Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi.

Zat gizi yang terkandung dalam ikan adalah protein, lemak, vitamin, mineral,

karbohidrat, dan kadar air (Suriawiria (2005) dalam Kurniawan et al (2012). Ikan

merupakan bahan pangan yang mudah rusak. Kerusakan pada ikan diantaranya

adalah kerusakan biologis oleh enzim atau mikroorganisme pembusuk, sehingga

untuk mempertahanakan mutu ikan perlu dilakukannya penanganan khusus

(Widiastuty, 2008). Selain itu ikan mudah mengalami pembusukan yang

disebabkan bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan yang telah mati (Suriawiria,

(2005), dalam Kurniawan et al (2012). Menurut Lu et al. (2010), salah satu hasil

tangkapan perikanan yang memiliki kandungan gizi tinggi adalah ikan tongkol.

Namun, ikan tongkol mudah mengalami kerusakan yang diakibatkan kandungan

lemak yang teroksidasi. Selain itu kerusakan dapat disebabkan oleh kontaminasi

mikroba dan adanya kandungan asam amino bebas yang dapat membantu

metabolisme mikroorganisme, serta memproduksi ammonia, biogenik amin, asam

organik, keton dan komponen sulfur.

Ikan tongkol diketahui memiliki kandungan gizi, diantaranya adalah

protein dan asam lemak omega-3. Selain itu, ikan tongkol memiliki kandungan

histamin yang dapat dijadikan salah satu indikator kesegaran ikan tongkol.

Histamin adalah 2-(4-imidazol) etilamin, didapatkan dari tanaman atau jaringan

1
2

hewan yang merupakan komponen dari beberapa racun dan sekresi sengat.

Histamin dibentuk dari dekarboksilasi asam amino L-histidin, yang reaksinya

dikatalis oleh enzim histidin dekarboksilase dan memerlukan piridoksal posfat

sebagai kofaktor (Gunawan, 2007 dalam Katzung, 2001). Histamin dapat

menyebabkan keracunan pada orang yang mengkonsumsinya, termasuk ikan

tongkol yang memiliki kadar histamin tinggi. Histamin pada ikan tongkol

dihasilkan dari kontaminasi asam amino histidin yang terkandung dalam ikan oleh

bekteri, dan mengeluarkan enzim histidin dekarboksilase, yang selanjutnya

menjadi histamin. Salah satu bakteri yang dapat mengkontaminasi dan membantu

proses terbentuknya histamine adalah Echerichia coli (Raden et al., 2007).

Menurut Mitchell (2004), suhu dan waktu penyimpanan dapat mempengaruhi

peningkatan kadar histamin pada ikan tongkol. Terdapat interaksi antara waktu

dan suhu penyimpanan terhadap kadar histamin serta kandungan Echerichia coli

pada ikan tongkol.

Bagian pada ikan tongkol yang dapat dikonsumsi atau dimakan berkisar

antara 45-50% (Suzuki, 1981). Menurut Winarni, et al. (2003), mutu ikan segar

dapat meliputi rupa atau kenampakan, rasa, aroma, serta tekstur pada ikan

tersebut. Untuk dapat mengetahui mutu ikan tersebut dapat dilakukan secara sadar

saat kita membeli dan akan mengolah ikan tersebut. Kerusakan pada ikan dapat

disebabkan oleh faktor internal seperti insang, isi perut, dan kulit. Bagian-bagian

tersebut merupakan sumber kontaminasi mikroba pada ikan (Djaafar, 2007).

Untuk mencegah kerusakan ikan, dapat dilakukan penyimpanan ikan pada suhu

rendah, menyesuaikan tempat dengan jumlah ikan yang akan disimpan.


3

Sebaiknya dalam penyimpanan ikan dilakukan pencegahan agar fisik ikan

tidak rusak atau tergores, karena apabila fisik ikan rusak akan mempermudah

mikroba untuk masuk dalam tubuh ikan (Milo et al., 2013).

Pengawetan ikan sangat diperlukan untuk menjaga mutu ikan agar tetap

baik dan dapat dikonsumsi. Ikan yang akan dikonsumsi atau diolah harus

merupakan ikan yang masih dalam kondisi segar. Apabila kualitas ikan telah

menurun dapat menyebabkan keracunan pada orang yang mengkonsumsinya

(Milo et al., 2013). Perubahan mutu kesegaran dapat berlangsung secara

enzimatis, kimia dan bakteriologi dengan diikuti penurunan organoleptik (Sanger,

2010). Oleh Karena itu, dilakukan penelitian mengenai tingkat kesegaran ikan

tongkol dengan melihat kenampakan fisik serta uji cemaran mikroba pada ikan

tongkol yang terdapat pada pasar tradisional dan modern di Dukuh Kupang

Surabaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut: Apakah ada perbedaan cemaran Echerichia coli pada

ikan tongkol yang dijual di pasar tradisional dengan pasar modern?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan cemaran Echerichia

coli pada ikan tongkol (Euthynnus affinis) di pasar tradisional dan pasar modern di

Dukuh Kupang Surabaya.


4

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai


mutu ikan tongkol yang di jual di pasar tradisional dan pasar modern.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan harapannya mampu


menerapkan ilmu kedokteran yang diperoleh selama di akademik khususnya
tentang mikrobiologi pangan.

3. Bagi Institusi

Penulisan karya tulis ini disusun agar bermanfaat sebagai bahan penelitian
selanjutnya dan sebagai bahan pembedaharaan perpustakaan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pasar

Pasar merupakan pusat komunikasi, ekonomi dan sosial masyarakat. Di

pasar banyak disediakan beragam jenis kebutuhan manusia, termasuk makanan.

Sehingga pasar juga memegang peranan penting terhadap kesehatan manusia

mengingat makanan merupakan sumber gizi yang sangat utama. Selain faktor

perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas, lingkungan merupakan faktor paling

besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan manusia (Badan Litbangkes RI,

2010).

Pasar tradisional sampai saat ini masih diminati masyarakat luas sebagai

fasilitas umum tempat belanja makanan atau bahan makanan. Sekitar 13.650 pasar

tradisional terdapat di Indonesia dengan 12,6 juta pedagang beraktivitas di

dalamnya (Kompas, 2 Maret 2005). Pasar tradisional setidaknya menyediakan

60% kebutuhan pangan bagi penduduk di daerah perkotaan (Pertemuan Nasional

Kota Sehat, 2006).

Pasar modern adalah pasar pasar yang bersifat modern yang dimana

barang dagangannya diperjual belikan dengan harga yang pas sehingga tidak ada

aktivitas tawar menawar dan dengan layanan yang baik. Keunggulan pasar ini

yaitu tempatnya bersih dan nyaman, pasar modern tidak hanya menjual kebutuhan

sandang dan pangan saja, pasar tersebut juga menjual kebutuhan pokok dan

sebagian besar barang dagangan yang dijualnya memiliki kualitas yang baik.

5
6

Contoh tempat berlangsungnya pasar ini adalah di mall, plaza, swalayan dan

tempat-tempat berbelanja lainnya, tentunya tempatnya bersih dan nyaman

(Pertemuan Nasional Kota Sehat, 2006).

Definisi pasar modern yang lain adalah pasar ini penjual dan konsumen

tidak melakukan transakasi secara langsung, melainkan konsumen melihat label

harga yang sudah tertera pada barang, pasar ini berada dalam ruangan dan juga

pelayanannya dilakukan secara swalayan atau bisa juga dilayani oleh pramuniaga.

Barang yang dijual umumnya memiliki kualitas yang baik.

Kemampuan pasar untuk dapat menyediakan pangan yang aman

dipengaruhi oleh keberadaan produsen hulu (penyedia bahan segar), pemasok,

penjual, konsumen, manajer pasar, petugas yang berhubungan dengan kesehatan

dan tokoh masyarakat. Pengembangan Pasar Sehat adalah strategis sebagai upaya

memperkuat biosekuriti pada rantai pangan yang akan (i) meningkatkan keamanan

pangan sejak produksi hingga konsumsi, (ii) mendidik produsen, pemasok,

pedagang, dan konsumen, dan (iii) sebagai konsekuensinya, kesadaran mereka

akan meningkat terhadap risiko keamanan pangan, seperti kontaminasi silang,

penularan flu burung dan penyakit-penyakit bawaan makanan lainnya, dan

perilaku berisiko tinggi (Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor:

519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat,

2008).
7

B. Karakteristik Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)

Ikan merupakan salah satu sumber makanan yang banyak dibutuhkan dan

dikonsumsi manusia, karena memiliki kandungan protein yang tinggi. Protein

memiliki fungsi sebagai zat pembangun, pengatur, pengganti bagian tubuh atau

jaringan yang telah rusak. Selain itu protein juga dapat menjadi sumber energi dan

memiliki kandungan asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.

Ikan tidak memiliki banyak jaringan pengikat, sehingga ikan dengan mudah dapat

dicerna oleh tubuh manusia. Ikan juga merupakan makanan yang mudah

mengalami kerusakan, seperti proses pembusukan. Hal tersebut dikarenakan

seperti tingginya kandungan protein pada ikan, serta kondisi lingkungan tempat

penyimpanan ikan.

Ikan tongkol merupakan salah satu jenis ikan yang sering dikonsumsi

masyarakat. Ikan tongkol yang memiliki nama latin Euthynnus affinis, merupakan

jenis golongan ikan tuna yang berukuran kecil. Ikan tongkol memiliki badan yang

memanjang dan tidak memiliki sisik, kecuali pada bagian garis rusuk. Ukuran

ikan tongkol dapat mencapai 1 meter dengan berat 13,6 kg. Pada umumnya ikan

tongkol memiliki panjang tubuh 50-60 cm (Auzi, 2008). Kulit ikan tongkol

berwarna abu-abu dengan daging berwarna merah (Bahar, 2004). Ikan tongkol

banyak dijumpai, terutama di perairan yang terhubung langsung dengan laut

terbuka, yaitu lautan Pasifik dan Hindia. Selama bulan Juni sampai Agustus dalam

setahun, ikan tongkol dewasa berkumpul didekat pantai di perairan yang memiliki

suhu 2000 C - 2500C dan salinitas 20%-26% untuk melakukan proses pemijahan.
8

Ikan tongkol memakan ikan-ikan yang berukuran kecil, seperti ikan pelagis, teri,

dan cumi-cumi (Williamsom, 1970 dalam Suwamba, 2008).

Menurut Saanin (1984), klasifikasi Ikan tongkol adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub Class : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Family : Scombridae

Genus : Euthynnus

Species : Euthynnus affinis

Daging ikan tongkol memiliki komponen yang utama adalah air, protein,

dan lemak, yang berkisar antara 98% dari total berat daging. Komponen yang

terkandung dalam ikan memiliki pengaruh terhadap nutrisi serta sifat fungsi,

kualitas sensori dan stabilitas penyimpanan daging. Komponen lain yang

terkandung seperti karbohidrat, vitamin dan mineral hanya berkisar 2%, yang

dapat membantu proses metabolisme saat ikan tongkol sudah dalam keadaan mati

(Sikorski, 1994).

Daging ikan tongkol memiliki jaringan pengikat otot yang jumlahnya

sedikit, hal ini yang menjadikan ikan tongkol salah satu ikan yang dagingnya

dengan mudah dicerna. Selain itu ikan tongkol memiliki kandungan unsur hara
9

minor berupa mineral penting, seperti iodium dan flour. Kandungan air pada ikan

tongkol akan menurun saat musim panas, dan kandungan lemaknya menjadi

maksimal.

Ikan tongkol memiliki kandungan gizi yang tinggi (Lassen, 1965, dalam

Suwamba, 2008). Kandungan gizi yang terdapat pada ikan tongkol yaitu, protein

21,60-26,30%, lemak 1,30-2,10%, air 71-76,76%, mineral 1,20-1,50% dan abu

1,45-3,40% (Suzuki, 1981). Selain itu ikan tongkol juga diperkaya kandungan

lemak omega 3. Kandungan gizi tersebut sangat baik untuk tubuh dalam

memenuhi kebutuhan gizi serta pertumbuhan (Sanger, 2010). Kandungan asam

lemak yang terdapat pada ikan tongkol yaitu asam lemak omega 3 dan 6. Menurut

Khomsan (2006), total kandungan asam lemak omega 3 adalah sebesar 1,5 g/100

g dan asam lemak omega 6 sebesar 1,8 g/100 g. Salah satu fungsi dari asam lemak

omega 3 yaitu, sebagai precursor asam lemak esensial linoleatdan linolenat. Asam

lemak esensial merupakan asam lemak yang tidak diproduksi oleh tubuh,

melainkan harus didapatkan dari luar tubuh, seperti didapatkan dari asupan

makanan.

C. Mutu Ikan Tongkol

Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang mudah mengalami

kerusakan atau perishable food, hal ini mengharuskan dilakukannya perlakuan

yang tepat padaikan setelah ditangkap agar mutu ikan tetap terjaga. Parameter

untuk mengetahui mutu ikan dapat dilihat dari kenampakan fisik tubuh ikan, bau,

tekstur, serta rasa ikan (Winarni dkk, 2003). Ikan tongkol merupakan salah satu

hasil laut yang sering dikonsumsi oleh masyarakat.


10

Hal ini dikarenakan ikan tongkol memiliki kandungan protein yang tinggi

serta asam lemak omega-3. Seperti hasil laut lainnya, ikan tongkol juga mudah

mengalami kerusakan. Kerusakan yang terjadi seperti pembusukan yang

disebabkan oleh bakteri dan perubahan biokimia pada ikan yang sudah mati

(Sanger, 2010). Penanganan ikan setelah ditangkap sangat perlu diperhatikan,

karena akan berpengaruh terhadap mutu ikan tersebut (Rangkuti, 1994).

Penurunan mutu ikan tongkol dapat menyebabkan keracunan pada

konsumen setelah mengkonsumsi ikan tongkol tersebut. Gejala keracunan tersebut

ditandai dengan adanya rasa gatal pada tubuh, bibir bengkak, berkeringat, wajah

merah, mual dan muntah, sakit kepala, serta jantung berdebar lebih kencang. Ikan

tongkol akan menyebabkan keracunan apabila mutu ikan tersebut telah menurun.

Hal ini dikarenakan adanya kontaminasi bakteri patogen seperti Eschericia coli,

Salmonella, Vibrio cholera, Enterobecteriacea dan bakteri patogen lainnya.

Keracunan yang disebabkan ikan tongkol adalah keracunan histamin atau

scombroid fish poisoning. Ikan tongkol merupakan jenis ikan yang memiliki

kandungan asam amino histidin yang dapat dikontaminasi oleh bakteri. Bakteri

dapat mengeluarkan enzim histidin dekarboksilase yang selanjutnya akan

menghasilkan histamin (Hidayati, 2008).

Histamin pada ikan bukan hanya menyebabkan alergi tapi juga keracunan,

untungnya histamin biasanya terbentuk jika kualitas ikannya sudah menurun

(bakteri akan mengubah asam amino histidin menjadi histamin), misalnya pada

ikan tongkol yang terlalu lama disimpan pada suhu ruang, atau pada suhu dingin

sekalipun dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu sangat penting untuk
11

memilih ikan yang kualitasnya yang masih baik yang ditandai dengan, matanya

masih relatif bening, masih terlihat seperti normalnya mata ikan hidup, belum

melesak kedalam atau sudah buram, insangnya masih berwarna kemerahan, belum

berwarna coklat gelap, tidak memiliki banyak lendir, ikan yang terdapat banyak

lendir memiliki penurun mutu, jika ditekan dagingnya akan melesak kedalam tapi

begitu tangan kita diangkat daging akan segera kembali ke posisi semula, ikan

yang sudah buruk kualitasnya jika ditekan biasanya terus saja melesak, sulit

kembali ke posisi semula, bau ikan normal, tidak terlalu amis apalagi busuk, ikan

yang sudah buruk kualitasnya baunya amis dan mengarah ke busuk.

Tabel 1. SNI Batas Cemaran Pada Ikan Segar Dalam SNI 7388:2009
Mengenai Batas Cemaran Mikroba Pada Pangan.

D. Echerichia coli

Escherichia coli adalah bakteri yang berbentuk batang pendek dengan

panjang sekitar 2 μm, lebar 0,4-0,7 μm, dan diameter 0,7 μm. Echerichia coli

termasuk dalam bakteri yang bersifat aerob fakultatif dan salaha satu jenis bakteri

gram negatif. Echerichia coli hidup secara berkoloni dengan membentuk koloni

yang bundar, cembung, halus dengan tepi yang nyata (Jawetz et al., 1996).

Echerichia coli memiliki sel yang berbentuk tunggal, berpasangan, dan dalam

rantai pendek dan tidak terdapat kapsul. Sel bakteri ini biasa bergerak dengan
12

menggunakan flagella petrichous. Echerichia coli dapat memproduksi berbagai

macam fimbria atau pili yang berbeda, memiliki banyak spesifikasi dan

struktur antigen, seperti filamentus, proteinaceus, seperti rambut appendages

yang terdapat disekeliling sel. Fimbria merupakan serangkaian hidrofobik dan

memiliki pengaruh panas atauorgan spesifik yang bersifat adhesi. Hal itu

merupakan salah satu faktor yang penting dalam virulensi.

Sel bakteri Echerichia coli dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Superdomain : Phylogenetica

Filum : Proterobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Family : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Species : Escherichia Coli

Gambar 1. Eschericia coli (Smith-Keary,1988)


13

Echerichia coli merupakan flora normal usus yang berperan penting dalam

sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam empedu, serta

dalam penyerapan zat-zat makanan. Echerichia coli termasuk salah satu bakteri

heterotrof, yaitu dapat memperoleh makanan berupa zat organik yang berasal dari

lingkungan sekitarnya, hal ini dikarenakan bakteri Echerichia coli tidak dapat

menyusun sendiri zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik yang diperoleh

berasal dari sisa organisme lain, dengan menguraikan zat organik pada makanan

menjadi zat anorganik, seperti halnya CO2, H2O, energi dan mineral. Bakteri ini

dapat menjadi pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan (Ganiswarna, 1995).

Echerichia coli memiliki metabolisme dengan cara fermentasi dan respirasi,

namun pertumbuhan bakteri Echerichia coli dapat dikatakan paling sedikit, yaitu

pertumbuhan banyak di bawah keadaan anaerob. Pertumbuhan bakteri Echerichia

coli optimal pada suhu 370 C pada media yang memiliki kandungan pepton

sebesar 1% yang digunakan sebagai sumber karbon dan nitrogen. Echerichia coli

dapat memfermentasi laktosa dan memproduksi indol yang berfungsi untuk

mengidentifikasi bakteri yang terdapat atau mengkontaminasi makanan dan air.

