tanam biakan bakteri dari hasil pemurnian ke media-media uji biokim
dengan menggunakan ose secara aseptis, inkubasi pada suhu 25C-30C selama 18-24 jam.
3.2.4. Identifikasi
Bakteri diindentifikasi menurut diagram Cowan (1960), sampai ditemukan genusnya, identifikasi
dilanjutkan dengan menggunakan Bergeys (2004) atau Austin (2007) apabila diperlukan. Jika
belum ditemukan genus/species pada pada hasil uji sebelumnya (uji fermentative dan uji
biokimia) maka perlu dilanjutkan dengan ujia gula-gula (glukosa, sucrose, manitol, arabinose
dan salicin) untuk menemukan species bakteri yang lebi spesifik.
3.2.5. Penyimpanan Isolat
Penyimpanan isolate bakteri non-HPIK dilakukan paling lama 5 hari setelah hasil identifikasi
dikeluarkan dan selanjutnya dilakukan pemusnahan terhadap isolate tersebut atau disimpan
apabila diperlukan, sedangkan untuk isolate bakteri HPIK dilakukan penyimpanan pada media
semi solid (TSA 0,5% agar) dan selanjutnya dilakukan re-isolasi selambat-lambatnya 3 bulan
sekali.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Identifikasi Bakteri Pada Komoditas Perikanan Air Tawar
Pemeriksaan sempel ikan di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil
Perikanan Kelas 1 Jogjakarta sebagian besar merupakan benih, namun ada juga telur dan juga
ikan besar, sampel yang masuk dalam sehari bisa samapi dengan jumlah yang banyak,
banyaknya sampel berpengaruh pada penyediaan media seabagai proses identifikasi yaitu
dimulai dari proses isolasi sampai dengan tahap uji biokimia. Dari kegiatan yang selama
dilakukan di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas 1
Jogjakarta sampel yang di gunakan sebagai data hasil identifikasi adalah benih ikan Lele, benih
ikan Mas, benih ikan Gurame, benih ikan Nila, dan benih ikan Grasscarp. Selanutnya lihat tabel
berikut.
Tabel 1 : jenis sempel yang di identifikasi
No Kode sempel Jenis sempel
(benih ikan) jumlah Hasil Identifikasi
Bakteri
1 K/2701/14/02 Benih Grasscarp 1 ekor
2 K/270114/06 Benih Mas 1 ekor
3 PPC/270114/01 Benih Lele 1 ekor
4 PPC/270114/02a Benih Lele 1 ekor
5 PPC/270114/02b Benih Gurame 1 ekor
6 PPC/270114/02c Benih Nila 1 ekor
Trypticase Soy Agar
TSA merupakan media kultur universal, hampir semua jenis bakteri bisa tumbuh pada
media ini.
Foto : TSA
Cara Pembuatan :
10,5-10,7 gram Trypticase Soy Agar dilarutkan dalam 250 ml aquadest, kemudian
dimasukan ke botol/tabung dan disterilkan di autoclave suhu 120 0C selama 15 menit.
Tahap akhir botol/tabung dimiringkan tungggu sampai mengeras.
Mata Kuliah
: Mikrobiologi
Perairan
Hari/Tanggal: Rabu, 2 April 2014
Asisten
Larasati
PEMBUATAN MEDIA TSA (TRYPTICASE SOY AGAR)
Martina Sihombing
4443120722
JURUSAN PERIKANAN
: Dea Putri
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2014
ABSTRAK
Media penumbuhan bakteri mempunyai berbagai macam fungsi seperti menumbuhkan
mikroba, mengisolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan
jumlah mikroba. Dalam proses pembuatannya harus disterilkan terlebih dahulu dan menerapkan
metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media agar. Pembiakan mikroba dalam
laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang
sesuai dengan mikroorganisme. Pada media yang digunakan pertumbuhan bakteri banyak
mengandung air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen,
hidrogen serta unsur-unsur sekelumit (trace element). Kegiatan praktikum di laksanakan pada
hari Rabu tanggal 2 April 2014. Alat yang digunakan adalah Cawan Petri, Erlenmeyer, Gelas
Ukur, Alumunium, Rubber Bulb dan Autoklaf. Bahan yang digunakan adalah Aquades sebanyak
50 ml dan TSA (Trypticase Soy Agar) sebanyak 2 gram. Praktikum dilakukan agar mahasiswa
mengetahui prosedur pembuatan media TSA (Trypticase Soya Agar) yang digunakan untuk
pertumbuhan mikroba atau bakteri.
Kata Kunci : Media , Mikroba , TSA
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Media agar mempunyai berbagai macam fungsi seperti menumbuhkan mikroba,
mengisolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah
mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus steril/bersih dan menerapkan metode aseptis
untuk menghindari kontaminasi pada media agar. Pembiakan mikroba dalam laboratorium
memerlukan medium yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan
mikroorganisme. Zat hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel,
keperluan energi dalam metabolisme, dan pergerakan. Lazimnya, medium pembiakan berisi air,
sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen serta
unsur-unsur sekelumit (trace element). Dalam bahan dasar medium dapat pula ditambahkan
faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin atau nukleotida. Media terbagi menjadi dua
golongan, yaitu : Media hidup dan Media mati
Media hidup pada umumnya dipakai dalam Laboratorium Virologi untuk pembiakan
berbagai virus, sedangkan dalam Laboratorium Bakteriologi hanya beberapa kuman tertentu saja,
dan terutama pada hewan percobaan. Contoh media hidup adalah: hewan percobaan (termasuk
manusia), telur berembrio, pembiakan jaringan, dan sel-sel pembiakan bakteri tertentu untuk
penelitian bakteriofage (bakteri yang terinfeksi oleh virus). Media agar yang digunakan adalah
TSA (Trypticase Soy Agar).
Trypticase Soy Agar (TSA) merupakan media agar yang digunakan untuk kegiatan
pengisolasian dan pembudidayaan berbagai macam mikroorganisme yang bersifat aerobik.
Medium ini digunakan untuk berbagai tujuan yang mencakup pemeliharaan stok budidaya,
isolasi berbagai macam spesies mikroorganisme, serta sebagai dasar untuk media termasuk darah
(Becton, Dickinson and Company 2007). Komposisi dari TSA ini antara lainApproximate
Formula* Per Liter Purified Water, Pancreatic Digest of Casein, Papaic Digest of Soybean,
Sodium Chloride, Agar.
1.2. Tujuan
Tujuan dilaksanakan praktikum kali ini adalah agar mahasiswa jurusan Perikanan fakultas
Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa mengetahui prosedur pembuatan media TSA
(Trypticase Soya Agar) yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba atau bakteri dan mampu
untuk membuat media agar sesuai dengan prosedur.
2. METODOLOGI
2.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum mata kuliah Mikrobiologi Perairan yang berjudul Pembuatan Media
TSA ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 2 April 2014 pukul 08.00 WIB sampai selesai yang
bertempat di Laboratorium TPHP Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa, Serang-Banten.
2.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum pembuatan media TSA ini adalah Cawan Petri,
Erlenmeyer, Gelas Ukur, Alumunium, Rubber Bulb dan Autoklaf. Bahan yang digunakan adalah
Aquades sebanyak 50 ml dan TSA (Trypticase Soy Agar) sebanyak 2 gram.
2.3. Prosedur Kerja
Hal pertama yang dilakukan adalah mengukur aquades sebanyak 50 ml di masukan
kedalam erlenmeyer dan lakukan pengukuran TSA (Trypticase Soy Agar) sebanyak 2 gram yang
dimasukkan pada erlenmeyer yang sudah berisi aquades yang sudah diukur kemudian digoyanggoyangkan sehingga aquades dan bubuk TSA teraduk merata kemudian tutup ujung erlenmeyer
menggunakan kertas alumunium dan diikat menggunakan karet kemudian hal yang harus
dilakukan adalah membungkus cawan petri menggunakan kertas kemudian cawan petri dan
erlenmeyer yang berisi campuran aquades dengan bubuk TSA disterilisasi menggunakan autoklaf
selama 30 menit kemudian pindahkan air yang ada pada cawan petri dan masukan cairan
erlenmeyer sebanyak 10 ml ke dalam cawan petri, diamkan sampai dingin dan didinginkan.
Diagram Alir
Siapkan Alat dan Bahan
Masukan Aquades 50 ml + bubuk TSA 2gr kedalam erlenmeyer, aduk dan bungkus
menggunakan kertas alumunium
Pelaksanaan praktikum Mikrobiologi Perairan sangat baik hanya saja penyampaian materi
harus diperjelas kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., J. B. Reece, dan L. G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid 1 Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Schlegel. Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum edisi VI. Gajah Mada University Press: Yoyakarta.
Sumanti,
Debby
M.,
dkk.
2008. Diktat
Penuntun
Praktikum
Mikrobiologi
Padjajaran:Jatinangor
PEMBUATAN MEDIA
Laporan Praktikum Mikrobiologi Air
Disusun Oleh
Widi Indra Kesuma
1114111058
Pangan.Universitas
HALAMAN PENGESAHAN
Nama Mahasiswa
No. Pokok Mhs
Program Studi
Fakultas
Judul Praktikum
Tempat
Waktu Praktikum
Kelompok
Npm.
Catatan
Nilai
2. Fungsi Aquades
Dalam suatu pembuatan media, aquades sangat diperlukan untuk melarutkan bahan
yang akan digunakan. Aquades juga merupakan sumber air yang nantinya akan
digunakan oleh mikroorganisme untuk bisa hidup (anonim, 2011).
3. Kelemahan dan kelebihan masing-masing media
a. Media TSA
Media TSA memiliki keunggulan yaitu dapat digunakan untuk menumbuhkan berbagai
macam jenis bakteri bakteri. Tetapi media ini memiliki kelemahan harus menghitung
terlebih dahulu.
b. Media TSB
Media ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya media broth diperkaya untuk tujuan
umum, untuk isolasi, dan penumbuhan bermacam mikroorganisme. Media ini banyak
digunakan untuk isolasi bakteri dari spesimenlaboratorium dan akan mendukung
pertumbuhan mayoritas bakteri patogen. Sedangkan kelemahannya yaitu media ini
hanya bisa digunakan dalam bentuk cair.
c. Media TCBS
Kelebihan dari media imi yaitu sangat bagus digunakan untuk menumbuhkan bakteri
vibrio. Sedangkan kelemahan dari media ini sangat rentan terhadap panas yang tinggi (
anonim, 2011).
C. MATERI DAN METODE
Praktikum ini dilakukan pada pukul 10.00 WIB di laboratorium Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tanggal 2 Oktober 2012. Alat dan bahan
yang digunakan untuk praktikum ini adalah media TSA, bacto peptone, bacto yeast
extract, bacto agar, aquades, dan air laut yang disaring.
Praktikum ini melalui beberapa tahap yaitu pembuatan media TSA, media TSB, media
TCBS, media Zobell 2216E, dan media GSP. Adapun prosedur kerja praktikum ini
sebagai berikut :
1. Pembuatan media TSA (Tryptone Soya Agar)
Sebanyak 40 gr TSA dilarutkan dalam 1 liter aquades lalu dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer. Lalu media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121 oC selama 15
menit. Kemudian sebagian media dituang ke tabung reaksi (media agar miring) dan
dalam cawan petri (agar petri). Setelah mengeras, media diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 36oC, untuk agar petri diinkubasi secara terbalik.
2. Pembuatan media TSB (Tryptone Soya Broth)
Melarutkan 30gr TSB ke dalam 1 liter aquades lalu masukkan ke dalam Erlenmeyer.
Kemudian media didiamkan dan tidak boleh dihomogenkan, lalu dimasukkan ke dalam
tabung reaksi sebanyak 5ml. Lalu menyeterilkan media di autoklaf dengan suhu 121 oC
selama 15 menit. Setelah itu menginkubasi media dalam suhu ruang sampai saatnya
digunakan.
3. Pembuatan media TCBS (Thiosulfate Citrate Bilesalt Sucrose)
Melarutkan 88gr TCBS ke dalam 1 liter aquades lalu masukkan ke dalam Erlenmeyer.
Kemudian media dihomogenkan dengan menggunakan hotplate stirrer sampai
mendidih, sebelumnya masukkan magnet ke dalam Erlenmeyer yang akan berfungsi
sebagai pengaduk. Setelah itu mendinginkan media, lalu media dituang ke dalam
cawan petri. Saat dituang, cawan petri harus berada di dekat Bunsen agar steril. Dan
selanjutnya menginkubasi terbalik selama 24 jam dalam suhu kamar.
4. Pembuatan media Zobell 2216 E
Menimbang 5 gr Bacto Pepton, 1gr Bacto Yeast extracts, dan 15gr Bacto agar, lalu
masukkan dalam Erlenmeyer dan masukkan ke dalam Erlenmeyer dan larutkan dalam
1 liter air laut steril. Lalu sebagian media dituang ke dalam tabung reaksi (media agar
tegak dan miring). Kemudian media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121 oC
selama 15 menit. Setelah itu sisa media dituang ke dalam cawan petri, lalu setelah
mengeras diinkubasi terbalik selama 24 jam pada suhu 36 oC.Begitu pula untuk media
miring diinkubasi pada suhu 36oC selama 24 jam.
Pada pembuatan media TCBS, tidak boleh di sterilisasikan di autoklaf. Hal ini
disebabkan karna pada TCBS terdapat kandungan empedu Oxbile (kerbau) sebagai
antibiotik/antibakteri. Kandungan empedu tersebut bisa rusak apabila disterilkan
dengan autoklaf. Dan juga kandungan komposisi bili salt dalam TCBS tersebut akan
menguap apabila disterilkan dalam autoklaf. Oleh karena itu TCBS cukup dididihkan
saja dengan menggunakan hotplate stirrer.
Sedangkan TSB tidak diperkenankan untuk dihomogenkan, karena TSB merupakan
media yang berbentuk cair, jadi tidak perlu dihomogenkan karena tidak akan bisa
menjadi padat
Dalam praktikum ini dilakukan pembuatan media yaitu media TSA. Media dibuat
dengan cara mencampurkan 4 gr TSA dengan 100 ml aquades. Yang kemudian
dilarutkan dalam Erlenmeyer.lalu ditirer slema beberapa menit. Lalu diautoklaf. Setelah
itu media dituang dalam tabung reaksi dan pada cawan petri. Dan biarkan hingga dingin
dan mengeras.
TSB dibuat dengan cara mencampurkan TSB sebanyak 4,5 gr dengan 150 ml aquades.
Setelah dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, media TSB ditutup dengan aluminium foil
dan dituang dalam tabung reaksi sebanyak 5ml, kemudian ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan ikat dengan menggunakan karet gelang. Kemudian TSB dipanaskan
pada hot stirrer. Lalu sampel TSB di autoklaf selama 15 menit dengan suhu
121oC.setah itu media dituang dalam tabung reaksi.
TCBS dibuat dengan cara mncampurkan 6,75gr TCBS dengan 150 ml aquades. TCBS
dihomogenkan sampai mendidih dengan menggunakan hotplate stirrer, setelah itu
tunggu sampai dingin. Kemudian tuang ke dalam cawan petri, sebelumnya hidupkan.
Bunsen, sterilkan cawan petri dengan diputar-putarkan di api pada bunsen. Stelah itu
media dituangkan dalam wadah yang telah disediakan.
Zobell 2216 E dibuat dengan cara mencampurkan 1gr bacto yeast, 5gr bacto peptone
dan 15gr bacto agar dengan 50 ml air laut yang telah disterilkan. Zobell 2216 E adalah
media untuk menumbuhkan bakteri air laut, tidak bisa digunakan untuk menumbuhkan
bakteri yang berada di air tawar. Media zoobel tersebut di autoklaf kemudian di
tuangkan dalam wadah media. Dan didiamkan hingga beku. Media zobell ini dibuat
dalam dua tahap yaitu pada media zobel padat dan media zobel cair.
3. Saat menuangkan media agar ke dalam cawan harus selalu berada di dekat api agar
media steril.
4. Media agar harus cepat dituang ke cawan karena jika dingin media akan mengeras.
Adapun saran yang diperlukan untuk praltikum ini adalah sebagaiberikut:
1. Lebih hati-hati dan teliti lagi dalam menggunakan autoklaf
2. Upayakan terlebuh dahulu kebersihan dan sterilisasi parktikan sebelum melakaukan
praktikum agar tidak terjadi kontaminasi
3. Fasilitas yang ada di laboratorium mohon di tambah untuk menunjang pelaksanaan
praktikum.
4. Lebih efektif lagi antar asisten dan praktikan dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2011. http://analiskesehatan-indonesia.blogspot.com/2011/08/media-kultur.html.
Diakses pada 7 Oktober 2012.
Anonym. 2011. http://www.scribd.com/doc/48173368/Media-TSB. Diakses pada 7 Oktober
2012.
Anonym. 2011. http://www.scribd.com/doc/48173368/Media-TSB. Diakses pada 7 Oktober
2012.
Anonym. 2011. http://adios19.wordpress.com/2011/12/13/media-isolasi-bakteri/. Diakses
pada 7 Oktober 2012.
Gupte. Satish. 1990. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Binarupa Aksara.
Mila Ermila. 2005. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Erlangga : Jakarta
Schlegel. Hans G. 1994.
Yoyakarta.
A. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara Perairan luas memegang peranan penting dalam perekonom
ian nasional terutama dalam penyediaan lapangan pekerjaan, sumber pendapatan bagi nelayan/ p
etani ikan. Tetapi perkembangan dapat meningkatkan resiko penyakit yang dapat menyebabkan k
erugian besar, salah satunya adalah bakteri.
Dengan meningkatnya produksi dapat membawa konsekuensi terhadap mutu hasil perika
nan. Hal ini disebabkan karena adanya hama dan penyakit yang menyerang komoditi. Oleh karen
a itu diperlukan penanganan yang tepat untuk mencegah agar tidak mempengaruhi kualitas perair
an.
Balai basar karantina ikan merupakan salah satu instansi pemerintah yang berperandalam
pembangunan sub sektor perikanan untuk meningkatkan produksi dan kelestarian sumber daya p
erairan. Salah satu penanganan yang dilakukan yaitu mengidentifikasi bakteri yang menyerang k
omoditi perikanan yang akan dikirim melalui pemeriksaan di laboraturium secara konvensional d
an mikroskopis.
b. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dilakukannya praktik yaitu untuk mengetahui cara mengidentifikasi bakteri Edwar
dsiella Tarda pada ikan nila. Adapun menfaatnya yaitu dapat menambah wawasan mengenai cara
identifikasi bakteri dan mendapatkan pengalaman kerja secara langsung di lapangan.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri, dari kata latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok terbanyak dari orga
nisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniseluler (bersel tunggal),
dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain s
eperti mitokondria dan kloroplas.
1. Ciri-ciri dan Morfologi Bakteri
Ciri-ciri ;
a. Organisme multiselluler
b. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel).
c. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki ukuran
rata-rata 1 s/d 5 mikron.
d. Hidup bebas atau parasit.
Morfologi ;
a. Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola,
b. Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder.
c. Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung.
2. Bakteri Edwardsiella Tarda
Edwardsiella Tarda dikenal sebagai penyakit utama pada budidaya catfish di USA. Edwar
dsiella tarda tidak memproduksi endotoxin seperti umumnya bakteri gram negative lainnya, tetap
i menghasilkan 2 exotoxin yang dapat menyebabkan lesi. Bakteri ini berbentuk batang pendek, g
ram negative, non acid fast, motil, tidak membentuk spora dan tidak membentuk kapsul. Edward
siella tarda tumbuh optimum pada suhu 25-300C dengan masa inkubasi selama 24-48 jam dan tid
ak tumbuh pada suhu dibawah 100C dan diatas 400C.
Media Pembawa
Inang : Lele (Clarias spp.), Karper, yellow tail (Seriola sp.), Sea bream, Flounder, Patin (Pangasius
spp.) dan Nila (Oreochromis niloticus)
(Kep.Men.17/MEN/2006)
-
: Osteichthyes
: Percomophi
Sub-ordo : Percoida
Famili
: Cichlidea
Genus
: Oreochromis
Spesies
: Oreochromis niloticu
ai lima buah sirip yaitu punggung, dada, perut, anus, dan ekor. Pada sirip dubur (anal fin) memil
iki 3 jari-jari keras dan 9-11 jari-jari sirip lemah. Sirip ekornya (caudal fin) memiliki 2 jari
jari lemah mengeras dan 16-18 jarijari sirip lemah. Sirip punggung (dorsal fin) memiliki 17 jarijari sirip keras dan 13 jari-jari sirip lemah. Sirip dadanya (pectoral fin) memiliki 1 jari-jari siri
p keras dan 5 jarijari sirip lemah. Sirip perut (ventral fin) memiliki 1 jarijari sirip keras dan 5 jarij
ari sirip lemah. Ikan nila juga memiliki sisik cicloid yang menutupi seluruh tubuhnya (Popma d
an Michael, 1999).
C. KEGIATAN-KEGIATAN
1. Sterilisasi alat dan bahan
Sterilisasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mensucihamakan alat atau ba
han dari suatu bentuk kehidupan. Sterilisasi yang dilakukan di BBKIPM ada dua cara yaitu; 1). S
terilisasi kering dilakukan dengan cara melakukan pencucian menggunakan air sabun kemudian
perendaman dengan alkohol 70% lalu ditiriskan dan dibungkus kertas lalu disterilkan dengan ove
n selama 2 jam. 2). Sterilisasi basah untuk mensterilkan bahan yang akan digunakan sebagai ba
han uji atau bahan media tumbuh menggunakan autoclave dengan suhu 1210C selama 15 menit.
2. Pembuatan Media
Pembuatan media berfungsi untuk memberikan tempat yang mendukung pertumbuhan da
n perkembangbiakan dari mikroorgansme yang ingin ditumbuhkan. Umumnya media yang serin
g digunakan di BBKIPM yaitu TSA (Tryptic Soy Agar), TSA NaCl (Tryptic Soy Agar Natrium
Clorida), TCBS (Thiosulphate Citrate Bile Sucrose), SDA (Sabrout Dextrose Agar), TSB (Trypti
c Soy Broth) dan KF Strepto. Media tersebut dilarutkan dengan aquadest dengan dosis sesuai den
gan banyaknya media yang dibuat. Kemudian dihomogenkan diatas hot plate with stirrer, lalu di
autoclave dengan suhu 1210C selama 15 menit. Setelah selesai media dituang kedalam cawan pe
tri kecuali media TSB dituang ke tabung reaksi. Penuangan media tumbuh dilakukan di laminary
flow untuk mencegah agar tidak terkontaminasi. Setelah semua media telah dituang, media di U
V (Ultra Violet) 15menit.
3. Isolasi bakteri
Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingk
ungannya seperti yang terdapat pada organ organisme (ikan), sehingga diperoleh kultur murni ata
u biakan murni bakteri. Mengisolasi bakteri dilakukan di dalam laminary flow secara aseptik dan
teliti. Proses pengisolasian dilakukan menggunakan jarum ose yang telah dipanaskan kemudian d
itusuk ke organ komoditi yang ingin didentifikasi. Setelah itu digoreskan pada media padat TSA
atau BHIA. Setelah penggoresan selesai media dimasukkan kedalam inkubator pada suhu 26300C. selama 24-48 jam dan akan menghasilkan koloni transparan berukuran 0.5 mm.
4. Pemurnian Bakteri
Pemurnian dilakukan dari isolasi bakteri yang telah diinkubasi selama 24 48 jam, bakter
i yang telah diinkubasi biasanya terdiri dari beberapa koloni bakteri. Sehingga diperlukan pemur
nian bakteri secara aseptik agar kita hanya memperoleh satu jenis bakteri didalam media tumbuh
tersebut. Teknik pemurnian bakteri dilakukan dengan menggunakan jarum ose yang telah disteril
kan. Kemudian mengambil satu koloni yang terpisah pada media hasil isolasi, lalu digores ke per
mukaan media tumbuh sesuai jenis koloni yang ingin dimurnikan menggunakan dengan teknik 4
goresan. Bakteri yang diambil dari media tumbuh secara aseptik, digoreskan pada media kultur
murni BHIA, setelah goresan pertama selesai, jarum ose dipanaskan dan setelah dingin dilakukan
goresan kedua, dari goresan kedua ke goresan ketiga tidak perlu memanaskan jarum ose, hal ini
dimaksudkan jumlah koloni bakteri dari goresan kedua sudah mulai sedikit, sedangkan goresan k
eempat terpisah dari goresan 1, 2 dan 3. Setelah kultur murni selesai, bakteri tersebut diinkubasi
dengan suhu 270C 30 0C selama 24 48 jam di inkubator.
5. Uji Biokimia
Uji biokimia (uji lanjut) dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri yang menyerang ikan,
selain dengan melihat bentuk dan warna koloni bakteri, kita perlu melakukan uji biokimia agar p
roses identifikasi lebih akurat. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji biokimia yaitu
;
a. Pewarnaan gram
Proses pewarnaan gram dilakukan dengan cara menyediakan slide glass bersih yang sudah diberi
tetesan aquadest. Mengambil biakan bakteri yang akan diuji lalu digoreskan pada slide glass ters
ebut dengan cara diratakan secara tipis-tipis hingga kering agar bakteri yang ada pada slide terse
but tidak menumpuk sehingga mudah untuk diamati. Setelah itu, difiksasi di atas api bunsen agar
bakteri betul-betul merekat pada slide glass, tetapi pada saat difiksasi jangan terlalu lama, karena
dapat menyebabkan bakteri jadi rusak. Selanjutnya, memberikan tetesan gram A (Kristal violet) s
elama 1 menit, kemudian dibilas dengan air mengalir, lalu dikeringkan. Gram ini berfungsi untuk
memberikan warna sekaligus gram positif pada bakteri yang ada pada slide tersebut. Setelah keri
ng ditetesi lagi dengan gram B (iodium) selama 1 menit juga. Ini untuk merekatkan gram positif
pada bakteri. Setelah gram B, diberikan lagi gram C (alcohol 95%) selama 30 detik lalu dibilas d
an dikeringkan. Dan yang terakhir, ditetesi dengan gram D (safranin) selama 2 manit lalu dibilas
dengan air dan dikeringkan. Pada gram ini, dia akan memberikan / merekatkan gram negative. Ji
ka bakteri termasuk gram positif maka gram D tidak akan berpengaruh pada bakteri tersebut. Tet
api jika sebaliknya, gram D akan merekat dan memberikan warna negative pada bakteri tersebut.
