Oleh :
Apidha Kartinasari NIM 1830912320122
Rahmatulloh Pujo Widodo NIM 1830912310032
Pembimbing :
dr. Setyo Teguh Waluyo, Sp.OG
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 40
BAB V PENUTUP......................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 45
ii
BAB I
PENDAHULUAN
mioma uteri yang insidensinya terus mengalami peningkatan. Mioma uteri adalah
tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan ikat
fibroid dan kolagen. Beberapa istilah untuk mioma uteri antara lain fibromioma,
Mioma uteri atau leiomyoma adalah tumor jinak pada otot polos rahim dan
katan rahim. Kasus mioma uteri terdeteksi pada hampir 25% hingga 80% populasi
wanita di seluruh dunia, namun masih banyak diantaranya yang tidak diberikan tat
alaksana apapun. Mioma uteri merupakan kasus tumor jinak ginekologi yang pali
ng banyak ditemui.3
Mioma uteri belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarche dan sete
lah menopause, hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh, sebagian besar d
oma uteri sekitar 20%-30% dari seluruh wanita. Studi prevalensi yang dilakukan d
i delapan negara pada tahun 2009 melaporkan kejadian mioma uteri sebanyak 4,5
% pada wanita Inggris, 4,6% Perancis, 5,5% Kanada, 6,9% Amerika Serikat, 7%
Brazil, 8% Jerman, 9% Korea, dan 9,8% di Italia. Prevalensi mioma uteri mengala
oma uteri didiagnosis pada rentang usia 33,5 hingga 36,1 tahun.4-7
1
Mioma uteri merupakan tumor jinak terbanyak pada wanita dan merupakan
0.000 histerektomi yang dilakukan di Amerika Serikat tiap tahunnya. Studi yang d
ilakukan di Amerika Serikat dengan teknik random sampling pada wanita usia 35
49 tahun menemukan bahwa 60% kasus terjadi pada usia 35 tahun dan meningkat
sebanyak 80% di usia 50 tahun pada wanita Afro-Amerika. Sedangkan pada wanit
a Kaukasian, insiden mioma uteri mencapai 40% pada usia 35 tahun dan 70% pad
a usia 50 tahun.7,8
di Italia (2004) melaporkan 73 kasus mioma uteri dari 341 wanita pada usia 30-60
tahun dengan prevalensi 21,4%. Di India (2006) terdapat 150 kasus mioma uteri,
77 kasus (51%) terjadi pada wanita usia 40-49 tahun dan 45 kasus (30%) terjadi
pada wanita umur lebih dari 50 tahun. Di Nigeria (2014) melaporkan prevalensi
mioma uteri sebanyak 44,41% pada wanita dengan usia 31-40 tahun dengan usia
urutan kedua setelah kanker serviks. Sebuah data memberikan infrmasi bahwa
mioma uteri ditemukan pada 2,39%-11,7% pada semua penderita ginekologi yang
dirawat, dan sering ditemukan pada wanita nulipara atau kurang subur daripada
wanita yang sering melahirkan. Prevalensi mioma uteri di Surabaya dan Riau
masing-masing sebanyak 10,03% dan 8,03% dari semua pasien ginekologi yang
dirawat. Jumlah yang cukup banyak ditemukan kasus mioma uteri pada suatu
daerah11,12
2
Sekitar dua per tiga kasus dari mioma uteri yang asimtomatik dan hampir
Diperkirakan hanya 20-50% mioma saja yang menimbulkan gejala klinik seperti
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa mioma uteri termasuk dal
pat wanita selama masa reproduksi aktif. Oleh karena itu, wanita usia subur dihara
erhindar dari kejadian tumor jinak ini serta penegakkan diagnosis dan penanganan
Rumusan masalah pada laporan kasus ini adalah bagaimana diagnosis dan p
Tujuan penulisan pada laporan kasus ini adalah untuk mengetahui diagnosis
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau
multipel. Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri,
atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga
2.1.2 Epidemiologi
Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20%-30% dari seluruh wanita. Stu
di prevalensi yang dilakukan di delapan negara pada tahun 2009 melaporkan kejad
ian mioma uteri sebanyak 4,5% pada wanita Inggris, 4,6% Perancis, 5,5% Kanada,
6,9% Amerika Serikat, 7% Brazil, 8% Jerman, 9% Korea, dan 9,8% di Italia. Pre
valensi mioma uteri mengalami peningkatan hingga 14,1% pada kelompok umur
40 tahun ke atas. Rata-rata mioma uteri didiagnosis pada rentang usia 33,5 hingga
Penelitian di Italia (2004) melaporkan 73 kasus mioma uteri dari 341 wanita
pada usia 30-60 tahun dengan prevalensi 21,4%. Di India (2006) terdapat 150
kasus mioma uteri, 77 kasus (51%) terjadi pada wanita usia 40-49 tahun dan 45
4
Pada negara Nigeria (2014) melaporkan prevalensi mioma uteri sebanyak
44,41% pada wanita dengan usia 31-40 tahun dengan usia rata-rata terjadi pada
wanita usia 30,5 tahun. Jumlah kejadian penyakit ini di Indonesia menempati
urutan kedua setelah kanker serviks. Mioma uteri ditemukan pada 2,39%-11,7%
pada semua penderita ginekologi yang dirawat, sering ditemukan pada wanita
Penyebab mioma uteri tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali
penanganan mioma, karena hanya tumor soliter dan tampak secara makroskopik
yang memungkinkan untuk ditangani dengan cara enukleasi. Ukuran rerata tumor
ini adalah 15 cm, tetapi cukup banyak yang melaporkan kasus mioma uteri dengan
anggapan klasik bahwa mioma adalah asimtomatik karena hal ini seringkali
meyebabkan gejala yang ditimbulkan dari organ sekitarnya (tuba, ovarium, atau
usus) menjadi terabaikan. Masalah lain terkait dengan asimtomatik mioma adalah
5
Tidak ada bukti yang kuat untuk mengatakan bahwa estrogen menjadi
hamil atau terpapar estrogen dan mengecil atau menghilang setelah menopause.
Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat, kenyal, berdinding licin, dan apabila
nulipara, menarke yang lebih awal, frekuensi menstruasi yang lebih sering,
riwayat dismenorea, riwayat keluarga dengan uterine fibroids, dan usia (terutama
usia 40 hingga 50 tahun). Adapun kondisi klinis yang dapat berisiko menjadi
2.1.4 Klasifikasi
6
Perbedaan dari tiap klasifikisai adalah pengaruhnya pada vaskularisasi dan
Mioma jenis ini dapat bertangkai panjang sehingga dapat keluar melalui ostium
lapisan serosa uterus dan dapat bertumbuh ke arah luar dan juga bertangkai.
Mioma subserosa juga dapat menjadi parasit omentum atau usus untuk
Klasifikasi terbaru yang dibuat oleh FIGO dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.18
7
2.1.5 Patofisiologi
Mioma merupakan hasil dari penggandaan satu sel otot. Etiologi yang
diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada
uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik
sisa yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen
yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal.
yaitu t(12;14)(q15;q24).19
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat
dan insulin like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk,
banyak pada mioma daripada myometrium normal dan mungkin penting pada
perkembangan mioma. Namun belum terbukti karena tumor ini tidak mengalami
8
Proliferasi sel yang terjadi pada mioma uteri cukup sederhana dan
Gejala klinik hanya terjadi pada 35"h - 50% penderita mioma. Hampir
sangat tergantung pula dari lokasi atau jenis mioma yang diderita. Berbagai
Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini terjadi
pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia
defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka
sulit untuk dikoreksi dengan suplementasi zat besi. Perdarahan pada mioma
tekanan, dan bendungan pembuluh darah di area tumor (terutama vena) atau
9
Tumor bertangkai seringkali menyebabkan trombosis vena dan nekrosis
endometrium akibat tarikan dan infeksi (vagina dan kavum uteri terhubung oleh
tangkai yang keluar dari ostium serviks). Dismenorea dapat disebabkan oleh efek
B. Nyeri
kemudian terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses
degenerasi akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau
kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kar,'um
uteri. Gejala abdomen akut dapat terjadi bila torsi berlanjut dengan terjadinya
sensasi untuk mengedan. Nyeri pinggang dapat terjadi pada penderita mioma yang
C. Efek penekanan
besar, akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih dan rektum. Bisa dikenali
melalui pemeriksaan IVP, kontras saluran cerna, rontgen, dan MRI. Abortus
10
spontan dapat disebabkan oleh efek penekanan langsung mioma terhadap kavum
uteri.17
2.1.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung pada lokasi,
arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20 – 50
apapun.
mioma uteri. Dari penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 pasien
ditemukan 44% gejala perdarahan, yang paling sering adalah jenis mioma
bagian bawah, serta nyeri pinggang. Tergantung dari lokasi dan arah pertumbuhan
mioma, maka kandung kemih, ureter dan usus dapat terganggu, dimana peneliti
terjadi sebagai akibat obstruksi mekanis dari tuba fallopi. Abortus spontan dapat
kontraksi uterus yang abnormal, dan mencegah terlepas atau tertahannya uterus
didalam panggul.20
2. Pemeriksaan fisik
Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh
11
satu atau lebih massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa
3. Temuan laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan
perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang
4. Pemeriksaan penunjang
a. Ultrasonografi
pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar paling baik
yang hipoekoik.20
b. Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika
12
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi
Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap terbatas tegas dan dapat
dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3
mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat
disimpulkan.20
2.1.8 Tatalaksana
1. Konservatif
Penderita dengan mioma yang kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar
dari kehamilan 10 – 12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada
16,21,22
tangkai, perlu diambil tindakan operasi.
2. Terapi medikamentosa
menghentikan pertumbuhan mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat
pengganti sementara dari terapi operatif. Adapun preparat yang selalu digunakan
(gossipol,amantadine).23,24
13
Analog GnRH
Penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 pasien dengan mioma uteri
volume uterus sebesar 20%, dan pada 35 wanita ditemukan pengurangan volume
Efek maksimal dari analog GnRH baru terlihat setelah 3 bulan dimana cara
dalam darah menyerupai kadar estrogen wanita usia menopause. Setiap mioma
20
pengobatan medikamentosa dengan analog GnRH adalah:
4. Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan mioma
Progesteron
14
20
progesteron bisa bersinergis dengan estrogen, tetapi mempunyai aksi antagonis.
seminggu atau 10 mg sehari selama 2 – 6 minggu, terjadi regresi dari mioma uteri.
pasian lagi diberi 200 mg tablet. Pengobatan ini tidak mempengaruhi ukuran
mioma uteri.20
hari selama 21 hari. Pada pemberian 2 mg norethindrone tiap hari selama 30 hari
mioma uteri sebelum dan sesudah terapi tidak dilakukan dan efektifitasnya
dalam pengobatan mioma uteri, hal ini belum terbukti saat ini. 20
Danazol
hasil studinya di Universitas Yale, 8 pasien mioma uteri diterapi 800 mg danazol
15
Tamaya, dan rekan-rekan tahun 1979, melaporkan reseptor androgen pada
uteri, memiliki suatu aktifitas aromatase yang tinggi dan dapat membentuk
Gestrinon
Gestrinon adalah suatu trienic 19- nonsteroid sintetik, juga dikenal sebagai
seminggu. 20
uteri. 20
Tamoksifen
16
Tamoksifen merupakan turunan trifeniletilen mempunyai khasiat estrogenik
mioma tidak berubah. Kerja tamoksifen pada mioma uteri, dimana konsentrasi
reseptor estradiol total secara signifikan lebih rendah. Hal ini terjadi karena
Goserelin
jaringan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada cukup lama. Dan
pada pemberian goserelin dapat mengurangi setengah ukuran mioma uteri dan
Pemberian goserelin 400 mikrogram 3 kali sehari semprot hidung sama efektifnya
dengan pemberian 500 mikrogram sehari sekali dengan cara injeksi subkutan. 20
disupresi selama pemberian goserelin dan pasien sedikit mengeluh efek samping
berupa keringat dingin. Pemberian dosis yang sesuai, agar dapat menstimulasi
estrogen tanpa tumbuh mioma kembali atau berulangnya peredaran abnormal sulit
17
diterima. Peneliti mengevaluasi efek pengobatan dengan formulasi depot bulanan
adalah volume mioma uteri, keluhan pasien, corak perdarahan, kandungan mineral
dengan HRT dilaporkan dapat mengurangi mioma uteri, dengan keluhan berupa
keringat dingin dan pola perdarahan spotting, bila pengobatan dihentikan. Dimana
pertama.20
Antiprostaglandin
berlebihan pada wanita dengan menoragia, dan hal ini beralasan untuk diterima
atau mungkin efektif untuk menoragia yang diinduksi oleh mioma uteri.
