Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.

F
DENGAN TB PARU
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga

Disusun oleh :

Fanny Fauziah
Gerry Rikza Sofyandi
Novyta Yuningsih
Royani
Vindy M

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
2019
Kasus Pengkajian Keperawatan Keluarga

Di suatu daerah di kecamatan Pacet terdapat satu rumah yang berisikan 4 orang,
dengan Tn.F (47 tahun) sebagai kepala keluarga dimana pendidikan terakhirnya SMA. Ia
memiliki seorang istri yang bernama Ny.I (40 tahun) yang membuka warung kecil-kecilan di
depan rumahnya serta 2 orang anak bernama An.G (15 tahun) dan An.R (5 tahun). Keluarga
Tn.F semuanya beragama Islam. Tn.F bekerja sebagai buruh di pabrik dengan gaji
perbulannya serata UMR di kab.Cianjur. Keluarga Tn.F tinggal di RT 4/5 Desa Cipendawa
Kecamatan Pacet dengan tipe rumah permanen yang luasnya 60 m2 dengan jumlah ruangan
yang terdiri dari 3 kamar, 1 ruang tamu, 1 dapur, dan 1 gudang. Mendapatkan fasilitas air
bersih dari PDAM. Keluarga Tn.F sudah hampir 10 tahun tinggal dirumah yang sekarang ini.

Keluarga Tn.F termasuk ke dalam keluarga yang sejahtera, hidup rukun serta saling
menyayangi, serta hubungan dengan tetangga pun baik, saling tolong menolong. Tn.F dan
istrinya masing-masing menjalani peran formalnya dengan baik. Tn.F dan keluarga setiap
harinya selalu meluangkan waktu untuk berkumpul pada waktu makan malam, karena pada
saat itulah semuanya akan berkumpul ramah sambil berbincang-bincang agar kekeluargaan
tetap baik. Pada saat hari minggu atau hari-hari libur, biasanya Tn.F mengajak istri dan
anaknya untuk berolahraga pagi, dan sesekali pergi rekreasi ke tempat wisata yang diinginkan
oleh anak-anaknya.

Tn.F mempunyai riwayat penyakit TB paru dan masih menjalankan pengobatan tetapi masih
tetap bekerja karena tanggung jawabnya kepada keluarga. Biasanya Tn.F atau pun
keluarganya jika ada yang sakit pasti langsung menuju ke pelayanan kesehatan/klinik yang
tidak jauh dari rumahnya. Saat dikaji Tn.Fadil mengalami batuk-batuk dan napasnya tampak
bermasalah dengan RR 28 x/menit dan data lainnya TD 120/80 mmhg, RR 28 x/menit, HR
80 x/menit, Suhu 37.5 derajat.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian
I. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga ( KK) : Tn.F
2. Alamat : Simpang, RT 4/5 Desa Cipendawa, Kec. Pacet
3. Pekerjaan Kepala Keluarga : Buruh pabrik
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SMA
5. Komposisi keluarga dan genogram
No Nama Jenis Hub dg KK Umur Pendidikan
Kelamin
1 Tn. F Laki-laki Suami 47 thn
2 Ny. I Perempuan Istri 40 thn -
3 An. G Perempuan Anak 15 thn SMP
4 An. R Laki-laki Anak 5 thn -

Genogram :

Keterangan

: Perempuan (Ny.I & An.G)

: Laki – Laki ( An.R)

: Klien (Tn.F)

6. Tipe Keluarga : Nuclear Family (keluarga Inti)


7. Suku Bangsa : Sunda
8. Agama : Islam

9. Status sosial ekonomi keluarga:


Tn. F bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik di Cianjur dan Ny. I Ibu
Rumah Tangga yang membuka warung kecil-kecilan di rumah. Penghasilan
kelurga kurang lebih Rp. 2.000.000,- tiap bulannya. Keluarga mengganggap
kebutuhan belum bisa terpenuhi dengan penghasilan tiap bulannya untuk
kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan anak pertama serta membiayai anak
keduanya.
10. Aktifitas rekreasi keluarga:
Sesekali pergi ke tempat wisata bersama anak dan istri.

II. Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga


11. Tahap perkembangan keluarga saat ini:
Perkembangan keluarga ada di tahap 5 yaitu keluarga dengan anak remaja.
12. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:
Masih ada tugas yang belum dilakukan yaitu meningkatkan pengetahuan
umum anak, orang tua hanya mengingatkan saja untuk mengerjakan tugas tetapi
tidak mengontrol dan untuk meningkatkan pengetahuan anak orangtua tidak
mampu karena latar belakang pendidikan yang rendah.
13. Riwayat keluarga inti
Tn. F memiliki riwayat penyakit TB paru, dan Istrinya Ny. I tidak memiliki
riwayat penyakit. Anak pertamanya An.G sehat dan tidak mempunyai riwayat
penyakit berat,begitupun anak terakhirnya An.R tidak mempunyai penyakit berat.
Sakit yang diderita Tn.F muncul sejak 2 tahun lalu dan di diagnosa TB paru ,
karena kebiasaanya dalam merokok, hampir 2 bungkus rokok dalam sehari,dulu.
Tn.F mengatakan pada saat pengkajian ada sedikit sesak disertai batuk-batuk
berdahak, dan sewaktu diperiksa RR nya didapatkan 28 x/menit.
14. Riwayat keluarga sebelumnya
Dalam kelurga Tn. F Ibunya sudah meninggal karena memiliki riwayat
penyakit Paru-paru dan dalam Keluarga Ny. I Ayahnya memiliki riwayat penyakit
diabetes mellitus dan Ibu Ny. I memiliki riwayat penyakit asam urat. Kedua orang
tua Ny.I sudah meninggal.
III. Pengkajian Lingkungan
15. Karakteristik rumah :
Tipe rumah permanen yang luasnya 60 m2 dengan jumlah ruangan yang terdiri
dari 3 kamar, 1 ruang tamu ,1 dapur,1 wc dan 1 gudang . mendapatkan fasilitas air
bersih dari PDAM. Ventilasi kurang karena keterbatan jendela.

