Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA

1. Konsep Dasar Keluarga

A. Definisi

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat terdiri atas kepala

keluarga, serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap

dalam keadaan saling ketergantungan (Soetjeningsih, 2010).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material

yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hbungan yang selaras dan

seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.

(Menurut BKKBN, 2011).

B. Tipe Keluarga

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari

keturunannya atau adopsi atau keduanya.

2. Keluarga besar (extended family)

Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai

hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).

Dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme,

pengelompokan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang menjadi :

1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)


Keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau

kehilangan pasangannya.

2. Orang tua tunggal (single parent family)

Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat

perceraian atau ditinggal pasangannya.

3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).

4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa

pernah menikah (the single adult living alone).

5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non-marital

heterosexual cohabiting family).

6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay

and lesbian family).

C. Tahap Perkembangan Keluarga

Ada perbedaan pembagian tahap perkembangan menurut Carter dan

McGoldrick dan Duvall , yaitu sebagai berikut :

Carter dan McGoldrick Duvall

(family therapy perspective) (sociological perspective)

1. Keluarga antara : masa bebas Tidak diidentifikasi karena periode waktu antara

(pacaran) dewasa muda dewasa dan menikah tak dapat ditentukan

2. Terbentuknya keluarga baru 1. Keluarga baru menikah

melalui suatu perkawinan

3. Keluarga yang memiliki anak 2. Kelurga dengan anak baru lahir (usia anak

usia muda (anak usia bayi tertua sampai 30 bulan)

sampai usia sekolah) 3. Kelurga dengan anak prasekolah (usia anak


tertua 2,5 s/d 5 tahun)

4. Keluarga dengan anak usia sekolah (usia

anak tertua 6 – 12 tahun)

4. Keluarga yang memiliki anak 5. Keluarga dengan anak remaja (usia anak

dewasa tertua 13 – 20 tahun)

5. Keluarga yang mulai melepas 6. Keluarga mulai melepas anak sebagai

anaknya untuk keluar rumah dewasa (anak anaknya mulai meninggalkan

rumah)

7. Keluarga yang hanya terdiri dari orang tua

saja / keluarga usia pertengahan (semua

anak meninggalkan rumah)

6. Keluarga lansia 8. Keluarga Lansia

Berikut ini adalah tugas perkembangan keluarga sesuai tahap

perkembangannya :

Tahap perkembangan Tugas perkembangan (utama)

1. Keluarga baru menikah  Membina hubungan intim yang memuaskan

 Membina hubungan dengan keluarga lain, teman,

dan kelompok social

 Mendiskusikan rencana memiliki anak

2. Keluarga dengan anak  Mempersiapkan menjadi orang tua

baru lahir  Adaptasi dengan perubahan adanya anggota

keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual,


dan kegiatan

 Mempertahankan hubungan dalamrangka

memuaskan pasangannya

3. Keluarga dengan anak  Memenuhi kebutuhan anggota keluarga

usia pra-sekolah  Membantu anak untuk bersosialisasi

 Beradaptasi dengan anak yang baru lahir,

kebutuhan anak yang lain harus terpenugi

 Mempertahankan hubungan yang sehat

 Pembagian waktu untuk individu, pasangan, anak.

 Pembagian tanggungjawab anggota keluarga

 Merencanakan kegiatan dan waktu untuk

menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan

anak

4. Keluarga dengan anak  Membantu sosialisasi anak

usia sekolah  Mempertahankan keintiman pasangan

 Memenuhi kebutuhan yang meningkat

5. Keluarga dengan anak  Memberikan kebebasan yang seimbang dan

remaja bertanggung jawab

 Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga

 Mempertahankan komunikasi terbuka

 Mempersiapkan perubahan sistem peran dan

peraturan anggota keluarga

6. Keluarga mulai  Memperluas jaringan keluarga


melepas anak sebagai  Mempertahankan keintiman pasangan

dewasa  Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga

baru di masyarakat

 Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di

rumah

7. Keluarga usia  Mempertahankan kesehatan individu dan

pertengahan pasangan

 Mempertahankan hubungan yang serasi dan

memuaskan dengan anak-anak dan sebaya

 Meningkatkan kekaraban pasangan

8. Keluarga usia tua  Mempertahankan suasana kehidupan rumah

tangga yang saling menyenangkan pasangannya

 Adaptasi dengan perubahan yang terjadi :

kehilangan pasangan, kekuatan fisik, penghasilan

keluarga.

 Mempertahankan keakraban pasangan dan saling

merawat

 Melakukan life review masa lalu

D. Struktur Keluarga

Menurut Parad dan Caplan yang diadopsi oleh Friedman mengatakan ada

empat elemen struktur keluarga, yaitu :

1. Struktur peran keluarga


Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga

sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan

informal.

2. Nilai atau norma keluarga

Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh

keluarga khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.

3. Pola komunikasi keluarga

Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah ibu, orang tua

dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga

besar) dengan keluarga inti.

4. Struktur kekuatan keluarga

Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan

mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang

mendukung kesehatan.

Berdasarkan keempat elemen dalam struktur keluarga, diasumsikan bahwa

(Leslie & Korman, 1989; Parsons & Bales, 1955) :

1. Keluarga merupakan system social yang memiliki fungsi sendiri.

2. Keluarga merupakan system social yang mampu menyelesaikan masalah

individu dan lingkungannya.

3. Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat mempengaruhi

kelompok lain.

4. Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari nilai dan

norma yang berlaku dalam keluarga.


Di Indonesia keluarga dikelompokan menjadi 5 tahap, yaitu :

1. Keluarga Pra-sejahtera

Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,

kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan, atau

keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator

keluarga sejahtera tahap I.

2. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,

tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya,

yaitu kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi

dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap I :

 Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut.

 Makan 2x sehari atau lebih.

 Pakaian yang berbeda intuk berbagai keperluan.

 Lantai rumah bukan dari tanah.

 Kesehatan (anak sakit / pasangan usia subur (PUS) ingin ber-KB

dibawa ke sarana / petugas kesehatan).

3. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, dan

dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum

dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu : kebutuhan menabung

dan memperoleh informasi.


Indikator Keluarga Sejahtera Tahap II :

 Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama

masing-masing yang dianut.

 Makan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk, paling kurang 1x dalam

seminggu.

 Memperoleh pakaian baru dalam 1 tahun terakhir.

 Luas lantai tiap penghuni rumah 8 M2 perorang.

 Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir sehingga dapat

melaksanakan fungsi masing-masing.

 Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan

tetap.

 Bisa baca tulis latinbagi setiap anggota keluarga dewasa yang berumur

10 – 60 tahun.

 Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah.

 Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai

kontrasepsi.

4. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III)

Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan

sosial psikologisnya, dan dapat memenuhi kebutuhan pengembangan,

tetapi belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal

terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk

material dan keuangan untuk social kemasyarakatan, juga berperan serta

secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau


yayasan social, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan, dan lain

sebagainya.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III:

 Upaya keluarga untuk meningkatkan / menambah pengetahuan agama.

 Keluarga mempunyai tabungan.

 Makan bersama paling kurang sekali sehari.

 Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.

 Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan.

 Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televise, dan majalah.

 Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.

5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus)

Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang

bersifat dasar, kebutuhan sosial psikologisnya, maupun

pengembangan,serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan

berkelanjutan bagi masyarakat.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III Plus:

 Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela

dalam bentuk material kepada masyarakat.

 Aktif sebagai pengurus yayasan/panti.

Berdasarkan intruksi Presiden Nomor 3 tahun 1996 tentang Pembangunan

Keluarga Sejahtera Dalam Rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan,

Keluarga miskin adalah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I (KS I).

Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menetapkan 9

indikator keluarga miskin.


Indikator Keluarga Miskin ;

 Tidak bisa Makan 2x sehari atau lebih.

 Tidak bisa menyediakan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk, paling

kurang seminggu sekali.

 Tidak bisa memiliki Pakaian yang berbeda untuk setiap aktivitas.

 Tidak bisa Memperoleh pakaian baru minimal 1 stel setahun sekali.

 Bagian terluas lantai rumah dari tanah.

 Luas lantai rumah kurang dari 8 M2untuk setiap penghuni rumah.

 Tidak ada anggota keluarga berusia 15 tahun mempunyai penghasilan

tetap.

 Bila anak sakit/PUS ingin ber-KB tidak bisa ke fasilitas kesehatan.

 Anak berumur 7-15 tahuntidak bersekolah.

E. Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga (Friedman, 1998) adalah sevagai berikut :

1. Fungsi afektif (the affective function)

Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu

untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang

merupakan basis kekuatan keluarga.

Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan

psikososial anggota keluarga.Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif

tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota

keluarga.Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang

positif.Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi


dan hubungan dalam keluarga.Dengan demikian, keluarga yang berhasil

melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat

mengembangkan konsep diri positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi

afektif adalah :

 Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling

mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan

dukungan dari anggota yang lain. Maka, kemampuannya untuk

memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya

tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan

intim di dalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi

hubungan dengan orang lain diluar keluarga/masyarakat.

 Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan

mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu

mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.

 Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat

memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan

melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek

kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses

identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru tingkah

laku yang positif dari kedua orangtuanya.

Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan

kebahagiaan keluarga.Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah

keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak terpenuhi.


2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social

placement function)

Fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk

berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan

dengan orang lain di luar rumah.

Soialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

lingkungan sosial (Friedmann 1986).Sosialisasi dimulai sejak manusia

lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi,

misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang

yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga

tetap berperan penting dalam bersosialisasi.Keberhasilan perkembangan

individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar

anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.Anggota keluarga

belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya, dan perilaku melalui

hubungan dan interaksi keluarga.

3. Fungsi reproduksi (the reproductive function)

Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan

keluarga.

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah

sumber daya manusia.Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,

selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk

membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.


4. Fungsi ekonomi (the economic function)

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara

ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti

memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak

pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang

antara suami dan istri, hal ini menjadikan permasalahan yang berujung

pada perceraian.

5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function)

Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota

keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.Fungsi ini dikembangkan

menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek

asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan

dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.Kemampuan keluarga

dalam mmberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan

keluarga.Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan

dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.Keluarga

yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan

masalah kesehatan.

Dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi, fungsi keluarga

dikembangkan menjadi :
1. Fungsi ekonomi : keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif

yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan

sumber daya keluarga.

2. Fungsi mendapatkan status sosial : keluarga yang dapat dilihat dan

dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada disekitarnya.

3. Fungsi pendidikan : keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab

yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi

kehidupan dewasanya.

4. Fungsi sosialisasi bagi anaknya : orang tua atau keluarga diharapkan

mampu menciptakan kehidupan social yang mirip dengan luar rumah.

5. Fungsi pemenuhan kesehatan : keluarga diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan

pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami keluarga.

6. Fungsi religius : keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan

mengamalkan ajaran keagamaan.

7. Fungsi rekreasi : keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan

yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.

8. Fungsi reproduksi : bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi juga

merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal

(menyeluruh), diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas pendidikan

seks bagi anak, dan yang lain.

9. Fungsi afeksi : keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah.


F. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.

2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.

3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

G. Keluarga Sebagai Sistem

Sistem secara umum adalah kumpulan dari beberapa bagian fungsional

yang saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain dalam waktu

tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Alasan keluarga disebut sebagai sistem adalah sebagai berikut:

1. Keluarga mempunyai subsistem; anggota, fungsi, peran aturan, budaya dan

lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan kleuarga.

2. Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antar-subsistem.

3. Merupakan unit (bagian ) terkecil dari masyarakat yang dapat

mempengaruhi supra-sistemnya (masyarakat).

Seperti pada umumnya suatu sistem, keluarga juga mempunyai

komponen-komponen sistem. Komponen dalam sistem keluarga sebagai

berikut :
Lingkungan

Masukan Proses Luaran

Umpan balik

Keterangan :

 Masukan (input), terdiri dari : anggota keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga,

aturan dari lingkungan (masyarakat) sekitar (luas), budaya, agama, dan sebagainya.

 Proses (throughput) merupakan proses yang terjadi dalam melaksanakan fungsi

keluarga.

 Luaran (output) adalah hasil dari suatu proses yang berbentuk perilaku keluarga :

perilaku social, perilaku kesehatan, perilaku keagamaan, perilaku sebagai warga

Negara, dan yang lain.

 Umpan balik (feedback) adalah sebagai pengontrol dalam masukan dan proses yang

berasal dari perilaku keluarga yang ditampakkan pada lingkungan/masyarakat di

sekitarnya.

Keluarga sebagai sistem mempunyai karakteristik dasar yang dapat dikelompokkan

sebagai berikut :

 Keluarga sebagai sistem terbuka

Suatu sistem yamg mempunyai kesemapatan dan mau menerima atau

memperhatikan lingkungan (masyarakat) sekitarnya.


 Keluarga sebagai sistem tertutup

Suatu sistem yang kurang mempunyai kesempatan, kurang mau menerima atau

memberi perhatian kepada lingkungan (masyarakat) sekitarnya.

Berikut ini keluarga sebagai sistem memengaruhi suprasistem (masyarakat).

Masyarakat luas

Komunitas

Sistem
yang lain
Sistem Sistem
kesehatan kesehatan

Keluarga dengan
karakteristiknya

Sistem Sistem
kesehatan kesehatan

Karakteristik keluarga sebagai sistem :

Sistem Terbuka Sistem Tertutup

Pola Komunikasi Langsung, jelas, spesifik, Tidak langsung, tidak

Keluarga tulus, jujur, tanpa hambatan. jelas, tidak spesifik,

tidak selaras, sering

menyalahkan, kacau,
membingungkan.

Aturan Keluarga  Hasil musyawarah, tak  Ditentukan tanpa

tertinggal zaman, berubah musyawarah, tidak

sesuai kebutuhan keluarga. sesuai

 Bebas mengeluarkan perkembangan,

pendapat mengikat, tidak

sesuai kebutuhan.

 Pendapat terbatas

Perilaku Anggota  Sesuai dengan kemampuan  Memiliki sikap

Keluarga keluarga, memiliki melawan, kacau,

kesiapan, mampu tidak siap (selalu

berkembang sesuai tergantung), tidak

kondisi. berkembang.

 Harga diri, percaya diri  Harga diri : kurang

meningkat dan mampu percaya diri (ragu-

mengembangkan dirinya. ragu), kurang

mendapat dukungan

untuk

mengembangkan

diri.
KONSEPDASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Pengkajian

Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan

melalui ppraktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk

menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan. Secara umum, tujuan asuhan keperawatan keluarga

adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatannya secara mandiri. (Suprajitno, 2004, Hal. 27)

Norma yang digunakan untuk menentukan status kesehatan keluarga adalah :

a. Keadaan kesehatan normal dari setiap anggota keluarga.

b. Keadaan rumah dan lingkungannya yang membawa kepada peningkatan

kesejahteraan keluarga.

c. Sifat keluarga, dinamika dan tingkat kemampuan keluarga yang dapat membawa

kepada perkembangan keluarga dan prilaku sehat.

Yang termasuk dalam tahap ini adalah :

a. Pengumpulan Data

Dapat dilakukan dengan cara :

1) Wawancara, yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek

fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, dan sebagainya.

2) Pengamatan, terhadap hal-hal yang tidak perlu dinyatakan.

3) Study dokumentasi, misalnya yang berkaitan dengan perkembangan

kesehatan anak di antaranya KMS, kartu keluarga dan catatan kesehatan

lainnya.
4) Pemeriksaan fisik, dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai

masalah kesehatan dan keperawatan berkaitan dengan keadaan fisik.

Adapun data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Identitas keluarga

2) Riwayat kesehatan keluarga baik yang sedang dialami maupun yang pernah

dialami.

3) Anggota keluarga

4) Jarak antara lokasi dan fasilitas kesehatan masyarakat yang ada

5) Keadaan lingkungan meliputi biologis, psikologis, sosial, kultural, spiritual,

lingkungan, dan data penunjang lainnya.

b. Analisa Data

Di dalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat

perkembangan kesehatan keluarga yaitu :

1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga

2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan yang meliputi rumah, sumber air

minum, jamban keluarga, tempat pembuangan air limbah dan penempatan

penerangan yang ada.

3) Karakteristik keluarga.

c. Perumusan Masalah

Setelah data dianalisis, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah kesehatan

dalam keperawatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan status

kesehatan keluarga. Karena merupakan hasil pemikiran dan pertimbangan yang

mendalam tentang situasi kesehatan lingkungan, norma, nilai, kultur yang dianut oleh

keluarga tersebut.
Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, seorang

perawat selalu mengacu kepada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan.

Tipologi masalah keluarga ada 3 kelompok masalah besar yaitu :

1) Ancaman kesehatan

2) Kurang/tidak sehat

3) Situasi krisis

Masalah keperawatan yang dapat muncul yaitu : ketidakmampuan keluarga dalam

melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan keperawatan.

1) Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga disebabkan karena :

a) Kurang pengetahuan / ketidaktahuan fakta

b) Rasa takut akibat masalah diketahui

c) Sikap dan falsafah hidup

d) Prioritas masalah

e) Menegakkan diagnosa keperawatan

2) Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam mengambil tindakan tepat,

disebabkan karena :

a) Tidak memahami, mengenal sifat berat dan luasnya masalah

b) Masalah tidak begitu menonjol

c) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan dan

kurangnya sumber data keluarga

d) Takut dari akibat tindakan, fasilitas kesehatan tidak terjangkau

3) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan karena :

a) Tidak mengetahui keadaan penyakit

b) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan


c) Kurang / tidak sehat terhadap fasilitas yang diperlukan untuk perawatan

d) Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga

4) Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi

kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga disebabkan karena :

a) Sumber-sumber keluarga tidak cukup di antaranya keluarga, tanggung jawab dan

keadaan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat

b) Kurang dapat melihat keuntungan dan pemeliharaan lingkungan rumah

c) Ketidaktahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan

d) Sikap dan pandangan hidup

5) Ketidaktahuan menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan

disebabkan karena :

a) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada

b) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh

c) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan

d) Tidak ada fasilitas yang diperlukan

e) Sikap dan fasilitas hidup

2. Prioritas Masalah

Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan, langkah selanjutnya

adalah menentukan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Dalam

menyusun prioritas masalah kesehatan keperawatan keluarga harus disarankan

kepada beberapa kriteria sebagai berikut :


PRIORITAS MASALAH

No. Kriteria

1. Sifat masalah .............................................................................. 1

Skala :

Ancaman kesehatan .................. 2

Tidak / kurang sehat ................... 3

Krisis ........................................... 1
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah .......................................... 2

Skala :

Dengan mudah ........................... 2

Hanya sebagian .......................... 1


3.
Tidak dapat ................................. 0

Potensi masalah untuk diubah ..................................................... 1

Skala :

Tinggi .......................................... 3

Cukup ......................................... 2

4. Rendah ....................................... 1

Menonjolnya masalah .................................................................... 1

Skala :

Masalah berat harus ditangani ... 2

Masalah yang tidak perlu

segera ditangani .......................... 1

Masalah tidak dirasakan .............. 0


skor
Kemudian skoring = × bobot
angkatertinggi

Di mana skor tertinggi adalah 5 dan semua untuk seluruh bobot.

3. Perencanaan

Langkah setelah pengkajian adalah menyusun perencanaan keperawatan

kesehatan dan keperawatan keluarga.Rencana keperawatan keluarga adalah

sekumpulan tindakan yang ditentukan perawata untuk dilaksanakan dalam

memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi.

Ciri-ciri rencana keperawatan keluarga yaitu :

a. Berpusat pada tindakan-tindakan yang dapat memecahkan atau meringankan

masalah yang sedang dihadapi.

b. Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah dipelajari dengan

pikiran yang logis.

c. Rencana keperawatan keluarga berhubungan dengan masa yang akan datang.

d. Berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang

diidentifikasi.

e. Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai tujuan.

f. Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus.

Menurut Friedman 1998, intervensi-intervensi yang dapat muncul pada keperawatan

keluarga, yaitu :

a. Memodifikasi perilaku

b. Pembuatan kontrak

c. Manajemen koordinasi kasus

d. Strategi-strategi kolaboratif
e. Konseling termasuk dukungan, penilaian kognitif dan membuat kembali

kerangka

f. Memberikan kuasa kepada keluarga lewat partisipasi aktif

g. Modifikasi lingkungan

h. Advokasi keluarga

i. Intervensi krisis keluarga

j. Membuat jaringan kerja termasuk pemakaian

k. Model peran

l. Memberikan informasi dan keahlian teknis

m. Suplementasi peran

n. Pengajaran dari berbagai strategi, termasuk manajemen

o. Stres, modifikasi gaya hidup dan bimbingan antisipasi.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan kepada

asuhan keperawatan yang telah disusun.

Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan dalam

memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak faktor, di

antaranya

a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan

b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh

c. Mempertahankan suatu pola tingkah laku karena kebiasaan yang melekat

d. Adat istiadat yang berlaku

e. Kegagalan dalam mengaitkan tindakan dengan sasaran

f. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan.


5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.Evaluasi

selalu berkaitan dangan tujuan, apabila dalam evaluasi tidak tercapai maka perlu

dicari penyebabnya dan evaluasi dengan menggunakan SOAP secara optimal.

Tolak ukur yang dipergunakan dalam evaluasi yaitu :

a. Kriteria kebersihan

b. Standar keperawatan

c. Perubahan perilaku

Metode penilaian (evaluasi) adalah :

a. Observasi langsung, mengamati secara langsung perubahan yang terjadi dalam

keluarga.

b. Wawancara, mewawancarai keluarga yang berkaitan dengan perubahan sikap

apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan perawat.

c. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang

dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.

d. Latihan stimulasi, berguna dalam meentukan perkembangan kesanggupan

melaksanakan asuhan keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga: Konsep Teori, Proses dan Praktik

Keperawatan.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Herdman, T Heather. 2011. Nanda internasional Diagnosis Keperawatan 2009-2011.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

BKKBN. 2011. Buku Panduan Tahapan Perkembangan Keluarga Berencana.

Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai