Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan Indonesia mempunyai potensi sumber daya perairan laut yang


cukup besar, di antaranya ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, karang, udang,
lobster dan cumi-cumi (Apriyono, 2006). Cu mi-cumi merupakan produk laut
yang cukup melimpah di perairan Indonesia dan sangat diminati masyarakat
terutama penggemar Seafood dan Chinese food. Hasil ekspor cumi-cumi pada
tahun 2016 mecapai 5.579,32 ton per tahun. Produksi cumi-cumi di Indonesia
diperkirakan mencapai 20,74 ton per tahun (KKP, 2016).
Tinta cumi-cumi selama ini tidak dimanfaatkan atau dibuang karena
dianggap sebagai limbah yang memiliki warna hitam dan menghasilkan rasa amis,
namun pada beberapa negara tinta cumi-cumi telah dimanfaatkan sebagai bahan
tambahan pangan antara lain, arroz negro (beras hitam), txipirones en su ink (bayi
cumi-cumi dalam saus tinta), ikasumi Jiru (sup tinta dengan daging sapi dan
cumi-cumi) dan cavianne (kaviar imitasi), tinta cumi-cumi juga digunakan
sebagai pewarna makanan (Kurnia M, 2008).
Penambahan tinta cumi-cumi sebagai salah satu alternatif makanan yang
bergizi tinggi, sehat untuk dikonsumsi dan juga pemanfaatan limbah tinta cumi-
cumi untuk pengembangan produk olahan, untuk mengetahui hal tersebut perlu
dilakukan uji organoleptik (kesukaan) terhadap penambahan tinta cumi pada
produk mie basah Penelitian ini bertujuan untuk menentukan persentase fortifikasi
tinta cumi-cumi pada mie basah berdasarkan tingkat kesukaan panelis
(Kurniawan, 2013).
Tinta cumi-cumi dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan dalam proses
diversifikasi produk. Salah satu produk yang perlu dilakukan diversifikasi adalah
mie. Mie merupakan produk yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia,
baik anak-anak, orang dewasa maupun lanjut usia. Namun kandungan gizi yang
diperlukan oleh manusia, terutama anak-anak yang sangat membutuhkan asupan
2

gizi untk pertumbuhan dan perkembangannya. Mie basah yang beredar dipasaran
nutrisinya kurang baik, yaitu kadar airnya tinggi, protein rendah, vitamin rendah,
selain itu, mie basah kurang elastis dan agak lengket. Hal ini mendorong para
pengusaha untuk menggunakan berbagai bahan tambahan yang memungkinkan
terjadinya proses gelatinisasi pati-protein sempurna (Winarno, 1992).
Selama ini tinta cumi-cumi belum banyak dikenal padahal didalam tinta
cumi-cumi mengandung protein sekitar 10,88%, protein ini sama baik dengan
protein yang ada pada daging cumi-cumi, kadar abu tinta cumi-cumi adalah
2,74%, menyatakan bahwa kadar air tinta cumi-cumi (Loligo sp) rata-rata
78,46%. Dalam industri jasa boga, seperti Italia telah memanfaatkan tinta cumi-
cumi sebagai salah satu bumbu masakan pasta. Di Jepang, kantong tinta cumi-
cumi (Loligo sp) yang berwarna hitam dipakai untuk meningkatkan flavor dan cita
rasa, setiap warna yang terdapat pada bahan makanan dapat menunjukan adanya
senyawa fitokimia tertentu yang memiliki khasiat untuk mencegah berbagai
penyakit (Astawan, 2008).
Tinta cumi-cumi dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan dalam
proses diservikasi produk. Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil
judul “Rasio Penambahan Tinta Cumi-cumi (Loligo sp) Pada Produk Mie Basah.

1.2 Tujuan Dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan perbandingan yang tepat


pada penambahan tinta cumi-cumi (Loligo sp) pada produk mie basah.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada
produsen, distributor, konsumen guna Pemanfaatan tinta cumi-cumi berbagai
produk mie yang kaya akan karbohidrat.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Dan Klasifikasi Cumi-cumi (Loligo sp)

