Oleh:
DAFTAR PEMBIMBING
1. dr. Meldy Muzada Elfa, Sp. PD
ii
RINGKASAN
Penyakit ini sering ditemukan di negara berkembang dengan iklim tropis dan
subtropis.1
terjadi pada 90% penderita yang terinfeksi dan Penderita dengan tanpa gejala
inilah yang berpotensi sebagai sumber penularan dari manusia ke manusia karena
dapat bermanfaat apabila metode yang dipakai dapat mendeteksi jumlah penderita
lainnya, amebiasis juga dapat menjalar diluar intestinal melalui aliran darah
yang buruk, selain itu penyakit ini banyak ditemukan pada golongan masyarakat
iii
ekonomi rendah, kekurangan gizi, daerah penduduk yang padat dan lingkungan
dan antigen ELISA dan PCR. Setiap metode memiliki kelebihan dan
kekurangannya antara lain ELISA dan PCR biayanya mahal serta harus memiliki
lainnya, namun harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan
tinja akan tersedimentasi dan kista akan mengendap sehingga kemungkinan untuk
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
DAFTAR PEMBIMBING...................................................................... ii
RINGKASAN......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................... vi
I. IDENTITAS PASIEN................................................................. 1
II. ANAMNESIS.............................................................................. 1
V. RESUME..................................................................................... 6
ANALISIS............................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 42
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Komposisi Keluarga.................................................................... 9
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2. Genogram................................................................................ 9
3. Denah rumah........................................................................... 13
6. Segitiga epidemiologi.............................................................. 33
vii
STATUS KESEHATAN INDIVIDU
I. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Ny. M
Usia : 49 tahun
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Pasien mengeluhkan BAB cair sejak 5 hari SMRS. BAB sebanyak 6-7
kali dalam sehari dengan konsistensi cair, volume sedikit-sedikit, dan disertai
lendir dan berwarna kuning kemerahan, bau amis (-), darah (-). Keluhan disertai
dengan nyeri perut sejak 5 hari SMRS. Nyeri perut muncul mendadak dan
dirasakan hilang timbul, timbul saat pasien ingin BAB. Pasien juga merasakan
mual sejak 5 hari SMRS tanpa disertai adanya muntah. Keluhan demam
bungkus yang dibeli dipinggir jalan. Pasien jarang mencuci tangan dengan sabun.
Pasien juga jarang mengkonsumsi buah dan sayur. Pasien belum ada meminum
1
obat apapun untuk mengatasi keluhannya. Keluhan mengganggu aktivitas sehari-
hari.
Pasien juga ada mengeluhkan nyeri pinggang sejak 3 bulan SMRS. Nyeri
pinggang muncul perlahan dan hilang timbul. Nyeri pada pinggang kanan dan
kiri, nyeri bertambah bila pasien mengedan atau saat berdiri. Pasien sempat
nyeri. Nyeri saat berkemih (-), kencing berwarna merah (-). Pasien belum ada
Pasien terdiagnosis CKD stadium V sejak 10 tahun SMRS, dan rutin minum
obat dan cuci darah di RSUD Ulin sebanyak 2x dalam seminggu, setiap hari
Selasa dan Jumat. Awalnya pasien mengeluhkan kedua kaki bengkak dan sesak
nafas, kemudian dibawa berobat ke IGD RSUD Ulin. Pada saat itu pasien
berobat per poli serta rutin cuci darah. Sebelumnya pasien tidak pernah
Bhayangkara dan sempat dilakukan laser pada mata kanan, namun karena
menjadi buram hingga tidak dapat melihat lagi di kedua mata. Pasien masih bisa
2
buang air dan mandi sendiri dengan berjalan menggunakan tali menuju kamar
kecil di rumahnya.
pasien disangkal.
Riwayat Sosial :
Riwayat Nutrisi : Pasien sekarang makan dua sampai tiga kali sehari
1. Pemeriksaan Umum
3
Kesadaran : Komposmentis, GCS ExV5M6
Berat Badan : 48 kg
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,9oC
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata : Sklera ikterik (-), konjungtiva pucat (+), mata cekung (-), pupil
pendengaran (-/-)
Leher
4
Kelenjar Getah Bening Submandibula, Leher, Supraklavikula, Ketiak dan Paha
Thorax
Paru
nyeri tekan dan nyeri lepas, fremitus vokal dan taktil simetris
Jantung
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni regular, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen
5
Palpasi : Nyeri tekan pada regio hipokondrium dekstra dan lumbal
Ekstremitas : Akral hangat, turgor cepat kembali, CRT <2 detik, edema (-/-),
V. RESUME
Pasien mengeluhkan BAB cair sejak 5 hari SMRS. BAB sebanyak 6-7
kali dalam sehari dengan konsistensi cair, volume yang sedikit-sedikit, dan
disertai lendir dan berwarna kuning kemerahan, bau amis(-), darah (-). Keluhan
disertai dengan nyeri perut sejak 5 hari SMRS. Nyeri perut muncul mendadak dan
dirasakan hilang timbul, timbul saat pasien ingin BAB. Pasien juga merasakan
mual sejak 5 hari SMRS tanpa disertai adanya muntah. Keluhan demam
6
bungkus yang dibeli dipinggir jalan. Pasien jarang mencuci tangan dengan sabun.
Pasien juga jarang mengkonsumsi buah dan sayur. Pasien belum ada meminum
hari.
Pasien juga ada mengeluhkan nyeri pinggang sejak 3 bulan SMRS. Nyeri
pinggang muncul perlahan dan hilang timbul. Nyeri pada pinggang kanan dan
kiri, nyeri bertambah bila pasien mengedan atau saat berdiri. Pasien sempat
nyeri. Nyeri saat berkemih(-), kencing berwarna merah(-). Pasien belum ada
10 tahun SMRS, rutin meminum obat dan cuci darah 2x dalam seminggu setiap
hari Selasa dan Jumat. Pasien juga telah mengalami kebutaan di kedua matanya
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital TD: 130/70 mmHg, Nadi:
didapatkan normosefali, kedua pupil isokor, refleks cahaya tidak ada, proyeksi
iluminasi negatif. Konjungtiva pucat, tidak didapatkan mata cekung, sklera pasien
tidak tampak ikterik. Turgor kulit pasien cepat kembali dan mukosa bibir lembab.
Pemeriksaan leher dan cor tidak didapatkan adanya kelainan. Pada pemeriksaan
toraks terlihat gerak dada simetris. Pada perkusi dada ditemukan sonor diseluruh
lapang paru. Bunyi pernapasan tidak adanya rhonki di kedua lapang paru. Pada
7
normal, hepar dan lien tidak teraba. Terdapat nyeri tekan abdomen pada regio
hipokondrium dekstra dan lumbal dekstra, tidak ada nyeri tekan lepas. Pada
darah lengkap, faeces lengkap, foto lumbosakral. Pada pemeriksaan darah lengkap
ringan (Na = 132 Meq/L), dan adanya peningkatan faal ginjal (LFG = 4,70
VTh XII.
Tahun 2010 :
Pasien mengeluhkan bengkak
di kedua kaki dan sesak nafas
Pasien terdiagnosis hipertensi
dengan CKD stadium V Maret 2021:
Pasien rutin meminum obat Pasien mengeluhkan
dan cuci darah nyeri pinggang kanan
dan kiri. Ada riwayat
jatuh terpeleset
1 Juni 2021:
Pasien mengeluhkan BAB
Tahun 2014:
cair 6-7x/hari
Pasien mengalami
Pasien mengeluhkan nyeri
kebutaan di kedua
perut dan mual
matanya
Riwayat makan makanan
dari pinggir jalan
8
9
STATUS KESEHATAN KELUARGA
A. KOMPOSISI KELUARGA
Hubungan
N Tingkat
Nama dengan Usia L/P Pekerjaan Agama Ket
o Pendidikan
KK
Kepala
1. Ramli 67 th L SD Pedagang Islam -
Keluarga
2. Masriah Istri 49 th P SD IRT Islam Pasien
Andre
SLTA / Belum
3. Wahyud Anak 21 th L Islam -
Sederajat bekerja
i
Gambar 2. Genogram
Keterangan :
10
Data Ekonomi
() >Rp3.000.000,-
(X) Ya ( ) Tidak
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, suami bekerja sebagai pedagang dengan
SUBUR)
TAHUN)
11
Sempat bekerja sebagai pelayan di Mall, kemudian berhenti bekerja untuk
( )Pernah (X)Tidak
gerobak
K. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
( ) Ya (X) Tidak
L. PERUMAHAN
12
2. Tipe rumah: ( )Permanen (X)Semi permanen ( )Tidak permanen
( )Gelap
dihubungkan oleh satu teras. Setiap bedakan tidak memiliki kamar, namun
ada dapur dan kamar mandi. Dapurnya memiliki ukuran 2x1 m (2m2). Kamar
pada rumah tersebut, yakni di bagian depan rumah disebelah pintu masuk,
angin yang berada di ruang utama, yang membantu aliran udara di rumah
pasien.
13
Pintu
DAPUR
WC
RUANGAN UTAMA
Jendela
TERAS
M. SUMBER AIR
1. Sumber air untuk masak dan minum: ( ) PAM (X) Sumur (X ) Air mineral
4. Jarak sumber air dengan septic tank: (X) <10 meter ( )10 meter
berasa/berwarna
N. PEMBUANGAN SAMPAH
14
1. Dimana keluarga membuang sampah?
O. PEMBUANGAN LIMBAH
P. KANDANG TERNAK
Q. PELAYANAN KESEHATAN
pengobatan
(X) Jamu
15
5. Sarana transportasi ke pelayanan kesehatan keluarga: ( ) Jalan kaki ( ) Ojek ( )
>5km
16
ANALISIS
1. Amebiasis
1.1 Definisi
dengan atau tanpa manifestasi klinik, dan disebut juga sebagai penyakit bawaan
Amoeba. Penyebaran penyakit ini lebih banyak dijumpai di daerah tropis dan
pelayanan umum seperti penjara, rumah sosial, dan rumah sakit jiwa. 1 Sumber
infeksi terutama carrier yakni penderita amebiasis tanpa gejala klinis yang dapat
bertahan lama mengeluarkan kista dalam jumlah ratusan ribu per hari. Kista-kista
tersebut mampu bertahan lama diluar tubuh, serta dapat menginfeksi manusia
melalui saluran air yang buruk. Aliran air yang melalui tumbuhan seperti sayuran
mengonsumsinya.5,6
1.2 Epidemiologi
terutama di negara dengan iklim tropis yang mempunyai kondisi lingkungan yang
buruk, sanitasi perorangan yang jelek, dan hidup dalam kemiskinan. Infeksi
E.histolytica dapat mencapai 50 juta kasus di seluruh dunia, dengan kematian 70-
17
100 ribu per tahun. Disentri amuba disebabkan oleh invasi pada mukosa usus
yang terjadi kira-kira 1-17% dari subyek yang terinfeksi. Penyebaran parasit ke
organ lain seperti hati terjadi pada sebagian kecil individu dan pada anak lebih
Amerika Latin, India dan Asia Tenggara, amebiasis juga terjadi di Amerika