WC

Dapur Kamar 2 Kamar I

Kamar 3

16. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Sebagian masyarakatnya merupakan warga asli, dan merupakan kalangan
menengah kebawah. Dimana banyak penduduk yang bekerja seharian sebagai
buruh pabrik dan berdagang. Tetangga ramah dan suka bergotong royong dalam
kegiatan didaerahnya,hidup rukun dengan sesama tetangga
17. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga sudah lama tinggal di lingkungan Desa Pacet, dan belum pernah
berpindah rumah. Keluarga sudah 10 tahun tinggal dirumah yang sekarang
ditempatinya.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga memiliki waktu untuk berkumpul dimana untuk mempertahankan
hubungan yang harmonis dengan anggota keluarga. Setiap malam keluarga Tn.F
selalu menyempatkan waktu untuk makan malam bersama. Ny.I sering mengikuti
pengajian yang diadakan setiap minggunya .
IV. Struktur Keluarga
19. Sistem pendukung keluarga:
Seluruh anggota keluarga saling memberikan dukungan jika terdapat masalah
dalam satu keluarganya ,jarak dengan fasilitas pelayanan kesehatan lumayan
dekat, jadi keluarga lebih mudah jika ada yang sakit, serta meminta bantuan
kepada keluarga lain/masyarakat.
20. Pola komunikasi keluarga:
Komunikasi yang digunakan adalah secara verbal dengan menggunakan
bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia. Komunikasi menggunakan komunikasi
terbuka ,dua arah dan anggota keluarga selalu menghormati orang yang sedang
berbicara dalam artian jika ada orang yang sedang berbicara maka yang lain
mendengarkan tidak boleh memotong pembicaraan tersebut. Terkadang, setelah
melakukan malam malam, biasanya ada perbincangan, mau itu anak pertamaya
bercerita tentang di sekolahnya bagaimana ataupun sebaliknya.
21. Struktur Kekuatan Keluarga:
Dalam keluarga Tn. F yang mengambil keputusan adalah Tn. F selaku
kepala rumah tangga. Akan tetapi jika ada masalah selalu dibicarakan terlebih
dahulu kepada istrinya. Serta selalu mengajarkan kepada anaknya harus
berperilaku baik, mau itu di rumah, masyarakat ataupun sekolahnya.
22. Struktur peran:
Tn. F berperan sebagai kepala keluarga,
Ny. I berperan sebagai Ibu rumah tangga. Biasanya Ny. I bekerja mengurus segala
kebutuhan suami dan kedua anaknya mulai dari memasak, mencuci dan menjaga
warung
An.G berperan sebagai anak Pertama yang berpendidikan SMP
An.R berperan sebagai anak kedua yang berusia 5 tahun.
23. Nilai atau norma keluarga:
Di dalam keluarga tidak ada nilai maupun norma yang bertentangan dengan
kesehatan. Keluarga menganggap kesehatan itu sangatlah penting
V. Fungsi Keluarga
24. Fungsi Afektif
Keluarga yang hidup rukun saling menyayangi satu sama lain antar anggota
keluarga
25. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi antar anggota keluarga ataupun dengan tetangga baik, serta
menjalankan organisasi di daerah dengan baik
26. Fungsi perawatan kesehatan
a. Kemampuan Keluarga Mengenal masalah
Tn.F atau keluarga mengetahui apa yang dimaksud dengan masalah
yang dideritanya yaitu Tb paru, tetapi belum mengetahui lebih dalamnya
mengenai penyebab, tanda dan gejala dari penyakit tersebut. Menurut Tn.F
penyakit yang diderita saat ini cukup serius, karena melihat dari riwayat
keturunan ada yang mengalami penyakit yang sama.
b. Kemampuan Keluarga Mengambil Keputusan
Keluarga belum mampu mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kesehatannya, karena belum mengetahui banyak tentang masalah
penyakit yang dialami Tn.F. biasanya jika anggota keluarga ada yang sakit,
langsung dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat/klinik.
c. Kemampuan Keluarga melakukan Perawatan Sederhana
Ketidakmampuan keluarga untuk melakukan perawatan sederhana
karena kurang mengetahuinya ,dan langung saja diserahkan ke pelayanan
kesehatan . Akhir-akhir ini Tn.F mengurangi porsi merokoknya karena
ingin sembuh dari penyakitnya.
d. Kemampuan Keluarga memodifikasi Lingkungan
Lingkungan fisik didalam keluarga Tn.F dikatakan mendekati sehat ,
tetapi di rumah Tn.F jarang sekali ventilasi udara yang dapat menyebabkan
beberapa gejala timbul pada Tn.F. Dukungan keluarga sangat baik untuk
kondisi kesehatan Tn.F.
e. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas Pelayanan kesehatan
Keluarga selalu memanfatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi
masalah kesehatan yang dialami oleh Tn.F, tetapi terkadang keluarga
mempunyai kesulitan ekonomi jika berobat ke puskesmas karena keluarga
tidak mempunyai asuransi, BPJS ataupun jamkesmas
27. Fungsi reproduksi
Tn. F memiliki 2 orang anak, dimana anak pertamanya yang bernama An.G
sudah mengalami menstruasi. Dan istrinya Ny. I belum mengalami menopause.
Tn.F maupun istri tidak menggunakan alat kontrasepsi
28. Fungsi ekonomi

Tn. F bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik di Cianjur dan Ny. I Ibu
Rumah Tangga yang membuka warung kecil-kecilan dirumah. Penghasilan
kelurga kurang lebih Rp. 2.000.000,- tiap bulannya. Keluarga mengganggap
kebutuhan belum bisa terpenuhi dengan penghasilan tiap bulannya untuk
kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan anak pertama serta membiayai anak
keduanya .

