Anda di halaman 1dari 78

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH PADA


KLIEN DENGAN SPLENOMEGALI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

JUWITA MANNAWI
NPM 1106053445

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS
DEPOK
JUNI 2016

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH PADA


KLIEN DENGAN SPLENOMEGALI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners pada Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia

JUWITA MANNAWI
NPM 1106053445

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS
DEPOK
JUNI 2016

ii

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas kasih setiaNya yang memampukan
penulis menyelesaikan Karya Ilmia Akhir Ners ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Gangguan Citra Tubuh Pada Klien Dengan Splenomegali” tepat pada waktunya. Karya Ilmiah
Akhir Ners ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ners pada Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.

Karya Ilmiah Akhir Ners ini, tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang telah membantu:
1. Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2. Dr. Novy H. C. Daulima, S.Kp., M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, saran, dan dukungan moral
3. Dosen-dosen FIK UI yang telah memberi ilmu dan dukungan kepada penulis
4. Ibu Linggar Kumoro, S.Kp selaku kepala ruang Antasena RS DR. H. Marzoeki Mahdi
Bogor, Ns. Esti Diyah Kaud Sariyah, S.Kep selaku pembimbing klinik serta seluruh
perawat ruang Antasena yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis
selama praktik PKKMP
5. Bapak Harun Mannawi dan Ibu Yuliati selaku orang tua penulis yang telah memberikan
dukungan, doa, nasihat, dan sarannya
6. Kakak-kakak saya (Kak Hayul, Kak Bandy, Kak Harli, dan Joy) yang telah memberikan
persaudaraan erat serta materi maupun non materi
7. Septi Rito Tombe yang telah memberikan semangat dan juga doa kepada penulis
8. Teman-teman FIK UI 2011 yang telah memberikan dukungan dan persahabatan kepada
penulis selama ini
9. Kelompok Mahasiswa PKKMP Antasena (Hutami, Evi, Yeni, Fuji, Afif, Kak Ogi dan
Kak Mutia) serta teman seperbimbingan KIAN (Kak ogi, tami, afif) yang telah membantu
penulis mengisi hari-hari praktik PKKMP dan memberi motivasi selama proses penulisan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


10. Seluruh pihak ruangan Antasena RSMM, khususnya klien saya Ibu T.
11. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Karya Ilmiah Akhir Ners ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan karena keterbatasan waktu,
tenaga, dan pengalaman penulis. Kritik dan saran sangat diperlukan untuk menyempurnakan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Semoga Karya ilmiah akhir ners ini memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu khususnya ilmu keperawatan.

Depok, 24 Juni 2016

Penulis

vi

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
ABSTRAK

Nama : Juwita Mannawi


Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh Pada Klien Dengan Splenomegali

Masyarakat perkotaan merupakan sekumpulan individu yang memiliki pola hidup serba cepat
dan instan. Pola hidup yang serba cepat dan instas menyebabkan masyarakat mudah terserang
penyakit. Selain pola hidup tersebut juga kepadatan penduduk yang terjadi pada masyarakat
perkotaan. Padatnya penduduk mengakibatkan semakin banyak daerah kumuh. Hal tersebut,
menyebabkan perkembangan mikroorganisme semakin cepat dan berdampak pada kondisi
kesehatan masyarakat. Salah satu masalah yang disebabkan oleh mikroorganisme adalah
splenomegali. Splenomegali adalah kondisi dimana terjadi pembesaran pada limpa yang
disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah mikroorganisme. Terjadinya pembesaran
organ limpa yang terus-menerus pada klien dengan Splenomegali memicu terjadinya masalah
kesehatan psikososial, seperti; gangguan citra tubuh. Gangguan citra tubuh merupakan perasaan
tidak puas seseorang terhadap tubuhnya yang diakibatkan oleh perubahan struktur, bentuk,
ukuran dan fungsi tubuh. Akibat perubahan citra tubuh perlunya dilakukan intervensi dengan
cara asesmen citra tubuh, menerima kondisi tubuh, dan latihan meningkatkan citra tubuh.
Intervensi tersebut dapat membantu klien meningkatkan citra tubuhnya.

Kata Kunci:asesmen,gangguan citra tubuh, masyarakat perkotaan, potensi tubuh yang sehat,
splenomegali, sosialisasi.

viii

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


ABSTRACT

Name : Juwita Mannawi


Major : Profession of Nursing
Title :Nursing Care Body Image Disturbance In Clients With Splenomegali

The urban community is a group of individuals, who has a fast and instant paced lifestyle.
Instant-paced lifestyle causes people susceptible to disease. In addition, to instant or unhealthy
lifestyle, the population density also occurs in urban communities. Population density resulted in
a growing number of slums in urban areas. This led to the quicker microorganism development
and have impacts on public health. One of the problems caused by microorganisms is
splenomegaly. Splenomegaly is a condition in which a spleen enlarged caused by various
factors, one of them by microorganisms. The dilation constantly occurs in patient’s body,
triggering psychosocial health issues, such as body image disturbance. Body image disturbance
is an unsatisfied feeling one's body caused by changes in the structure, shape, size and function
of the body. Interventions that can be performed on the client with body image disturbance, such
as body image assessment, accept the condition of the body, and exercise improves body image.
These interventions can help clients improve body image.
Keywords: assement, body image distrubance, urban community, potential for a healthy body,
plenomegaly, socialization

ix

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………....................................... i


LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………..........................….. iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………............................. iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………............................… vi
ABSTRAK ……………………………………………………………..........................…. vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………..........................…. viii
DAFTAR TABEL …………………………………………………….........................…. x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….......................... xi

BAB I PENDAHULUAN ………………………………….............................………... 1


1.1 Latar Belakang ………………………………….............................………… 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………............................………………… 4
1.3 Tujuan Penulisan ………………………….............................………………. 5
1.4 Manfaat Penulisan ………………………………………................................ 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……………………………...........................………… 7


2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ………….............................. 7
2.1.1. Definisi ………………………………………….............................….. 7
2.1.2. Pengaruh Lingkungan Kota Terhadap Kesehatan …..............................7
2.2 Splenomegali ………………………………………............................……....9
2.2.1. Definisi Splenomegali ……………………….............................…… 9
2.2.2 Penyebab Splenomegali …………………….............................…….. 9
2.2.3 Tanda dan Gejala Splenomegali …………….............................……. 10
2.2.4. Komplikasi Splenomegali ……………….............................……….. 10
2.3 Gangguan Citra Tubuh ………………………………….........................…… 10
2.3.1. Definisi Gangguan Citra Tubuh…………………...........................… 11
2.3.2 Penyebab Gangguan Citra Tubuh ………………............................… 11
2.3.3 Predisposisi Gangguan Citra Tubuh……………................................. 11
2.3.4 Tanda dan Gejala Gangguan Citra Tubuh …………........................... 13
2.3.5 Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Citra Tubuh ....................................................................................…. 13

BAB 3 TINJAUAN KASUS ……………………..…………………….......................... 16


3.1 Gambaran Kasus …………………………………………..........................… 16
3.2 Pengkajian …………………………………………………............................ 16
3.3 Analisa Data Gangguan Citra Tubuh ............................................................... 19
3.4 Diagnosis Keperawatan ..............................................………......................... 19
3.5 Intervensi Keperawatan ................................................................................... 20
3.6 Implementasi ................................................................................................... 20
3.7 Evaluasi ........................................................................................................... 22

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


BAB 4 ANALISA SITUASI ……………………………………………........................... 24
4.1 Analisa Masalah Keperawatan ………………………………........................ 24
4.2 Analisa Intervensi Keperawatan …………………………….......................... 25
4.3 Penyelesaian Masalah ……………………………………….......................... 28

BAB 5 PENUTUP …………………………………………………..….......................... 30


5.1 Kesimpulan ………………………………………………….......................... 31
5.2 Saran …………………………………………………………........................ 31

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
xi

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Tabel 3.1 Analisa Data ............................................................................ 19

xii

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengkajian Psikosial


Lampiran 2 Analisis Data
Lampiran 3 Rencana Keperawatan
Lampiran 4 Catatan Perkembangan
Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup Penulis

xiii

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap tahunnya, masyarakat perkotaan cenderung meningkat jumlahnya. PBB


menyatakan bahwa pada tahun 2014, jumlah penduduk perkotaan di dunia yaitu
mencapai 54% dan pada tahun 2013 nanti, diperkirakan masyarakat perkotaan akan
meningkat 66% dari jumlah penduduk di Dunia (United Nations, 2014). Selain terjadi
peningkatan masyarakat perkotaan di seluruh dunia, hal ini juga terjadi di Indonesia.
Jumlah masyarakat perkotaan Indonesia pun cenderung meningkat. Pada tahun 2000
penduduk Indonesia berjumlah 206.264.595 dan meningkat pada tahun 2010 yaitu
237.641.326 (Pusat Data dan Sumber Informasi Kementerian Pertanian, 2014). Hal
ini juga terjadi pada masyarakat perkotaan di Jawa Barat. Peningkatan persentase
penduduk di Jawa barat sebesar 65,7% yang meningkat pada tahun 2015 yaitu 72,7%
dan diperkirakan akan meningkat menjadi 86,6% pada tahun 2035 (Ritonga, 2014).
Melalui data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa persentase jumlah masyarakat
perkotaan di dunia termasuk di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya.

Masyarakat yang tinggal pada daerah perkotaan dan pedesaan memiliki karakteristik
yang berbeda. Menurut Soekanto (2002), karakteristik masyarakat perkotaan dan
pedesaan dapat dibedakan berdasarkan 9 aspek yaitu; lingkungan alam, mata
pencaharian, ukuran komoditas, stratifikasi sosial, mobilitas sosial, pengawasan
sosial, kepemimpinan, solidaritas, dan sistem nilai. Sebagai contoh, Pemerintah
Provinsi Jawa Barat dalam website resminya (jabarprov.go.id) menyatakan bahwa
penduduk desa Provinsi Jawa Barat ikut melestarikan lingkungan karena sumber mata
pencaharian utama dan makanan berasal dari hasil bumi. Selain itu, nilai-nilai yang
dianut masih sangat kental dengan nilai keagamaan karena masyarakat di sana
dikenal sebagai masyarakat yang agamis dan religius. Namun, pada masyarakat
perkotaan telah terjadi proses globalisasi yang menyebabkan pergeseran budaya

1 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
2

tradisional ke budaya asing. Menurut Karnita (2013) hal tersebut membuat


masyarakat perkotaan seakan-akan mengikuti gaya hidup, termasuk makanan,
pakaian, dan nilai-nilai tradisi. Perubahan tersebut cenderung membawa pada pola
hidup yang tidak sehat, serba instan dan pola hidup individualis sehingga masyarakat
perkotaan lebih rentan terkena penyakit secara fisik maupun psikis.

Masalah kesehatan pada masyarakat perkotaan sepertinya sama dengan masalah


kesehatan masyarakat perkotaan lainnya. Masalah kesehatan pada aspek sarana
transportasi, perumahan, sanitasi lingkungan, polusi, radiasi kemacetan, dan lainnya
hanya terletak pada tingkat keparahan dan kompleksitas permasalahan dalam
lingkungan perkotaan tersebut. Menurut Surjadi (2004), secara umum ada lima
masalah kesehatan perkotaan, yaitu; kemiskinan dan lingkungan yang kurang bersih,
industrialisasi, pangan, beban psikososial, dan masalah kesehatan pada populasi yang
padat. Hal ini juga didukung oleh Dye et al. (2008), yang menyatakan bahwa negara-
negara berkembang termasuk Indonesia setiap tahun memiliki peningkatan urbanisasi
yang signifikan. Hal tersebut mengakibatkan semakin banyak daerah kumuh di
daerah perkotaan sehingga menyebabkan risiko terkena penyakit pun semakin tinggi.

Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada masalah perkotaan adalah
penyakit tidak menular (PTM). Riskesdas (2013) menyatakan bahwa penyakit tidak
menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang.
Riskedas dan WHO juga mengatakan ada empat PTM utama yaitu penyakit
kardiovaskular, kanker atau tumor ganas, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes.
Kanker atau tumor ganas adalah pertumbuhan sel atau jaringan yang tidak terkendali,
terus bertambah. Sel tersebut juga dapat menyusup ke jaringan sekitar. 1,4 per mil
orang di Indonesia mengalami tumor yang ganas (Riskesdas, 2013).

Splenomegali adalah pembesaran atau pembengkakan yang terjadi pada organ limpa.
Limpa adalah organ yang berhubungan dengan penyaringan darah dan berhubungan
dengan reaksi sistem imun. Sling (2007) menyatakan bahwa splenomegali adalah
penyakit yang tidak jelas penyebabnya dan berkembang di daerah tropis, seperti

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
3

Indonesia. Splenomegali disebabkan akibat terjadinya penurunan daya tahan tubuh


dan kondisi tubuh yang tidak dapat melawan infeksi yang berulang pada tubuh.
Kondisi lingkungan yang kurang baik, sanitasi yang kotor dan, pola hidup yang
kurang baik dapat memperburuk kondisi imun seseorang. Hal tersebut memperberat
kondisi imun merespons penyakit atau agen yang menyerang tubuh.

