Anda di halaman 1dari 90

SKRIPSI

PENGARUH VIDEO ANIMASI GOSOK GIGI TERHADAP


PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK
MENGGOSOK GIGI PADA ANAK KELAS IV DI SDN 1 WIROSARI

Oleh
SOFHIA CAROLINA WANGGRA PUTRI
NIM : 2019021471

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
Purwodadi, Juli 2023

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut menjadi sebuah aspek pada kesehatan

tubuh secara menyeluruh. Menghindari kebiasaan buruk seperti menggigit-

gigit sesuatu,kumur-kumur antiseptik, pemeriksaan mulut serta gigi pada

dokter secara rutin, pembersih lidah, memperhatikan minuman serta

makanan yang masuk, serta menggosok gigi (Oktaviani et al., 2022).

Menurut data World Health Organization (2021) ada 91% anak di

seluruh dunia yang menggosok giginya tiap hari, namun 7,3% saja yang

mampu melakukan gosok gigi secara tepat (WHO, 2021).

Melakukan gosok gigi menjadi kebiasaan yang biasa masyarakat

lakukan tiap harinya. Menurut Kemenkes tahun 2021, untuk presentase

benar dalam praktik gosok gigi bernilai 2,8% saja. Berdasarkan Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2022), prevalensi karies untuk negara

Indonesia adalah sebesar 88,8%. Sedangkan menurut Kemenkes RI tahun

2021, prevalensi gigi berlubang cenderung amat tinggi pada anak yakni di

kisaran 93%. Berarti ada 7% saja anak Indonesia yang terbebas dari karies.

Menurut Riset Kesehatan Dasar presentase anak menggosok gigi

yang benar di Jawa Tengah hanya sebesar 2,1 %, yang menunjukan bahwa

97,9 % anak belum bisa menggosok gigi dengan benar (Riskesdas, 2021).

Hal tersenbut dikarenakan kurangnya pengetahuan anak mengenai


3

menggosok gigi dengan benar, sehingga mempengaruhi sikap dan tindakan

dalam menggosok gigi (Riskesdas, 2021).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan tahun

2018, karies gigi menduduki peringkat pertama dengan angka kejadian

yaitu 4.522 kasus. Sedangkan data dari Puskesmas Wirosari I didapatkan

hanya 1,5% anak yang melakukan sikat gigi secara benar serta didapat

1.055 kasus anak SD mengalami karies gigi, sehingga Wirosari

menyumbang 25% dari presentase karies gigi di Grobogan . Rendahnya

angka menggosok gigi yang benar dipengaruhi faktor pengetahuan dan

sikap cara menggosok gigi pada anak yang kurang tepat.

Menurut hasil studi pendahuluan melalui wawancara bersama guru

dan anak di SDN 1 Wirosari, SDN 2 Wirosari, dan SDN 6 Wirosari

menunjukkan rendahnya pengetahuan, sikap dan praktik menggosok gigi

dengan benar, yang meliputi SDN 1 Wirosari kelas terbanyak yang

mengalami masalah gigi adalah kelas 4, dari jumlah 40 siswa, 38 anak

kurang dalam pengetahuan, sikap dan tidak bisa mempraktikan gosok gigi

dengan benar sehingga hanya 0,5% anak yang dapat menggosok gigi

dengan benar. SDN 2 Wirosari kelas terbanyak yang mengalami masalah

gigi adalah kelas 3, dari jumlah 32 siswa, 23 anak kurang dalam

pengetahuan, sikap dan tidak bisa mempraktikkan gosok gigi dengan benar

sehingga hanya 28% anak yang dapat menggosok gigi dengan benar. SDN

6 Wirosari kelas terbanyak yang mengalami masalah gigi adalah kelas 5,

dari jumlah 35 siswa, 26 anak kurang dalam pengetahuan, sikap dan tidak
4

bisa mempraktikkan gosok gigi dengan benar sehingga hanya 26% anak

yang dapat melakukann gosok gigi secara benar.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan, kesimpulannya SDN 1

Wirosari kelas 4 merupakan SD kelas terbanyak yang kurang dalam

pengetahuan, sikap dan tidak bisa melakukann gosok gigi secara benar.

Usaha memilihara kesehatan gigi dan mulut akan lebih baik bila

diajarkan sedini mungkin. Peran sekolah amat dibutuhkan terkait

penciptaan kebiasaan melakukan sikat gigi pada anak. Dari teori

perkembangan kognitif Piaget, kemampuan intelektual anak yang berusia

6-12 tahun telah cukup dalam rangka dijadikan dasar terkait pemberian

kemampuan kecakapan yang mampu membuat daya nalar serta pola

pikirnya meningkat (Yusuf, 2011).

Video ialah media yang berjenis audiovisual, berarti media

pembelajaran yang memanfaatkan indera pendengaran serta penglihatan.

Jenis-jenis video yang dapat digunakan menjadi media pembelajaran

contohnya yaitu video cerita, video dokumenter, video berita, video

animasi dan lain-lain (Ardhianti, 2022).

Dalam hal ini, peneliti tertarik melakukan edukasi dengan

menggunakan media video animasi karena dianggap sesuai dengan

karakteristik anak SD, yang bertujuan membuat meningkatnya

pengetahuan anak tentang gosok gigi, sehingga anak dapat mempraktikan

gosok gigi dengan benar. Dengan didasari berbagai tersebut, peneliti

melaksanakan penelitian terkait “Pengaruh video animasi gosok gigi


5

terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan praktik menggosok gigi

pada anak kelas IV di SDN 1 Wirosari”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dengan demikian peneliti bisa

menentukan masalah berupa “Apakah ada pengaruh video animasi gosok

gigi terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik menggosok gigi

pada anak kelas IV di SDN 1 Wirosari ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh video animasi gosok gigi

terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik menggosok gigi

pada anak kelas IV di SDN 1 Wirosari.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan menggosok gigi sebelum diberikan

video animasi gosok gigi.

b. Mengidentifikasi pengetahuan menggosok gigi setelah diberikan

video animasi gosok gigi.

c. Mengidentifikasi sikap menggosok gigi sebelum diberikan video

animasi gosok gigi.

d. Mengidentifikasi sikap menggosok gigi setelah diberikan video

animasi gosok gigi.

e. Mengidentifikasi praktik menggosok gigi sebelum diberikan video

animasi gosok gigi.


6

f. Mengidentifikasi praktik menggosok gigi setelah diberikan video

animasi gosok gigi.

g. Mengidentifikasi pengaruh video animasi gosok gigi terhadap

peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik menggosok gigi pada

anak kelas IV di SDN 1 Wirosari.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian yang terlaksana harapannya membuat generalisasi ilmu baru

terkait wawasan, praktek, serta sikap saat melakukan gosok gigi yang

benar pada anak, dan juga bisa dijadikan referensi untuk peneliti di

masa depan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perawat

Menjadi gambaran bagi tenaga kesehatan perawat dalam

memberikan edukasi yang tepat untuk anak, khususnya tentang

pengaruh video animasi gosok gigi terhadap peningkatan wawasan,

sikap serta praktik melakukan gosok gigi pada anak.

b. Bagi Siswa SD

Memberikan informasi kepada siswa SD terkait perlunya

kesadaran untuk mengelola kesehatan gigi dan mulut dengan

praktek gosok gigi secara tepat dengan media video animasi dan
7

dapat mengaplikasikan metode gosok gigi dengan cara serta waktu

yang tepat.

c. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitiannya bisa dijadikan bahan pustaka guna

meningkatkan wawasan mengenai pengetahuan, sikap serta praktik

melakukan gosok gigi secara benar pada anak.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Harapannya, penelitian ini dapat meningkatkan referensi,

pengetahuan, informasi dan penyempurnaan bagi penelitian

selanjutnya mengenai pengetahuan, sikap, dan praktik gosok gigi

yang benar kepada anak.

E. Sistematika Penulisan

Bagan ini terdiri atas penjelasan sistematika dalam menyusun

proposal penelitian. Umumnya sistematika penulisan proposal sebagai

berikut:

Tabel 1.1 : Sistematika penulisan proposal penelitian

BAB Konsep Pengambilan Data


BAB I Pendahuluan berisikan latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat, sistematika penulisan
serta penelitian terkait.
BAB II Tinjauan Pustaka konsep teori yang berhubugan dengan
tema penelitian / variable dalam penelitian serta kerangka
teori dalam penelitian.
BAB III Metodologi Penelitian, berisikan terkait variable
8

penelitian, kerangka konsep dan hipotesis, konsep


metodologi mulai dari jenis, design dan rancangan
penelitian, populasi serta sampelnya, waktu serta lokasi
penelitian, definisi operasional, metode pengumpulan data,
instrumen, uji instrumen, analisa data, serta etika dalam
penelitian.
BAB IV Hasil, berisi tentang hasil penelitian termasuk hasil analisa
data penelitian (hasil uji statistik).
BAB V Pembahasan, berisikan terkait pembahasan hasil serta
keterbatasan penelitian.
BAB VI Penutup, berisikan terkait kesimpulan serta saran yang
dapat peneliti berikan dari hasil penelitian.
9

F. Penelitian Terkait

1. Penelitian oleh (Kholishah, Zulfah & Isnaeni, Yuli 2017), yang

berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Video Animasi

Terhadap Praktik Gosok Gigi pada Anak Kelas IV dan V di SDN 1

Bendungan Temanggung”. Penelitian ini berjenis Pre-eksperimen.

Subjek penelitian adalah 48 responden. Analisis statistic dilakukan

menggunakan uji Wilcoxon.

Hasilnya yakni sesudah diberikannya Pendidikan kesehatan gigi

menggunakan video animasi, mayoritas responden mampu

mempraktekkan gosok gigi secara benar (56,3%). Di samping itu ada

43,8% responden lain dengan praktek gosok gigi kurang benar, dimana

hasil tersebut meningkat dari sebelumnya yang bernilai 4,2% saja

menjadi 56,3% setelah diberikannya Pendidikan kesehatan dengan

media video animasi.

2. Penelitian oleh (Firman, 2019), dengan judul “Pengaruh Penyuluhan

Media Video Boneka Tangan Terhadap Pengetahuan dan Praktik

Menggosok Gigi pada Anak Kelas V SDN 36 dan SDN 30 Pontianak

Selatan Tahun 2019”. Jenis penelitian tersebut adalah Quasy

eksperimen. Subjek penelitian adalah 92 Responden. Analisis statistic

dilakukan menggunakan uji Wilcoxon.

Hasilnya membuktikan melalui promosi kesehatan menggunakan

video boneka tangan terbukti mampu membuat wawasan serta praktek


10

terkait langkah gosok gigi kepada siswa kelas V SDN 36 serta SDN 30

Pontianak Selatan yang bernilai P Value (0,000).

3. Penelitian oleh (Nurul Cahyani Ramadhany, 2020), yang berjudul

“Pengaruh Edukasi Kesehatan Tentang Perawatan Gigi Melalui

Media Video Terhadap Perilaku Kesehatan Gigi pada Perilaku

Kesehatan Gigi pada Anak Usia 9-10 Tahun”. Jenis penelitian ini

adalah penelitian kuantitatif yang bermetode studi kepustakaan. Subjek

penelitian adalah anak usia 9-10 tahun.

Penelitian ini mempergunakan 6 artikel dengan peningkatan signifikan

serta terdapat pengaruh atas diedukasikannya materi perawatan gigi

dengan video animasi terhadap kesehatan gigi anak.

4. Penelitian oleh (Rena Setiana Primawati; Hadiyat Miko; Wahyudin,

2022) yang berjudul “Dental Health Education (DHE) Menggunakan

Media Powtoon Dalam Upaya Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan

Gigi dan Mulut pada Siswa Sekolah Dasar”. Penelitian ini berjenis

quasi eksperimen. Subjek yang diteliti ada 50 Responden murid SDN

Condong Kota Tasikmalaya.

5. Penelitian dari (Dewi et al., 2021) yang berjudul “Parent Education

Program Menggunakan Video Animasi Dental Healt Education Bagi

Anak Down Syndrome Dalam Pencegahan Karies Gigi Selama

Pandemi Covid”. Penelitian ini berjenis Pre-eksperimen. Subjek

penelitian yang diteliti 48 responden. Hasil pengabdian yang telah

dilakukan termasuk dalam kategori baik 84,2% yakni sebanyak


11

32 orang, sehingga dapat disimpulkan bahwa penyuluhan ini dapat

meningkatkan pengetahuan orang tua anak down syndrome untuk

menjaga kesehatan gigi serta mulut.

Perbedaan dengan penelitian yang peneliti akan lakukan yakni

variable independent video animasi oral hygiene yang dikembangkan

sendiri oleh peneliti dan variable dependen praktik gosok gigi, peneliti

akan menggunakan desain penelitan quasy eksperimen melalui

pendekatan Pretest-Posttest Control Group design.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Anak Usia Sekolah

a. Definisi anak usia sekolah

Anak yang berusia sekolah bisa diartikan menjadi anak yang

berusia 6-14 tahun (laki-laki) serta 6-13 tahun (perempuan).

