Anda di halaman 1dari 11

Bacillus Anthracis

Etiologi
• Antraks adalah penyakit bakteri yang menyerang herbivora dan
mamalia lainnya, termasuk manusia (Zoonosis).
• Bakteri penyebab antraks adalah Bacillus anthracis (B. anthracis),
bersifat Gram positif, berbentuk batang, nonmotil, tidak berflagel,
dengan ukuran kira-kira 1-1,5 kali 3-5 mikrometer dan membentuk
spora.
• Pada sediaan yang berasal dari darah atau binatang terinfeksi, kuman
tampak berpasangan atau tunggal (Sanam dkk., 2015).
Kalsifikasi
Kalsifikasi Bacillus spp. adalah sebagai berikut:
Kingdom : Procaryotae
Divisi : Bacteria
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Bacillaceae
Marga : Bacillus
Jenis : Bacillus antracis
(Bergey's Manual of Determinative Bacteriology, 8 th editions dalam Hadioetomo, 1985).
Mekanisme Penularan
• Hewan
Diawali dari tanah yang berspora Bacillus anthracis, kemudian melalui luka kulit, terhirup
pernapasan, atau termakan bersama pakan/minum sehingga masuk ke dalam tubuh hewan.

• Manusia
Sedangkan pada manusia, ditularkan melalui kontak antara kulit dengan hewan atau
produk hewan yang mengandung spora Antraks; Mengonsumsi daging hewan yang
terinfeksi tanpa dimasak dengan sempurna; atau spora Antraks dari kulit dan bulu hewan
yang terinfeksi bakteri terhirup ke dalam saluran pernapasan. Tidak ada penularan Antraks
dari manusia ke manusia.
(Tanzil, 2013).
Patogenesa
Infeksi dimulai dengan masuknya endospora ke dalam tubuh. Endospora dapat masuk melalui abrasi kulit,
tertelan atau terhirup udara pernapasan. Pada antrak kulit dan saluran cerna, sebagian kecil spora
berubah menjadi bentuk vegetatif di jaringan subkutan dan mukosa usus. Bentuk vegetatif selanjutnya
membelah, mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya edema dan nekrosis setempat.
Endospora yang di fagositosis makrofag, akan berubah jadi bentuk vegetatif dan dibawa ke kelenjar getah
bening regional tempat kuman akan membelah, memproduksi toksin, dan menimbulkan limfadenitis
hemorhagik
Kuman selanjutnya menyebar secara hematogen dan limfogen dan menyebabkan septikemia dan
toksemia. Sebagian kecil bisa mencapai selaput otak menyebabkan meningitis. Pada antraks pulmonal,
terjadi edema paru akibat terhalangnya aliran limfe pulmonal karena terjadinya limfadenitis hemorhagik
peribronkhial. Kematian biasanya akibat septikemia, toksemia, dan komplikasi paru dan umumnya terjadi
dalam kurun waktu satu sampai sepuluh hari pasca paparan. Reaksi peradangan hebat terjadi terutama
akibat toksin letal. Toksin letal kuman menyebabkan pelepasan oksigen antara reaktif (reactive oxygen
intermediates) dan pelepasan tumor necrosis factor (TNF) dan interleukin1 (Tanzil, 2013).
Gejala Klinis
Gejala umum penyakit antraks terjadinya demam dengan suhu badan
yang tinggi dan hewan kehilangan nafsu makan. Sedangkan gejala yang
bersifat khs: gemetar, ngantuk, lumpuh, lelah, kejang-kejang, mulas,
bercak merah pada membran mukosa, mencret disertai darah, sulit
bernapas sehingga mati lemas dan terdapat bisul yang makin
membesar berisi nanah kental berwarna kuning. Manusia yang
terinfeksi dan menderita penyakit antraks ditandai dengan gejala: suhu
badan tinggi, mual-mual dan terjadi pembengkakan kelenjar getah
bening di sekitar leher, dada dan ketiak.
(Tanzil, 2013).
• Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax)
Masa inkubasi antara 1-5 hari ditandai dengan adanya papula pada
inokulasi, rasa gatal tanpa disertai rasa sakit, yang dalam waktu 2-3 hari
membesar menjadi vesikel berisi cairan kemerahan, kemudian
haemoragik dan menjadi jaringan nekrotik berbentuk ulsera yang ditutupi
kerak berwarna hitam, kering yang disebut Eschar (patognomonik).
• Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthax)
timbulnya rasa sakit perut hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan,
demam, konstipasi, gastroenteritis akut yang kadang-kadang disertai
darah, hematemesis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran
kelenjar limfe daerah inguinal (lipat paha), perut membesar dan keras,
kemudian berkembang menjadi ascites dan oedem scrotum serta sering
dijumpai pendarahan gastrointestinal..
• Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax)
Masa inkubasi : 1-5 hari (biasanya 3-4 hari). Gejala klinis antraks
paru-paru sesuai dengan tanda-tanda bronchitis.Dalam waktu 2-4 hari
gejala semakin berkembang dengan gangguan respirasi berat, demam,
sianosis, dispneu, stridor, keringat berlebihan, detak jantung meningkat,
nadi lemah dan cepat.Kematian biasanya terjadi 2-3 hari setelah gejala
klinis timbul.
• Antraks Meningitis (Meningitis Anthrax)
Terjadi karena komplikasi bentuk antraks yang lain, dimulai dengan
adanya lesi primer yang berkembang menjadi meningitis hemoragik
dan kematian dapat terjadi antara 1-6 hari. Gambaran klinisnya mirip
dengan meningitis purulenta akut yaitu demam, nyeri kepala hebat,
kejang-kejang umum, penurunan kesadaran dan kaku kuduk
Pengobatan
• Antibiotik : Penicilin, doxycycline, ciprofloxacin
• Vaksinasi (pencegahan)
Pencegahan
Untuk memutus rantai penularan, bangkai ternak tersangka anthrax
dan semua material yang diduga tercemar misalnya karena pernah
bersinggungan dengan hewan penderita harus dimusnahkan dengan cara
dibakar atau dikubur dalam - dalam serta bagian atas dari lubang kubur
dilapisi batu kapur secukupnya. Area penguburan hendaknya diberi tanda
supaya semua pengembalaan hewan di area sekitar menjauhi lokasi
penguburan.
(Natalia dan Adji, 2008).
Refference :
Natalia, L. dan Adji, R.S. (2008). Identifikasi cepat bacillus anthracis
dengan direct fluorescent antibody assay yang menggunakan
komponen dinding sel dan kapsul. JITV. 13 (2) : 142
Sanam, M.U.E., Asmara,, A.E.T., Wibowo, M.H. dan Adji, R.S. (2015).
Evaluasi status virulensi W., Wahyuniisolat bacillus antracis asal nusa
tenggara dan papua menggunakan metode polymerase chain reaction
multiplek. Jurnal Kedokteran Hewan. 9 (2) : 89
Tanzil, K. (2013). Aspek bakteriologi penyakit antraks. Jurnal Ilmiah
WIDYA Kesehatan Dan Lingkungan. 1 (1) : 3

Anda mungkin juga menyukai