Cumi-cumi dengan nama latin loligi sp adalah salah satu hewan yang
termasuk kedalam golongan tidak bertulang belakang (invertebrata), yang
termasuk kedalam kelompok Cephalopoda/jenis moluska yang hidup dilaut.
Cephalopoda dalam bahasa Yunani berarti “kaki kepala” hal ini karena cumi-cumi
terpisah dengan bagian kepala dan kaki (Meirina Kurnia, 2008).
Beberapa cumi-cumi melakukan reproduksi dengan seksual. Reproduksi
pada cumi-cumi secara seksual. Sistem reproduksi seksual apada cumi-cumi
terdiri atas sistem reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning
telur. Sedangkan reproduksi jantan terdiri atas testis, pori genital dan penis
(Ahmad, 2012).
Cumi-cumi memiliki tentakel, lengat sebagai alat pengisap, insang,
rectum, penis, vena, pembul nadi, ginjal dan lain-lain. Cumi-cumi terdiri dari
kepala, leher dan badan. Bagian kepala berukuran besar dan ditutupi oleh
cangkang yang cukup keras di bandingkan dengan lainya. Selain itu,di bagian
terdapat mata yang berfungsi sebagai penglihatan yang tajam dan juga mulut yang
di lengkapi dengan alat penghisap yang tersusun atas tentakel (Kurnia M, 2008).
Menurut Ahmad (2012) cumi-cumi dapat diklasifikasi berdasarkan
kelompok tingkatan adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Pylum : Mollusca
Kelas : Chepalopoda
Sub kelas : Coidea
Super Ordo : Decapodiformes
Ordo : Decapod
Family : Loliginidae
Genus : Loligo
Spesies : Loligi sp
4

Gambar 1. Cumi-Cumi.
Sumber : (Ahmad, 2012).

Bagian leher cumi-cumi tidak terlihat dan juga merupakan bagian


pembatas antara bagian kepala serta bagian badan cumi-cumi. Bagian ini juga di
tutupi oleh kulit halus dan lembut jika di lakukan perabaan dan berwarna
tergantung dengan jenis cumu-cumi (Pricilia, 2011).
2.2. Komposisi Kimia Tinta Cumi-cumi
beberapa kandungan dalam tinta cumi-cumi dapat dilihat pada table di
bawah ini :
Tabel 1. Kandungan Gizi Tinta Cumi-cumi
Komposisi Jumlah (%)
Protein 5,8
Asam Glutamat 10,3
Melanin 90
Kadar Abu 2,4
Kadar Air 78,46
Karbohidrat 0,8
Sumber : (Ahmad, 2012).
Di Indonesia pemanfaatan limbah tinta cumi-cumi belum banyak, tapi di
jepang, tinta cumi-cumi sudah dimanfaatkan sebagai bahan pengawet (Agusandi
AS, 2013).
5

2.3 Manfaat Tinta Cumi-cumi


Mungkin banyak orang yang sudah mengetahui apa yang namanya tinta
cumi tapi sebagian orang mengatakan bahwa tinta cumi adalah suatu limbah yang
berwarna hitam dan menjijikan tapi ada hal yang sangat berperan penting pada
limbah tinta cumi yaitu untuk kesehatan manusia yang meliputi meyembuhkan
jerawat, menguatkan gigi, mencerdaskan otak khususnya anak-anak, terhindar dari
gagal ginjal, meningkatkan vitalitas pria, melancarakan saluran pencernaan, dan
masih banyak lainnya (Kurnia M, 2008).

Tinta cumi-cumi selama ini tidak dimanfaatkan atau dibuang karena


dianggap sebagai limbah yang memiliki warna hitam dan menghasilkan rasa amis,
namun pada beberapa negara tinta cumi-cumi tidak hanya sebagai kuah masakan,
namun tinta cumi dapat dijadikan sebagai pewarna alami, pasta, beras hitam dan
lain-lain (Werdhasari A, 2011).

2.4 Mie
Dari segi kandungan airnya mie dapat dibedakan menjadi mie basah atau
segar dan mie kering. Mie basah digolongkan dalam produk “Intermediate
moisture food” (makanan semi basah), yaitu suatu makanan yang mempunyai
kadar air tidak terlalau tinggi dan juga tidak terlalu rendah antara 15-55% dengan
kisaran antara 0,65-0,85.
Menurut Astawan (2008), apabila ditinjau dari bahan utama yaitu tepung
terigu, mie bukan merupakan makanan asli Indonesia. Hampir seluruh dunia
mengenal produk mie, walaupun nama, bentuk, bahan penyusun dan cara
pembuatan berbeda. Dalam bahasa Inggris, mie dikenal dengan nama noodle,
dalam bahasa Jepang disebut ramen, udon dan kisimen, sedangkan dalam bahasa
Italia dikenal sebagai Spaghetti. Mie adalah salah jenis produk pasta yang
ditemukan pertama kali oleh bangsa Tionghoa dengan membuat dari beras tepung
kacang-kacangan.
Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuat mie. Tepung terigu
diperoleh dari gandum (Triticum vulgare) yang digiling. Keistimewaan terigu
diantara serealia lainnya adalah kemampuannya membentuk atau glutein pada
6

adonan mie penyebab mie yang dihasilkan tidak mudah putus pada proses
pencetakan dan pemasakan (Widyaningsih, 2006).