setiap hari untuk terapi selama 5 hari tidak memiliki efek pada menoragia yang
wanita dengan menoragia idiopatik. Studi ini didasarkan hanya penilaian secara
Gossypol
18
Meiling pada tahun 1980, melaporkan penggunaan gossypol pada 30 wanita
atrofi endometrium. 20
Perhatian utama dengan agen ini ada kemungkinan efek-efek samping. Pada uji
Amantadin
perhari ) untuk 20 hari dalam sebulan selama 6 bulan. Setelah 6 bulan pengobatan,
ditunjukkan secara tepat dengan efek samping gagal jantung kongestif, gagal
3. Terapi Bedah
19
Histerektomi
dan dapat mengikuti pedoman yang ada. Histerektomi menjadi tatalaksana paing
Miomektomi
ureter lebih rendah pada miomektomi. Terdapat risiko rekurensi apabila memilih
prosedur ini yakni sekitar 15%, dan dilaporkan sekitar 10% pasien yang menjalani
kedepan. Risiko rekurensi ini berkaitan erat dengan usia, jumlah fibroid sebelum
di operasi, penyakt penyerta, dan persalinan pasca miomektomi itu sendiri. Perlu
masa mendatang pada beberapa wanita yang memilih prosedur ini. Sehingga
20
Gambar 2.2 Algoritma manajemen mioma uteri.18
2.1.9 Komplikasi
pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain:17
• Atrofi: sesudah menopause atau sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
• Degenerasi hialin: Sering pada usia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya
menjadi homogen. Dapat semua atau sedikit saja dari padanya seolah-olah
• Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian
dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur
berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe
21
• Degenerasi membatu (calcereus degeneration): sering pada usia lanjut oleh
kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan
Terlihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen
hemosiderin dan hemofusin. Pada kehamilan muda, biasa disertai emesis, haus,
sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
1. Degenerasi ganas.
seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
22
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan
23
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny. K
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Suku : Dayak
Pendidikan : SMA
RMK : 1-11-30-04
B. Anamnesis
2021.
24
1. Keluhan utama :
April 2021 dan MRS tanggal 14 April 2021 dengan diagnosis adenomiosis uteri +
mioma uteri. Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bawah sejak ± 1 bulan
mengeluhkan nyeri perut bawah saat datang bulan. nyeri disekitar perut bawah
(-) ,riwayat keputihan (-), teraba benjolan di perut (-). Riwayat trauma,
pendarahan setelah bersenggama dan penurunan berat badan disangkal. BAB dan
BAK pasien dalam batas normal. Pasien dalam kegiatan sehari-hari masih bisa
Pasien mulai berobat di poli kandungan sejak 8 maret 2021 kira kira 2-3
kali. belum ada pengobatan rutin sebelumnya. tidak ada riwayat operasi
Pada keluarga tidak ada keluhan yang serupa. Tidak ada riwayat hipertensi,
25
3. Riwayat Haid:
Menarche usia 14 tahun. Siklus haid teratur 28 Lama haid rata-rata 7 hari.
4. Riwayat perkawinan:
Pasien menikah 3 kali. Pernikahan pertama tahun 1990 sampai dengan 2001
(suami meninggal), yang kedua tahun 2003 selama 1 bulan (cerai), dan yang
5. Riwayat obstetri:
6. Riwayat kontrasepsi:
C. Pemeriksaan Fisik
26
1. Status Generalis
Tanda vital :
Nadi : 80 kali/menit
LN : 20 kali/menit
S : 36,6 oC
Kepala/leher
27
tidak ada pembesaran atau radang pada tonsil,
Thoraks
Paru
Palpasi : fremitus vokal kedua sisi paru simetris, tidak ada nyeri
tekan.
Jantung
Perkusi : batas jantung normal, ICS IV LMK kiri dan ICS II LPS
kanan.
Abdomen
Perkusi : timpani
28
Ekstrimitas
Atas : Akral hangat pada kedua sisi, tidak ada edema, gerak
Bawah : Akral hangat pada kedua sisi, tidak ada edema, gerak
2. Status Ginekologi
Palpasi : Tidak teraba massa, ada nyeri tekan, tidak ada keluar
darah/ sekret
Vaginal Toucher :
massa
D. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
29
(23/03/2021)
HITUNG JENIS
Basofil% 0.2 0.0-1.0 %
Eosinofil% 0.9 1.0-3.0 %
Neutrofil% 64.3 50,0 – 81,0 %
Limfosit% 27.4 20,0 – 40,0 %
Monosit% 7.2 2,0 – 8,0 %
Basofil# 0.01 <1,00 ribu/ul
Eosinofil# 0.04 <3,00 ribu/ul
Neutrofil# 2.77 2,50 – 7,00 ribu/ul
Limfosit# 1.18 1,25 - 4,00 ribu/ul
Monosit# 0.31 0.30-1.00 ribu/ul
DIABETES
Gula darah sewaktu 91 <200.00 mg/dl
HEMOSTASIS
Hasil PT 11.2 9.9-13.5 Detik
INR 1.02 -
Control Normal PT 11.4 -
Hasil APTT 33.5 22.2-37.0 Detik
Control normal APTT 26.1 -
HATI DAN PANKREAS
SGOT 15 5 – 34 U/L
SGPT 8 0 – 55 U/L
GINJAL
Ureum 24 0 – 50 mg/dl
Kreatinin 0.61 0,57 – 1,11 mg/dl
IMUNO SEROLOGI
Anti HIV (Elisa) 0.15 <1.00 S/CO
HEPATITIS
HbsAg Non reaktif Non reaktif S/CO
30
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
ELEKTROLIT
Natrium 139 136 – 145 Meq/L
Kalium 3,2 3,5 – 5,1 Meq/L
Chlorida 109 98 – 107 Meq/L
(16/04/2021) post op
HITUNG JENIS
Basofil% 0.0 0.0-1.0 %
Eosinofil% 0.0 1.0-3.0 %
Neutrofil% 85.1 50,0 – 81,0 %
Limfosit% 10.2 20,0 – 40,0 %
Monosit% 4.7 2,0 – 8,0 %
Basofil# 0.0 <1,00 ribu/ul
Eosinofil# 0.00 <3,00 ribu/ul
Neutrofil# 6.9 2,50 – 7,00 ribu/ul
Limfosit# 0.83 1,25 - 4,00 ribu/ul
Monosit# 0.38 0.30-1.00 ribu/ul
normal
Sinus tajam
31
Diafragma normal
Kesimpulan:
VU terisi
Uterus : AF uk > normal 7,8 x 4,5 x 5,27 cm, EL (+) 2.9 berbatas tidak tegas.
Tampak massa berbatas tidak tegas dengan ukuran 3.2 x 3.14 cm, dan tampak
massa hipoechoic berbatas tegas padat ukuran 3 x 2,2 cm.
Kedua Ovarium dalam batas normal
Kesan : mioma uteri dan adenomiosis
32
Kesimpulan : Irama sinus dengan frekuensi 77x/menit, normoaxis, normal
E. Diagnosis
F. Tatalaksana
- Swab diagnostik
33
1. KIE dan informed consent pro laparatomi histerektomi, pasang infus dan
doek steril.
abdomen terbuka
Vasa uterine diklem, dipotong, dijahit dengan transfix dengan PGA 2.0
PGA 2.0
34
Dibuat jahitan sudut, stump vesika dijahit dengan feston, jahitan sudut
Lapangan Operasi dijahit lapis demi lapis, pendarahan ±200 cc, operasi
35
Laporan Operasi TAH
36
G. Diagnosis Post Op
Post Operasi Total abdominal Histerektomi atas indikasi Multiple Mioma Uteri
H. Tatalaksana
- Rawat Luka
37
I. Perkembangan Perawatan Pasien
15/4/2021 16/04/2021
S) Nyeri Perut (+) Pelaksaan Operasi. Persiapan sebelum
operasi :
O) a. Cukur bulu pubis
Status Umum b. Fleet Phosposoda jam 22.00
KU : Baik WITA
GCS 456 CM A(-) I (-) C (-) D (-) c. Puasa mulai pukul 00.00 WITA
TD : 110/70 d. Fleet enema jam 05.00
HR : 80 e. Pasang DC pagi sebelum operasi
RR: 18 f. Inj. Ceftriaxone 2 gram
Temp : 36oC (antibiotic profilaksis)
Cor : S1 S2 tunggal, murmur (-), g. Sedia Darah 1 Wb dan 2 PRC
gallop (-)
Pulmo : ves +/+, rh -/-, wh -/-
Ekstremitas : udem (-/-)
Status Ginekologi
V/V : flx(-)
A)
Adenomiosis uteri + Mioma Uteri
P)
Pro laparatomi Histerektomi
38
17/4/2021 18/04/2021
S) Nyeri luka operasi (+), mual (-), S) Nyeri luka operasi (<), mual (-),
BAB (+) 1 kali
O)
O) Status Umum
Status Umum KU : Baik
KU : baik GCS 456 CM A(-) I (-) C (-) D (-)
GCS 456 CM A(-) I (-) C (-) D (-) TD : 110/70
TD : 105/86 HR : 74
HR : 80 RR: 20
RR: 18 Temp : 36,3oC
Temp : 36oC Cor : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop
Cor : S1 S2 tunggal, murmur (-), (-)
gallop (-) Pulmo : ves +/+, rh -/-, wh -/-
Pulmo : ves +/+, rh -/-, wh -/- Abdomen : Supel , BU (+)
Abdomen : Supel , BU (+) Ekstremitas : udem (-/-)
Ekstremitas : udem (-/-)
Status Ginekologi
Status Ginekologi V/V : flx(-)
V/V : flx(-)
Lab (16/04/2021)
Lab (16/04/2021) Hb : 9.4
Hb : 9.4
A)
A) Post Op TAH (H2) a/I multiple mioma
Post Op TAH (H1) a/I multiple uteri + anemia (9.4)
mioma uteri + Anemia (9.4)
P)
P) Post Op TAH
Post Op TAH
I)
I) IVFD RL; D5 2:1 /24 jam
IVFD RL; D5 2:1 /24 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam IV (H3)
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam IV (H2) Inj. Keterolac 30 mg/ 8 jam IV
Inj. Keterolac 30 mg/ 8 jam IV Inj. Asam Tranesamat 500 mg/ 8 jam
Inj. Asam Tranesamat 500 mg/ 8 jam IV
IV Inj. Furamin 1 am/8 jam IV
Inj. Furamin 1 am/8 jam IV monitoring KU, TTV dan akut
monitoring KU, TTV dan akut abdomen
abdomen Rawat Luka (19-04-2021)
Antar jaringan Ke patologi anatomi
Rawat Luka (19-04-2021)
39
19/4/2021 20/04/2021
S) Nyeri luka operasi (<), mual (-) S) Nyeri luka operasi (<), mual (-),
O) O)
Status Umum Status Umum
KU : baik KU : Baik
GCS 456 CM A(-) I (-) C (-) D (-) GCS 456 CM A(-) I (-) C (-) D (-)
TD : 120/80 TD : 112/81
HR : 98 HR : 98
RR: 18 RR: 18
Temp : 36,7oC Temp : 36,7oC
Cor : S1 S2 tunggal, murmur (-), Cor : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop
gallop (-) (-)
Pulmo : ves +/+, rh -/-, wh -/- Pulmo : ves +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen : Supel , BU (+) Abdomen : Supel , BU (+)
Ekstremitas : udem (-/-) Ekstremitas : udem (-/-)
A) A)
Post Op TAH (H4) a/I multiple Post Op TAH (H5) a/I multiple mioma
mioma uteri + Anemia (9.4) uteri + anemia (9.4)
P) P)
Post Op TAH Post Op TAH
I) I)
Aff DC Po. cefixime 2x 200 mg
Rawat Luka hari ini Po. Po. Asam Mefenamat 3x500 mg
Bila sudah BAK spontan dan luka Po. Asam traneksamat 3x500 mg
kering boleh pulang Po. SF 2x1
Po. cefixime 2x 200 mg Po. Vip Albumin 3x2
Po. Po. Asam Mefenamat 3x500 mg Pasien boleh pulang
Po. Asam traneksamat 3x500 mg
Po. SF 2x1
Po. Vip Albumin 3x2
Pasien diperbolehkan KRS pada tanggal 20 April 2021 dengan jadwal kontrol
40
BAB IV
PEMBAHASAN
diagnosis awal Adenomiosis uteri + Mioma Uteri. Pasien datang MKB pada
tanggal 14 April 2021 pukul 12.30 WITA, Pasien datang dengan keluhan nyeri
perut bawah sejak ± 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Muncul secara perlahan-
lahan. pasien biasanya mengeluhkan nyeri perut bawah saat datang bulan.
munculnya hilang timbul. Pemeriksaan fisik status generalis dan status ginekologi
ditemukan pada uterus tampak AF uk > normal 7,8 x 4,5 x 5,27 cm, EL (+) 2.9
berbatas tidak tegas, tampak massa berbatas tidak tegas dengan ukuran 3.2 x 3.14
cm, dan tampak massa hipoechoic berbatas tegas padat ukuran 3 x 2,2 cm. Pasien
ukuran 5x4 cm di corpus anterior, dan 1 buah mioma uteri subserous ukuran 2x1
Hysterectomy.