Echerichia coli dapat bertahan hidup higga suhu 600C pada waktu 15 menit atau

pada suhu 550 C pada waktu 60 menit.

Echerichia coli dapat menjadi bakteri patogen apabila berada diluar

saluran pencernaan (Jawetz, 1984). Bakteri Echerichia coli merupakan jasad

indikator dalam substrat air danbahan makanan, yang mampu memfermentasikan

laktosa pada temperatur 37° C dengan membentuk asam dan gas, mereduksi nitrat

menjadi nitrit, bersifat katalase positif, dan oksidase negatif (Fardiaz, 1992).
14

Bakteri ini berpotensi patogen karena pada keadaan tertentu dapat menyebabkan

diare (Suriawiria, 1996).

Echerichia coli dapat menginfeksi tubuh dan menyebabkan diare.

Echerichia coli dapat menginfeksi tubuh dengan mekanisme sebagai berikut :

1. Echerichia coli dapat memproduksi enterotoksin yang disebut dengan

Echerichia coli enterotoksigen. Hal tersebut disebabkan bakteri tersebut

memproduksi toksin yang berbeda. Toksin tersebut adalah toksin tahan panas

(ST) dan toksin yang labil terhadap panas (LT). Toksin yang labil terhadap

panas dapat meningkatakan aktifitas enzim adenil siklase dalam sel mukosa

usus halus dan merangsang sekresi cairan.

2. Echerichia coli yang dapat menginvasi langsung lapisan epitelum dinding

usus dansecara cepat menyebabkan diare. Invasi pada lapisan epitelum

dinding usus dapat terjadi akibat adanya pengaruh oleh racun lipopolisakarida

dinding sel atau endotoksin.

Selain mekanisme diatas, Echerichia coli dapat menjadi pathogenesis dan

dapat menyebabkan diare. Pathogenesis tersebut diantaranya adalah :

1. EPEC (Enteropatogenik Echerichia coli), patogen jenis ini dapat

menyebabkan penyakit perut, dan melekat pada sel mukosa usus kecil.

2. ETEC (Enterotoksigenik Echerichia coli), diare yang disebabkan oleh

patogen jenis ini seperti diare yang disebabkan oleh vibrio cholera. Patogen

jenis ini terdapat pada sel epitel usus kecil.


15

3. EIEC (Enteroinvasif Echerichia coli), patogen jenis ini dapat menimbulkan

demam, buang air besar dengan lendir dan berdarah. EIEC dapat menginfeksi

dengan melakukan invasi ke sel mukosa usus.

4. EHEC (Enterohemoragik Echerichia coli), toksin yang dikeluarkan dari

patogen jenis ini dapat menyebabkan sindroma hemolitik oremik, penyakit ini

dapat dikatakan sudah merupakan diare akut bagi penderita (Jawet, 1984).

F. Perhitungan Cemaran Mikrobia dengan Metode Angka Lempeng Total

(ALT)

Sebagaimana Jutono dkk (1980), angka lempeng total adalah salah satu cara

untuk menghitung cemaran mikroba yang merupakan bagian dari metode hitung

cawan (plate count). Dasar dari perhitungan bakteri berdasarkan plate count

adalah membuat suatu seri pengenceran bahan dengan kelipatan 10, dari masing-

masing pengenceran diambil 1 ml, dan dibuat taburan dalam petridish dengan

medium yang sesuai dengan mikrobianya lalu diinkubasi, dihitung jumlah koloni

tiap petri dish pada tiap-tiap pengenceran. Dari jumlah koloni tiap petridish dapat

ditentukan jumlah bakteri tiap cc dengan mengalikan jumlah koloni dengan

kebalikan pengenceran, misalnya pengenceran tiap 10.000 terdapat 45 koloni

bakteri, maka tiap cc mengandung 450.000 bakteri (Fardiaz., 1993).

Sebagaimana Jutono dkk (1980), syarat perhitungan jumlah bakteri (plate

count) yaitu : jumlah koloni tiap petri dish antara 30-300 koloni, jika tidak ada

yang memenuhi syarat, dipilih jumlah yang mendekati 300 dan tidak ada spreader

sehingga perbandingan jumlah bakteri hasil pengenceran berturut-turut antara


16

pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran yang sebelumnya, jika sama

atau lebih kecil dari 2, hasilnya dirata-rata tetapi jika lebih besar dari 2 yang

dipakai hasil pengenceran yang sebelumnya; jika dengan ulangan, setelah

memnuhi syarat hasilnya dirata-rata (Fardiaz.,1993).

Angka lempeng total adalah uji mikrobiologi yang digunakan untuk

mengetahui jumlah sel hidup atau colony forming unit (CFU) yang ada pada

makanan khususnya mikrobia mesofilik aerob. Analisis ALT menggunakan

medium Plate Count Agar dengan menanam 0,1 ml sampel yang telah diencerkan

ke dalam cawan petri. Perhitungan dilakukanhanya untuk pengenceran dengan

jumlah koloni 30-300, lalu dirata-ratakan.Fungsi dari medium Plate Count Agar

adalah sebagai tempat isolasi atau tempat pertumbuhan mikrobia khususnya

mikrobia yang bersifat mesofilik aerob (Fardiaz, 1993).

G. Kandungan Mikrobiologis (Coliform) sebagai Syarat Kualitas dan Mutu

Ikan

Coliform merupakan suatu grup bakteri heterogen, berbentuk batang, Gram

negatif, kuman ini digunakan sebagai indikator adanya polusi yang berasal dari

kotoran hewan dan menunjukkan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air,

makanan, susu dan produk-produk susu. Jika dalam suatu bahan pangan

ditemukan adanya bakteri Coliform, makanan tersebut sudah terkontaminasi dan

sanitasinya buruk. Makanan tersebut sudah tidak layak untuk dikonsumsi dan jika

dikonsumsi akan menyebabkan sakit (Supardi dan Sukamto, 1999).


