Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA UNTUK MENINGKATKAN

RELISIENSI KELUARGA DALAM MENGHADAPI “NEW NORMAL


LIFE” DI MASA PANDEMIK COVID 19

Dosen Pengampu : Ns. Janu Purwono, M.Kes

Kelompok 6

Semester 6B

Ana Kusmeika Yanti


Siti Rodiatun
Dahlia Anggraini
Detalia Apriani
Selpia Utami
Nadna Romadhon

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
2022
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................ii
UCAPAN TERIMA KASIH..........................................................................................iii
RINGKASAN..................................................................................................................iv
Daftar Isi...........................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................6
1.1 Latar Belakang..................................................................................................6
1.2 Tujuan asuhan keperawatan...........................................................................7
1.3 Manfaat..............................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................9
2.1 Konsep dasar Penyakit.....................................................................................9
2.2 Konsep Covid-9...............................................................................................16
BAB III LAPORAN MANAJEMEN KASUS.............................................................20
3.1 Profil lahan..........................................................................................................20
3.2 Ringkasan proses asuhan keperawatan............................................................20
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN................................................................32
4.1 Analisis.............................................................................................................32
4.2 Analisis Asuhan Keperawatan Keluarga..........Error! Bookmark not defined.
4.3 Pembahasan.....................................................................................................32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................40
5.1 Kesimpulan......................................................................................................40
5.2 Saran................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................42
LAMPIRAN...................................................................................................................42
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dasar Penyakit
2.1.1 Definisi Keluarga
Menurut Achjar (2010) keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup
dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan lainnya, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
2.1.2 Macam-Macam Keluarga
1. Keluarga tradisional :
 Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak
(kandung/angkat)
 Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah (misal: kakek, paman, dan lain-lain).
 Keluarga Dyad, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri tanpa
anak.
 Single parent, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian/kematian.
 Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa.
 Keluarga usila, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut.
2. Keluarga non tradisional :
 Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah, hidup
serumah.
 Orang tua (ayah ibu), yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
 Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis, hidup dalam satu rumah
tangga.
2.1.3 Fungsi Dan Peran Keluarga
Ekasari (2000), mengidentifikasi 5 fungsi keluarga, yaitu :
1. Fungsi afektif, berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial.
2. Fungsi sosialisasi, yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
3. Fungsi reproduksi, keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi, merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi semua kebutuhan
anggota keluarga, seperti kebutuhan untuk makan, pakaian dan tempat berlindung
(rumah).
5. Fungsi perawatan kesehatan, keluarga berfungsi untuk melaksankaan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan atau
merawat anggota keluarga yang sakit.
2.1.4 Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap I. Pasangan Baru (keluarga baru)
Tugas perkembanangan :
 Membina hubungan intim yang memuaskan
 Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social
 Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Tahap II. Keluarga ‘Child Bearing’ (kelahiran anak 1)
Tugas perkembangan :
 Persiapan menjadi orang tua
 Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
seksual dan kegiatan.
 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3. Tahap III. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tugas perkembangan :
 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
 Membantu anak untuk bersosialisasi
 Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, semenara kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi.
 Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar).
 Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
 Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
 Kegiatan dan waktu untuk stimlasi tumbuh kembang anak.
4. Tahap IV. Keluarga dengan anak sekolah
Tugas perkembangan :
 Membantu sosialisasi anak: tetangga, sekolah dan lingkungan.
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
5. Tahap V. Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangan keluarga :
 Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat
remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
 Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
 Mempetahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua
 Hindari perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan
 Perubahan system dan perauran untuk tumbuh kembang keluarga.
6. Tahap VI. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan :
 Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
 Mempetahankan keintiman pasangan
 Membantu orang tuan suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
 Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
 Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Tahap VII. Keluarga usia pertengahan
Tugas perkembangan :
 Mempertahankan kesehatan
 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak
 Meningkatkan keakraban pasangan
8. Tahap VIII. Keluarga usia lanjut
Tugas perkembangan :
 Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
 Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
 Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
 Melakukan live review
2.1.5 Nilai – nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau
tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
2.1.6 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
a. Data umum
1. Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas nama atau
inisial, jenis elamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan kepala keluarga,
status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga, dan genongram (genogram
keluarga dalam tiga generasi)
2. Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang
terjadi dengan jenis tipe keluargatersebut.
3. Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa terkait dengankesehatan
4. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
memengaruhikesehatan.
5. Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik kepala keluarga
maupun anggota keluarga maupun anggota keluargalainnya.
6. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya dilihat
kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung tempat rekreasi, namun
menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakn aktivitasrekreasi.
b. Riwayat dan tahap perkembangankeluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari keluarga
inti.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan bagaimana
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga sertakendalanya.
3. Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi:
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing, anggota,
dansumberpelayanan yang digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan
keluarga yang hilang.
4. Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua (seperti apa
kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari
kedua orangtua.
c. Pengkajian lingkungan
1. Karakteristikrumah
2. Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar mandi, dapur,
kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah, pengaturan privasi dan perasaan secara
keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah mereka
3. Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
4. Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa, tipe tempat tinggal,
keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan dan rumah, fasilitas-fasilitas
ekonomi dan transportasi.
5. Mobilitas geografiskeluarga
6. Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau apakah sering mempunyai
kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.
7. Perkumpulan keluarga dan interaksi denganmasyarakat
8. Menjelaskan waktu yangdigunakankeluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yangada.
9. Sistem pendukungkeluarga
10. Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan dari anggota keluarga dan
jaminan pemeliharaan kesehtan yang dimiliki keluarga.
d. Struktur keluarga
1. Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar
anggota keluarga
2. Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan
dan mempengaruhi orang lain untuk merubahperilaku
3. Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
formal/informal
4. Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan norma yang
dianut keluarga yang berhubungan dengankesehatan
e. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yangdimiliki
2. Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya danprilaku
3. Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam mengenal masalah
kesehatannya dan memeliharakesehatannya.
4. Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah
anggota keluarga
5. Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan danpapan.
f. Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek danpanjang
1) Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6bulan
2) Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6bulan
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh mana
keluarga berespon terhadapsituasi
3. Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang digunakan
keluarga bila menghadapipermaslahan
4. Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapimasalah.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga,
atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa
data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana
perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya (Harmoko, hal 86; 2012)
Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko, hal 86; 2012)
a. Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memerlukan waktu yang cepat
b. Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang belum terjadi tetapi maslah
keperawatan aktual dapat terjadi dengancepat
c. Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika keluarga telah mampu
memenuhi kebutuhankesehatannya
3. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi
masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah di identifikasi (Harmoko, hal 93;
2012).
Perencanaan disusun dengan penekanan pada partisipasi klien, keluarga, dan
koordinasi dengan tim kesehatan lain. Perencanaan mencakup penentuan prioritas
masalah, tujuan dan rencana tindakan. Penyusunan prioritas menggunakan skala
prioritas dari Maglaya (2009).

No. Kriteria Skor Bobot


1. Sifat masalah
Skala :
Wellness 3 1
Aktual 3
Resiko 2
Potensial 1
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah
Skala :
Mudah 2 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk
dicegah
Skala :
Tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala :
Segera 2 1
Tidak perlu 1
Tidak dirasakan 0
Cara skoring :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor x bobot : angka tertinggi
3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria
4. Diagnosa Keperawatan Keluarga
1) Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga
2) Kurang Efektifnya Koping Keluarga
3) Perikaku Kesehatan Cenderung Beresiko

2.2 Konsep Covid-9


2.2.1 PENGERTIAN
Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada
hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas
pada manusia mulai drai batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) (Adelberg’s et al,
2019). Menurut (WHO) COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis
coronavirus yang baru ditemukan. Ini merupakan virus baru dan penyakit yang sebelumnya
tidak dikenal sebelum terjadi wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019 (World
Health Organization, 2020).
2.2.2 MANIFESTASI KLINIS
Coronavirus dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, mulai dari flu biasa hingga gangguan
pernapasan berat menyerupai pneumonia. Gejala yang umum dialami mereka yang
mengalami infeksi coronavirus adalah:
 Demam tinggi disertai menggigil
 Batuk kering
 Pilek
 Hidung berair dan bersin-bersin
 Nyeri tenggorokan
 Sesak napas
Gejala tersebut dapat bertambah parah secara cepat dan menyebabkan gagal napas hingga
kematian. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) gejala infeksi virus 2019-nCoV
dapat muncul mulai dua hari hingga 14 hari setelah terpapar virus tersebut (PDPI, 2020).
2.2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi : foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks. Pada pencitraan
dapat menunjukkan : opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental, lobar, atau
kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass.
2. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
a. Saluran napas atas dengan swab tenggorokan (nasofaring dan orofaring)
b. Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan
endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal)
3. Bronkoskopi
4. Pungsi pluera sesuai kondisi
5. Pemeriksaan kimia darah
6. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas (sputum,
bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah. Kultur darah untuk bakteri dilakukan,
idealnya sebelum terapi antibiotik. Namun, jangan menunda terpi antibiotik
dengan menunggu hasil kultur darah.
7. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investigasi kemungkinan penularan)
(Kemenkes, 2020).
2.2.4 PENATALAKSANAAN UMUM
Menurut PDPI, 2020 penaktalaksanaan untuk covid-19 adalah sebagai berikut:
1. Isolasi pada semua kasus
Sesuai dengan gejala klinis yang muncuk, baik ringan maupun sedang
2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
3. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
4. Suplementasi oksigen
Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan distress napas,
hipoksemiaatau syok. Terapi oksigen pertama sekitar 5L/menit dengan target
SpO2 ≥ 90% pada pasien tidak hamil dan ≥ 92-95% pada pasien hamil
5. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat
6. Terapi cairan
Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok pasien harus
diperhatikan dalam terapi cairannya, karena jika pemberian cairan terlalu agresif
dapat memperberat kondisi distress napas atau oksigenasi. Monitoring
keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Pemberian antibiotik empiris
8. Terapi simtomatik
Terapi simtomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan lainnya jika
memang diperlukan
9. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada tatalaksana
pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain
10. Observasi ketat
11. Memahami komorbid pada pasien
Saat ini belum ada penelitian atau bukti tatalaksana spesifikasi pada COVID-19.
Belum ada tatalaksana antiviral untuk infeksi Coronavirus yang terbukti efektif. Pada studi
terhadap SARS-CoV, kombinasi lopinavir dan ritonavir dikaitkan dengan memberi manfaat
klinis. Saat ini penggunaan lopinavir dan ritonavir masih diteliti terkait efektivitas dan
keamanan pada infeksi COVID-19. Tatalaksana yang etik atau melalui Monitired Emergency
Use of Unregistered Interventions Framework (MEURI), dengan pemantauan ketat. Selain
itu, saat ini belum ada vaksin untuk mencegah pneumonia COVID-19 ini (PDPI, 2020).
2.2.5 PENCEGAHAN
COVID-19 merupakan penyakit yang baru ditemukan oleh karena itu
pengetahuan terkait pencegahannya masih terbatas. Kunci pencegahan meliputi
pemutusan rantai penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan melakukan priteksi dasar
(World Health Organization, 2020).
1. Vaksin
Salah satu upaya yang sedang dikembangkan adalah pembuatan vaksin guna
membuat imunitas dan mencegah transimi (Rao X et al, 2020). Saat ini, sedang
berlangsung 2 uji klinis fase I vaksin COVID-19. Studi pertama dari National
Istitute of Health (NIH) menggunaka mRNA-1273 dengan dosis 25, 100, dan 250
µg. Studi kedua berasal dari China menggunakan adenovirus type 5 vector
dengan dosis ringan, sedang dan tinggi (World Health Organization, 2020).
2. Deteksi dini dan isolasi
Seluruh individu yang memenuhi kriteria suspek atau pernah berkontak dengan
pasien yang psoitif COVID-19 harus segra berobat ke fasilitas kesehatan. Bagi
kelompok resiko tinggi, direkomendasikan pemberhentian seluruh aktivitas yang
berhubungan dengan pasien selama 14 hari, pemeriksaan infeksi SARS-CoV-2
dan isolasi. Pada kelompok resiko rendah, dihimbau melaksanakan pemantauan
mandiri setiap harinya terhadap suhu dan gejala pernapasan selama 14 hari dan
mencari bantuan jika keluhan memberat (World Health Organization, 2020).
3. Hygiene, cuci tangan, dan desinfektan
Rekmenadi WHO dalam menghadapi wabah COVID-19 adalah melakukan
proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin dengan alkohol atau
sabun dean air, menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki gejala batuk atau
bersin, melakukan etika batuk atau bersin, dan berobat ketika memiliki keluhan
yang sesuai kategori suspek. Rekomendasi jarak yang harus dijaga adalah satu
meter (Med J, 2020).
4. Alat pelindung diri
Covid-19 menular terutama melalui droplet. Alat pelindung diri (APD)
merupakan salah satu metode efektif pencegahan penularan selama
penggunaanya rasional. Alat pelindung diri akan efektif jika didukung dengan
kontrol administratif dan kontrol lingkungan dan teknik (World Health
Organization, 2020).
BAB III

LAPORAN MANAJENAJEMEN KASUS

3.1 Profil lahan


Asuhan keperawatan keluarga ini dilakukan di Desa Margomulyo Rt.02 RW.02
Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar. Desa Margomulyo secara geografis terletak di
koordinat bujur 112,254269 dan koordinat lintang -8,199351. Ketinggian tanah 325 DPL.
Desa ini merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar,
Provinsi Jawa Timur. Kantor Desa Margomulyo terletak di Jalan Protokol nomor 40. Wilayah
ini terbagi atas 2 dusun yaitu Dsn. Margomulyo & Dsn. Rampalombo. Dengan jumlah
penduduk 5904 orang terdiri dari laki-laki 2960 orang, perempuan 2944 orang. Saat ini
Kecamatan Panggngrejo masuk dalam kategori zona kuning terkait pandemi COVID-19,
terdapat 7 orang ODP di wilayah ini.

3.2 Ringkasan proses asuhan keperawatan


Pengkajian ini dimulai pada tanggal 09 Juni 2020. Saat melakukan pengkajian
mahasiswa dan keluarga kelolaan menggunakan APD sesuai yang dianjurkan untuk
mencegah penularan virus COVID-19. Awalnya prses pengkajian dimulai dengan membina
hubungan saling percaya terlebih dahulu kemudian dilanjutkan degan pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan. Pengkajian dilakukan dengan cara memberi pertanyaan sesuai dengan
format yang sudah ada dalam buku panduan kemudian melakukan pemeriksaan fisik kepada
anggota keluarga. Dari hasil pengkajian akan dilakukan analisa data dan ditemukan masalah
keperawatan yang ada pada keluarga tersebut. Untuk proses implementasi dilakukan satu hari
setelah pengkajian yaitu dengan memberi edukasi kesehatan pada keluarga kelolaan
mengenai proses penyakit yang ada. Setelah melakuakan implementasi akan dievaluasi
kembali mengenai edukasi dan anjuran kesehatan yang telah disarankan. Evaluasi dilakukan
dua kali dengan jarak 5 hari.
Pengkajian keperawatan
a Data umum
1) Tipe keluarga Tipe keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari suami, istri dan anak.

2) Tahap Saat ini tahap perkembangan keluarga Tn. J derada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa
perkembangan
keluarga saat
ini

3) Aktivitas Sekarang ini keluarga Tn. J sudah jarang berkumpul dengan tetangga dan memilih untuk menghabiskan waktu
rekreasi dirumah saja.
keluarga
b Lingkungan
1) Lingkungan - Terdapat jendela untuk ventilasi udara namun jarang dibuka, keadaan rumah terang, tidak lembab, sinar matahari
rumah dapat masuk ke dalam rumah. Keluarga juga menyediakan sabun cuci tangan di depan rumah, dan hand sanitizer di
dalam rumah.
2) Perkumpulan Sekarang ini kegiatan yasinan telah dihentikan sementara dan hanya berkumpul untuk poskamling itupun dengan
dan interaksi tetap berusaha menjaga jarak dan memakai masker.
dengan
masyarakat
c Fungsi keluarga
1) Fungsi afeksi Di saat seperti ini Tn. J melarang anak dan istrinya untuk bepergian keluar rumah terlalu sering. Kalaupun keluar
rumah selalu saling mengingatkan untuk memakai masker.
Fungsi sosial Keluarga sekarang ini sudah jarang berkumpul dengan tetangga maupun teman-temannya dan memilih untuk
menghabiskan waktu dirumah.

Fungsi Tn. J sendiri menpunyai hipertensi + 2 tahun. Keluarga maupun Tn. J sendiri belum terlalu mengerti tentang
kesehatan penyakitnya ini, kadang Tn. J akan merasa sagat pusing dan badan terasa tidak enak saat hipertensinya kambuh. Tn. J
sendiri tidak melakukan diit terkait dengan penyakitnya. Keluarga masih suka mengkonsumsi makanan yang asin dan
sayur kemarin. Sekarang ini anak-anak Tn.J jika keluar rumah selalu memakai masker namun Tn. J dan Ny. N kadang
masih lupa dan merasa kurang nyaman memakai masker. Keluarga Tn. J juga berusaha menjaga jarak dengan orang-
orang jika diluar rumah. Keluarga tidak menggunakan masker dengan benar (masker yang digunakan tidak menutupi
15
hidung hanya mulut) dan terkadang masih memegang-megang wajah dengan tangan.
d Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan - Tn. J mempunyai hipertensi
Keluarga inti, - Selama pandemi ini keluarga tidak ada riwayat bepergian keluar kota
riwayat kesehatan - Selama pandemi keluarga Tn. J juga tidak pernah kontak dengan pasien COVID-19.
keluarga - Ibu Ny. N dulu menderita asma
sebelumnya,
penyakit keturunan

d Pemeriksaan fisik
TB, BB, TD, N, Tn. J
RR, S - TB : 160
- BB : 60
- TD : 150/90
- N : 82
- RR : 21
- S : 36,3
- Tidak ada keluhan
Ny. N
- TB : 155
- BB : 50
- TD : 130/80
- N : 80
- RR : 20
- S : 36
- Tidak ada keluhan

16
An. S
- TB : 150
- BB : 45
- TD : 110/70
- N : 78
- RR : 20
- S : 36,1
- Tidak ada keluhan

An. A
- TB : 165
- BB : 78
- TD : -
- N :-
- RR : -
- S :-
- Tidak ada keluhan

17
ANALISA DATA

DATA MASALAH

DS: Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga


Ibu Ny. N dulu menderita asma
berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga
Tn. J mempunyai hipertensi

DO:
Tn. J
- TB : 160
- BB : 60
- TD : 150/90
- N : 82
- RR : 21
- S : 36,3
Ny. N
- TB : 155
- BB : 50
- TD : 130/80
- N : 80
- RR : 20
- S : 36

18
DS:
Sekarang ini keluarga Tn. J sudah jarang berkumpul dengan Ketidakefektifan Koping Keluarga berhubungan dengan
tetangga dan memilih untuk menghabiskan waktu dirumah saja.
kurangnya dukungan keluarga
DO:
Terlihat kurangnya interaksi sOsial

DS:
Tn.J jika keluar rumah selalu memakai masker namun Tn. J dan Perikaku Kesehatan Cenderung Beresiko berhubungan
Ny. N kadang masih lupa dan merasa kurang nyaman memakai
dengan kurang pengetahuan keluarga akan bahaya
masker. Keluarga Tn. J juga berusaha menjaga jarak dengan
orang-orang jika diluar rumah. Keluarga tidak menggunakan penularan virus
masker dengan benar (masker yang digunakan tidak menutupi
hidung hanya mulut) dan terkadang masih memegang-megang
wajah dengan tangan.

DO:
Saat dilakukan pengakajian, terlihat Tn.J dan Ny.N masih sering
buka tutup maskernya

Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga


2. Ketidakefektifan Koping Keluarga berhubungan dengan kurangnya dukungan keluarga
3. Perikaku Kesehatan Cenderung Beresiko berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga akan bahaya penularan virus

19
SKORING
Diagnosa. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga

o
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Justifikasi

Sifat Masalah 1 3 Ibu Ny. N dulu


x 1=1
3 menderita asma
Skala : Tn. J mempunyai
hipertensi
 Tidak/kurang sehat 3
 Ancaman kesehatan
2
 Keadaan sejahtera
1

Kemungkinan masalah dapat 2 1 Tn.J makan


x 2=1
diubah 2 makanan asin
karena tidak tahu
Skala : penyebab
2
sakitnya
 Mudah
 Sebagian 1
 Tidak dapat 0

20
Potensial masalah untuk dicegah 1 2 2 Pasien
x 1=
3 3 mengalami sakit
Skala : sejak lama
 Tinggi 3
 Cukup
2
 Rendah
1

Menonjolnya masalah 1 2 Keluarga


x 1=1
2 merasakan
Skala : masalah tersebut
dan telah
 Masalah berat, harus segera 2
mencoba
ditangani
membawa ke
 Ada masalah tetapi tidak perlu fasilitas
ditangani 1 kesehatan
 Masalah tidak dirasakan

JUMLAH 2
3
3

21
Diagnosa. Ketidakefektifan Koping Keluarga berhubungan dengan kurangnya dukungan keluarga
o
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Justifikasi

Sifat Masalah 1 3 Ibu Ny. N dulu


x 1=1
3 menderita asma
Skala : Tn. J mempunyai
hipertensi dan
 Tidak/kurang sehat 3
tidak ada
 Ancaman kesehatan keluarga yang
2
 Keadaan sejahtera membawa ke
1 faskes

Kemungkinan masalah dapat 2 2/2×2=2 Tn.J makan


diubah makanan asin
karena tidak tahu
Skala : penyebab
2
sakitnya
 Mudah
 Sebagian 1

22
 Tidak dapat 0

Potensial masalah untuk dicegah 1 2 2 Pasien


x 1=
3 3 mengalami sakit
Skala : sejak lama
 Tinggi 3
 Cukup
2
 Rendah
1

Menonjolnya masalah 1 2 Keluarga


x 1=1
2 merasakan
Skala : masalah tersebut
dan telah
 Masalah berat, harus segera 2
mencoba
ditangani
membawa ke
 Ada masalah tetapi tidak perlu fasilitas
ditangani 1 kesehatan
 Masalah tidak dirasakan

JUMLAH 2
4
3

23
Diagnosa. Perikaku Kesehatan Cenderung Beresiko berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga akan bahaya penularan
virus

o
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Justifikasi

Sifat Masalah 1 3 Tn.J jika keluar rumah selalu memakai


x 1=1
3 masker namun Tn. J dan Ny. N kadang
Skala : masih lupa dan merasa kurang nyaman
memakai masker. Keluarga Tn. J juga
 Tidak/kurang sehat 3
berusaha menjaga jarak dengan orang-
 Ancaman kesehatan orang jika diluar rumah. Keluarga tidak
2
 Keadaan sejahtera menggunakan masker dengan benar
1 (masker yang digunakan tidak menutupi
hidung hanya mulut) dan terkadang masih
memegang-megang wajah dengan tangan.

Kemungkinan masalah dapat 2 1 Tn.J makan makanan asin karena tidak


x 2=1
diubah 2 tahu penyebab sakitnya
Skala :

24
 Mudah 2
 Sebagian
1
 Tidak dapat
0

Potensial masalah untuk dicegah 1 1/3×1 = 1/3 Pasien mengalami sakit sejak lama
Skala :

 Tinggi 3
 Cukup
2
 Rendah
1

Menonjolnya masalah 1 2 Keluarga merasakan masalah tersebut dan


x 1=1
2 telah mencoba membawa ke fasilitas
Skala : kesehatan
 Masalah berat, harus segera 2
ditangani
 Ada masalah tetapi tidak perlu
ditangani 1
 Masalah tidak dirasakan

JUMLAH 3 1/3

Prioritas

25
1. Ketidakefektifan Koping Keluarga berhubungan dengan kurangnya dukungan keluarga
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga
3. Perikaku Kesehatan Cenderung Beresiko berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga akan bahaya penularan virus

INTERVENSI

DIAGNOSA TUJUAN NOC NIC Rasional


Ketidakefektifan Setelah
manajemen dilakukan
kesehatan intervensi
keluarga b.d keperawatan,
kerumitan keluarga dapat
regimen mengambil
terapeutik keputusan
emansipasi
dengan efektif
TUK 1: Pengetahuan : Regimen Perawatan Pengajaran : Proses Penyakit Pengajaran : Proses Penyakit
Indikator 1 2 3 4 5

26
Menjelaskan proses
Keluarga mampu  Mengkaji tingkat pengetahuan  Untuk mengetahui seberapa
penyakit mengenai
mengenal/ keluarga mengenai penyakit pemahaman keluarga
hipertensi kepada
memahami hipertensi. mengenai hipertenssi.
keluarga
tentang  Mengenali pengetahuan pasien  Untuk mengetahui bagaimana
Manfaat dari perawatan
perawatan yang mengenai kondisinya. keluarga memahami mengenai
hipertensi bagi pasien
tepat bagi  Memberikan informasi kepada kondisi pasien hipertensi.
dan keluarga
keluarga keluarga mengenai kondisi  Untuk menambah informasi
Tanggung jawab pasien
anggota keluarga yang menderita keluarga mengenai hipertensi
dan keluarga selama
hipertensi.  Untuk mampu
perawatan
 Mendiskusikan perubahan gaya mengidentifikasi gaya hidup
Efek perawatan yang
hidup yang mungkin diperlukan yang sebaiknya diubah
diharapkan oleh pasien
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang

27
333

No Diagnosa Keperawatan / Masalah Kolaborasi Perencanaan


Tujuan dan Kriteria (NOC) Intervensi (NIC)

28
Ketidakefektifan Koping Koping Konseling
Definisi: Ketidakmampuan untuk membentuk Setelah dilakukan tindakan Aktivitas:
penilaian valid tentang stressor, ketidakadekuatan keperawatan selama 3 x 24 jam,  Mendemonstrasikan rasa empati,
pilihan respons yang dilakukan, dan/atau klien dapat menyelesaikan masalah, kehangatan
ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya dengan kriteria hasil:  Menjelaskan tentang tujuan dari
yang tersedia  Mengidentifikasi pola koping konseling
yang efektif  Menggunakan teknik refleksi dan
Batasan karakteristik:  Menggunakan strategi koping klarifikasi untuk memfasilitasi ekspresi
 Perubahan dalam pola komunikasi yang biasa yang efektif  Menjelaskan bagaimana perilaku
 Penurunan penggunaan dukungan sosial  Menggunakan dukungan social keluarga terhadap pasien
 Perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang tersedia  Mendampingi pasin untuk
 Letih  Melaporkan penurunan gejala fisik mengidentifikasi kekuatan pasien dan
 Ketidakmampuan memperhatikan informasi stress memberi pujian pada pasien
 Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar  Berikan pujian untuk ketrampilan yang
 Pemecahan masalah yang tidak adekuat baru
Penyesuaian Psikososial:
 Konsentrasi buruk
Perubahan Hidup Peningkatan Koping
 Gangguan tidur Definisi: respon adaptif psikososial Aktivitas:
 Menggunakan koping yang mengganggu perilaku terhadap perubahan hidup individu  Kenali dampak situasi kehidupan pasien
adaptif Setelah dilakukan tindakan terhadap peran dan hubungan
keperawatan selama 3 x 24 jam,
Faktor yang berhubungan:  Evaluasi kemampuan pasien dalam
klien dapat menyelesaikan masalah
 Derajat ancaman yang tinggi membuat keputusan
ini, dengan kriteria hasil:
 Gali bersama pasien metode yang
 Ketidakmampuan untuk mengubah energi  Mampu menentukan tujuan
digunakan pada masa sebelumnya dalam
yang adaptif yang realistis
menghadapi masalah hidup
 Tingkat percaya diri yang tidak adekuat dalam  Mengungkapkan optimisme  Tentukan kemungkinan terjadinya
kemampuan mengatasi masalah terhadap masa sekarang (saat resiko menyakiti diri
ini)

29
 Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat  Mengungkapkan optimisme  Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi
terhadap masa depan gambaran perubahan peran yang realistis
 Mampu identifikasi strategi koping  Gunakan pendekatan yang tenang dan
 Mampu menggunakan meyakinkan
strategi koping yang efektif  Turunkan rangsangan lingkungan
 Mampu menggunakan dukungan yang dapat disalahartikan sebagai
sosial yang ada suatu ancaman
 Gali alasan pasien terhadap kritik diri
 Atur situasi yang mendukung otonomi
pasien
 Hargai dan diskusikan respon alternative
terhadap situasi
 Dukung penggunaan metode pertahanan
yang sesuai
 Bantu pasien dalam mengidentifikasi
respon positif dari orang lain
 Bantu pasien dalam mengklarifikasi
kesalahpahaman
 Dukung pengungkapan secara verbal
tentang perasaan, persepsi, dan ketakutan

Diagnosa Tujuan NOC NIC

30
Perilaku TUK 1: Knowledge: Health Behaviour Health Education
kesehatan Setelah dilakukan intervensi Indikator: 1. Mengidentifikasi faktor eksternal
cenderung keperawatan, keluarga mampu 1. Konsumsi nutris yang sehat dan internal yang meningkatkan
bersiko mengenal dan memahami 2. Keuntungan latihan fisik rutin motivasi perubahan perilaku
perilaku kesehatan yang baik 3. Strategi menangani stres kesehatan
untuk memperbaiki status 4. Pola tidur normal 2. Menggunakan media dan metode
kesehatan 5. Efek samping penggunaan alkohol edukasi yang sesuai
6. Efek samping penggunaan rokok 3. Melakukan edukasi kesehatan
7. Efek konsumsi kafein mengenai perubahan perilaku
8. Strategi mengurangi resiko cedera
9. Strategi mencegah transmisi
penyakit infeksius
10. Teknik pemeriksaan mandiri

31
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisis
Pada analisa laporan ini penulis melakukan analisis terhadap kesamaan dan
perbedaan pada masing-masing kasus keluarga kelolaan yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan juga evaluasi. Serta membedakan
kemudahan dan kesulitan pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan secara
langsung dan dengan daring. Untuk menyamakan standart pengkajian dari semua kasus
menggunakan format pengkajian keluarga yang telah diberikan oleh penanggung jawab
profesi ners. Dari pengkajian terhadap 4 keluarga kelolaan didapatkan masing-masing
keluarga mengerti tentang protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah terkait
COVID-19. Pada pembahasan pengkajian penulis membahan faktor yang mempengaruhi
hasil akhir dari intervensi yang dilakukan. Pembahasan pada diagnosa keperawatan
membahas kesamaan dan perbedaan diagnosa yang muncul pada masing-masing keluarga
kelolaan. Pada intervensi keperawatan yang dibahas adalah mengenai kesamaan dan
perbedaan intervensi yang dilakukan untuk keluarga kelolaan. Untuk implementasi masih
membahas persamaan dan perbedaan impementasi keperawatan yang dilakukan.
Sedangkan pada evaluasi mejelaskan persamaan dan perbedaan hasil implementasi dan
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai semua kriteria yang diinginkan.
Pada keluarga 1, 2, 3 dan 4 didapatkan diagnosa keperawatan yang sama yaitu
kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan dengan dengan data pendukung yang sama
seperti mengekspresikan keinginan untuk mengelola masalah kesehatan dan
pencegahannya, perilaku kesehatan keluarga yang masih tidak patuh, kurang pemahaman
maupun sudah mampu melakukan anjuran kesehatan yang disarankan namun belum
maksimal, dan tidak ditemukan adanya gejala masalah kesehatan atau penyakit.
Sedangkan pada keluarga 2 dan 3 didapatkan juga didapatkan diagnosa keperawatan
tambahan yaitu ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga dengan data penduung
yang sama seperti anggota keluarga mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan
yang diderita, tidak mengetahui diit yang dianjurkan untuk penyakinya, dan gagal
melakuka tindakan untuk mengurangi faktor resiko.

32
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga
Setelah melakukan pengkajian dengan dua metode secara langsung dan daring
didapatkan lebih mudah melakukan pengkajian secara langsung daripada melalui daring.
Saat pengkajian dilakukan pada ke empat keluarga kelolaan semua sangat kooperatif
dalam memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa. Saat
melakukan pengkajian yang harus diperhatikan adalah menggali data tentang perilaku
kesehatan dan perilaku sosial yang dilakukan keluarga selama masa pandemi COVID-19
ini sudah sesuai dengan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah atau belum.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perbedaan perilaku satu sama lain adalah:
1. Fungsi kesehatan
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada keempat keluarga rata-rata sudah
mengetahui protokol kesehatan yang berlaku saat COVID-19 ini. Sebelum adalanya
pandemi ini keempat keluarga ini memang jarang pergi ke pelayanan kesehatan untuk
berobat, setelah adanya pandemi mereka menjadi lebih takut untuk pergi ke palayanan
kesehatan. Menurut WHO dalam Notoadmodjo (2007) ada 4 alasan pokok perubahan
perilaku salah satunya pemikiran atau perasaan yaitu dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, sikap dan penilaian seseorang terhadap obyek. Dalam hal ini warga mulai
takut untuk pergi ke pelayanan kesehatan dikarenakan ketakutan akan terkena covid-
19. Karena kurang terpapar informasi dari tenaga kesehatan menjadikan beberapa dari
keluarga ini tidak mematuhi anjuran. Sedangkan edukasi-edukasi kesehatan yang
dilakukan kepada masyarakat masih kurang, sehingga banyak masyarakat yang
mempercayai berita-berita yang tidak benar.
2. Perkumpulan dan interaksi dengan masayakat
Dari keempat keluarga kelolaan ini sebelum adanya pandemi interaksi sosial dapat
berjalan dengan baik, mereka sangat akrab dengan para tetangga dan juga sering
berkumpul untuk berbincang-bincang atau melakukan kegiatan keagamaan seperti
pergi ke masjid dan yasinan. Setelah pandemi kegiatan-kegiatan tersebut sudah jarang
dilakuakan, kalaupun dilakukan saat berkumpul mereka akan tetap menggunakan
masker. Menurut WHO (2020) salah satu cara pencegahan covid-19 adalah dengan
menggunakan masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak. Namun untuk bapak-
bapak masih melakukan kegiatan poskamling yang mana melibatkan beberapa orang
33
untuk berkumpul dalam satu tempat. Tetap berkumpul dengan orang-orang seperti ini
akan menambah kemungkinan untuk tepapar COVID-19, dikarenakan belum terbiasa
dengan new normal orang cenderung tetap melakukan kebiasaannya untuk
bersalaman ataupun berbincang-bincang dengan menurunkan maskernya.
3. Nilai, norma dan budaya
Nilai dan norma yang dianut sangat berpengaruh bagi sebuah keluarga. Keputusan
yang diambil oleh masing-masing kepala keluarga selama ini tidak bertentangan
dengan nilai, norma, agama dan budaya yang mereka anut. Menurut Bloom dalam
Kemenkes RI (2018) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan
adalah lingkungan (politik, sosial dan budaya). Selama pandemi ini semua keluarga
kelolaan sepakat untuk melarang anak-anaknya keluar rumah dan membatasi kegiatan
semua anggota keluarga di luar rumah. Semua keputusan yang diambil atas dasar
musyawarah bersama, dan mereka dapat mematuhinya.
4. Stressor jangka pendek
Pada pengkajian keempat keluarga di dapatkan Self Reporting Question skor kurang
dari 6 sehingga dapat disimpulkan tidak ada gangguan psikologis. Menurut Lestai
(2015) kecemasan yang dialami individu dibagi menjadi 3 salah satunya adalah
kecemasan ringan dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari, individu
masih waspada serta lapang presepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat
memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif
dan menghasilkan pertumbuhan. Selama pandemi memang kegiatan sosial terganggu
yang biasanya bebas menjadi dibatasi. Keempat keluarga mengatakan jika merasa
takut akan terkena covid-19.
4.2.2 Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian pada keluarga kelolaan selanjutnya dilakukan
analisis data untuk mendapat diagnosa keperawatan. Dalam asuhan keperawatan ini
didapatkan dua diagnosa keperawatan yaitu kesiapan meningkatkan manajemen
kesehatan dan ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga.
1. Persamaan dan perbedaan diagnosa keperawatan antara teori dan kasus yang ada
a. Persamaan diagnosa keperawatan
Berdasarkan teori diagnosa keperawatan keluarga salah satu diagnosa yang bisa
diambil untuk menghadapi new normal pada masa pandemi covid-19 ini adalah
kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan dan juga ketidakefektifan manajemen
34
kesehatan keluarga. Pada kasus yang dikelola ini diagnosa yang muncul sama dengan
yang ada di teori.
b. Perbedaan diagnosa keperawatan
Berdasarkan teori keperawatan diagnosa keperawatan yang muncul mempunyai
batasan karakteristik tertentu. Sedangkan pada kasus kelolaan tidak semua batasan
karakteristik munncul walaupun dengan diagnosa yang sama. Hal ini kemungkinan
terjadi karena adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masalah kesehatan
seseorang. Menurut Bloom dalam Kemenkes RI (2018) ada 4 faktor yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan yaitu gaya hidup, lingkungan (ekonomi, politik dan
budaya), pelayanan kesehatan, dan faktor genetik. Keempat faktor tersebut saling
berinteraksi dan mempengaruhi status kesehatan seseorang.
2. Persamaan diagnosa keperawatan kasus kelolaan
Ada 2 diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus keluarga kelolaan yaitu:
Diagnosa pertama yang ditemukan pada keluarga kelolaan 1, 2, 3 dan 4 adalah kesiapan
meningkatkan manajemen kesehatan, dalam hal ini data pendukung yang didapatkan
hampir sama yaitu mengekspresikan keinginan untuk mengelola masalah kesehatan dan
pencegahannya, perilaku kesehatan keluarga yang masih tidak patuh, kurang pemahaman
maupun sudah mampu melakukan anjuran kesehatan yang disarankan namun belum
maksimal, dan tidak ditemukan adanya gejala masalah kesehatan atau penyakit. Selama
pandemi yang segera beralih pada keadaan new normal memunculkan perilaku kesehatan
yang baru, dimana hal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Roy
(2007) menyatakan bahwa tugas seseorang adalah mendesain lingkungan untuk
meningkatkan kemampuan adaptasi atau meminimalkan resiko yang akan terjadi pada
saat terjadi perubahan. Hal tersebut sejalan dengan sejalan dengan hasil yang ditemukan
pada kasus kelolaan, bahwa lingkungan memiliki andil dalam perubahan adaptasi
kebiasaan baru.
Diagnosa kedua yang ditemukan pada keluarga kelolaan 2 dan 3 adalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan keluarga dengan data penduung yang sama seperti anggota
keluarga mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan yang diderita, tidak
mengetahui diit yang dianjurkan untuk penyakinya, dan gagal melakukan tindakan untuk
mengurangi faktor resiko. Menurut Lawrence Green & M. Kreuter (2005) bahwa perilaku
kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor individu maupun lingkungan. Hal tersebut dapat

35
terlihat dari data pendukung diagnosa ini bahwa keluarga kelolaan belum sepenuhnya
memahami tentang perlunya merubah perilaku terkait kondisi kesehatan yang dialami.

4.2.3 Intervensi Keperawatan


Pengkajian dan data pendukung yang sama menjadikan asuhan keperawatan ini
memiliki 2 diagnosa yang sama dan intervensi yang sama pula.
Pada kasus keluaga kelolaan ini keluarga 1, 2, 3 dan 4 mempunyai intervensi yang sama.
Intervensi yang diberikan untuk diagnosa keperawatan kesiapan meningkatkan
manajemen kesehatan meliputi:
1. Mengidentifikasi pengetehuankeluarga tentang covid-19
2. Edukasi cara penyebaran,proses penularan, pencegahan covid-19
3. Mengajarkan untuk cuci angan dengan benar
4. Menganjurkan untuk memakai masker saat keluar rumah dan mengajarkan cara
memakai masker yang benar
5. Menganjurkan untuk tetap menjaga jarak saat keluar rumah
6. Menganjrkan untuk memakai jaket saat keluar dan melepas jaket saat akan masuk
rumah
7. Mengajarkan etika batuk dan bersin
8. Menganjurkan untuk istirahat cukup dan olahraga secara teratur
9. Mendukung pasien untuk berperilaku sesuai anjuran
10. Memberitahu keluarga untuk memafaatkan pelayanan kesehatan
Kurt Lewin dalam Arikunto (2007) merumuskan langkah-langkah yang dapat diambil
untuk mengolah perubahan yaitu unfreezing, changing, dan refreezing. Jika dikaitkan
antara konsep new normal life dengan teori Lewin ini berbanding lurus dengan terjadinya
perubahan. Pertama unfreezing dapat dilihat dari pergerakan manusia yang mulai sadar
bahwa harus beradaptasi dan membuat perubahan untuk memperbaiki keadaan ditengan
pandemi covid-19. Kedua changing, ini terlihat dari aturan dan protokol penanggulangan
covid-19 yang diberlakukan untuk melawan virus tersebut. Yang ketiga yaitu refreezing,
ini terlihat dengan diberlakukannya konsep new normal sebagai upaya dalam membawa
kembali manusia pada kehidupan yang baru. Mengacu pada intervensi-intervensi yang
akan dilakukan apabila dilakukan dengan langkah yang tepat dan didukung dengan
kesadaran keluarga untuk patuh maka perubahan ini akan menjadi langkan efektif dalam
menyesuaikan perubahan perilaku terkait new normal.
36
Sedangkan pada kasus keluarga kelolaan 2 dan 3 mepunyai intervensi tambahan.
Intervensi tambahan yang diberikan untuk diagnosa ketidakefektifan manajemen
kesehatan keluarga meliputi:
1. Mengidentifikasi pengetahuan pasien tentang penyakitnya
2. Menjelaskan mengenai penyakit, penyebab, komplikasi dan penanganan
3. Menjelaskan tentang diit yang benar
4. Mendukung pasien untuk mengganti kebiasaan yang diinginkan
Menurut Schiffman (2007) persepsi adalah sebuah proses yang dilaukan oleh seseorang
untuk menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan stimuli menjadi sesuatu yang
berarti dan gambaran yang logis. Persepsi adalah identifikasi dan interpretasi awal dari
suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra (Gail Stuard,
2006). Intervensi yang dilakukan sebagai stimulus agar tercapai perubahan perilaku
seperti yang diharapkan.
4.2.4 Implementasi Keperawatan
Pelakasanaan implementasi keperawatan ini menggunakan daring dan juga secara
langsung. Menurut Ekadinata (2017) WhatsApp dapat dijadikan media edukasi efektif
sebagai program edukasi. Secara khusus intervensi pengiriman pesan bergambar memiliki
signifikasi lebih tinggi dibandingkan dengan intervensi melalui pengiriman teks. Untuk
keluarga kelolaan nomor 4 menggunakan implementasi secara daring, selama melakukan
intervensi tidak banyak menemui kendala karena tempat tinggal yang tidak terlalu jauh
hanya berbeda desa, sinyal saat komunikasi belangsung cukup baik sehingga tidak
tersendat-sendat saat melakukan implementasi selain dijelaskan secara langsung materi
akan dikirimkan agar bisa dipelajari.
Implementasi untuk keluarga kelolaan 1, 2, 3 dilakukan secara langsung dengan tetap
menjalankan protol kesehatan dengan memakai APD seperti masker, face shield dan
memakai sarung tangan serta menjaga jarak aman. Karena masih masa pandemi keluarga
kelolaan tidak banyak melakukan aktifitas diluar rumah sehingga kunjungan bisa
dilakukan kapanpun.
Implementasi dapat dilakukan dengan mudah baik yang secara daring maupun secara
langsung. Hal ini terjadi karena saat melakukan implementasi dengan daring jarak rumah
keluarga kelolaan masih sau wilayah dengan kondisi sinyal yang baik, menjadikan
implementasi dapat berjalan dengan lancar dan keluarga dapat mengikuti proses
implementasi yang dilakukan dengan baik. Sedangkan implementasi yang dilakukan
37
secara langsung juga tidak mengalami kendala karena rumah keluarga kelolaan cukup
dekat sehingga dapat melihat dan memantau secara langsung implementasi yang telah
diberikan. Seluruh intervensi yang sudah direncakan dapat diimplementasikan pada 4
keluarga kelolaan.

4.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi dilakuakan dengan jarak 5 hari dan didapatkan semua keluarga kelolaan
melakukan anjuran yang telah disarankan dan memahai serta menyadari perlunya merubah
perilaku kesehatan mereka. Diagnosa yang muncul dapat teratasi dalam waktu yang
hampir sama. Evaluasi yang dilakukan secara daring sedikit mengalami kesulitan
dikarenakan jarak yang jauh sehingga tidak bisa melihat dan memantau perubahan
perilaku mereka secara langsng dan hanya bisa menanyakan serta percaya dengan apa
yang mereka katakan.
Keluarga kelolaan 1, 2, 3, dan 4 dengan diagnosa keperawatan kesiapan
meningkatkan manajemen kesehatan dan ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
pada evaluasi pertama seluruh keluarga kelolaan masalahnya teratasi sebagian. Sedangkan
pada evaluasi terakhir masalah dapat teratasi sepenuhnya. Menurut (Dewi, 2011) terdapat
2 faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu faktor internal yang berpengaruh
dalam menerima informasi antara lain, pendidikan, pekerjaan dan umur, sedangkan faktor
eksternal yang mempengaruhi penerimaan informasi yaitu lingkungan dan sosial budaya.
Dalam kasus kelolaan ini rata-rata capaian yang diperoleh sama hal ini bisa dekarenakan
rentag umur yang hampir sama serta lingkungan dan sosial budaya yang serupa.
Dari semua keluarga kelolaan semuanya menunjukkan perubahan perilaku dan
peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah diberi intervensi keperawatan. Edukasi
yang telah dilakukan pada ke empat keluarga kelolaan menunjukkan adanya peningkatan
pengetahuan serta perilaku seperti yang direncanakan. Notoatmodjo (2003), menyatakan
bahwa proses adopsi melalui lima tahap yaitu awareness, interest, evaluation, trial dan
adoption. Tahap awareness merupakan tahapan seseorang mengetahui/menyadari tentang
adanya ide baru, tahap interest adalah tahap menaruh perhatian terhadap ide baru tersebut.
Tahap trial yaitu tahap saat seseorang mulai mencoba memakainya. Tahap terakhir adalah
tahap adoption, bila orang tersebut tertarik maka ia akan menerima ide baru tersebut.
Tahap adopsi ini tidak akan berarti setelah suati inovasi diterima atau ditolak, situasi ini

38
akan dapat berubah akobat pengaruh lingkungan. Dari hasil tersebut keluarga kelolaan
dapat menerima dan menerapkan edukasi kesehatan yang telah diberikan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


1.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari 4 keluarga dikelolaan di Ds. Margomulyo Kec.
Panggungresjo Kab. Blitar dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Saat dilakukan pengkajian tanggal 09 Juni 2020 didapatkan (100%) kurang
pengetahuan tentang covid-19, dan kurang pengetahuan tentang penyakit yang
diderita salah satu anggota keluarganya.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul ada 2 yaitu: Kesiapan meningkatkan manajemen
kesehatan (100%) dengan data pendukung yaitu kurang pemahaman maupun sudah
mampu melakukan anjuran kesehatan yang disarankan namun belum maksimal,
seperti penggunaan masker yang kurang benar dengan menutupi mulut saja tidak
sampai hidung dan Ketidakefektifan manajemen kesehatan dalam keluarga (100%) dengan
data pendukung yaitu kurang memahami tentang penyakitnya, belum mengetahui diit
yang disarankan dan perilaku cenderung beresiko.
3. Intervensi keperawatan yang diberikan memiliki kesamaan yang disesuaikan untuk
meningkatkan perilaku sesuai dengan protokol kesehatan di era new normal.
4. Implementasi keperawatan dilakukan secara daring dan langsung. Pada kedua proses
tersebut tidak ditemukan kendala pada pengaplikasiannya.
5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan di dapatkan hasil yang sama untuk diagnosa
Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan yaitu ada perubahan perilaku keluarga, semua
implementasi berhasil dicapai. Untuk Ketidakefektifan manajemen kesehatan dalam keluarga
didapatkan hasil yang berbeda, keluarga 2 dapat melakukan semua implementasi yang sudah
direncanakan sedangkan keluarga 3 saat evaluasi akhir ada satu implementasi yang belum
maksimal dalam penerapannya.

1.2 Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
Askep keluarga masih bisa dilakukan secara daring dengan jarak yang tidak terlalu
jauh atau masih satu wilayah agar tidak ada gangguan pada sinyal. Diharapkan tenaga
kesehatan tetap melakukan edukasi-edukasi kesehatan terhadap warga. Alangkah

39
lebih baik jika mempunyai kader untuk memantau dan mengingatkan secara langsung
serta menjadi contoh untuk masyarakat yang lainnya.
2. Bagi pasien dan keluarga diharapkan dapat tetap mematuhi dan menerapkan
implementasi yang sudah dilaksanakan seperti mencuci tangan 6 langkah, memakai
masker dan menjaga jarak dengan orang lain saat keluar rumah dan mematuhi diit
yang disarankan terkait dengan penyakit yang diderita anggota keluarga.

40
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.
Ekadinata, N. 2017. Promosi Kesehatan menggunakan Ganbar Dan Teks Dalam Aplikasi
WhatsApp Pada Kader Posbindu.
Green, Lawrence W., & Kreuter, Marshall W. (1991). Health Promotion Planning An
Educational and Environmental Approach. London: Toronto–Mayfield Publishing
Company
Kementrian Kesehatan. 2020. Data persebaran COVID-19.
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/
Kementrian Kesehatan. 2020. Pertanyaan dan jawaban terkait COVID-19
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20200316/4033408/lakukan-
protokol-kesehatan-jika-mengalami-gejala-covid-19/
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2020. Panduan Praktik Klinis : Pneumonia 2019-
nCoV. Jakarta : PDPI
Schiffman, Leon, & Kanuk, Leslie Lazar. 2007. Consumer Behaviour 7 th. Edition.
(Perilaku Konsumen). Jakarta: PT. Indeks
Stuart, GW & Sunden, SJ. 2006. Buku Saku Keperwatan Jiwa. Jakarta: EGC.
World Health Organization. 2020. Coronavirus disease (COVID-2019) situation reports.
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/situation-reports.
World Health Organization. 2020. Pertimbangan penyesuaian langkah-langkah
kesehatan masyarakat dan sosial dalam konteks COVID-19.
https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/who---
pertimbangan-penyesuaian-langkah-langkah-kesehatan-masyarakat-dan-sosial-
dalam-konteks-covid-19.pdf?sfvrsn=e57102d4_2.
World Health Organization. 2020. Pertimbangan penyesuaian langkah-langkah
kesehatan masyarakat dan sosial dalam konteks COVID-19.

41

Anda mungkin juga menyukai