Batasan maksimal anak dikategorikan berusia sekolah jika anak

sudah matang dari seksualnya. (Yusuf, 2011).

b. Karakteristik Anak Usia Sekolah

Berikut ialah 2 karakteristik anak usia sekolah yang

dikategorikan menurut usia:

1) Usia 6-10 tahun (masa kelas rendah)

Di usia tersebut sifat khusus anak yakni memberi pujian

pada dirinya sendiri serta membandingkan anak yang lainnya

dengan dirinya. Di umur 6 hingga 8 tahun mayoritas anak

ingin bernilai rapor tinggi, dengan tidak disertai pertimbangan

atas prestasinya. Namun, anak-anak telah bisa diajak

melakukan diskusi serta menjalani berbagai peraturan

permainan sederhana.

2) Usia 11-12 tahun (masa kelas tinggi)

12
13

Anak cenderung memperlihatkan sifat khususnya di masa

ini, anak yang berusia 10-13 tahun akan mempunyai minat

serta rasa ingin tahu yang tinggi. Anak akan mempertontonkan

bakatnya. Anak-anak pada masa ini akan melakukan

pembentukan kelompok bermain bersama rekan sebayanya

serta menyusun peraturannya sendiri. Namun hingga berusia 11

tahun anak masih perlu orang dewasa dalam menuntaskan

masalah beserta tugasnya (Yusuf, 2011).

c. Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah

Masing-masing anak cenderung mengalami berbagai fase

perkembangan berdasarkan umurnya. Namun, perpindahan dari

berbagai fase itu tidak akan sama antar individunya yakni

dipengaruhi oleh seberapa matang otak untuk mampumenerima

logika (Ibda, 2015; Soetjiningsih & Ranuh, 2017). Anak berusia

sekolah (6-11 tahun) cenderung berkembang dari beragam aspek

yang meliputi penghayatan agama, motorik, intelektual, sosial,

bahasa, moral, serta emosi.

1) Aspek intelektual

Dalam fase tersebut, anak telah mampu berpikir

menggunakan logika, memiliki kematangan serta rasional

namun perlu mendapatkan dukung dari benda yang nyata

wujudnya. Di samping hal tersebut, daya ingat anak cenderung

meningkat dan dengan demikian anak tidak sulit mengingat


14

serta ingatannya lebih tahan lama. Dalam fase ini, anak telah

mampu berpikir terkait pengaitan peristiwa di masa lampau

dengan situasi saat ini. Di samping hal tersebut, anak bisa

menemukan solusi atas permasalahan sederhana.

2) Aspek motorik

Dalam fase tersebut, keadaan motorik anak telah matang

dari segi fisik. Anak dalam fase tersebut telah bisa digolongkan

aktif serta lincah. Fase tersebut sesuai apabila diajarkan

beragam keterampilan terkait pelatihan ekstremitas.

3) Aspek emosional

Berdasarkan aspek emosionalnya, anak telah mampu

mengendalikan ekspresi serta emosinya. Tingkat animism serta

egoisme di fase tersebut menurun serta bisa dikontrol.

4) Aspek penghayatan agama

Dalam fase tersebut, anak mampu melakukan penghayatan

pada agamanya. Ditandai oleh anak yang berkemauan dalam

beribadah serta memenuhi aspek rohani dirinya (Ibda, 2015;

Soetjiningsih& Ranuh, 2013; Yusuf, 2011).

2. Konsep Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Perilaku ialah segala aktivitas seseorang yang bisa dilihat

dengan langsung, ataupun tidak (Notoatmodjo, 2007). Skinner

(1938) dalam Notoadmodjo (2007) menyebutkan perilaku ialah


15

hasil atas terhubungkannya stimulus/ rangsangan dengan

respon/tanggapan.

b. Domain Perilaku

Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) melakukan

pembagian perilaku manusia menjadi 3 kawasan, yakni

psikomotor, afektif, serta kognitif. Teori Bloom menurut

perkembangannya dilakukan modifikasi yakni untuk mengukur

hasil pendidikan kesehatan, dengan mencakup:

1.) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahunya individu, serta hal

tersebut terjadi seseudah individu merespon menggunakan

indera terhadap sebuah objek. Pengetahuan terjadi dengan

adanya panca indera yang mencakup indra pendengaran,

penglihatan, perasa, penciuman, serta perabaan. Mayoritas

wawasan manusia didapatkan menggunakan media telinga serta

mata (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan terkait domain

kognitif yakni ada 6 tingkat:

a.) Tahu (Know)

Tahu artinya ingat akan sebuah materi yang

sebelumnya sudah dipelajari. Pengetahuan tingkat ini

dinamakan recall (mengingat kembali) suatu hal secara

spesifik dari semua materi yang seseorang pelajari ataupun

stimulus yang sudah seseorang terima.


16

b.) Memahami (Comprehension)

Memahami artinya sebuah kemampuan dalam menjelaskan

dengan benartentang objek yang diketahui, serta bisa

mengiterpretasikan materi itu dengan tepat.

c.) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan menjadi kemampuan dalam

mempergunakan materi dalam keadaan sesungguhnya.

d.) Analisis (Analisysis)

Analisis merupakan sebuah kemampuan dalam melakukan

penjabaran terkait materi ataupun sebuah obyek kedalam

berbagai komponen, namun masih pada suatu struktur

organisasi tersebut serta saling berhubungan. Kemampuan

tersebut bisa diamati berdasarkan pemakaian kata kerja.

e.) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukan kepada sebuah kemampuan terkait

peletakan ataupun penghubungan bagian pada sebuah

bentuk kesatuan baru, bisa dikatakan sintesis menjadi

sebuah kemampuan terkait penyusunan formulasi baru atas

berbagai formula sebelumnya.

f.) Evalusi (Evaluation)

Evaluasi terkait kemampuan dalam menjustifikasi ataupun

menilai sebuah materi ataupun objek. Berbagai penilaian

tersebut didasarkan pada sebuah kriteria yang seseorang


17

tentukan secara mandiri, ataupun pemakaian berbagai

kriteria yang sudah ada.

2.) Sikap

Sikap ialah respon ataupun reaksi tertutup dari seorang

individu pada sebuah rangsangan ataupun objek.

a.) Komponenen pembentuk sikap

Alport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) memberi

penjelasan sikap memiliki 3 komponen utama.

(1) Konsep, ide, serta kepercayaan pada sebuah subjek.

(2) Kehidupan emosional ataupun pengevaluasian pada

sebuah objek.

(3) Rasa cenderung dalam bertindak.

b.) Tingkatan sikap

Layaknya pengetahuan, sikap meliputi beragam tingkatan:

(1) Menerima (Receiving)

Seorang individu mengetahui subjek serta

memperhatikan rangsangan.

(2) Merespon (Responding)

Subyek memberi jawaban jiak diberi pertanyaan,

menyelesaikan serta mengerjakan tugas yang diberikan

artinya individu itu menerima gagasan sebagai sebuah

rangsangan.
18

(3) Menghargai (Valuing)

Melakukan ajakan pada orang lain supaya melakukan

pengerjaan serta berdiskusi terkait sebuah

permasalahan.

(4) Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas seluruh hal yang sudah

diperolehnya disertai beragam resiko.

3.) Praktik

Sebuah sikap tidak serta merta diwujudkan menjadi sebuah

tindakan. Dalam merealisasikan sikap untuk dijadikan

perbuatan, perlu faktor yang mendukung, antara lain fasilitas.

Praktik mempunyai sejumlah tingkatan:

a.) Persepsi (Perception)

Mengenali dan memilih beragam objek terkait pilihan

tindakannya menjadi bagian dari praktek tingkat pertama

b.) Respon terpimpin (Guided response)

Bisa mengerjakan suatu hal berdasarkan urutan serta contoh

menjadi indikator praktek tingkat dua.

c.) Mekanisme (Mecanism)

Jika seorang individu sudah mampu melaksanakan suatu hal

secara tepat, otomatis, ataupun menjadi suatu kebiasaan,

dengan demikian dia telah mencapai praktik tingkat tiga.

d.) Adopsi (Adoption)


19

Adaptasi menjadi sebuah praktek ataupun tindakan yang

telah mengalami perkembangan dengan baik. Yang berarti

tindakan telah dimodifikasinya dengan tidak megurangi

kebenaran tindakan.

3. Video Animasi

a. Pengertian video

Video ialah tipe media yang menggunakan unsur audiovisual,

hal tersebut berarti media pembelajaran bisa dicerna menggunakan

bantuan indera pendengaran serta penglihatan. Selaku media

pembelajaran, video efektif untuk dipergunakan dalam tahap

pembelajaran secara individual, massal, ataupun berkelompok

(Ardhianti, 2022).

b. Efektivitas Video

Efektivitas media video didasari 2 teori, yakni teori Edgar

Dale erta dari Brunner. Edgar Dale memiliki teori Dale’s cove of

experience. Teori ini memberi penggambaran tingkat pemahaman

siswa pada suatu kerucut pengalaman. Kerucut pengalaman ini

video diletakkan di bagian tengah digarenakan diketegorikan

menjadi “Television”. Posisi ini artinya media video lebih baik

dibandingkan media audio serta media visual.


20

Gambar 2.1

Kombinasi Kerucut Pengalaman dari Edgar Dale dan Teori

Brunner (Symbolic, Iconic, Enactive)

Sumber gambar tersebut ialah buku Robert Heinich “Instructional

Media and Technologies for Learning” dalam (Ardhianti, 2022).

Kedua, teori Brunner dengan penggolongan modus belajar

yang dijadikan 3 tingkat, yakni pengalaman langsung (enactive),

gambar/piktorian (iconic), serta pengalaman abstrak (symbolic).

Masing-masing teori tersebut memberi penegasan siswa cenderung

merasakan pengalaman belajar yang lebih memiliki makna apabila

guru mampu menciptakan suasana belajar yang bisa siswa rasakan

dengan seluruh panca indera yang dimilikinya. Bisa dikatakan

dengan kian banyaknya panca indera yang siswa gunakan sewaktu

belajar, dengan demikian tahap belajarnya bisa secara mudah untuk

siswa ikuti serta serap ilmunya (Ardhianti, 2022).

c. Keuntungan dan Kelemahan Video

1) Keuntungan
21

a) Ukuran video yang ditampilkan sangatlah fleksibel karena

bisa disesuaikan berdasarkan kebutuhan

b) Video ialah media mengajar non cetak dengan informasi

yang banyak serta lugas dikarenakan bisa disampaikan

kepada siswa dengan cara langsung

c) Video menambahkan sebuah dimensi baru tpada kegiatan

pembelajaran

d) Tingkat keefektifan dan kecepatan dalam penyampaian

materi lebih tinggi

2) Kelemahan

a) Fine details berarti media tayangnya tak bisa menampilkan

objek secara mendetail misalnya pada objek yang terlalu

kecil

b) Size information berarti tak bisa menampilkan objek

berdasarkan ukuran aslinya

c) Third dimention berarti proyeksi gambarnya secara umum

masih 2 dimensi

d) Opposition b yang berarti dengan kurang tepatnya

pengambil gambar mampu memunculkan rasa ragu dari

penonton terkait penafsiran gambar yang dia lihat

(Daryanto, 2013).

d. Pengertian Animasi
22

Animasi ialah gambar yang bergerak, kini kerap kali telah

menggunakan media computer saat membuatnya. Seiring

perkembangan zaman meningkat pula cara untuk menciptakan

sebuah animasi, baik secara konvensional maupun secara digital,

dan jenis animasi yang ada juga semakin bertambah. (Putra,

2019).

e. Fungsi Animasi

Animasi tak menampilkan gambar bergerak saja, akan tetapi

ada pula hal lainnya yang ditampilkan, seperti:

1) Memberi penggambaran terkait beragam Proses (Depiction of

Processes)

Film animasi dalam hal ini bisa memberi penggambaran terkait

proses serta korelasi dengan sifat yang abstrak serta apabila

digambarkan terasa sulit.

2) Membuat beragam proses menjadi lebih sederhana

(Simplification of Processes)

Dengan animasi, pihak yang membuat film bisa membuat

beragam aspek menjadi sederhana misalnya ide, proses,

struktur, serta organisasi (Prakosa, 2010).

f. Manfaat Video Animasi

Media video memiliki manfaat yakni optimalisasi capaian

tujuan pembelajaran secara singkat melalui pengaktifan minat

siswa serta membuat mereka memiliki motivasi dalam


23

mempraktikkan hal yang telah diajarkan, media video mampu pula

meningkatkan minat belajar siswa dikarenakan siswa bisa

mengamati video secara langsung serta menyimaknya (Claudia et

al., 2021).

Media video animasi dapat digunakan sebagai media

penyuluhan yang menarik dikarenakan daya ingat seorang individu

mampu melakukan penyimpanan 20 % saja dari berbagai hal yang

dibacanya, 30% dari yang didengar, 40% dari yang dilihat, 50%

dari yang disebut, 60% dari yang dibuat, 90 % dari yang

dibaca, didengar, dilihat, disebut, serta dibuat oleh mereka

dengan cara yang bersamaan. Video animasi bisa membuat seorang

individu mengingat 90% dari yang dibaca, didengar, dilihat,

disebut, serta dibuat. Perihal tersebut karena video animasi

mempunyai berbagai elemen grafik, teks, audio, video, serta

animasi yang dengan bersamaan bisa ditampilkan (Setiana et al.,

2022).

Manfaat dengan ditayangkannya video animasi diantaranya:

1) Bagi anak yang berusia dini

a) Mampu memicu meningkatnya pengetahuan anak

b) Optimalnya perkembangan anak

c) Anak cenderung memiliki imajinasi yang tinggi dengan

berbagai tayangan yang ditampilkan

2) Bagi peneliti
24

a) Bisa dijadikan media pembelajaran yang mampu

mempermudah peneliti dalam melakukan penyampaian

materi kepada siswa dan dengan demikian siswa mampu

memahami materinya secara mudah.

b) Bisa dijadikan metode mengajar yang menarik supaya

siswa bersemangat dalam belajar. Bisa pula dijadikan

menjadi sebuah alternatif ataupun usaha dalam rangka

membuat meningkatnya pengetahuan (Siti, 2019).

4. Menggosok Gigi

a. Anatomi Gigi

1) Anatomi Gigi

Gambar 2.2 Anatomi Gigi (Sumber: Tarigan, 2016)

Struktur gigi digolongkan menjadi 2 bagian yakni bagian

akar serta mahkota. Untuk bagian akar ialah bagian yang

tertanamkan pada tulang rahang, Untuk mahkota ialah gigi

yang bisa dilihat dengan jelas pada mulut (Tarigan, 2016).


25

Tarigan (2016) menyebutkan gigi manusia terdapat 4

jaringan, diantaranya:

a) Mahkota

Bagian yang menonjol dari rahang.

b) Leher

bagian yang letaknya diantara akar gigi dan mahkota.

c) Akar

Bagian yang tertanam pada rahang.

d) Email

Dinamakan pula "Enamel", ialah jaringan dengan fungsinya

yakni menjadi pelindung tulang gigi serta letaknya ada pada

bagian terluar gigi.

e) Tulang

Disebut pula "Dentin" yakni lapisan di bawah email dengan

bahan pembentuknya berupa zat kapur

f) Rongga Gigi

Rongga dengan banyak serabut syaraf serta pembuluh

darah kapiler.

g) Semen

Dinamakan pula "Sementum", ialah bagian akar gigi yang

berbatasan serta berdampingan dengan tulang rahang

tempat tumbuhnya gigi.

h) Pulp
26

Rongga yang dipenuhi syaraf serta pembuluh darah kapiler.

b. Macam dan Fungsi Gigi

Menurut Tarigan (2016), terdapat 4 fungsi gigi manusia

berdasarkan bentuknya:

1) Gigi seri, berjumlah 4 buah yang masing-masing di bawah serta

atas. Totalnya ada 8, letaknya terdepan, fungsinya melakukan

pemotongan pada makanan yang pertama memasuki mulut.

2) Gigi taring, berjumlah 4 buah, 2 di bawah, serta 2 di atas.

Letaknya ada pada sudut mulut.

3) Geraham kecil, gigi tersebut menggantikan gigi geraham

sulung. Letaknya di samping bagian belakang gigi taring,

jumlahnya ada 8.

4) Geraham besar, letaknya ada di belakang gigi geraham kecil,

total ada 12 buah, 6 di bawah serta 6 di atas.

c. Pengertian Menggosok Gigi

Menggosok gigi ialah suatu kemampuan dasar yang perlu

manusia miliki dalam mempertahankan kesehatan mulut (Sandy et

all., 2016).

d. Tujuan Menggosok Gigi

Pintauli dkk (2016) menyebutkan beberapa tujuan gosok gigi:

1) Membersihkan plak ataupun mencegahnya terbentuk

2) Membersihkan stein, debris, ataupun sisa-sisa makanan

3) Menstimulus jaringan gingiva


27

4) Memberi lapisan flour pada permukaan gigi

e. Waktu Menggosok Gigi

Metode perawatan gigi tersederhana ialah melakukan sikat

gigi dengan teratur setidaknya dua kali dalam satu hari, waktu

paling baik untuk ialah malam sebelum tidur serta pagi sesudah

makan. Melakukan sikat gigi sesudah makan tujuanna

membersihkan sisa-sisa makanan pada sela-sela serta permukaan

gigi (Hidayat et al., 2016).

f. Teknik Monggosok Gigi.

Teknik sikat gigi dilakukan dengan cara kombinasi yakni

penggabungan vertikal (bawah-atas), teknik horizontal (kanan-

kiri), serta sirkular (memutar) (Keloay et al., 2019).

1) Teknik horizontal

Teknik horizontal ialah metode sikat gigi yang memiliki

arah horizontal (kanan-kiri) (Dewi et al,. 2016). Sulkus

interdental (sulkus gingiva) ialah ruang ataupun celah pada

sekitaran gigi yang dibatasi oleh permukaan gigi pada satu sisi

serta lapisan epitel dari free margin gingiva pada sisi lainnya

(Prabandari, 2016).
28

Gambar 2.3 Gambaran Gingiva

Sumber: Caranza clinical periodontology 11th ed,2012

2) Teknik Vertikal

Teknik sikat gigi dengan cara vertikal menggunakan

gerakan atas-bawah diawali dari rahang atas yang mana

gerakannya dalam menyikat dari atas ke bawah serta dari

bawah ke atas untuk bagian rahang bawah. Metode tersebut

amat untuk membersihkan plak (Keloay et al., 2019).

3) Teknik Sirkular (spiral)

Teknik fones (sirkuler) ialah metode penggerakan sikat

dengan cara memutar. Teknik ini dilakukan pada gigi bagian

depan untuk menghilangkan selipan plak pada celah gusi serta

gigi secara optimal serta mampu mempertahankan kesehatan

gusi, teknik tersebut bisa diimplementasikan kepada berumur

6-12 tahun (Keloay et al., 2019).

g. Jenis Gosok Gigi


29

Erwana, A (2018) menyarankan untuk memilih sikat gigi yang baik

sesuai kriteria:

1) Gagangnya harus lurus, agar mempermudah dalam kontrol

kendali gerakan menyikat. Apabila tidak, dapat membuatnya

kurang tepat dalam penyikatan.

2) Tidak membulat serta tidak lebarnya kepala sikat amat

berpengaruh agar jaringan lunak lainnya tidak terlukai

misalnya pipi, sewaktu menggosok gigi geraham.

3) Pilihan bulu sikat dianjurkan supaya lembut agar tak membuat

gusi luka serta tidak sulit untuk memasuki sela-sela gigi.

h. Standar Operasional Prosedur (SOP) Menggosok Gigi

Tabel 2.1

SOP Gosok Gigi

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


GOSOK GIGI
Pengertian Menggosok gigi merupakan salah satu kemampuan
dasar yang harus dimiliki setiap manusia untuk
menjaga kesehatan rongga mulutnya.
Tujuan 1. Menyingkirkan plak atau mencegah
terjadinya pembentukan plak.
2. Membersikan sisa-sisa makanan, debris.
3. Mencegah karies gigi
Persiapan 1. Sikat gigi
Alat 2. Pasta gigi
3. Air
Prosedur 1. Meletakkan pasta gigi pada sikat gigi,
membasahi dengan sedikit air.
2. Meletakkan bulu sikat gigi pada permukaan
gigi dekat tepi gusi dengan posisi
membentuk 45 derajat.
3. Mulai menyikat gigi pada gigi geraham
atas dengan gerakan horizontal (maju-
30

mundur).
4. Menyikat gigi pada gigi geraham bawah
dengan gerakan horizontal (maju-mundur).
5. Menyikat dengan gerakan spiral
(melingkar) dari atas ke bawah selama
sekitar 20 detik untuk gigi bagian luar
depan.
6. Menyikat dengan gerakan vertikal (atas-
bawah) selama sekitar masing-masing 20
detik untuk gigi bagian luar kanan dan kiri.
7. Menyikat permukaan gigi bagian dalam
gerakan vertikal (atas-bawah). Lakukan
gerakan ini mengulang 2-3 kali.
8. Memastikan semua permukaan gigi disikat,
sehingga plak atau sisa makanan yang
menempel di gigi hilang.
9. Bilas mulut dan gigi dengan air sampai
bersih.
10. Membersihkan sikat dengan air dan
mengembalikan di tempat yang disediakan.
Sumber: (Efrida, 2020)

i. Dampak Tidak Menggosok Gigi Dengan Benar

Cara gosok gigi secara benar perlu tertanam sedini mungkin

dikarenakan salahnya perilaku menggosok gigi bisa berakibat

buruk pada kesehatan gigi serta mulut, contohnya ialah terkena

debris, karies gigi, calculus, serta plak(Wiradona et all., 2019).

1) Karies gigi

Karies ialah penyakit yang timbul karena adanya

mikroorganisme pada rongga mulut.

Dampak negatifnya untuk anak yang masih berusia dini

ialah nyeri serta lepasnya gigi (Chou R, dkk, 2013). Dampak

lainnya ialah sulit mengunyah, merasa kan rendah diri, serta


31

tahap pembelajaran terganggu yang dengan demikian mampu

menurunkan prestasi.

2) Plak

Plak ialah sebuah deposit lunak dengan mencakup

sekumpulan bakteri pada sebuah matriks yang mana mereka

berkembang biak. Lapisan akan terbentuk serta menempel di

atas permukaan gigi, perihal tersebut terjadi apabila abai pada

kebersihan gigi serta mulut (Wenda, 2018).

3) Calculus/ Karang gigi

karang gigi ialah massa yang terbentuk, terklasifikasi,

serta menempel di permukaan gigi.

4) Debris

Debris ialah deposit lunak berwarna putih, ada di sekitaran

leher gigi yang berisikan sisa makanan, serta bakteri. Endapan

itu tak menempel kuat di permukaan gigi serta tak

memperlihatkan ada struktur (Wenda, 2018).

j. Berbagai faktor yang berpengaruh pada kebiasaan gosok gigi.

Hermawan (2015) menyebutkan berbagai faktor yang bsia

memberi pengaruh pada kebiasaan gosok gigi pada anak,

diantaranya:

1) Praktik sosial

2) Status sosio ekonomi


32

Sumber daya ekonomi berpengaruh pada tingkat serta jenis

praktek kebersihannya (gosok gigi).

3) Pengetahuan

Pengetahuan tentang perlunya higiene (menggosok gigi)

serta implikasi yang timbul untuk kesehatan mampu memberi

pengaruh pada praktek hygiene (menggosok gigi).

4) Kebudayaan

Kebudayaan, nilai, serta kepercayaan berpengaruh pada

perawatan gigi (menggosok gigi).

5) Motivasi anak dalam melakukan gosok gigi

Notoatmodjo 2010 menyebutkan tentang teori yang

berpengaruh pada perilaku, secar akhusus perilaku terkait

kesehatan, diantaranya teori Lawrence Green (1980).

5. Kriteria Keberhasilan

Kriteria keberhasilan pada penelitian ini diantaranya ialah:

1) Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

a. Baik, jika siswa dapat menjawab benar 22-26 soal.

b. Cukup, jika siswa dapat menjawab benar 19-21 soal.

c. Kurang, jika siswa dapat menjawab kurang dari 18 soal.

(Sudjana, 2014)

2) Praktik

a. Baik, jika siswa dapat melakukan praktik menggosok gigi sesuai

Standar Operasional Prosedur (SOP).


33

b. Kurang, jika siswa tidak dapat melakukan praktik menggosok gigi

sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP)

(Hidayat, 2008).

B. Kerangka Teori

Edukasi Media Video Animasi Gosok Gigi

Manfaat Video Animasi Gosok Gigi:


1. Dapat meningkatkan pengetahuan anak
2. Dapat meningkatkan perkembangan anak Baik:
3. Anak dapat berimajinasi melalui 86-100
tayangan-tayangan di dalamnya
4. Dapat menjadi media pembelajaran Pengetahuan Cukup:
5. Dapat menjadikan pelaksanaan Sikap Tindakan 70-85
pembelajaran yang menarik
Kurang:
≤ 69

Faktor yang mem- Praktik Gosok Gigi


pengaruhi gosok gigi:
1. Praktik sosial
2. Status sosio ekonomi Kriteria Keberhasilan
3. Pengetahuan
4. Kebudayaan
5. Motivasi anak
Baik: Jika sesuai SOP Kurang: Jika tidak
sesuai SOP

Gambar 2.4 Kerangka Teori


34

Sumber : (Siti, 2019), (Sudjana, 2014), (Efrida, 2020), (Hidayat, 2008),


(Hidayat et al., 2016), (Hermawan, 2015), (Wiradona et all.,
2018).

Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Garis penghubung
35
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel penelitian menjadi sebuah sifat ataupun atribut nilai yang

seseorang, aktivitas, serta objek miliki berdasarkan ketetapan dari peneliti

untuk dipelajari serta selanjutnya disimpulkan (Sugiyono, 2019:68).