Serikat dengan prevalens 1-4% dan terutama terjadi pada anak dengan retardasi
bepergian dari daerah endemik. Manusia merupakan pejamu alami (natural host)
anjing, kucing, babi dan ikan. Infeksi disebarkan melalui kontaminasi makanan
dan minuman, juga dapat melalui kontak langsung dengan feses yang terinfeksi.7
1.3 Etiologi
Entamoeba histolytica1
Kingdom : Protozoa
Filum : Protozoa
Ordo : Amoebida
Famili : Entamoebidae
Genus : Entamoeba
18
penjelasan lebih lanjut mengenai patologi klinis, morfologi, diagnosis serta daur
hidup E. histolityca:
a. Patologi klinis
penyakit dalam kurun waktu lebih dari satu tahun. Penyakit tersebut harus
diobati agar tidak menular kepada lingkungan sekitar. Diare akan didahului
dengan kontak antara stadium trofozoit E. histolytica dan sel epitel kolon,
dihubungkan dengan protein. Sel epitel usus yang berikatan dengan trofozoit
akan berikatan tidak bergerak dalam waktu beberapa menit yang kemudian
akan menghilang. Invensi ameba berlanjut menuju jaringan ekstra sel melalui
submukosa dan membuat kerusakan yang lebih luas pada mukosa usus,
akibatnya terjadi luka yang disebut ulkus ameba. Bentuk klinis amebiasis yang
abses hati.
19
2. Morfologi Entamoeba histolytica memiliki tiga stadium yaitu: Bentuk
homogen terdapat di bagian tepi sel, dan dapat dilihat secara nyata.
Pseudopodium yang dibentuk dari ektoplasma, besar dan lebih seperti daun,
mengandung sel darah merah. Bentuk kista ini patogen dan dapat hidup di
jaringan usus besar, hati, paru, otak, kulit dan vagina. Bentuk ini berkembang
biak secara belah pasang di jaringan dan dapat merusak jaringan tersebut
sesuai dengan nama spesiesnya. Bentuk minuta adalah bentuk pokok, dengan
besaran sepuluh sampai dua puluh mikron. Inti entameba terdapat pada
belah pasang dan hidup sebagai komensal di rongga usus besar, tetapi dapat
usus besar, ukurannya sepuluh sampai dua puluh mikron, berbentuk bulat
lonjong, mempunyai dinding kista dan ada inti entamoeba. Pada tinja bentuk
ini biasnya berinti satu atau dua, ada pula yang berinti dua. Di dalam inti
20
terdapat benda kromatid yang cukup besar menyerupai lisong, dan terdapat
cadangan makanan, karena itu terdapat pada kista muda. Namun demikian
kista matang tidak ada vakuola glikogen dan kromatid. Bentuk kista tidak
hidup sebagai bentuk minuta di rongga usus besar manusia, berkembang biak
menjadi bentuk kista. Kista dikeluarkan bersama tinja. Bentuk kista dapat
1. Sanitasi Lingkungan
Umumnya mereka hidup dari bertani dalam lingkungan flora dan fauna serta iklim
lantai rumah, menjaga kebersihan rumah, dan air yang digunakan dalam
2. Higiene Perorangan
kebersihan perorangan antara lain adalah: mencuci tangan dengan bersih sesudah
21
mencuci anus dan sebelum makan, memakai alas kaki, memotong kuku, kebiasaan
mandi, serta ganti pakaian. Kebersihan meliputi memasak air minum sampai
sebelum dimakan, buang air besar dijamban, tidak menggunakan tinja untuk
1.5. Patogenesis
sebagai host definitifnya. Infeksi dari protozoa ini terjadi secara peroral, karena
tertelanya kista yang masak, baik dari makanan, air, maupun tangan yang
tercemar. Kista tersebut tahan terhadap suasana asam pada lambung dan dapat
