PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi.
Zat gizi yang terkandung dalam ikan adalah protein, lemak, vitamin, mineral,
karbohidrat, dan kadar air (Suriawiria (2005) dalam Kurniawan et al (2012). Ikan
merupakan bahan pangan yang mudah rusak. Kerusakan pada ikan diantaranya
disebabkan bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan yang telah mati (Suriawiria,
(2005), dalam Kurniawan et al (2012). Menurut Lu et al. (2010), salah satu hasil
tangkapan perikanan yang memiliki kandungan gizi tinggi adalah ikan tongkol.
lemak yang teroksidasi. Selain itu kerusakan dapat disebabkan oleh kontaminasi
mikroba dan adanya kandungan asam amino bebas yang dapat membantu
protein dan asam lemak omega-3. Selain itu, ikan tongkol memiliki kandungan
histamin yang dapat dijadikan salah satu indikator kesegaran ikan tongkol.
1
2
hewan yang merupakan komponen dari beberapa racun dan sekresi sengat.
tongkol yang memiliki kadar histamin tinggi. Histamin pada ikan tongkol
dihasilkan dari kontaminasi asam amino histidin yang terkandung dalam ikan oleh
menjadi histamin. Salah satu bakteri yang dapat mengkontaminasi dan membantu
peningkatan kadar histamin pada ikan tongkol. Terdapat interaksi antara waktu
dan suhu penyimpanan terhadap kadar histamin serta kandungan Echerichia coli
Bagian pada ikan tongkol yang dapat dikonsumsi atau dimakan berkisar
antara 45-50% (Suzuki, 1981). Menurut Winarni, et al. (2003), mutu ikan segar
dapat meliputi rupa atau kenampakan, rasa, aroma, serta tekstur pada ikan
tersebut. Untuk dapat mengetahui mutu ikan tersebut dapat dilakukan secara sadar
saat kita membeli dan akan mengolah ikan tersebut. Kerusakan pada ikan dapat
disebabkan oleh faktor internal seperti insang, isi perut, dan kulit. Bagian-bagian
Untuk mencegah kerusakan ikan, dapat dilakukan penyimpanan ikan pada suhu
tidak rusak atau tergores, karena apabila fisik ikan rusak akan mempermudah
Pengawetan ikan sangat diperlukan untuk menjaga mutu ikan agar tetap
baik dan dapat dikonsumsi. Ikan yang akan dikonsumsi atau diolah harus
merupakan ikan yang masih dalam kondisi segar. Apabila kualitas ikan telah
2010). Oleh Karena itu, dilakukan penelitian mengenai tingkat kesegaran ikan
tongkol dengan melihat kenampakan fisik serta uji cemaran mikroba pada ikan
tongkol yang terdapat pada pasar tradisional dan modern di Dukuh Kupang
Surabaya.
B. Rumusan Masalah
masalah sebagai berikut: Apakah ada perbedaan cemaran Echerichia coli pada
C. Tujuan Penelitian
coli pada ikan tongkol (Euthynnus affinis) di pasar tradisional dan pasar modern di
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
2. Bagi Peneliti
3. Bagi Institusi
Penulisan karya tulis ini disusun agar bermanfaat sebagai bahan penelitian
selanjutnya dan sebagai bahan pembedaharaan perpustakaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar
mengingat makanan merupakan sumber gizi yang sangat utama. Selain faktor
2010).
Pasar tradisional sampai saat ini masih diminati masyarakat luas sebagai
fasilitas umum tempat belanja makanan atau bahan makanan. Sekitar 13.650 pasar
Pasar modern adalah pasar pasar yang bersifat modern yang dimana
barang dagangannya diperjual belikan dengan harga yang pas sehingga tidak ada
aktivitas tawar menawar dan dengan layanan yang baik. Keunggulan pasar ini
yaitu tempatnya bersih dan nyaman, pasar modern tidak hanya menjual kebutuhan
sandang dan pangan saja, pasar tersebut juga menjual kebutuhan pokok dan
sebagian besar barang dagangan yang dijualnya memiliki kualitas yang baik.
5
6
Contoh tempat berlangsungnya pasar ini adalah di mall, plaza, swalayan dan
Definisi pasar modern yang lain adalah pasar ini penjual dan konsumen
harga yang sudah tertera pada barang, pasar ini berada dalam ruangan dan juga
pelayanannya dilakukan secara swalayan atau bisa juga dilayani oleh pramuniaga.
dan tokoh masyarakat. Pengembangan Pasar Sehat adalah strategis sebagai upaya
memperkuat biosekuriti pada rantai pangan yang akan (i) meningkatkan keamanan
2008).
7
Ikan merupakan salah satu sumber makanan yang banyak dibutuhkan dan
memiliki fungsi sebagai zat pembangun, pengatur, pengganti bagian tubuh atau
jaringan yang telah rusak. Selain itu protein juga dapat menjadi sumber energi dan
memiliki kandungan asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Ikan tidak memiliki banyak jaringan pengikat, sehingga ikan dengan mudah dapat
dicerna oleh tubuh manusia. Ikan juga merupakan makanan yang mudah
seperti tingginya kandungan protein pada ikan, serta kondisi lingkungan tempat
penyimpanan ikan.
Ikan tongkol merupakan salah satu jenis ikan yang sering dikonsumsi
masyarakat. Ikan tongkol yang memiliki nama latin Euthynnus affinis, merupakan
jenis golongan ikan tuna yang berukuran kecil. Ikan tongkol memiliki badan yang
memanjang dan tidak memiliki sisik, kecuali pada bagian garis rusuk. Ukuran
ikan tongkol dapat mencapai 1 meter dengan berat 13,6 kg. Pada umumnya ikan
tongkol memiliki panjang tubuh 50-60 cm (Auzi, 2008). Kulit ikan tongkol
berwarna abu-abu dengan daging berwarna merah (Bahar, 2004). Ikan tongkol
terbuka, yaitu lautan Pasifik dan Hindia. Selama bulan Juni sampai Agustus dalam
setahun, ikan tongkol dewasa berkumpul didekat pantai di perairan yang memiliki
suhu 2000 C - 2500C dan salinitas 20%-26% untuk melakukan proses pemijahan.
8
Ikan tongkol memakan ikan-ikan yang berukuran kecil, seperti ikan pelagis, teri,
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Percomorphi
Family : Scombridae
Genus : Euthynnus
Daging ikan tongkol memiliki komponen yang utama adalah air, protein,
dan lemak, yang berkisar antara 98% dari total berat daging. Komponen yang
terkandung dalam ikan memiliki pengaruh terhadap nutrisi serta sifat fungsi,
terkandung seperti karbohidrat, vitamin dan mineral hanya berkisar 2%, yang
dapat membantu proses metabolisme saat ikan tongkol sudah dalam keadaan mati
(Sikorski, 1994).
sedikit, hal ini yang menjadikan ikan tongkol salah satu ikan yang dagingnya
dengan mudah dicerna. Selain itu ikan tongkol memiliki kandungan unsur hara
9
minor berupa mineral penting, seperti iodium dan flour. Kandungan air pada ikan
tongkol akan menurun saat musim panas, dan kandungan lemaknya menjadi
maksimal.
Ikan tongkol memiliki kandungan gizi yang tinggi (Lassen, 1965, dalam
Suwamba, 2008). Kandungan gizi yang terdapat pada ikan tongkol yaitu, protein
1,45-3,40% (Suzuki, 1981). Selain itu ikan tongkol juga diperkaya kandungan
lemak omega 3. Kandungan gizi tersebut sangat baik untuk tubuh dalam
lemak yang terdapat pada ikan tongkol yaitu asam lemak omega 3 dan 6. Menurut
Khomsan (2006), total kandungan asam lemak omega 3 adalah sebesar 1,5 g/100
g dan asam lemak omega 6 sebesar 1,8 g/100 g. Salah satu fungsi dari asam lemak
omega 3 yaitu, sebagai precursor asam lemak esensial linoleatdan linolenat. Asam
lemak esensial merupakan asam lemak yang tidak diproduksi oleh tubuh,
melainkan harus didapatkan dari luar tubuh, seperti didapatkan dari asupan
makanan.
yang tepat padaikan setelah ditangkap agar mutu ikan tetap terjaga. Parameter
untuk mengetahui mutu ikan dapat dilihat dari kenampakan fisik tubuh ikan, bau,
tekstur, serta rasa ikan (Winarni dkk, 2003). Ikan tongkol merupakan salah satu
Hal ini dikarenakan ikan tongkol memiliki kandungan protein yang tinggi
serta asam lemak omega-3. Seperti hasil laut lainnya, ikan tongkol juga mudah
disebabkan oleh bakteri dan perubahan biokimia pada ikan yang sudah mati
ditandai dengan adanya rasa gatal pada tubuh, bibir bengkak, berkeringat, wajah
merah, mual dan muntah, sakit kepala, serta jantung berdebar lebih kencang. Ikan
tongkol akan menyebabkan keracunan apabila mutu ikan tersebut telah menurun.
Hal ini dikarenakan adanya kontaminasi bakteri patogen seperti Eschericia coli,
scombroid fish poisoning. Ikan tongkol merupakan jenis ikan yang memiliki
kandungan asam amino histidin yang dapat dikontaminasi oleh bakteri. Bakteri
Histamin pada ikan bukan hanya menyebabkan alergi tapi juga keracunan,
(bakteri akan mengubah asam amino histidin menjadi histamin), misalnya pada
ikan tongkol yang terlalu lama disimpan pada suhu ruang, atau pada suhu dingin
sekalipun dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu sangat penting untuk
11
memilih ikan yang kualitasnya yang masih baik yang ditandai dengan, matanya
masih relatif bening, masih terlihat seperti normalnya mata ikan hidup, belum
melesak kedalam atau sudah buram, insangnya masih berwarna kemerahan, belum
berwarna coklat gelap, tidak memiliki banyak lendir, ikan yang terdapat banyak
lendir memiliki penurun mutu, jika ditekan dagingnya akan melesak kedalam tapi
begitu tangan kita diangkat daging akan segera kembali ke posisi semula, ikan
yang sudah buruk kualitasnya jika ditekan biasanya terus saja melesak, sulit
kembali ke posisi semula, bau ikan normal, tidak terlalu amis apalagi busuk, ikan
Tabel 1. SNI Batas Cemaran Pada Ikan Segar Dalam SNI 7388:2009
Mengenai Batas Cemaran Mikroba Pada Pangan.
D. Echerichia coli
panjang sekitar 2 μm, lebar 0,4-0,7 μm, dan diameter 0,7 μm. Echerichia coli
termasuk dalam bakteri yang bersifat aerob fakultatif dan salaha satu jenis bakteri
gram negatif. Echerichia coli hidup secara berkoloni dengan membentuk koloni
yang bundar, cembung, halus dengan tepi yang nyata (Jawetz et al., 1996).
Echerichia coli memiliki sel yang berbentuk tunggal, berpasangan, dan dalam
rantai pendek dan tidak terdapat kapsul. Sel bakteri ini biasa bergerak dengan
12
macam fimbria atau pili yang berbeda, memiliki banyak spesifikasi dan
memiliki pengaruh panas atauorgan spesifik yang bersifat adhesi. Hal itu
Superdomain : Phylogenetica
Filum : Proterobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Echerichia coli merupakan flora normal usus yang berperan penting dalam
dalam penyerapan zat-zat makanan. Echerichia coli termasuk salah satu bakteri
heterotrof, yaitu dapat memperoleh makanan berupa zat organik yang berasal dari
lingkungan sekitarnya, hal ini dikarenakan bakteri Echerichia coli tidak dapat
menyusun sendiri zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik yang diperoleh
berasal dari sisa organisme lain, dengan menguraikan zat organik pada makanan
menjadi zat anorganik, seperti halnya CO2, H2O, energi dan mineral. Bakteri ini
dapat menjadi pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan (Ganiswarna, 1995).
namun pertumbuhan bakteri Echerichia coli dapat dikatakan paling sedikit, yaitu
coli optimal pada suhu 370 C pada media yang memiliki kandungan pepton
sebesar 1% yang digunakan sebagai sumber karbon dan nitrogen. Echerichia coli
Echerichia coli dapat bertahan hidup higga suhu 600C pada waktu 15 menit atau
laktosa pada temperatur 37° C dengan membentuk asam dan gas, mereduksi nitrat
menjadi nitrit, bersifat katalase positif, dan oksidase negatif (Fardiaz, 1992).
14
Bakteri ini berpotensi patogen karena pada keadaan tertentu dapat menyebabkan
memproduksi toksin yang berbeda. Toksin tersebut adalah toksin tahan panas
(ST) dan toksin yang labil terhadap panas (LT). Toksin yang labil terhadap
panas dapat meningkatakan aktifitas enzim adenil siklase dalam sel mukosa
dinding usus dapat terjadi akibat adanya pengaruh oleh racun lipopolisakarida
menyebabkan penyakit perut, dan melekat pada sel mukosa usus kecil.
patogen jenis ini seperti diare yang disebabkan oleh vibrio cholera. Patogen
demam, buang air besar dengan lendir dan berdarah. EIEC dapat menginfeksi
patogen jenis ini dapat menyebabkan sindroma hemolitik oremik, penyakit ini
dapat dikatakan sudah merupakan diare akut bagi penderita (Jawet, 1984).
(ALT)
Sebagaimana Jutono dkk (1980), angka lempeng total adalah salah satu cara
untuk menghitung cemaran mikroba yang merupakan bagian dari metode hitung
cawan (plate count). Dasar dari perhitungan bakteri berdasarkan plate count
adalah membuat suatu seri pengenceran bahan dengan kelipatan 10, dari masing-
masing pengenceran diambil 1 ml, dan dibuat taburan dalam petridish dengan
medium yang sesuai dengan mikrobianya lalu diinkubasi, dihitung jumlah koloni
tiap petri dish pada tiap-tiap pengenceran. Dari jumlah koloni tiap petridish dapat
count) yaitu : jumlah koloni tiap petri dish antara 30-300 koloni, jika tidak ada
yang memenuhi syarat, dipilih jumlah yang mendekati 300 dan tidak ada spreader
pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran yang sebelumnya, jika sama
atau lebih kecil dari 2, hasilnya dirata-rata tetapi jika lebih besar dari 2 yang
mengetahui jumlah sel hidup atau colony forming unit (CFU) yang ada pada
medium Plate Count Agar dengan menanam 0,1 ml sampel yang telah diencerkan
jumlah koloni 30-300, lalu dirata-ratakan.Fungsi dari medium Plate Count Agar
Ikan
negatif, kuman ini digunakan sebagai indikator adanya polusi yang berasal dari
kotoran hewan dan menunjukkan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air,
makanan, susu dan produk-produk susu. Jika dalam suatu bahan pangan
sanitasinya buruk. Makanan tersebut sudah tidak layak untuk dikonsumsi dan jika
Probabe Number (MPN) dan menggunakan medium Lactose Broth (LB) pada
tabung reaksi dengan tabung Durham seri 3-3-3. Penanaman 10 ml sampel (10-1)
pada 3 tabung pertama, 1 ml pada 3 tabung ke dua, dan 0,1 ml pada 3 tabung
tabel MPN untuk melihat jumlah perkiraan bakteri Coliform. Setiap tabung positif
kemudian ditanam ke dalam medium Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) untuk
melihat keberadaan bakteri coli pada sampel. Setiap hasil positif pada medium
EMBA kemudian diambil dan dilakukan uji kesempurnaan (uji IMVIC) dengan
melakukan 4 macam uji yaitu uji Indol, Methyl Red, Voges Proskauer, dan Sitrat
A. Kerangka Konsep
Ikan Tongkol
Cemaran Echerichia
coli
Ikan tongkol yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern akan
menyebabkan keracunan apabila mutu ikan tersebut telah menurun. Hal ini
scombroid fish poisoning. Pada penelitian ini akan diperiksa 2 macam ikan
tongkol, yakni ikan tongkol yang dijual di pasar tradisional dan ikan tongkol yang
18
19
atau tidak.
B. Hipotesis Penelitian
affinis) antara pasar tradisional dan pasar modern di Dukuh Kupang Surabaya.
20
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
pencemaran mikroba pada ikan tongkol yang dijual di pasar tradisional dan pasar
Februari 2017
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
diperoleh dari pasar tradisional yaitu pasar Dukuh Kupang dan pasar Jarak
dan pasar modern yaitu Giant dan Carefour Kecamatan Dukuh Pakis,
2. Sampel
a. Besar sampel
pasar Dukuh Kupang dan pasar Jarak dan 2 pasar modern yaitu Giant dan
Surabaya
(Sopiyudin, 2014).
2
𝑍𝑎 √2𝑃𝑄+𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
𝑃1−𝑃2
2
0,84 √2 𝑥 0,9 𝑥 0,1 + 0,84 √0,9 𝑥 0,1 + 0,7 𝑥 0,3
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
0,9 − 0,7
= 16,81 17
Keterangan :
n = sampel
Q2 = 1-0,7 = 0,3
P = 0,9
Q = 0,1
22
Kriteria Inklusi
1. Ikan tongkol yang digunakan adalah ikan tongkol yang masih dalam
dikonsumsi masyarakat.
Kriteria eksklusi
1. Ikan tongkol yang sudah tidak segar, seperti sudah diasap dan
diasinkan.
2. Ikan tongkol yang dijual bukan di pasar tradisional dan pasar modern
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah: Tempat penjualan ikan
tongkol.
Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah cemaran Echerichia coli.
23
E. Definisi Operasional
data
b. Negatif
Tidak
ada
EMB
dan
tidak ada
metalic
sheen
F. Pelaksanaan Penelitian
a. Alat :
2. Pembakar Bunsen
3. Cawan Petri
4. Tabung reaksi
6. Inkubator
b. Bahan :
1. Ikan Tongkol
2. Langkah Kerja
tiriskan pada tepi tabung. Usapkan lidi kapas steril pada bagian
3. Apabila terdapat koloni berwarna hijau metalik pada media EMB (Eosin
G. Analisis Data
tercapai. Analisis data pada penelitian ini ditujukan untuk melihat pencemaran
mikroba pada ikan tongkol yang dijual di pasar tradisional yaitu pasar Dukuh
Kupang dan pasar Jarak dan pasar modern yaitu Giant dan Carefour Kecamatan
Dukuh Pakis, Kelurahan Dukuh Kupang, Kota Surabaya. Data yang terkumpul
Hipotesis statistik:
Kupang Surabaya.
Surabaya.
Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square karena penelitian ini
bersifat analitik komparatif dengan dua variable yang berskala nominal. uji Chi-
Square yaitu uji yang digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan cemaran
E.coli pada ikan tongkol, dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat
signifikansi sebesar 0,05 atau 5 %. H0 diterima jika p-value > 0,05 dan sebaliknya
BAB V
HASIL PENELITIAN
ikan tongkol yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern dukuh kupang
B. Metode
Sampel ikan yang diuji pada penelitian ini adalah ikan tongkol (Eutynnus
tradisional dan 7 ekor pada pasar modern. Sampel ikan tongkol segar
Blue).
27
(a) (b)
Gambar V.1 : Ikan tongkol segar (a) , media EMB (Eosin Methylene Blue)
dan alat yang akan digunakan (b)
28
sekitar media. Hasil peneitian dapat dilihat pada table V.1 dan V.2
dibawah ini :
Dari hasil kedua table di atas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
. Hal ini juga bisa dilihat pada gambar grafik di bawah ini:
12
10
10
6
6 Positif
Negatif
4
2
2
1
0
Pasar tradisional Pasar modern
D. Analisis Data
perbedaan. Berikut ini akan disajikan hasil pengujian menggunakan uji chi
square.
Tabel V.4 perbedaan cemaran Echerichia coli dan penampakan fisik ikan
tongkol (Euthynnus affinis) di pasar tradisional dan pasar modern di
Dukuh Kupang Surabaya
E.coli
Kelompok Total p-value
Negatif Positif
Pasar tradisional
2 (16.7%) 10 (83.3%) 12 (100.0%)
Pasar modern
1 (14.3%) 6 (85.7%) 7 (100.0%) 1,000
Total
3 (15.8%) 16 (84.2%) 19 (100.0%)
terbukti dengan nilai signifikansi untuk hasil uji sebesar 1,000 > 0,05.
coli. Dari 100% sampel yang diperoleh dari pasar modern 14,3% negatif
BAB VI
PEMBAHASAN
Ikan tongkol merupakan salah satu jenis ikan yang sering dikonsumsi
masyarakat. Ikan tongkol memiliki nama latin Euthynnus affinis. Ikan tongkol
yang disebabkan oleh bakteri dan perubahan biokimia pada ikan yang sudah mati.
keracunan apabila mutu ikan tersebut telah menurun. Hal ini dikarenakan adanya
tongkol adalah keracunan histamin atau scombroid fish poisoning. Oleh karena itu
sangat penting untuk memilih ikan yang kualitasnya yang masih baik yang
ditandai dengan, matanya masih relatif bening, masih terlihat seperti normalnya
mata ikan hidup, belum melesak kedalam atau sudah buram, insangnya masih
berwarna kemerahan, belum berwarna coklat gelap, tidak memiliki banyak lendir,
panjang sekitar 2 μm, lebar 0,4-0,7 μm, dan diameter 0,7 μm. E. coli merupakan
flora normal usus yang berperan penting dalam sintesis vitamin K, konversi
makanan. E. coli dapat menjadi bakteri patogen apabila berada diluar saluran
32
pencernaan. Bakteri ini berpotensi patogen karena pada keadaan tertentu dapat
menyebabkan diare.
Pasar tradisional sampai saat ini masih diminati masyarakat luas sebagai
fasilitas umum tempat belanja makanan atau bahan makanan. Pasar tradisional
perkotaan. Pasar modern adalah pasar pasar yang bersifat modern yang dimana
barang dagangannya diperjual belikan dengan harga yang pas sehingga tidak ada
aktivitas tawar menawar dan dengan layanan yang baik. Pada saat pengambilan
sampel pada pasar tradisional ditemukan 12 ikan tongkol sebagai sampel dan pada
lebih disebabkan karena jumlah pasar tradisional di Dukuh Pakis lebih banyak
ada 1 sampel dari 7sampel. Maka, pasar modern memiliki kualitas yang lebih baik
daripada pasar tradisional, tetapi tidak terlalu signifikan jika dilihat dari hasil
penelitian.
yang signifikan cemaran Echerichia coli dan penampakan fisik ikan tongkol
Surabaya, terbukti dengan nilai signifikansi untuk hasil uji sebesar 1,000 > 0,05.
33
Uji statistic yang digunakan adalah uji Fisher karena syarat untuk menggunakan
uji Chi-Square tidak terpenuhi yaitu expected count less than 5 > 20%.
Dari 100% sampel yang diperoleh dari pasar tradisional 16,7% negatif
Echerichia coli sedangkan 83,3% diantaranya positif Echerichia coli. Dari 100%
sampel yang diperoleh dari pasar modern 14,3% negatif Echerichia coli dan
pada ikan, serta kondisi lingkungan tempat penyimpanan ikan. Untuk mencegah
menyesuaikan tempat dengan jumlah ikan yang akan disimpan. Sebaiknya dalam
penyimpanan ikan dilakukan pencegahan agar fisik ikan tidak rusak atau tergores,
karena apabila fisik ikan rusak akan mempermudah mikroba untuk masuk dalam
tubuh ikan.