Setelah semua pemberian warna selesai,objek glass dapat diamati langsung dibawah mikroskop.
- Hasil Pewarnaan Gram Edwardsiella tarda
Adapun hasil yang diperoleh pada sampel ikan Nila yang di ininokulasikan dengan media
TSB, dilakukan uji pewarnaan gram. Organ yang di isolasi adalah ginjal dan ditemukan bakteri E
dwardsiella tarda berwarna merah muda dengan bentuk batang pendek gram negatif.
b. Uji oksidase
Uji oksidase dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya enzim oksidase pada bakteri tersebut. Uji
ini dilakukan dengan cara mengambil biakan bakteri dan diletakkan pada kertas oksidase, jika ke
rtas oksidase berwarna biru maka uji oksidase positif, sedangkan apabila tidak terjadi perubahan
warna maka uji oksidase negatif.
c. Uji katalase
Uji katalase dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya enzim katalase bakteri. Uji ini dilakukan d
engan cara mengambil biakan bekteri yang telah ditetesi H2O2, jika bakteri tersebut berbuih atau
mengeluarkan gelembung gas maka uji katalase positif, sedangkan jika tidak berbuih maka katal
ase negative.
d. Uji MIO
Uji MIO terdiri terdiri dari motil (tusukan), indol (cincin) dan ornithin (perubahan warna). Biaka
n bakteri diambil menggunakan jarum ose lurus dan ditusukan secara vertical lalu diinkubasi sela
ma 24 jam, kemudian dilihat perubahan yang terjadi. Apabila biakan bakteri menyebar dari gar
is tusukan maka motil positive, sedangkan apabila terjadi perubahan warna menjadi ungu tua ata
u tetap ungu, maka ornithin positive dan apabila terjadi cincin merah setelah ditetesi larutan kova
ks maka indol positive.
e. Uji Triple Sugar Iron (Agar)
Uji TSIA ini bertujuan untuk melihat perubahan warna yang terjadi pada goresan miring (Slant)
dan tusukan tegak (Butt) dan melihat reaksi bakteri terhadap asam dan basa, serta kemampuan ba
kteri manghasilkan gas dan H2S. Apabila terjadi perubahan warna merah pada goresan miring da
n tusukan tegak maka bakteri bersifat K/K (basa), sedangkan apabila perubahan pada goresan mi
ring menjadi warna kuning dan pada tusukan tegak menjadi merah maka bakteri bersifat A/K (As
am/Basa). Selain itu apabila terbentuk warna hitam, maka bakteri menghasilkan H2S dan apabila
ada gas, maka bakteri dapat menghasilkan gas.
f. Uji Lysine decarboxilase
Media LIA terdiri dari goresan miring/slant (diaminase) dan tusukan lurus/butt (decarboxylas
e), uji ini dilakukan dengan cara mengambil biakan bakteri dengan menggunakan jarum ose k
emudian ditusukkan pada butt dan digoreskan pada slant kemudian diinkubasi selama 24 jam.
Jika terjadi perubahan warna pada slant dan butt menjadi ungu tua maka uji LIA ini positi
f, dan apabila tidak terjadi perubahan warna maka pembacaannya negative. Media akan beru
bah warna menjadi hitam apabila bakteri yang diuji mampu menghasilkan gas (H2S).
g. Uji Simons Citrate Agar (SCA)
prinsipnya untuk mendeteksi kemampuan bakteri menggunakan asam citrate sebagai sumber
karbon untk metabolism. Test ini dapat untuk membedakan generasi Edwardsiella (-) dengan
Salmonella (+), menggunakan spesies Aeromonas hydrophylla (+) dengan A.salmonicida (-) dan
lainnya. Uji SCA dilakukan dengan cara mengambil biakan bakteri menggunakan jarum ose, lalu
digoreskan pada media SCA dan diinkubasi selama 24 jam. Setelah diinkubasi, diamati
perubahan warna yang terjadi. Jika terjadi perubahan warna dari warna hijau menjadi biru maka
uji SCA positif, sedangkan apabila tidak terjadi perubahan warna, maka hasilnya negative.
h. Uji Trehalose, Dmanitol , dan sukrose, L-arabinouse
Uji gulagula ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri melakukan fermentasi ka
rbohidrat. Uji ini dilakukan dengan cara mengambil biakan bakteri dengan jarum ose lalu di
masukkan ke dalam media gulagula setelah itu diinkubasi selama 24 jam. Jika terjadi per
ubahan warna maka pengujian tersebut positif dan apa bila tidak terjadi perubahan warna
maka pengujian tersebut hasilnya negatif.
i. Uji Malonate
Uji ini dilakukan untuk melihat perubahan malonate. Jika terjadi perubahan warna dari hijau ke b
iru, maka uji malonate positif. Sedangkan apabila tidak terjadi perubahan warna maka uji malona
te negatif.
j. Uji MRVP
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri menfermentasi glukosa untuk menghasil
kZXSCan asam pada pengujian Methyl Red (MR). Pembacaan MR dilakukan dengan menambah
kan reagent MR sebanyak 6 tetes, apabila terjadi perubahan warna menjadi warna merah maka h
asil pembacaannya positif, sedangkan apabila terjadi perubahan warna menjadi kuning maka hasi
l pembacaannya negatif.
6. Identifikasi Bakteri
Identifikasi bakteri adalah membandingkan bakteri yang belum diketahui dengan bakteri
yang sudah diketahui identitasnya dengan melakukan pembacaan warna. Identifikasi mikroba ber
guna untuk mempelajari secara detail karakter fisik, kimiawi, dan biologis mikroba sehingga dap
at di ketahui dan dimanfatkan secara optimal.
Identifikasi bakteri dilakukan dengan melihat perubahan uji biokimia yang telah diinkubasi
selama 24-48 jam. Hasil uji biokimia dan pewarnaan gram ditulis dalam blangko pengujian dan
selanjutnya diidentifikasi secara manual dengan bantuan buku acuan :
1. Bakteria from Fish and Other Aquatic Animals 1 (Buller, 2004)
1. Bacteria Fish Pathogens Disease of Farmed and Wild Fish (Springer, 2007)
2. Cowan and Steels
Hasil uji biokimia untuk kontrol ( + ) edwardsiella tarda sebagai berikut ;
KARAKTAERISTIK
Acid Production From :
1. D-Mannitol
2. Sucrose
3. Trehalose
4. L-Arabinose
Tetrathionate reduction
Malonate utilization
Indole production
Hidrogen sulfide production in Triple Sugar Ir
on (agar)
Motility
Citrate (Christensens)
Sumber : OIE, 1995
Edwardsiella tarda
+
+
+
+
+
Tabel . Jenis-jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) Golongan Bakteri
Golongan I
Golongan II
Renibacterium salmoninarum
Aeromonas salmonicida
Nocardia seriolae
Edwardsiella tarda
Nocardia asteroids
Edwardsiella ictaluri
Nocardia crassostreae
Streptococcus agalactiae
Mycobacterium marinum
Pasteurella piscicida
Mycobacterium chelonei
Streptococcus iniae
Mycobacterium fortuitum
Yersinia ruckeri
Selama mengikuti Praktik Kerja Lapang, saran yang ingin disampaikan yaitu perlunya pe
ningkatan dalam sarana dan prasana yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi.
Oleh:
Nama
NIM
: M0410018
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2011
Media pertumbuhan mikroorganisme merupakan suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan atau nutrisi yag diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media yang berupa molekulmolekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan
dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi
komposisi media pertumbuhannya. Media dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
macam yaitu:
1. Media Minimal : media minimalis untuk pertumbuhan mikroba
2. Media Kompleks: media dengan senyawa penyusun tidak diketahui pasti karena
kekompleksannya
3. Media Diferensial: media untuk membedakan 2 mikroba, jadi keduanya tidak
terbunuh. Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya
berdasarkan karakter khusus yang ditunjukkan pada media diferensial.
4. Media Selektif: media untuk menyeleksi mikroba, sehingga salah satu jenis
mikroba akan terbunuh. Terbunuhnya salah satu mikroba dikarenakan dalam
media tersebut selain nutrisi juga ditambahkan suatu zat tertentu sehingga media
tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang
pertumbuhan mikroba yang diinginkan.
5. Media Sintetik Terdefinisi: media dengan senyawa penyusun yang diketahui
pasti.
6. Media Kaya & Diperkaya: media dengan komponen dasar untuk pertumbuhan
mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur.
Media kaya dan diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri
yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi sederhana
untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen kompleks.
Dari semua media yang terdapat di atas, media yang penting diketahui komposisi dan
fungsinya adalah Media Selektif, Media Sintetik Terdefinisi, dan Media Kaya dan
Diperkaya. Macam contoh media dari klasifikasi media di atas yang menjabarkan
komposisi serta fungsinya antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
a.
b.
c.
d.
d.
e.
f.
g.
h.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
bisa disimpan dengan suhu antara +15C hingga +25C dan pH 6,9 sampai 7,4.
Komposisi dari media macConkey agar antara lain:
17 gram/L Pancreatic Digest of Gelatin
10/L Lactose
13,5/L Agar
1,5/L Pancreatic Digest of Casein
1/L Crystal Violet
1,5/L Peptic Digest of Animal Tissue
5/L Sodium Chloride
30 mg/L Neutral Red
1,5/L Bile Salt Mixture
a.
b.
c.
d.
9. Na + 1% Margarin
Merupakan media selektif, media ini dpat digunakan untuk mengidentifikasi mikroba
lipolitik. Media yang ditambah dengan Na, 1% margarine (lemak) dan indikator sebagai
substrat yang dirombak oleh mikroba lipolitik sehingga menghasilkan asam lemak dan
gliserol. Indikator yang digunakan yaitu indikator phenol red, yang mana indikator ini
akan menunjukkan perubahan warna merah menjadi kuning dalam suasana asam
dengan kisaran pH 6,9 dan akan berubah menjadi warna biru jika ber-pH 8,5 (Ferdiaz,
1992). Komposisi dari media ini adalah:
5 gram Peptone
3 gram beef ekstrak
10 gram agar
1 liter aquades
a.
b.
c.
d.
e.
c. Agar
d. Air
e. Glukosa
Yeast dan khamir akan tumbuh dengan baik jika dengan media yang sesuai.
14. Lactose Broth (LB)
Media ini digunakan untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan
produk susu. Selain itu juga sebagai kaldu pemerkaya atau pre-enrichment broth untuk
Salmonellae serta dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya.
Komposisi dari media Lactose Broth ini antara lain:
a. 0,3% ekstrak beef
b. 0,5% peptone
c. 0,5% laktosa
Dalam media ini peptone dan ekstrak beef menyuplai nutrien esensial untuk melakukan
metabolisme dari bakteri. Sedangkan laktosa digunakan untuk penyedia sumber
karbohidrat yang dapat difermentasikan untuk orgaisme koliform. Pertumbuhan mikroba
dengan membentuk gas merupakan presumtive test untuk koliform.
15. MRSA (deMann Rogosa Sharpe Agar)
MRSA merupakan media yang dapat memperkaya, menumbuhkan dan mengisolasi
jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan. Komposisi yang dikandung di dalam media
MRSA ini adalah:
a. 10 gram/L protein dari kasein
b. 8 gram/L ekstrak daging
c. 4 gram/L ekstrak ragi
d. 14 gram/L agar
e. 0,2 gram/L magnesium sulfat
f. 5 gram/L natrium asetat
g. 20 gram/L D (+) glukosa
h. 0,004 gram/L mangan sulfat
i. 1 gram/L tween80
j. 2 gram/L dipotassium hidrogen phosphate
k. 2 gram/L diamonium hidrogen sitrat
MRSA terdapat polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui untuk
bekerja sebagai faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus. MRSA merupakan media yang
diperkaya dan tidak selektif sehingga ada kemungkinan Pediococcus dan jenis
Leuconostoc serta bakteri yang lainnya dapat tumbuh.