tipe kalsium-independen yang aktif pada suasana asam. Enzim ini akan
reaksi antara karbon dioksida dengan air yang akan menghasilkan asam
Entamoeba histolytica akan melewati usus halus yang memiliki suasana basa,
22
langsung menuju usus besar. Di usus besar, amoeba-amoeba ini akan
Sebagian besar dari amoeba ini akan terbawa keluar dari tubuh saat
terjadi defekasi, namun ada beberapa amoeba yang tetap berada dalam usus
untuk merusak lapisan mucin kolon, mendegradasi IgA dan IgG dengan cara
(IL-1β dan IL-18), destruksi sel darah merah, dan menghindari fagosit dari
mempunyai bentuk khusus, yaitu flask / bottle-neck lesion. Lesi ini terlihat
kecil bila dilihat dari permukaan, namun di bagian dasarnya melebar (botol
berleher sempit). Darah yang keluar dari jaringan rusak tersebut akan difagosit
1.6. Diagnosis
pemeriksaan yang sistematik dan cermat. Kepada pasien perlu ditanyakan riwayat
penyakit, latar belakang dan lingkungan pasien, riwayat pemakaian obat terutama
Pada Sebagian besar orang yang terinfeksi, E. histolytica hidup sebagai organisme
23
komensal di dalam usus besar dan tidak menimbulkan gejala. Bentuk klinis yang
dikenal ada dua, yaitu amebiasis intestinal (akut dan kronis) dan amebiasis ekstra
intestinal.10
2. Infeksi terjadi secara perlahan, nyeri dan rasa tidak enak pada bagian
3. Seringnya keinginan untuk buang air besar. Diare yang terjadi disertai darah
dan lendir dan dapat terjadi sampai 10 kali/hari. Kombinasi adanya darah
dalam tinja, nyeri perut dan seringnya keinginan buang air besar merupakan
demam tinggi.
bercak berdarah, kehilangan berat badan dan nyeri pada bagian abdomen yang
samar-samar. 10
Pemeriksaan fisik yang paling sering ditemukan pada abses hepar saat palpasi
adalah nyeri tekan pada kuadran kanan atas, dan disertai dengan demam .11
24
Amebiasis ekstraintestinal dapat juga dijumpai di penis, vulva, perineum, kulit
dekat hati, kulit dekat kolon atau di tempat lain yang berupa ulkus dengan bagian
tepi yang tegas, sakit dan mudah berdarah, meskipun jarang juga dapat ditemukan
dalam feses atau trofozoit di dalam pus hasil aspirasi atau dalam spesimen
feses 3-6 kali untuk menemukan trofozoit atau kista. Pemeriksaan trofozoit
sebaiknya dilakukan maksimum dalam 1 jam sejak feses diambil, bila tidak
kadangkadang tidak ditemukan dalam feses. Leukosit dan makrofag yang telah
diperiksa sering negatif terhadap adanya trofozoit dan kista. diagnosis yang pasti
adalah dengan melakukan aspirasi jarum rongga abses yang akan menemukan
trofozoit. 10
Pasien dengan diare berat, demam, nyeri abdomen, atau kehilangan cairan
harus diperiksa kimia darah, natrium, kalium, klorida, ureum, kreatinin, analisa
25
gas darah dan pemeriksaan darah lengkap. Biasanya didapatkan peningkatan
kolonoskopi dan lainnya biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut
infeksi.9
memberikan antimikroba yang sesuai dengan etiologi, terapi suportif atau fluid
replacement dengan intake cairan yang cukup atau dengan Oral Rehidration
Solution (ORS) yang dikenal sebagai oralit, dan tidak jarang pula diperlukan obat
antibiotik yang dapat digunakan untuk pengobatan amebiasis pada orang dewasa
adalah 9,11
hari.