Splenomegali adalah pembesaran pada limpa, di mana kondisi splen yang tidak
normal dari biasanya. Kondisi yang abnormal ini akan terus berkembang apabila
didukung oleh faktor eksternal. Salah satu dampak yang terjadi pada Splenomegali
ada pembesaran yang terus terjadi pada limpa. Kondisi tersebut menyebabkan sistem
imun semakin berat untuk bekerja melawan infeksi yang terjadi. Selain masalah fisik,
masalah yang timbul juga adalah masalah mental atau kesehatan jiwa klien.

Videback (2008) menyatakan bahwa kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat
emosional, psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang
memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan
kestabilan emosional. Kesehatan jiwa meliputi keadaan sehat dan berisiko mengalami
gangguan mental dan yang mengalami gangguan mental atau gangguan jiwa. Melalui
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa klien yang dirawat di rumah sakit juga
memiliki risiko mengalami masalah kesehatan jiwa. Klien yang dirawat di ruang
umum (masalah fisik), berisiko mengalami gangguan pada kondisi emosional,
psikososial dan sosialnya. Masalah kesehatan psikososial yang mungkin muncul pada
klien dengan Splenomegali adalah gangguan pada citra tubuh, di mana klien
mengalami perubahan ukuran, bentuk, dan bagian tubuh khususnya pada bagian
abdomen.

Citra tubuh merupakan sikap seseorang menilai tubuhnya secara sadar dan tidak sadar
yang mencakup persepsi saat ini dan masa lalu dan juga perasaan tentang ukuran,
bentuk, fungsi, penampilan tubuh yang berkesinambungan dan persepsi, dan
pengalaman baru (Stuart, 2007). Keliat et.al (2011) menyatakan bahwa gangguan
citra tubuh adalah sebuah perasaan ketidakpuasan terhadap tubuhnya yang

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
4

disebabkan oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak
sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini juga dapat terjadi pada klien dengan
Splenomegali, yaitu memiliki respon atau perasaan yang tidak puas terhadap kondisi
saat mengalami bentuk dan ukuran pada bagian tubuhnya.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah kesehatan pada masyarakat perkotaan sepertinya sama dengan masalah


kesehatan masyarakat perkotaan lainnya. Masalah kesehatan pada aspek sarana
transportasi, perumahan, sanitasi lingkungan, polusi, radiasi kemacetan, dan lainnya
hanya terletak pada tingkat keparahan dan kompleksitas permasalahan dalam
lingkungan perkotaan tersebut. Kondisi dengan tingginya peningkatan penduduk juga
dapat mempengaruhi aspek kesehatan masyarakat. Peningkatan penduduk secara
yang signifikan dapat menyebabkan semakin banyak daerah yang kumuh di daerah
perkotaan sehingga menyebabkan risiko terkena penyakit pun semakin tinggi.
Masalah kesehatan yang terjadi dapat berupa masalah kesehatan fisik dan mental atau
jiwa.

Masalah kesehatan yang terjadi pada seseorang membuatnya untuk merespon


terhadap kondisi tersebut. Tak jarang seseorang memiliki respon yang negatif atau
ketidakpuasan pada dirinya saat mengalami masalah kesehatan, sama halnya dengan
klien dengan Splenomegali yang mengalami distensi pada abdomen akan merasa
tidak puasa dengan kondisi barunya yang diakibatkan oleh penyakitnya. Selain itu
klien yang akan melakukan operasi splenektomi juga berisiko mengalami hal yang
sama, setelah tindakan pembedahan klien akan mendapatkan bekas luka operasi yang
dapat menjadi hal baru yang akan dialami oleh klien. Masalah citra tubuh yang tidak
tertangani dapat menjadi masalah baru bagi klien. Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk melakukan intervensi dan mengoptimalkan asuhan keperawatan gangguan citra
tubuh pada klien dengan Splenomegali di Ruang Antasena, RS DR. H. Marzoeki
Mahdi Bogor.

1.3 Tujuan Penulisan

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
5

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada
Ny. T dengan Splenomegali di Ruang Antasena 4 RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Memberikan gambaran masalah kesehatan masyarakat perkotaan terkait


masalah psikososial: gangguan citra tubuh pada klien dengan Splenomegali.

1.3.2.2 Memberikan gambaran data pengkajian, rumusan masalah psikososial, dan


intervensi keperawatan terkait masalah gangguan citra tubuh dengan
Splenomegali pada klien.

1.3.2.4 Memberikan gambaran evaluasi praktik keperawatan terkait gangguan citra


tubuh pada klien dengan Splenomegali.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Keilmuan

Karya Ilmiah Ners ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi spesifik terkait
penatalaksanaan asuhan keperawatan gangguan citra tubuh di lahan praktik,
khususnya pada klien dengan masalah Splenomegali. Selain itu melalui Karya Ilmiah
Ners ini dapat menjadi data dasar untuk pengembangan keilmuan keperawatan jiwa
terkait masalah psikososial pada klien dengan Splenomegali.

1.4.2 Manfaat Aplikatif

Karya Ilmiah Ners ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perawat sebagai pedoman
dalam memberikan asuhan keperawatan psikososial di lahan praktik. Penulis juga
berharap melalui karya ilmiah ini intervensi keperawatan jiwa psikososial; gangguan
citra tubuh dapat dipadukan dengan intervensi keperawatan pada klien dengan
masalah fisik khususnya dengan masalah Splenomegali.

1.4.3 Manfaat Bagi Penelitian Selanjutnya

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
6

Karya Ilmiah Ners ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi
para penulis karya tulis ilmiah yang tertarik untuk mengembangkan masalah
psikososial gangguan citra tubuh pada klien dengan masalah fisik, khususnya dengan
Splenomegali.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan


2.1.1. Definisi
Masyarakat adalah kumpulan dari individu-individu baik dalam kelompok kecil
maupun kelompok besar yang saling terkait dan memiliki pengaruh satu sama lain
sehingga memiliki kebiasaan tradisi, sikap, persatuan dan kesatuan (Hidayah, 2011).
Masyarakat sering dibagi ke dalam dua kelompok yaitu masyarakat perkotaan dan
pedesaan. Menurut Soekanto (1998) pada Hidayah (2011), perbedaan tersebut
sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat, sebab
masyarakat modern, walaupun desa kecil pasti tetap ada pengaruh-pengaruh yang dari
perkotaan.

Masyarakat yang tinggal pada daerah perkotaan dan pedesaan memiliki karakteristik
yang berbeda. Menurut Soekanto (2002) karakteristik masyarakat perkotaan dan
pedesaan dapat dibedakan berdasarkan 9 aspek yaitu; lingkungan alam, mata
pencaharian, ukuran komoditas, stratifikasi sosial, mobilitas sosial, pengawasan
sosial, kepemimpinan, solidaritas, dan sistem nilai. Namun, pada masyarakat
perkotaan telah terjadi proses globalisasi yang menyebabkan pergeseran budaya
tradisional ke budaya asing.

2.1.2. Pengaruh Lingkungan Kota Terhadap Kesehatan


Lingkungan perkotaan dengan jumlah penduduk yang banyak, tentunya mempunyai
dampak pada masalah kesehatan masyarakat perkotaan. Masalah kesehatan yang
terjadi di lingkungan penduduk disebabkan oleh berbagai faktor. Salah contoh,
penyakit yang timbul di lingkungan kaum urban dapat disebabkan oleh
mikroorganisme yaitu seperti, virus, bakteri, parasit, dan jamur. Selain adanya faktor
yang menyebabkan penyakit, masalah tersebut juga dapat diperburuk oleh binatang

7 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
8

atau pola hidup manusia yang kurang baik, sehingga penyebaran penyakit semakin
mudah terjadi (Poppe, Synder, dan Mood, 1995).

Menurut Surjadi (2004), secara umum ada lima masalah kesehatan perkotaan, yaitu;
kemiskinan dan lingkungan yang kurang bersih, industrialisasi, pangan, beban
psikososial, dan masalah kesehatan pada populasi yang padat. Hal ini juga didukung
oleh Dye et al. (2008), yang menyatakan bahwa negara-negara berkembang termasuk
Indonesia setiap tahun memiliki peningkatan urbanisasi yang signifikan. Hal tersebut
mengakibatkan semakin banyak daerah kumuh di daerah perkotaan sehingga masalah
kesehatan seperti sanitasi pada sarana umum, makanan, air, dan udara semakin buruk.
Banyaknya daerah yang memiliki lingkungan yang kurang bersih mencetus
perkembangan mikroorganisme semakin tinggi di lingkungan perkotaan. Gaya hidup
yang kurang baik dan perkembangan mikroorganisme dapat menyebabkan individu
yang tinggal di daerah tersebut mengalami infeksi. Bakteri yang sering ditemukan
pada lingkungan dan tubuh manusia adalah bakteri escherichia coli, staphylococci,
streptocococci, dan salmonella dan polimicrobial.

Gaya hidup yang kurang baik mempercepat pengembangan mikroorganisme


menyerang organ tubuh. Salah satu organ tubuh yang dapat diserang oleh bakteri
tersebut adalah splen (limpa). Hal ini didukung oleh pernyataan Petoianu (2011) yang
menyatakan bakteri yang paling umum menyebabkan infeksi atau abses pada limpa
adalah bakteri Escherichia coli, staphylococci, streptocococci, salmonella dan
polymicrobial. Terjadinya abses pada organ limpa menyebabkan limpa menjadi
membesar atau tidak seperti normalnya yang sering disebut dengan Splenomegali.
Kondisi limpa yang semakin membesar tidak hanya mempengaruhi masalah
kesehatan fisik saja, hal ini juga dapat mempengaruhi masalah psikososial seseorang.
Terjadinya perubahan bentuk akibat Splenomegali dapat mempengaruhi seseorang
untuk melihat atau menilai gambaran fisik dan mentalnya (Wilkinson, 2007).
Masalah jiwa atau psikososial yang mungkin muncul pada klien dengan splenomegali
adalah masalah psikososial gangguan citra tubuh.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
9

2.2 Splenomegali
2.2.1. Definisi Splenomegali
Splenomegali adalah kondisi limpa yang membesar, namun belum diketahui
penyebabnya. Splenomegali sering terjadi di daerah tropis (Sling 2007).
Splenomegali adalah kondisi limpa yang membesar dan melebar kebagian kuadran
kiri perut mengarah ke panggul (Luo & Levvit, 2008). Adapun Petoianu (2011)
menyatakan bahwa splenomegali adalah pembesaran pada limpa yang disebabkan
banyak faktor seperti, masalah hematologi, virus malaria, lymphoma dan bakteri.
Pada umumnya limpa yang normal berukuran12 cm, 7cm tinggi, 4cm tebal dan berat
limpa yang normal sekitar 50 sampai 100 gram. Adapun pada Splenomegali limpa
akan membesar dari ukuran normal. Melalui pernyataan di atas dapat disimpulkan
bahwa Splenomegali adalah pembesaran limpa yang dapat disebabkan oleh masalah
hematologi atau terjadinya infeksi pada limpa.

2.2.2 Penyebab Splenomegali


Splenomegali adalah terjadinya pembesaran pada organ limpa, baik terjadinya
pembesaran karena adanya abses atau pembesaran pembuluh darah pada splen.
Splenomegali disebabkan oleh berbagai macam. Sling (2007) menyebutkan bahwa
splenomegali terjadi karena terjadinya hiperplasia yang tidak diketahui penyebabnya.
Adapun Luo & Levitt (2008) menyebutkan bahwa splenomegali disebabkan oleh
gaucher deseases, lymphoma, thalasemia mayor, visceral leishmaniasis, malaria, dan
infeksi yang disebabkan oleh bakteri, namun penyebab umum terjadinya
splenomegali adalah lymphoma dan infeksi bakteri. Petoianu (2011) juga menyatakan
bahwa salah satu penyebab splenomegali karena terjadinya infeksi dan abses yang
dipengaruhi oleh neoplasma, immunodeficiency, haemoglobinophaties, dan juga
bakteri endokarditis. Selain itu, Petoianu menyatakan bakteri yang paling umum
menyebabkan abses pada splen adalah bakteri Escherichia coli, staphylococci,
streptocococci, salmonella dan polymicrobial.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
10

2.2.3 Tanda dan Gejala Splenomegali


Terjadinya pembesaran limpa pada klien yang mengalami Splenomegali dapat dilihat
melalui tanda dan gejala yang terjadi. Tanda dan gejala yang paling sering muncul
pada klien dengan Splenomegali adalah (1) nyeri atau rasa kepenuhan di perut
kuadran kiri atas atau bawah dan dapat penyebar ke bahu kiri, (2) distensi abdomen
kuadran kiri, (3) anemia, sering mengalami infeksi, dan mudah mengalami
perdarahan. Gejala yang paling umum ditemukan pada klien dengan splenomegali
adalah nyeri dan terasa penuh di bagian perut, selain itu juga dapat terlihat kepucatan
pada wajah (Nabili, 2016).

2.2.4. Komplikasi Splenomegali


Mayo (2011) menyatakan komplikasi dari pembesaran limpa (spleen) adakah infeksi
dan ruptur pada limpa. Terjadinya infeksi pada splen dapat mengurangi jumlah sel-sel
darah merah yang normal, trombosit dan sel darah putih dalam aliran darah.
Komplikasi splenomegali juga dapat mempengaruhi jumlah leukosit yang
menyebabkan terjadinya infeksi yang berulang. Selain itu komplikasi yang terjadi
pada klien dengan splen adalah anemia, risiko perdarahan, dan yang paling parah
adalah terjadinya pembesaran yang menyebabkan splen menjadi pecah. Hal tersebut
apabila tidak ditangani secepat mungkin dapat mengancam jiwa karena berisiko
terjadi perdarahan pada abdomen.