16. Trypticase Soy Broth (TSB)
Merupakan media yang diperkaya, fungsinya antara lain untuk isolasi dan penumbuhan
bermacam mikroorganisme. Namun media ini banyak digunakan untuk mengisolasi
bakteri dari spesimen laboratorium dan akan mendukung pertumbuhan mayoritas
bakteri patogen. Komposisi dari Trypticase Soy Broth yaitu:
a. 3 gram peptone soymeal
b. 5 gram sodium chloride
c. 17 gram peptone casein
b. Trimethoprim
c. Chocolate II agar dengan vancomycin, colistin, dan nystatin
d. 1,5 gram/L dextrose
27. BBL Seven H11 Agar Base
Merupakan media selektif dengan apikasinya sebagai prosedur isolasi dan kultivasi
mikrobakteri, khususnya Mycobacterium tuberculosis dari spesimen klinis dan non
klinis. Komposisinya yaitu:
a. 0.5 g/900 mL Monosodium Glutamate
b. 0.5 g/900 mL Ammonium Sulfate
c. 13.5 g/900 mL Agar
d. 0.5 mg/900 mL Calcium Chloride
e. 1.0 g/900 mL Pancreatic Digst of Casein
f. 0.5 mg/900 mL Biotin
g. 1.5 g/900 mL Monopotassium Phosphate
h. 1.0 mg/900 mL Zinc Sulfate
i. 0.4 g/900 mL Sodium Citrate
j. 0.04 g/900 mL Ferric Ammonium Citrate
k. 0.25 mg/900 mL Malachite Green
l. 0.05 g/900 mL Magnesium Sulfate
m. 1.0 mg/900 mL Pyridoxine
n. 1.5 g/900 mL Disodium Phosphate
o. 1.0 mg/900 mL Copper Sulfate
28. Difco Tetrathionate Broth Base
Merupakan media selektif dan diperkaya yang dapat mengisolasi Salmonella dari feses,
urine dan makanan. Komposisi medianya yaitu:
a. 1.0 g/L Oxgall
b. 10 g/L Calcium Carbonate
c. 2.5 g/L Pancreatic Digest of Casein
d. 2.5 g/L Proteose Peptone
e. 30.0 g/L Sodium Thiosulfate
29. Difco Muller Kauffmann Tetrathionate Broth Base
Merupakan median diperkaya yang berguna untuk memperkaya Salmonella dari air dan
bahan makanan. Komposisinya adalah:
a. 38.1 g/L Sodium Thiosulfate (anhydrous)
b. 3.0 g/L Sodium Chloride
c. 5.0 g/L Beef Extract
d. 45.0 g/L Calcium Carbonate
e. 4.7 g/L Oxgall
f. 10.0 g/L Peptone
30. Difco Mycobacteria 7H11 Agar
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Merupakan media selektif yang berupa prosedur isolasi dan kultivasi mikrobakteri,
khususnya Mycobacterium tuberculosis dari spesimen klini dan non klinis.
Komposisinya adalah:
0.04 g/900 mL Ferric Ammonium Citrate
1.5 g/900 mL Monopotassium Phosphate
0.5 mg/900 mL Biotin
0.4 g/900 mL Sodium Citrate
15.0 g/900 mL Agar
0.5 g/900 mL Ammonium Sulfate
1 g/900 mL Pancreatic Digest of Casein
0.05 g/900 mL Magnesium Sulfate
1.0 mg/900 mL Pyridoxine
0.5 g/900 mL L-Glutamic Acid
1.0 mg/900 mL Malachite Green
1.5 g/900 mL Disodium Phosphate
mengisolasi
dan
b.
c.
d.
e.
Merupakan media selektif dan diferensial yang menjadi perosedur kualitatif untuk
mendeteksi dan mengisolasi Bordetella pertussis dari spesimen klinis. Komposisinya
adalah:
a. 20.0 g/L Agar
b. 4.5 g/L Potato, Infusion from 125 g
c. 5.5 g/L Sodium Chloride
44. Bordet Gengou Agar Base
Merupakan media selektif dan diferensial yang berfungsi sama dengan Difco Bordet
Gengou Agar Base. Komposisinya adalah:
a. Darah segar
b. Gliserol
45. BCP Glucose Agar
Merupakan media diferensial yang dapat membedakan Enterobacteriaceae yang
terdapat di dalam air seni, air, dan makanan. Perbedaan yang ada ini karena jenis
fermentasi dextrosa. Komposisi media ini antara lain:
a. 5.00 g/L Sodium Chloride
b. 10.00 g/L D-glucose
c. 15.00 g/L Bacteriological Agar
d. 10.00 g/L Tryptone
e. 0.015 g/L Bromocresol Purple
f. 1.50 g/L Yeast Extract
46. Difco Bordet Gengou Agar Base
Merupakan media selektif dan diferensial yang kemampuannya sama dengan Bordet
Gengou Agar Base dan Bordet Gengou Blood Agar. Komposisi yang terdapat di dalam
media ini adalah:
a. 20.0 g/L Agar
b. 4.5 g/L Potato, Infusion from 125 g
c. 5.5 g/L Sodium Chloride
47. Difco XLT4 Agar Base
Merupakan media selektif yang dapat mengisolasi Salmonella non-typhi. Komposisi
bahan-bahan yang terkandung antara lain:
a. 7.5 g/L Lactose
b. 18.0 g/L Agar
c. 1.6 g/L Proteose Peptone No. 3
d. 7.5 g/L Saccharose
e. 5.0 g/L Sodium Chloride
f. 3.0 g/L Yeast Extract
g. 6.8 g/L Sodium Thiosulfate
h. 0.8 g/L Ferric Ammonium Citrate
i. 0.08 g/L Phenol Red
j. 5.0 g/L L-Lysine
k. 3.75 g/L Xylose
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
koagulasi
positif
dari
a.
b.
c.
d.
Merupakan media selektif yang dapat mendeteksi reduksi nitrat dengan komposisi yang
terkandung antara lain:
1.0 g/L Potassium Nitrate
5.0 g/L Peptone
3.0 g/L Meat Extract/Beef Extract
1.0 g/L Proteose Peptone No. 3
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
membedakan
Enterobacteriaceae
Serik
at 60-70% dari ikan hias impor adalah dari asia tenggara termasuk Indonesia .dari Am
rika Selatan 5% dan sisanya adalah ikan asli terutama dari florida, dimana ha
il
pengamatan
bakteriologi
menunjukan
68%
ikan
yang
Penyakit Ikan (HPI), dilakukan melalui kegiatan Karantina Ikan dimana berdasarkan
Undang-Undang Nomor : 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, ikan dan tumbuhan
dan dalam Peraturan Pemerintah Nomor : 15 tahun 2002 tentang Karantina Ikan adalah
institusi pemerintah yang memiliki
terdepan di dalam upaya mencegah masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit ikan
Karantina (HPI/HPIK) yang mempunyai potensi merusak kelestarian sumber daya
hayati perikanan, baik yang berasal dari kegiatan antar area, dalam negeri (domestik
masuk/keluar), maupun kegiatan Ekspor/ impor. Selain itu di perlukan penerapan sistem
pemeriksaan dan metode diagnosa/identifikasi Hama dan Penyakit Ikan secara tepat
yang di dukung oleh sarana dan prasarana yang sesuai dengan pendekatan sistem
dan metode terbaru.
dar
Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) adalah semua Hama dan Penyakit I
kan yang belum terdapat dan/atau telah terdapat hanya di area tertentu di w
laya Negara Republik Indonesia yang dalam waktu relatife cepat dapat mewaba
Mas koi merupakan komoditi perikanan yang saat ini mempunyai nilai ekonomis
tinggi dimana mas koi merupakan komoditi perikanan yang banyak diminati karena
daya tarik yang tinggi, selain daya tarik yang tinggi warna dan corak pada tubuh ikan
mas koi yang banyak diminati, sehingga permintaan ikan mas koi terus meningkat, baik
ekspor maupun domestik.
Berdasarkan pada hal-hal diatas, maka judul yang penulis ambil dalam Praktik
Kerja Lapang (PKL) ini yaitu Metode Pemeriksaan dan Identifikasi Bakteri
Aeromonas hydrophyla pada komoditi ikan mas koi (Cyprinus carpio) di Balai
Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Makassar
B. Kegiatan - Kegiatan
1. Sterilisasi Alat Dan Bahan
Sterilisasi adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan untuk membebaskan
suatu alat atau bahan dari bentuk kehidupan. Sterilisasi alat dan bahan yang dilakukan
di BBKIPM adalah sebagai berikut:
a. Sterilisasi Kering
Sterilisasi kering yang digunakan yaitu dengan menggunakan oven. Sterilisasi ini
digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang terbuat dari kaca atau gelas seperti tabung
reaksi, cawan petri, tabung erlenmeyer, pipet dan sebagainya. Alat yang akan
disterilkan terlebih dahulu di masak menggunakan kompor dengan suhu tinggi hingga
panci yang berisi alat dan bahan bekas bakteri mendidih, lalu dilakukan kegiatan
mencuci alat dan bahan menggunakan deterjent kemudian itu dibilas menggunakan
larutan alkohol 70% setelah itu dikeringkan dan dibungkus menggunakan kertas
bersih(kertas kopi) dengan rapi jangan sampai ada cela agar tidak terjadi kerusakan
seperti alat dan bahan pecah atau hangus lalu dimasukkan kedalam oven disusun
dengan rapi. Suhu yang digunakan pada oven yaitu 160 0C selama 2 jam, hal ini
dimaksudkan untuk mengoksidasi cairan yang ada pada tubuh bakteri sehingga terjadi
suatu dehidrasi dan pada akhirnya dapat membunuh mikroorganisme tersebut yang
tidak diinginkan.
b. Sterilisasi basah
Sterilisasi Basah yaitu sterilisasi yang menggunakan suhu panas dan uap air
secara bersamaan dengan menggunakan autoclave. Umumnya digunakan untuk
mensterilkan bahan yang akan digunakan seperti bahan uji ataupun bahan media
tumbuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadioetomo( 1993) yang menyatakan bahwa
sterilisasi dilakukan dalam autoclave dengan suhu 121 0C dalam waktu 15 menit
dengan tekanan 1 atm. Suhu ini merupakan ketetapan, karena umumnya organisme
tidak dapat bertahan hidup pada suhu dan waktu tersebut. Setelah 15 menit, maka
autoclave dapat dimatikan. Biarkan autoclave sampai tekanannya menjadi 0 atm dan
suhu kurang dari 100 0C, setelah itu media dapat dikeluarkan.
2. Pembuatan Media Tumbuh
Media biakan merupakan suatu zat yang digunakan untuk menumbuhkan jasad renik di
laboratorium, fungsi dari suatu media biakan adalah memberikan tempat kondisi yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan dari mikroorgansme yang di
tumbuhkan. Oleh sebab itu setiap media harus memenuhi nutrient yang ditumbuhkan
oleh bakteri agar dapat berkembang biak.
Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang
disebut media. Sejumlah besar mikroorganisme memerlukan unsur-unsur yakni unsur
lengkap, vitamin-vitamin dan senyawa tambah lain. Umumnya media yang digunakan
TSA
(Tryptic
Soy
Agar)
dan
BHIA
(Brain
Heart
iron
Agar).
Median
ni dilarutkan dengan aquades dan dihomogen diatas hot plate dan Stirrer lalu di au
oclave untuk menghindari terjadinya kontaminasi, kemudian dituang kedalam caw
n petri sebanyak 20 ml dan tabung reaksi sebanyak 10 ml. penuangan media tumbu
dilakukan di laminary flow untuk mencegah agar media tumbuh yang dituang tidak t
kontaminasi dengan dunia luar. Setelah itu, dilakukan penuangan di cawan petri da
am laminari flow , media dituang sebanyak 20 ml pada cawan petri dan 10 ml pad
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Isolasi Bakteri
Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu
dari lingkungannya seperti yang terdapat pada organ organisme (ikan), sehingga
diperoleh kultur murni atau biakan murni bakteri. Mengisolasi bakteri dilakukan di dalam
laminary flow secara aseptik dan teliti . Teknik isolasi bakteri terdiri dari 2 yaitu teknik
ulas dan teknik gores, untuk ikan yang masih larva digunakan teknik ulas yaitu dengan
menggerus larva tersebut hingga halus menambahkan pengencer berupa aquades 2
ml, hasil dari campuran tersebut diambil menggunakan pipet kemudian dimasukkan ke
dalam media tumbuh lalu diulas secara merata.
Pada ikan Mas menggunakan teknik gores. Bakteri diisolasi menggunakan jarum
inokulum (ose) yang terlebih dahulu dipanaskan di api bunsen, hal ini dilakukan agar
tidak terjadi kontaminasi bakteri dari udara. Jarum ose yang telah dipanaskan lalu
ditusukkan ke organ target yang di duga mengandung pathogen dan selanjutnya
digoreskan kepermukaan media BHIA secara zig-zag dan hati-hati. Setelah proses
isolasi bakteri selesai, maka media tumbuh tersebut dimasukkan ke dalam ikubator
dengan suhu 27 0C 30 0C dan diinkubasi selama 24 48 jam.
b. Pemurnian Bakteri
Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel
tunggal. Pemurnian dilakukan dari isolasi bakteri yang telah diinkubasi selama 2
4 28 jam, bakteri yang telah diinkubasi biasanya terdiri dari beberapa koloni bakteri.
Sehingga diperlukan pemurnian bakteri secara aseptik agar kita hanya memperoleh
satu jenis bakteri saja didalam media tumbuh tersebut
Banyak kesulitan yang dihadapi dalam mengidentifikasi bakteri karena
penggunaan sediaan bakteri yang tidak murni sejak awal kegiatan isolasi dan
identifikasi bakteri dilakukan. Sebelum organisme dapat diidentifikasi, bakteri tersebut
harus dipersiapkan terlebih dahulu dalam keadaan murni (kultur murni). Hal ini berarti
bahwa bakteri yang tumbuh berasal dari satu induk. Jika ada 2 organisme atau lebih
yang tumbuh pada media kultur, satu dari 4 kemungkinan dapat terjadi:
1). Setiap organisme tumbuh secara independen.
2). Satu jenis bakteri mungkin memproduksi substansi yang menunjang
pertumbuhan
Satu jenis bakteri dapat tumbuh lebih cepat dari lainnya dan menghambat bakteri
lainnya terhadap beberapa elemen penting dalam suplai makanan.
Pemurnian dilakukan dengan 4 goresan, bakteri diambil dari media tumbuh BHIA
secara aseptik dan digoreskan pada media kultur murni BHIA, setelah goresan pertama
selesai, lalu jarum ose dipanaskan dan setelah dingin dilakukan goresan kedua, dari
goresan kedua ke goresan ketiga tidak perlu memanaskan jarum ose, hal ini
dimaksudkan jumlah koloni bakteri dari goresan kedua sudah mulai sedikit, sedangkan
goresan keempat terpisah dari goresan 1, 2 dan 3. Setelah kultur murni selesai, bakteri
tersebut diinkubasi dengan suhu 270C 30 0C selama 24 28 jam di inkubator.
Proses
emurnian bakteri ini dilakukan unuk mendapatkan koloni bakteri yang benar-benar mu
ni.
Untuk
bakteri
Aeromonas
hydrophila
mempunyai
karakterist
Aeromonas hydrophila
- (+)
+
(+) +
- (+)
(+) +
+
- (+)
-
Tujuan dari pe
warnaan bakteri adalah Mengamati bentuk morfologi dan membedakan struktur yang ter
dapat dalam sel bakteri. Penentuan gram (+) dan gram (-) dilakukan berdasarkan
pembentukan reaksi warna terhadap pigmen selnya. Warn
Salah satu teknik perwarnaan yang paling penting dan paling luas digunakan
untuk bakteri ialah pewarnaan gram (irawan, 2008). Uji pewarnaan gram dilakukan
untuk mengetahui bentuk dari koloni bakteri tersebut dan untuk menentukan warna
bakteri apakah termasuk dalam gram negative atau gram positif. Dalam proses ini
olesan bakteri yang terfiksasi dikenai larutan-larutan antara lain Kristal violet, larutan
yodium, alkohol (bahan pemucat), dan safranin atau beberapa pewarna tandingan lain
yang sesuai.
Beberapa proses pewarnaan gram yaitu mengambil biakan bakteri, lalu
digoreskan diatas objek glass dan diratakan tipis-tipis agar bakteri tersebut tidak
menumpuk sehingga mudah diamati, setelah kering lalu difiksasi diatas api Bunsen
agar bakteri tersebut benar-benar melekat pada objek glass, tetapi perlu diingat bahwa
proses fiksasi jangan terlalu lama dan panas karena dapat menyebabkan bakteri rusak.
Setelah fiksasi dilakukan pewarnaan yaitu gram A (Kristal violet) yang menberikan
warna ungu pada bakteri dan dilakukan selama 1 menit, kemudian dicuci atau dibilas
dan dikeringkan. Setelah gram A dilanjutkan pada gram B (iodine) selama 1 menit, lalu
dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan. Setelah kering dilanjutkan pada gram C
(ethanol) selama 30 detik, lalu dibilas dan dikeringkan, dan yang terakhir adalah gram D
(safaranin) selama 2 menit lalu dibilas dan dikeringkan. Setelah kering lalu diamati
dibawah mikroskop.
Hasil Pewarnaan Gram A.hydrophila
Adapun hasil yang diperoleh pada sampel yang diisolasi dari bakteri ikan Mas
pada target lesi di badan dan ginjal setelah melakukan pengamatan ditemukan bakteri
Aeromonas hydrophilla berwarna merah muda bersifat negatif (-) dengan bentuk batang
(Road) , maka pewarnaan gram adalah (R-) .(Gambar 15).
2) Media oksidase
Uji
oksidase
dilakukan
untuk
mengetahu
i ada tidaknya enzim oksidase pada bakteri tersebut. jika kertas oksidase berwarna
iru
maka
uji
oksi
3) Media MIO
Uji MIO terdiri terdiri dari motil, indol dan ornithin. dilihat perubahan yang terjadi. Apabila
biakan bakteri menyebar dari garis tusukan maka motil positive, sedangkan apabila
terjadi perubahan warna menjadi ungu maka ornithin positive dan apabila terjadi cincin
merah setelah pemberian larutan kovaks maka indol positive.
4) Media Lysine decarboxilase
Media LIA terdiri dari goresan miring/slant (diaminase) dan tusukan lurus/butt
(decarboxylase), Jika terjadi perubahan warna pada slant dan butt menjadi ungu
tua maka uji LIA ini positif, dan apabila tidak terjadi perubahan warna maka
pembacaannya negative. Media akan berubah warna menjadi hitam apabila
bakteri yang diuji mampu menghasilkan gas (H 2S).
5) Media Urease
Urease. Jika terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah muda, maka uji
Urase
positif
dan
terjadi perubahan warna dari hijau menjadi biru maka uji SCA positif, sedangkan
apabila tidak terjadi perubahan warna maka uji SCA negatif.
8) Media Arginine
Uji Arginine dihydrolisis Jika terjadi perubahan warna dari kuning menjadi
merah
muda
berarti
uji
Arginine
positive,
sedangkan
apabila
tidak
terjadi
karasteristik yaitu bentuk sel batang (road), motil , gram (-), oksidase (+), arginine (+),
dan ornithin decarboxylase (-),dan maltosa (+).
B. Saran
a. Dalam setiap kegiatan pemeriksaan sesuai dengan prosedur yang telah dibuat setiap
melakukan kegiatan harus memenuhi prosedur di antar
anya Menggunakan masker, Handscool, dan baju laboratorium, namun terkadang hal
ini di abaikan, setiap melakukan kegiatan di Laboratorium seharusnya memenuhi
segala bentuk prosedur yang ada agar tidak terjadi kontaminasi silang pada saat
pengujian bakteri.
b. Hendaknya selalu menjaga mutu dan kesterilan media uji( baik media agar maupun
media cair ), alat, serta keadaan ruangan dari kontaminasi luar sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam mengidentifikasi bakteri pada waktu pembacaan hasil pengujian.
c. Sebaiknya pada waktu kegiatan pemeriksaan bakteri, tidak menggunakan AC untuk
meminimalisir terjadinya kontaminasi silang terhadap manusia, sebab kontaminasi
dalam jumlah yang besar akan memberikan efek terhadap kesehatan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Hadioetomo,
Rat
na
Siri.
1993.
Mi
Heru dan Agus. 1996 penyakit Aeromonas hydrophila.
Marvin,L.Speck . 1976 , klasifikasi Aeromonas hidrophila.
Taupik dan Bastian. 2003. Aeromonas hidrophila.
Yuasa, Kei, dkk. 2003. Pandungan Diagnosa Penyakit Ikan. (www.lintasberita.com/go)
PENDAHULUAN
I.1.
I.2.
JUDUL
Identifikasi Bakteri Patogen
LATAR BELAKANG
Menurut Soehardjo (1985), pangan adalah bahan-bahan yang dimakan setiap hari untuk
memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan penggantian sel tubuh yang
rusak. Oleh karena itu pangan atau makanan sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai sumber zat
gizi dan juga sumber energi. Namun pangan juga dapat sebagai sarana penggangu kesehatan bagi
manusia karena pangan dapat terkontaminasi oleh cemaran fisik, kimia maupun mikrobia.
Hampir semua bahan pangan tercemar oleh berbagai mikroorganisme dari lingkungan
sekitarnya. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan pangan adalah Salmonella sp,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, kapang, khamir serta mikroba patogen lainnya.
Pencemaran mikroba pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak
langsung dengan sumbersumber pencemaran mikroba, seperti tanah, udara, air, debu, saluran
pencernaan dan pernafasan manusia maupun hewan. Hanya sebagian saja dari berbagai sumber
pencemar yang berperan sebagai sumber mikroba awal yang selanjutnya akan berkembang biak
pada bahan pangan sampai jumlah tertentu.
Dalam batasbatas tertentu kandungan mikroba dalam bahan pangan tidak banyak
berpengaruh terhadap ketahanan bahan pangan tersebut, tetapi apabila kondisi lingkungan
memungkinkan mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat, maka bahan pangan akan
rusak karenanya.
Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk tumbuhnya
mikroorganisme yang bersifat patogenik terhadap manusia. Penyakit menular yang cukup
berbahaya seperti tipes, kolera, disentri, tbc, poliomilitis dengan mudah disebarkan melalui
bahan pangan. Akhir-akhir ini terjadi peningkatan gangguan saluran pencernaan akibat
keracunan bahan pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogenik yang termakan
bersama bahan pangan yang tercemar. Sebagai akibat dari meningkatnya perjalanan dan
perdagangan pangan secara internasional, maka penyakit yang disebabkan bahan pangan dan
keamanan bahan pangan dari mikroorganisme telah menjadi perhatian utama dunia.
Keamanan pangan penting dalam menjamin pangan yang aman dan layak dikonsumsi.
Suplai pangan yang aman tidak hanya melindungi kesehatan masyarakat Indonesia, tetapi juga
meningkatkan kualitas generasi muda kita dengan pangan yang aman dan layak dikonsumsi.
Indonesia telah mempunyai standar nasional yang berkaitan dengan keamanan pangan, yaitu
Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar ini diantaranya memuat bagaimana memproduksi
bahan pangan yang benar, bagaimana mengukur cemaran, dan menyajikan batas maksimum
cemaran yang diperkenankan. Standar ini diharapkan dapat memberikan jaminan keamanan
produk pangan Indonesia.
Mengkonsumsi produk pangan bermutu lebih menjamin keamanan pangan. Standar mutu
pangan yang dikeluarkan oleh SNI dapat membantu konsumen untuk menentukan mutu produk
pangan yang akan dibelinya. Standar mutu bahan pangan merupakan pedoman yang dapat
digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya pemilihan bahan pangan atau menghasilkan
bahan pangan berdaya saing tinggi. Indonesia telah memiliki standar mutu, yaitu standar yang
dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional Indonesia atau SNI.
Pangan yang bermutu dan aman dapat dihasilkan dari dapur rumah tangga maupun
industri pangan. Dapat dikatakan bahwa industri pangan merupakan salah satu faktor penentu
beredarnya pangan yang memenuhi standar mutu dan keamanan yang telah ditetapakan oleh
pemerintah. Pemerintah juga telah melakukan sederetan usaha atau langkah pengendalian
kontaminan pangan melalui inspeksi, registrasi, analisa produk akhir untuk menentukan apakah
produk yang dihasilkan oleh suatu industri pangan merupakan produk yang aman dikonsumsi.
Untuk melindungi masyarakat dari produk pangan olahan yang berbahaya, pemerintah
telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah keamanan
pangan. Instansi pemerintah yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap peredaran produk
pangan olahan diseluruh Indonesia adalah Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
I.3.
-
TUJUAN
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah :
Untuk mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi bakteri Escherichia coli dalam produk
makanan
I.4.
PRINSIP
Prinsip pengujian deteksi Eschericia coli menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA
PPOM 73/MIK/06) yaitu Pertumbuhan koloni Eschericia coli pada media lempeng selektif dan
dilanjutkan dengan konfirmasi melalui uji biokimia. Pada pengujan deteksi Eschericia coli
diguanakan Tryptic Soy Broth (TSB) sebagai media cair atau pengencer, dan Eosyn Methylen
Blue (EMB) sebagai media lempeng selektif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.
TEORI UMUM
Kualitas mikrobiologi sediaan farmasi dan produk makanan-minuman merupakan suatu
faktor yang penting untuk diperhatikan, terutama dengan kontaminasi bakteri patogen.
Kontaminasi bakteri patogen, selain mempengaruhi kualitas sediaan makanan, juga dapat
membahayakan kesehatan manusia karena dapat menyebabkan infeksi suatu penyakit.
Kondisi mikrobiologis dari makanan dan minuman menentukan keamanan dan daya
tahan makanan ataupun minuman itu sendiri. Beberapa bakteri dapat menyebabkan keracunan
makanan dan minuman, akan tetapi jumlah mikroba yang mampu menimbulkan keracunan
bergantung kepada individu dan sifat virulensi bakteri tersebut serta kombinasi makanan dan
minuman terseebut.
Beberapa sediaan farmasi yang sering mengkontaminasi produk makanan dan minuman
antara lain adalah E.coli, Salmonella, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus dan beberapa
spesies lainnya.
Escherichia Coli pertama kali diidentifikasikan oleh dokter hewan Jerman, Theodor
Escherich dalam studinya mengenai system pencernaan pada bayi hewan. Pada 1885, beliau
menggambarkan organism ini sebagai komunitas bakteri coli dengan membangun segala
perlengkapan patogenitasnya di infeksi saluran pencernaan. Nama Bacterium Coli sering
digunaka sampai pada tahun 1991. Ketika Castellani dan Chalames menemukan genus
Esherichia dan menyusun tipe spesies E.coli.
E. coli adalah gram-negatif, anaerobik fakultatif dan non spora. Sel-sel biasanya
berbentuk batang yang panjangnya sekitar 2 mikrometer (m) dan diameternya 0,5 m r, dengan
volume sel 0,6-0,7 m 3. E. coli dapat hidup di berbagai substrat. E. coli menggunakan
fermentasi asam campuran dalam kondisi anaerobik, menghasilkan laktat, suksinat, etanol, asetat
dan karbon dioksida.
Prinsip pengujian deteksi Eschericia coli menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA
PPOM 73/MIK/06) yaitu Pertumbuhan koloni Eschericia coli pada media lempeng selektif dan
dilanjutkan dengan konfirmasi melalui uji biokimia. Pada pengujan deteksi Eschericia coli
diguanakan Tryptic Soy Broth (TSB) sebagai media cair atau pengencer, dan Eosyn Methylen
Blue (EMB) sebagai media lempeng selektif.