Gambar 2. Bentuk Mie Basah (noodles).


Sumber : (Astawan, 2008).

2.5 Komposisi Kimia Mie


Nilai Gizi kanduangan mie pada umumnya dapat dianggap cukup baik
karena selain karbohidrat terdapat sedikit protein yang disebut dengan glutein.
Komposisi nilai kimia mie basah dapat dilihat pada tabel dibawah :
Tabel 2. Komposisi Kimia Mie Basah

Komposisi Jumlah
Kalori (kal) 86
Protein (g) 0,6
Lemak (g) 3,3
Karbohidrat (g) 14,0
Kalsium (mg) 14
Fosfor (mg) 13
Besi (mg) 0,8
Vitamin C (mg) 0
Air (g) 80
Sumber : (Widyaningsih, 2006).
7

2.6 Bahan Pembuatan Mie Basah Menurut Astawan 2008 Yaitu :


A. Tepung Terigu
Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan mie, tepung terigu
diperoleh dari biji gandum (Triticum vulgare) yang digiling. Tepung trigu
berfungsi membentuk struktur mie, sumber protein dan karbohidrat. Kandungan
protein utama tepung terigu yang berperan dalam pembuatan mie adalah gluten.
B. Telur
Secara umum, penambahan telur dimaksudkan untuk meningkatkan mutu
protein mie dan menciptakan adonan yang lebih liat sehingga tidak mudah
terputus. Putih telur berfungsi untu mencegah kekeruhan saos mie waktu
pemasakan. Penggunaan putih telur harus secukupnya saja karena pemakaian
yang berlebihan akan menurunkan kemampuan menyerap air (dehidrasi) waktu
direbus.
Kuning telur sebagai pengemulsi karena dalam kuning telur tedapat
lechitin. Selain sebagai pengemulsi, lechitin juga dapat mempercepat hidrasi air
pada tepung dan untuk mengembangkan adonan. Penambahan kuning telur juga
akan memberikan warna yang seragam.
C. Garam
Garam dapur selain untuk memberi rasa, juga emperkuat tekstur mie,
meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas mie, serta untuk mengikat air. Garam
dapur akan mengambat aktivitas enzim amylase sehingga mie tidak bersifat
lengket dan tidak mengembang secara berlebihan.
D. Air
Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dengan karbohidrat,
larutan garam dan membentuk sifat kenyal gluten. Air yag digunakan sebaiknya
memiliki pH 6-9. Makin tinggi pH air maka mie yang dihasilkan tifak mudah
patah karena absorpsi air meningkat dengan meningkat pH. Selain pH, air yang
digunakan harus air yang memenuhi persyaratan sebagai air minum, diantaranya
tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
8

2.7. Mutu Organoleptik


Uji organoleptik merupakan cara menguji sebuah produk yang
menggunakan indera manusia yang dihitung skalanya dengan tingkat kesukaan
para panelisnya (Soekarto, 1994).
Organoleptik merupakan pengujian secara subjektif yaitu suatu pengujian
penerimaan selera makanan atau minuman yang didasarkan atas pengujian
kegemaran dan analisa pembeda. Mutu organoleptik didasarkan pada kegiatan
pengujian (panelis) yang pekerjaannya mengamati, menguji dan menilai secara
organoleptik. Uji mutu organoleptik ini menggunakan panelis tidak terlatih
dengan 25 orang sebagai panelis (Winarno, 2008).
2.8. Analisis Protein
Analisis protein bertujuan untuk mengetahui berapa kandungan protein
yang dimiliki rasio penambahan tinta cumi-cumi pada pruduk mie basah,
perlakuan memberikan pengaruh yang nyata akan diuji lanjut, dengan uji Protein.
Prinsip metode spektroskopi UV-visible. Metode ini berdasarkan
kemampuan protein menyerap (atau membaurkan) cahaya di daerah UV-visible.
Atau secara kimiawi atau fisik memodifikasi protein untuk membuatnya
menyerap (atau membaurkan) cahaya di daerah UV- visible. Prinsip dasar di
balik masing-masing uji ini serupa.
9

