Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PPDH INTERNA (drh. Nuzul Asmilia, M.

Si)
CARA RESTRAIN, PEMERIKSAAN FISIK DAN KOLEKSI
SAMPEL PADA GAJAH

Oleh: Zakiyah Fitri


NPM. 2002501010065

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2021

Cara Restrain, Pemeriksaan Fisik, dan Koleksi Sampel pada “Gajah”


A. Cara Merestrain Gajah

Penanganan (handling) merupakan cara penanganan atau memegang satwa


sebelum diperiksa dan/atau diberikan perlakuan lain dengan cara menghalangi,
mengurangi gerak aksi dari satwa secara fisik. Restraint merupakan cara penanganan
satwa sebelum diperiksa dan/atau sebelum diberi perlakuan lain dengan cara
menghalangi gerak aksi dari satwa menggunakan bahan-bahan kimiawi maupun alat
bantu fisik. Restraint terbagi menjadi dua metode yaitu physical restraint dan
chemical restraint.

Tujuan utama penanganan satwa mamalia (Gajah) adalah:

1. Pemeriksaan kondisi fisik satwa


2. Pemeriksaan status kesehatan satwa
3. Pengobatan satwa
4. Translokasi satwa
5. Evakuasi satwa

Mamalia berkuku berukuran sangat besar/mega hoofstock (≥ 900 kg)

Prosedur handling dan restraint pada kelompok ini harus dilakukan secara
matang karena apabila ada kesalahan akan sangat membahayakan. Satwa yang
termasuk dalam pembahasan dalam panduan ini adalah satwa gajah. Prosedur
handling gajah harus dilakukan oleh orang yang berpengalaman dalam hal ini adalah
mahout. Peralatan yang biasa digunakan dalam handling restraint gajah, antara lain:
 Ankus/ganco, adalah alat yang digunakan untuk menghandling gajah, cara
menggunakannya dengan memukulkan alat ini di bagian kepala gajah.
 Segel U, alat ini digunakan sebagai pengikat rantai gajah.
 Pembuka segel U
 Rantai kaki , digunakan untuk gajah didalam kandang untuk gajah jantan yang
sedang dalam periode mass

Proses handling restraint

Perlakuan restraint satwa pada ordo Proboscidea seperti Gajah Sumatera/ Elephas
maximus sumatranus terdapat dua metode yaitu free contact dan protected contact.

a. Metode free contact


 Harus dan hanya dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan tentang
gajah (mahout).
 Mahout menggunakan ankus dalam prosedur handling restraint gajah.
1. Handling gajah oleh mahout tanpa 2. Pemasangan rantai pada kaki

menggunakan rantai kaki untuk kanan belakang gajah.

perawatan potong kuku gajah.

3. Pengikiran pada kuku gajah oleh mahout 4. Pemasangan rantai pada kaki

kiri depan gajah

Teknis handling restraint:

 Restraint pada gajah dilakukan dengan cara mengikat kaki depan dan
belakang gajah menggunakan rantai secara diagonal. Apabila kaki depan
terikat pada kaki kiri maka kaki belakang terikat pada kaki kanan.
 Dalam proses pengangkutan maka keempat kaki gajah harus dalam posisi
terikat oleh rantai.
 Mahout menggunakan ankus/ganco yang dipukulkan di kepala untuk
mengendalikan gajah ketika menaiki gajah
 Gajah jantan yang sedang mengalami masa birahi sebaiknya di masukkan di
dalam kandang tersendiri.
b. Metode protected contact

Metode ini harus dilakukan oleh orang yang berkompeten yang didampingi oleh
mahout. Langkah-langkah metode ini sebagai berikut:

 Metode restraint yang digunakan adalah Elephant Restraint Device (ERD).


 ERD digunakan dengan cara membatasi pergerakan gajah sehingga akses ke
badan gajah juga terbatas. ERD masih menggunakan rantai yang diikatkan
pada kaki gajah.
 Design ERD harus memungkinkan bisa mengakses keempat kaki gajah,
gading, belalai, muka, telinga, tubuh kedua sisi maupun belakang dengan cara
menggerakkan gajah ataupun menggerakan bagian dari ERD.
 ERD harus dirancang senyaman mungkin bagi gajah apabila pemeriksaan
membutuhkan waktu lama.
 ERD juga harus dirancang mudah dan cepat dibuka untuk melepaskan gajah
ke area luar.
 Gajah harus dilatih untuk dilakukan pengambilan sampel darah, dari telinga
maupun belalai tanpa menggunakan rantai yang diikatkan di kaki.

Model ERD yang digunakan handling restraint gajah

(Susanti dan Widarto, 2020).


Mengendalikan gajah tergantung pada tiga faktor yang saling berhubungan,
yaitu: tingkat pelatihan mahout, peralatan yang digunakan, dan cara terbaik untuk
menggunakan alat-alat. Kelemahan dalam bidang ini mungkin akan mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan gajah (Novitri et al., 2017).

B. Pemeriksaan Fisik pada Gajah

Aspek pengelolaan kesehatan gajah sumatera mencakup pemeliharaan, cara


pemeriksaan, pencegahan, penanganan, penyakit yang sering diderita dan fasilitas
kesehatan. Pemeliharaan gajah banyak dilakukan oleh mahout salah satunya adalah
memandikan gajah minimal 1 kali setiap hari. Pemantauan kesehatan dilakukan setiap
hari oleh mahout dengan memperhatikan nafsu makan dan minum, jumlah dan
kondisi kotoran, luka atau pincang, warna selaput lendir, aktivitas tidak normal dan
birahi.

Pemeriksaan oleh dokter dilakukan enam bulan sekali dan penanganan dokter
dilakukan apabila gajah mengalami sakit yang sangat parah, selain itu pemeriksaan
darah dilakukan oleh dokter hewan satu tahun sekali. (Tohir et al., 2016).
Normal Physiolohcal Parameters

a. Temperatur (rectal) : 35 – 37 C
b. Pulsus : 25 – 35 / min. standing

: 55 – 100 / min. lateral recumbency

c. Nafas : 4 – 10 / min.
d. FOOD INTAKE (in % of Bodyweight):
 ~6%-10% fresh fodder / ~1,03%-1,65% DM
 Passage time 21 – 55 hours
 Defecation rate 15 – 20 time/day

Inspeksi

LUBANG TUBUH / MATA:

 ujung batang
 Telinga
 Gigi Mulut, Mukosa
 Alat kelamin Kelenjar temporal (Discharge)
 Mata dan sekitarnya

Periksa apakah ada cairan abnormal dan warna selaput lender.

KULIT

 Harus sedikit berkerut, lembut dan ulet Luka, Ektoparasit, Jamur?

GADING DAN TUSHES

 Retak
 Infeksi atau telur parasit pada dasarnya
KAKI

 Kuku kaki (kuku yang tumbuh terlalu besar, retak dan abses)
 Footpad (luka, infeksi, lapisan ganda)

KELENJAR MAMMAE

 Juvenile, Tidak menyusui, Menyusui,


 Peningkatan ukuran dapat mengindikasikan kebuntingan

TANDA WAJIB (jantan)

 Adanya discharge dari kelenjar temporal


 Pembengkakan daerah perineum
 Urine menetes
 Agresivitas

Palpasi

 Pulsus
 CRT
 Hidrasi
 Lympho nodus : Axillary, inguinal and mandibular
 ABDOMEN (pregnancy, calf movements can be felt after 12 -13 month of
pregnancy)
 RECTAL (Male accessory glands, pre and post birth check, consistence of
mucosa and feces, pelvic artery for pulse
C. Koleksi Sampel pada Gajah

Kesehatan gajah dapat dipengaruhi oleh keberadaan parasit di dalam tubuh.


Parasit pada gajah Sumatera belum banyak diketahui dan diteliti. Pengambilan
sampel darah dilakukan pada vena aurikularis. Pemeriksaan feses dilakukan dengan
metode natif, metode apung, dan metode modifikasi Parfitt dan Banks. Hasil
pemeriksaan diperoleh berdasarkan karakteristik morfologi telur parasit yang
ditemukan di dalam feses kemudian dihubungkan dengan gambaran darah gajah.

Tubuh organisme yang sehat memiliki suplai darah yang normal. Jika hewan
tidak sehat, darah dapat dianalisis untuk menentukan potensi penyebab penyakit.
Pemeriksaan sampel darah salah satunya bertujuan untuk mengecek kesehatan gajah,
biasanya dilakukan 2 kali dalam setahun kecuali ketika gajah sedang sakit dan perlu
pengambilan sampel darah (Novitri et al., 2017).

Tahapan pemeriksaan dan pengambilan sampel darah :

a. Tahap persiapan
 Aktifitas: pembuluh darah melebar, aliran darah lancar, sampel mudah
didapat
 Kondisi fisiologis (sakit): pembuluh darah lebih mudah mengalami
vasokontraksi – pembuluh darah sulit ditemukan – sampel sulit didapat
 Cuaca: Mempengaruhi aliran darah dan ukuran vena
b. Tahap pengendalian – individual
 Perilaku individual
 Terlatih/tidak (muda)
 Agresivitas
 Mahout dan tim medis
c. Tahap pengambilan sampel darah- vena aurikularis telinga, kaki depan, kaki
belakang (Pengendalian gajah dan Keselamatan kerja).
vena aurikularis

DAFTAR PUSTAKA

Novitri, A., Abdullah dan Saputri, M. (2017). Studi kondisi pengasuhan gajah
sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) di Pusat konservasi gajah saree,
aceh besar. Jurnal Biologi Edukasi, 9(1): 30-38

Susanti, P. dan Widarto, A. (2020). Buku Panduan: Penanganan (Handling) Satwa-


Mamalia. CIWT, Jakarta.

Tohir, R.K., Mustari, A.H. dan Masy’ud, B. (2016). Pengelolaan dan tingkat
kesejahteraan gajah sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) di flying
squad wwf taman nasional tesso nilo riau. Media Konservasi, 21(2): 152-
158

Anda mungkin juga menyukai