1. Variabel Independen

Independent Variable kerap kali dinamakan mejadi predictor,

stimulus, serta antecedent. Menurut bahasa indonesia kerap kali

dinamakan bebas. Sugiyono, 2019:69). Penelitan ini independennya

adalah Edukasi media video animasi gosok gigi.

2. Variabel Dependen

Sugiyono (2019:69) menyebutkan bahwa Dependent Variable

kerap kali berperan menjadi kriteria, output, serta konsekuensi.

Penelitian dependennya adalah pengetahuan, sikap dan praktik gosok

gigi pada anak.

B. Kerangka Konsep dan Hipotesis

1. Kerangka Konsep

Peneliti bermaksud memberi Batasan pada ruang lingkup serta

menentukan arah pada pelaksanaan penelitiannya. Kerangka konsep

pada penelitian ini diantaranya ialah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Edukasi Media Video Pengetahuan,


Animasi Gosok Gigi Sikap dan
Praktik
Menggosok Gigi
36
37

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

2. Hipotesis

Sugiyono (2017) mendefinisikan hipotesis menjadi jawaban yang

bersifat sementara dari sebuah rumusan masalah. Dikarenakan bersifat

sementara, dengan demikian harus dicari benar tidaknya dengan

menganalisis sebuah data. Berikut ialah hipotesisnya:

Ha: Ada pengaruh video animasi gosok gigi terhadap peningkatan

peningkatan, sikap, dan praktik menggosok gigi pada anak kelas

IV di SDN 1 Wirosari

Ho: Tidak ada pengaruh video animasi gosok gigi terhadap

peningkatan pengetahuan, sikap, dan praktik menggosok gigi

pada anak kelas IV di SDN 1 Wirosari

C. Konsep Metodologi

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif untuk melakukan

penelitian pada populasi serta sempel, penelitian untuk pengumpulan

data, data bersifat kuantitatif, bertujuan menguji hipotesis

(Sulistyaningsih, 2011).

2. Desain dan Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan ialah Quasy eksperiment

dikarenakan ada unsur manipulasi, yakni pengubahan situasi yang

biasanya dengan cara sistematis ke sebuah situasi tertentu dan juga


38

senantiasa mengobservasi serta mengontrol hal dari luar yang mampu

memberi pengaruh pada hasil penelitiannya (Sugiyono, 2019).

Desain penelitian ini ialah Pretest-Posttest Control Group design.

Desain tersebut ada 2 kelompok yang penelit pilih dengan acak,

selanjutnya dilakukan pretest dalam rangka mencari tahu situasi

awalnya, ada tidaknya perbedaan kelompok kontrol dengan

eksperimen. Hasil pretestnya baik apabila kelompok eksperimen

bernilai tidak berbeda signifikan (Sugiyono, 2019).

Tabel 3.1

Rancangan Quasy Eksperimen (Pretest-Posttest Control Group


design).

Sampel Pretest Perlakukan Postest


R O1 X O3
R O2 - O4
Sumber: Sugiyono, 2019. Metodologi Penelitian Pendidikan

Keterangan:

R: Pengambilan Random Sampling

O1: Pretest Kelompok Eksperimen

O2: Pretest Kelompok Kontrol

X: Perlakukan Kelompok Eksperimen

O3: Postest Kelompok Eksperimen

O4: Postest Kelompok Kontrol

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi
39

Populasi ialah area yang digeneralisasi dengan mencakup:

subjek/objek dengan suatu karakteristik serta kuantitas yang peneliti

tetapkan supaya dipelajari serta selanjutnya disimpulkan (Sugiyono,

2019:126). Populasi yang diteliti ialah siswa SDN 1 Wirosari Kelas 4

dengan total 40 anak.

2. Sampel

Sampel menjadi bagian dari karakterisitik serta kuantitas yang

populasi miliki (Sugiyono, 2019:127). Metode sampling yang

digunakan ialah total sampling. Total sampling merupakan metode

dalam mengambil sampel yang mana total sampelnya sama dengan

jumlah populasinya (Sugiyono, 2013). Sampel yang diteliti ada 40

anak dari kelas IV di SDN 1 Wirosari. Selanjutnya dikolompokkan

menjadi 2 kelompok yakni masing-masing untuk kelompok kontrol

dan eksperimen berjumlah 20 anak.

a. Kriteria inklusi

1) Anak kelas 4 SDN 1 Wirosari.

2) Responden yang bersedia menjadi responden.

3) Responden yang bisa diajak komunikasi dengan baik serta

kooperatif.

b. Kriteria eksklusi

1) Responden yang sakit yang tidak hadir sewaktu penelitian

dilaksanakan.

E. Tempat dan Waktu Penelitian


40

a. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di bulan Mei 2023.

b. Tempat penelitian

Tempat dilaksanakannya penelitian ialah SDN 1 Wirosari.


41

F. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional. Pengaruh Video Animasi Gosok Gigi Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan
Praktik Menggosok Gigi Pada Anak Kelas IV Di SDN 1 Wirosari

Variabel Penelitian Definisi Operasional Instrumen Hasil Ukur Skala Ukur


Variabel Independent: Video animasi gosok - - -
Edukasi Media Video gigi yang dikembang-
Animasi Gosok Gigi kan sendiri oleh
peneliti berdurasi 8
menit tentang materi
edukasi yang meliputi:
Cerita animasi,
Pengertian gosok gigi,
tujuan gosok gigi,
waktu menggosok
gigi, dampak tidak
menggosok gigi, serta
cara menggosok gigi
sesuai SOP.
Variabel Dependent: Pengetahuan anak Lembar kuisioner Item benar dibagi Ordinal
Pengetahuan dan Sikap tentang gosok gigi dan menggunakan skala jumlah soal (26)
l l l l

sikap yang dimiliki guttman dengan jumlah dikalikan 100.


l l l

anak tentang gosok 26 pertanyaan. Soal 1. Baik: 84-100 (22-


l l l l

gigi dijawab dengan cara


l l 26) l l l

memberikan tanda 2. Cukup: 73-83 (19-


l l l

centang (✓) pada


l 21) l l

jawaban yang
l l 3. Kurang: ≤ 69
l l
42

diinginkan. Nilai 1 l l (>18)


untuk jawaban Benar l l l l (Sudjana, 2014)
dan nilai 0 untuk
l l

jawaban yang Salah.


l l l l l l

Variabel Dependent: Upaya yang anak Lembar observasi Baik: 1-10 Nominal
Praktik Menggosok lakukan dalam berupa cheklist Kurang: ≤ 10
Gigi merawat gigi serta
mulut di SD dari (Hidayat, 2008)
Direktorat Bina
Pelayanan Kesehatan
Gigi dan Mulut
Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
dalam Efrida, 2020
yaitu berupa 10
langkah menggosok
gigi.
43

G. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yaitu metode penelitian kepada

responden lewat proses pendekatan serta pengumpulan karakteristik

subjek yang dibutuhkan (Sugiyono, 2019). Metode dari pengumpulan

data penelitian ini meliputi:

a) Pengumpulan data primer

Data primer peneliti peroleh dari lembar kuesioner serta

lembar observasi. Pengumpulan data medapatkan bantuan dari 6

asisten peneliti. Sebelumnya peneliti jelaskan terkait cara pengisian

lembar kuesioner dan lembar observasi ke asisten peneliti untuk

menyamakan persepsi. Dalam mengumpulkan datanya

dilaksanakan pada SDN 1 Wirosari sesudah disetujui oleh pihak

Institusi Universitas An Nuur Purwodadi.

b) Pengumpulan data sekunder

Data sekunder didapatkan dari berbagai referensi yang valid

misalnya: jurnal, sumber kepustakaan berupa buku, dan internet.

2. Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan datanya dilaksanakan melalui berbagai langkah

di bawah:

a. Surat persetujuan pembimbing I dan II guna memohon izin terkait

pengambilan data awal usulan penelitian pada Kaprodi S1

Keperawatan Universitas An Nuur Purwodadi.


44

b. Setelah memperoleh izin untuk melakukan penelitian dari

Universitas Annur, peneliti melaksanakan studi pendahuluan ke

SDN 1 Wirosari, SDN 2 Wirosari, dan SDN 6 Wirosari.

c. Melakukan identifikasi responden menurut kriteria yang sudah

peneliti tetapkan.

d. Peneliti memilih rekan yang akan membantu dalam penelitian

tugasnya yaitu sebagai asisten peneliti sebanyak 6 orang yang

bertugas membantu peneliti dalam membagi lembar kuesioner dan

mengisi lembar observasi.

e. Meminta kesediaan anak SDN 1 Wirosari Kelas 4 untuk dijadikan

calon responden menggunakan informed consent yang di dalamnya

berisi terkait persetujuan untuk dijadikan sampel.

f. Peneliti menetapkan terlebih dahulu responden pada kelompok

ekperimen dengan diundi secara random berjumlah 20 anak.

g. Peneliti sudah mendapatkan data dari kelompok eksperimen,

kemudian peneliti mencari responden pada kelompok kontrol

dengan diundi secara random berjumlah 20 anak.

h. Peneliti sudah mendapatkan responden dari kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol.

i. Peneliti melakukan pretest mengukur tingkat pengetahuan dan

sikap serta kemampuan menggosok gigi kelompok eksperimen

serta kontrol.
45

j. Memberikan video animasi gosok gigi selama durasi 8 menit untuk

kelompok eksperimen.

k. Peneliti melakukan postest mengukur kembali tingkat pengetahuan

dan sikap serta kemampuan menggosok gigi kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol.

l. Melakukan pemeriksaan ulang pada hasil lembar kuesioner serta

lembar observasi, dan data demografi telah terisi dengan

menyeluruh.

m. Data yang telah peneliti peroleh kemudian dilakukan pengolahan

menggunakan program komputer.

n. Tahap akhirnya ialah pembuatan hasil laporan penelitian.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ialah peralatan yang peneliti gunakan dalam

pengumpulan data supaya penelitiannya bisa berjalan secara baik

(Sugiyono, 2019). Instrumen dalam variabel independent ialah Edukasi

Media Video Animasi Gosok Gigi serta untuk variable dependen ialah

pengetahuan, sikap dan praktik gosok gigi. Instrumen yang peneliti

gunakan ialah lembar observasi, lembar kuesioner, laptop, LCD, sikat gigi,

pasta gigi, dan air.

Dalam penyusunan instrumen/alat ukur dalam penelitian metode dan

jenis instrumen yang akan peneliti gunakan ialah angket/kuesioner serta

observasi. Selanjutnya menyusun parameter/indikator yang peneliti

gunakan dalam penelitian yang disesuaikan dengan variabel yang akan


46

diamati. Selanjutnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen.

Instrumen yang peneliti gunakan secara mendasar terdapat 2 kategori

instrumen yang telah baku serta belum baku (Hidayat, 2017).

1. Lembar Kuesioner

Kuesioner berisikan beberapa pertanyaan yang berbentuk angket

yang peneliti gunakan dalam mendapatkan informasi dari responden

pada laporan pribadinya ataupun berbagai hal yang tak diketahuinya

(Hidayat, 2017). Kuesioner yang peneliti gunakan ialah kuesioner

identitas responden, kuesioner tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan

yang diambil dari Yetti Lusianna, 2010.

Lembar angket dalam penelitian ini yaitu :


l l l l l l

a. Kuesioner A l

Kuesioner A berisi data responden yang meliputi : no. l l l l

responden, nama, jenis kelamin, umur, kelas. l l l

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Indentitas Responden


l l

Aspek l Pertanyaan l l l

Indentitas Responden l A1,A2,A3,A4,A5


l l l l l

b. Kuesioner B

Kuesioner B digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan, l l l l l

sikap, dan tindakan responden tentang gosok gigi. Kuesioner l

menggunakan skala guttman dengan jumlah 26 soal, dengan


l l l l l l l l l

penilaian dalam kuesioner B apabila responden menjawab


l l l l l l l l l

pertanyaan dengan benar maka nilai 1, apabila salah mendapat nilai


l l l l l l l l l l l l l l l l
47

0. Kemudian untuk cara penilaiannya item benar dibagi jumlah soal

dikalikan 100. Jumlah total nilai maksimumnya 100 serta nilai

minimumnya 0 disertai pengkategorian: Baik= 86-100, Cukup=70-

85, Kurang= ≤ 69 (Sudjana, 2014).

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

Gosok gigi.

No Indikator
l Nomor Soal l

1. Pengetahuan Gosok Gigi 1-10


2. Sikap Gosok Gigi 11-20
3. Tindakan Gosok Gigi 21-26
Totall 26

2. Lembar Observasi

Observasi ialah sebuah tahap pencatatan serta pengamatan dengan

cara yang logis, sistematis, rasional, serta objektif berdasarkan beragam

fenomena, pada kondisi sesungguhnya ataupun pada kondisi buatan

dalam mewujudkan suatu tujuan. Observasi berfungsi mencari tahu

sesuai tidaknya tindakan yang dilaksanakan dengan rencana tindakan

yang telah peneliti susun serta mencari tahu terkait keberlaksanaan

tindakannya, dan dengan demikian harapannya mampu menghasilkan

perubahan sesuai harapan (Zainal Arifin 2013, hlm.153).

Dalam penelitian ini lembar obeservasi berisi tentang langkah-

langkah praktik gosok gigi sesuai SOP dari Direktorat Bina Pelayanan
48

Kesehatan Gigi dan Mulut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

dalam Efrida, 2020.


49

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Lembar Observasi SOP Gosok Gigi

Penelitian Indikator Deskriptor Jenis Tes No Item Jumlah


Item
Meningkatkan 3. Menyiapkan 1. Meletakkan pasta gigi pada sikat gigi, Demonstrasi 1,2,3,4,5, 10
kemampuan alat dan bahan membasahi dengan sedikit air. 6,7,8,9,1
menggosok 4. Menggosok 2. Meletakkan bulu sikat gigi pada permukaan 0
gigi dengan gigi gigi dekat tepi gusi dengan posisi
metode 5. Membersihkan membentuk 45 derajat.
demonstrasi peralatan 3. Mulai menyikat gigi pada gigi geraham atas
menggunakan menggosok dengan gerakan horizontal (maju-mundur).
media video gigi 4. Menyikat gigi pada gigi geraham bawah
animasi gosok 6. dengan gerakan horizontal (maju-mundur).
gigi 5. Menyikat dengan gerakan spiral
(melingkar) dari atas ke bawah selama
sekitar 20 detik untuk gigi bagian luar
depan.
6. Menyikat dengan gerakan vertikal (atas-
bawah) selama sekitar masing-masing 20
detik untuk gigi bagian luar kanan dan kiri.
7. Menyikat permukaan gigi bagian dalam
gerakan vertikal (atas-bawah). Lakukan
gerakan ini mengulang 2-3 kali.
8. Memastikan semua permukaan gigi disikat,
sehingga plak atau sisa makanan yang
menempel di gigi hilang.
9. Bilas mulut dan gigi dengan air sampai
bersih.
50

10. Membersihkan sikat dengan air dan


mengembalikan di tempat yang disediakan
Jumlah 10
51

I. Uji Instrumen

Khusus untuk kuesioner penelitian, supaya bisa dijadikan instrumen

penelitian yang memiliki unsur validitas serta reliabilitas untuk digunakan

menjadi alat dalam mengumpulkan data, maka peneliti lakukan pengujian

validitas serta reliabilitas. Dalam menentukan valid tidaknya, maka harus

melihat nilai pada kolom corrected item total correlation selanjutnya

dilakukan perbandingan dengan t tabel. Selanjutnya untuk reliabilitas ialah

melalui pengamatan nilai cronbach’s alpha if item deleted (Situmorang,

2008). Ghozali dan Kuncoro (2005) menyebutkan sebuah variabel

dikategorikan reliabel apabila bernilai cronbach alpha >0,60.

Uji validitas serta realibilitas dilaksanakan pada 30 responden. Hasil

analisisnya yakni seluruh item pertanyaannya bisa peneliti gunakan sebab

hasil uji reabilitasnya 0,937 yang mana melebihi 0,60 dan dengan

demikian dikategorikan reliabel, dan nilai hasil uji validitasnya r-hitung

melebihi r-tabel yakni 0.361 untuk 30 responden dan dengan demikian

sesuai persyaratan validitas.

J. Pengolahan Data

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2010) langkah-langkah dalam l l l l l l l

pengelolaan data, sebagai berikut:


l l l l l l

a. Editing (Penyuntingan data) l l l

Setelah data terkumpul kemudian jawaban diselesaikan dengan


l l l l l l l l l l

tujuan untuk memeriksa kelengkapan dan menghindari kesalahan.


l l l l l l l l l

Menyeleksi data yang sudah masuk untuk menjamin validitas data.


l l l l l l l l l l
52

b. Coding (pengkodean) l

Setelah semua lembar observasi diedit, selanjutnya dilakukan


l l l l l l

pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau


l l l l l l l l l l l

huruf menjadi angka atau bilangan. l l l l l l l

c. Entry data (Memasukan data)


l l l l l l

Entry data yaitu proses memasukan data kedalam komputer


l l l l l l l l l

sehingga dapat dianalisa dengan menggunakan komputer.


l l l l l l l l l

d. Tabulasi
l l

Tabulasi yakni proses pembuatan berbagai tabel data


l l l l l l

berdasarkan tujuan penelitian peneliti inginkan. l l l

K. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis univariat peneliti gunakan sebagai penjelas serta

pendeskripsi terkait karakteristik variabel penelitian terkait distribusi

frekuensi serta proporsi. Analisis univariat memiliki bentuk yang

beragam bergantung kepada jenis data yang ada. Analisis univariat

menghasilkan distribusi frekuensi serta persentase dari masing-masing

variabel (Sumantri, 2015).

Analisis univariat yang peneliti gunakan dalam analisis

karakteristik responden mencakup jenis kelamin merupakan jenis data

nominal dan usia merupakan jenis numerik, kemudian dimasukkan


53

dalam bentuk tabel menjadi distribusi rata-rata (mean) dan nilai tengah

(median) dari tiap data tersebut. Mengetahui tingkat pengetahuan,

sikap dan praktek menggosok gigi siswa sekolah sebelum dengan

setelah diberikannya edukasi video animasi gosok gigi bagi kelompok

eksperimen, sebelum serta sesudah bagi kelompok kontrol disajikan

dalam data kategorik meliputi distribusi frekuensi dan persentase.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dalam mencari tahu adanya Pengaruh Video

Animasi Gosok Gigi Terhadap Peningkatan Kemampuan Pengetahuan,

Sikap dan Praktik Menggosok Gigi Pada Anak. Pada tahapan ini

datanya akan peneliti olah serta analisis menggunakan berbagai teknik.

Peneliti mendapatkan 2 data. Data pertama ialah data hasil pretest

dan post test kelompok eksperimen serta data kedua ialah data hasil

pretest serta post test kelompok. Masing-masing datanya peneliti ukur

dengan uji statistik Wilcoxon rank test yakni pengujian statistik

komparasi 2 sampel berpasangan dengan variabel skala ordinal dengan

derajat kemaknaan p<0,05. Apabila hasil analisisnya diperoleh nilai p<

0,05.

Selanjutnya ada pengujian Mann Whitney U Test, pengujian 2

kelompok tidak berpasangan yakni uji statistik komparasi 2 sampel

bebas dengan derajat kemaknaan p< 0,05. Pengujian statistik tersebut

peneliti gunakan dalam rangka mencari tahu perbandingan hasil delta

nilai praktik anak kelompok eksperimen serta kelompok kontrol.


54

Apabila hasil analisisnya bernilai α< 0,05, dengan demikian

hipotesisnya diterima (terdapat perbedaan dari kelompok eksperimen

dengan kontrol).

Jika datanya sudah diuji selanjutnya dilanjutkan dengan

membahasnya degan deskriptif serta analitik dan dengan demikian bisa

didapatkan sebuah penggambaran serta definisi lengkap terkait hasil

penelitian. Datanya akan diolah dengan bantuan perangkat lunak

SPSS.

L. Etika Penelitian

Peneliti melakukan penelitian menggunakan prinsip dasar etika

penelitian yaitu:

1. Informed Consent

Merupakan sebuah persetujuan responden untuk ikut serta sebagai

bagian dalam penelitian. Lembar persetujuan memiliki tujuan supaya

responden bisa memahami tujuan serta maksud dari penelitian. Jika

responden menolak untuk dijadikan bagian dari penelitian, dengan

demikian peneliti tak memaksa serta tetap menghormati hak-haknya

sebagai responden.

2. Anonimitas

Ialah bentuk menjaga data responden supaya tetap rahasia dengan

cara tak menuliskan identitasnya dengan lengkap meliputi nama

responden, nomor CM, alamat responden, serta yang lainnya namun


55

peneliti akan memberi inisial responden yang menunjukkan identitas

dari responden tersebut.

3. Confidentiality

Ialah sebuah upaya untuk menjaga kerahasiaan informasi dari

responden. Cara ini dilakukan dengan cara menyimpan dalam bentuk

file serta diberikan password. Selain itu, data yang berbentuk

hardcopy (laporan askep) akan disimpan di ruang rekam medis rumah

sakit / disimpan dalam bentuk dokumen oleh peneliti.


56
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam BAB ini membahas hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Video

Animasi Gosok Gigi Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik

Gosok Gigi pada Anak Kelas IV di SDN 1 Wirosari yang dilakukan pada 9

Mei 2023. Penjelasan hasil meliputi gambaran lokasi penelitian dan

karakteristik responden dengan mencakup jenis kelamin serta umur.

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar Negeri I Wirosari terletak pada Jalan Diponegoro No:

49a, Kelurahan Wirosari, kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan,

Provinsi Jawa Tengah. SD Negeri 1 Wirosari talah ada sejak tahun 1905

namun tanggal pasti berdirinya tidak diketahui. Awal mulanya, SD Negeri

1 Wirosari dibuat menjadi SR (Sekolah Rakyat).

Wilayah sekolah ini ada di area perkotaan serta terletak di

pemukiman padat. Sekolah ini ada 1 kantor guru, 6 kelas, serta ruang

kepala sekolah serta memiliki fasilitas 2 kamar mandi serta 1 wastafel.

Sedangkan yang peneliti gunakan hanya satu kelas saja yakni kelas 4.

Sekolah yang memiliki jumlah 6 guru pengajar ini memiliki Visi sekolah

yakni “SD Negeri 1 Wirosari Unggul dalam Prestasi, Cerdas, Terampil

dan Berakhlak mulia" mempunyai Misi sekolah yakni "SD Negeri 1

Wirosari

Melaksanakan Pembelajaran dan Bimbingan kepada siswa untuk mencapai

prestasi yang lebih unggul disegala bidang". Berdasarkan aspek

57
58

transportasi tak dijumpai kendala dikarenakan terletak di lokasi yang amat

strategis di tengah Kecamatan Wirosari.

B. Karakteristik Responden

1. Umur

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Umur Eksperimen Kontrol


(n) (%) (n) (%)
9 tahun 13 65,0 15 75,0
10 tahun 7 35,0 5 25,0
Total 20 100,0 20 100,0

Menurut tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Umur didapatkan responden kelompok eksperimen terbanyak adalah

umur 9 tahun terdapat 13 responden (65,0%). Untuk responden

kelompok kontrol terbanyak adalah umur 9 tahun yakni 15 responden

(75,0%).

2. Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin
Jenis Eksperimen Kontrol
Kelamin (n) (%) (n) (%)
Perempuan 10 50,0 9 45,0
Laki-Laki 10 50,0 11 55,0
Total 20 100,0 20 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden menurut

Jenis Kelaminnya didapatkan untuk kelompok eksperimen seimbang

dengan 10 perempuan (50,0%) dan laki-laki 10 responden (50,0%),


59

sedangkan untuk kelompok kontrol didapatkan 9 responden perempuan

(45,0%) dan 11 responden laki-laki (55,0%).

C. Analisis Univariat

1. Distribusi Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Tingkat Eksperimen Kontrol


Pengetahuan pretest posttest pretest posttest
, Sikap, (n) % (n % (n) % (n) %
Tindakan )
Baik 0 0,0 19 95,0 1 5,0 1 5,0
Cukup 9 45,0 0 0,0 7 35,0 7 35,0
Kurang 11 55,0 1 5,0 12 60,0 12 60,0
Total 20 100,0 20 100,0 20 100, 20 100,0
0

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa untuk pretest

kelompok eksperimen pengetahuan, sikap dan tindakan responden

terbanyak berada pada tingkat kurang yaitu 11 responden (55,0%) dan

untuk postest mengalami banyak peningkatan yaitu 19 responden

(95,0%) baik, sedangkan untuk pretest kelompok kontrol responden

terbanyak juga pada tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan kurang

yaitu 12 responden (60,0%) dan untuk postest tidak mengalami

peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan.

2. Distribusi Praktik Gosok Gigi

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Praktik Gosok Gigi

Tingkat Eksperimen Kontrol


Praktik Pretest posttest pretest posttest
(n) % (n) % (n) % (n) %
Baik 0 0,0 12 60,0 0 0,0 0 0,0
60

Kurang 20 100,0 8 40,0 20 100,0 20 100,0


Total 20 100,0 20 100,0 20 100,0 20 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa untuk pretest

kelompok eksperimen kemampuan praktik semua responden berada

pada tingkat kurang yaitu 20 responden (100,0%), untuk postes

menunjukan banyak peningkatan menjadi baik yaitu 12 responden

(60,0%). Sedangkan untuk pretest maupun postest kelompok kontrol

semua kemampuan praktik responden pada tingkat kurang yaitu 20

responden (100,0%).

D. Analisis Bivariat

1. Uji Wilcoxon Rank Test (Uji Berpasangan)

Uji Wilcoxon peneliti gunakan dalam mengamati pengaruh atas

diberikannya perlakuan berupa video animasi gosok gigi bagi kelompok

eksperimen serta kontrol. Uji Wilcoxon menjadi pembanding untuk

mengamati perbedaan data pretest dengan posttest. Kriteria berpengaruh

jika bernilai sig ≤ dari 0.05, lalu jika sig ≥ dari 0,05 degan demikian tak

ditemukan adanya pengaruh.

a. Hasil Uji Wilcoxon Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Gosok Gigi

Kelompok Eksperimen.

Hasil uji Wilcoxon untuk variabel Pengetahuan, Sikap, serta

Tindakan ialah dalam rangka mencari tahu perbedaan dari data

pretest dengan posttest setelah diberi video animasi gosok gigi.

Adapaun hasil uji Wilcoxon pada variabel Pengetahuan, Sikap,

serta Tindakan kelompok eksperimen diantaranya ialah:


61

Tabel 4.5 Hasil Uji Wilcoxon Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Kelompok Eksperimen

Uji Wilcoxon
Posttest Posttest eks kategorik –
eksperimen - pretest eks kategorik
pretest
eksperimen
Z -3.939 -4.038
Asymp. Sig .000 .000
(2-tailed)

Berdasarkan tabel 4.5 hasil uji Wilcoxon Pengetahuan, Sikap,

dan Tindakan untuk kelompok eksperimen memperlihatkan Z

hitung bernilai -3,939 serta sig 0,000. Untuk Z kategorinya sebesar

-4,038 serta sig kategoriknya 0,000. Perihal tersebut

mengindikasikan p value = 0.000 di bawah nilai 0,05 (taraf

kesalahan 5%), dengan demikian kesimpulannya ditemukan

perbedaan hasil Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan kelompok

eksperimen sebelum dengan setelah diberikannya video animasi

gosok gigi. Dalam rangka mencari tahu mana yang lebih bisa

diamati pada tabel di bawah:

Tabel 4.6 Data Analisis Pretest dan Posttest Pengetahuan,

Sikap, dan Tindakan Kelompok Eksperimen

Descriptive Statistics
N min max Mean Std. Deviation
Pretest 2 15 20 18.20 1.673
eksperimen 0
Posttest 2 21 26 24.55 1.504
eskperimen 0
Valid N 2
0
62

Tabel 4.6 didapatkan rerata nilai kelompok eksperimen

sebelum diberi perlakuan ialah 18,20 serta setelah diintervensi

24,55. Perihal ini membuktikan rata-rata setelah diberi perlakuan

cenderung melebihi nilai rata-rata sebelum diberikannya perlakuan.

Dengan demikian kesimpulannya pemberian video animasi gosok

gigi memberikan pengaruh terhadap Pengetahuan, Sikap, dan

Tindakan kelompok eksperimen.

b. Hasil Uji Wilcoxon Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Gosok Gigi

Kelompok Kontrol

Tabel 4.7 Hasil Uji Wilcoxon Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Kelompok Kontrol

Uji Wilcoxon
Posttest kontrol - Posttest kontrol kategorik –
pretest kontrol pretest kontrol kategorik
Z - .577 .000
Asymp. Sig .564 1.000
(2-tailed)

Tabel 4.7 hasil uji Wilcoxon Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

untuk kelompok kontrol Z hitung bernilai -0,577 serta sig bernilai

0,564. Untuk Z kategorinya 0,000 dan sig kategorinya 1.000.

perihal tersebut memperlihatkan sig yang bernilai 0,564 melebihi

0,05 (taraf kesalahan 5%), dengan demikian kesimpulannya tak

dijumpai perbedaan hasil Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan untuk

kelompok kontrol sebelum serta setelahnya. Lebih lengkapnya bisa

diamati dalam tabel di bawah:


63

Tabel 4.8 Data Analisis Pretest dan Posttest Pengetahuan,

Sikap, dan Tindakan Kelompok Kontrol

Descriptive Statistics
N mi max Mean Std. Deviation
n
Pretest kontrol 2 13 22 17.75 2.291
0
Posttest kontrol 2 14 22 17.70 2.227
0
Valid N 2
0

Tabel 4.8 didapatkan rata-rata nilai kelompok kontrol yang

sebelumnya bernilai 17,75 menjadi 17.70. perihal ini menunjukkan

terdapat sedikit penurunan nilai rata-rata dari sebelum dengan

sesudah. Sehinga disimpulkan tidak ada pengaruh Pengetahuan,

Sikap dan Tindakan pada kelompok kontrol.

c. Hasil Uji Wilcoxon Praktik Gosok Gigi Kelompok Eksperimen

Tabel 4.9 Hasil Uji Wilcoxon Praktik Kelompok Eksperimen

Uji Wilcoxon
Posttest Posttest eks kategorik –
eksperimen - prestest eks kategorik
pretest
eksperimen
Z -3.974 -3.464
Asymp. Sig .000 .000
(2-tailed)

Tabel 4.9 memperlihatkan hasil uji Wilcoxon Praktik Gosok

Gigi untuk kelompok eksperimen memiliki Z hitung bernilai -3,974

serta sig bernilai 0,000. Untuk Z kategorinya -3,464 dan sig

kategorinya 0,000. Perihal tersebut memperlihatkan sig 0,000 di


64

bawah 0,05 (taraf kesalahan 5%), dengan demikian kesimpulannya

ditemukan perbedaan hasil untuk kelompok eksperimen sebelum

serta setelah diberikan perlakuan. Dalam rangka mencari tahu mana

yang lebih baik dari data pretest dengan posttest bisa diamati tabel di

bawah:

Tabel 4.10 Data Analisis Pretest dan Posttest Praktik Gosok

Gigi Kelompok Eksperimen

Descriptive Statistics
N min max Mea Std. Deviation
n
Pretest 2 2 6 4.10 .912
eksperimen 0
Posttest 2 8 10 9.40 .821
eskperimen 0
Valid N 2
0

Tabel 4.10 didapatkan rata-rata hasil kelompok eksperimen

sebelum perlakuan bernilai 4,10 serta sesudah diberikan perlakuan

menjadi 9,40. Perihal ini memperlihatkan rata-rata nilai setelah

perlakuan diberikan melebihi rata-rata nilai sebelum perlakuan

diberikan. Dengan demikian kesimpulannya video animasi gosok

gigi mampu mempengaruhi praktik gosok gigi pada kelompok

eksperimen.

d. Hasil Uji Wilcoxon Praktik Gosok Gigi Kelompok Kontrol

Tabel 4.11 Hasil Uji Wilcoxon Praktik Kelompok Kontrol

Uji Wilcoxon
Posttest kontrol - Posttest kontrol kategorik –
pretest kontrol prestest kontrol kategorik
65

Z .000 .000
Asymp. Sig 1000 1000
(2-tailed)

Tabel 4.11 hasil uji Wilcoxon praktik gosok gigi untuk

kelompok kontrol menunjukkan Z hitung bernilai 0,000 serta sig

bernilai 1,000. Untuk Z kategorik 0,000 dan sig kategorik 1000.

Perihal tersebut memperlihatkan nilai sig 1,000 melebihi 0,05 (taraf

kesalahan 5%), dengan demikian kesimpulannya tak dijumpai

perbedaan hasil praktik gosok gigi untuk kelompok kontrol sebelum

serta sesudah. Perbedaan hasil pretest serta posttest bisa diamati

pada tabel di bawah:

Tabel 4.12 Data Analisis Pretest dan Postest Praktik Gosok

Gigi Kelompok Kontrol

Descriptive Statistics
N min max Mea Std. Deviation
n
Pretest 2 2 6 4.00 .973
kontrol 0
Posttest 2 2 6 4.00 .918
kontrol 0
Valid N 2
0

Tabel 4.12 menunjukkan nilai rata-rata kelompok kontrol

sebelum 4,00 sedangkan setelah bernilai rata-rata 4,00. Perihal ini

membuktikan tidak ditemukan peningkatan ataupun penurunan

nilai rata-rata sebelum dengan sesudah, maka disimpulkan tidak

ada pengaruh untuk kelompok kontrol.


66

Dari uji wilcoxon yang telah peneliti paparkan, didapatkan

hasil adanya perbedaan signifikan dari hasil pretest sebelum anak

diberi perlakukan menggunakan video animasi gosok gigi dan

posttest setelah anak mendapat perlakukan dengan menggunakan

video animasi gosok gigi pada pengetahuan, sikap, tindakan dan

praktik gosok gigi pada anak. Hasil tersebut dapat menunjukkan

bahwa video animasi gosok gigi efektif terhadap peningkatan

kemampuan gosok gigi pada anak kelas IV di SDN 1 Wirosari.

2. Uji Mann Whitney U Test (Uji Tidak Berpasangan)

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan uji independen sampel untuk menguji data pretest dan

posttest baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

Uji independen sampel yang dipakai adalah uji Mann Whitney (uji U)

karena data yang dipakai adalah data berpasangan dan non parametric.

Adapun kriterianya yaitu:

Ha: Sig ≤ 0,05, Ha diterima dan Ho ditolak

Ho: Sig ≥ 0,05, Ho diterima dan Ha ditolak

Pada penelitian ini uji hipotesis pertama yaitu untuk

mengungkapkan Pengaruh video animasi gosok gigi terhadap

peningkatan pengetahuan, sikap, tindakan dan praktik gosok gigi pada

anak di SDN 1 Wirosari.

Tabel 4.13 Hasil Uji Hipotesis Data Pengetahuan, Sikap, dan

Tindakan
67

Uji Mann Whitney


Selisih eksperimen dan kontrol
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 210.000
Z -5.646
Asymp. Sig .000
Exact Sig. .000

Tabel 4.13 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana

lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan antara Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol setelah diberikannya perlakuan.

Dari hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan

video animasi gosok gigi memberikan pengaruh terhadap

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan pada anak kelas IV di SDN 1

Wirosari.

Uji Mann Whitney yang kedua dalam penelitian ini yaitu untuk

mengungkapkan efektifitas video animasi terhadap peningkatan

praktik gosok gigi pada anak kelas IV di SDN 1 Wirosari. Adapun

hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

Table 4.14 Hasil Uji Hipotesis Data Praktik

Uji Mann Whitney


Selisih eksperimen dan kontrol
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 210.000
Z -5.720
Asymp. Sig .000
Exact Sig. .000
68

Tabel 4.14 menunjukkan nilai signifikasi sebesar 0,000 dimana

lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan antara praktik gosok gigi kelompok eksperimen dengan

kelompok kontrol setelah diberikannya perlakuan. Hal itu

menunjukkan bahwa video animasi gosok gigi efektif terhadap

peningkatan praktik gosok gigi pada anak kelas IV di SDN 1 Wirosari.


BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa video

animasi gosok gigi efektif terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan

tindakan dan kemampuan praktik gosok gigi pada anak di SDN 1

Wirosari. Penelitian ini diawali dengan melakukan pretest terlebih dahulu

untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, tindakan dan praktik gosok

gigi pada anak. Setelah didapatkan hasil dari pretest, selanjutnya anak

kelas 4 di SDN 1 Wirosari akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu

kelompok kontrol dengan 20 responden dan kelompok eksperimen dengan

20 responden. Selanjutnya kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan

apapun dikarenakan ini kelompok kontrol murni dan kelompok

eksperimen mendapatkan perlakukan dengan video animasi gosok gigi.

Setelah kelompok eksperimen diberikan perlakuan, peneliti memberikan

posttest untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan dan

kemampuan praktik gosok gigi, begitu juga dengan kelompok kontrol di

berikan posttest.

Berdasarkan hasil posttest dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan

setelah diberikan perlakuan, sehingga menunjukkan bahwa video animasi

gosok gigi sangat efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap tindakan

dan praktik gosok gigi pada anak kelas 4 di SDN 1 Wirosari. Melalui

edukasi video animasi gosok gigi anak dibantu untuk meningkatkan

69
70

pengetahuan, sikap tindakan dan praktik gosok gigi sehingga dapat

menjaga kebersihan gigi dengan maksimal.

1. Gambaran Karakteristik Responden

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur.

Berdasarkan tabel 4.1 hasil penelitian yang telah dilakukan di

SDN 1 Wirosari didapatkan responden kelompok eksperimen

terbanyak adalah umur 9 tahun terdapat 13 responden (65,0%).

Untuk responden kelompok kontrol terbanyak adalah umur 9

tahun sebanyak 15 responden (75,0%). Sehingga dapat

disimpulkan dari kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol responden terbanyak yaitu berusia 9 tahun.

Menurut (Nurlila dkk, 2016) pendidikan dasar diterapkan

pada anak usia 6-12 tahun karena pada usia itu anak akan mudah

dibimbing, diarahkan, dan diajarkan kebiasaan baik. Berdasarkan

hasil penelitian Setiyawati (2012) didapatkan bahwa anak yang

berusia 9 tahun masih sering lupa menggosok gigi sebelum tidur,

sehingga dapat dikatakan memiliki kebiasaan menggosok gigi

yang kurang baik (Setiyawati, 2012).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Ignatia, Trining dan Ranny (2013) yang menyatakan bahwa anak-

anak usia sekolah merupakan usia yang sangat baik untuk

diberikan informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut sebab,

anak sudah dapat memahami pentingnya kesehatan, serta sudah


71

dapat mengingat dan menjauhi larangan/kebiasaan yang dapat

merusak gigi (Ignatia, Trining, & Ranny, 2013).

b. Karakteristik Responden Bersadarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4.2 distribusi frekuensi Responden

berdasarkan jenis kelamin didapatkan untuk kelompok

eksperimen seimbang dengan 10 perempuan (50,0%) dan laki-laki

10 responden (50,0%), sedangkan untuk kelompok kontrol

didapatkan 9 responden perempuan (45,0%) dan 11 responden

laki-laki (55,0%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden

terbanyak dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu

laki-laki sebanyak 21 responden.

Menurut (Nurlila dkk, 2016) siswa berjenis kelamin

perempuan lebih memperhatikan kebersihan gigi dan mulutnya

dibandingkan dengan siswa berjenis kelamin laki-laki. Tetapi

dalam penelitian ini responden terbanyak adalah laki-laki

sehingga dapat mempengaruhi hasil kebiasaan menggosok gigi

dengan benar.

2. Hasil Univariat

a. Distribusi Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa untuk pretest

kelompok eksperimen pengetahuan, sikap dan tindakan responden

terbanyak berada pada tingkat kurang yaitu 11 responden (55,0%)

dan untuk postest mengalami banyak peningkatan yaitu 19


72

responden (95,0%) baik dalam pengetahuan, sikap dan tindakan

sedangkan untuk pretest kelompok kontrol responden terbanyak

juga pada tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan kurang yaitu

12 responden (60,0%) dan untuk postest tidak mengalami

peningkatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden kelompok

eksperimen setelah diberi perlakuan memiliki tingkat

pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang kesehatan gigi

meningkat dengan kriteria baik yaitu 19 responden (95,0 %).

Pengetahuan atau kognitif merupakan bagian yang penting untuk

terbentuknya sikap dan tindakan seseorang. Perilaku atau

tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama

bertahan daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2010).

b. Distribusi Praktik Gosok Gigi

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa untuk pretest

kelompok eksperimen kemampuan praktik semua responden

berada pada tingkat kurang yaitu 20 responden (100,0%), untuk

postes menunjukan banyak peningkatan menjadi baik yaitu 12

responden (60,0%). Sedangkan untuk pretest maupun postest

kelompok kontrol semua kemampuan praktik responden pada

tingkat kurang yaitu 20 responden (100,0%). Aspek yang dinilai

dalam praktik gosok gigi ini adalah berupa langkah-langkah


73

menggosok gigi yang benar sehingga dapat terjaganya kebersihan

gigi dengan maksimal.

Responden memiliki perilaku menyikat gigi dengan kriteria

kurang karena pada usia ini anak-anak masih belum bisa menjaga

kebersihan giginya secara maksimal dan masih sering

mengabaikan kebersihan giginya. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian (Amrullah dan Yuwanto, 2015).

3. Analisis Bivariat

a. Hasil Uji Wilcoxon Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Gosok Gigi

Kelompok Eksperimen.

Berdasarkan tabel 4.5 hasil uji Wilcoxon pengetahuan, sikap

dan tindakan pada kelompok eksperimen menunjukkan pengaruh

sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan. Hasil uji Wilcoxon

menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 atau <0,05 yang

artinya Ho ditolak dan Ha diterima dan dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh yang bermakna sebelum dan setelah diberikan

intervensi berupa edukasi menggunakan video animasi gosok gigi

terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan gosok gigi

pada anak kelas 4 di SDN 1 Wirosari. Hasil posttest mengalami

peningkatan dari hasil pretest menunjukkan bahwa edukasi video

animasi gosok gigi dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan

tindakan menggosok gigi.


74

Pengetahuan merupakan suatu bagian dari pemikiran manusia

yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia (Enriani,

dkk, 2013). Pengetahuan tersebut akan semakin maksimal bila

dipengaruhi oleh intensitas perhatian serta persepsi seseorang

terhadap objek. Objek dari siswa yaitu media video animasi yang

menarik siswa untuk menonton berulang kali, sehingga

pengetahuan responden meningkat karena video animasi terdiri

dari suara, animasi, yang dapat memacu stimulus untuk

mengingat pesan yang disampaikan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh

(Firman, 2019), yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan Media

Video Boneka Tangan Terhadap Pengetahuan dan Praktik

Menggosok Gigi pada Anak Kelas V SDN 36 dan SDN 30

Pontianak Selatan Tahun 2019”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pemberian promosi kesehatan dengan media vidio boneka

tangan dapat meningkatkan pengetahuan dan praktik tentang

mengosok gigi pada anak kelas V SDN 36 dan SDN 30 Pontianak

Selatan.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan media

audio-visual (video animasi) sebagai media penyampaian edukasi

menyikat gigi. Media merupakan alat bantu penyaluran informasi

dengan merangsang panca indra. Media audio-visual (video

animasi) adalah alat bantu ajar yang mengkombinasikan antara


75

gambar bergerak dan suara sehingga tampak seperti nyata.

Penggunaan media audio-visual (video animasi) memiliki

keuntungan tersendiri yaitu dapat meningkatkan minat dan dapat

meningkatkan kemampuan menyimak anak (Maulana, 2014;

Miftagh & Samsi,2015).

b. Hasil Uji Wilcoxon Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Gosok

Gigi Kelompok Kontrol

Tabel 4.7 hasil uji Wilcoxon pengetahuan, sikap dan tindakan

pada kelompok kontrol bahwa Z hitung sebesar -0,577 dan sig

sebesar 0,564. Untuk Z kategorik 0,000 dan sig kategorik 1.000.

Hal ini menunjukkan bahwa nilai p value = 0,564 lebih besar dari

0,05 (taraf kesalahan 5%), yang artinya Ho diterima dan Ha

ditolak dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh

yang bermakna sebelum dan setelah untuk kelompok kontrol pada

anak kelas 4 di SDN 1 Wirosari. Hasil posttest dan pretest tidak

terdapat perbedaan.

Hal ini karena kurangnya pelatihan dan kurang dibekali

pengetahuan tentang menggosok gigi sehingga membuat

responden menjadi kurang mengerti tentang menggosok gigi.

Salah satu cara agar anak mendapat pengetahuan tentang gosok

gigi dengan benar, diperlukan edukasi tentang mengosok gigi.

Bahwa banyak responden yang kurang mampu dalam paham

betul mengenai menggosok gigi dikarenakan pengetahuannya


76

yang belum mampu menilai sesuatu berdasarkan sesuai apa yang

mereka lihat kurang mengerti (Chatarina, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Mariati, Pandelaki, Gede

(2017) yang mengungkapkan bahwa pengetahuan mengenai

kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk terbentuknya

tindakan dalam menjaga kebersihan dan mulut.

c. Hasil Uji Wilcoxon Praktik Gosok Gigi Kelompok Eksperimen

Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji Wilcoxon Praktik Gosok

Gigi pada kelompok eksperimen menunjukkan bahwa Z hitung

sebesar -3,974 dan sig sebesar 0,000. Untuk Z kategorik -3,464

dan sig kategorik 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa p value =

0,000 kurang dari 0,05 (taraf kesalahan 5%), yang artinya H0

ditolak dan Ha diterima dan dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang bermakna sebelum dan setelah diberikan

intervensi berupa edukasi menggunakan video animasi gosok gigi

terhadap peningkatan kemampuan praktik gosok gigi pada anak

kelas 4 di SDN 1 Wirosari. Hasil posttest mengalami peningkatan

dari hasil pretest menunjukkan bahwa edukasi video animasi

gosok gigi dapat meningkatkan kemampuan praktik menggosok

gigi.

Hal ini sesuai dengan penelitian oleh (Kholishah, Zulfah and

Isnaeni, Yuli 2017), yang berjudul “Pengaruh Pendidikan


77

Kesehatan dengan Video Animasi Terhadap Praktik Gosok Gigi

pada Anak Kelas IV dan V di SDN 1 Bendungan Temanggung”.

Hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan kesehatan tentang

menggosok gigi memang efektif dalam meningkatkan

kemampuan menggosok gigi pada anak. Pendidikan kesehatan

dengan salah satu metode misalnya video animasi dapat

digunakan sebagai sarana untuk memberikan contoh cara

menggosok gigi dengan baik dan benar sehingga dapat

meningkatkan kemampuan anak dalam menggosok gigi.

Media audio visual (video animasi) dapat menyampaikan

informasi yang memiliki karateristik audio (suara) dan visual

(gambaran). Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih

baik, karena meliputi kedua karateristik tersebut. Media belajar

diperlukan agar pembelajaran efektif dan efisien. Dengan audio

visual yang tepat akan mampu memotivasi dan mengarahkan

konsentrasi siswa terhadap materi pembelajaran.

d. Hasil Uji Wilcoxon Praktik Gosok Gigi Kelompok Kontrol

Tabel 4.11 hasil uji Wilcoxon praktik gosok gigi pada

kelompok kontrol menunjukkan Z hitung sebesar 0,000 dan sig

sebesar 1,000. Untuk Z kategorik 0,000 dan sig kategorik 1000.

Ini menunjukkan bahwa nilai p value 1,000 lebih besar dari 0,05

(taraf kesalahan 5%), yang artinya H0 diterima dan Ha ditolak

dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang


78

bermakna sebelum dan setelah untuk kelompok kontrol pada anak

kelas 4 di SDN 1 Wirosari. Hasil postest dan pretes tidak terdapat

perbedaan.

Keterampilan praktik gosok gigi responden kelompok kontrol

kurang memenuhi standar yang diharapkan karena siswa belum

pernah mendapatkan pendidikan kesehatan menggosok gigi

sebelumnya, siswa belum mendapatkan cukup pengetahuan

tentang bagaimana cara praktik menggosok gigi dengan benar.

Pendidikan kesehatan merupakan pendidikan yang tidak lepas

dari proses belajar karena proses belajar itu ada dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan. Sebelum terjadi perubahan perilaku,

seseorang akan mempunyai persepsi terhadap apa yang akan

dijalaninya sehingga menimbulkan persepsi yang berhubungan

dengan tingkat pengetahuan yang diperoleh dari informasi,

sehingga bila informasi yang diterima kurang jelas, hasil

pembelajaran yang didapat juga tidak optimal (Sari, 2012).

d. Hasil Uji Mann Whitney U Test (Uji Tidak Berpasangan)

1.) Hasil Uji Hipotesis Data Pengetahuan, Sikap dan Tindakan.

Tabel 4.13 menunjukkan p value = 0,000 dimana lebih

kecil dari 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

terdapat perbedaan antara pengetahuan, sikap dan tindakan

kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol setelah

diberikannya perlakuan. Dari hasil analisis tersebut maka


79

dapat disimpulkan bahwa perlakuan video animasi gosok gigi

memberikan pengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan

tindakan pada anak kelas IV di SDN 1 Wirosari.

Hal itu dapat dilihat dengan adanya perbedaan

pengetahuan, sikap dan tindakan anak sebelum dan sesudah

diberikannya perlakuan. Video animasi gosok gigi efektif

secara signifikan dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan

tindakan anak mengenai gosok gigi terlihat pada hasil uji

Mann Whitney menunjukkan adanya perbedaan antara

kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Kelompok

yang diberikan video animasi gosok gigi dengan kelompok

yang tidak mendapatkan video animasi gosok gigi berbeda.

Dapat disimpulkan bahwa video animasi gosok gigi efektif

terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan anak

kelas IV di SDN 1 Wirosari.

Hasil penelitian tersebut didukung dengan penelitian

Hanif tahun (2018) megenai perbedaan pengaruh penyuluhan

menggunakan media video dan boneka tangan terhadap

peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada

siswa sekolah dasar.

2.) Hasil Uji Hipotesis Data Praktik

Tabel 4.14 menunjukkan nilai signifikasi sebesar 0,000

dimana lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan


80

bahwa terdapat perbedaan antara praktik gosok gigi kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol setelah diberikannya

perlakuan. Hal itu menunjukkan bahwa video animasi gosok

gigi efektif terhadap peningkatan praktik gosok gigi pada anak

kelas IV di SDN 1 Wirosari.

Teori stimulus organisme menjelaskan bahwa

perubahan perilaku dapat dihasilkan dengan rangsangan yang

terus menerus pada individu (Darmawan, 2018). Kemudian

pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan

setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan

kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa

yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan akan

melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau

disikapinya (Notoatmodjo, 2010).

Praktik merupakan domain perilaku yang ketiga setelah

pengetahuan dan sikap (Notoadmodjo, 2010). Menurut

Leighbody (1968) yang dikutip oleh Haryati, 2019

mengatakan bahwa ketrampilan yang dilatih melalui praktek

secara berulang-ulang akan menjadi kebiasaan atau otomatis.

Kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu aspek dari

psikomotor yang masih dapat dibina pada anak usia sekolah

melalui pendidikan kesehatan. Dengan diberikan pendidikan

kesehatan dengan media video animasi gosok gigi ini


81

diharapkan anak usia sekolah melaksanakan kebersihan

perorangan khususnya kebiasaan menggosok gigi dengan baik

sehingga dapat mencegah berbagai penyakit yang berkaitan

dengan kebersihan perorangan.

B. Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengakui adanya

kelemahan dan kekurangan sehingga memungkinkan hasil yang ada belum

optimal atau bisa dikatakan jauh dari kata sempurna. Kekurangan tersebut

antara lain:

1. Peneliti kesulitan dalam membantu anak-anak dalam mengisi lembar

kuesioner.

2. Penelitian ini masih kurang optimal dalam memberikan edukasi

dikarenakan keterbatasan waktu.

3. Saat pelaksanaan penelitian tidak menggunakan layar proyektor hanya

menggunakan papan tulis putih, sehingga proyeksi dari LCD kurang

maksimal.
82
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan tabel di atas dikarenakan sebaran data berdistribusi tidak

normal maka menggunakan Uji Wilcoxon Rank Test dan Uji Mann Whiteney

U Test. Dari hasil menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari hasil Uji

Wilcoxon Rank Test didapatkan dari semua uji nilai p value <0,05 yang

artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Pada uji Mann Whitney U Test

didapatkan dari semua uji nilai p value >0,05 yang artinya Ho diterima dan

Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan ada Pengaruh Video Animasi Gosok

Gigi Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Praktik Gosok Gigi Pada

Anak Kelas IV di SDN 1 Wirosari.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat saran yang

perlu di pertimbangkan antara lain sebagai berikut:

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan referensi untuk

penelitian selanjutnya dan perluasan penelitian yang memiliki pengaruh

serta dapat memperluas teori tentang metode menggosok gigi pada anak

dengan benar.

83
84

2. Praktis

a. Bagi Perawat

Diharapkan hasil penelitian ini mampu menambah

pengetahuan atau wawasan dan menjadi gambaran bagi tenaga

kesehatan perawat dalam memberikan edukasi yang tepat untuk

anak.

b. Bagi Siswa SD

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi

terutama kepada anak terutama murid kelas 4 di SDN 1 Wirosari

agar dapat memiliki pengetahuan, sikap, tindakan dan praktik gosok

gigi dengan benar.

c. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti diharapkan dapat

memberi informasi tambahan terkait pendidikan dasar anak usia dini

dimana untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, tindakan dan

kemampuan praktik menggosok gigi menjadi lebih baik.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat digunakan untuk acuan, informasi, serta

tambahan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan

pengetahuan, sikap dan praktik menggosok gigi dengan benar


85
86

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Z. A., Fanani, M. I. D., Wali, G. Z., & Nadhifah, R. (2021). Video Animasi
Sebagai Media Pembelajaran Efektif bagi Siswa Sekolah Dasar di Masa
Pandemi COVID-19. JCommsci - Journal Of Media and Communication
Science, 4(2), 54–67. https://doi.org/10.29303/jcommsci.v4i2.121

Adhani R, Sari N N, Aspriyanto D. Nursing mouth caries anak 2-5 tahun di


Puskesmas Cempaka Banjarmasin. Jurnal PDGI. 2014; 63(1):1-7. Publishers;
2017

Aminas, Siti. 2019. Pengembangan Video Animasi Sebagai Media Pembelajaran


Untuk Meningkatkan Kosakata Pada Anak Usia 4-5 Tahun. Lampung
http://repository.radenintan.ac.id/9053/1/PUSAT.pdf

Ardhianti, F. (2022). Efektifitas penggunaan video sebagai media pembelajaran untuk


siswa sekolah dasar. Nautical : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia, 1(1), 5–8.
https://doi.org/10.55904/nautical.v1i1.95

Budi, D. (2017). Hubungan Perilaku Perawatan Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi
Pada Anak Usia 6–9 Tahun di SDN Pragaan Laok 1 Sumenep.
http://repository.um-surabaya.ac.id/156/

Burns, N., and Grove, S. (2015). The Practice of Nursing Research Conduct, Critique
and Utilization, (5th edition) St.Louis : Elsevier Saunders.

Chou R, Cantor A, Zakher B, Mitchell J P, Pappas M. Preventing Dental Caries in


Children 5 Years: Systematic Review Updating USPSTF Recommendation.
PEDIATRICS. 2013 ;132(2):332–350.

Claudia, C., Purwaningsih, E. & Ulfah, S.F. (2021). Literature Review: Efektivitas
Penggunaan Media Video dalam Meningkatkan Pengetahuan Menyikat Gigi
yang Benar pada Anak Sekolah Dasar. Dental Therapist Journal, 3(2), 58-65.
doi.org/10.31965/dtl.v3i2.594

Daryanto, Media Pembelajaran, (Yogyakarta, Gava Media, 2013)

Danoebroto, S. W. (2015). Teori Belajar Konstruktivis Piaget dan Vygotsky.


Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education, 2(3), 191–198.

Dewi, Destiya. 2014. Efektivitas menyikat gigi metode horizontal, vertical, dan roll
terhadap penurunan plak pada anak usia 9-11 tahun. Jurnal Kedokteran Gigi.
Banjarmasin

Dewi, R. kumala, Widya Oktiani, B., Auliya, H., Krishnawan Firdaus, I. W. A.,
Kusuma Wardani, I., & Taufiqurrahman, I. (2021). Parent Education Program
Menggunakan Video Animasi Dental Health Education (Dhe) Bagi Anak Down
Syndrome Dalam Pencegahan Karies Gigi Selama Pandemi Covid. Prosiding
Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Dan Corporate Social
Responsibility (PKM-CSR), 4, 340–349.
https://doi.org/10.37695/pkmcsr.v4i0.1361
87

Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten


Grobogan tahun 2018. Grobogan: Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan.

Erwana, A F, 2013. Seputar Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta: Andi.

Friska, S. Y., Amanda, M. T., Novitasari, A., & Prananda, G. (2021). Pengaruh Video
Animasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Muatan Pembelajaran IPA Kelas IV Di
SD Negeri 08 Sungai Rumbai. PENDIPA Journal of Science Education, 6(1),
250–255. https://doi.org/10.33369/pendipa.6.1.250-255

Garg A, Garg N. Textbook of Operative Dentistry. New Delhi: Jaypee Brothers


Medical

Herrera M D, Solis C E, Sanchez M M, Loyola A P, Rodelo J J, Granillo H I,


Maupome G. Dental Plaque, Preventive Care, and Tooth Brushing
Associated with Dental Caries in Primary Teeth in Schoolchildren Ages 6–
9 Years of Leon, Nicaragua. Medical Science Monitor.2013; 19: 1019-1026.

Hidayat, R, A Tandiari, 2016. Kesehatan Gigi dan Mulut Apa Yang Sebaiknya Anda
Tahu?. Yogyakarta: Andi Offset.

Ibda, F. (2015). Perkembangan Kognitif : Teori Jean Piaget. Intelektual, 3 (1),


hal.28-34.

Indirawati, T, N. (2005). Hubungan Kebersihan Gigi Dan Mulut Dengan


Pengetahuan Dan Sikap Responden Di Beberapa Puskesmas Di Propinsi Jawa
Barat. Di akses dari
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/mpk/article/view/1157

Irmania W, Bagoes W, Syamsul H.2013. Pengaruh Perilaku Menggosok Gigi


terhadap Plak Gigi Pada Siswa Kelas IV dan V di SDN Wilayah Kecamatan
Gajahmungkur Semarang. Junal Promosi Kesehatan Indonesia. 2013; 8(1): Hal
59-68.

Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenda Media Group

Keloay, P., Mintjelungan, C. N., & Pangemanan, D. H. C. (2019). Gambaran Teknik


Menyikat Gigi dan Indeks Plak pada Siswa SD GMIM Siloam Tonsealama. E-
GIGI, 7(2), 76–80. https://doi.org/10.35790/eg.7.2.2019.24143

Kemenkes, R. I. (2021). Hasil utama RISKESDAS 2021. Jakarta: Kemenkes RI

Kemenkes, R. I. (2019). Hasil utama RISKESDAS 2019. Jakarta: Kemenkes RI

Laila Nur Hamidah. (2021). Gambaran pengetahuan dan perilaku tentang menggosok
gigi pada anak tahun 2020. Jurnal Ilmiah Keperawatan Gigi (JIKG), 2(1), 108–
114. ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id

Mariyam. (2016). Oral Hygiene Menggunakan Madu Menurunkan Risiko


Pertumbuhan Bakteri di Mulut Melalui Netralisasi Ph Saliva, ISSN 2407-9189.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/7821
88

Martins L G, Pereira, K C, Costa S X, Traebert E, Lunardelli SE, Lunardelli A N, et


al. Impact of Dental Caries on Quality of Life of School Children. Brazilian
Research in Pediatric Dentistry and Integrated Clinic. 2016; 16(1):307-312.

Mashuri, D. K., & Budiyono. (2022). Pengembangan Media Pembelajaran Video


Animasi Materi Volume Bangun Ruang untuk SD Kelas V. Jpgsd, 8(5), 893–
903.

Muhammad Ikhwanul Muslimin. (2017). Pengaruh Penggunaan Media


Pembelajaran Video Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas II SD. E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. VI Nomor 1 Tahun
2017

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoadmodjo S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo. (2018). Metode Penelitian Pendidikan Pemdeketan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Nurlila, R. U., Fua, J. La, & Meliana. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
terhadap Pengetahuan tentang Kesehatan Gigi pada Siswa di SD Kartika XX-
10 Kota Kendari tahun 2015. Jurnal Al-Ta’dib, 9(1), 94–119.
http://ejournal.iainkendari.ac.id/al-tadib/article/view/504/491

Oktaviani, E., Feri, J., Aprilyadi, N., Dewi Ridawati, I., Keperawatan Lubuklinggau,
P., & Kemenkes Palembang, P. (2022). Edukasi Kesehatan Gerogi (Gerakan
Gosok Gigi) Untuk Menjaga Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Pra Sekolah.
JCES (Journal of Character Education Society), 5(2), 363–371.
http://journal.ummat.ac.id/index.php/JCES/article/view/7732

Pindobilowo, P. (2018). Pengaruh Oral Hygiene Terhadap Malnutrisi Pada Lansia.


Jurnal Ilmiah Dan Teknologi Kedokteran Gigi, 14(1), 1.
https://doi.org/10.32509/jitekgi.v14i1.641

Pinantara, Wenda (2018) Tingkat pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut
serta gambaran OHI-S pada siswa kelas IV dan V SN 2 Bongkasa Kecamatan
Abiansemal Tahun 2018?. Diploma thesis, Jurusan Kesehatan Gigi.

Pintauli, S, T Hamada, 2016. Menuju Gigi dan Mulut Sehat; Pecegahan dan
Pemeliharaannya. Medan: USU Press

Prabandari, L., Suharyono, A., & Yuniarly, E. (2016). Pengaruh Penyuluhan Dengan
Media Boneka Tangan Terhadap Pengetahuan Menyikat Gigi Pada Siswa
Sekolah Dasar. 1(2012), 2012–2013

Prakosa, Gotot. 2010. Animasi: Pengetahuan Dasar Film Animasi Indonesia.


Jakarta : Fakultas Film dan Televisi-Institut Kesenian Jakarta dengan Yayasan
Seni Visual Indonesia
89

Purnama, P., & Nazar, M. (2017). Pengembangan Media Video Animasi Berbasis
Videoscribe Pada Materi Koloid Mahasiswa Program studi Pendidikan Fisika.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia, 2(3), 256–263.

Putra, G. L. A. K. (2019). Pemanfaatan Animasi Promosi Dalam Media Youtube.


Prosiding Seminar Nasional Desain Dan Arsitektur (SENADA), 2, 259–265.
https://cashbac.com

Ratmini, N. K. (2017). Bau Mulut (Halitosis). Jurnal Kesehatan Gigi (Dental Health
Journal), 5(1), 25-29.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2022). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2022

Sandy, L. P., B. Priyono dan N. Widyanti. 2016. Pengaruh pelatihan menggosok gigi
dengan pendekatan Program Pembelajaran Individual (PPI) terhadap
peningkatan status kebersihan gigi dan mulut pada anak disabilitas intelektual
sedang. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 2.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,


2017), hlm. 38

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2011, hlm. 112

Sugiyono (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alphabet.

Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan, Kuantitatif & Kualitatif.


Edisi Pertama, Yogyakarta : Graha Ilmu

Syarifah, Elsa. 2019. Gambaran Penyuluhan Cara Menyikat Gigi Dengan Metode
Demonstrasi Terhadap Debris Indeks Pada Siswa/I Kelas III SDN 104234
Medan Sinembah Tanjung Morawa.
http://repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/801/1/
KTI_Elsa.pdf

Tarigan, Rasinta. 2013. Karies Gigi. Ed 2. Jakarta: EGC

Tarigan, R. (2016). Karies Gigi. Edisi 2. EGC: Jakarta.

Wartonah, Tarwoto. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika.

Wiradona, I., B. Widjanarko dan S. B. M. 2013. Pengaruh Perilaku Menggosok Gigi


terhadap Plak Gigi pada Siswa Kelas IV dan V di SDN Wilayah Kecamatan
Gajahmungkur Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia 8 (1).

Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Zulkarnain, R. A. A., Riyanti, E., & Sasmita, I. S. (2009). The differences of caries
prevalence and caries index of children in primary school with UKGS and
90

without UKGS in Kota Batam. Padjadjaran Journal of Dentistry, 21(1), 36–40.


https://doi.org/10.24198/pjd.vol21no1.14083

Anda mungkin juga menyukai