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari-Februaru 2019. di
Laboratorium Terapan Teknologi Pengolahan Hasil Laut Politeknik Palu dan
Laboratorium Kimia Universitas Tadulako.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mesin Giling, Kompor,
Timbangan, Pan, Pisau stainless, Panci Stainless, Loyang, Mangkok, Gelas Ukur,
Telenan. Bahan-bahan yang digunakan meliputi tinta cumi-cumi, tepung terigu,
minyak goreng, air, telur, dan garam.
3.3. Pelaksanaan Penelitian
3.3.1. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan RAK (Rancangan Acak Kelompok) Metode
penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan 5 perlakuan, dan
3 ulanagan. Formula perlakukan penelitian dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Formula Perlakuan Rasio Penambahan Tinta Cumi-cumi pada
Produk Mie Basah
Formula Perlakuan
Jenis Bahan P1 P2 P3 P4 P5
Tinta Cumi 0 ml 0,5 ml 1 ml 1,5 ml 2 ml
Tepung Terigu 250 gr 250 gr 250 gr 250 gr 250 gr
Garam 10 gr 10 gr 10 gr 10 gr 10 gr
Telur 1 butir 1 butir 1 butir 1 butir 1 butir
Air 100 ml 100 ml 100 ml 100 ml 100 ml
Sumber : (Astawan, 2008)
Modifikasi Penelitian
10

3.3.2. Prosedur Pembuatan Mie Basah dengan Penambahan Tinta Cumi-


cumi (Loligo sp).
Pembuatan mie basah meliputi beberapa tahapan sebagai berikut :
A. Percampuran
Percampuran ini dilakukan dengan cara memcampuri bahan dalam satu
adonan yaitu tepung terigu dan telur sesuai komposisi kewadah pengadonan
Kemudian di aduk sampai merata, seteleh itu ditambahkan cairan tinta cumi-cumi
sesuai dengan perlakuan (0 ml, 0,5 ml, 1 ml, 1,5 ml dan 2 ml) dan air 100 ml yang
telah ditambahka garam 10 gram, diadoni hingga kalis, ditandai dengan tidak
lengkatnya adonan dan juga kelihatan mengkilat.
B. Pembentukan Lembaran
Adonan yang dihasilkan kemudian dibentuk lembaran-lembaran tipis
dengan mengunakan perangkat pencetak mie ukuran 3.
C. Pembentukan Mie
Lembaran-lembaran mie yang sudah yang sudah tipis lalu dicetak untuk
membentuk untaian mie dengan menggunakan perangkat pencetak mie.
D. Perebusan Mie
Setelah itu untaian mie yang sudah terbebtuk dimasukan kedalam panci
yang berisi air mendidih sebanyak 1 liter kemudian direbus dengan penambahan
minyak goreng 5 ml. Mie basah hasil rebusan ditiriskan dan didinginkan dalam
baskom plastik. Mie basah yang dahasilkan kemudian dianalisis sesuai parameter
yang diamati.
11

E. Diagram Alir Penelitian Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan


Tinta Cumi-cumi (Loligo sp).

Tinta cumi

P1 0 ml P2 0,5 ml P3 1 ml P4 1,5 ml P5 2 ml

Tinta Cumi-cumi Percampuran


Tepung Terigu, Telur
Air, dan Garam

Pembentukan Lembaran Pencetak Mie


Ukuran 3

Pembentukan Mie

Air Mendidih Sebanyak Perebusan


1 liter dengan Suhu 100OC
Dengan Penambahan
Minyak Goreng 5 ml

Penirisan dan Pendinginan

Mie dari Tinta Cumi-cumi

Organoleptik
(Warna, Aroma, Tekstur, dan Rasa) dan Protein

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian


Sumber : Modifikasi Penelitian, 2019.
12

3.4 Parameter Pengamatan

3.4.1. Organoleptik

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah mutu organoleptik


yang meliputi warna, rasa, aroma, dan tekstur. Menurut Soekarto (1994) dalam
Pricilia (2011), pengujian organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesukaan atau kelayakan suatu prodak agar bisa dapat diterima oleh konsumen.
Pengujian ini dilakukan oleh 25 panelis. Penelis diminta untuk memberikan
penilaian berdasarkan tingkat kesukaannya dengan skor seperti tabel.

Tabel 5. Skala Hedonik dan Skala Numerik Uji Organoleptik

Skala Hedonik Skala Numerik


Sangat suka 5
Suka 4
Agak suka 3
Netral 2
Tidak suka 1
Sumber : Soekarto, (1994).

