Anda di halaman 1dari 34

Bagian Keperawatan Keluarga

Fakultas Keperawatan dan Kebidanan


Program Pendidikan Profesi Ners
Universitas Mega Rezky Makassar

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP DASAR KELUARGA DAN

KONSEP DASAR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

(PHBS)

(PHBS)

OLEH

Marni D, S.Kep

18 3145 901 064

CI LAHAN CI INSTITUSI

(…………………………..) (…………………………..)

Dibuat Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Komunitas


Bagian Keperawatan Keluarga
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Universitas MegaRezky
Makassar
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR KELUARGA

A. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama melalui

ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing mengidentifikasi diri

sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000).

Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa keluarga

adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan

kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.

Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau

lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi,

hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan

menciptakan serta mempertahankan budaya.

Keluarga adalah suatu sistem sosial yang dapat menggambarkan adanya jaringan

kerja dari orang-orang yang secara regular berinteraksi satu sama lain yang ditunjukkan

oleh adanya hubungan yang saling tergantung dan mempengaruhi dalam rangka mencapai

tujuan (Leininger, 1976).

Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih

yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu

rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling

ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai

tujuan bersama.
B. Tipe Keluarga

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari

keturunannya atau adopsi atau keduanya.

2. Keluarga besar (extended family)

Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan

darah (kakek-nenek, paman-bibi).

Dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme,

pengelompokan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang menjadi :

1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)

Keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan

pasangannya.

2. Orang tua tunggal (single parent family)

Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat

perceraian atau ditinggal pasangannya.

3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).

4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah

menikah (the single adult living alone).

5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non-marital

heterosexual cohabiting family).

6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and

lesbian family).

C. Tahap Perkembangan Keluarga

Ada perbedaan pembagian tahap perkembangan menurut Carter dan McGoldrick

(1989) dan Duvall (1985), yaitu sebagai berikut :


Carter dan McGoldrick Duvall

(family therapy perspective, 1989) (sociological perspective, 1985)

1. Keluarga antara : masa bebas Tidak diidentifikasi karena periode

(pacaran) dewasa muda waktu antara dewasa dan menikah tak

dapat ditentukan

2. Terbentuknya keluarga baru melalui 1. Keluarga baru menikah

suatu perkawinan

3. Keluarga yang memiliki anak usia 2. Kelurga dengan anak baru lahir

muda (anak usia bayi sampai usia (usia anak tertua sampai 30 bulan)

sekolah) 3. Kelurga dengan anak prasekolah

(usia anak tertua 2,5 s/d 5 tahun)

4. Keluarga dengan anak usia

sekolah (usia anak tertua 6 – 12

tahun)

4. Keluarga yang memiliki anak 5. Keluarga dengan anak remaja

dewasa (usia anak tertua 13 – 20 tahun)

5. Keluarga yang mulai melepas 6. Keluarga mulai melepas anak

anaknya untuk keluar rumah sebagai dewasa (anak anaknya

mulai meninggalkan rumah)

7. Keluarga yang hanya terdiri dari

orang tua saja / keluarga usia

pertengahan (semua anak

meninggalkan rumah)

6. Keluarga lansia 8. Keluarga Lansia


Berikut ini adalah tugas perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangannya :

Tahap perkembangan Tugas perkembangan (utama)

1. Keluarga baru menikah  Membina hubungan intim

yang memuaskan

 Membina hubungan dengan

keluarga lain, teman, dan

kelompok social

 Mendiskusikan rencana

memiliki anak

2. Keluarga dengan anak baru lahir  Mempersiapkan menjadi

orang tua

 Adaptasi dengan perubahan

adanya anggota keluarga,

interaksi keluarga, hubungan

seksual, dan kegiatan

 Mempertahankan hubungan

dalamrangka memuaskan

pasangannya

3. Keluarga dengan anak usia pra-  Memenuhi kebutuhan

sekolah anggota keluarga

 Membantu anak untuk

bersosialisasi

 Beradaptasi dengan anak

yang baru lahir, kebutuhan

anak yang lain harus

terpenugi
 Mempertahankan hubungan

yang sehat

 Pembagian waktu untuk

individu, pasangan, anak.

 Pembagian tanggungjawab

anggota keluarga

 Merencanakan kegiatan dan

waktu untuk menstimulasi

pertumbuhan dan

perkembangan anak

4. Keluarga dengan anak usia sekolah  Membantu sosialisasi anak

 Mempertahankan keintiman

pasangan

 Memenuhi kebutuhan yang

meningkat

5. Keluarga dengan anak remaja  Memberikan kebebasan yang

seimbang dan bertanggung

jawab

 Mempertahankan hubungan

intim dalam keluarga

 Mempertahankan komunikasi

terbuka

 Mempersiapkan perubahan

sistem peran dan peraturan

anggota keluarga
6. Keluarga mulai melepas anak  Memperluas jaringan

sebagai dewasa keluarga

 Mempertahankan keintiman

pasangan

 Membantu anak untuk

mandiri sebagai keluarga

baru di masyarakat

 Penataan kembali peran

orang tua dan kegiatan di

rumah

7. Keluarga usia pertengahan  Mempertahankan kesehatan

individu dan pasangan

 Mempertahankan hubungan

yang serasi dan memuaskan

dengan anak-anak dan sebaya

 Meningkatkan kekaraban

pasangan

8. Keluarga usia tua  Mempertahankan suasana

kehidupan rumah tangga

yang saling menyenangkan

pasangannya

 Adaptasi dengan perubahan

yang terjadi : kehilangan

pasangan, kekuatan fisik,

penghasilan keluarga.

 Mempertahankan keakraban
pasangan dan saling merawat

 Melakukan life review masa

lalu

D. Struktur Keluarga

Menurut Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman mengatakan ada empat

elemen struktur keluarga, yaitu :

1. Struktur peran keluarga

Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri

dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.

2. Nilai atau norma keluarga

Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga

khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.

3. Pola komunikasi keluarga

Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah ibu, orang tua

dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar)

dengan keluarga inti.

4. Struktur kekuatan keluarga

Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan

mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung

kesehatan.

Berdasarkan keempat elemen dalam struktur keluarga, diasumsikan bahwa :

1. Keluarga merupakan system social yang memiliki fungsi sendiri.

2. Keluarga merupakan system social yang mampu menyelesaikan masalah

individu dan lingkungannya.


3. Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat mempengaruhi kelompok

lain.

4. Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari nilai dan norma

yang berlaku dalam keluarga.

Di Indonesia keluarga dikelompokan menjadi 5 tahap, yaitu :

1. Keluarga Pra-sejahtera

Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,

kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan, atau

keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga

sejahtera tahap I.

2. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi

belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu

kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan

lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap I :


 Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut.
 Makan 2x sehari atau lebih.
 Pakaian yang berbeda intuk berbagai keperluan.
 Lantai rumah bukan dari tanah.
 Kesehatan (anak sakit / pasangan usia subur (PUS) ingin ber-KB dibawa ke
sarana / petugas kesehatan).
3. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, dan dapat

memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat

memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu : kebutuhan menabung dan

memperoleh informasi.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap II :


 Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut
agama masing-masing yang dianut.
 Makan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk, paling kurang 1x
dalam seminggu.
 Memperoleh pakaian baru dalam 1 tahun terakhir.
 Luas lantai tiap penghuni rumah 8 M2 perorang.
 Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir sehingga dapat
melaksanakan fungsi masing-masing.
 Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai
penghasilan tetap.
 Bisa baca tulis latinbagi setiap anggota keluarga dewasa yang
berumur 10 – 60 tahun.
 Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah.
 Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai
kontrasepsi.

4. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III)

Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial

psikologisnya, dan dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, tetapi belum

dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat

secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk

social kemasyarakatan, juga berperan serta secara aktif dengan menjadi


pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan social, keagamaan, kesenian,

olahraga, pendidikan, dan lain sebagainya.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III:


 Upaya keluarga untuk meningkatkan / menambah
pengetahuan agama.
 Keluarga mempunyai tabungan.
 Makan bersama paling kurang sekali sehari.
 Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
 Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan.
 Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televise, dan
majalah.
 Anggota keluarga mampu menggunakan sarana
transportasi.

5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus)

Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat

dasar, kebutuhan sosial psikologisnya, maupun pengembangan,serta telah

mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III Plus:


 Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan
sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat.
 Aktif sebagai pengurus yayasan/panti.

Berdasarkan intruksi Presiden Nomor 3 tahun 1996 tentang Pembangunan Keluarga

Sejahtera Dalam Rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan, Keluarga miskin

adalah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I (KS I). Tahun 2000 Badan
Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menetapkan 9 indikator

keluarga miskin.

Indikator Keluarga Miskin ;


 Tidak bisa Makan 2x sehari atau lebih.
 Tidak bisa menyediakan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk, paling
kurang seminggu sekali.
 Tidak bisa memiliki Pakaian yang berbeda untuk setiap aktivitas.
 Tidak bisa Memperoleh pakaian baru minimal 1 stel setahun sekali.
 Bagian terluas lantai rumah dari tanah.
 Luas lantai rumah kurang dari 8 M2untuk setiap penghuni rumah.
 Tidak ada anggota keluarga berusia 15 tahun mempunyai penghasilan
tetap.
 Bila anak sakit/PUS ingin ber-KB tidak bisa ke fasilitas kesehatan.
 Anak berumur 7-15 tahuntidak bersekolah.

E. Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga (Friedman, 1998) adalah sevagai berikut :

1. Fungsi afektif (the affective function)

Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk

mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi afektif

berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis

kekuatan keluarga.

Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial

anggota keluarga.Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada

kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.Tiap anggota


keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.Hal tersebut dapat dipelajari

dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga.Dengan

demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota

keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi

afektif adalah :

 Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling

mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan

dukungan dari anggota yang lain. Maka, kemampuannya untuk memberikan

kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang

hangat dan saling mendukung. Hubungan intim di dalam keluarga

merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar

keluarga/masyarakat.

 Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui

keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan

iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.

 Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat

memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui

proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota

keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif

sehingga anak-anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua

orangtuanya.

Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan

kebahagiaan keluarga.Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah

keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak terpenuhi.


2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement

function)

Fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan

social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di

luar rumah.

Soialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

lingkungan sosial (Friedmann 1986).Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir.

Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak

yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang disekitarnya.

Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan

sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam

bersosialisasi.Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui

interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam

sosialisasi.Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya, dan

perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.

3. Fungsi reproduksi (the reproductive function)

Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan

keluarga.

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber

daya manusia.Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk

memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga

adalah untuk meneruskan keturunan.

4. Fungsi ekonomi (the economic function)

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi

dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan


penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti memenuhi kebutuhan

akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat

dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri, hal ini

menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.

5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function)

Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar

tetap memiliki produktivitas tinggi.Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas

keluarga di bidang kesehatan.

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek

asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan

atau merawat anggota keluarga yang sakit.Kemampuan keluarga dalam

mmberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan

keluarga.Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat

dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.Keluarga yang dapat

melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah

kesehatan.

Dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi, fungsi keluarga

dikembangkan menjadi :

1. Fungsi ekonomi : keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang

mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya

keluarga.

2. Fungsi mendapatkan status sosial : keluarga yang dapat dilihat dan dikategorikan

strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada disekitarnya.

3. Fungsi pendidikan : keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab yang

besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan

dewasanya.
4. Fungsi sosialisasi bagi anaknya : orang tua atau keluarga diharapkan mampu

menciptakan kehidupan social yang mirip dengan luar rumah.

5. Fungsi pemenuhan kesehatan : keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap

penyakit yang mungkin dialami keluarga.

6. Fungsi religius : keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan

mengamalkan ajaran keagamaan.

7. Fungsi rekreasi : keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang

dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.

8. Fungsi reproduksi : bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi juga

merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal

(menyeluruh), diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas pendidikan seks bagi

anak, dan yang lain.

9. Fungsi afeksi : keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah.

F. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang

kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.

2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.

3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.


G. Keluarga Sebagai Sistem

Sistem secara umum adalah kumpulan dari beberapa bagian fungsional yang saling

berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain dalam waktu tertentu untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Alasan keluarga disebut sebagai sistem adalah sebagai berikut:

1. Keluarga mempunyai subsistem; anggota, fungsi, peran aturan, budaya dan

lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan kleuarga.

2. Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antar-subsistem.

3. Merupakan unit (bagian ) terkecil dari masyarakat yang dapat mempengaruhi

supra-sistemnya (masyarakat).

Seperti pada umumnya suatu sistem, keluarga juga mempunyai komponen-

komponen sistem. Komponen dalam sistem keluarga sebagai berikut :

Lingkungan

Masukan Proses Luaran

Umpan balik

Keterangan :

 Masukan (input), terdiri dari : anggota keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga, aturan

dari lingkungan (masyarakat) sekitar (luas), budaya, agama, dan sebagainya.

 Proses (throughput) merupakan proses yang terjadi dalam melaksanakan fungsi keluarga.

 Luaran (output) adalah hasil dari suatu proses yang berbentuk perilaku keluarga : perilaku

social, perilaku kesehatan, perilaku keagamaan, perilaku sebagai warga Negara, dan yang

lain.
 Umpan balik (feedback) adalah sebagai pengontrol dalam masukan dan proses yang

berasal dari perilaku keluarga yang ditampakkan pada lingkungan/masyarakat di

sekitarnya.

Keluarga sebagai sistem mempunyai karakteristik dasar yang dapat dikelompokkan

sebagai berikut :

 Keluarga sebagai sistem terbuka

Suatu sistem yamg mempunyai kesemapatan dan mau menerima atau

memperhatikan lingkungan (masyarakat) sekitarnya.

 Keluarga sebagai sistem tertutup

Suatu sistem yang kurang mempunyai kesempatan, kurang mau menerima atau

memberi perhatian kepada lingkungan (masyarakat) sekitarnya.

Berikut ini keluarga sebagai sistem memengaruhi suprasistem (masyarakat).

Masyarakat luas

Komunitas

Sistem yang
lain

Sistem Sistem
kesehatan kesehatan

Keluarga dengan
karakteristiknya

Sistem Sistem
kesehatan kesehatan
Karakteristik keluarga sebagai sistem :

Sistem Terbuka Sistem Tertutup

Pola Komunikasi Langsung, jelas, spesifik, Tidak langsung, tidak jelas,

Keluarga tulus, jujur, tanpa hambatan. tidak spesifik, tidak selaras,

sering menyalahkan, kacau,

membingungkan.

Aturan Keluarga  Hasil musyawarah, tak  Ditentukan tanpa

tertinggal zaman, berubah musyawarah, tidak

sesuai kebutuhan keluarga. sesuai perkembangan,

 Bebas mengeluarkan mengikat, tidak sesuai

pendapat kebutuhan.

 Pendapat terbatas

Perilaku Anggota  Sesuai dengan kemampuan  Memiliki sikap

Keluarga keluarga, memiliki melawan, kacau, tidak

kesiapan, mampu siap (selalu tergantung),

berkembang sesuai tidak berkembang.

kondisi.  Harga diri : kurang

 Harga diri, percaya diri percaya diri (ragu-ragu),

meningkat dan mampu kurang mendapat

mengembangkan dirinya. dukungan untuk

mengembangkan diri.
KONSEPDASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Pengkajian

Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui

ppraktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan

masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan. Secara umum, tujuan asuhan keperawatan keluarga adalah ditingkatkannya

kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri.

Norma yang digunakan untuk menentukan status kesehatan keluarga adalah :

a. Keadaan kesehatan normal dari setiap anggota keluarga.

b. Keadaan rumah dan lingkungannya yang membawa kepada peningkatan kesejahteraan

keluarga.

c. Sifat keluarga, dinamika dan tingkat kemampuan keluarga yang dapat membawa

kepada perkembangan keluarga dan prilaku sehat.

Yang termasuk dalam tahap ini adalah :

a. Pengumpulan Data

Dapat dilakukan dengan cara :

1) Wawancara, yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik,

mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, dan sebagainya.

2) Pengamatan, terhadap hal-hal yang tidak perlu dinyatakan.

3) Study dokumentasi, misalnya yang berkaitan dengan perkembangan kesehatan anak

di antaranya KMS, kartu keluarga dan catatan kesehatan lainnya.

4) Pemeriksaan fisik, dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah

kesehatan dan keperawatan berkaitan dengan keadaan fisik.

Adapun data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Identitas keluarga
2) Riwayat kesehatan keluarga baik yang sedang dialami maupun yang pernah

dialami.

3) Anggota keluarga

4) Jarak antara lokasi dan fasilitas kesehatan masyarakat yang ada

5) Keadaan lingkungan meliputi biologis, psikologis, sosial, kultural, spiritual,

lingkungan, dan data penunjang lainnya.

b. Analisa Data

Di dalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat

perkembangan kesehatan keluarga yaitu :

1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga

2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan yang meliputi rumah, sumber air minum,

jamban keluarga, tempat pembuangan air limbah dan penempatan penerangan yang

ada.

3) Karakteristik keluarga.

c. Perumusan Masalah

Setelah data dianalisis, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah kesehatan dalam

keperawatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan status kesehatan

keluarga. Karena merupakan hasil pemikiran dan pertimbangan yang mendalam tentang

situasi kesehatan lingkungan, norma, nilai, kultur yang dianut oleh keluarga tersebut.

Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, seorang perawat

selalu mengacu kepada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan. Tipologi masalah

keluarga ada 3 kelompok masalah besar yaitu :

1) Ancaman kesehatan

2) Kurang/tidak sehat

3) Situasi krisis
Masalah keperawatan yang dapat muncul yaitu : ketidakmampuan keluarga dalam

melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan keperawatan.

1) Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga disebabkan karena :

a) Kurang pengetahuan / ketidaktahuan fakta

b) Rasa takut akibat masalah diketahui

c) Sikap dan falsafah hidup

d) Prioritas masalah

e) Menegakkan diagnosa keperawatan

2) Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam mengambil tindakan tepat,

disebabkan karena :

a) Tidak memahami, mengenal sifat berat dan luasnya masalah

b) Masalah tidak begitu menonjol

c) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan dan

kurangnya sumber data keluarga

d) Takut dari akibat tindakan, fasilitas kesehatan tidak terjangkau

3) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan karena :

a) Tidak mengetahui keadaan penyakit

b) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan

c) Kurang / tidak sehat terhadap fasilitas yang diperlukan untuk perawatan

d) Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga

4) Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan

dan perkembangan pribadi anggota keluarga disebabkan karena :

a) Sumber-sumber keluarga tidak cukup di antaranya keluarga, tanggung jawab dan

keadaan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat

b) Kurang dapat melihat keuntungan dan pemeliharaan lingkungan rumah

c) Ketidaktahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan


d) Sikap dan pandangan hidup

5) Ketidaktahuan menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan

disebabkan karena :

a) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada

b) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh

c) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan

d) Sikap dan fasilitas hidup

2. Prioritas Masalah

Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan, langkah selanjutnya adalah

menentukan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Dalam menyusun

prioritas masalah kesehatan keperawatan keluarga harus disarankan kepada beberapa kriteria

sebagai berikut :

PRIORITAS MASALAH

No. Kriteria

1. Sifat masalah .............................................................................. 1

Skala :

Ancaman kesehatan .................. 3

Tidak / kurang sehat ................... 2

Krisis ........................................... 1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah .......................................... 2

Skala :

Dengan mudah ........................... 2

Hanya sebagian .......................... 1

Tidak dapat ................................. 0

3. Potensi masalah untuk diubah ..................................................... 1

Skala :
Tinggi .......................................... 3

Cukup ......................................... 2

Rendah ....................................... 1

4. Menonjolnya masalah .................................................................... 1

Skala :

Masalah berat harus ditangani ... 2

Masalah yang tidak perlu

segera ditangani .......................... 1

Masalah tidak dirasakan .............. 0

𝑠𝑘𝑜𝑟
Kemudian skoring = 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × bobot

Di mana skor tertinggi adalah 5 dan semua untuk seluruh bobot

3. Perencanaan

Langkah setelah pengkajian adalah menyusun perencanaan keperawatan kesehatan

dan keperawatan keluarga.Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan

yang ditentukan perawata untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan

keperawatan yang telah diidentifikasi.

Ciri-ciri rencana keperawatan keluarga yaitu :

a. Berpusat pada tindakan-tindakan yang dapat memecahkan atau meringankan masalah

yang sedang dihadapi.

b. Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah dipelajari dengan pikiran

yang logis.

c. Rencana keperawatan keluarga berhubungan dengan masa yang akan datang.

d. Berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang diidentifikasi.

e. Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai tujuan.

f. Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus.


Menurut Friedman 1998, intervensi-intervensi yang dapat muncul pada keperawatan

keluarga, yaitu :

a. Memodifikasi perilaku

b. Pembuatan kontrak

c. Manajemen koordinasi kasus

d. Strategi-strategi kolaboratif

e. Konseling termasuk dukungan, penilaian kognitif dan membuat kembali kerangka

f. Memberikan kuasa kepada keluarga lewat partisipasi aktif

g. Modifikasi lingkungan

h. Advokasi keluarga

i. Intervensi krisis keluarga

j. Membuat jaringan kerja termasuk pemakaian

k. Model peran

l. Memberikan informasi dan keahlian teknis

m. Suplementasi peran

n. Pengajaran dari berbagai strategi, termasuk manajemen

o. Stres, modifikasi gaya hidup dan bimbingan antisipasi.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan kepada asuhan

keperawatan yang telah disusun.

Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan dalam

memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya

a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan

b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh

c. Mempertahankan suatu pola tingkah laku karena kebiasaan yang melekat

d. Adat istiadat yang berlaku


e. Kegagalan dalam mengaitkan tindakan dengan sasaran

f. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.Evaluasi selalu

berkaitan dangan tujuan, apabila dalam evaluasi tidak tercapai maka perlu dicari

penyebabnya dan evaluasi dengan menggunakan SOAP secara optimal.

Tolak ukur yang dipergunakan dalam evaluasi yaitu :

1. Kriteria kebersihan

2. Standar keperawatan

3. Perubahan perilaku

Metode penilaian (evaluasi) adalah :

1. Observasi langsung, mengamati secara langsung perubahan yang terjadi dalam

keluarga.

2. Wawancara, mewawancarai keluarga yang berkaitan dengan perubahan sikap

apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan perawat.

3. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat

dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.

4. Latihan stimulasi, berguna dalam meentukan perkembangan kesanggupan

melaksanakan asuhan keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga: Konsep Teori, Proses dan Praktik

Keperawatan.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Herdman, T Heather. 2011. Nanda internasional Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta

: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
KONSEP DASAR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
(PHBS)
A. PENGERTIAN
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang
atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan derajat kesehatan masyarakatnya.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok,
dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan informasi dan
melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui
pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan
masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali
dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan
cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan
(www.dinkes-sulsel.go.id, 2010).
Banyak perilaku yang dapat dilakukan untuk menjadi sehat, antara lain makan
beraneka ragam makanan, mengkonsumsi Garam Beryodium, memberi bayi dan balita
Kapsul Vitamin A, kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya,
membersihkan lingkungan. Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup,
bekerja, bermain, berinteraksi dan lain-lain. Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu rumah tangga,
sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum. PHBS yang dapat
dipraktikkan meliputi perilaku sebagai berikut:
1. Melaporkan segera kepada kader/ petugas kesehatan jika mengetahui dirinya,
keluarganya, temannya atau tetangganya menderita penyakit menular
2. Pemanfaatan pekarangan untuk Taman Obat Keluarga (TOGA) dan Warung Hidup di
halaman masing-masing rumah atau secara bersama-sama (kolektif)
3. Pergi berobat atau membawa orang lain berobat ke Poskesdes/ Pustu/ Puskesmas bila
terserang penyakit
4. Memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas kesehatan
5. Memakan makanan yang bergizi dan dengan menu seimbang (terutama bagi
perempuan termasuk pada saat hamil dan menyusui)
6. Mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari
7. Menggunakan garam beryodium setiap kali memasak
8. Tersedianya oralit dan zinc untuk balita
9. Menyerahkan pertolongan persalinan kepada tenaga kesehatan
10. Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah semasa hamil dan nifas bagi ibu
11. Mengkonsumsi Kapsul vitamin A bagi ibu nifas. Memberi ASI eksklusif kepada
bayinya (0-6 bulan)
12. Memberi Makanan Pendamping ASI dan Kapsul Vitamin A untuk balita
13. Menimbang berat badan bayi dan balita secara teratur serta menggunakan Kartu
Menuju Sehat (KMS) untuk memantau pertumbuhannya
14. Membawa bayi/ anak, ibu, dan wanita usia subur untuk imunisasi
15. Tidak merokok, minum minuman keras, madat, dan menyalahgunakan napza serta
bahan berbahaya lainnya.
16. Menyediakan rumah dan atau kendaraannya untuk pertolongan dalam keadaan darurat
(misalnya untuk rumah tunggu ibu bersalin, ambulan, dll)
17. Menghimpun dana masyarakat desa untuk kepentingan kesehatan, termasuk bantuan
bagi pengobatan dan persalinan
18. Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Mencuci tangan dengan air
bersihdan sabun.
19. Menggunakan jamban sehat
20. Mengupayakan tersedianya sarana sanitasi dasar lain dan menggunakannya
21. Memberantas jentik-jentik nyamuk
22. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, baik di rumah, desa/ kelurahan maupun
di lingkungan pemukiman
23. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Menjadi peserta (akseptor) aktif keluarga
berencana
24. Memanfaatkan UKBM (Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat), Poskesdes, Putu,
Puskesmas atau sarana kesehatan lain
25. Melaporkan kematian
26. Mempraktikkan PHBS lain yang dianjurkan. Saling mengingatkan untuk
mempraktikkan PHBS.
B. PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
Adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana
(Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian
masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan
masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan
menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

C. TATANAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


1. PHBS di Rumah Tangga
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga
dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Ber-PHBS.
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga
adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan
mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai
Rumah Tangga Sehat. Keberhasilan PHBS di rumah tangga diukur dari 10 indikator
sebagai berikut:
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga keehatan (bidan, dokter dan tenaga
para medis lainnya).
Memberi bayi ASI eksklusif
Adalah bayi usia 0 – 6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan
makanan atau minuman lain.
Menimbang balita setiap bulan
Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya
setiap bulan.
Menggunakan air bersih
Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum,
memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur,
mencuci pakaian, dan sebagainya, agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar
dari sakit.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit.
Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan
cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat
membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan
kuman masih tertinggal di tangan.
Menggunakan jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan
kotoran dan air untuk membersihkannnya.
Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang estela dilakukan pemeriksaan
jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
Makan buah dan sayur setiap hari
Setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi
sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan sayur dan buah setiap hari sangat
penting, karena mengandung vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan
dan pemeliharaan tubuh.
Melakukan aktivitas fisik sehari-hari
Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik,
mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang
hari.
Tidak merokok di dalam rumah
Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah. Rokok ibarat
pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokor yang dihisap akan dikeluarkan
sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya yang paling berbahaya adalah
nikotin, tar, dan Carbon Monoksida (CO).
Manfaat Rumah Tangga Ber-PHBS

Bagi Rumah Tangga:

Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit


Anak tumbuh sehat dan cerdas
Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga
Bagi Masyarakat:

Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat


Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan
Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
Masyarakat mampu mengembangkan UKBM seperti Posyandu, tabungan ibu
bersalin, arisan jamban, ambulan desa dan lain-lain
2. PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta
didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa
indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS sekolah yaitu:
Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun.
Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah.
Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
Olahraga yang teratur dan terukur.
Memberantas jentik nyamuk.
Tidak merokok di sekolah.
Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan.
Membuang sampah pada tempatnya.
3. PHBS di Tempat Kerja
PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja agar
tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan
aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai
sebagai ukuran untuk menilai PHBS tempat kerja yaitu:
Tidak merokok di tempat kerja.
Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.
Melakukan olahraga secara teratur/aktifitas fisik.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang
air besar dan buang air kecil.
Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.
Menggunakan air bersih.
Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.
Membuang sampah pada tempatnya.
Mempergunakan alat pelindung diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.
4. PHBS di Institusi Kesehatan
PHBS di institusi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien,
masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta berperan aktif dalam mewujudkan
institusi kesehatan sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi kesehatan. Ada
beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS institusi
kesehatan yaitu :
Menggunakan air bersih.
Menggunakan Jamban.
Membuang sampah pada tempatnya
Tidak merokok di institusi kesehatan.
Tidak meludah sembarangan.
Memberantas jentik nyamuk.
5. PHBS di Tempat-Tempat Umum
PHBS di tempat - tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan
masyarakat pengunjung dan pengelola tempat - tempat umum agar tahu, mau dan
mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat -
tempat umum sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk
menilai PHBS tempat umum yaitu :
Menggunakan air bersih.
Menggunakan jamban.
Membuang sampah pada tempatnya.
Tidak merokok di tempat umum.
Tidak meludah sembarangan.
Memberantas jentik nyamuk.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. (1999). Buku saku diagnosa keperawatan. (Handbook of Nursing Diagnosis).


Edisi 7, Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta: EGC

Carpenito, L. J. (2001). Buku saku diagnosa keperawatan. (Handbook of Nursing Diagnosis).


Edisi 8, Alih bahasa monica Ester. Jakarta: EGC

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek.(Family nursing teori


and practice). Edisi 3. Alih bahasa Ina debora R. L. Jakarta: EGC

Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC..

Anda mungkin juga menyukai