2.3 Gangguan Citra Tubuh


Splenomegali yang tidak ditangani akan berdampak yaitu splen akan semakin
membesar. Kondisi splen yang akan terus membesar menyebabkan seseorang merasa
tidak nyaman baik karena splen yang membesar menekan abdomen keluar atau
menekan organ tubuh yang lain, juga membuat klien tersebut tidak nyaman karena
terjadinya perubahan bentuk khususnya di bagian abdomennya. Hal ini juga didukung
oleh pernyataan Bolton (2010) yang menyatakan bahwa faktor kesehatan seperti
terjadinya perubahan bentuk dan hilangnya bagian dan fungsi tubuh dapat
mempengaruhi citra tubuh seseorang.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
11

2.3.1 Definisi Gangguan Citra Tubuh


Citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar
yang mencakup persepsi saat ini dan masa lalu dan perasaan tentang bentuk, ukuran,
fungsi, penampilan dan potensi tubuh yang dimodifikasi secara berkesinambungan
dengan persepsi dan pengalaman baru setiap individu (Stuart, 2007). Gangguan citra
tubuh adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuhnya yang diakibatkan oleh
perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan
yang diinginkan (Keliat et.al, 2011). Kebingungan atau konfusi pada gambaran
mental dari fisik diri seseorang (Wilkinson, 2007). Sedangkan menurut Carpenito-
Moyet (2007) gangguan citra tubuh merupakan suatu keadaan ketika individu
mengalami atau berisiko untuk mengalami gangguan dalam pencerapan citra diri
seseorang.

2.3.2 Penyebab Gangguan Citra Tubuh

Keliat et.al (2011), menyatakan bahwa gangguan citra tubuh adalah sebuah perasaan
ketidakpuasan terhadap tubuhnya yang disebabkan oleh perubahan struktur, ukuran,
bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan. Adapun
penyebab terjadinya gangguan citra tubuh, yaitu kerusakan atau kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh, dan tindakan pembedahan.
Hal ini juga dapat terjadi pada klien yang mengalami perubahan bentuk tubuh yang
disebabkan oleh penyakit, seperti Splenomegali. Terjadinya pembesaran organ limpa
yang terus-menerus mengakibatkan terjadinya pembesaran abdomen kuadran kiri
klien. Hal ini menyebabkan klien merasa tidak puas dan terganggu terhadap citra
tubuhnya.

2.3.3 Predisposisi
Predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu kondisi.
Predisposisi pada gangguan citra tubuh dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor
biologis, faktor psikologis, dan faktor sosial dan budaya (Paxton et al, 2011).

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
12

Pertama biologis, Paxton et.al (2011) menyatakan bahwa faktor genetik turut
mempengaruhi terhadap ketidakpuasan tubuh pada seseorang. Faktor biologis yang
paling menonjol terkait dengan ketidakpuasan tubuh adalah ukuran dan bentuk tubuh,
namun hal tersebut bukan merupakan faktor pemicu utama, interaksi antara ukuran
tubuh dan sikap sosial negatif serta diskriminasi yang terkait dengan ukuran tubuh
merupakan faktor yang juga berpengaruh. CDC pada tahun 2007 menyebutkan 66%
orang Amerika mengalami obesitas, di mana hal tersebut mempengaruhi rasa percaya
diri, dan harga diri, serta menambah tingkat stres. Namun (Bolton, 2010) menyatakan
bahwa faktor yang berhubungan dengan kesehatan dapat mempengaruhi citra tubuh
seseorang, terkhusus pada klien yang mengalami penyakit kronis atau kondisi lain,
seperti stroke, diabetes, cedera saraf tulang belakang, amputasi, mastektomi, luka
bakar, bedah, atau terjadi hilangnya bagian atau fungsi tubuh.

Kedua yaitu faktor psikologis yang mempengaruhi terjadinya masalah psikososial


gangguan citra tubuh. Faktor psikologis sangat dipengaruhi oleh keadaan depresi,
rendah diri, dan ketidak-sempurnaan yang dirasakan seseorang. Depresi dan rendah
diri berkontribusi terhadap pandangan negatif tentang diri termasuk tubuh seseorang.
Perfeksionisme juga dapat menyebabkan harapan yang tidak realistis dari berat
badan, bentuk dan penampilan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Paxton et al (2011), menyebutkan bahwa depresi sering ditemukan sebagai faktor
risiko ketidakpuasan tubuh pada anak laki-laki sementara rendah diri ditemukan
menjadi faktor risiko pada anak perempuan.

Faktor yang ketiga yang mempengaruhi terjadinya gangguan citra tubuh adalah faktor
sosial dan budaya. Individu yang mengalami keterlambatan perkembangan atau
situasi yang menyebabkan tertundanya tugas perkembangan dapat mengakibatkan
individu memiliki konsep diri yang negatif (Bolton 2010). Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh negatif dan tekanan lingkungan sosial berpengaruh
terhadap pandangan individu tentang citra tubuh, proses ini difasilitasi oleh

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
13

perbandingan dari orang lain termasuk teman sebaya atau media yang semakin
mempertinggi perbedaan diri sendiri dengan orang lain serta ideal diri (Schutz et al,
2002).

2.3.4 Tanda dan Gejala Gangguan Citra Tubuh


Nanda (2015) menyatakan tanda dan gejala yang mungkin ditemukan pada klien
dengan gangguan citra tubuh adalah berfokus pada masa lalu dan kekuatan
sebelumnya, berfokus pada penampilan masa lalu, depersonalisasi bagian tubuh,
depersonalisasi kehilangan, gangguan fungsi tubuh, gangguan pada pandangan tubuh,
gangguan struktur, memperluas batasan tubuh, menonjolkan kemampuan yang masih
ada, menekankan pencapaian, persepsi yang merefleksikan perubahan pandangan
tentang penampilan, menghindari untuk melihat tubuh, menghindari untuk
menyentuh tubuh, menolak menerima perubahan, menyembunyikan bagian tubuh,
perasaan yang negatif, berfokus pada tubuh, perubahan gaya hidup, dan perubahan
pada lingkungan sosial. Hal ini juga terjadi pada klien di mana ditemukan tanda
gejala yaitu saat pre op, klien tampak memegang perut, tampak sedih, tampak terjadi
gangguan fungsi dan bentuk tubuh, dan fokus pada penampilan di masa lalu.

2.3.5 Proses Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Citra Tubuh


Proses keperawatan pada klien dengan gangguan citra tubuh sesuai dengan pedoman
standar asuhan keperawatan diagnosa fisik dan psikososial mempunyai tujuan yaitu
dapat meningkatkan citra tubuh dan dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa
terganggu. Adapun intervensi gangguan citra tubuh dilakukan pada klien dan
keluarga (Wilkinson & Ahern, 2012).

Tujuan intervensi keperawatan yang dilakukan pada klien yaitu; (1) klien dapat
mengidentifikasi citra tubuhnya, (2) klien dapat mengidentifikasi potensi (aspek
positif) dirinya, (3) klien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh,
(4) klien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh, (5) lien dapat
berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
14

Wilkinson & Ahren (2012) menyatakan ada lima point penting yang harus dilakukan
pada klien, yaitu; (1) mendiskusikan dengan klien tentang persepsinya pada citra
tubuhnya saat dulu dan saat ini, perasaan tentang citra tubuhnya, dan harapan
terhadap citra tubuhnya saat ini, (2) diskusikan bersama klien tentang potensi bagian
tubuh yang masih sehat, (3) membantu klien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh
yang terganggu, (4) mengajarkan klien meningkatkan citra tubuh dengan cara : a.
menggunakan protese, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera mungkin, gunakan
pakaian yang baru, b. Motivasi klien untuk melihat bagian yang hilang secara
bertahap, c. bantu klien menyentuh bagian tersebut, d. motivasi klien untuk
melakukan aktivitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal, (5) lakukan
interaksi secara bertahap dengan cara; a. susun jadwal kegiatan sehari-hari, b. dorong
melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam aktivitas dalam keluarga dan
sosial, c. dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai
peran penting baginya. Setelah itu memberikan pujian terhadap respon positif dan
keberhasilan klien melakukan interaksi.

Selain intervensi pada individu, intervensi juga dilakukan kepada keluarga. Intervensi
yang dilakukan bertujuan; (1) keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra
tubuh, (2) keluarga mengetahui cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh, (3)
keluarga mampu merawat klien gangguan citra tubuh, (4) keluarga mampu
mengevaluasi kemampuan klien dan memberikan pujian atas keberhasilannya.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada keluarga dengan gangguan citra tubuh
adalah; (1) menjelaskan kepada keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi
pada klien, (2) jelaskan kepada keluarga cara mengatasi masalah gangguan citra
tubuh, (3) mengajarkan kepada keluarga cara merawat klien : menyediakan fasilitas
untuk memenuhi kebutuhan klien dirumah, memfasilitasi interaksi dirumah,
melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial, memberikan pujian atas kegiatan yang
telah dilakukan klien, (4) ajarkan kepada keluarga untuk mengevaluasi perkembangan

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
15

kemampuan klien seperti klien mampu menyentuh dan melihat anggota tubuh yang
terganggu, melakukan aktivitas dirumah dan dimasyarakat tanpa hambatan, (5)
memberikan pujian yang realistis terhadap keberhasilan keluarga, (6) melakukan
terapi aktivitas kelompok.

Intervensi yang dilakukan tidak hanya berfokus pada klien saja, tetapi juga pada
keluarga juga sebagai fokus untuk intervensi keperawatan. Intervensi klien dengan
gangguan citra tubuh dimulai dengan membina hubungan saling percaya antara
perawat dengan klien kemudian perawat dapat melanjutkan intervensi gangguan citra
tubuh selama 5 hari sampai klien pulang.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
BAB 3

LAPORAN KASUS KELOLAAN

3.1 Gambaran Kasus

Ibu T berusia 39 tahun, wanita, menikah, pendidikan terakhir klien adalah SMA.
Klien yang masuk ke Ruang Antasena pada tanggal 10 Mei 2016 dengan diagnosis
medis Splenomegali. Sebelumnya klien pernah dirawat di RS lain dengan keluhan
yang sama. Klien masuk ruang perawatan dengan perawatan untuk persiapan
tindakan Splenektomy pada tanggal 11 Mei 2016. Klien datang dengan keluhan nyeri
pada perut bagian kiri bawah, nyeri hilang timbul sejak bulan Januari dan memuncak
pada bulan Mei 2016. Klien juga mengatakan takut dengan tindakan operasi dan juga
takut nantinya perutnya akan semakin membesar. Pada bulan Januari 2016 klien
datang untuk mengontrol kondisinya namun tidak dilakukan perawatan hanya
konsultasi biasa dan hanya mendapatkan obat dari dokter ruang Poli. Hasil
pemeriksaan radiologi yaitu ST Scan Abdomen pada tanggal 5 Mei 2016, terdapat
massa kista seukuran 13x17x15cm dan abses pada limpa.

3.2 Pengkajian

Pada saat interaksi pertama, penulis membina hubungan saling percaya bersama
klien, kemudian menjelaskan tujuan dan kontrak untuk pertemuan berikutnya. Setelah
hubungan saling percaya sudah terbina dengan baik, penulis melakukan pengkajian.
Hasil observasi klien tampak malu, sedikit pasif, tampak memperhatikan bagian
perut, dan tampak memegang perut bagian kirinya. Selain itu, klien juga tampak
meremas tangannya dan berkeringat. Selain observasi penulis juga melakukan
pemeriksaan fisik saat interaksi pertama. Penulis melakukan pengukuran tanda-tanda
vital pada klien dengan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 73x/menit,
frekuensi pernapasan 20x/menit, dan suhu 36,2oC. Pada pemeriksaan head to toe

16 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
17

khususnya saat pemeriksaan abdomen, tampak distensi abdomen kuadran kiri bawah.
Kondisi tubuh klien yang lain tampak tidak mengalami masalah.

Ibu T memilih perawatan di RSMM karena RSMM adalah salah satu rumah sakit
rujukan tipe C yang direkomendasikan dan dapat dijangkau oleh klien. Klien tinggal
di desa yang berada di daerah Bojong. Klien mengatakan lingkungan rumah cukup
padat di mana setiap rumah saling berdempetan adapun juga daerah sekitar rumah
masih kosong dan belum ada bangunannya. Saat tidak bekerja klien sering
bersosialisasi dengan tetangga atau keluarga yang tinggal di dekat rumah klien.

Keluarga klien adalah keluarga nuclear family yaitu keluarga inti yang tinggal
bersama suami, istri (klien), dan seorang anak. Kedua orang tua klien masih hidup,
namun tidak tinggal bersama dengan klien. Klien mengatakan memiliki kebiasaan
berkumpul bersama keluarga pada saat hari libur. Walaupun klien bekerja sebagai OB
dengan jam dinas secara bergiliran, klien sering memilih waktu libur yang sesuai
dengan hari libur keluarga agar dapat berkumpul bersama. Orang yang terdekat
dengan klien adalah suami dan ibu, sering kali klien menceritakan keluh kesah dan
masalah yang dihadapi kepada mereka. Selain dekat dengan ibu dan suami, klien juga
memiliki teman dekat yang sering menjadi teman curhat klien. Sebelum di rawat
klien sering menanyakan kepada keluarga dan teman tentang tindakan operasi, namun
klien tidak mendapatkan informasi yang jelas.