26
metronidazole. Pembedahan kadang kadang diperlukan untuk menangani
1.8. Komplikasi
terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Kehilangan elektrolit melalui feses
terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul Tubular Nekrosis Akut
pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga
terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat sehingga tidak tercapai
gastrointestinal, empyema.11
1.9. Prognosis
sampai jatuh ke dehidrasi sedang. Kalau pasien dalam keadaan dehidrasi sedang,
jangan sampai jatuh ke dehidrasi berat. Dan selanjutnya pasien dengan dehidrasi
berat harus cepat didiagnosis dan dilakukan rehidrasi yang adekuat agar tidak
27
adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi antimicrobial sesuai indikasi,
prognosis diare akut infeksius hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan
mortalitas yang minimal.9 Namun infeksi amubiasis dapat menjadi lebih berat
pada kelompok seperti, wanita hamil, wanita pasca melahirkan, neonates, individu
dengan keganasan.11
kurang dari 1%. Namun, abses hati amuba dapat diperumit oleh ruptur
kematian. Perikarditis amuba dan amebiasis paru memiliki angka kematian yang
1.10. Pencegahan
utama pencegahan disentri amuba. Selain itu faktor perilaku dari individu dalam
menjalani pola hidup bersih dan sehat merupakan hal penting dalam menghindari
manusia. Ada dua aspek utama pencegahan yaitu dari aspek higiene perorangan
dan sanitasi lingkungan. Higiene perorangan lebi terfokus dalam hal perilaku
sumber infeksi.10
28
Pencegahan terhadap aspek higiene perorangan adalah: 10
Mencuci tangan dengan sabun setelah keluar dari kamar kecil dan sebelum
menjamah makanan.
Mengkonsumsi air minum yang sudah dimasak (mendidih). Jika minum air
yang tidak dimasak, dalam hal ini air minum kemasan hendaknya
diperhatikan tutup botol atau gelas yang masih tertutup rapi dan tersegel
dengan baik.
Tidak memakan sayuran, ikan dan daging mentah atau setengah matang.
Selalu menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan secara teratur dan
menggunting kuku.
Mencuci alat makan (piring, sendok, garpu) dan alat minum (gelas, cangkir)
menggunakan kain lap, hendaknya menggunakan kain lap yang bersih dan
kering.
29
minimal 6 bulan sekali dilakukan pemeriksaan tinja.
Membuang kotoran, air kotor dan sampah organik secara baik dengan tidak
sakit pada bagian abdomen dan kondisi tinja encer, berlendir dan terdapat
darah. Sebelum berobat atau minum obat, minum cairan elektrolit guna
kotoran manusia yang memenuhi syarat adalah tinja yang dibuang terisolir
dengan baik sehingga tidak dihinggapi serangga (lalat, kecoak, lipas), tidak
Menggunakan air minum dari sumber air bersih yang sanitair (air ledeng,
2. Segitiga Epidemiologi
berkembang dari rantai sebab akibat menuju suatu proses kejadian penyakit yaitu
30
proses interaksi antara manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya (biologis,
komponen tersebut. Model ini lebih dikenal dengan model triangle epidemiologi
atau triad epidemiologi dan cocok untuk menerangkan penyebab penyakit infeksi
sebab peran agent (yakni mikroba) mudah diisolasikan dengan jelas dari
lingkungan.14,15
31
Gambar 5. Jenis segitiga epidemiologi
Environment (AHE). Segitiga epidemiologi ini sangat umum digunakan oleh para
2.1 Agent
Agent dapat berasal dari berbagai unsur seperti unsur biologis yang
metazoa, dll), unsur nutrisi karena bahan makanan yang tidak memenuhi standar
gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang disebabkan karena bahan dari luar tubuh
pestisida, dll), unsur fisika yang disebabkan oleh panas, benturan, dll, serta unsur
psikis atau genetik yang terkait dengan heriditer atau keturunan. Demikian juga
dengan unsur kebiasaan hidup (rokok, alkohol, dll), perubahan hormonal dan
unsur fisiologis seperti kehamilan, persalinan, dll. Pada kasus kali ini, agen
2.2 Host
32
Host atau penjamu adalah keadaan manusia yang sedemikan rupa sehingga
menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Faktor ini di sebabkan oleh
faktor intrinsik. Faktor penjamu yang biasanya menjadi faktor timbulnya suatu
a. Keadaan imunitas dan respons imunitas. Pada laporan kasus kali ini, pasien
merupakan penderita gagal ginjal kronik stadium 5 dan rutin cuci darah 2
imunitas selular.
Kebiasaan makan pasien kurang higienis yang dapat dilihat dari riwayat
Pola diet yang kurang sehat dimana pasien jarang mengkonsumsi buah dan
sayur.
Aktivitas fisik pasien yang kurang, pasien hanya beraktifitas di rumah saja.
2.3 Environment
penyakit, hal ini karena faktor ini datangnya dari luar atau bisa disebut dengan
b. Lingkungan Fisik
33
Pada kasus ini, sumber air minum pasien berupa sumur berjarak < 10 m
dari septik tank, dengan kondisi tempat penampungan yang masih terbuka, serta
tempat pembuangan sampah masyarakat yang berjarak < 5 m dari rumah pasien
amebiasis.
Berdasarkan faktor agent, host dan environment yang ada pada kasus ini,
host.14,15
Agent
Host
Environment
sistem bereaksi terhadap stresor yang bertujuan untuk mencegah onset suatu
penyakit atau cedera selama masa pra patogenesis.15 Pencegahan primer pada
kasus ini dapat berupa; kepada pasien dan keluarga pasien, dapat dilakukan
34
edukasi mengenai aspek higiene perorangan seperti mencuci tangan dengan sabun
setelah keluar dari kamar kecil dan sebelum menjamah makanan, mengkonsumsi
air yang sudah dimasak mendidih, tidak memakan sayuran, ikan, daging mentah
atau setengah matang dan lainnya. Selain itu dapat dilakukan edukasi ataupun
sanitasi air bersih dan lainnya yang sudah dijelaskan di BAB sebelumnya.
proses telah berlangsung, namun belum timbul tanda atau gejala sakit dengan
dilakukan pada kasus ini adalah segera berobat ke petugas kesehatan jika
frekuensi buang air meningkat, sakit pada bagian abdomen dan kondisi tinja
encer, berlendir dan terdapat darah. Sebelum berobat atau minum obat, minum
status sehat.16 Pada kasus ini dapat dilakukan pencegahan tersier berupa, edukasi
dan konseling mengenai pencegahan terhadap infeksi amebiasis seperti tidak jajan
35
DIAGNOSTIK HOLISTIK KOMPREHENSIF
1. Aspek Personal
pertolongan dokter.
2. Aspek Klinik
Diagnosis banding:
- Disentri basiler
- Kolitis ulseratif
a. Pasien merupakan penderita gagal ginjal kronik stadium 5 dan rutin cuci
darah 2 minggu sekali, hal ini dapat berpengaruh terhadap respon imunitas
b. Kebiasaan makan pasien yang kurang higienis dimana pasien sering tidak
36
d. Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayur
e. Aktivitas fisik pasien yang kurang, pasien hanya beraktifitas di rumah saja
berjarak <10 m dari septik tank, dengan kondisi tempat penampungan yang
c. Sosial ekonomi: biaya hidup pasien ditanggung oleh suami pasien yang
- Body function (Fungsi tubuh): pasien mengeluhkan BAB cair sejak 5 hari
SMRS. BAB sebanyak 6-7 kali dalam sehari dengan konsistensi cair dan
Keluhan disertai dengan nyeri perut yang timbul saat pasien ingin BAB.
- Activity and participation: pasien tidak melakukan aktivitas kerja dan hanya
37
- Environmental factors:
bedakan tidak memiliki kamar, namun ada dapur dan kamar mandi.
Terdapat 1 buah saja jendela pada rumah tersebut yang dapat dibuka,
pasien terdapat 1 buah kipas angin yang berada di ruang utama, yang
menjemur pakaian.
38
INTERVENSI HOLISTIK KOMPREHENSIF
2. Diagnosa Klinis
2. Memberikan edukasi
- Cara mencuci tangan yang baik
- Konsumsi makanan yang bersih terutama
makanan hasil buatan rumah
- Konsumsi buah dan sayur.
3. Melakukan evaluasi
39
3. Diagnosis Risiko Internal
2. Kebiasaan makan pasien Edukasi mengenai gaya hidup sehat yang bersih
yang kurang higienis dengan selalu melakukan cuci tangan sebelum
dimana pasien sering tidak dan sesudah makan.
mencuci tangan dengan
sabun.
3. Kebiasaan pasien membeli Memberikan edukasi mengenai penting nya
jajanan di pinggir jalan mengkonsumsi makanan yang terjamin
higienitas dan selama proses pengolahannya.
4. Pasien jarang Memberikan edukasi tentang pentingnya
mengkonsumsi buah dan kelengkapan nutrisi makanan.
sayur
5. Aktivitas fisik pasien yang Memberikan edukasi tentang penting
kurang, pasien hanya melakukan aktivitas fisik seperti olahraga untuk
beraktifitas di rumah saja membantu meningkatkan kebugaran.
40
masyarakat yang berjarak
< 5 m dari rumah pasien.
3. Sosial ekonomi: biaya 1. Memberikan keringanan dengan memberikan
hidup pasien ditanggung sedikit sembako dan pakaian pakaian yang
oleh suami pasien yang layak pakai agar dipergunakan oleh semua
bekerja sebagai pedagang. keluarga pasien
Penghasilan suami pasien
per bulan di bawah UMK
Banjarmasin.
5. Diagnosis Fungsional
Kondisi Kesehatan
Diare akut tanpa dehidrasi
e.c Amebiasis
gastrointestinal. Intervensi yang dapat dilakukan pada poin ini adalah memberikan
41
Menyampaikan tentang penyakit diare bahwa dapat disebabkan oleh
bakteri patogen yang berasal dari tangan manusia sendiri yang tidak mencuci
Diare dapat dipicu dari kebersihan lingkungan sekitar yang kurang baik,
Penularan dapat juga terjadi berupa transmisi dari manusia ke masnusia melalui
udara (droplet infection) misalnya rotavirus atau dari bahan muntahan penderita.
pasien dengan mengkonsumsi makanan dengan nutrisi yang seimbang dan rajin
melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang cukup. Memasak makanan dengan
baik sebelum dimakan, dan memasak air minum dengan benar sebelum diminum
minuman. Selain itu kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dapat mengurangi
risiko terjangkit penyakit diare. Tangan dapat berisi berbagai jenis bakteri yang
dapat menyebabkan penyakit, apabila tidak dicuci dengan benar, bakteri tersebut
dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang kita pegang saat
lingkungan, termasuk kebersihan alat makan, ruang kerja dan kamar mandi.
42
DAFTAR PUSTAKA
2. Reed SL. Amebiasis and infection with free living amebiasis. In: Kasper DL,
Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editoras.
Harrison's Principles of Internal Medicine 16th ed. New York: McGraw-Hill
Companies Inc; 2017;194:1214-6.
6. Reed SL. Amebiasis and infection with free living amebiasis. In: Kasper DL,
Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, editoras.
Harrison's Principles of Internal Medicine 16th ed. New York: McGraw-Hill
Companies Inc; 2005;194:1214-6
11. Zulfiqar H, Mathew G, Horrall S. Amebiasis. [Updated 2021 Mar 14]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519535/
43
12. Amebiasis. Buku Ajar Infeksi dan Peny. Tropis, Sumarmo, Garna H,
Hadinegoro SR, penyunting. Edisi pertama. UKK PP IDAI, Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2003.
13. Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and practices of pediatrics
infectious diseases. Edisi ke-2. Philadelphia: Churchill Livingstone, 2003
44