VI. Stress dan Koping Keluarga


29. Stressor jangka pendek dan panjang
Tn.F masih bingung bagimana dengan penyakitnya ,sedangkan ia masih
bekerja sebagai buruh pabrik
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Tn.F mengatakan bahwa terkadang dirinya selalu memikirkan masalahnya
sampai berlarut-larut dalam arti dia adalah orang yang sulit mengambil keputusan
dan terlalu cemas.
31. Strategi koping yang digunakan
Koping yang digunakan jika ada masalah adalah dengan cara meminta
pendapat dari istrinya.
32. Strategi adaptasi disfungsional
Dalam beradaptasi dengan masalah yang ada keluarga menggunakan adaptasi
yang positif. Karena keluarga menyadari jika menggunakan kekerasan dalam
menyelesaikan masalah tidak akan dapat menyelesaikan masalah justru akan
semakain berlarut-larut dan semakin rumit.
VII. Pemeriksaan Fisik
N Jenis Tn.F Ny.I An.G An.R
o Pemeriksaan
1 TTV
TD 120/70 120/80 110/70 100/70
RR 28 17 19 18
HR 80 75 80 80
Suhu 37.5 37.1 37.5 37.0

2 Kepala
- Rambut Bersih Bersih Bersih Bersih

- Mata simetris ,tidak simetris ,tidak simetris ,tidak simetris ,tidak


ada lesi ada lesi ada lesi ada lesi
,konjungtiva ,konjungtiva ,konjungtiva ,konjungtiva
tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
gangguan gangguan gangguan gangguan
dalam dalam dalam dalam
penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan
,jarak pandang ,jarak pandang ,jarak pandang ,jarak pandang
baik. baik. baik. baik.

- Hidung tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada


pembengkakan pembengkakan pembengkakan pembengkakan
pada lubang pada lubang pada lubang pada lubang
hidung,tidak hidung,tidak hidung,tidak hidung,tidak
ada sekret ada sekret ada sekret ada sekret
,tidak ada ,tidak ada ,tidak ada ,tidak ada
nyeri tekan , nyeri tekan , nyeri tekan , nyeri tekan ,
test penciuman test penciuman test penciuman test penciuman
baik baik baik baik
- Telinga Simetris ,tidak simetris ,tidak simetris ,tidak simetris ,tidak
ada serumen , ada serumen , ada serumen , ada serumen ,
test test test test
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
baik baik baik baik

- Mulut Bibir tampak bibir tampak bibir lembab bibir lembab


kering ,tidak kering ,tidak ,tidak ,tidak
labioschizis,tid labioschizis,tid labioschizis,tid labioschizis,tid
ak ada ak ada ak ada ak ada
kelainan pada kelainan pada kelainan pada kelainan pada
gigi ,lidah gigi ,lidah gigi ,lidah gigi ,lidah
bersih bersih bersih bersih

3 tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada


Leher pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar
tiroid,tidak ada tiroid,tidak ada tiroid,tidak ada tiroid,tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan

4 bentuk normal bentuk normal bentuk normal bentuk normal


,pergerakan ,pergerakan ,pergerakan ,pergerakan
dinding dada dinding dada dinding dada dinding dada
Dada terlihat normal ,tidak normal ,tidak normal ,tidak
cepat,tidak ada ada ada ada
pembengkakan pembengkakan pembengkakan pembengkakan
di dada ,bunyi di dada ,bunyi di dada ,bunyi di dada ,bunyi
paru pekak paru normal paru normal paru normal
,RR 28 x/menit ,RR 17 x/menit ,RR 19 x/menit ,RR 18 x/menit

5 bentuk simetris bentuk simetris bentuk simetris bentuk simetris


, tidak ada , tidak ada , tidak ada , tidak ada
benjolan dan benjolan dan benjolan dan benjolan dan
Abdomen pembengkakan pembengkakan pembengkakan pembengkakan
,tidak ada ,tidak ada ,tidak ada ,tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
pada ginjal pada ginjal pada ginjal pada ginjal

6 tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada


kelainan kelainan kelainan kelainan
bentuk pada bentuk pada bentuk pada bentuk pada
ekstremitas ekstremitas ekstremitas ekstremitas
Ekstremitas ,kulit terlihat ,kulit terlihat ,kulit terlihat ,kulit terlihat
pucat dan pucat dan pucat dan pucat dan
kering kering kering kering

