PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia kaya akan potensi sumber daya perairan laut yang cukup besar,
diantaranya ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, karang, udang, lobster, dan cumi-
cumi. Cumi-cumi merupakan salah satu produk laut yang banyak terdapat di perairan
laut Indonesia. Data Direktorat Jendral Perikanan Tangkap (2011), potensi sumber
daya perikanan khususnya cumi-cumi di Selat Karimata dan sekitarnya mencapai 2.7
ribu ton/Tahun merupakan peluang bagi perikanan tangkap Indonesia agar dapat
dimanfaatkan dengan baik. Sebagian besar cumi diolah menjadi produk bahan pangan
dengan protein tinggi. Jenis produk olahan cumi-cumi sebagai konsumsi lokal masih
terbatas antara lain cumi-cumi kertas, cumi-cumi kering asin, cumi-cumi asap dan
cumi-cumi kaleng untuk Produksi cumi-cumi pada tahun 2010 mencapai 34.925.401
kg, kemudian menunjukkan peningkatan yang cukup tajam pada tahun 2011 sebesar
sampai kedalam tertentu. Hidup bergerombol dan tertarik pada cahaya lampu (bersifat
kilokalori, protein 16,1 g, karbohidrat 0,1 g, lemak 0,7 g, kalsium 32 mg, fosfor 200
mg, dan zat besi 1,8 mg. Kandungan mineral seperti fosfor dan kalsium yang berguna
paling baik protein dan asam amino. Mukholik (1995) menyatakan bahwa tinta cumi-
cumi mengandung protein sebesar 10, 88% yang terdiri atas asam amino esensial dan
non esensial. Menurut Okozumi dan Fujii (2000), melanoprotein tinta cumi-cumi
mengandung asam amino esensial yang dominan berupa lisin, leusin, arginin dan
fenilalanin. Sementara kadar asam amino non esensial yang dominan adalah asam
atau mencegah oksidasi. Antioksidan alami dari sumber daya laut, terutama dari
produk sampingan pengolahan makanan laut, bisa jadi alternatif antioksidan lain
untuk aplikasi makanan (Vate dan Benjakul 2013). Berdasarkan penelitian oleh Liu
et al. (2011) pada ayam broiler, kinerja pertumbuhan, fungsi antioksidan serta
kekebalan tubuh dipengaruhi oleh tinta cumi-cumi. Sebuah studi tentang Girija et al.
Selain antioksidan, tinta cumi-cumi (Loligo Sp) dapat juga berfungsi sebagai
Menurut penelitian (Nair et al. 2011), menyebutkan bahwa tinta sotong dan atau
Nithya et al. (2011) meneliti aktivitas antibakteri ekstrak heksan tinta sotong (Sepia
pharaonis) yang dipurifikasi dengan dietil eter. Hasil penelitian ini menunjukkan
Berdasarkan manfaat tinta cumi-cumi (Loligo Sp) yang cukup besar, sehingga dapat
dimanfaatkan dalam pembuatan mie untuk menambah kandungan gizi mie tersebut.
Mie merupakan produk yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia, baik
anak-anak, remaja maupun lanjut Usia. Namun kandungan gizi yang terdapat dalam
mie belum menunjang nilai gizi yang diperlukan oleh manusia, terutama anak–anak
tubuhnya. Mie sangat digemari, karena rasanya yang enak, praktis, dan
mengenyangkan.
Kandungan gizi pada Mie basah yang beredar dipasaran nutrisinya kurang
baik, yaitu Kadar airnya tinggi, protein rendah, vitamin rendah. Mie basah juga
kurang elastis dan agak lengket. Hal ini mendorong para pengusaha untuk
terhadap kualitas nutrisi dan penerimaan sensoris mie basah menyatakan bahwa mie
penelitian penambahan tinta cumi-cumi (Loligo Sp) di dalam mie basah untuk melihat
kandungan zat gizi dan antioksidan yang dapat mencegah kerusakan sel.
1. Bagaimanakah kandungan zat gizi yang terdapat pada mie basah dengan
1. Untuk mengetahui kandungan zat gizi mie basah terhadap penambahan tinta
dengan penambahan tinta cumi-cumi (Loligo Sp) yang bernilai gizi tinggi.
2. Sebagai sumber pengetahuan bagi para pembaca mengenai nilai gizi dan
antioksidan yang terdapat pada mie basah dengan penambahan tinta cumi-
yang hidup di laut, termasuk salah satu hewan dalam golongan invertebrata (tidak
bertulang belakang). Nama Cephalopoda dalam bahasa Yunani berarti kaki kepala,
hal ini karena kakinya yang terpisah menjadi sejumlah tangan yang melingkari
kepala yang berbeda. Akson besar cumi-cumi ini memiliki diameter 1 mm. Cumi-
Salah satu jenis cumi-cumi laut dalam, “Heteroteuthis”, adalah yang memiliki
pada ujung suatu juluran panjang yang mnonjol di depan. Hal ini dikarenakan
sejumlah besar cairan bercahaya apabila dirinya merasa terganggu, proses ini Sama
seperti pada halnya cumi-cumi biasa yang menyemprotkan tinta (Anonim, 2010).
III. METODE PENELITIAN
Kelautan Universitas Halu Oleo Kendari, pada bulan Februari – Mei 2019.
(Loligo Sp.), tepung terigu ( tepung taioka), telur ayam ras, garam halus, minyak
goreng (minyak bimoli), air, H2SO4, NaOH, kertas saring 0,8 mm, aquadest, kertas
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah baskom plastik, sarung
tangan (plastik), panci stainless, kompor, perangkat pencetak mi, timbangan analitik,
dengan perlakuan penambahan konsentrasi tinta cumi-cumi, yang terdiri dari 5 taraf
yaitu 0%, 1%, 1,5%, 2%, dan 2,5%. Masing-masing perlakuan di ulang sebanyak tiga
kali.
a. Siapkan cumi-cumi utuh (kepala dan kantong tinta) yang masih segar.
b. Ambil kantong tinta dari bagian tubuh cumi-cumi, kemudian dipisahkan pada
c. Ambil tinta dalam kantong cumi-cumi dengan cara dipencet (diberi tekanan)
wadah bersih.
2. Pengolahan Mi Basah
Pengolahan mi basah menurut Mujiono, (2010) dalam Pribadi (2011), adalah
sebagai berikut:
b. Tambahkan cairan tinta cumi-cumi sesuai dengan perlakuan (0,5%, 1%, 1,5%,
dan 2%) dan air 15% yang telah ditambahkan garam sebanyak 2%, diadoni
hingga kalis, ditandai dengan tidak lengketnya adonan dan juga kelihatan
mengkilat.
d. Lembaran mie yang telah dipres lalu dicetak membentuk untaian mi dengan
e. Untaian mie yang terbentuk dimasukkan ke dalam panci yang berisi air yang
f. Mie basah hasil rebusan ditiriskan dan didinginkan dalam baskom plastik. Mie
diamati.