Prosedur pengujian deteksi Eschericia coli menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA
PPOM 73/MIK/06) yaitu dengan cara aseptik ditimbang 10 gram atau dipipet 10 ml cuplikan
sampel ke dalam kantong plastik stomacher steril ditambahkan 90 ml TSB. Dihomogenkan
menggunakan stomacher selama 30 detik dan diinkubasi pada suhu 371 C selama 182 jam.
Setelah itu digoreskan satu sengkelit pada media lempeng selektif EMB dan diinkubasi pada
suhu 35-37C selama 18-24 jam dengan posisi cawan terbalik. Diamati koloni spesifik yang
tumbuh (Koloni hiajau kilap logam dengan bintik biru kehijauan ditengahnya) sealanjutnya
dilakuakan uji biokimia untuk identifikasi Escherichia coli .
Pernyataan hasil dari uji deteksi Escherichia coli yang merupakan bakteri gram negatif
berbentuk batang pendek dan pada reaksi IMViC memberikan hasil sebagai berikut :
Indol
Merah metil
Voges-proskauer
Citrate
: positif
: positif
: negatif
: negatif
Jika dari biakan TSB diperoleh hasil seperti tersebut diatas maka dapat dinyatakan
terdapat bakteri E.coli dalam tiap 10 gram sampel (BPOM RI, 2006). Uji yang digunakan untuk
mengetahui jenis coliform yang terdapat di dalam contoh adalah uji IMViC, yang merupakan
singkatan dari uji Indol, Methyl Red, Voges-Proskauer, dan citrate.
Dari suspensi bakteri yang dibuat pada uji lengkap, masing-masing diinokulasikan
menggunakan jarum ose ke dalam tiga tabung yang masing-masing berisi medium yang berbeda
yaitu :
1. Tryptone Broth untuk uji indol
2. MR-VP Broth (Proteose Broyh) untuk uji merah metil dan uji Voges Poskauer Koser
3. Citrate Medium untuk uji pengguanan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon
Pada tahap selanjutnya dilakukan proses pewarnaan gram, yakni dengan tujuan untuk
memastikan apakah bakteri yang terduga merupakan Escherichia coli atau bukan. Karena ada
beberapa sampel yang menunjukkan hasil positif keberadaan bakteri Escherichia coli namun
pada tahap pewarnaan gram bakteri tersebut tidak menunjukkan cirri-ciri Escherichia coli. Oleh
karena itu, dilakukan tahap ini agar bakteri yang dimaksud benar-benar menunjukkan bahwa itu
merupakan bakteri Escherichia coli. Dan hasil pewarnaan gram pada sampel saus tomat dengan
biakan bakteri ini pun terbukti bahwa bakteri dari hasil pengujian ini merupakan bakteri
Escherichia coli.
II.2. URAIAN MIKROBA
II.2.1. KLASIFIKASI MIKROBA
a. Escherichia coli
Kingdom
Protista
Filum
Protophyta
Kelas
Schyzomycutes
Ordo
Enterobacteriales
Family
Enterobacteriaceae
Genus
Escherichia
Species
Escherichia Coli
II.3.
MORFOLOGI MIKROBA
a. Escherihia coli
E. Coli dari anggota family Enterobacteriaceae. Ukuran sel dengan panjang 2,0 6,0 m dan
lebar 1,1 1,5 m. Bentuk sel dari bentuk seperti coocal hingga membentuk sepanjang ukuran
filamentous. Tidak ditemukan spora.. E. Coli batang gram negatif. Selnya bisa terdapat tunggal,
berpasangan, dan dalam rantai pendek, biasanya tidak berkapsul.bakteri ini aerobic dan dapat
juga aerobic fakultatif.
E.coli berbentuk besar (2-3 mm), circular, konveks dan koloni tidak berpigemen pada
nutrient dan media darah. E. Coli dapat bertahan hingga suhu 600C selama 15 menit atau pada
550C selama 60 menit.
II.4.
URAIAN SAMPEL
Saus Tomat
Tabel Komposisi Saus Tomat
Komponen
Satuan
Jumlah
Air
Gram
89,07
Karbohidrat
Gram
7,18
Protein
Gram
1,33
Lemak
Gram
0,17
Serat
Gram
1,43
Sodium
Mg
605
Pottasium
Mg
317
Fosfor
Mg
32
Magnesium
Mg
19
Gambar
Kalsium
Mg
14
Vitamin C
Mg
13,1
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1. ALAT DAN BAHAN
III.1.1. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Cawan petri 12 buah
2. Erlenmeyer
3. Gelas kimia
4. Gelas ukur 50 ml
5. Kaca objek
6. Lampu spiritus
7. Ose bulat 15 buah
8. Spoit, 10,20 ml
9. Sprayer + Alkohol
10. Tabung reaksi
III.1.2. BAHAN YANG DIGUNAKAN
1. Saus tomat 10,19 gram
2. NaCL 90 mL
3. Tween 1 mL
4. Biakan bakteri 0,1 mL
5. Eosyn Methylen Blue Agar (EMBA)
6. Tryptone Broth
7. MR-VP media
8. Simmons Citrate Agar (SCA)
9. Nutrient Agar (NA)
10. Laruatan Kovac
11. Larutan Merah Metil
12. Larutan Alfanaftol
PROSEDUR KERJA
5. Uji Konfirmasi
Dari Media NA miring dilanjutkan dengan uji IMVIC dengan cara sebagai berikut :
a. Uji Indol
1) Satu sengkelit biakan NA miring di inokulasi pada media TB, dan diinkubasi pada suhu 350 C370 C selama 24-48 jam
2) Ditambahkan 1-1 tetes pereaksi KOVAC dan dikocok. Didiamkan selama 10 menit
3) Jika terbentuk cincin berwarna merah cherry di permukaan biakan menunjukan reaksi Indol
positif
b. Uji Metil Merah
1) Satu sengkelit biakan NA miring di inokulasikan ke media MR-VP,dan di inkubasi pada suhu
350 C 370 C selama 24-48 jam
2) Dalam biakan tersebut,di tambahkan 5 tetes larutan Metil Merah. Biakan yang berwarna merah
menunjukan reaksi positif.
c.
1) sangkelit biakan NA miring diinokulasikan ke media MR-VP pada suhu 350 -370 C selama 24-48
jam.
2) Ditambahkan 3 tetes larutan - naftol dan 1 tetes larutan KOH 40% , kemudian diamkan selama
2-4 jam.
3) Biakan yang berwarna merah muda hingga merah menyala menunjukan reaksi positif, bila tidak
ada perubahan menunjukan reaksi negatif.
d. Uji Sitrat
1) Diambil 1 sengkelit biakan NA miring, di inokulasi pada media simmons Citrat Agar
2) Di inokulasi pada suhu 350 370 C selama 24-48 jam
3) Perubahan warna biakan menunjukan reaksi poitif, bila biakan tetap hijau.
6. Pewanaan Gram
a. Persiapan Sediaan Apusan Bakteri
1) Di bersihkan kaca objek
2) Ambil biakan menggunakan jarum ose secara aseptik
3) Suspensikan pada kaca objek dengan menggunakan setetes air suling, ratakan suspensi hingga
tidak terlalu tebal
4) Biarkan apusan mongering di udara, fiksasi dengan melewatkan di atas api bunsen .
b. Pewarnaan Sediaan Apusan Mikroba
1)
Tetesan larutan Kristal violet pada apusan, biarkan selama 1 menit dan cuci kelebihan warna
dengan air mengalir
2) Teteskan larutan iodium pada apusan biakan selama 1 menit , cuci dengan air mengalir
3) Tetesan alkohol 95% selama 30 detik , dan bilas dengan air mengalir
4) Teteskan larutan safranin pada apusan biakan selama 45 detik, bilas dengan air mengalir
5)
Tiriskan gelas sediaan, dan keringkan dengan kertas saring atau tissue tanpa menggosok
permukaan yang di warnai
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1. HASIL PENGAMATAN
I. Tabel pengamatan
Dalam percobaan kali ini, yakni identifikasi bakteri patogen dengan sampel saus tomat,
terdapat beberapa hasil yang menunjukkan keberadaan E.Coli pada hasil pengujian baik pada uji
selektif maupun uji konfirmasi, adalah sebagai berikut :
Hari/ Tanggal
Sabtu,
26-5-2012
Minggu,
27-5-2012
Kamis,
31-5-2012
Sabtu,
2-6-2012
Inkubasi
Suhu
Waktu
(0C)
(jam)
Volume
pengencera
n
Media
10-1
BHBI
37
24
Keruh
10-1
EMBA
37
24-48
Koloni
hijau,
kilap
mlogam dan bintik biru
kehijauan ditenganhnya
10-1
NA
37
24
Tumbuh
IMVIC
Indol
Merah metil
37
37
18-48
24
+
+
Pengamatan
VP
37
24
SCA
37
24-48
Tabel. Hasil uji Escherichia coli pada saus tomat
Keterangan :
Escherichia coli dinyatakan positif dalam produk, apabila hasil uji IMVIC sebagai berikut :
Indol
Merah metil
= + (positif)
VP
= - (negatif)
SCA
= - (negatif)
Uji Selektif
= + (positif)
Hari/Tanggal
Minggu,
27-5-2012
Minggu,
27-5-2012
b
Volume
pengencera
n
Inkubasi
Media
10-1
EMBA
10-1
EMBA
Suhu
Waktu
(0C)
(Jam)
37
24-48
Pengamatan
Koloni hijau, kilap
logam dan bintik
biru kehijauan di
tengahnya.
Koloni hijau, kilap
logam dan bintik
biru kehijauan di
tengahnya.
Uji Konfirmasi
Uji
Indol
Merah metil
Medium
Tryptone Broth
atau indol-nitrit
Proteose Broth
Voges
(MR-VP)
Proteose Broth
proskeuer
Sitrat
Produk akhir
Reaksi positif
Warna merah pada penambahan
Indol
Asam organik
Asam metil
(MR-VP)
karbonil
SCA
Pertumbuha
Timbulnya kekeruhan
(1)
(2)
2. Hasil pengamatan setelah diinkubasi pada suhu 35-370C selama 48 jam dengan posisi cawan
terbalik
(1)
(2)
b. Uji Konfirmasi
1.
a) Uji indol
d) Uji Sitrat
c. Pewarnaan gram
1. Persiapan Sediaan Apusan Bakteri
IV.3.
PERHITUNGAN
Dalam percobaan kali ini, tidak terdapat perhitungan karena metode yang dilakukan
adalah metode identifikasi bakteri patogen (Esherichia coli) secara kualitatif yakni
bukan untuk mengetahui jumlah bakteri yang ada melainkan untuk mengetahu apakah di
dalam sampel yang dilakukan pengujian teridentifikasi bakteri E.coli atatu tidak. Karena
metode analisa kualitatif merujuk pada keberadaan bakteri patogen tersebut bukan
menyatakan jumlah dari hasil pengujian yang telah dilakukan.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini yakni identifikasi bakteri patogen dengan tujuan untuk
mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi bakteri Escherichia coli dalam pangan. Semua
teknik/prosedur pengerjaan praktikum dilakukan secara aseptik. Baik pada alat-alat yang akan
digunakan maupun pada bahan-bahan yang akan dipakai dalam praktikum.
Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah cawan petri,
Erlenmeyer 100 mL, ose bulat, tabung reaksi, pipet tetes, objek gelas, spoit 10 mL dan 25 mL,
gelas kimia, auotoklaf, oven, incubator, serta timbangan. Adapun beberapa bahan yang
digunakan adalah Saus tomat 10 gram sebagai sampel, NaCl fisiologi 90 mL, Tween 1 mL,
biakan bakteri 0,1 mL, media EMBA 150 mL, NA 100 mL, BHBI 100 mL, Tryptone Broth, MRVP media, Simmons Citrate Agar (SCA) Nutrient Agar (NA), Laruatan Kovac, Larutan Merah
Metil, Larutan Alfanaftol, Laruatan KOH 40%. Tween digunakan untuk menghilangkan
pengawet yang terdapat pada sampelsaus tomat.
Terlebih dahulu alat-alat sepeti Erlenmeyer, cawan petri, ose, disterilkan dengan
menggunaka autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan selama 15 menit. Tujuannya untuk
mencegah adanya kontaminasi biakan murni dari mikroorganisme luar. Setelah itu alat tersebut
dibersihkan dengan menggunaka air kemudian dikeringkan, dan dibungkus dengan
menggunakan kertas. Lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 1800C selama 1 jam.
Pada proses pembuatan media, media yang digunakan adalah media BHBI ditimbang
sebanyak 22,2 gram dan dilarutkan dengan aquadest pada gelas kimia, aduk homogen. Kemudian
media EMBA sebanyak 5,625 gram, media MR-VP sebanyak 2,55 gram, media SCA sebanyak
3,62 gram. Media yang telah ditimbang kemudian dihomogenkan dengan aquadest agar media
siap untuk digunakan.
Prinsip pengujian deteksi Eschericia coli menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA
PPOM 73/MIK/06) yaitu Pertumbuhan koloni Eschericia coli pada media lempeng selektif dan
dilanjutkan dengan konfirmasi melalui uji biokimia. Pada pengujan deteksi Eschericia coli
diguanakan NaCl fisiologi sebagai media cair atau pengencer, dan Eosyn Methylen Blue Agar
(EMBA) sebagai media lempeng selektif.
Pada uji selektif kemudian disiapkan masing-masing dua lempemg EMBA, dan diambil
satu sengkelit dari sampel untuk digoreskan pada media lempeng selektif (EMBA) dan
diinkubasi pada suhu 350-370C selama 24-48 jam dengan posisi cawan terbalik, dan segera
diamati koloni spesifik yang tumbuh yakni koloni hijau kilap logam dengan bintik biru kehijauan
ditengahnya.
Hari/Tanggal
Volume
pengencera
n
Inkubasi
Media
Suhu
Waktu
(0C)
(Jam)
Pengamatan
suatu bakteri Esherichia coli dengan ciri-ciri seperti tabel di atas. Oleh karena itu dilakukan lagi
pengujian lanjut yakni uji konfirmasi (IMVIC) dengan tujuan untuk lebih memastikan bahwa
bakteri tersebut adalah Esherichia coli.
Uji konfirmasi dilakukan pada media NA mirimg yang terdiri dari uji indol, uji metal
merah, uji voges proskauer, dan uji sitrat. Pernyataan hasil dari uji deteksi E.Coli yang
merupakan bakteri gram negative berbentuk batang pendek pada uji IMVIC pada percobaan ini
memberikan hasil sebagai berikut :
Uji indol
= (+) positif
= (+) positif
= (-) negatif
Uji sitrat
= (-) negatif
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dari biakan BHBI diperoleh hasil tersebut
dengan pernyataan bahwa terdapat bakteri E.Coli dalam tiap 10 gram sampel percobaan dengan
penambahan biakan.
Dari hasil pengamatan tersebut diperoleh tabel hasil pengamatan pada uji konfirmasi
dengan sampel saus tomat pada hari sabtu, 2-06-2012 sebagai berikut :
Uji
Medium
Produk akhir
Reaksi positif
Warna merah pada
Indol
Merah metil
Tryptone Broth
Indol
atau indol-nitrit
Proteose Broth
(MR-VP)
penambahan pereaksi
Kovac. Warna merah muda
pada kertas asam oksalat
Warna merah pada
Asam organic
Voges
Proteose Broth
Asam metil
proskeuer
(MR-VP)
karbonil
Sitrat
SCA
Pertumbuhan
penambahan indikator
merah metil
Warna merah tua pada
penambahan 5% -naftol
dan 40% KOH
Timbulnya kekeruhan
Berdasarkan tabel tersebut hasil uji indol yang diperoleh positif. Hasil ini menyatakan
bahwa terdapat bakteri Escherichia Coli dengan terbentuknya lapisan (cincin) berwarna merah
muda pada permukaan biakan, artinya bakteri ini membentuk indol dari tryptopan sebagai
sumber karbon, yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan kovacks. Asam amino
triptofan protein, sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme
akibat penguraian protein.
Uji merah metil hasilnya positif, karena terjadi perubahan warna menjadi merah setelah
ditambahkan methyl-red. Artinya bakteri ini menghasilkan asam campuran (metilen glikon) dari
proses fermentasi glukosa yang terkandung dalam medium MR-VP terbentuknya asam campuran
pada media kan menurunkan PH sampai 5,0 atau kurang. Oleh karena bila indikator metil
ditambahkan pada biakan tersebut dengan PH serendah itu, maka indikator tersebut menjadi
merah.
Sedangkan pada uji Voges proskauer hasilnya negatif, karena tidak terbentuk warna
merah pada medium setelah ditambahkan -naftol dan KOH, artinya hasil fermentasi bakteri ini
bukan asetil metal karbinol (aseton) dengan demikian hasil negatif pada uji voges proskauer
menandakan adanya bakteri Escherichia Coli.
Demikian pula pada uji sitrat, didasarkan atas penggunaan sitrat di dalam medium,
dimana sitrat, merupakan satu-satunya sumber karbon di dalam medium tersebut. Adanya
pertumbuhan yang menunjukan sitrat sebagai sumber karbon dapat dilihat dari timbulnya
kekeruhan dalam media SCA setelah proses inkubasi. Hasil pada uji sitrat adalah negatif dengan
demikian hasil menunjukan bahwa terdapat bakteri E.Coli.
Dari kontrol positif tersebut yang dilakukan pada uji IMViC yang meliputi uji indol, uji
merah metil, uji VP, uji sitrat, ditujukan untuk menunjukkan E.coli dan pada hasil pengamatan
yang telah kami peroleh selama 1 minggu dapat dilihat pada tabel pengamatan yang menunjukan
adanya bakteri E.Coli di dalam sampel saus tomat yang digunakan.
BAB VI
PENUTUP
VI.1.
KESIMPULAN
Dari hasil yang kami peroleh pada percobaan kali ini yaitu identifikasi bakteri patogen
(Eschericia coli) dapat disimpulkan bahwa sampel yang kami gunakan untuk deteksi uji
Escherichia coli positif terdapat bakteri E.coli di dalam sampel tersebut, karena pada hasil uji
Escherichia coli pada saus tomat dapat dilihat setelah diinokulasikan pada media EMBA koloni
yang tumbuh memiliki cirri-ciri seperti pada prosedur yang ada dan setelah dilanjutkan pada uji
konfirmasi yakni uji IMVIC hasilnya pun menunjukkan keberadaan E.Coli. hasil pengujian pun
dilanjutkan pada pewarnaan gram dengan hasil pengamatan yang diamati pada mikroskop yakni
menunjukkan cirri-ciri bakteri E.coli sehingga dapat disimpulkan bahwa uji E.Coli pada saus
tomat adalah positif koloni per 10 gram sampel.
VI.2.
SARAN
Adapun saran yang ingin diajukan dalam pelaksanakan praktikum ini adalah diharapkan
semua praktikan lebih serius dan disiplin lagi dalam melakukan praktikum berikutnya. Dan
sebaiknya para praktikan sebelum melakukan sterilisasi harus melakukan berdasarkan prosedur
tehnik pengerjaan yakni pengerjaan atau prosedur kegiatan di laboratorium mikrobiologi harus
dikerjakan secara aseptic. Dengan tujuan untuk mencegah adanya kontaminasi silang atau
tercemarnya biakan murni dari mikroorganisme luar baik melalui kontak langsung dengan
permukaan atau tangan sekaligus melindungi diri dari infeksi dan orangorang yang berada di
dalam laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Lalo, Ahmad., dkk, 2012. Penuntun Praktikum Mikrobilologi dan Parasitologi. Akfar Bina Husada :
Kendari
LAY, Bibiana W. 1994. Anaisis Mikroba di aboratorium. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Waluyo Lud, 2007. Edisi Revisi Mikrobiologi Umu. Penerbit UMM PRESS : Malang.
file:///C:/Users/speedy/Downloads/mikrobiologi%20modul%204%20_%20dizzideepinsohardblog.htm
LAMPIRAN :
A. KOMPOSISI MEDIUM
1.
10
Laktosa
Sukrosa
Dipotassiumhidrogen fosfat 2
Bacto agar
13,5
0,4
0,07
Cara pembuatan : sebanyak 36 gram serbuk disuspensikan dalam 1 liter aquadest dengan
memanaskan dalam air mendidih atau dinaikkan uap media disterilkan dalam autoklaf pada suhu
1210C selama 15 menit.
2. Media Metil RedVoges Proskauer (MR-VP)
Pepton from meat
glukosa
dapar fosfat
Cara pembuatan : Ambillah 50 gram Mac Conkey Broth. Larutkan dalam 1 liter air campur
hingga merata. Panaskan sampai mendidih. Kemudian mesukan dalam autoklaf pada suhu 121 oC
selama 15 menit.
Beef extract
Agar
15
NaCl
Cara pembuatan : ambillah 25 gram dalam 2 liter air, campur kemudian panaskan pada suhu
autoklaf 1260C selama 15 menit uji sampel sampai tampilan sesuai yang diinginkan.
B. SKEMA KERJA
Oleh:
Widi Indra Kesuma
1114111058
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada tanaman adalah adanya
kontaminasi terhadap mikroorganisme. Contoh dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan
penyakit adalah bakteri, cendawan, dan virus. Namun, mikroorganisme utama yang dapat
menyebabkan penyakit adalah bakteri. Walaupun bakteri dapat menimbulkan penyakit, namun
ada juga bakteri yang menguntungkan bagi manusia.
Adanya ilmu pengetahuan tentang adanya suatu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada
tanaman, menyebabkan para peneliti mencoba mengkembangbiakkan bakteri tersebut dalam
sebuah media. Dalam membuktikan penyebab suatu penyakit, diperlukan metode pembuktian.
Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah metode postulat koch. Postulat Koch atau
Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan Robert Koch pada 1884 dan disaring dan
diterbitkannya pada 1890. Penelitian Koch terhadap dimulai ketika antraks menjadi penyakit
hewan dengan prevalensi paling tinggi pada masa itu. Koch mencoba membuktikan secara
ilmiah mengenai Bacillus yang menyebabkan antraks dengan bantuan mikroskop sederhananya.
Hal itu dilakukan dengan menyuntikkan Bacillus anthracis ke dalam tubuh sejumlah tikus. Koch
mendapatkan Bacillus anthracis tersebut dari limpa hewan ternak yang mati karena antraks.
Postulat Koch atau Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan Robert Koch pada1884
dan disaring dan diterbitkannya pada 1890. Menurut Koch, keempatnya harus dipenuhi sebelum
patogen yang dianggap sebagai penyebab penyakit, Dalam Postulat-postulat Koch disebutkan,
untuk menetapkan suatu organisme sebagai penyebab penyakit, maka organisme tersebut harus
memenuhi sejumlah syarat. Pertama, ditemukan pada semua kasus dari penyakit yang telah
diperiksa. Kedua, telah diolah dan dipelihara dalam kultur murni (pure culture). Ketiga, mampu
membuat infeksi asli (original infection), meskipun sudah beberapa generasi berada dalam
kultur. Keempat, dapat diperoleh kembali dari hewan yang telah diinokulasi dan dapat
dikulturkan kembali.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
Bakteri patogen intraseluler yang hanya menyebabkan penyakit bila masuk ke dalam tubuh
makhluk hidup. Contohnya, Mycobacterium tuberculosis, bakteri yang menjadi penyebab
penyakit TBC.
2. Bakteri kondisional. Bakteri patogen ini bisa menimbulkan penyakit dalam keadaan tertentu.
Bakteri kondisional umumnya mengambil keuntungan dari kelemahan yang diderita makhluk
hidup, misalnya luka yang menganga atau kondisi kekebalan tubuh yang sedang menurun.
Bakteri patogen kondisional biasanya tersebar dengan mudah melalui benda-benda yang dipakai
bersama-sama. Misalnya, pegangan pintu, tombol elevator, serta pegangan kursi ataupun meja.
Contoh bakteri kondisional adalah Haemophilus influenza, penyebab penyakit influenza pada
manusia (Johny, 2011).
B. Taksonomi dan Biologis Ikan Sampel
Ikan Mas Koki (Carassius auratus)
Menurut Budiman dan Lingga (2005), Klasifikasi ikan mas koki adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Actinopterygii
Order: Cypriniformes
Family: Cyprinidae
Genus: Carassius
Species: Carassius auratus (goldfish)
Menurut Yoshichi Matsui, dalam bukunya Goldfish Guide, maskoki di Jepang dikelompokkan
menjadi 3 berdasarkan asalnya. Masing-masing adalah inpor dari cina (wakin, maruko, ryukin,
domekin), hasil seleksi (jikin, nankin, tosakin, tetsuonaga, osaka ranchu, hanafusa, oranda
shishigashira), hasil dari silangan (kiranshi, shubunkin, shukin, kaliko, azumanishiki).
Ikan maskoki dapat tumbuh hingga mencapai 23 inch (53 cm) dan maksimum mencapai berat
9.9 pounds (4.5 kg), namun hal ini sangat jarang terjadi; sebagian besar maskoki hanya mencapai
separuh dari ukuran maksimal tadi dalam masa pertumbuhannya. Dalam kondisi yang optimal,
maskoki mampu bertahan hidup hingga 40 tahun, tetapi sebagian besar maskoki umumnya hidup
antara 6 - 8 tahun. Menurut Redaksi AgroMedia (2008), memelihara dan merawat koki dalam
rumah cukup mudah. Hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas air, pemberian pakan, dan
sarana penunjang akuarium.
Ikan Mas (Cyprinus caprio L)
Klasifikasi Ikan Mas menurut saanin (1984) adalah sebagai berikut :
Filum : Chodata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidea
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus caprio L
Daerah yang sesuai untuk mengusahakan pemeliharaan ikan ini yaitu daerah yang berada antara
150 600 meter di atas permukaan laut, pH perairan berkisar antara 7-8 dan suhu optimum 20-
25 oC. Ikan Mas hidup di tempat-tempat yang dangkal dengan arus air yang tidak deras, baik di
sungai danau maupun di genangan air lainnya ( Asmawi, 1986).
Ikan Komet (Carassius auratus).