padat
kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau
multipel. Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri,
41
atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga
Pada kasus ini, pasien berumur 42 tahun yang merupakan salah satu dari
faktor risiko terjadinya mioma uteri. Faktor risiko yang dapat mencetuskan
pertumbuhan uterine fibroids seperti nulipara, menarke yang lebih awal, frekuensi
uterine fibroids, dan usia (terutama usia 40 hingga 50 tahun). Adapun kondisi
klinis yang dapat berisiko menjadi mioma uteri adalah adanya hipertensi dan
diabetes.18
penunjang . Pada pasien ditemukan gejala nyeri perut bawah yang muncul
perlahan dan hilang timbul sejak 1 bulan ini. Menurut kepustakaan, sebenarnya
penderita sangat tergantung pula dari lokasi atau jenis mioma yang diderita.
Berbagai keluhan penderita dapat berupa: Perdarahan abnormal uterus, nyeri dan
efek penekanan. Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali
apabila kemudian terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan
proses degenerasi akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau
kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum
17
uteri. . Sesuai dengan Kasus ini, setelah dilakukan Laparatomi, didapatkan
adanya mioma subserosa sehingga ini merupakan salah satu penyebab nyeri.
42
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung pada lokasi,
arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20 – 50
Dari penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 pasien ditemukan 44%
gejala perdarahan, yang paling sering adalah jenis mioma submukosa, sekitar 65
% wanita dengan mioma mengeluh dismenore, nyeri perut bagian bawah, serta
nyeri pinggang.20
melalui pemeriksaan bimanual rutin uterus. Diagnosis mioma uteri menjadi jelas
bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang licin, tetapi
sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus.
20
uterus tampak massa berbatas tidak tegas dengan ukuran 3.2 x 3.14 cm, dan tampa
k massa hipoechoic berbatas tegas padat ukuran 3 x 2,2 cm. Sesuai teori bahwa
yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar paling baik diobservasi melalui
43
uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan
Histerektomi perut total terutama diindikasikan pada wanita lanjut usia dan
jarang diindikasikan pada wanita usia subur yang lebih muda. Pada wanita yang
perut total pada wanita yang lebih muda adalah dia tidak akan bisa melahirkan
44
Algoritma manajemen mioma uteri
BAB V
PENUTUP
adenomiosis uteri + mioma uteri . Pasien datang MKB pukul 12.30 WITA pasien
datang ke Poli RSUD ulin banjarmasin dengan keluhan nyeri perut bawah sejak
kurang lebih 1 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik yatiu status generalis dan
ditemukan VU terisi , Uterus AF uk > normal 7,8 x 4,5 x 5,27 cm, EL (+) 2.9
berbatas tidak tegas, tampak massa berbatas tidak tegas dengan ukuran 3.2 x 3.14
cm, dan tampak massa hipoechoic berbatas tegas padat ukuran 3 x 2,2 cm.. Pasien
operatif yaitu post Op Total abdominal histerektomi a/I multiple mioma uteri.
Tatalaksana yang diberikan yaitu IVFD RL; D5 2:1 /24 jam, Inj. Ceftriaxone 1
45
gr/12 jam IV, Inj. Keterolac 30 mg/ 8 jam IV, Inj. Asam Traneksamat 500 mg/ 8
jam IV, Inj. Furamin 1 am/8 jam IV, monitoring KU, TTV dan akut abdomen,
antar jaringan ke patologi anatomi dan rawat luka. Pasien dijadwalkan kontrol
DAFTAR PUSTAKA
2005; 38(3).
4(1): 1-3.
46
4. Guyton AC. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC. 2007.
47
9. Pratiwi, Lilis. Hubungan usia reproduksi dengan kejadian mioma
Unsrat; 2012.
11. Lilyani, D.I. Hubungan faktor resiko dan kejadian mioma uteri di
inap RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011 [Skripsi]. Medan: FKM-
USU; 2015.
EGC, 2008.
48
14. Hillegas KB. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam:
Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. Edisi Keenan, vol. 2. Alih Bahasa
2006: 1276-1310.
16. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam
Jakarta.
49
19. Kurniaty R, Sunarsis. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
95 – 101.
50
24. Chaves, Stewart, Medical treatment of uterine fibroids. In : Marie
51