Klien sehari-hari bekerja sebagai OB sebuah mal di daerah Jawa Barat. Klien
berangkat kerja menggunakan angkutan umum. Karena kondisi ekonomi keluarga
klien dalam rentang menengah ke bawah mengharuskan klien untuk membantu suami
untuk bekerja. Klien mengatakan selama kurang lebih 3 tahun bekerja sebagai OB,
klien mengikuti jadwal kerja yang tidak menentu. Selama klien bekerja dengan
jadwal bergantian, klien tak jarang mengalami rasa lelah dan capek karena
membersihkan toilet dan koridor mal, pulang larut malam karena dinas sore. Klien
juga tak jarang mengalami penurunan daya tahan tubuh, sakit flu dan batuk, serta
demam.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
18

Kondisi ekonomi keluarga klien yang dalam rentang menengah ke bawah


mempengaruhi pemenuhan nutrisi klien baik saat di rumah dan saat bekerja. Klien
mengatakan saat di rumah menyediakan makanan ala kadarnya saja, terkadang karena
harus bekerja klien hanya menyediakan makanan satu kali saja dalam sehari di
rumah. Selain itu klien juga memiliki pola makan yang kurang baik. Hampir setiap
hari klien mengonsumsi makanan instan seperti mi instan. Klien juga sering
mengonsumsi bakso gerobak. Klien mengatakan tidak pernah mengetahui bahwa pola
makan yang dimiliki dapat memengaruhi kondisi kesehatannya.

Setelah melakukan pengkajian fisik, penulis melakukan pengkajian yang lebih dalam
terkait masalah psikososial. Klien menunjukkan sikap yang kooperatif, klien dan
keluarga mengatakan tidak mengetahui penyebab terjadinya penyakit tersebut.

Klien mengatakan merasa tidak puas dengan kondisi tubuhnya yang telah berubah,
merasa tubuhnya tidak seperti dulu lagi, perutnya membesar, dan saat memakai baju
perutnya terlihat besar, dan mengatakan sedih dengan kondisinya yang saat ini. Selain
itu klien juga menyatakan takut dengan tindakan operasi, takut apabila jahitannya
akan banyak. Klien mengatakan sering malu apabila orang lain menanyakan tentang
kondisinya. Klien mengatakan saat konsultasi yang terakhir sebelum dirawat,
perutnya bertambah besar sekitar 13cm. Selain itu, klien juga mengatakan takut
karena dokter belum menjelaskan tentang proses operasi yang akan dijalani,
menjelaskan kondisinya setelah dioperasi, dan apakah limpanya harus diangkat
semua atau bagian yang ada kistanya saja.

3.3. Analisa Data

Setelah melakukan pengkajian, penulis melakukan analisis data Ibu T. Berikut adalah
paparan analisa data Ibu T yang ditampilkan dalam tabel 3.1

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
19

Tabel 3.1 Analisa Data

NO. Data Masalah Keperawatan

1 Data Subjektif: Gangguan Citra Tubuh

Klien mengatakan merasa tubuhnya tidak


seperti dulu lagi, perutnya membesar, dan saat
memakai baju perutnya terlihat besar.

Klien mengatakan sedih dengan kondisinya


yang saat ini.

Data Objektif:

Klien tampak sedih, tampak memegang


perutnya, tampak berfokus pada tubuh yang
terganggu, tampak distensi abdomen kuadran
kiri bawah, tampak membatasi aktivitas, saat
interaksi klien sering mengulang perkataan hal
yang sama.

3.4 Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan analisa data yang telah dibuat, penulis menyimpulkan tiga diagnosa
keperawatan yang utama pada Ibu T, yaitu nyeri akut dan ansietas dan gangguan citra
tubuh. Ansietas adalah perasaan was-was, khawatir, atau tidak nyaman seakan-akan
terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman (Nanda, 2015). Gangguan citra tubuh
adalah rasa tidak puas terhadap perubahan bentuk, struktur, dan fungsi tubuh karena
tidak sesuai dengan yang diinginkan (Nanda, 2015). Nyeri akut adalah suatu keadaan
yang tidak nyaman terjadi pada tubuh kita (Nanda, 2015). Berdasarkan 3 diagnosa

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
20

utama tersebut, penulis menetapkan diagnosa gangguan citra tubuh sebagai diagnosa
utama yang akan diintervensi selama klien dirawat.

3.5 Intervensi Keperawatan

Setelah menentukan diagnosa keperawatan, penulis melakukan intervensi


keperawatan yang berfokus pada masalah psikososial dengan pendekatan strategi
komunikasi gangguan citra tubuh. Intervensi yang dilakukan bertujuan agar klien
dapat mengidentifikasi citra tubuh, mengidentifikasi aspek positif, meningkatkan citra
tubuh dan dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa gangguan. Melalui tujuan
tersebut penulis menggunakan strategi komunikasi generalis yang terbagi atas 2
bagian yaitu, asesmen citra tubuh dan meningkatkan citra tubuh.

3.6 Implementasi

Pada hari pertama klien dirawat dan hari pertama timbulnya tanda gejala gangguan
citra tubuh, penulis langsung melakukan bina hubungan saling percaya, pengkajian,
dan melakukan implementasi keperawatan. Data-data gangguan citra tubuh yang
ditemukan saat pengkajian menjadi dasar penulis melakukan intervensi saat interaksi
pertama. Saat implementasi hari pertama, penulis berfokus pada masalah fisik dan
psikososial. Intervensi keperawatan dilakukan selama 5 hari, selama klien dirawat di
ruang Antasena. Intervensi yang dilakukan juga disesuaikan dengan strategi
komunikasi gangguan citra tubuh.

Implementasi asuhan keperawatan dilakukan selama empat hari dan di hari ke lima
penulis melakukan evaluasi. Implementasi dilakukan saat klien baru datang, sebelum
tindakan operasi, setelah tindakan operasi dan sebelum klien pulang. Saat
implementasi hari pertama, penulis menjelaskan tujuan kemudian berdiskusi terkait
gangguan citra tubuhnya. Pertama penulis membantu klien untuk mengenal gangguan
citra tubuhnya. Kedua penulis berdiskusi tentang persepsi klien tentang citra
tubuhnya, perasaan tentang citra tubuhnya, harapan terhadap citra tubuhnya saat ini,
dan bagian tubuh lain yang masih sehat. Penulis juga membantu klien untuk

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
21

meningkatkan fungsi tubuh yang lain yaitu memotivasi dan menjelaskan kondisi
tubuh yang terganggu setelah tindakan operasi nanti dan juga membantu klien
menggunakan tubuh yang masih sehat.

Pada implementasi hari kedua yaitu setelah klien dioperasi, tanda dan gejala
gangguan citra tubuh klien muncul kembali dan semakin bertambah yaitu klien
tampak lemas, malu, pasif, dan terbatas dalam melakukan aktivitas dan sedih saat
melihat perban jahitan luka operasi yang panjang. Melihat tanda gejala yang masih
muncul, penulis kembali melakukan strategi pelaksanaan komunikasi yang pertama
yaitu asesmen dan menerima citra tubuh dan latihan meningkatkan citra tubuh. Hari
ketiga, klien tampak lebih tenang dan tampang ekspresi tidak sedih lagi. Namun saat
melakukan perawatan luka, klien mengatakan masih takut dan menutup mata saat
melihat kondisi lukanya. Setelah melakukan perawatan luka, penulis melakukan
intervensi yaitu evaluasi strategi pelaksaan komunikasi satu dan strategi pelaksanaan
komunikasi dua. Klien tampak lebih tenang dan mengatakan bersyukur karena
perutnya tidak sebesar kemarin walaupun masih ada luka jahitnya yang harus ia lihat.
Setelah berdiskusi, memilih untuk melatih fungsi tubuhnya yang lain, yaitu latihan
duduk, melakukan perawatan diri (menyisir rambut dan memakai bedak). Klien juga
mengatakan ingin mencoba melihat kondisi luka post operasinya saat dilakukan
perawatan.

Pada implementasi hari keempat klien memilih untuk latihan gerak dan latihan duduk
agar tidak merasa lemas dan lebih nyaman. Penulis juga melakukan motivasi dan
membantu klien untuk mengganti pakaian. Saat mengganti pakaian klien tampak
melihat balutan lukanya dan mengatakan bersyukur karena perut sudah mengecil.
Pada hari kelima penulis juga melakukan implementasi sekaligus evaluasi. Saat
dilakukan perawatan luka pada luka post operasi klien, klien tampak melihat kondisi
lukanya, tampak ekspresi yang tersenyum melihat luka, kemudian melihat penulis.
Selanjutnya, penulis memotivasi klien untuk meningkatkan citra tubuh dan tetap
semangat untuk berinteraksi dengan orang lain. Setelah melakukan implementasi,

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
22

penulis melakukan evaluasi dari setiap intervensi yang telah dilakukan dan discharge
planning pada siang hari sebelum klien pulang ke rumah.

3.7 Evaluasi

Setelah melakukan implementasi, penulis melakukan evaluasi pada klien. Pada fase
orientasi setiap pertemuan, penulis selalu melakukan evaluasi validasi. Evaluasi
validasi yang dilakukan setiap pertemuan bertujuan untuk mengetahui kemampuan
klien yang sudah dilatih khususnya saat melatih secara mandiri. Klien menunjukkan
peningkatan kemampuan meningkatkan citra tubuhnya setelah hari kedua
implementasi dilakukan. Selain untuk melihat perkembangan kemampuan klien,
evaluasi validasi juga dilakukan untuk melihat tanda gejala gangguan citra tubuh
yang masih muncul, dan juga bertujuan untuk menentukan intervensi yang akan
dilakukan berikutnya kepada klien.

Evaluasi secara umum ialah klien mengalami gangguan citra tubuh sudah tampak saat
pertama kali dirawat dan saat klien dirawat yaitu pre op dan post op. Setelah
diberikan intervensi setiap harinya, tanda dan gejala gangguan citra tubuh mulai
berkurang, khususnya setelah hari ketiga perawatan. Klien tampak semangat dan
termotivasi meningkatkan citra tubuhnya sejak hari ketiga dirawat yaitu setelah
intervensi post operasi. Hal ini juga dilakukan melalui evaluasi subjektif dan objektif.
Saat evaluasi subjektif pada hari empat dan lima sangat jauh berbeda dengan hari
pertama dan kedua. Klien juga tampak melakukan latihan yang telah diajarkan,
keluarga klien juga tampak mendukung dan selalu memberi dukungan dari setiap
latihan yang klien lakukan.

Penulis juga melakukan evaluasi terhadap intervensi lain yang mendukung masalah
psikososial gangguan citra tubuh teratasi, yaitu evaluasi pengetahuan klien tentang
Splenomegali, evaluasi intervensi nyeri, intervensi ansietas, dan evaluasi terapi
kolaborasi yang diberikan kepada klien. Setelah melakukan evaluasi, penulis
melakukan discharge planning kepada klien. Penulis menjelaskan tentang persiapan
pulang, menjelaskan obat-obatan yang harus klien konsumsi, surat kontrol, perawatan

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
23

diri dan luka saat di rumah, dan memasukkan jadwal latihan meningkatkan citra
tubuh. Penulis juga melibatkan keluarga saat melakukan discharge planning.

Rencana tindak lanjut dari intervensi yang diberikan ialah memfasilitasi klien
melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan citra tubuhnya selama dirawat. Selain
itu penulis juga memotivasi dan mengarahkan keluarga untuk memperhatikan tanda
dan gejala gangguan citra tubuh yang mungkin muncul pada klien. Secara
keseluruhan asuhan keperawatan psikososial gangguan citra tubuh telah dilaksanakan
dengan baik kepada klien dan keluarga, klien juga menunjukkan respons yang positif
atas intervensi yang telah diberikan.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
BAB 4
ANALISA SITUASI

4.1 Analisa Masalah Keperawatan


Splenomegali merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM). Salah satu
penyebab terjadinya pembesaran pada splen adalah bakteri. Pada hasil pengkajian
pada Ny. T didapatkan data bahwa klien tinggal di daerah yang cukup kumuh, padat,
dan rumah saling berdempetan. Klien mengatakan bekerja sebagai OB yang setiap
hari bekerja cukup berat dan sering pulang malam. Selain itu klien juga mengatakan
sering mengonsumsi makanan instan dan jajanan kaki lima seperti bakso. Klien
mengatakan perutnya mulai membesar dan terasa sakit sejak Januari 2016, namun
klien belum mengetahui secara jelas tentang kondisi tubuhnya. Klien mengatakan saat
melalukan pemeriksaan pada bulan Februari 2016 dan mengetahui bahwa organ
limpanya membesar, klien menjadi khawatir. Klien juga menyatakan takut dan malu
dengan kondisinya karena perut sebelah kirinya tampak semakin membesar.

