Anda di halaman 1dari 9

Manajemen Tempat Praktik/Klinik Hewan

“PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER”

DI SUSUN OLEH :
NAMA : ZAKIYAH FITRI
NIM : 1602101010095
KELAS : 3

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2019
PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER

Pelayanan jasa medic veteriner adalah layanan jasa yang berkaitan dengan kompetensi
dokter hewan yang diberikan kepada masyarakat dalam rangka praktik kedokteran hewan.

Medik veteriner adalah penyelenggaraan kegiatan praktik kedokteran hewan.

Surat Izin Praktik Dokter Hewan (SIPDH) adalah bukti tetulis yang menyatakan telah
memenuhi syarat untuk melakukan praktik pelayanan jasa medic veteriner. (Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 3 tahun 2019).

Dari sudut hukum administrasi, izin merupakan sebuah keputusan yang dikeluarkan
oleh pemerintah, di dalamnya terkandung suatu muatan hal yang bersifat konkret, individual,
dan final. Pengertian izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang
mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur
sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan. Perizinan adalah
salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh
pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Bentuk dari
perizinan dapat berupa pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, dan izin untuk melakukan suatu
usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang
sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Mengingat
masing-masing perizinan diatur dalam peraturan perundang-undangan tersendiri, maka dalam
proses penetapannya harus memperhatikan peraturan perundang-undangan yang menjadi
dasarnya (Senjaya, 2015)

A. Tindakan Medik Veteriner

Tindakan medik veteriner dalam pelaksanaan pelayanan jasa medik veteriner, antara
lain, meliputi:
a. Melakukan prognosis dan diagnosis penyakit secara klinis, patologis, laboratoris,
dan/atau epidemiologis
b. Melakukan tindakan transaksi terapeutik berupa konsultasi dan/atau persetujuan
tindakan medis (informed-consent) kepada pemilik hewan yang dilanjutkan dengan
beberapa kemungkinan tindakan preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif dengan
menghindari tindakan malpraktik
c. Melakukan pemeriksaan dan pengujian keamanan, kesehatan, keutuhan, produk
hewan
d. Melakukan konfirmasi kepada unit pelayanan kesehatan hewan rujukan jika
diperlukan
e. Menyampaikan data penyakit dan kegiatan pelayanan kepada otoritas veteriner
f. Menindaklanjuti keputusan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah yang berkaitan
dengan pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan dan/atau kesehatan
masyarakat veteriner
g. Melakukan pendidikan klien dan/atau pendidikan masyarakat sehubungan dengan
paradigma sehat dan penerapan kaidah kesejahteraan hewan.
(Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 02/Permentan/OT.140/1/2010).

B. Kategori Pelayanan Jasa Medik Veteriner

Pelayanan jasa medik veteriner yang dilakukan oleh dokter hewan praktik dapat
dikatagorikan sebagai berikut :
1. Praktik transaksi terapetik
Pelayanan jasa medik veteriner untuk katagori praktik transaksi terapetik antara lain:
a. Dokter hewan praktik mandiri
Suatu usaha pelayanan jasa medik veteriner yang dikelola oleh satu dokter hewan
yang mempertanggungjawabkan semua tindakannya secara individual.
b. Dokter hewan praktik bersama
Suatu usaha pelayanan jasa medik veteriner yang dijalankan oleh lebih dari satu orang
dokter hewan serta dipimpin oleh seorang dokter hewan sebagai penanggungjawab.
c. Klinik hewan
Tempat usaha pelayanan jasa medik veteriner yang dijalankan oleh suatu manajemen
dengan dipimpin oleh seorang dokter hewan penanggungjawab dan memiliki fasilitas
untuk pengamatan hewanyang mendapat gangguan kesehatan tertentu.
d. Rumah Sakit Hewan
Tempat usaha pelayanan jasa medik veteriner yang dijalankan oleh suatu manajemen
dengan dipimpin oleh seorang dokter hewan penanggung jawab, memiliki fasilitas
untuk pelayanan gawat darurat, laboratorium diagnostik, rawat inap, unit penanganan
intensif, ruang isolasi, serta dapat menerima jasa layanan medik veteriner yang
bersifat rujukan
e. Rumah Sakit Hewan Khusus
Tempat usaha pelayanan jasa medik veteriner untuk memberikan pelayanan jasa
medik veteriner secara khusus dan didukung dengan tenaga medik veteriner yang
sesuai dengan bidang kekhususan.
f. Pusat/Pos Kesehatan Hewan.
Pos kesehatan hewan yang memberikan pelayanan di bidang kesehatan hewan
sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri
Dalam Negeri Nomor: 690/Kpts/TN.510/10/10/1993 dan Nomor 88 tahun 1993
tentang Pos Kesehatan Hewan.

2. Praktik konsultasi kesehatan hewan


Pelayanan jasa medik veteriner kategori praktik transaksi terapetik, dapat diikuti
dengan kegiatan ambulatoar dan/atau kunjungan praktik konsultasi kesehatan hewan
disesuaikan dengan jenis hewan yang ditangani, antara lain:
a. Hewan kecil (anjing dan kucing);
b. Hewan besar (ternak ruminansia, ternak monogastrik);
c. Hewan laboratorium;
d. Satwa liar dan hewan kebun binatang;
e. Hewan akuatik; dan/atau
f. Unggas dan satwa harapan;

C. Persyaratan Usaha Pelayanan Jasa Medik Veteriner di Indonesia

Dalam mendirikan sebuah fasilitas seperti pusat perawatan hewan peliharaan, ada
beberapa persyaratan yang harus diperhatikan mengenai prakteknya di Indonesia. Peraturan
ini dibuat oleh Menteri Pertanian dalam rangka menjaga standarisasi minimum fasilitas
kesehatan khusus hewan.

1. Persyaratan Umum

Dalam usaha pelayanan jasa medik veteriner terdapat beberapa persyaratan umum
yang telah ditentukan oleh Menteri Pertanian Indonesia (Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya, (2012) Manual Prosedur Pelayanan Medis Klinik Hewan, Malang),
persyaratan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Memiliki surat-surat perizinan
b. Memiliki tempat praktek yang sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan ;
 Papan nama dengan mencantumkan bentuk usaha pelayanan jasa medik veteriner,
alamat yang jelas, serta dengan ukuran yang memadai
 Tempat untuk menunggu klien dan pasien yang memadai
 ruang kerja untuk meletakkan meja periksa, uji sederhana, peralatan medik, serta
Peralatan untuk menangani limbah pelayanan kesehatan hewan
 Sistem penerangan dan sirkulasi udara yang memadai sesuai dengan kapasitas
 Sumber air bersih, sistem drainase, sistem penanganan limbah, sistem keamanan
untuk menjamin kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan
 Sistem komunikasi
c. Memiliki fasilitas pelayanan medik veteriner yang sekurang-kurangnya harus terdiri
dari ;
 Peralatan untuk mengendalikan hewan
 Peralatan untuk mendiagnosa secara klinis
 Peralatan penunjang diagnose laboratorium (secara sederhana)
 Peralatan pengobatan dan penyimpanan
 Peralatan untuk administrasi kantor dan rekam medis
 Peralatan untuk keselamatan petugas
 Peralatan untuk menangani limbah pelayanan kesehatan hewan
d. Memiliki dokter hewan praktek, sekurang-kurangnya harus ;
 Jelas kompetensi dan kedudukannya dalam manajemen usaha pelayanan jasa
medik veteriner tersebut
 Memiliki kontrak penyeliaan dengan tenaga kesehatan hewan yang menjadi
tanggung jawabnya terhadap tindakan medik veteriner yang boleh dilakukannya
 Mengetahui haknya dan melaksanakan kewajibannya dalam pelayanan jasa medik
veteriner sebagai bahan integral dari sistem kesehatan hewan nasional
 Siap bekerja sama berdasarkan hubungan etikal keprofesionalan dengan sesama
kolega lainnya dalam mengembangkan ciri profesi belajar sepanjang hayat,
mewujudkan pelayanan prima jasa medik veteriner serta berpartisipasi aktif dalam
pembinaan praktek dokter hewan
 Memiliki rujukan operasional yang baku, rujukan pustaka, dan rujukan
laboratorium dalam menentukan diagnosa dan prognosa.
e. Memiliki dokter hewan praktek sebagai penanggung jawab usaaha pelayanan jasa
medik veteriner.
f. Menggunakan obat hewan dalam pelayanan medik veterineer yang terdaftar kecuali
yang diberikan izin khusus dari instansi yang berwenang
g. Ruangan-ruangan yang khususnya digunakan untuk menangani pasien haruslah
mudah disucihamakan dan memenuhi standar kesehatan dan keselamatan kerja

2. Persyaratan Khusus

Dalam persyaratan khusus, pendirian usaha klinik hewan memiliki standarisasi


sebagai berikut ;

a. Usaha klinik hewan harus memenuhi persyaratan umum yang telah ditetapkan
b. Memiliki izin usaha klinik hewan dari Bupati/Walikota
c. Memiliki kode etik klinik hewan internal dalam memberikan pelayanan jasa medik
veteriner secara prima
d. Masing-masing tenaga medik veteriner memiliki izin praktik dari Bupati/Walikota
e. Memiliki kandang untuk observasi atau kandang rawat inap

D. Pelaksana dan Pelaksanaan Pelayanan Jasa Medik Veteriner


Pelaksanaan pelayanan jasa medic veteriner dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, yang
terdiri dari :
1. Tenaga medik veteriner, Terdiri dari dokter hewan dan dokter hewan spesialis.
2. Tenaga paramedic veteriner, Terdiri dari :
 Tenaga paramedic veteriner kesehatan hewan
 Tenaga paramedic veteriner iseminasi buatan
 Tenaga paramedic veteriner pemeriksaan kebuntingan
 Tenaga paramedic veteriner asisten teknik reproduksi

(Peraturan Menteri Pertanian Nomor 3 tahun 2019).


E. Perizinan Pelayanan Jasa Medik Veteriner
1. Izin praktik tenaga medic veteriner

Dalam melaksanakan pelayanan jasa medic veteriner wajib memiliki SIP DRH
yang diberikan oleh bupati/walikota, yang hanya berlaku pada satu tempat unit
pelaksanaan kesehatan hewan selama 5 tahun, yang dapat diberikan kepada :

a. Tenaga medic veteriner dengan status warga negara Indonesia, untuk dokter hewan
dan dokter hewan spesialis
b. Tenaga medic veteriner dengan status warga negara asing, untuk dokter hewan
spesialis

2. Izin praktik tenaga paramedic veteriner dan sarjana kedokteran hewan

Dalam memberikan pelayanan jasa medic veteriner secara mandiri, wajib


memiliki :

a. SIPP keswan
b. SIPP inseminator
c. SIPP PKb
d. SIPP ATR
Yang diberikan oleh bupati/walikota.

3. Izin unit pelaksanaan kesehatan hewan

Unit pelaksanaan kesehatan hewan, wajib memiliki surat keterangan pemenuhan


tempat praktik/izin, yang diterbitkan oleh dinas atau kabupaten/kota berdasarkan
pelayanan teknis yang dilakukan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan hewan.

Unit pelaksanaan kesehatan hewan berupa tempat praktik dokter hewan mandiri
wajib memiliki surat keterangan pemenuhan tempat praktik dokter hewan.

Unit pelaksanaan kesehatan hewan berupa ambulatory, klinik hewan, dan RSH
wajib memiliki Sivet yang dikeluarkan oleh bupati/walikota.

Bagi unit pelayanan kesehatan hewan yang tidak memiliki surat izin, akan
dikenai sanksi administrasi dan penutupan unit pelayanan kesehatan hewan. (Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 3 tahun 2019).
F. Pelayanan Pengurusan Izin Praktik Dokter

Amrah Musliinin, bahwa izin tersebut dibaginya ke dalam tiga bahagian bentuk
perizinan (vergunning) yaitu :

1) Lisensi, ini merupakan izin yang sebenarnya (Deiegenlyke). Dasar pemikiran


mengadakan penetapan yang merupakan lisensi ini ialah bahwa hal-hal yang diliputi
oleh lisensi diletakkan di bawah pengawasan pemerintah, untuk mengadakan
penertiban. Umpamanya : Izin rumah sakit, izin apotek.
2) Dispensasi, ini adalah suatu pengecualian dari ketentuan umum, dalam hal mana
pembuat undang-undang sebenamya dalam prinsipnya tidak berniat mengadakan
pengecualian.
3) Konsesi, disini pemerintah menginginkan sendiri dan menganjurkan adanya usaha-
usaha industri gula atau pupuk dengan memberikan fasilitas-fasilitas kewenangan
kewajiban.

Peran pemerintah daerah dalam pelayanan perizinan mungkin yang terbesar dalam
pengertian interaksinya secara langsung dengan masyarakat, baik sebagai penyedia
pelayanan, maupun sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusat di daerah. Kepentingan
pemerintah daerah terhadap pelayanan perizinan juga sangat tinggi karena perizinan
mempengaruhi pendapatan dan iklim investasi daerah. Kewenangan untuk memungut
pajak dan retribusi serta penerbitan izin diserahkan kepada pemerintah daerah menurut
undang-undang dan peraturan yang berlaku. Lebih jauh lagi, pemerintah daerah juga
dapat membuat pajak lokal, retribusi, dan perizinan melalui peraturan daerah. Namun,
khususnya untuk mencegah terjadinya pungutan pajak dan retribusi yang berlebihan serta
perizinan yang menghambat, pemerintah pusat tetap memegang kendali terhadap
peraturan daerah melalui kajian kesesuaian kebijakan akan dan peraturan daerah dengan
undang-undang dan peraturan nasional yang berlaku (Samosir,2014).
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 3 tahun 2019

Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 02/Permentan/OT.140/1/2010

Samosir, I. N. 2014. Prosedur perolehan izin praktik dokter ditinjau dari hokum administrasi
negara. Jurnal, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

Senjaya, A. 2015. Amalisis yuridis surat izin praktik dokter dalam penyelenggaraan praktik
kedokteran dihubungkan dengan undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang
praktik kedokteran. Skripsi, Fakultas Magister Hukum Pascasarjana, Universitas
Pasundan

Anda mungkin juga menyukai