Pengawetan ikan sangat diperlukan untuk menjaga mutu ikan agar tetap
baik dan dapat dikonsumsi. Ikan yang akan dikonsumsi atau diolah harus
merupakan ikan yang masih dalam kondisi segar. Apabila kualitas ikan telah
itu, dilakukan penelitian mengenai tingkat kesegaran ikan tongkol dengan melihat
kenampakan fisik serta uji cemaran mikroba pada ikan tongkol yang terdapat pada
pasar tradisional dan modern. Untuk Pengawetan ikan agar dapat dikonsumsi
34
perlu menjaga mutu dan kesegaran ikan. Jika kualitas ikan menurun dapat
Untuk Pengawetan ikan agar dapat dikonsumsi perlu menjaga mutu dan
kesegaran ikan. Jika kualitas ikan menurun dapat menyebabkan keracunan pada
orang yang mengkonsumsinya. Kualitas ikan dapat dilihat dari lingkungan pasar
cemaran Echericha coli pada ikan tongkol antara pasar tradisional dengan pasar
modern, dimana kandungan Echericha coli lebih rendah pada pasar tradisional
dibanding pasar modern. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
kondisi es batu yang untuk membekukan ikan di pasar modern sudah tercemar
E.coli, kurangnya faktor kebersihan mulai dari penangkapan ikan sampai ikan
diperjual belikan, dan mungkin ikan tongkol tersebut sudah tercemar saat masih di
laut.
35
BAB VII
A. Kesimpulan
B. Saran
Agar mutu dan kualitas ikan tongkol tetap terjaga dengan baik maka perlu
coli.
36
DAFTAR PUSTAKA
Mitchell, L.G. Campbell, N.A., & Reece, J.B., (2004). Biologi. Jilid 3. Edisi Kelima.
Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Milo, S.M., L.M. E. Purwijatiningsih., S. Pranata. 2013. Mutu Ikan Tongkol
(Euthynnus affinis C) di Kabupaten Gunung Kidul dan Sleman Daerah
Istimewa Jogjakarta. Skripsi. Fakultas Teknobiolgi. Universitas
Atmajaya. Yogyakarta. 23-25
Puri, Anitsa Asrining. 2016. Uji Bakteriologis dan Organoleptik Ikan Tongkol
(Euthynnus affinis) di Pasar Tradisional, Modern dan Gudang Lelang
Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung. Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung.
Raden, F., Hafiluddin dan Mega Anshari. 2007. Analisis Jumlah Bakteri dan
Keberadaan Eschericia coli pada Pengelolaan Ikan Teri Nasi di PT.
Kelola Mina Laut Unit Sumenep. Embryo. Vol 4(2) : 94-106
Rangkuti, D. 1994. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Sekolah Analis Kimia.
Padang. 139-143
Saanin, H. 1984. Taksonomi Dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina
Cipta. Bogor.
Sanger, G. 2010. Oksidasi Lemak Ikan Tongkol (AuxisThazard) Asap Yang
Direndam Dalam Larutan Ekstrak Daun Sirih. Jurnal Jurusan Pengolahan
Hasil Perikanan. Universitas Sam Ratulangi. Manado. 2(5): 870-873
Sikorski ZE., A Kalakowski dan B Pan. 1994. The Nutritive Composition of The
Major Groups of Marine Food Organism. Dalam ZE. Sikorski (ed).
Seafood: Resources, Nutritional Composition and Preservation. Florida :
CRC Press Inc. Florida.
Singh, R.S. 2001. Plant Diseases.Seventh Edition.Oxford dan IBH Publishing CO.
PVT.LTD. New Delhi. 640.
Suwamba K. 2008. Proses Pemindangan dengan Mempergunakan Garam dengan
Konsentrasi yang Berbeda.Denpasar.
Suzuki, T. 1981. Fish Krill Protein Procesing Technology. Aplied Science
Publisher, Ltd. London.
Widiastuty, I., 2008. Analisis Mutu Ikan Tuna Selama Lepas Tangkap Perbedaan
Preparasi dan Waktu Penyimpanan.InstitutPertanian Bogor. Bogor.
Winarni, T, F. Swastawati, Y. S.D armanto, danE. N. Dewi. 2003. Uji Mutu
Terpadu pada Beberapa Spesies Ikan dan Produk Perikanan di
Indonesia.Laporan Akhir Hibah Bersaing XI Perguruan Tinggi.
Universitas Diponegoro. Semarang.