VIII. Harapan Keluarga


Keluarga berharap agar semua anggota keluarga sehat selalu ,saya
sebagai kepala keluarga menjadi pacuan faktor ekonominya berharap agar,
meskipun nanti saya memang benar berhenti dari pekerjaan yang sekarang ,saya
akan mendapatkan pekerjaan yang hasilnya bisa membiayai keluarga tanpa
mengorbankan penyakit yang saya alami. Dan keluarga berharap agar bisa
melakukan penanganan terhadap gejala yang mungkin akan muncul.
B. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS
- Tn.F mengatakan Ketidakmampuan Ketidakefektifan
pada saat pengkajian Keluarga melakukan bersihan jalan napas
ada sedikit sesak Perawatan Sederhana
disertai batuk
berdahak
- Tn.F mengatakan
akhir-akhir ini
mencoba untuk
mengurangi
merokonya
- Keluarga mengatakan
selalu memanfatkan
fasilitas kesehatan
untuk mengatasi
masalah kesehatan
yang dialami oleh
Tn.F
- tn.F mengatakan
kurang mengetahui
untuk melakukan
perawatan sederhana

DO
- Tn.F terlihat batuk-
batuk
- TTV
TD : 120/70 mmhg
RR :28 x/menit
HR :80 x/menit
T: 37.5 derajat
DS
- Tn.F belum Ketidakmampuan Defisiensi pengetahuan
mengetahui lebih mengenal masalah keluarga
dalamnya mengenai
penyebab ,tanda dan
gejala dari penyakit
yang dideritanya.
- Tn.F masih bingung
bagimana dengan
penyakitnya
,sedangkan ia masih
bekerja sebagai buruh
pabrik
DO
Keluarga tampak bingung
saat ditanya.

C. Prioritas masalah

Dx : Ketidakefektifan bersihan Jalan Napas

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat Masalah: aktual
Score:
- Tidak/kurang sehat (3) 3/3 x 1 = 1 1
- Ancaman Kesehatan (2)
- Keadaan Sejahtera (1)
2 Kemungkinan Masalah Dapat diubah:
sebagian
- Mudah (2) ½x2=1 2
- Sebagian (1)
- Tidak dapat (0)
3 Potensial Masalah dapat di Cegah: Cukup
- Tinggi (3)
3/3 x 1 = 2/3 1
- Cukup (2)
- Rendah (1)
4 Menonjolnya Masalah :Tidak perlu segera
ditangani
- Segera ditangani (2) ½x1=½ 1
- Tidak perlu segera di tangani (1)
- Masalah tidak dirasakan (0)
Jumlah 9/6

Dx : Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat Masalah : Resiko
1
Score:
2/3 x 1 = 2/3
- Tidak/kurang sehat (3)
- Ancaman Kesehatan (2)
- Keadaan Sejahtera (1)

2 Kemungkinan Masalah Dapat di Ubah :


sebagian
2/2 x 2 = 2 2
- Mudah (2)
- Sebagian (1)
Tidak dapat (0)

3 Potensial Masalah dapat di Cegah:


2/3 x 1 = 2/3
- Tinggi (3)
1
- Cukup (2)
Rendah (1)

4 Menonjolnya Masalah :
2/2 x 1 = 1 1
- Segera ditangani (2)
- Tidak perlu segera di tangani (1)
Masalah tidak dirasakan (0)

Jumlah 13/3

D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Tn.F
2. Defisiensi pengetahuan keluarga
E. Rencana Asuhan Keperawatan
No Dx.Kep Tujuan Evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
Ketidakefektifan Setelah Setelah dilakukan - Latih keluarga cara
1
bersihan jalan dilakukan pertemuan selama memberikan posisi
napas pada Tn.F kunjungan 1x45 menit, ternyaman kepada pasien
rumah selama 3 diharapkan keluarga - Memberikan terapi batuk
- SOP batuk efektif
x 45 menit mampu merawat terlampir efektif
ketidakefektifan Tn.F dengan kriteria - Latih pasien dan keluarga
bersihan jalan hasil: cara meminum obat
napas teratasi. - Disiplin dengan teratur
- Psiko
minum obat - Promkes tentang diit
motor - Terlampir
- Menggunakan makanan
masker - Promkes tentang cara
- Psiko - Cara pencegahan pasien
- Diit makanan pencegahan penularan
dengan tb paru ,salah
motor
satunya yaitu dengan penyakit
menggunakan masker
.karena itu adalalah salah
- Psiko satu upaya agar yang
lain/keluarga tidak
motor
terinfeksi oleh bakteri.
- Penderita TBC harus
makan yang banyak.
Walaupun pada
umumnya penderita TBC
mengalami penurunan
nafsu makan, mual, dan
muntah karena pengaruh
obat-obatan yang
dikonsumsinya, tapi
konsumsi makanan yang
cukup juga menjadi
salah satu syarat
kesembuhan pasien
TBC. Diantarya harus
yang mengandung :
Sumber karbohidrat
(nasi,bubur),sumber
protein hewani
(ayam,daging,telur,susu)
Sumber protein
nabati,sayuran,buahbuah
an.
2 Setelah Setelah dilakukan - Lakukan penkes
Defisiensi dilakukan mengenai penyakit
pertemuan selama
pengetahuan kunjungan - Berikan pujian kepada
pada keluarga rumah selama 3 1x45 menit pasien dan keluarga
Tn.F x 45 menit
,diharapkan
pengetahuan
tentang masalah keluarga mampu
pasien
mengetahui apa itu
meningkat.
TB paru,tanda dan
gejala,penyebab,car
a pencegahan ,
dengan kriteria hasil
:
Verbal Terlampir
- Dapat
menyebutkan
definisi,tanda &
gejala,penyebab
dan cara
pencegahan TB
paru
F. Implementasi dan Evaluasi keperawatan keluarga
No Diagnosa Hari /tanggal Tindakan Evaluasi Paraf
1 Ketidakefektifan Kamis ,17 - Melatih keluarga cara S : keluarga klien mengatakan
januari 2019
bersihan jalan memberikan posisi sudah mengerti apa yang
napas pada Tn.F ternyaman kepada dijelaskan oleh perawat
pasien O : Keluarga klien bisa
- Memberikan Promkes menjelaskan kembali apa yang
tentang diit makanan telah disampaikan dan sudah
- Memberikan Promkes mengerti bagaimana cara
tentang cara pencegahan memberikan posisi aman
penularan penyakit nyaman
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
2 Defisiensi Jumat, 18 - Melakukan penkes S : keluarga klien mengatakan
pengetahuan januari 2019 mengenai penyakit sedikit kurang faham
pada keluarga - Berikan pujian kepada bagaimana cara pencegahan
Tn.F pasien dan keluarga penyakit agar tidak menular
O : Keluarga Klien terlihat
bingung
A : Masalah penkes mengenai
penyakit teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
melakukan penkes mengenai
penyakit.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Penyakit Gangguan Sistem Pernapasan: TBC

Sub Pokok Bahasan : Pencegahan dan Perawatan TBC

Sasaran : Keluarga Tn. F

Hari/Tanggal : Senin, 21 Januari 2019

Tempat : Rumah Keluarga Tn. F

Pukul : 07.30 WIB – selesai

Pemberi Materi : Fanny Fauziah

Waktu : 40 Menit

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum :

Setelah mendapatkan penyuluhan 1x40 menit Keluarga mengerti tentang pencegahan

atau perawatan TBC.

2. Tujuan Khusus :

Setelah mendapatkan penyuluhan 1x40 menit diharapkan Keluarga mampu:

a. Menjelaskan pengertian TBC


b. Menjelaskan penyebab TBC
c. Menjelaskan tanda dan gejala TBC
d. Menjeaskan akibat TBC
e. Menjelaskan cara mencegah TBC
f. Menjelaskan bahaya TBC bagi ibu dan bayi
g. Menjelaskan pengobatan TBC
B. KEGIATAN PENYULUHAN

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta

1. 5 menit Pembukaan :

07.30 – 07.35 - Memberi salam - Menjawab salam

- Memperkenalkan diri - Mendengarkan

- Menjelaskan tujuan - Memperhatikan

- Kontrak waktu - Menyetujui

2. 25 menit Inti :

07.35 – 08.00 - Menjelaskan materi - Memperhatikan

- Bertanya - Menjawab

- Menjawab - Bertanya

3. 10 menit Penutup :

08.00 – 08.10 - Merangkum materi - Memperhatikan

- Mengevaluasi - Menjawab

- Mengakhiri kegiatan - Menjawab salam


dengan mengucapkan salam

C. METODE PENYULUHAN
Ceramah dan Tanya Jawab

D. MEDIA
1. LCD, Power Point
2. Leaflet
E. MATERI (terlampir)

F. Setting Tempat

AAAAAAAAAA

F AAAAAAAAAA F

Keterangan:

P : Penyuluh

M : Moderator

F : Fasilitator

O : Observer

A : Audience

G. EVALUASI LISAN

Struktur:

1 hari sebelum penyuluhan sudah dikonsultasikan kepada dosen penguji dan sudah
dilakukan kontrak dengan mahasiswa yang bersangkut.

Proses:

- Selama penyuluhan peserta atau keluarga Tn. F berantusias mengikuti jalannya


penyuluhan.
- Semua keluarga Tn. F mengikuti penyuluhan.
Hasil:

- Peserta memahami tentang penyuluhan yang disampaikan.


- Peserta berantusias untuk bertanya.

H. REFERENSI
- Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
- Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6.Jakarta: EGC
- Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
- Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.
- Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition.New Jersey: Upper Saddle River
- Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
- Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
- Tambayong, J. 2003. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta.
Lampiran

Penyuluhan TBC

A. Pengertian TBC

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi
organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

TBC atau dikenal juga dengan Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh basil
tahan asam disingkat BTA, nama lengkapnya Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini pada
umumnya menyerang paru-paru, namun terkadang juga dapat menyerang organ lain seperti
ginjal, tulang, limpa, dan otak.

Tuberculosis berasal dari bahasa Latin “Tuberkel” yang artinya tonjolan kecil dan
keras yang terbentuk sewaktu sistem kekebalan tubuh membangun dinding pengaman untuk
membungkus bakteri Mycobacterium tuberculosis di dalam paru-paru.

B. Penularan TBC

Tuberculosis ditularkan melalui droplet (percikan dahak) atau titik-titik air dari bersin
atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis, Bakteri TBC terhisap melalui
saluran pernapasan masuk ke dalam paru, kemudian bakteri masuk lagi ke saluran limfe paru
dan dari ini bakteri TBC menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Melalui aliran
darah inilah bakteri TBC menyebar ke berbagai organ tubuh. Anak-anak sering mendapatkan
penularan dari orang dewasa di sekitar rumah maupun saat berada di fasilitas umum seperti
kendaraan umum, rumah sakit dan dari lingkungan sekitar rumah.

C. Penyebab TBC

Seperti yang telah dijelaskan di atas, Tuberculosis disebabkan oleh Basil Tahan
Asam, Mycobacterium tuberculosis. Di dalam jaringan tubuh, bakteri Mycobacterium
tuberculosis berada dalam keadaan dormant, yaitu tidak aktif atau tertidur dalam waktu
beberapa tahun. Mycobacterium tuberculosis akan mati dengan cepat jika terkena sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam bila berada di tempat
yang gelap dan lembab

D. Tanda dan gejala TBC

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama
pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

1. Gejala sistemik/umum

a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat
hilang timbul.

b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Darah yang
dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darak,
gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena
pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah.

d. Sesak Napas: Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.

e. Nyeri Dada: Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

f. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.


2. Gejala khusus

a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,
akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.

b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.

c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu
saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan
keluar cairan nanah.

d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui
adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan –
5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif,
dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

E. Pengobatan TBC

Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga mencegah
kematian, mencegsah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata
rantai penularan.

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,

Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah


Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat
Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan
lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak
dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi
penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course
(DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:

1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam penanggulangan


TB.

2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang


pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan
di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.

3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh
Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus
minum obat setiap hari.

4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.

5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

F. Pencegahan TBC

Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent, Host dan Lingkungan dari
TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :

a. Pencegahan Primer

Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif,
walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar
kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi.

Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi ; (1) Imunisasi Aktif,
melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah dengan angka kejadian
tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang tidak absolut
dan tergantung Host tambahan dan lingkungan, (2) Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang
dinilai terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap harus dikombinasikan dengan pasteurisasi
produk ternak, (3) Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan
pengobatan diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental.

b. Pencegahan Sekunder

Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TBC
yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan.

Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern
kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode
tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat,
sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan
gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif.

Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC,
dengan imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol lingkungan
dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi
epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan
terhadap epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus
baru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis.

c. Pencegahan Tersier

Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan


diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis,
rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi
pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan
penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan
perlunya rehabilitasi.

Pencegahan TBC bisa juga berupa :

1. Makan makanan yang baik dengan gizi yang seimbang.


2. Olahraga teratur.
3. Istirahat yang cukup.
4. Mengkonsumsi multivitamin yang membantu menjaga daya tahan tubuh.
5. Biasakan mencuci tangan.
6. Berhenti merokok, hindari minum minuman beralkohol, dan obat bius atau
penenang.
7. Mengatur sistem sirkulasi udara di rumah.
8. Membiarkan jendela terbuka agar sinar matahari dapat masuk.
9. Menggunakan masker saat kontak atau berada di dalam suatu ruangan dengan
penderita TBC.
10. Pemberian vaksin BCG ( Bacille Calmette-Guerin )
Lampiran
Prinsip Lima benar Pemberian Obat
1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas ditempat
tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien ataukeluarganya. Jika pasien
tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbaldapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk.
2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan namadagang
yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa namageneriknya, bila perlu
hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya ataukandungan obat. Sebelum
memberi obat kepada pasien, label pada botol ataukemasannya harus diperiksa tiga kali.
Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label
botol dibandingkan dengan obat yangdiminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika
labelnya tidak terbaca, isinyatidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi
3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
perawatharus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker
sebelumdilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat
harusmemeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki
dosisyang berbeda tiap ampul atau tabletnya
4. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yangmenentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerjayang diinginkan. Obat dapat
diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal,rektal, inhalasi.
5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat
harusdiminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus
diberisatu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak
bolehdiberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itusebelum
dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi
yang berlebihan pada lambung. ( http://nursingbegin.com/prinsip-lima-benar-dalam-
pemberian-obat/ )
STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR

TERAPI BATUK EFEKTIF

1. Tujuan
1) Mencegah resiko tinggi retensi sekresi
2) Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret
3) Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret
4) Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik

2. Referensi
1) Laban, Yoannes Y. 2007. TBC: Penyakit & Cara Pencegahan
2) Soedarto. 2009. Penyakit Menular di Indonesia
3) Misnadiarly. 2007. Mengenal, Mencegah, Menanggulangi TBC.

3. Definisi
Batuk efektif adalah latihan mengeluarkan sekret yang terakumulasi disaluran
pernafasan dengan cara di batukkan
4. Prosedur
1) Indikasi
a) Pasien dengan tirah baring lama
b) Pasien dengan peningkatan produksi sputum
2) Alat
a) Pot sputum diisi air desinfektan
b) Tisu
c) Perlak/handuk kecil
d) Tempat tidur yang memungkinkan untuk posisi semi fowler atau kursi
jika pasien mampu melakukan pernafasan abdomen
e) Bantal penyanggah
f) Air hangat
3) Petunjuk umum
a) Siapkan alat yang diperlukan
b) Baca dan pelajari dengan baik urutan proses
c) Ikutii petunjuk
4) Keselamatan kerja
a) Pusatkan perhatian pada kegiatan
b) Pastikan setiap langkah pelaksanaan

5. Alur Proses
1) Atur posisi pasien semi fowler ditempat tidur atau duduk di kursi
2) Pasang perlak atau handuk kecil didada pasien
3) Berikan pasien minum air hangat
4) Anjurkan pasien bernafas pelan 2-3x melalui hidung dan kemudian
mengeluarkan melalui mulut

Anda mungkin juga menyukai