Penyakit Splenomegali yang dialami oleh klien sejak tahun lalu ini menyebabkan
kondisi kesehatan klien menurun. Klien mengatakan merasa lebih mudah lelah dan
kadang nyeri sampai ke bahu bagian kiri. Melalui hal tersebut, suami klien mengajak
klien untuk melakukan tindakan operasi agar perutnya tidak semakin membesar.
Kondisi klien dan proses tindakan operasi yang akan dilakukan membuat klien
cemas, selain gangguan citra tubuh klien juga mengalami ansietas sebelum operasi.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Makmuri et.al (2007) tentang
tingkat kecemasan pre operasi dimana klien dengan pre operasi mempunyai tingkat
kecemasan yang tinggi dibandingkan dengan klien biasa. Klien juga menyatakan
bahwa ia memikirkan kondisi setelah operasi, klien takut dengan kondisi jahitan luka.
Klien mengatakan tubuhnya tidak akan mulus lagi karena ada bekas luka. Klien
mengalami masalah pada citra tubuhnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Keliat
et.al (2011) yang menyatakan bahwa gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas

24 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
25

seseorang terhadap tubuhnya yang diakibatkan oleh perubahan struktur, ukuran,


bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan.

4.2. Analisa Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan pada Ny. T mempunyai tujuan umum yaitu meningkatkan
citra tubuh dan dapat bersosialisasi tanpa ada gangguan. Tujuan khusus yang
diharapkan antara lain terjalinnya hubungan saling percaya antara perawat dengan
klien, klien mampu mengidentifikasi gangguan citra tubuhnya, klien dapat
mengidentifikasi potensi atau aspek positif pada dirinya, klien mengetahui cara
meningkatkan citra tubuhnya, dan dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa
terganggu, dan juga keluarga berperan serta dalam meningkatkan citra tubuh klien.

Pada pertemuan pertama, penulis membina hubungan saling percaya bersama Ny. T
dengan menanyakan kabar, berkenalan, melakukan kontrak, dan menetapkan tujuan
pertemuan. Setelah itu, penulis melakukan pengkajian yang awalnya melakukan
pengkajian nyeri, perasaan ansietas, dan masalah citra tubuh. Penulis kemudian
mengkaji lebih dalam dan memberikan kesempatan klien mengeksplor perasaannya.
Penulis mencoba berdiskusi dengan klien tentang penyebab gangguan citra tubuh
yang alami oleh klien. Klien mengatakan merasa tidak nyaman dan sedih dengan
kondisi tubuhnya yang telah berubah, perutnya yang membesar, selain itu klien juga
mengatakan sedih karena setelah operasi akan memiliki bekas luka pada bagian
perutnya.

Ibu T mengungkapkan perasaannya terkait kondisinya. Klien mengungkapkan bahwa


ia terkejut saat mengetahui bahwa limpanya telah bertambah besar sekitar 13cm.
Klien juga mengatakan saat di rumah dan saat klien bekerja, klien sering kali ditanya
oleh kerabatnya tentang perutnya yang tampak membesar. Klien merasa tidak percaya
diri dan hal tersebut membuat klien merasa sedih karena orang lain pun mengetahui
bahwa bentuk tubuhnya telah berubah. Ketika suami klien mengajak klien untuk
berobat awalnya klien merasa takut dan juga ragu saat bertemu dokter. Klien

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
26

mengatakan sering berpikir negatif pada dirinya sendiri dan ditambah pertanyaan
yang sering klien dengarkan membuat klien menjadi semakin tidak percaya diri dan
merasa sedih akan kondisinya. Setelah suami klien terus membujuk dan berdiskusi
dengan klien, akhirnya klien mengambil keputusan untuk mau dioperasi. Saat
pengkajian klien menunjukkan tanda gejala gangguan citra tubuh yaitu, tampak pasif
dan membatasi aktivitas. Tanda gejala yang ditampak oleh klien sesuai dengan
Bolton (2008) yaitu salah satu tanda gejala pada klien dengan gangguan citra tubuh
adalah pasif dan penurunan aktivitas sosial.

Setelah melakukan pengkajian lebih mendalam terkait masalah psikososial klien.


Penulis merumuskan diagnosa kemudian melakukan intervensi keperawatan kepada
klien. Intervensi yang dilakukan berfokus pada masalah-masalah yang dialami klien
baik fisik maupun psikologis. Intervensi psikososial yang dilakukan khususnya
intervensi gangguan citra tubuh dilakukan selama klien dirawat yaitu 5 hari. Adapun
tujuan intervensi gangguan citra tubuh ini bertujuan meningkatkan citra tubuh klien
dan membantu klien agar mampu meningkatkan aktivitas dan bersosialisasi tanpa
adanya rasa terganggu dengan kondisi klien yang saat ini.

Intervensi yang pertama yang dilakukan kepada klien adalah assessment citra tubuh
klien. Intervensi ini mengetahui perasaan klien secara detail terhadap gangguan citra
tubuh yang klien alami. Assessment citra tubuh dilakukan bertujuan meningkatkan
pengetahuan klien tentang penyebab dan dampak dari gangguan citra tubuh yang
dialami, serta mengklarifikasi pemahaman klien terkait gangguan citra tubuhnya.
Terjadinya peningkatan pemahaman citra tubuh serta keterbukaan terkait harapan
terhadap tubuh yang masih sehat dapat menumbuhkan harapan positif serta perasaan
yang menyadari masih adanya potensi bagian tubuh yang sehat bagi klien. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Brissette et al (2005) yang menyatakan dengan adanya
harapan positif dan pikiran yang positif seseorang mampu bertahan dalam situasi
yang tidak diinginkan seperti ketika mengalami ketidakpuasan terhadap citra
tubuhnya.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
27

Penulis mengarahkan klien untuk menumbuhkan harapan positif terhadap kondisinya


saat ini. Setelah intervensi tersebut klien merespons dengan menyatakan ia bersyukur
karena kondisinya masih bisa ditolong, klien juga mengatakan setelah pulang ke
rumah klien akan membeli salep penghilang bekas luka agar lukanya bisa hilang dan
klien akan merasa nyaman saat beraktivitas. Melalui afirmasi tersebut dapat
membantu klien dalam meningkatkan citra tubuh dan melakukan hubungan sosial.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Koh (2004) menyatakan bahwa afirmasif positif
adalah sebuah proses pikir mendengarkan dan menulis secara terus-menerus dan
berulang, yaitu memberikan penegasan pada sebuah keyakinan yang diharapkan akan
menjadi kenyataan. Melalui afirmasi positif dan melihat kondisi tubuh yang sehat
dapat membantu klien untuk meningkatkan harapan positif pada kondisinya saat ini
dan menumbuhkan harapan positif pada citra tubuhnya.

Intervensi berikut yang dilakukan oleh penulis adalah meningkatkan fungsi tubuh
yang masih sehat. Melakukan aktivitas dengan tubuh yang masih sehat dapat
memberikan motivasi kepada klien, adanya motivasi dapat meningkatkan harap hidup
atau harapan untuk sembuh serta meningkatkan produktivitas. Selain itu penulis juga
memotivasi klien untuk meningkatkan citra tubuh dengan menggunakan make up,
menggunakan jilbab yang nyaman dan yang klien sukai, dan menggunakan pakaian
yang tidak ketat. Terakhir penulis memotivasi klien menilai bagian tubuh yang
terganggu secara bertahap. Hal ini telah sesuai dengan pernyataan Wilkinson &
Ahren (2012) yang menyatakan dengan menganjurkan pasien melatih fungsi tubuh
yang sehat dan menggunakan alat bantu untuk meningkatkan fungsi tubuh dapat
meningkatkan rasa percaya diri juga citra tubuhnya.

Intervensi yang bagian terakhir adalah motivasi, pendidikan kesehatan, dan evaluasi
citra tubuh. Intervensi yang dilakukan berfokus pada mengevaluasi klien dalam
meningkatkan harapan positif, meningkatkan fungsi tubuh yang masih sehat, melihat
bagian yang terganggu dan latihan bagian tubuh yang terganggu.. Penulis memotivasi

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
28

klien melakukan perawatan diri yang mampu klien lakukan di tempat tidur seperti
menyisir rambut, memakai bedak, dan mengganti pakaian yang baru, melakukan
latihan mengubah posisi, dan duduk. Penulis juga memotivasi klien untuk melihat
bagian tubuh yang terganggu secara bertahap. Saat intervensi penulis juga melibatkan
keluarga (suami dan ibu) klien. Penulis melakukan pendidikan kesehatan terkait
kondisi klien saat setelah operasi dan sebelum pulang, pencegahan terpapar dari
bakteri atau kuman, perawatan luka sederhana, dan pola hidup yang sehat. Penulis
memotivasi klien agar terus menjaga kesehatan mulai dari hal yang terkecil dengan
menjaga pola makan, mencuci tangan, dan istirahat yang cukup. Hal ini telah sesuai
dengan pernyataan Sabourin (2013) yang menyatakan lebih baik melakukan
perubahan kecil tapi bertahan lama, daripada perubahan besar tapi hanya sementara.

Penulis juga melibatkan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan kepada


klien. Penulis melakukan intervensi gangguan citra tubuh pada suami klien.
Kehadiran dan dukungan keluarga sangat membantu klien dalam meningkatkan citra
tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Potter & Perry (2010) yang menyatakan
bahwa keluarga berperan dalam menciptakan dan memelihara konsep diri setiap
anggotanya, untuk memperbaiki konsep diri yang negatif menjadi positif, termasuk
meningkatkan citra tubuh.

4.3 Penyelesaian Masalah


Splenomegali merupakan kondisi sakit yang dapat mempengaruhi rasa nyaman dan
bentuk tubuh. Bentuk tubuh yang berubah dan tidak normal membuat seseorang
menjadi terganggu dan memiliki pandangan negatif dengan citra tubuhnya.
Pengetahuan yang rendah terkait penyakit dapat mempengaruhi klien dalam menilai
kondisinya. Pentingnya peran perawat untuk memfasilitas klien dalam mengatasi
penilaian yang negatif terhadap citra tubuh dengan melakukan edukasi
(psikoedukasi).

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
29

Program psikoedukasi keluarga diciptakan untuk mendidik dan membantu keluarga


dengan hasil akhir keluarga mampu menolong anggota keluarganya yang mengalami
gangguan mental maupun gangguan emosional. Stuart (2013) mengindikasikan FPE
kepada keluarga yang memiliki masalah psikososial juga pada keluarga dengan
kurang pengetahuan yang memiliki masalah ansietas pada tingkat yang harus
dikurangi.

Psikoedukasi merupakan intervensi dengan cara edukasi atau pendidikan kesehatan


kepada klien dan keluarga terkait penyakit dan penanganannya. Psikoedukasi pada
Ibu T dilakukan pada hari pertama dan kedua saat klien dirawat. Klien mengatakan
sebelumnya belum pernah mendengarkan tentang informasi penyakit Splenomegali.
Psikoedukasi yang dilakukan oleh penulis di antaranya pendidikan kesehatan tentang
masalah Splenomegali, penanganan Splenomegali dengan tindakan operasi, dan
kondisi klien setelah dioperasi. Psikoedukasi dilakukan bersama klien dan
keluarganya saat keluarga klien menemani klien.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Splenomegali adalah pembesaran atau pembengkakan yang terjadi pada organ limpa.
Salah satu penyebab terjadinya limpa adalah infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Hal ini banyak terjadi di lingkungan masyarakat perkotaan.
Pesatnya pertumbuhan mikroorganisme menyebabkan masyarakat perkotaan berisiko
mengalami sakit, contohnya Splenomegali. Kondisi organ yang membesar pada klien
dengan Splenomegali memberikan dampak pada aspek psikososial. Gangguan citra
tubuh adalah salah satu masalah psikososial yang muncul pada klien dengan
Splenomegali. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan citra tubuh bertujuan
untuk memfasilitasi klien dalam meningkatkan citra tubuhnya. Intervensi yang
diberikan pada klien yaitu asesmen, membantu klien menerima citra tubuh yang
terganggu, bantu klien meningkatkan harapan positif pada tubuh, latihan
meningkatkan fungsi tubuh yang masih sehat, latihan meningkatkan citra tubuh
dengan menggunakan alat make up, menggunakan kerudung yang disukai dan
pakaian yang tidak ketat, serta memotivasi klien untuk melihat bagian tubuh yang
terganggu. Hasil evaluasi motivasi meningkatkan harapan positif dan meningkatkan
fungsi tubuh yang sehat terbukti meningkatkan citra tubuh klien. Selain itu, intervensi
juga dilakukan berupa pendidikan kesehatan terkait splenomegali, tindakan operasi
pre dan post operasi. Perawat memiliki peran yang penting dalam proses asuhan
keperawatan pada klien yang memiliki masalah psikososial seperti gangguan citra
tubuh dengan Splenomegali.

5.2 Saran

5.2.1 Keilmuan

Hasil karya tulis ini dapat dijadikan sebagai bahan belajar di bidang pendidikan,
khususnya bidang keperawatan jiwa. Melalui karya tulis ilmiah ini dapat membantu

30 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
31

mahasiswa keperawatan untuk melakukan modifikasi dalam pemberian asuhan


keperawatan pada klien dengan gangguan citra tubuh.

5.2.2 Aplikatif
Hasil karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan acuan bagi perawat di ruangan untuk
memberikan asuhan keperawatan gangguan citra tubuh. Diharapkan klien yang
mengalami gangguan citra tubuh dapat melakukan latihan meningkatkan citra tubuh
sesuai dengan yang telah diajarkan. Selain itu keluarga juga mampu merawat anggota
keluarganya yang sedang mengalami gangguan citra tubuh.

5.2.3 Penelitian Selanjutnya


Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi acuan dan rekomendasi pada
asuhan keperawatan untuk menyelesaikan masalah psikososial, khususnya gangguan
citra tubuh di ruang perawatan umum. Selain itu, diharapkan juga pada penelitian
selanjutnya dapat lebih mengeksplorasi tentang manfaat dan strategi-strategi yang
dapat dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan psikososial khususnya
masalah keperawatan gangguan citra tubuh.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
DAFTAR PUSTAKA

Addo & Bates. (2002). Causes of massive tropical splenomegaly in Ghana. Pg. 449. Vol 360.
Bolton & Michael. (2012). The Impact of Body Image on Patient Care. The Journal of
Clinical Psychiatry. Vol: 12 (2).
Badan Pusat Penelitian dan Pengembamgan Kesehatan. (2013). Riset kesehatan dasar.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Brissette et al. (2005). Comorbid depression among untreated illicit opiate users: results
from a multisite Canadian study. Vol 50 (9):512-8. Can J Psychiatry.
Carpenito, L.J dan Moyet. (2007). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 10. Jakarta :
Penebit Buku Kedokteran EGC
Dye et al. (2008). Health and urban living. DOI: 10.1126/science.1150198. USB.

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses:
Definitions & Classification, 2015–2017. Oxford: Wiley Blackwell.
Hidayah, N. (2011). Kesiapan psikologis masyarakat pedesaan dan perkotaan menghadapi
diversifikasi pangan pokok. Vol. VIII No.1
Karmita, R. (2013). Transformasi nilai-nilai lokal pada rumah komunitas angklung mang
udjon sebagai dasar pengembangan tanggung jawab kewarganegaraan. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Keliat et al. (2011). Manajemen kasus gangguan jiwa CMHN (Intermediate Course). Cetakan
I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kementerian Pertanian. (2014). Statistik penduduk 1971-2015. Jakarta: Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jendral Kementerian Pertanian.
Koh, K. (2004). Lazy man's affirmation book. www. subconcioues secret.com
Luo & Levitt. (2008). Massive Splenomegaly. pp. 31-38.
Mayo Clinik. (2011). Positive thinking: Reduce stress by eliminating negatif self-talk. Found
online.
Makmuri M.S., et al.(2007). Pedoman nasional tuberkulosis anak. Ed 2. Penerbit UKK
Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia.
NANDA International. (2011). Diagnosis keperawatan, definisi dan klasifikasi 2009-2011.
Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC.
Paxton, S. (2011). Psychological prevention and intervention startegis for body
dissatisfaction and disorder eating. Australia Psychological Society.

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Panfilis et al. (2007). Chngea in body image disturbance in morbidly obese patients 1 year
after laparoscopic adjustable gastric banding. Vol 17, 792-799.
Petroianu, A. (2011). Historical aspect of spleen and spleenic surgical. Chapter 13. Bentham
Science Publisgers Ltd.
Petroianu, A. (2011). Surgical anatomy of the spleen. Chater 6. Bentham Science Publisgers
Ltd.
Potter, P.A., & Perry, A.G (2010). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Porta et al. (2005). A program for assessing body image disturbance. Pg. 638-643. Behavior
Research Methods. University of Barcelona, Barcelona, Spain.
Poppe, Synder, and mood. (1995). Nursing health & environment: Strengthening the
relationship to improve the public's health. Washington (DC) : National Academies
Press (US).
Pimento et al. (2009). Relationship between body image disturbence and incidence of
depresion ; the SUN Prosfektif Kohort. Journal Public Helath.
Ritonga, R. (2014). Kebutuhan data ketenagakerjaan untuk pembangunan berkelanjutan.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Sabourin, J.C. (2013). Influence of endothelial cells on vascular smooth muscle cells
phenotype after irradiation implication in radiation-induced vascular damages, AJP.
196(4): 1484-1495.
Soekanto, S. (2002). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Raja Grafmdo Persada.
Sling, R.K. (2007): Hyperreactive malarial splenomegaly in expatriates. Vol 5, 24-28.
Elsevier.
Stuart, G.W. (2007). Principles & practice of psychiatric nursing. ed.8. Philadelphia:
Elsevier Mosby.
Stuart, G.W. (2013). Principles & practice of psychiatric nursing. ed.9. Philadelphia:
Elsevier Mosby.

Surjadi, C. (2004). Kesehatan perkotaan: Tantangan penelitian dan pengabdian masyarakat


Fakultas Kedokteran di Indonesia, Vol. 11 No. 2.
Schutz et al. (2002). Vygostsky and language acquisition.
Terrosu, G. et al. (2002). The impact of splenic weight on laparqscopic splenectomy for
splenomegaly. 16:103-107. DOI: 10.007/s00464-001-9045-2. Springer-Verlag New
York Inc.Ziske,

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Meybehm, S. (2001). Littoral cell angioma as a rare of splenomegaly: case report. Vol
80:45-48.
United Nations. (2014, 10 Juli). More than half of world's population now living in urban
areas, UN survey finds. UN News Centre. Retrieved from
http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=48240#.U7-dZ9Fza14 diakses pada
27 Mei 2016.
Unite for Sight. (2015). Urban helath versus rural health. Unite for Sight. Retrieved from
http://www.uniteforsight.org/global-health-university/urban-rural-health diakses pada
27 Mei 2016.
Webside Resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat. (2015) Potensi Seni dan Budaya.
Jabarprov.go.id. Jendela informasi Jawa Barat.
WHO. (2010). Why Urban Health Matters. Geneva: World Health Organization.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R. (2012). Buku saku diagnosis keperawatan diagnosa NANDA
intervensi NIC kriteria hasil NOC. Ed. 9. Jakarta: EGC.
Wilkinson, J.M. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC.

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA


MASALAH PSIKOSOSIAL

INFORMASI UMUM
Inisial klien : Ibu T
Usia : 39 (tahun)
Jenis kelamin : √perempuan laki-laki
Suku : Sunda
Bahasa dominan : Indonesia
Status perkawinan : belum menikah √menikah janda/ duda
Alamat : Jalan Bojong Pondok Terong No. 24 RT 001 RW
002, Bogor
Tanggal masuk : 10 Mei 2016
Tanggal pengkajian : 10 Mei 2016
Ruang rawat : Antasena, RS DR. H Marzoeki Mahdi Bogor
Nomor rekam medik : 32-29-85
Diagnosa medis : Splenomegali
Riwayat alergi : Tidak ada
Diet : Tidak ada

KELUHAN UTAMA
Nyeri hilang timbul pada perut bagian kiri. Nyeri sejak 4 bulan yang lalu
sebelum masuk Rumah Sakit. Perut membesar sejak 4 bulan yang lalu.
Khawatir terhadap tindakan operasi besok.

PENAMPILAN UMUM DAN PERILAKU MOTOR


Fisik
Berat badan : 66Kg
Tinggi badan : 160Cm
Tanda-tanda vital : TD 110/700mmHg, Nadi 73x/menit, Suhu 36,2OC, dan
RR 20x/menit
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

Riwayat pengobatan fisik


Klien pernah dirawat di RS lain pada awal tahun dengan keluhan yang
sama yaitu nyeri di bagian perut.

Hasil pemeriksaan laboratorium/ visum/ dll


Hematologi (02 Mei 2015)
Hb 14,3 (14-16)
Leukosit 11.050 (4.000-10.000)
Trombosit 165.000 (150.000-400.000)
Hematokrit 42% (40-50)

Masalah Keperawatan: Nyeri akut.

Tingkat Ansietas
Tingkat ansietas (lingkari tingkat ansietas dan chek list perilaku
yangditampilkan)
Ringan√ Sedang Berat Panik
PERILAKU √ PERILAKU √
Tenang √ Menarik diri
Ramah Bingung
Pasif √ Disorientasi
Waspada Ketakutan √
Merasa membenarkan lingkungan Hiperventilasi
Kooperatif Halusinasi/delusi
Gangguan perhatian Depersonalisasi
Gelisah Obsesi
Sulit berkonsentrasi Kompulsi
Waspada berlebihan Keluhan somatik
Tremor Hiperaktivitas
Bicara cepat Lainnya

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

Masalah Keperawatan: Ansietas ringan

KELUARGA
Genogram

Tipe keluarga
√ nuclear family diad family
extended family single parentfamily

Pengambilan keputusan
√kepala keluarga istri
orang tua bersama-sama

Hubungan klien dengan kepala keluarga


kepala keluarga √istri
orang tua anak

Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga


Jelaskan: Klien hidup bersama suami dan dua orang anaknya. Klien
bekerja setiap hari dan membuat klien jarang berkumpul besama keluarga.
Kumpul bersama dilakukan saat klien libur, klien juga sering menyediakan
waktu bersama suami dan anaknya untuk mengunjungi orang tua mereka.

Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

Jelaskan: Klien kurang aktif dalam kegiatan masyarakat karena bekerja,


jika klien berada di rumah klien sering bertegur sapa dengan tetangga.

Masalah Keperawatan: Tidak ada

RIWAYAT SOSIAL
Pola sosial
Teman/ orang terdekat
Ibu T dekat dengan ibu dan suaminya.

Peran serta dalam kelompok


Kurang aktif dalam kegiatan masyarakat karena klien bekerja,
namun saat klien memeliki waktu klien mengunjungi r

Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


Kondisi klien yang bekerja

Obat-obatan yang dikonsumsi


Adakah obat herbal/ obat lain yang dikonsumsi diluar resep?
Tidak ada
Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini
Tidak ada
Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk
mengatasimasalahnya?
Tidak pernah

Masalah Keperawatan: Tidak ada

STATUS MENTAL DAN EMOSI


Penampilan
1. Cacat fisik
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

√ ada, jelaskan : terdapat distensi pada abdomen kuadran kiri atas


tidak ada, jelaskan

2. Kontak mata
√ada, Jelaskan
Klien sesekali menatap mata perawat dan orang sekitarnya saat berbicara,
namun tidak bertahan lama.
tidak ada, jelaskan

3. Pakaian
√ tidak rapi, jelaskan klien hanya menggunakan sarung, baju sudah sesuai

penggunaan tdksesuai

4. Perawatan diri
Jelaskan:
Perawatan diri dilakukan oleh klien sesuai dengan kebiasaan di rumah

Masalah Keperawatan: Gangguan citra tubuh

Tingkah Laku

Tingkah Laku √ Jelaskan


Resah
Agitasi
Letargi
Sikap √ Malu, pasif, meremas tangan
Ekspresi wajah √ Terlihat sedih
Lain-lain √ Memegang perutnya, fokus pada
perut
Masalah Keperawatan: Gangguan citra tubuh, ansietas

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

Pola komunikasi

POLA KOMUNIKASI √ POLA KOMUNIKASI √


Jelas √ Aphasis
Koheren √ Perseverasi
Bicara kotor Rumination
Inkoheren Tangensial
Neologisme Banyak bicara/dominan
Asosiasi longgar Bicara lambat
Flight of ideas Sukar berbicara
Lainnya :
Masalah Keperawatan: Tidak ada

Mood dan Afek

PERILAKU √ JELASKAN
Senang √ Klien senang karena akan
dioperasi namun takut dengan
luka pasca operasi
Sedih √ Klien merasa sedih berkaitan
dengan sakit dan kondisi pasca
operasi
Patah hati -
Putus asa -
Gembira -
Euphoria -
Curiga -
Lesu -
Marah/bermusuhan -
Lain-lain -

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

Masalah Keperawatan: gangguan citra tubuh, ansietas

Proses Pikir

PERILAKU √
Jelas √
Logis √
Mudah diikuti -
Relevan -
Bingung -
Bloking -
Delusi -
Arus cepat -
Asosiasi lambat -
Curiga -
Memori jangka pendek Hilang Utuh √
Memori jangka panjang Hilang Utuh √
Masalah Keperawatan: Tidak ada

Persepsi

PERILAKU √ JELASKAN
Halusinasi -- Tidak ada
Ilusi -- Tidak ada
Depersonalisasi -- Tidak ada
Derealisasi -- Tidak ada

Halusinasi √ Jelaskan
Pendengaran -- Tidak ada
Penglihatan -- Tidak ada
Perabaan -- Tidak ada

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

Pengecapan -- Tidak ada


Penghidu -- Tidak ada
Lain-lain

Masalah Keperawatan: Tidak ada

Kognitif
1. Orientasi realita
Waktu : Terorientasi dengan baik
Tempat : Terorientasi dengan baik
Orang : Terorientasi dengan baik
Situasi : Terorientasi dengan baik

2. Memori

Gangguan √ Jelaskan
Gangguan daya ingat jangka - Tidak ada masalah
panjang
Gangguan daya ingat jangka - Tidak ada masalah
pendek
Gangguan daya ingat saat ini - Tidak ada masalah
Paramnesia, sebutkan - Tidak ada masalah
Hipermnesia, sebutkan - Tidak ada masalah
Amnesia, sebutkan - Tidak ada masalah

3. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Tingkatan √ Jelaskan
Mudah beralih - Tidak ada masalah
Tidak mampu berkonsentrasi - Tidak ada masalah
Tidak mampu berhitung - Tidak ada masalah

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

sederhana
Masalah Keperawatan: Tidak ada

IDE-IDE BUNUH DIRI


Ide-ide merusak diri sendiri/ orang lain
Ya Tidak√
Jelaskan: tidak ada ide-ide dari klien untuk melakukan percobaan bunuh
diri sendiri maupun orang lain.
Masalah Keperawatan: Tidak ada

V. KULTURAL DAN SPIRITUAL


Agama yang dianut
1. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan pelaksanaannya?
Klien mengatakan menganut agama islam, selama dirawat dan sebelum
tindakan operasi besok klien masih dapat melakukan salat 5 waktu.
2. Apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan
kegiatanspiritualnya setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan?
Tidak ada.
3. Adakah pengaruh spiritual terhadap koping individu
Klien percaya sepenuhnya kepada Tuhan dan berpasrah atas segala
usaha yangtelah dilakukan.