Ikan komet termasuk dalam famili Cyprinidae dalam genus Carassius. Ikan komet merupakan
salah satu jenis dari Cypridae yang banyak dikenal dikalangan masyarakat karena memiliki
warna yang indah dan eksotis serta bentuk yang menarik. Kedudukan ikan komet di dalam
sistematika (Lingga dan Susanto, 2003) adalah sebagai berikut :
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
: Ostariphisysoidei
: Cyprinidae
Genus
: Carassius
badan, peralatan yang tercemari bakteri ini. Ikan-ikan yang terserang bakteri ini memperlihatkan
gejala-gejala:
Warna tubuh menjadi agak gelap
Kulit kasat dan timbul pendarahan yang akan menjadi borok (hemorrhage).
Kemampuan renang menurun dan sering megap-megap di permukaan air karena.
insangnya rusak sehingga sulit bernafas.
Sering terjadi pendarahan pada organ bagian dalam seperti hati, ginjal, limpa seringpula terlihat
Penyakit Streptomyces adalah penyakit yang disebabkan oleh Bakteri Streptomyces, merupakan
organism yang bersifat pathogen pada ikan. Serangan penyakit ni mempunyai dampak negative
yang dpat dirasakan secara berkelanjutan. Bakteri ini dapat menginfeksi hati dan ginjal ikan. Di
dalam kolam percobaan menggambarkan waktu kematian disebabkan penyakit ini kurang lebih
satu minggu (Tim, 2002).
D. Postulat Koch
Pada tahun 1880, Koch memanfaatkan kemajuan metoda laboratorium dan menentukan kriteria
yang diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroba spesifik merupakan penyebab penyakit
tertentu (Gunawan, 2011).
Kriteria ini dikenal dengan postulat Koch yaitu:
1. Mikroorganisme tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit yang ditimbulkan.
2. Mikroorganisme dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni di laboratorium.
3. Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada binatang yang sesuai dapat menimbulkan penyakit.
4. Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi kembali dari hewan yang telah terinfeksi tersebut
(Gunawan, 2011).
Adanya kriteria tersebut menjadi jalan ditemukannya berbagai bakteri penyebab berbagai
penyakit dalam waktu yang cukup singkat (kurang dari 30 tahun). Penemuan virus, adanya
bakteri yang dapat menimbulkan berbagai penyakit serta adanya penyakit tertentu yang
ditimbulkan oleh lebih dari 1 mikroorganisma memerlukan modifikasi dari postulat Koch. Pada
tahun 1892 Dimitri Ivanovski menunjukkan bahwa agen yang menyebabkan penyakit mosaik
pada tembakau dapat ditularkan melalui ekstrak tanaman yang sakit. Ekstrak terebut disaring
dengan filter yang ditemukan oleh kawan-kawan Pasteur dimana filter tersebut diketahui dapat
menyaring bakteri.Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa agen tersebut mempunyai ukuran
yang jauh lebih kecil dari bakteri. Yellow fever merupakan penyakit pertama pada manusia yang
diketahui disebabkan oleh virus(Gunawan, 2011).
C.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Cara Kerja
Ambil sampel ikan yang sakit dengan gejala luka atau borok
Amati gejala eksternal dan internal
Isolasi Bakteri dari bagian tubuh yang luka dan dari ginjal ke dalam medium TSA
Inkubasi selama 24 jam dalam suhu ruang
Pemurnian kultur Bakteri
Identifikasi Bakteri
Kultur dalam media cair
Hitung kepadatan Bakteri dengan spektrofotometer
Infeksikan ke ikan yang sama dengan sampel dengan dosis 107 sel/ikan.
Amati gejala yang ditimbulkan
Jika ikan sakit, isolasi Bakteri yang luka dan dari ginjal kedalam medium TSA
Indentifikasi b kemungkinan Bakteri yang diisolasi adalah bakteri
Jika ada kemiripan, adlah Bakteri penyebab pathogen pada ikan tersebut.
Organ yang
Dites
Luka
a.
Gejala
Ikan mas lemas , tidak
a.
mau makan.
b.
Waktu
Minggu,
pukul
14.00.
Minggu,
pukul
berenang di dasar.
19.00.
c. Ada 1 ekor ikan yang
c.
Minggu,
pukul
e.
f.
d.
Ada 3 ikan yang sisiknya
ikan
Minggu,
pukul
mulai mengelupas.
g.
21.00.
terjadi
e.
22.00.
Minggu,
f.
Senin,
pukul
03.00.
g.
Senin,
pukul
h.
04.00.
Senin,
pukul
13.00.
Ikan Mas
Ginjal
Minggu,
pukul
Ada
ekor
14.00.
b. Minggu,
yang
pukul
mengelupas sisiknya.
19.30.
c.
d. Ada 1 ikan yang sisiknya
Nampak kehitaman.
Minggu,
pukul
e.
Semua
ikan
Nampak
21.00.
kehitaman
di
bawahd.
Senin,
insang.
pukul
f. Ada 1 ikan yang luka
02.00.
dibagian ekor.
e.
Senin,
pukul
f.
03.30.
Senin,
pukul
Ikan Komet
Luka
a.
08.30.
Ikan mas lemas , tidak
a. Minggu,
mau makan.
b.
pukul
14.00.
Minggu,
pukul
dasar.
15.30.
c. Warna ikan menjadi pucat.
c. Minggu,
pukul
d.
Sisik
ikan
mulai
22.30.
mengelupas.
e.
Senin,
02.00.
Senin,
pukul
07.30.
Ginjal
a.
b.
B.
Pembahasan
Telah dilakukan praktikum mengenai Bakteri Patogen yang di identifikasi dengan metode
Postulat Koch. Ikan sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan Mas, ikan Mas Koki,
dan ikan Komet. Gejala klinis dari masing-masing ikan sampel yaitu, pada ikan mas terlihat ada
luka yang memerah pada bagian sisik dan juga sirip, luka tersebut membentuk bulatan yang
lebar, gerakan ikan lambat, tidak mau makan, serta terlihat kekurangan osigen karena ikan selalu
berenang ke permukaan untuk mengambil oksigen. Pada ikan Komet, gejala klinis yang terjadi
yaitu ikan terlihat berenang lambat serta terdapat sisik yang mengelupas, kurang nafsu makan,
dan juga berenang miring. Pada ikan Mas Koki, gejala klinis yang terjadi ikan berenang lambat,
adanya luka juga seperti bulatan lebar, nafsu makan kurang, respon terhadap kejutan lambat,
serta berenang dengan kepala menghadap keatas.
Pada hasil pengamatan praktikum terhadap ikan yang diinfeksikan Bakteri dari ikan sampel
menunjukkan bahwa hasil dari gejala yang terjadi terhadap ikan uji memiliki hamper kesamaan
terhadap ikan sampel. Kesamaan tersebut diantaranya gerakan ikan lambat, terdapat sisik yang
mengelupas seperti pada ikan sampel, ikan kurang nafsu makan, terdapat luka seperti bulatan
lebar,
serta gerakan ikan miring dan berenang dengan posisi kepala menghadap ke atas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil dari metode Postulat Koch dapat dipakai sebagi cara
untuk mengetahu suatu Bakteri bersifat pathogen atau tidak pada suatu organism. Metode dari
Postulat Koch itu sendiri yaitu:
1. Mikroorganisme tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit yang ditimbulkan.
2. Mikroorganisme dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni di laboratorium.
3. Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada binatang yang sesuai dapat menimbulkan penyakit.
4. Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi kembali dari hewan yang telah terinfeksi tersebut
(Gunawan, 2011).
Dengan melihat cirri-ciri dari gejala penyakit yang terjadi pada ikan tersebut, dapat diduga
bahwa Bakteri yang menyerang ikan-ikan tersebut adalah Aeromonas hidrophyla
dan
Pseudomonas sp. Selain karena ciri-ciri yang di timbulkan, bakteri Aeromonas hidrophyla dan
Pseudomonas sp merupakan Bakteri air tawar.
Dapat diketahui bahwa bakteri Aeromonas hidrophyla termasuk patogen oportunistik yang
hampir selalu terdapat di air dan seringkali menimbulkan penyakit apabila ikan dalam kondisi
yang kurang baik. Penyakit yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophilla ditandai dengan
adanya bercak merah pada ikan dan menimbulkan kerusakan pada kulit, insang dan organ dalam.
Penyebaran penyakit bakterial pada ikan umumnya sangat cepat serta dapat menyebabkan
kematian yang sangat tinggi pada ikan-ikan yang diserangnya. Gejala klinis yang timbul pada
ikan yang terserang infeksi bakteri Aeromonas hidrophyla adalah gerakan ikan menjadi lamban,
ikan cenderung diam di dasar akuarium; luka/borok pada daerah yang terinfeksi; perdarahan
pada bagian pangkal sirip ekor dan sirip punggung, dan pada perut bagian bawah terlihat buncit
dan terjadi pembengkakan. Ikan sebelum mati naik ke permukaan air dengan sikap berenang
yang labil (Rahmaningsih, 2012).
Sedangkan bakteri Pseudomonas sp yaitu termasuk kelompok bakteri gram negative, bersifat
motil karena adanya alat gerak berupa flagel, dan bersifat aerobic. Beberapa spesies
menghasilkan pigmen yang larut dalam air. Bentuk bakteri ini berbentuk batang dengan ukuran
sekitar 0,6 x 2 m. Bakteri ini dapat terlihat sebagi bakteri tunggal, berpasangan, atau
bergerombol membentuk rantai pendek. Gejala ikan yang terinfeksi bakteri ini adalah : terdapat
benjolan merah pada pangkal sirip dada, perutnya bengkak, tubuhnya penuh borok, pendarahan
pada organ internal, sekitar mulut, opercula dan daerah ventral, terjadi nekrosis pada jaringan
limpa dan ginjal, pertumbuhan menurun, nafsu makan berkurang, dan terlihat lemah (imi, 2012).
Dari praktikum ini dapat diketahui bahwa praktikum ini mengalami keberhasilan meskipun ada
satu lagi kegiatan dari metode Postulat Koch yang belum dilakukan yaitu isolasi kembali Bakteri
dari ikan yang diinfeksikan Bakteri yang selanjutnya harus diidentifikasi kesamaan morfologi
bakterinya. Tetapi meskipun langkah tersebut belum dilakukan, praktikum ini tetap dinyatakan
berhasil dikarenakan hasil dari ciri-ciri dan gejala ikan yang diinfeksikan hampir sebagian besar
sama dengan ikan sampel yang berpenyakit.
V. PENUTUP
A. Keismpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Metode Postulat Koch terbukti mampu menguji suatu Bakteri bersifat pathogen atau tidak.
2.
Hasil praktikum menunjukkan hasil ikan yang diinfeksikan Bakteri menderita penyakit dan
gejala yang hampir sama dengan ikan sampel yang sakit.
3. Factor yang dapat mempengaruhi hasil dari metode postulat Koch yaitu kesalahan praktikan dan
ikan sehat yang mungkin membawa bibit penyakit dari luar.
B.
Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan yaitu:
1.
Sebaiknya lebih menjaga aspek kesterilan dalam setiap percobaan sedikin mungkin agar hasil
yang didapat bisa lebih akurat.
2.
Usahakan seluruh peserta praktikum, baik asdos maupun praktikan memakai baju lab, karena
baju lab bukanlah suatu syarat mengikuti praktikum tetapi merupakan syarat keselamatan dan
kesterilan dalam praktikum, dan juga karena asdos juga ikut membimbing jalannya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E., E. Liviawaty, 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisius. Jakarta
Asmawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba. Gramedia. Jakarta.
Budiman A.,Agus dan Lingga P. 2005. Maskoki. Penebar Swadaya. Jakarta.
Gunawan, Rudy. 2011. Makalah Mikroorganisme Postulat Koch. Universitas Muhamadiyah
Purwokerto. Purwokerto.
Ilham, eri. 2008. Bakteri dan pengertiannya: http://gurungeblog.wordpress.com. Diakses pada April
2013.
Imi, dkk. 2012. Bakteri Patogen pada Ikan: http://imi-jogja.blogspot.com. Diakses pada April 2013.
Johny, Template. 2011.Bakteri Patogen. http://psbiotik.blogspot.com. Diakses pada April 2013.
Lingga dan Susanto. 2003. Klasifikasi Ikan Komet (Carassius auratus). Agromedia. Jakarta.
Partical Fish Keeping. 2006. Biologi Ikan Hias. Agromedia. Jakarta.
Rahmaningsih, S. 2012. Penagruh Ekstrak Sidawayah dengan Konsentrasi yang Berbeda untuk
Mengatasi Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophyla pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus).
Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan.
Redaksi AgroMedia. 2008. Buku Pintar Ikan Hias Populer. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bandung.
Tim Karya Tani Mandiri. 2002. Pedoman Budidaya Beternak Ikan Mas. Nuansa Aulia. Bandung.
LAMPIRAN
1. Ikan sampel
2. Proses isolasi Bakteri dari luka
3. Proses isolasi bakteri ke media TSA
4. Pembedahan ikan
5. Isolasi Bakteri dari ginjal
6. Isolasi Bakteri ke media TSA dari ginjal
7. Media yang siap di inkubasi
8. Hasil Bakteri dari luka yang telah di inkubasi
9. Hasil Bakteri dari ginjal yang telah di inkubasi
10. Kultur Bakteri ke media cair
11. Penyuntikan Bakteri ke ikan sehat
12. Ikan yang telah di suntik dan di amati.