3.5 Uji Protein (Metode : Spektroskopi UV-visible )


A. Timbang sampel sebanyak 1 gram, kemudian masukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 ml.
B. Tambahkan larutan NaOH 1 M sebanyak 100 ml, lalu dikocok di atas
mesin agitasi selama 1 jam.
C. Saring campuran, lalu ukur volumennya, kemudian ukur serapanya pada
panjang gelombang (λ) 280nm dan 260nm menggunakan spektrofotometer
UV-VIS.
Kadar protein total (mg/ml) = A280 x faktor koreksi x fp
𝐴280 𝑥 𝑓.𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑥 𝑉 (𝑚𝐿)
Kadar protein total (%) = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)
Keterangan :
f.koreksi = A280/A260
Fp = factor pengenceran (jika ada)
13

3.6. Analisis Ekonomi


Analisis ekonomi atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk
menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu
kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha.
Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu
usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial
maupun sosial benefit. Dengan adanya analisis kelayakan ini diharapkan resiko
kegagalan dalam memasarkan produk dapat di hindari (Lubis, 2014).
3.7. Analisis Data
Analisis data hasil pengamatan ialah dengan analisis ragam dan analisis
ekonomi untuk penambahan tinta cumi-cumi pada produk mie basah yang baik.
Analisis ragam dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) adalah
sebagai berikut.

Yij = ai + µi + Bj + Eij

Dimana :

Yij = Nilai Pengamatan dari Perlakuan

µ = Rata-rata Umum Pengamatan

A = Pengaruh Perlakuan

I = Perlakuan

J = Ulangan

Eij = Galat Percobaan

Jika hasil analisis ada perbedaan antara perlakuan maka dilakukan


pengujian lebih lanjut yaitu dengan menggunakan uji beda nyata jujur (BNJ)
14

Pengujian ini dilakukan secara Uji Beda Nyata (BNJ) dengan rumus
sebagai barikut :

𝑲𝑻𝒂
𝑩𝑵𝑱 (𝜶) = 𝒒𝜶 (𝑨; 𝒅𝒃 𝒂𝒄𝒂𝒌)𝒙 √
𝒓𝒙𝒉

𝑫𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 ∶ 𝒒𝜶 (𝒂 ∶ 𝒅𝒃 𝒂𝒄𝒂𝒌) = 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒅𝒊𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 𝒅𝒊𝒔𝒕𝒓𝒊𝒃𝒖𝒔𝒊 − 𝒒

𝒓 = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑼𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏

𝒂 = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑷𝒆𝒓𝒍𝒂𝒌𝒖𝒂𝒏

𝑲𝑻𝒂 = 𝑲𝒖𝒂𝒅𝒓𝒂𝒕 𝑻𝒆𝒏𝒈𝒂𝒉 𝑨𝒄𝒂𝒌


15

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa formulasi terbaik
pada rasio penambahan tinta cumi-cumi pada produk mie basah terdapat pada
perlakuan P4, dengan nilai warna (3.32), P4 dengan nilai aroma (3.40), P3 dengan
nilai tekstur (4,28) dan P4 dengan nilai rasa (4.12).
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penambahan tinta cumi-
cumi (Loligo sp) pada produk mie basah yang pada komposis kimia Protein,
karbohidrat, lemak, terhadap daya simpan mie.
16

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad dan Thabrani. 2012. Klasifikasi dan Struktur Anatomi Molusca.


http://asatrio.blogspot.com/2009/11/laporan-praktikum-biologi-
klasifikasi.html. Agustus 2012, Pukul 06.30 Wita.

Apriyono. 2006. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal.
Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta 21-26

Astawan, M. 2008. Khasiat Warna-warni Makanan. PT Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta.

Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2016. Statistik Ekspor


Hasil Perikanan 2015. Direktur Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan.

Kurniawan. 2013. Hidrolisat Protein Tinta Cumi-cumi (Loligo sp) dengan Enzim
Papain. Skripsi. Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya. Indralaya.

Lubis, Indra Jaya Krisna Gede. (2014) Pengaruh citra merek, Kualitas produk,
persepsi harga dan Word Off Mouth Terhadap minat beli, Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Unniversitas Negeri Yogyakarata.
Meirina Kurnia., 2008. Kajian Pengolahan Cumi-cumi (Loligo sp). Siap saji.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Pricilia V.2011. Karesteristik Cumi-cumi (Loligo sp). Departemen Teknologi


Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.http://www.scribd.com/doc/82267918/jurnal-cumi-pipirijiin.
(Manado Senin, 6 Agustus 2012, Pukul 22:00)

Soekarto, S. T. 1994 Penilaian Organoleptik. Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Werdhasari A 2011. Peran Antioksida bagi Kesehatan. Jurnal Biotek Medisiana


Indonesia. 2014;36:1171-9

Widyaningsih, T.D. 2006. Pengganti Formalin dan Boraks pada Mie Basah.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Winarno, F. G. dan T.S. Rahayu .2008. Bahan Tambahan Makanan dan


Kontaminan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai