Anda di halaman 1dari 7

RISIKO DAN HAZARD DALAM PEMBERIAN ASUHAN

KEPERAWATAN DI TEMPAT PELAYANAN KESEHATAN

Miftahul Wafa Rija

Email: miftahulwafarija@gmail.com

Abstrak

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu isu penting di dunia kerja saat ini
termasuk di lingkungan rumah sakit. Angka kecelakaan kerja di rumah sakit lebih tinggi
dibandingkan tempat kerja lainnya dan sebagian besar diakibatkan oleh perilaku yang tidak
aman. Kesiap siagaan merupakan salah bagian dari proses manajemen bencana dan
kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pencegahan pengurangan
risiko bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadinya suatu bencana. Kejadian pasien jatuh
merupakan masalah serius di rumah sakit terutama pasien rawat inap karena kejadian pasien
jatuh merupakan salah satu indikator keselamatan pasien khususnya anak dan indikator mutu
rumah sakit. Hal ini karena pelaksanaan pencegahan jatuh belum sesuai standar prosedur
operasional, perbandingan jumlah perawat dan pasien yang tidak seimbang (1 perawat : 6-7
pasien) sedangkan banyak tindakan yang tidak bisa dilakukan oleh 1 orang perawat, lantai licin,
tidak terpasang bed side rel dan belum ada bel pasien. Saran pada rumah sakit untuk
mensosialisasikan pencegahan jatuh, penghitungan beban kerja, menjaga lantai tetap kering dan
pengadaan bel pasien.

Kata Kunci: Kecelakaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Risiko

Latar Belakang

Kegiatan di Rumah Sakit mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi
dan psikososial, variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan Rumah Sakit menentukan tingkat risiko
K3. Perawat merupakan petugas kesehatan dengan presentasi terbesar dan memegang peranan
penting dalam pemberian pelayanan kesehatan. Dalam menjalankan tugasnya perawat berisiko
mengalami gangguan kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Agar dapat mewujudkan
tercapainya pelayanan yang berkualitas dan berkinerja tinggi diperlukan tenaga keperawatan
yang profesional, memiliki kemampuan intelektual, teknikal dan interpersonal, bekerja
berdasarkan standar praktik, memperhatikan kaidah etik dan moral. Pelayanan keperawatan
yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh faktor balas jasa yang adil dan layak, kemampuan yang
cakap dan profesional, penempatan yang tepat sesuai keahliannya, berat ringannya pekerjaan
atau beban kerja perawat, Sifat pekerjaan, suasana dan lingkungan pekerjaan, peralatan yang
menunjang, serta sikap pimpinan dalam memberikan bimbingan dan pembinaan. Mutu pelayanan
perawat sangat dipengaruhi oleh lingkungan pekerjaannya, penghargaan yang didapatkan,
bahkan diberikan sanksi bila terjadi kesalahan. Beban kerja tinggi dapat menyebabkan ketelitian
dan keamanan kerja menjadi turun, sehingga mutu dan kinerja mereka juga cenderung menurun.

Metode

Metode yang digunakan adalah literature review. Literature review ini menganalisis jurnal, text
book, dan ebook yang relevan ataupun sumber informasi lainnya yang memuat informasi
dengan pembahasan risiko dan hazard dalam pemberian asuhan keperawatan. Dengan metode ini
informasi pembahasan mengenai risiko dan hazard yang dapat terjadi saat pemberian asuhan
keperawatan di Rumah Sakit.

Hasil

Perawat dapat mengetahui risiko dan hazard dalam pemberian asuhan keperawatan. Dalam
menjalankan tugasnya perawat berisiko mengalami gangguan kesehatan dan keselamatan kerja
(K3). Agar dapat mewujudkan tercapainya pelayanan yang berkualitas dan berkinerja tinggi
diperlukan tenaga keperawatan yang profesional, memiliki kemampuan intelektual, teknikal dan
interpersonal, bekerja berdasarkan standar praktik, memperhatikan kaidah etik dan moral.
Pelayanan keperawatan yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh faktor balas jasa yang adil dan
layak, kemampuan yang cakap dan profesional, penempatan yang tepat sesuai keahliannya, berat
ringannya pekerjaan atau beban kerja perawat, Sifat pekerjaan, suasana dan lingkungan
pekerjaan, peralatan yang menunjang, serta sikap pimpinan dalam memberikan bimbingan dan
pembinaan.
Pembahasan

Risiko adalah gabungan dari kemungkinan (frekuensi) dan akibat atau konsekuensi dari
terjadinya bahaya tersebut. Penilaian risiko adalah penilaian menyeluruh untuk mengidentifikasi
bahaya dan menentukan apakah risiko dapat diterima. Manajemen risiko adalah pengelolaan
risiko yang mencakup identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko. Manajemen risiko terdiri
dari 3 langkah pelaksanaan yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko
(Ramli, 2010).

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat profesi dan padat
modal. Pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan, penelitian
dan juga mencakup berbagai tindakan maupun disiplin medis. Rumah Sakit adalah tempat kerja
yang memiliki potensi terhadap terjadinya kecelakaan kerja.

Bahan mudah terbakar, gas medik, radiasi pengion, dan bahan kimia merupakan potensi bahaya
yang memiliki risiko kecelakaan kerja. Oleh karena itu, Rumah Sakit membutuhkan perhatian
khusus terhadap keselamatan dan kesehatan pasien, staf dan umum (Sadaghiani, 2001 dalam
Omrani dkk., 2015). Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 7 ayat 1,
bahwa "Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian, dan peralatan", persyaratan-persyaratan tersebut salah satunya harus
memenuhi unsur Keselamatan dan Kesehatan Kerja di dalamnya.

Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut tidak diberikan izin
mendirikan, dicabut atau tidak diperpanjang izin operasional Rumah Sakit (pasal 17) (MENKES
RI, 2009). Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan melindungi pekerja atas keselamatannya
agar dapat meningkatkan produktifitas nasional. Menjamin semua pekerja yang berada di tempat
kerja menggunakan serta merawat sumber produksi secara aman dan efisien (MENKES, 2009).

Berdasarkan Keputusan MENKES RI No 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan


Minimal (SPM) rumah sakit bahwa kejadian pasien jatuh yang berakhir dengan
kematian/kecacatan diharapkan 100% tidak terjadi di rumah sakit. Pada kongres Perhimpunan
Rumah Sakit Indonesia (PERSI) XXI di Jakarta pada tanggal 8 November 2012 melaporkan
bahwa kejadian pasien jatuh di Indonesia pada bulan Januari sampai September 2012 sebesar
14%. Hal ini membuat persentasi pasien jatuh termasuk ke dalam lima besar insiden medis selain
medicine error. Di Bandung didapatkan data bahwa dalam kurun waktu 3 bulan Januari-Maret di
rumah sakit "A" terdapat pasien jatuh berjumlah 3 orang. Hal tersebut memperkuat data bahwa
keselamatan pasien jatuh harus dioptimalkan mengingat masih ada angka kejadian pasien jatuh.

Berdasarkan teori keperawatan Faye G. Abdellah, tipologi masalah keperawatan di antaranya


mencegah terjadinya kecelakaan, cedera, atau trauma lain dan mencegah meluasnya infeksi.
Pelayanan yang diberikan pada pasien harus komprehensif, diantaranya memberikan perawatan
yang berlanjutan untuk menghilangkan nyeri dan ketidaknyamanan dan memberikan rasa
keamanan kepada individu. Teori ini sejalan dengan patient safety, dimana perawat harus mampu
memberikan asuhan aman bagi pasien. Kejadian pasien jatuh dapat mengakibatkan cedera atau
trauma untuk itu perawat harus mampu memberikan perawatan yang dapat mencegah terjadinya
jatuh sehingga menciptakan rasa aman bagi pasien.

Kecelakaan kerja menjadi salah satu masalah urgen di lingkungan rumah sakit. Hal ini
diakibatkan karena rumah sakit merupakan suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan pada semua bidang dan jenis penyakit. Oleh sebab itu rumah sakit dituntut untuk
dapat menyediakan dan menerapkan suatu upaya agar semua sumber daya manusia yang ada di
rumah sakit dapat terlindungi, baik dari penyakit maupun kecelakaan akibat kerja (Ivana,
Widjasena & Jayanti, 2014). Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kecelakaan
kerja di rumah sakit, salah satunya dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1992 dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di rumah sakit (Kepmenkes RI, 2010, p.8).

Pendapat lain disampaikan oleh Ridley (2006), bahwa dalam suatu aktivitas kerja pasti ada risiko
bahaya yang berhubungan denga keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu, penilaian
risiko merupakan cara yang digunakan untuk mengelola dengan baik risiko yang dihadapi oleh
pekerja dan memastikan bahwa kesehatan dan keselamatan pekerja tidak terkena risiko saat
bekerja. Sistem penilaian risiko ini adalah mengidentifikasi bahaya sehingga dapat mengambil
tindakan untuk mengendalikan, mengurangi atau menghilangkan risiko sebelum terjadi
kecelakaan yang dapat menimbulkan cedera, kerusakan dan kerugian.
Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 164 disebutkan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya kesehatan kerja yang
dimaksud meliputi pekerja disektor formal dan informal dan berlaku bagi setiap orang selain
pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja.

Puskesmas sebagai salah satu unit layanan kesehatan harus senantiasa meningkatkan mutu
pelayanan, hal ini dapat tercapai salah satunya dengan memikirkan aspek kesehatan dan
keselamatan kerja. Seiring dengan peningkatan kualitas pelayanan maka akan meminimalkan
kejadian dari kecelakaan kerja yang dapat terjadi karena proses kegiatan pelayanan atau kondisi
sarana dan prasara yang tidak memenuhi standar. Selain itu dengan mengedepankan aspek
kesehatan dan keselamatan kerja membuktikan bahwa Rumah Sakit menjalankan kewajiban
untuk menyehatkan para tenaga kerjanya untuk menguangi risiko terjadinya Penyakit Akibat
Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Puskesmas serta dapat meningkatkan
produktivitas kerja dan pelayanan Puskesmas yang maksimal.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan
non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Faktor penyebab tersering
terjadinya kecelakaan kerja ialah karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja,
sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia (Tarwaka, 2008).

Penutup

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu isu penting di dunia kerja saat ini
termasuk di lingkungan rumah sakit. Angka kecelakaan kerja di rumah sakit lebih tinggi
dibandingkan tempat kerja lainnya dan sebagian besar diakibatkan oleh perilaku yang tidak
aman. Agar dapat mewujudkan tercapainya pelayanan yang berkualitas dan berkinerja tinggi
diperlukan tenaga keperawatan yang profesional, memiliki kemampuan intelektual, teknikal dan
interpersonal, bekerja berdasarkan standar praktik, memperhatikan kaidah etik dan moral. Jenis
tindakan perawat yang sering dilakukan di IGD yaitu memasang infus, menjahit luka,
mengangkat dan memindahkan pasien dan tindakan lain. Risiko pada pemasangan infus yaitu
tertusuk jarum suntik, terpapar darah pasien, postur janggal, tertular penyakit Hepatitis dan low
back pain. Nilai Consequences (C), Exposure (E), Likelihood (L) pada tindakan pemasangan
infus untuk risiko fisik dan biologi adalah C:5, E:6, dan L:6, (180); risiko ergonomi C:5, E:3 dan
L:3; (45). Tingkat risiko bahaya pemasangan infus berada pada level risiko besar. Pengendalian
yang sudah di lakukan manajemen Rumah Sakit adalah penyediaan APD berupa (masker, sarung
tangan, sepatu, celemek), SOP tindakan untuk semua jenis pekerjaan, dan perlengkapan alat cuci
tangan. Disarankan untuk upaya pengendalian lebih lanjut sesuai dengan hierarki pengendalian
K3 yang terdiri implementasi SOP, role play setiap tindakan, dan pelatihan yang berhubungan
dengan pengetahuan keterampilan perawat tentang K3 rumah sakit, upaya perbaikan perilaku
aman selama bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, program vaksinasi, serta melengkapi
beberapa peralatan dan meja tindakan yang aman.

Daftar pustaka

Ardi, S. Z & Widodo, H. 2018. Analisa Penerapan Budaya Perilaku Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di Rumah Sakit. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat, Volume 12

Bhoki, M. W, Mardiyono & Sarkum. Skala Braden dan Norton dalam Memprediksi Risiko
Dekubitus di Ruang ICU

Dewi, T & Richa, N. 2018. PHENOMENOLOGI STUDY: RISK FACTORS RELATED TO


FAAL INCIDENCE IN HOSPITALICED PEDIATRIC PATIENT WITH THEORY FAYE G.
ABDELLAH. Nurseline Journal, Volume 3 (nomor 2)

Hafizurrachman, HM, Laksono, T & Adang, B. 2012. KEBIJAKAN KEPERAWATAN


BERBASIS KINERJA DI RSU TANGERANG. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Volume 15 (nomor 1)

Indragiri, S & Triesda, Y. 2018. MANAJEMEN RISIKO K3 MENGGUNAKAN HAZARD


IDENTIFICATION RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL (HIRARC). Jurnal
kesehatan, Volume 9 (nomor 1)
Nastiti, A. S, Hanifa, M. D & Bina, K. 2017. Analisis Kesiapsiagaan Perawat Instalasi Rawat
Inap Kelas 3 Terhadap Rencana Kebakaran Di Rumah Sakit X Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Volume 5 (nomor 5)

Nazirah, R & Yuswardi. 2017. Perilaku Perawat Dalam Penerapan Manajemen Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja (K3) Di Aceh. Idea Nursing Journal, Volume 8 (nomor 3)

Putri, O. Z, Tengku, M. A. B. R. H & Heru, S. K. 2017. ANALISIS RISIKO KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA PADA PETUGAS KESEHATAN INSTALASI GAWAT
DARURAT RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM. Jurnal Kesehatan, Volume 10 (nomor 1)

Ramdan, I. M & Abd. Rahman. 2017. Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
pada Perawat. JKP, Volume 5 (Nomor 3)

Simamora, R. H. (2011). ROLE CONFLICT OF NURSE RELATIONSHIP WITH


PERFORMANCE IN THE EMERGENCY UNIT OF HOSPITALS RSD DR. SOEBANDI
JEMBER. The Malaysian Journal of Nursing, 3(2), 23-32.

Wijayanti, R. et al. 2017. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Penentuan Kontrol di
Puskesmas Gambirsari Surakarta Hazard Identification, Risk Assesment and Determining
Control in Gambirsari Public Health Center Surakarta. Indonesian Journal On Medical Science,
Volume 4 (nomor 2)

Anda mungkin juga menyukai