Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.

R DENGAN OP CAESAREA A/I


RUPTUR UTERI
RUANG BURANGRANG VI RUMAH SAKIT TNI DUSTIRA TK II
CIMAHI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas kuliah Keperawatan
Maternitas Program Studi Diploma Tiga Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung
STUDI KASUS

Disusun Oleh :
Nama : Mira Imelda Sari
NIM : 4003160012

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPWRAWATAN


STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
TAHUN AKADEMIK 2018-2019
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
LAPORAN STUDI KASUS

Studi Kasus ini diajukan oleh :


Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.R DENGAN OP
CAESAREA A/I PARTUS TAK MAJU
Nama : Mira Imelda Sari
NIM : 4003160012
Program Studi : Diploma Tiga Keperawatan

MENYETUJUI

Pembimbing Pembimbing II

Kusila Devia Rahayu,S.Kp.,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.,Mat Dede Atikah.Amd,Keb


NIK : NIK :

Pembimbing III

Ns.R. Bayu Kusumah,M.Kes.AIFO


NIK :
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat allah SWT karena berkat, rahmat dan karunia-
nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Studi Kasus dengan judul “STUDI KASUS ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.R DENGAN OP CAESAREA A/I RIWAYAT
CAESAREA RS DUSTIRA CIMAHI”
Dalam penyusunan studi kasus ini saya banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu saya
dalam proses penyusunan studi kasus ini.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan
kesehatan. Saya juga berharap agar makalah ini menjadi acuan yang baik dan berkualitas.

Cimahi, November 2018


BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi
Rupture uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau
dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum viserale. Rupture uteri dapat
menyebabkan tindakan section caesarea. (Chapman, 2006)
Sectio cesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus (Hakimi, 2010).
Sectio cesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan
uterus yang masih utuh dengan berat janin >1000 gram atau umur kehamilan lebih dari
28 minggu (Manuaba, 2010).
Sectio cesarea berasal dari bahasa latin “caedere” yang artinya memotong.
Operasi caesar atau sectio cesarea adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara
mengiris perut hingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi (Soewarto, 2008).

2. Etilogi
Beberapa penyebab dilakukan sectio caesarea yaitu :
1) Cephalo pelvic disproportion/ disproporsi kepala panggul yaitu apabila bayi terlalu
besar atau pintu atas panggul terlalu kecil sehingga tidak dapat meleawati jalan lahir
dengan aman, sehingga membawa dampak serius bagi ibu dan janin.
2) Plasenta previa yaitu plaesenta melekat pada ujung bawah uterus sehingga menutupi
serviks sebagian atau seluruhnya, sehingga ketika serviks membuka selama persalinan
ibu dapat kehilangan banyak darah, hal ini sangat berbahaya bagi ibu maupun janin.
3) Tumor pelvis (obstruksi jalan lahir, dapat menghalangi jalan lahir akibatnya bayi tidak
dapat dikeluarkan melalui vagina. Kelainan tenaga atau kelainan his, misalnya pada
ibu anemia sehingga kurang kekuatan/tenaga ibu untuk mengedan dapat menjadi
rintangan pada persalinan, sehingga persalinan mengalai hambatan/kemacetan.
4) Ruptura uteri imminent (mengancam) yaitu adanya ancaman akan terjadi ruptur uteri
bila persalinan spontan. Kegagalan persalinan : persalinan tidak maju dan tidak ada
pembukaan, disebabkan serviks yang kaku, sering terjadi pada ibu primi tua atau jalan
persalinan yang lama.
Faktor predisposisi ruptur uteri, antara lain :
a.Multiparitas
b.Perut uterus (bekas SC, bekas operasi mioma)
c.Pertolongan yang salah, yaitu :
 Mendorong uterus pada kondisi yang tidak memenuhi syarat
 Versi ekstraksi
 Pemberian oksitosin yang berlebihan
5) Pertimbangan lain yaitu ibu dengan resiko tinggi persalinan, apabila telah mengalami
sectio caesarea atau menjalani operasi kandungan sebelumya, ruptur uteri bisa terjadi
pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi sectio caesarea klasik, miomektomi,
misalnya ibu dengan riwayat mioma sehingga dilakukan miomektomi (Manuaba,
2007).

3. Patofisiologi
Sectio Cesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gr
dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu
distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dan lain-
lain untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang
setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif
berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk
oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari
insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan
perawatan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum.
Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin
sehingga kadang- kadang bayi lahir dalam keadaan apnoe yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu
terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh
terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja
otot nafas silia yang menutup.
Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik
juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk
batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang
pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola
eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin, 2002).

4. Pathway

5. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan hemoglobin, dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia dan penyakit
ginjal. Peningkatan hemoglobin dapat menunjukan indikasi adanya dehidrasi,
penyakit paru-paru obstruksi menahun, gagal jantung kongesti
2. Urinalisis adalah analisa fisik kimia dan mikroskopik terhadap urin berguna untuk
menentukan kadar albumin/glukosa.
3. USG abdomen adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara ultra
yang digunakan untuk mencitrakan organ internal otot, ukuran, struktur dan luka
patologi, membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ, melokalisasi plasenta,
menentukan pertumbuhan, kedudukan, persentasi janin, mengetahui usia kehamilan,
dan melihat keadaan janin.
4. Amnioskopi : Melihat kekeruhan air ketuban
5. Tes stress kontraksi atau tes nonstress : Mengkaji respon janin terhadap gerakan/
stress dari pola kontraksi uterus/ pola abnormal (Smeltzer 2001).

6. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan Sectio Caesarea yaitu sebagai
berikut :
1) Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.
2) Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap berkontraksi
dengan kuat.
3) Analgesia meperidin 75-100 mg atau morfin 10-15 mg diberikan, pemberian narkotik
biasanya disertai anti emetik, misalnya prometazin 25 mg.
4) Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam.
5) Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam pertama
setelah pembedahan.
6) Ambulasi, satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebertar dari tempat tidur
dengan bantuan orang lain.
7) Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada hari
keempat setelah pembedahan.
8) Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan untuk
memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan hipovolemia.
9) Mencegah infeksi pasca operasi, ampisilin 29 dosis tunggal, sefalosporin, atau penisilin
spekrum luas setelahjanin lahir (Cuningham, 2005).
BAB III
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R DENGAN POST OP CAESAREA
Ruang BURANGRANG VI
A. STATUS OBSTRETI
1. Pengumpulan Data
a. Biodata klien
Nama : Ny.R
Umur : 29 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Sunda
Status : Menikah
Tanggal MRS : 26 November 2018
Tanggal Pengkajian : 28 November 2018
HPHT : 1 April 2018
TP : 8 November 2018
Lama hamil : 40 minggu
No. RM : 554458
Diagnose Medis : G2 P1 A0
Alamat : Jl. Sindang Raya No.6 RT 005/005
b. Suami Klien
Nama suami : Tn.W
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : TNI AD
Hubungan dgn klien : Suami
Alamat : Jl. Sindang Raya No.6 RT 005/005

2. Data Umum Kesehatan


a. Tinggi Badan : 158 cm
b. BB sebelum Hamil : 56 kg
c. BB sekarang : 71 kg
d. Masalah kesehatan khusus : Tidak ada
e. Obat yang dikonsumsi secara teratur : Tidak ada
f. Alergi : Tidak ada
g. Kebiasaan tidur : Siang : 2 jam
Malam : 6-7 jam
B. ANAMNESA
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri bagian post op
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 28 November 2018 pasien mengatakan
nyeri. Nyeri seperti di sayat benda tajam. Nyeri dirasakan di daerah abdomen bagian
bawah. Nyeri pada skala 5 dari 1-10. Nyeri bertambah saat beraktifitas dan nyeri
berkurang saat beristirahat.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan pernah mengalami SC pada tahun 2014.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada kelurganya yang mengalami penyakit serupa yang
dideritanya.
e. Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi obat atau makanan.
f. Pola Aktifitas Sehari-hari
No Jenis Aktifitas Di Rumah Di Rumah Sakit
1. Personal Hygiene
2. Eliminasi
3. Istirahat Tidur
4. Mobilisasi dan Ambulasi
5. Nutrisi

g. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : Lemah
 Keasadaran : Composmentis
 HPHT : TP :
 TTV : TD : 110/80
RR : 20x /menit
N : 78x /menit
S : 36,5º C
 Kepala
Penyebaran rambut merata, tidak terdapat lesi, tidak terdapat benjolan, tidak
terdapat nyeri tekan, kebersihan; kurang bersih.
 Mata
Sklera putih, konjungtiva anemis, kedua mata simetris, tidak terdapat lesi, tidak
terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan, kebersihan : bersih.

 Hidung
Lubang hidung simetris, tidak terdapat polip dan sinus, tidak terdapat lesi, tidak
terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan, kebersihan : bersih
 Mulut
Mulut atas dan bawah simetris, mukosa bibir lembab, lidah bersih, gigi lengkap
 Telinga
Telinga kanan dan kiri simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat benjolan, tidak
terdapat nyeri tekan, kebersihan : bersih.
 Leher
Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak terdapat lesi,
tidak terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan
 Dada
Bentuk simetris kanan kiri, tidak terdapat lesi, tidak terdapat benjolan, tidak
terdapat nyeri tekan, kebersihan; bersih.
 Abdomen
Terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah, terdapat lesi bekas post op sc,
tidak terdapat benjolan, bising usus 8x/ menit.
 Eksmremitas
Atas : Bentuk tangan kanan dan kiri simetris, tidak terdapat lesi, tidak
terdapat benjolan, tidak ada nyeri tekan, terpasang infuse pada
tangan kiri, kekuatan otot 5
Bawah : Bentuk kaki kanan dan kiri simetris, tidak terdapat lesi, tidak
terdapat benjolan, tidak ada nyeri tekan, kekuatan otot 5
 Genetalia :kebersihan kotor ,terpasang kateter atau dc.

H. Teraphy obat
 Celoid 1x2 gr
 Infusan rl
 Suppo sitoria

ANALISA DATA
No Symptom Etiologi Problem
1. Ds:
-

Anda mungkin juga menyukai