Budaya yang diikuti


Apakah ada budaya klien yang mempengaruhi terjadinya masalah
Tidak ada
Tingkat perkembangan saat ini
Keluarga dengan remaja.
Masalah Keperawatan: Tidak ada

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

ANALISA DATA

NO. Data Malasah Keperawatan

1 Data Subjektif: Nyeri Akut

Klien mengatakan merasa nyeri dibagian perut


sebelah kiri, nyeri terasa saat beraktivitas,
nyeri seperti ditekan atau ditusuk, nyeri
kadang menyebar ke perut sebelah kanan,
skala 3, nyeri hilang timbul.

Data Objektif:

Tampak tenang, ekspresi meringis, klien


memegang perut bagian kiri, nyeri skala 3,
TD 110/70mmHg, N 73x/mnt, RR 20x/mnt, S
36,2oC.

2 Data Subjektif: Gangguan Citra Tubuh

Klien mengatakan merasa tubuhnya tidak


seperti dulu lagi, perutnya membesar, dan saat
memakai baju perutnya terlihat besar.

Klien mengatakan sedih dengan kondisinya


yang saat ini.

Data Objektif:

Klien mengatakan merasa tubuhnya tidak


seperti dulu lagi, perutnya membesar, dan saat
memakai baju perutnya terlihat besar.

Klien mengatakan sedih dengan kondisinya


yang saat ini.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

3 Data Subjektif: Ansietas

Klien mengatakan takut untuk menghadapi


proses operasi besok, klien mengatakan
merasa khawatir dan semalam sulit tidur..

Data Objektif:

Klien tampak cemas, khwatir, tampak


meremas tangan, tampak berkeringat, TD
110/70mmHg, N 73x/mnt.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ibu T (39 tahun) No. RM: 32-2985


Ruangan : Antasena 4, RSMM Bogor Dx : Splenomegali

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi


Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Kaji tingkatan nyeri, lokasi, durasi, Informasi memberikan data dasar untuk
keperawatan nyeri frekuensi nyeri dan tindakan mengevaluasi kebutuhan/keefektifan
berkurang/hilang, dengan penghilangan nyeri yang digunakan intervensi
kriteria hasil : Ciptakan lingkungan yang kondusif Untuk memberikan rasa nyaman pada
Keluhan nyeri berkurang untuk relaksasi dengan meredupkan klien
Klien terlihat tenang dan lampu, mengurangi tingkat
nyaman kebisingan, membatasi pengunjung
Dapat berkonsentrasi Lakukan tindakan kenyamanan Meningkatkan relaksasi dan membantu
Tenesmis negatif dasar, misalnya : aktivitas hiburan, memfokuskan perhatian
Tanda-tanda inflamasi peruabahan posisi dan gosokan
berkurang panggung
Dorong penggunaan keterampilan Memungkinkan pasien untuk
manajemen nyri misalnya berpartisipasi secara aktif dan
teknikrelaksasi, visualisasi, meningkatkan rasa kontrol
bimbingan imajinasi, tertawa, musik
dan sentuhan terapeutik
Evaluasi penghilangan nyeri/kontrol Tujuannya adalah kontrol nyeri
nilai aturan pengobatan bila perlu maksimum dengan pengaruh minimum

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

Kolaborasi
Kembangkan rencana mengurangi Rencana terorganisasi mengembangkan
nyeri dengan pasien dan dokter kesempatan untuk kontrol nyeri,
terutrama dengan nyeri kronis,
pasien/orang terdekat harus aktif
menjadi partisipasi dalam manajemen
nyeri dirumah
Berikan analgetik sesuai indikasi Nyeri adalah komplikasi sering dari
kanker, meskipun respon individual
berbeda. saat perubahan
penyakit/pengobatan terjadi, pemakaian
dosis dan pemberian dosis diperlukan.
catatan adiksi atau ketergantungan pada
obat buklan masalah

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


Ansietas Setelah dilakukan Selalu ada untuk pasien. Buat hubungan Menunjukkan perhatian dan keinginan untuk
tindakan keperawatan, saling percaya dengan pasien/orang membantu. Membantu dalam diskusi tentang
klien tampak rileks. terdekat. subjek sensitif.

Kriteria hasil Berikan informasi tentang prosedur atau Membantu pasien memahami tujuan dari apa
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

Menyatakan informasi mengenai proses pembedahan. yang dilakukan, dan mengurangi masalah
pengetahuan yang karena ketidaktahuan, termasuk ketakutan .
akurat tentang Namun kelebihan informasi tidak membantu
situasi dan dapat meningkatkan ansietas.
Melaporkan ansietas
menurun sampai Pertahankan perilaku nyata dalam Menyatakan penerimaan dan menghilangkan
tingkat dapat melakukan prosedur/menerima pasien. rasa malu pasien.
ditangani. Lindungi privasi pasien.
Dorong pasien/orang terdekat untuk Mendefinisikan masalah, memberikan
menyatakan masalah/perasaan. kesempatan untuk menjawab pertanyaan,
memperjelas kesalahan konsep, dan solusi
pemecahan masalah.

Beri penguatan informasi pasien yang telah Memungkinkan pasien untuk menerima
diberikan sebelumnya. kenyataan dan menguatkan kepercayaan
pada pemberi perawatan dan pemberian
informasi.

Latihan relaksasi sesuai dengan rencana Latihan pengontrol ansietas terbukti mampu
yang telah dibuat, seperti relaksasi napas menurunkan tingkat ansietas klien
dalam, teknik distraksi, hypnosis lima jari

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

Gangguan Citra Tubuh Setelah tindakan Mandiri: Menentukan tindakan keperawatan yang
intervensi gangguan citra Bina hungan saling percaya dengan klien. akan dilakukan 

tubuh, klien dapat
meningkatkan citra tubuh Membantu klien mengenal gangguan citra Meningkatkan partisipasi klien dalam
dan bersosialisasi dengan tubuhnya. pelaksanaan tindakan keperawatan yang
orang lain tanpa akan dilakukan. 

gangguan. Membantu klien menyadari akibat Meningkatkan partisipasi klien dalam
gangguan citra tubuhnya saat ini. pelaksanaan tindakan keperawatan yang
akan dilakukan. 

Mendukung persepsi klien tentang citra Membantu klien menyadari kondisinya
tubuhnya dulu, sekarang, dan harapan yang berbeda dari sebelumnya dan
terhadap citra tubuhnya saat ni.
potensi/kemampuan yang masih dimiliki.

Mendiskusikan dengan klien potensi
tubuhnya yang masih sehat.
Membantu klien untuk menggunakan cara-
Membantu klien meningkatkan citra
cara yang dapat dilakukan untuk
tubuhnya dengan melakukan kegiatan
meningkatkan citra tubuhnya.
yang dapat dilakukan di ruangan Rumah
Sakit.
Keluarga merupakan faktor pendukung
utama klien.
Melibatkan keluarga dalam merawat klien
dengan gangguan citra tubuh.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

CATATAN KEPERAWATAN

Tanggal Implementasi Evaluasi

Selasa, 11 Diagnosa 1 Subjektif:


Mei 2016 Data Subjektif: - Klien mengatakan nyeri
- Klien megatakan nyeri di seperti ditekan, skala 2-
bagian perut kiri atas, 3, hilang timbul, durasi
nyeri hilang timbul sejak 5-10 detik, hilang
bulan januari. setelah klien tidur atau
- Klien mengatakan nyeri melakukan kegiatan,
kadang terasa sampai ke namun nyeri kadang
punggung kiri. muncul kembali saat
Data Objektif: klien kelelahan.
- Tenang - Klien mengatakan
- Kooperatif merasa lebih tenang
- Tampak memegang perut dan lega setelah
- Nyeri di abdomen kiri, dijelaskan tentang
skala 3. tindakan operasi.
- TD 110/70 mmHg - Klien mengatakan
Diagnosa 2 merasa lebih nyaman
Data Subjektif: setelah diajarkan cara
- Klien mengatakan deg- teknik relaksasi nafas
degan dan takut untuk dalam dan distraksi.
menghadapi operasi besok. - Klien mengatakan, ia
Data Objektif: menyadari kalau
- Tampak cemas penyebab perutnya
- Tampak meremas tangan membesar karena
- Tampak ketakutan penyakitnya, klien
Diagnosa 3 mengatakan tubuh yang
Data Subjektif: lain masih berfungsi
- Klien mengatakan sejak dengan baik.
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

bulan Januari perutnya


mulai membesar Objektif:
- Klien mengatakan malu - Klien tampak lebih
dengan kondisinya tenang
- Klien mengatakan bentuk - Kooperatif
tubuhnya jadi lebih - Konsentrasi saat
berbeda interaksi
Data Objektif: - BHSP mulai terjalin
- Tampak malu - + kontak mata
- Tampak malu - Klien mampu
- Saat pengkajian tampak melakukan TND
pasif, saat interaksi klien walaupun belum
tampak lebih kooperatif. maksimal.
Analisa: - Posisi supine
1. Nyeri akut - Tampak masih
2. Ansietas membatasi aktivitas.
3. Gangguan Citra Tubuh - TD=110/70 mmHg,
N=73x/mnt,
Tindakan Keperawatan: P=20x/mnt,S=36,2 C
Diagnosa 1:
- Pengkajian nyeri PQRST Analisa:
- Memposisikan klien yang - Masalah nyeri akut
nyaman teratasi sebagian
- Manajemen nyeri: TND - Masalah ansietas
- Monitor tanda-tanda vital teratasi sebagian
Diagnosa 2: - Masalah GCT teratasi
- Evaluasi tanda gejalas sebagian
ansieas
- SP 1 Ansietas: TND & Planning:
Distraksi - Anjurkan klien

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

- Edukasi terkait persiapan melakukan latihan TND


operasi (pre op) 3x/hari, distraksi
Diagnosa 3: 2x/hari atau saat merasa
- Evaluasi tanda gejala nyeri/cemas.
gangguan citra tubuh - Anjurkan klien
- SP1 GCT: diskusi terkait mempertahankan posisi
penyebab GCT, Fungsi yang nyaman.
tubuh yang masih sehat, - Anjurkan klien untuk
afirmasif positif, dan meningkatkan fungsi
mengalihakan dengan tubuh yang masih
melihat tubuh yang masih sehat: melakukan
sehat. perawatan diri dengan
mandiri (mandi,
RTL: menyisir rambut,
- Evaluasi status nyeri berdandan).
- Manajemen nyeri
- Memperthankan posisi
yang nyamani
- Ev tanda gejala ansietas,
SP1 ansietas : TND &
distraksi
- SP 2 ansietas : Hipnotis 5
jari
- Ev tanda gejalas GCT, SP
1 GCT
- SP 2 GCT : latihan
meningkatkan citra tubuh
dengan merapikan rambut,
menggunakan pakaian.
- Monitor tanda-tanda vital

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

Rabu, 12 Diagnosa 1&2 Subjektif:


Mei 2016 Data Subjektif: - Klien mengatakan nyeri
- Klien mengatakan nyeri di seperti ditusuk dengan
bagian perut, terasa perih skala 6
di bagian luka operasi. - Klien mengatakan
- Klien mengatakan takut masih takut melihat
untuk mengubah posisi perutnya dan balutan
Data Objektif: lukanya.
- Tampak lemas - Klien mengatan sudah
- Tampak dahi mengkerut mencoba melakukan
- Ekpresi kesakitan TND saat merasa nyeri,
- Tampak memegang perut rasanya lebih nyaman
bagian kanan dan nyeri berkurang.
- Nyeri skala 6 - Klien juga mengatakan
Diagnosa 3: saat di ruang OK, klien
Data Subjektif: melakukan TND agar
- Klien mengatakan takut lebih rileks
melihat perutnya. - Klien mengatakan ingin
- Klien mengatakan lemas latihan mengubah
dan tidak bisa bergerak. posisi dan duduk
- Klien mengatakan sedih dengan mandiri tanpa
karena memiliki luka bantuan suami.
jahitan. Objektif:
Data Objektif: - Tampak lemas
- Tampak lemas - Kooperatif
- Tampak tidak bergairah - Posisi miring kanan
- Posisi supine - Ekspresi sedih
- Ekspresi wajah sedih berkurang
Analisa: - Tampak senyum
- Nyeri akut kepada penulis

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

- Ansietas - Klien mampu


- Gangguan Citra Tubuh melakukan TND
selama 7 menit dengan
Tindakan Keperawatan: baik.
Diagnosa 1 & 2 - Klien mampu
- Mempertahankan posisi mengikuti instruksi
yang nyaman: lurus, hipnotis 5 jari
miring kanan. - Klien mampu
- Evaluasi kemampuan klien menyebutkan fungsi
melakukan TND dan tubuh yang sehat dan
distraksi ingin melatih
- Hipnotis 5 jari. mengubah posisi dan
- Monitor tanda-tanda vital duduk.
- Monitor cairan IVFD - TD=110/60mmHg, N=
- Memberikan medikasi 90x/mnt, P=22x/mnt,
obat analgesik Analisa:
Diagnosa 3 - Masalah nyeri teratasi
- Evaluasi tanda gejala GCT sebagian.
- Ev SP 1 GCT - Masalah ansietas
- Mengulang kembali SP1 teratasi sebagian
GCT Planning:
- Motivasi klien untuk - Anjurkan klien
melatihan bagian tubuh melakukan TND
yang sehat, dan melakukan digabungkan dengan
aktivitas secara bertahap hipnotis 5 jari saat pagi,
sore dan malam
RTL: (sebelum tidur), saat
- Evaluasi status nyeri nyeri/cemas.
- Ev SP 1-2 ansietas : TND, - Anjurkan klien
distraksi dan hipnotis 5 meningkatkan aktivitas.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

jari. - Anjurkan klien


- Mempertahankan posisi meningkatkan harapan
yang nyaman positif terhadap kondisi
- Latihan miring kanan, dan perut klien pasca
duduk operasi.
- Ev tanda gejala GCT
- Ev SP1 GCT : evaluasi
harapan terhadap tubuh
yang sehat
- SP 2 GCT : merapikan
rambut, berpakaian,
mengubah posisi.
Kamis, 13 Diagnosa 1 Subjektif:
Mei 2016 Data Subjektif: - Klien menyatakan nyeri
- Klien mengatakan nyeri telah berkurang
masih terasa namun tidak - Klien mengatan
seperti kemarin. merasa. nyaman saat
- Klien mengatakan nyeri melakuakan TND dan
seperti ditekan, nyeri saat hipnotis 5 jari sebelum
bergerak dengan skala 3 tidur dan setelah latihan
Data Objektif: pagi ini
- Tampak lemas - Klien menyatakan
- Tampak tenang bersyukur karna fungsi
- Tampak lebih segar tubuh yang lain masih
- Tampak lebih rileks normal.
- TD 100/60mmHg, N - Klien mengatakan
95x/mnt bersyukur atas operasi
Diagnosa 2 yang sudah dijalani
Data Subjektif: kemarin dan percaya
- Klien mengatakan masih bekas luka akan hilang

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

takut mengubah posisi Objektif:


sendirian. - Tampak lebih legah
- Klien mengatakkan - Tenang
semalam bisa tidur, namun - Skala nyeri 1-2
sering terbangun. - Kooperatif
- Klien merapikan
Data Objektif: rambut dengan mandiri
- Tampak tenang - Klien telah mengganti
- Kooperatif pakaian
- Tampak lebih segar - TD=105/65mmHg,
- Tampak cemas berkurang N=85x/mnt,
dari hari sebelumnya. P=19x/mnt, S=36,7 C
Diagnosa 3
Data Subjektif: Analisa:
- Klien mengatakan tidak - Masalah nyeri teratasi
ingin melihat balutan sebagian
lukanya karena takut. - Masalah ansietas
- Klien mengatakan tidak teratasi sebagia
ingin melihatan balutan - Masalah GCT teratasi
lukanya yang panjang. sebagian
Data Objektif: Planning:
- Tampak menutup mata - Anjurkan klien
saat ditanya tentang memperthankan posisi
kondisi lukanya. semi fowler
- Tampak malu - Anjurkan klien
- Aktivitas terbatas melakukan hipnotis 5
jari dan TND 3x/hari
Analisa: - Anjurkan kliem melatih
- Nyeri akut fungsi tubuh yang
- Ansietas sehat, latihan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

- Gangguan Citra Tubuh meningkatkan citra


tubuh dengan
Tindakan Keperawatan: perawatan diri secara
Diagnosa 1 bertahap
- Evaluasi status nyeri - Anjurkan klien melihat
- Mengubah posisi dari bagian perutnya secara
supine menjadi semifowler bertahap
- Ev TND dan distraksi
- Monitor TTV
Diagnosa 2
- Ev. Tanda gejala ansietas
- Ev SP 1-SP2 ansietas
- SP2 ansietas (kegiatan
spiritual)
Diagnosa 3
- Ev tanda gejala GCT
- Ev SP1 GCT:
meningkatkan fungsi
tubuh yang sehat, harapan
positif
- SP 2 GCT : ev citra tubuh,
latihan meningkatkan citra
tubuh dengan memikirkan
hal positif dan latihan
duduk, perawayan diri
sederhana (menyisir
rambut)
RTL:
- Ev status nyeri
- manajemen nyeri

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

- Ev SP1-SP2 ansietas
- SP1 ansietas (keluarga)
- Ev tanda gejala GCT
- Ev SP1-SP2 GCT
- SP2 GCT: latihan
meningkatkan citra tubuh
dan melihat tubuh yang
terganggu.
- Monitor TTV

Jumat, 13 Diagnosa 1 Subjektif:


Mei 2016 Data Subjektif: - Klien mengatakan
- Klien mengatakan nyeri senang setelah
sudah berkurang, namun melakukan hipnotis 5
semalam tidak bisa tidur jari pagi ini dan ingin
karna nyeri hilang timbul melakukan hipnotis 5
- Klien mengatakan nyeri jari lagi saat sebelum
seperti cenut-cenut dengan tidu
nyeri skala 2 - Klien mengatakan
Data Objektif: merasa lebih nyaman
- Tampak lemas berkurang setelah latihan duduk
dari sebelumnya dan mengubah posisi
- Tampak tenang dan - Suami klien menyataka
kooperatif ikut merasa senang
- Nyeri skala 2 - Klien mengatakan ingin
Diagnosa 2: melihat kondisi lukanya
Data Subjektif: saat dirawat
- Klien mengatakan - Klien mengatakan
semalam sulit tidur karena senang perutnya tidak
nyeri besar lagi walaupun

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

- Klien mengatakan masih ada luka jahitan


semalam bisa tidur setelah Objektif
melakukan TND - Tampak lebih lega
- Suami klien juga - Tampak masih lemas
menyatakan sulit tidur - Klien tampak mampu
karena menemani Ibu T mengontol nyeri dan
Data Objektif: cemasny
- Tampak lemas - Nyeri skla 1
- Pucat - Klien mampu
- Suami klien tampak mengubah posisi
bingung dengan mandiri dan
Diagnosa 3: posisi duduk fowler
Data Subjektif: - Klien tampak mulai
- Klien mengatakan takut melihat bagian perutnya
melihat lukanya - TD=110/70mmHg,
- klien mengatan masih N=79x/mnt,,
takut setelah mengetahui P=20x/mnt, S=36,6 C
jahitan lukanya sepanjang
18cm Analisa:
Data Objektif: - Nyeri teratasi sebagian
- Klien tampak melihat - Ansietas teratasi
lukanya namun sempat sebagian
menutup mata - GCT teratasi sebagian
- Klien tampak cemas Planning:
- Motivasi klien agar
Analisa: tetap melakukan teknik
- Nyeri akut relaksasi TND dan
- Ansietas hipnotis 5 jari 3x/hari
- Gangguan citra tubuh (pagi, sore, dan
malam).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

Tindakan Keperawatan: - Anjurkan klien melatih


Diagnosa 1 & 2 untuk duduk 3/hari,
- Ev status nyeri melakuka perawatan
- Anjurkan diri yang bisa dilakukan
mempertahankan posisi di tempat tidur
semifowler - Motivasi klien untuk
- Ev SP Nyeri dan ansietas: tetap melihat bagian
TND dan tahapan hipnotis perutnya dan melihat
5 jari, dan kegiatan saat perawatan luka
spiritual yang telah besok.
dilakukan
- SP 1 ansietas (keluarga)
- Monitor TTV
Diagnosa 3
- ev tanda gejala GCT
- Ev SP1-SP2 GCT
- Melakukan SP 2 GCT
- Memotivasi klien
meningkatkan citra tubuh
dengan perawatan diri:
merapikan rambut, ganti
pakaian, dan latihan duduk
- Motivasi klien melihat
kondisi luka (balutan
luka/saat perawatan luka)
RTL:
- Ev status nyeri
- Ev SP1-SP2 ansietas
- Ev SP1 ansientas
(keluarga)

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

- Ev SP1-SP2 GCT
- SP1 GCT (keluarga)

Sabtu, 14 Diagnosa 1 Subjektif:


Mei 2016 Data Subjektif: - klien mengatakan lebih
- Klien mengatakan nyeri tenang dan nyaman
sudah tidak terasa lagi - Klien menyatakan
- Klien mengatakan senang karena suami
semalam tidurnya sudah dan ibu klien selalu
nyenyak memberi dukungan
Data Objektif: - Klien mengatakan
- Tampak tenang senang karena telah
- Kooperatif dirawat oleh mahasiswa
- Tampak lebih segar dan perawat ruangan
- Ekspresi tersenyum - Klien menyatakan
kepada mahasiswa merasa lebih pede dan
Diagnosa 2: siap untuk pulang
Data Subjektif: Objektif:
- Klien mengatakan sudah - Tenang
melakukan hipnotis 5 jari - Kooperatif
dan sudah tidur nyenyak - Semangat
- Klien mengatakan sudah - Ekspresi tersenyum
tdk khawatir lagi, namun - Klien mampu duduk
hanya belum mengerti dengan baik
perawatannya nanti setelah - Klien mampu
pulang ke rumah menyebutkan tahapan
Data Objektif: teknikt relaksasi
- Tampak tenang - Klien mampu
- Kooperatif menyebutkan cara
- + kontak mata meningkatkan citra

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

- Klien menyebutkan tubuh


tahapan hipnotis 5 jari, dan - Keluarga klien
manfaat yang dirasakan kooperatif dan
Diagnosa 3: mendukung klien
Data Subjektif: Analisa:
- Klien menyatakan merasa - Nyeri akut teratasi
lebih tenang karena - Ansietas teratasi
perutnya sudah mengecil - GCT teratasi
lagi Planning:
- Kingin menyatakan ingin - Anjurkan klien tetap
melihat kondisi lukanya melatih teknik relaksasi
dan ingin merawatnya 3x/harI
nanti dengan saleb - anjurkan klien
penghilang bekas luka mempertahankan rasa
Data Objektif: percaya diri, pikiran
- Klien tampak tenang positif pada tubuhnya,
- Klien tampak rapi dah dan harapan positif
bersih pada kondisi tubuhnya
- Klien telah sarapan pagi yang baru (luka jahitan)
(mandiri) - Anjurkan klien tetap
- Klien mampu duduk melatih meningkatkan
sendiri dan mengubah citra tubuh dengan cara:
posisi. mandi 2x/hari, merias
- Klien tampak bersemangat wajah, merapihkan
- Klien ACC pulang hari ini rambut, memakai
(siang) pakaian yang nyaman,
Analisa: meningkatkan aktivitas,
- Nyeri akut menjaga kebersihan
- Ansietas sekitar luka,
- Gangguan Citra Tubuh menggunakan saleb

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

Tindakan Keperawatan: penghilang bekas luka


Diagnosa 1 & 2 saat luka telah sembuh.
- Ev status nyeri
- Ev kemampuan
kemampuan klien
mengatasi nyeri dan
ansietas
- Motivasi klien melakukan
teknik relaksasi saat di
rumah
- Anjurkan klien untuk
melakukan posisi yang
nyaman saat nyeri kembali
muncul
- Ev tanda gejala ansietas
- Ev SP1-SP2 ansietas
- Ev SP 1 ansietas
(keluarga)
Diagnosa 3
- Ev tanda gejala GCT
- Ev SP1-SP2 GCT
- Motivasi klien
meningkatkan fungsi
tubuh yang sehat, latihan
meningkatkan citra tubuh
dengan cara merawat diri
baik dengan makeup,
pakaian, dan kebersihan
tubuh, serta perawatanagar
luka tetap bersih

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

- Pendidikan kesehatan
tentang perawatan luka di
rumah
- Motivasi klien untuk tetap
bersosialisasi dengan
keluarga dan teman-
temannya
RTL: - (KLIEN ACC PULANG)
:)

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016


Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

A. Identitas Personal
Nama : Juwita Mannawi
Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 28 Juni 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Alamat :Jalan Adhyaksa Baru No. 19, Makassar,
Sulawesi Selatan. 9312
Nomor Telepon : +62 87788597919
Email : juwitamannawi@gmail.com
Agama : Kristen Protestan
Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia

B. Riwayat Pendidikan Formal


Nama Instansi Tahun
Program Profesi Ners
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia 2015-2016

Sarjana Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia 2011-2015

SMA Negeri 3 Makassar 2008-2011

SMP Kartika Wirabuana-1 2005-2008

SD Negeri Mangkura V 1999-2005

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016

Anda mungkin juga menyukai