17

Analisis Total Coliform (ColiformTotal) dilakukan dengan metode Most

Probabe Number (MPN) dan menggunakan medium Lactose Broth (LB) pada

tabung reaksi dengan tabung Durham seri 3-3-3. Penanaman 10 ml sampel (10-1)

pada 3 tabung pertama, 1 ml pada 3 tabung ke dua, dan 0,1 ml pada 3 tabung

terakhir (Fardiaz, 1993). Kombinasi tabung positif kemudian dicocokkan dengan

tabel MPN untuk melihat jumlah perkiraan bakteri Coliform. Setiap tabung positif

kemudian ditanam ke dalam medium Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) untuk

melihat keberadaan bakteri coli pada sampel. Setiap hasil positif pada medium

EMBA kemudian diambil dan dilakukan uji kesempurnaan (uji IMVIC) dengan

melakukan 4 macam uji yaitu uji Indol, Methyl Red, Voges Proskauer, dan Sitrat

untuk mengetahui jenis Coliform pada sampel.


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Ikan Tongkol

Ikan Tongkol di Pasar Ikan Tongkol di Pasar


Modern Tradisional

Cemaran Echerichia
coli

Keterangan Kerangka Konsep

Ikan tongkol yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern akan

diperiksa kemungkinan adanya pencemaran mikroba. Ikan tongkol akan

menyebabkan keracunan apabila mutu ikan tersebut telah menurun. Hal ini

dikarenakan adanya kontaminasi bakteri patogen seperti Eschericia coli,

Salmonella, Vibrio cholera, Enterobecteriacea dan bakteri patogen lainnya.

Keracunan yang disebabkan ikan tongkol adalah keracunan histamin atau

scombroid fish poisoning. Pada penelitian ini akan diperiksa 2 macam ikan

tongkol, yakni ikan tongkol yang dijual di pasar tradisional dan ikan tongkol yang

18
19

dijual di pasar modern. Pemeriksaan dilakukan dengan menguji adanya mikroba

atau tidak.

B. Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan cemaran Echerichia coli pada ikan tongkol (Euthynnus

affinis) antara pasar tradisional dan pasar modern di Dukuh Kupang Surabaya.
20

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat survei deskriptif - observasional dengan metode

pendekatan cross sectional yaitu menggambarkan kemungkinan adanya

pencemaran mikroba pada ikan tongkol yang dijual di pasar tradisional dan pasar

modern, di Dukuh Kupang Surabaya dalam satu waktu tertentu.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi pengambilan sampel adalah di pasar tradisional dan pasar modern

Kecamatan Dukuh pakis, Kelurahan Dukuh Kupang, Kota Surabaya. Penelitian

dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Parasitologi Fakultas Kedokteran

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.Penelitian mulai dilakukan pada bulan

Februari 2017

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah ikan tongkol yang

diperoleh dari pasar tradisional yaitu pasar Dukuh Kupang dan pasar Jarak

dan pasar modern yaitu Giant dan Carefour Kecamatan Dukuh Pakis,

Kelurahan Dukuh Kupang, Kota Surabaya.


21

2. Sampel

a. Besar sampel

Pada penelitian ini terdapat 4 pasar yaitu 2 pasar tradisional yaitu

pasar Dukuh Kupang dan pasar Jarak dan 2 pasar modern yaitu Giant dan

Carefour Kecamatan Dukuh Pakis, Kelurahan Dukuh Kupang, Kota

Surabaya

Untuk menentukan sampelnya digunakan rumus sebagai berikut

(Sopiyudin, 2014).
2
𝑍𝑎 √2𝑃𝑄+𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
𝑃1−𝑃2

2
0,84 √2 𝑥 0,9 𝑥 0,1 + 0,84 √0,9 𝑥 0,1 + 0,7 𝑥 0,3
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
0,9 − 0,7

= 16,81 17

Keterangan :

n = sampel

Za = Kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%

Zb = Kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 20%

P2 = Kemungkinan ikan tongkol tidak mengandung bakteri sebesar 0,7

Q2 = 1-0,7 = 0,3

P1 = P2 + 0,2 = 0,7 + 0,2 = 0,9

Q1 = 1-P1 = 1 – 0,9 = 0,1

P = 0,9

Q = 0,1
22

Berdasarkan penghitungan di atas, didapatkan jumlah sampel untuk

tiap kelompoknya adalah 17.

b. Prosedur dan teknik pengambilan sampel

Sampel dikumpulkan secara acak (simple random sampling).

Kriteria Inklusi

1. Ikan tongkol yang digunakan adalah ikan tongkol yang masih dalam

kondisi segar, merujuk pada kondisi ikan tongkol yang sering

dikonsumsi masyarakat.

2. Tidak berbau busuk

3. Berukuran antara 500 gram – 1000 gram

Kriteria eksklusi

1. Ikan tongkol yang sudah tidak segar, seperti sudah diasap dan

diasinkan.

2. Ikan tongkol yang dijual bukan di pasar tradisional dan pasar modern

yaitu Giant dan Carefour Kecamatan Dukuh Pakis, Kelurahan Dukuh

Kupang, Kota Surabaya.

3. Berukuran > 1000 gram

D. Variabel Penelitian

Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah: Tempat penjualan ikan

tongkol.

Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah cemaran Echerichia coli.
23

E. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi operasonal Hasil ukur Skala

data

1 Tempat penjualan Tempat dimana ikan tongkol dijual Nominal


ikan
a.Pasar tradisional a.Pasar tradisional merupakan pasar
dengan tingkat kebersihan yang
kurang higienis, ikan tongkol yang
dijual tidak di lemari es, dan tidak
memiliki pendingin ruangan (AC).

b.Pasar modern b.Pasar modern merupakan pasar


dengan tingkat kebersihan yang
baik dan higienis, ikan tongkol
yang dijual dalam lemari es dengan
suhu beku, dan memiliki pendingin
ruangan (AC).

2 Cemaran E. coli Ada tidaknya cemaran E coli pada a. Positif


ikan tongkol. Ada Nominal
EMB
dan ada
metalic
sheen

b. Negatif
Tidak
ada
EMB
dan
tidak ada
metalic
sheen

F. Pelaksanaan Penelitian

1. Alat dan Bahan

a. Alat :

1. Lidi kapas steril


24

2. Pembakar Bunsen

3. Cawan Petri

4. Tabung reaksi

5. Rak tabung reaksi

6. Inkubator

b. Bahan :

1. Ikan Tongkol

2. PZ (Phisiological zouth) steril

3. Media EMB (Eosin Methilyn Blue Agar)

2. Langkah Kerja

1. Pijarkan mulut tabung yang berisi PZ (Phisiological zouth) steril lalu

celupkan lidi kapas steril pada PZ (Phisiological zouth) steril dan

tiriskan pada tepi tabung. Usapkan lidi kapas steril pada bagian

permukaan kulit ikan tongkol secara merata. Setelah itu inokulasikan

pada permukaan media EMB (Eosin Methilyn Blue Agar).

2. Inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37°C

3. Apabila terdapat koloni berwarna hijau metalik pada media EMB (Eosin

Methilyn Blue Agar) menandakan positif Echerichia coli.


25

G. Analisis Data

Analisis data dilakukan agar kesimpulan dari seuatu penelitian dapat

tercapai. Analisis data pada penelitian ini ditujukan untuk melihat pencemaran

mikroba pada ikan tongkol yang dijual di pasar tradisional yaitu pasar Dukuh

Kupang dan pasar Jarak dan pasar modern yaitu Giant dan Carefour Kecamatan

Dukuh Pakis, Kelurahan Dukuh Kupang, Kota Surabaya. Data yang terkumpul

akan diolah, diteliti kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan

tabel dan grafik.

Hipotesis statistik:

H0 : Tidak ada perbedaan cemaran Echerichia coli pada ikan tongkol

(Euthynnus affinis) antara pasar tradisional dan pasar modern di Dukuh

Kupang Surabaya.

H1 : Ada perbedaan cemaran Echerichia coli pada ikan tongkol (Euthynnus

affinis) antara pasar tradisional dan pasar modern di Dukuh Kupang

Surabaya.

Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square karena penelitian ini

bersifat analitik komparatif dengan dua variable yang berskala nominal. uji Chi-

Square yaitu uji yang digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan cemaran

E.coli pada ikan tongkol, dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat

signifikansi sebesar 0,05 atau 5 %. H0 diterima jika p-value > 0,05 dan sebaliknya

H0 ditolak jika p-value < 0,05.


26

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini untuk kemungkinan adanya pencemaran mikroba pada

ikan tongkol yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern dukuh kupang

Surabaya Lokasi pengambilan sampel adalah di pasar tradisional dan pasar

modern Kecamatan Dukuh pakis, Kelurahan Dukuh Kupang, Kota Surabaya.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Parasitologi Fakultas

Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

B. Metode

Sampel ikan yang diuji pada penelitian ini adalah ikan tongkol (Eutynnus

pelamys) segar dengan ukuran ± 1 kg/ekor sebanyak 12 ekor pada pasar

tradisional dan 7 ekor pada pasar modern. Sampel ikan tongkol segar

diambil utuh tanpa dibersihkan dan dipotong. Sampel kemudian dianalisis

di laboratorium pengujian dengan metode media EMB (Eosin Methylene

Blue).
27

(a) (b)
Gambar V.1 : Ikan tongkol segar (a) , media EMB (Eosin Methylene Blue)
dan alat yang akan digunakan (b)
28

C. Pencemaran mikroba pada ikan tongkol

Pencemaran Echerichia coli pada ikan tonggol ditunjukkan dengan

adanya bentukkan metallic sheen yang berwarna hijau mengkilat di

sekitar media. Hasil peneitian dapat dilihat pada table V.1 dan V.2

dibawah ini :

Tabel V.1 Hasil Pencemaran Echerichia coli dengan ditandai Metallic


Sheen pada pasar Tradisional

Pengulangan Media EMB


sampel 1 +
sampel 2 +
sampel 3 +
sampel 4 -
sampel 5 +
sampel 6 +
sampel 7 +
sampel 8 +
sampel 9 +
sampel 10 -
sampel 11 +
sampel 12 +
Ket : hasil positif atau terdapat Echerichia coli dengan metallic sheen (1),
hasil negative atau tidak terdapat metallic sheen (0).

Tabel V.2 Hasil Pencemaran Echerichia coli dengan ditandai Metallic


Sheen pada pasar Modern
Pengulang Media EMB
sampel 1 +
sampel 2 -
sampel 3 +
sampel 4 +
sampel 5 +
sampel 6 +
sampel 7 +
Ket : hasil positif atau terdapat Echerichia coli dengan metallic sheen (1),
hasil negative atau tidak terdapat metallic sheen (0).
29

Dari hasil kedua table di atas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan antara pasar tradisional dengan pasar modern.

Tabel V.3 Hasil Penegasan Echerichia coli

Kelompok Pasar Metalic Sheen (+) Metalic Sheen (-)


Pasar Tradisional 10 2
Pasar Modern 6 1

1. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil total dari

cemaran E. colli terhadap pasar tradisional dan pasar modern tidak

terlalu signifikan. Dimana pasar tradisional memiliki kualitas lebih

baik dari pada pasar modern dengan di tunjukkan sedikit

terbentuknya bentukan metallic sheen pada media EMB (Eosin

Methilyn Blue Agar).

. Hal ini juga bisa dilihat pada gambar grafik di bawah ini:

12

10
10

6
6 Positif
Negatif
4

2
2
1

0
Pasar tradisional Pasar modern

Gambar V.2 Tabel hasil penegasan Echerichia coli


30

D. Analisis Data

Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel (univariat)

dapat diteruskan dengan analisis bivariat untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan. Berikut ini akan disajikan hasil pengujian menggunakan uji chi

square.

Tabel V.4 perbedaan cemaran Echerichia coli dan penampakan fisik ikan
tongkol (Euthynnus affinis) di pasar tradisional dan pasar modern di
Dukuh Kupang Surabaya
E.coli
Kelompok Total p-value
Negatif Positif
Pasar tradisional
2 (16.7%) 10 (83.3%) 12 (100.0%)

Pasar modern
1 (14.3%) 6 (85.7%) 7 (100.0%) 1,000

Total
3 (15.8%) 16 (84.2%) 19 (100.0%)

Berdasarkan Tabel V.4 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan cemaran Echerichia coli pada ikan tongkol (Euthynnus affinis)

di pasar tradisional dan pasar modern di Dukuh Kupang Surabaya,

terbukti dengan nilai signifikansi untuk hasil uji sebesar 1,000 > 0,05.

Dari 100% sampel yang diperoleh dari pasar tradisional 16,7%

negatif Echerichia coli sedangkan 83,3% diantaranya positif Echerichia

coli. Dari 100% sampel yang diperoleh dari pasar modern 14,3% negatif

Echerichia coli dan 85,7% positif Echerichia coli.


31

BAB VI

PEMBAHASAN

Ikan tongkol merupakan salah satu jenis ikan yang sering dikonsumsi

masyarakat. Ikan tongkol memiliki nama latin Euthynnus affinis. Ikan tongkol

juga mudah mengalami kerusakan. Kerusakan yang terjadi seperti pembusukan

yang disebabkan oleh bakteri dan perubahan biokimia pada ikan yang sudah mati.

Penurunan mutu ikan tongkol dapat menyebabkan keracunan pada konsumen

setelah mengkonsumsi ikan tongkol tersebut. Ikan tongkol akan menyebabkan

keracunan apabila mutu ikan tersebut telah menurun. Hal ini dikarenakan adanya

kontaminasi bakteri patogen seperti Eschericia coli, Salmonella, Vibrio cholera,

Enterobecteriacea dan bakteri patogen lainnya. Keracunan yang disebabkan ikan

tongkol adalah keracunan histamin atau scombroid fish poisoning. Oleh karena itu

sangat penting untuk memilih ikan yang kualitasnya yang masih baik yang

ditandai dengan, matanya masih relatif bening, masih terlihat seperti normalnya

mata ikan hidup, belum melesak kedalam atau sudah buram, insangnya masih

berwarna kemerahan, belum berwarna coklat gelap, tidak memiliki banyak lendir,

ikan yang terdapat banyak lendir memiliki penurun mutu.

Escherichia coli adalah bakteri yang berbentuk batang pendek dengan

panjang sekitar 2 μm, lebar 0,4-0,7 μm, dan diameter 0,7 μm. E. coli merupakan

flora normal usus yang berperan penting dalam sintesis vitamin K, konversi

pigmen-pigmen empedu, asam-asam empedu, serta dalam penyerapan zat-zat

makanan. E. coli dapat menjadi bakteri patogen apabila berada diluar saluran
32

pencernaan. Bakteri ini berpotensi patogen karena pada keadaan tertentu dapat

menyebabkan diare.

Pasar tradisional sampai saat ini masih diminati masyarakat luas sebagai

fasilitas umum tempat belanja makanan atau bahan makanan. Pasar tradisional

setidaknya menyediakan 60% kebutuhan pangan bagi penduduk di daerah

perkotaan. Pasar modern adalah pasar pasar yang bersifat modern yang dimana

barang dagangannya diperjual belikan dengan harga yang pas sehingga tidak ada

aktivitas tawar menawar dan dengan layanan yang baik. Pada saat pengambilan

sampel pada pasar tradisional ditemukan 12 ikan tongkol sebagai sampel dan pada

pasar modern ditemukan 7 sampel, ketidaksamaan sampel dalam penelitian ini

lebih disebabkan karena jumlah pasar tradisional di Dukuh Pakis lebih banyak

dari pada pasar modern.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di pasar tradisional yang

menunjukkan metallic sheen ada 10 sampel dari 12 sampel, yang tidak

menunjukkan metalicsheen ada 2 sampel dari 12 sampel. Pasar modern yang

menunjukkan metalicsheen ada 6 sampel dari 7 sampel, yang tidak menunjukkan

ada 1 sampel dari 7sampel. Maka, pasar modern memiliki kualitas yang lebih baik

daripada pasar tradisional, tetapi tidak terlalu signifikan jika dilihat dari hasil

penelitian.

Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan cemaran Echerichia coli dan penampakan fisik ikan tongkol

(Euthynnus affinis) di pasar tradisional dan pasar modern di Dukuh Kupang

Surabaya, terbukti dengan nilai signifikansi untuk hasil uji sebesar 1,000 > 0,05.
33

Uji statistic yang digunakan adalah uji Fisher karena syarat untuk menggunakan

uji Chi-Square tidak terpenuhi yaitu expected count less than 5 > 20%.

Dari 100% sampel yang diperoleh dari pasar tradisional 16,7% negatif

Echerichia coli sedangkan 83,3% diantaranya positif Echerichia coli. Dari 100%

sampel yang diperoleh dari pasar modern 14,3% negatif Echerichia coli dan

85,7% positif Echerichia coli.

Ikan juga merupakan makanan yang mudah mengalami kerusakan, seperti

proses pembusukan. Hal tersebut dikarenakan seperti tingginya kandungan protein

pada ikan, serta kondisi lingkungan tempat penyimpanan ikan. Untuk mencegah

kerusakan ikan, dapat dilakukan penyimpanan ikan pada suhu rendah,

menyesuaikan tempat dengan jumlah ikan yang akan disimpan. Sebaiknya dalam

penyimpanan ikan dilakukan pencegahan agar fisik ikan tidak rusak atau tergores,

karena apabila fisik ikan rusak akan mempermudah mikroba untuk masuk dalam

tubuh ikan.

Pengawetan ikan sangat diperlukan untuk menjaga mutu ikan agar tetap

baik dan dapat dikonsumsi. Ikan yang akan dikonsumsi atau diolah harus

merupakan ikan yang masih dalam kondisi segar. Apabila kualitas ikan telah

menurun dapat menyebabkan keracunan pada orang yang mengkonsumsinya.

Perubahan mutu kesegaran dapat berlangsung secara enzimatis, kimia dan

bakteriologi dengan diikuti penurunan organoleptik (Sanger, 2010). Oleh Karena

itu, dilakukan penelitian mengenai tingkat kesegaran ikan tongkol dengan melihat

kenampakan fisik serta uji cemaran mikroba pada ikan tongkol yang terdapat pada

pasar tradisional dan modern. Untuk Pengawetan ikan agar dapat dikonsumsi
34

perlu menjaga mutu dan kesegaran ikan. Jika kualitas ikan menurun dapat

menyebabkan keracunan pada orang yang mengkonsumsinya. Kualitas ikan dapat

dilihat dari lingkungan pasar yang dijaga kebersihannya atau tidak.

Untuk Pengawetan ikan agar dapat dikonsumsi perlu menjaga mutu dan

kesegaran ikan. Jika kualitas ikan menurun dapat menyebabkan keracunan pada

orang yang mengkonsumsinya. Kualitas ikan dapat dilihat dari lingkungan pasar

yang dijaga kebersihannya atau tidak.

Berdasarkan penelitian tidak didappatkan perbedaan yang signifikan

cemaran Echericha coli pada ikan tongkol antara pasar tradisional dengan pasar

modern, dimana kandungan Echericha coli lebih rendah pada pasar tradisional

dibanding pasar modern. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya

kondisi es batu yang untuk membekukan ikan di pasar modern sudah tercemar

E.coli, kurangnya faktor kebersihan mulai dari penangkapan ikan sampai ikan

diperjual belikan, dan mungkin ikan tongkol tersebut sudah tercemar saat masih di

laut.
35

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan cemaran Echerichia coli

pada ikan tongkol antara pasar tradisional dengan pasar modern.

B. Saran

Agar mutu dan kualitas ikan tongkol tetap terjaga dengan baik maka perlu

dilakukan penelitian serta penyuluhan kepada para pedagang mengenai

perlakuan terhadap ikan agar terhindar dari kontaminasi bakteri Echerichia

coli.
36

DAFTAR PUSTAKA

Bahar, H. 2006. Sumber daya Perikanan Indonesia.Galia Indonesia. Jakarta


Brooks, Goe F. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23 : 325
D’aoust, J. V. 2001. Salmonella. Di dalam : Labbe’ RG, Garcia S, editor. Guide to
Foodborne Pathogens. A John Wiley and Sons, Inc., Publication. New
York. 163-191.
Djaafar, T. F. 2007. Cemaran Mikroba pada Produk Pertanian, Penyakit yang
Ditimbulkan, dan Pencegahannya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Yogyakarta.Yogyakarta.
Dzen, Sjoekor M., et al. 2003. Bakteriologi Medik. Ed. 1.Bayu Media Publishing.
Malang. 187-197 dan 223-234
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta. 38-39
Ganiswarna S. G. 1995. Farmakologi dan Terapi. ed. 4, UI-Fakultas Kedokteran.
Jakarta.
Hidayati, D. Aunorohim, DEA, dan F.D. Hasnitha. 2008. Studi Kandungan DDT
(Dichloro Diphenyil Trichloroethane) pada Kerang Hijau (Pernaviridis
L.) di Perairan Pantai Timur Surabaya dan Pantai Rongkang Kwanyar
Madura. Surabaya.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi : Menguak Dunia Mikroorganisme. Jilid 2. CV.
Yrama Widia. Bandung.
Jawetz, E. 1984. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan. EGC. Jakarta.
Jawetz. 1996. Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20. 238 – 240, EGC. Jakarta
Katzung, Bertram G. 2001. Farmakologi Dasardan Klinik edisi pertama. Salemba
Medika. Jakarta.
Khomsan, A. 2006. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Grasindo.
Jakarta.
Kurniawan, R., Dessy Y., Syahril N. 2012. Analisis Bakteri Pembentuk Histamin
pada Ikan Tongkol di Perairan Pasie Nan Tigo Koto Tangah Padang
Sumatra Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau.
Riau.
Kunkel, D. 2001. http://www.biotox.cz/toxicon/bakterie/obr/corynebacterium.jpg.
Diakses pada tanggal 26 Nopember 2016.
37

Mitchell, L.G. Campbell, N.A., & Reece, J.B., (2004). Biologi. Jilid 3. Edisi Kelima.
Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Milo, S.M., L.M. E. Purwijatiningsih., S. Pranata. 2013. Mutu Ikan Tongkol
(Euthynnus affinis C) di Kabupaten Gunung Kidul dan Sleman Daerah
Istimewa Jogjakarta. Skripsi. Fakultas Teknobiolgi. Universitas
Atmajaya. Yogyakarta. 23-25
Puri, Anitsa Asrining. 2016. Uji Bakteriologis dan Organoleptik Ikan Tongkol
(Euthynnus affinis) di Pasar Tradisional, Modern dan Gudang Lelang
Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung. Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung.

Raden, F., Hafiluddin dan Mega Anshari. 2007. Analisis Jumlah Bakteri dan
Keberadaan Eschericia coli pada Pengelolaan Ikan Teri Nasi di PT.
Kelola Mina Laut Unit Sumenep. Embryo. Vol 4(2) : 94-106
Rangkuti, D. 1994. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Sekolah Analis Kimia.
Padang. 139-143
Saanin, H. 1984. Taksonomi Dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina
Cipta. Bogor.
Sanger, G. 2010. Oksidasi Lemak Ikan Tongkol (AuxisThazard) Asap Yang
Direndam Dalam Larutan Ekstrak Daun Sirih. Jurnal Jurusan Pengolahan
Hasil Perikanan. Universitas Sam Ratulangi. Manado. 2(5): 870-873
Sikorski ZE., A Kalakowski dan B Pan. 1994. The Nutritive Composition of The
Major Groups of Marine Food Organism. Dalam ZE. Sikorski (ed).
Seafood: Resources, Nutritional Composition and Preservation. Florida :
CRC Press Inc. Florida.
Singh, R.S. 2001. Plant Diseases.Seventh Edition.Oxford dan IBH Publishing CO.
PVT.LTD. New Delhi. 640.
Suwamba K. 2008. Proses Pemindangan dengan Mempergunakan Garam dengan
Konsentrasi yang Berbeda.Denpasar.
Suzuki, T. 1981. Fish Krill Protein Procesing Technology. Aplied Science
Publisher, Ltd. London.
Widiastuty, I., 2008. Analisis Mutu Ikan Tuna Selama Lepas Tangkap Perbedaan
Preparasi dan Waktu Penyimpanan.InstitutPertanian Bogor. Bogor.
Winarni, T, F. Swastawati, Y. S.D armanto, danE. N. Dewi. 2003. Uji Mutu
Terpadu pada Beberapa Spesies Ikan dan Produk Perikanan di
Indonesia.Laporan Akhir Hibah Bersaing XI Perguruan Tinggi.
Universitas Diponegoro. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai