JUWITA MANNAWI
NPM 1106053445
Universitas Indonesia
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners pada Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia
JUWITA MANNAWI
NPM 1106053445
ii
Universitas Indonesia
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas kasih setiaNya yang memampukan
penulis menyelesaikan Karya Ilmia Akhir Ners ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Gangguan Citra Tubuh Pada Klien Dengan Splenomegali” tepat pada waktunya. Karya Ilmiah
Akhir Ners ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ners pada Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
Karya Ilmiah Akhir Ners ini, tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang telah membantu:
1. Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2. Dr. Novy H. C. Daulima, S.Kp., M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, saran, dan dukungan moral
3. Dosen-dosen FIK UI yang telah memberi ilmu dan dukungan kepada penulis
4. Ibu Linggar Kumoro, S.Kp selaku kepala ruang Antasena RS DR. H. Marzoeki Mahdi
Bogor, Ns. Esti Diyah Kaud Sariyah, S.Kep selaku pembimbing klinik serta seluruh
perawat ruang Antasena yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis
selama praktik PKKMP
5. Bapak Harun Mannawi dan Ibu Yuliati selaku orang tua penulis yang telah memberikan
dukungan, doa, nasihat, dan sarannya
6. Kakak-kakak saya (Kak Hayul, Kak Bandy, Kak Harli, dan Joy) yang telah memberikan
persaudaraan erat serta materi maupun non materi
7. Septi Rito Tombe yang telah memberikan semangat dan juga doa kepada penulis
8. Teman-teman FIK UI 2011 yang telah memberikan dukungan dan persahabatan kepada
penulis selama ini
9. Kelompok Mahasiswa PKKMP Antasena (Hutami, Evi, Yeni, Fuji, Afif, Kak Ogi dan
Kak Mutia) serta teman seperbimbingan KIAN (Kak ogi, tami, afif) yang telah membantu
penulis mengisi hari-hari praktik PKKMP dan memberi motivasi selama proses penulisan
Universitas Indonesia
Karya Ilmiah Akhir Ners ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan karena keterbatasan waktu,
tenaga, dan pengalaman penulis. Kritik dan saran sangat diperlukan untuk menyempurnakan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Semoga Karya ilmiah akhir ners ini memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu khususnya ilmu keperawatan.
Penulis
vi
Universitas Indonesia
Masyarakat perkotaan merupakan sekumpulan individu yang memiliki pola hidup serba cepat
dan instan. Pola hidup yang serba cepat dan instas menyebabkan masyarakat mudah terserang
penyakit. Selain pola hidup tersebut juga kepadatan penduduk yang terjadi pada masyarakat
perkotaan. Padatnya penduduk mengakibatkan semakin banyak daerah kumuh. Hal tersebut,
menyebabkan perkembangan mikroorganisme semakin cepat dan berdampak pada kondisi
kesehatan masyarakat. Salah satu masalah yang disebabkan oleh mikroorganisme adalah
splenomegali. Splenomegali adalah kondisi dimana terjadi pembesaran pada limpa yang
disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah mikroorganisme. Terjadinya pembesaran
organ limpa yang terus-menerus pada klien dengan Splenomegali memicu terjadinya masalah
kesehatan psikososial, seperti; gangguan citra tubuh. Gangguan citra tubuh merupakan perasaan
tidak puas seseorang terhadap tubuhnya yang diakibatkan oleh perubahan struktur, bentuk,
ukuran dan fungsi tubuh. Akibat perubahan citra tubuh perlunya dilakukan intervensi dengan
cara asesmen citra tubuh, menerima kondisi tubuh, dan latihan meningkatkan citra tubuh.
Intervensi tersebut dapat membantu klien meningkatkan citra tubuhnya.
Kata Kunci:asesmen,gangguan citra tubuh, masyarakat perkotaan, potensi tubuh yang sehat,
splenomegali, sosialisasi.
viii
Universitas Indonesia
The urban community is a group of individuals, who has a fast and instant paced lifestyle.
Instant-paced lifestyle causes people susceptible to disease. In addition, to instant or unhealthy
lifestyle, the population density also occurs in urban communities. Population density resulted in
a growing number of slums in urban areas. This led to the quicker microorganism development
and have impacts on public health. One of the problems caused by microorganisms is
splenomegaly. Splenomegaly is a condition in which a spleen enlarged caused by various
factors, one of them by microorganisms. The dilation constantly occurs in patient’s body,
triggering psychosocial health issues, such as body image disturbance. Body image disturbance
is an unsatisfied feeling one's body caused by changes in the structure, shape, size and function
of the body. Interventions that can be performed on the client with body image disturbance, such
as body image assessment, accept the condition of the body, and exercise improves body image.
These interventions can help clients improve body image.
Keywords: assement, body image distrubance, urban community, potential for a healthy body,
plenomegaly, socialization
ix
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
xi
Universitas Indonesia
xii
Universitas Indonesia
xiii
Universitas Indonesia
Masyarakat yang tinggal pada daerah perkotaan dan pedesaan memiliki karakteristik
yang berbeda. Menurut Soekanto (2002), karakteristik masyarakat perkotaan dan
pedesaan dapat dibedakan berdasarkan 9 aspek yaitu; lingkungan alam, mata
pencaharian, ukuran komoditas, stratifikasi sosial, mobilitas sosial, pengawasan
sosial, kepemimpinan, solidaritas, dan sistem nilai. Sebagai contoh, Pemerintah
Provinsi Jawa Barat dalam website resminya (jabarprov.go.id) menyatakan bahwa
penduduk desa Provinsi Jawa Barat ikut melestarikan lingkungan karena sumber mata
pencaharian utama dan makanan berasal dari hasil bumi. Selain itu, nilai-nilai yang
dianut masih sangat kental dengan nilai keagamaan karena masyarakat di sana
dikenal sebagai masyarakat yang agamis dan religius. Namun, pada masyarakat
perkotaan telah terjadi proses globalisasi yang menyebabkan pergeseran budaya
1 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
2
Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada masalah perkotaan adalah
penyakit tidak menular (PTM). Riskesdas (2013) menyatakan bahwa penyakit tidak
menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang.
Riskedas dan WHO juga mengatakan ada empat PTM utama yaitu penyakit
kardiovaskular, kanker atau tumor ganas, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes.
Kanker atau tumor ganas adalah pertumbuhan sel atau jaringan yang tidak terkendali,
terus bertambah. Sel tersebut juga dapat menyusup ke jaringan sekitar. 1,4 per mil
orang di Indonesia mengalami tumor yang ganas (Riskesdas, 2013).
Splenomegali adalah pembesaran atau pembengkakan yang terjadi pada organ limpa.
Limpa adalah organ yang berhubungan dengan penyaringan darah dan berhubungan
dengan reaksi sistem imun. Sling (2007) menyatakan bahwa splenomegali adalah
penyakit yang tidak jelas penyebabnya dan berkembang di daerah tropis, seperti
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
3
Splenomegali adalah pembesaran pada limpa, di mana kondisi splen yang tidak
normal dari biasanya. Kondisi yang abnormal ini akan terus berkembang apabila
didukung oleh faktor eksternal. Salah satu dampak yang terjadi pada Splenomegali
ada pembesaran yang terus terjadi pada limpa. Kondisi tersebut menyebabkan sistem
imun semakin berat untuk bekerja melawan infeksi yang terjadi. Selain masalah fisik,
masalah yang timbul juga adalah masalah mental atau kesehatan jiwa klien.
Videback (2008) menyatakan bahwa kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat
emosional, psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang
memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan
kestabilan emosional. Kesehatan jiwa meliputi keadaan sehat dan berisiko mengalami
gangguan mental dan yang mengalami gangguan mental atau gangguan jiwa. Melalui
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa klien yang dirawat di rumah sakit juga
memiliki risiko mengalami masalah kesehatan jiwa. Klien yang dirawat di ruang
umum (masalah fisik), berisiko mengalami gangguan pada kondisi emosional,
psikososial dan sosialnya. Masalah kesehatan psikososial yang mungkin muncul pada
klien dengan Splenomegali adalah gangguan pada citra tubuh, di mana klien
mengalami perubahan ukuran, bentuk, dan bagian tubuh khususnya pada bagian
abdomen.
Citra tubuh merupakan sikap seseorang menilai tubuhnya secara sadar dan tidak sadar
yang mencakup persepsi saat ini dan masa lalu dan juga perasaan tentang ukuran,
bentuk, fungsi, penampilan tubuh yang berkesinambungan dan persepsi, dan
pengalaman baru (Stuart, 2007). Keliat et.al (2011) menyatakan bahwa gangguan
citra tubuh adalah sebuah perasaan ketidakpuasan terhadap tubuhnya yang
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
4
disebabkan oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak
sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini juga dapat terjadi pada klien dengan
Splenomegali, yaitu memiliki respon atau perasaan yang tidak puas terhadap kondisi
saat mengalami bentuk dan ukuran pada bagian tubuhnya.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
5
Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada
Ny. T dengan Splenomegali di Ruang Antasena 4 RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
Karya Ilmiah Ners ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi spesifik terkait
penatalaksanaan asuhan keperawatan gangguan citra tubuh di lahan praktik,
khususnya pada klien dengan masalah Splenomegali. Selain itu melalui Karya Ilmiah
Ners ini dapat menjadi data dasar untuk pengembangan keilmuan keperawatan jiwa
terkait masalah psikososial pada klien dengan Splenomegali.
Karya Ilmiah Ners ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perawat sebagai pedoman
dalam memberikan asuhan keperawatan psikososial di lahan praktik. Penulis juga
berharap melalui karya ilmiah ini intervensi keperawatan jiwa psikososial; gangguan
citra tubuh dapat dipadukan dengan intervensi keperawatan pada klien dengan
masalah fisik khususnya dengan masalah Splenomegali.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
6
Karya Ilmiah Ners ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi
para penulis karya tulis ilmiah yang tertarik untuk mengembangkan masalah
psikososial gangguan citra tubuh pada klien dengan masalah fisik, khususnya dengan
Splenomegali.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Masyarakat yang tinggal pada daerah perkotaan dan pedesaan memiliki karakteristik
yang berbeda. Menurut Soekanto (2002) karakteristik masyarakat perkotaan dan
pedesaan dapat dibedakan berdasarkan 9 aspek yaitu; lingkungan alam, mata
pencaharian, ukuran komoditas, stratifikasi sosial, mobilitas sosial, pengawasan
sosial, kepemimpinan, solidaritas, dan sistem nilai. Namun, pada masyarakat
perkotaan telah terjadi proses globalisasi yang menyebabkan pergeseran budaya
tradisional ke budaya asing.
7 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
8
atau pola hidup manusia yang kurang baik, sehingga penyebaran penyakit semakin
mudah terjadi (Poppe, Synder, dan Mood, 1995).
Menurut Surjadi (2004), secara umum ada lima masalah kesehatan perkotaan, yaitu;
kemiskinan dan lingkungan yang kurang bersih, industrialisasi, pangan, beban
psikososial, dan masalah kesehatan pada populasi yang padat. Hal ini juga didukung
oleh Dye et al. (2008), yang menyatakan bahwa negara-negara berkembang termasuk
Indonesia setiap tahun memiliki peningkatan urbanisasi yang signifikan. Hal tersebut
mengakibatkan semakin banyak daerah kumuh di daerah perkotaan sehingga masalah
kesehatan seperti sanitasi pada sarana umum, makanan, air, dan udara semakin buruk.
Banyaknya daerah yang memiliki lingkungan yang kurang bersih mencetus
perkembangan mikroorganisme semakin tinggi di lingkungan perkotaan. Gaya hidup
yang kurang baik dan perkembangan mikroorganisme dapat menyebabkan individu
yang tinggal di daerah tersebut mengalami infeksi. Bakteri yang sering ditemukan
pada lingkungan dan tubuh manusia adalah bakteri escherichia coli, staphylococci,
streptocococci, dan salmonella dan polimicrobial.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
9
2.2 Splenomegali
2.2.1. Definisi Splenomegali
Splenomegali adalah kondisi limpa yang membesar, namun belum diketahui
penyebabnya. Splenomegali sering terjadi di daerah tropis (Sling 2007).
Splenomegali adalah kondisi limpa yang membesar dan melebar kebagian kuadran
kiri perut mengarah ke panggul (Luo & Levvit, 2008). Adapun Petoianu (2011)
menyatakan bahwa splenomegali adalah pembesaran pada limpa yang disebabkan
banyak faktor seperti, masalah hematologi, virus malaria, lymphoma dan bakteri.
Pada umumnya limpa yang normal berukuran12 cm, 7cm tinggi, 4cm tebal dan berat
limpa yang normal sekitar 50 sampai 100 gram. Adapun pada Splenomegali limpa
akan membesar dari ukuran normal. Melalui pernyataan di atas dapat disimpulkan
bahwa Splenomegali adalah pembesaran limpa yang dapat disebabkan oleh masalah
hematologi atau terjadinya infeksi pada limpa.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
10
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
11
Keliat et.al (2011), menyatakan bahwa gangguan citra tubuh adalah sebuah perasaan
ketidakpuasan terhadap tubuhnya yang disebabkan oleh perubahan struktur, ukuran,
bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan. Adapun
penyebab terjadinya gangguan citra tubuh, yaitu kerusakan atau kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh, dan tindakan pembedahan.
Hal ini juga dapat terjadi pada klien yang mengalami perubahan bentuk tubuh yang
disebabkan oleh penyakit, seperti Splenomegali. Terjadinya pembesaran organ limpa
yang terus-menerus mengakibatkan terjadinya pembesaran abdomen kuadran kiri
klien. Hal ini menyebabkan klien merasa tidak puas dan terganggu terhadap citra
tubuhnya.
2.3.3 Predisposisi
Predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu kondisi.
Predisposisi pada gangguan citra tubuh dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor
biologis, faktor psikologis, dan faktor sosial dan budaya (Paxton et al, 2011).
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
12
Pertama biologis, Paxton et.al (2011) menyatakan bahwa faktor genetik turut
mempengaruhi terhadap ketidakpuasan tubuh pada seseorang. Faktor biologis yang
paling menonjol terkait dengan ketidakpuasan tubuh adalah ukuran dan bentuk tubuh,
namun hal tersebut bukan merupakan faktor pemicu utama, interaksi antara ukuran
tubuh dan sikap sosial negatif serta diskriminasi yang terkait dengan ukuran tubuh
merupakan faktor yang juga berpengaruh. CDC pada tahun 2007 menyebutkan 66%
orang Amerika mengalami obesitas, di mana hal tersebut mempengaruhi rasa percaya
diri, dan harga diri, serta menambah tingkat stres. Namun (Bolton, 2010) menyatakan
bahwa faktor yang berhubungan dengan kesehatan dapat mempengaruhi citra tubuh
seseorang, terkhusus pada klien yang mengalami penyakit kronis atau kondisi lain,
seperti stroke, diabetes, cedera saraf tulang belakang, amputasi, mastektomi, luka
bakar, bedah, atau terjadi hilangnya bagian atau fungsi tubuh.
Faktor yang ketiga yang mempengaruhi terjadinya gangguan citra tubuh adalah faktor
sosial dan budaya. Individu yang mengalami keterlambatan perkembangan atau
situasi yang menyebabkan tertundanya tugas perkembangan dapat mengakibatkan
individu memiliki konsep diri yang negatif (Bolton 2010). Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh negatif dan tekanan lingkungan sosial berpengaruh
terhadap pandangan individu tentang citra tubuh, proses ini difasilitasi oleh
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
13
perbandingan dari orang lain termasuk teman sebaya atau media yang semakin
mempertinggi perbedaan diri sendiri dengan orang lain serta ideal diri (Schutz et al,
2002).
Tujuan intervensi keperawatan yang dilakukan pada klien yaitu; (1) klien dapat
mengidentifikasi citra tubuhnya, (2) klien dapat mengidentifikasi potensi (aspek
positif) dirinya, (3) klien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh,
(4) klien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh, (5) lien dapat
berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
14
Wilkinson & Ahren (2012) menyatakan ada lima point penting yang harus dilakukan
pada klien, yaitu; (1) mendiskusikan dengan klien tentang persepsinya pada citra
tubuhnya saat dulu dan saat ini, perasaan tentang citra tubuhnya, dan harapan
terhadap citra tubuhnya saat ini, (2) diskusikan bersama klien tentang potensi bagian
tubuh yang masih sehat, (3) membantu klien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh
yang terganggu, (4) mengajarkan klien meningkatkan citra tubuh dengan cara : a.
menggunakan protese, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera mungkin, gunakan
pakaian yang baru, b. Motivasi klien untuk melihat bagian yang hilang secara
bertahap, c. bantu klien menyentuh bagian tersebut, d. motivasi klien untuk
melakukan aktivitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal, (5) lakukan
interaksi secara bertahap dengan cara; a. susun jadwal kegiatan sehari-hari, b. dorong
melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam aktivitas dalam keluarga dan
sosial, c. dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai
peran penting baginya. Setelah itu memberikan pujian terhadap respon positif dan
keberhasilan klien melakukan interaksi.
Selain intervensi pada individu, intervensi juga dilakukan kepada keluarga. Intervensi
yang dilakukan bertujuan; (1) keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra
tubuh, (2) keluarga mengetahui cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh, (3)
keluarga mampu merawat klien gangguan citra tubuh, (4) keluarga mampu
mengevaluasi kemampuan klien dan memberikan pujian atas keberhasilannya.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada keluarga dengan gangguan citra tubuh
adalah; (1) menjelaskan kepada keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi
pada klien, (2) jelaskan kepada keluarga cara mengatasi masalah gangguan citra
tubuh, (3) mengajarkan kepada keluarga cara merawat klien : menyediakan fasilitas
untuk memenuhi kebutuhan klien dirumah, memfasilitasi interaksi dirumah,
melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial, memberikan pujian atas kegiatan yang
telah dilakukan klien, (4) ajarkan kepada keluarga untuk mengevaluasi perkembangan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
15
kemampuan klien seperti klien mampu menyentuh dan melihat anggota tubuh yang
terganggu, melakukan aktivitas dirumah dan dimasyarakat tanpa hambatan, (5)
memberikan pujian yang realistis terhadap keberhasilan keluarga, (6) melakukan
terapi aktivitas kelompok.
Intervensi yang dilakukan tidak hanya berfokus pada klien saja, tetapi juga pada
keluarga juga sebagai fokus untuk intervensi keperawatan. Intervensi klien dengan
gangguan citra tubuh dimulai dengan membina hubungan saling percaya antara
perawat dengan klien kemudian perawat dapat melanjutkan intervensi gangguan citra
tubuh selama 5 hari sampai klien pulang.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
BAB 3
Ibu T berusia 39 tahun, wanita, menikah, pendidikan terakhir klien adalah SMA.
Klien yang masuk ke Ruang Antasena pada tanggal 10 Mei 2016 dengan diagnosis
medis Splenomegali. Sebelumnya klien pernah dirawat di RS lain dengan keluhan
yang sama. Klien masuk ruang perawatan dengan perawatan untuk persiapan
tindakan Splenektomy pada tanggal 11 Mei 2016. Klien datang dengan keluhan nyeri
pada perut bagian kiri bawah, nyeri hilang timbul sejak bulan Januari dan memuncak
pada bulan Mei 2016. Klien juga mengatakan takut dengan tindakan operasi dan juga
takut nantinya perutnya akan semakin membesar. Pada bulan Januari 2016 klien
datang untuk mengontrol kondisinya namun tidak dilakukan perawatan hanya
konsultasi biasa dan hanya mendapatkan obat dari dokter ruang Poli. Hasil
pemeriksaan radiologi yaitu ST Scan Abdomen pada tanggal 5 Mei 2016, terdapat
massa kista seukuran 13x17x15cm dan abses pada limpa.
3.2 Pengkajian
Pada saat interaksi pertama, penulis membina hubungan saling percaya bersama
klien, kemudian menjelaskan tujuan dan kontrak untuk pertemuan berikutnya. Setelah
hubungan saling percaya sudah terbina dengan baik, penulis melakukan pengkajian.
Hasil observasi klien tampak malu, sedikit pasif, tampak memperhatikan bagian
perut, dan tampak memegang perut bagian kirinya. Selain itu, klien juga tampak
meremas tangannya dan berkeringat. Selain observasi penulis juga melakukan
pemeriksaan fisik saat interaksi pertama. Penulis melakukan pengukuran tanda-tanda
vital pada klien dengan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 73x/menit,
frekuensi pernapasan 20x/menit, dan suhu 36,2oC. Pada pemeriksaan head to toe
16 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
17
khususnya saat pemeriksaan abdomen, tampak distensi abdomen kuadran kiri bawah.
Kondisi tubuh klien yang lain tampak tidak mengalami masalah.
Ibu T memilih perawatan di RSMM karena RSMM adalah salah satu rumah sakit
rujukan tipe C yang direkomendasikan dan dapat dijangkau oleh klien. Klien tinggal
di desa yang berada di daerah Bojong. Klien mengatakan lingkungan rumah cukup
padat di mana setiap rumah saling berdempetan adapun juga daerah sekitar rumah
masih kosong dan belum ada bangunannya. Saat tidak bekerja klien sering
bersosialisasi dengan tetangga atau keluarga yang tinggal di dekat rumah klien.
Keluarga klien adalah keluarga nuclear family yaitu keluarga inti yang tinggal
bersama suami, istri (klien), dan seorang anak. Kedua orang tua klien masih hidup,
namun tidak tinggal bersama dengan klien. Klien mengatakan memiliki kebiasaan
berkumpul bersama keluarga pada saat hari libur. Walaupun klien bekerja sebagai OB
dengan jam dinas secara bergiliran, klien sering memilih waktu libur yang sesuai
dengan hari libur keluarga agar dapat berkumpul bersama. Orang yang terdekat
dengan klien adalah suami dan ibu, sering kali klien menceritakan keluh kesah dan
masalah yang dihadapi kepada mereka. Selain dekat dengan ibu dan suami, klien juga
memiliki teman dekat yang sering menjadi teman curhat klien. Sebelum di rawat
klien sering menanyakan kepada keluarga dan teman tentang tindakan operasi, namun
klien tidak mendapatkan informasi yang jelas.
Klien sehari-hari bekerja sebagai OB sebuah mal di daerah Jawa Barat. Klien
berangkat kerja menggunakan angkutan umum. Karena kondisi ekonomi keluarga
klien dalam rentang menengah ke bawah mengharuskan klien untuk membantu suami
untuk bekerja. Klien mengatakan selama kurang lebih 3 tahun bekerja sebagai OB,
klien mengikuti jadwal kerja yang tidak menentu. Selama klien bekerja dengan
jadwal bergantian, klien tak jarang mengalami rasa lelah dan capek karena
membersihkan toilet dan koridor mal, pulang larut malam karena dinas sore. Klien
juga tak jarang mengalami penurunan daya tahan tubuh, sakit flu dan batuk, serta
demam.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
18
Setelah melakukan pengkajian fisik, penulis melakukan pengkajian yang lebih dalam
terkait masalah psikososial. Klien menunjukkan sikap yang kooperatif, klien dan
keluarga mengatakan tidak mengetahui penyebab terjadinya penyakit tersebut.
Klien mengatakan merasa tidak puas dengan kondisi tubuhnya yang telah berubah,
merasa tubuhnya tidak seperti dulu lagi, perutnya membesar, dan saat memakai baju
perutnya terlihat besar, dan mengatakan sedih dengan kondisinya yang saat ini. Selain
itu klien juga menyatakan takut dengan tindakan operasi, takut apabila jahitannya
akan banyak. Klien mengatakan sering malu apabila orang lain menanyakan tentang
kondisinya. Klien mengatakan saat konsultasi yang terakhir sebelum dirawat,
perutnya bertambah besar sekitar 13cm. Selain itu, klien juga mengatakan takut
karena dokter belum menjelaskan tentang proses operasi yang akan dijalani,
menjelaskan kondisinya setelah dioperasi, dan apakah limpanya harus diangkat
semua atau bagian yang ada kistanya saja.
Setelah melakukan pengkajian, penulis melakukan analisis data Ibu T. Berikut adalah
paparan analisa data Ibu T yang ditampilkan dalam tabel 3.1
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
19
Data Objektif:
Berdasarkan analisa data yang telah dibuat, penulis menyimpulkan tiga diagnosa
keperawatan yang utama pada Ibu T, yaitu nyeri akut dan ansietas dan gangguan citra
tubuh. Ansietas adalah perasaan was-was, khawatir, atau tidak nyaman seakan-akan
terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman (Nanda, 2015). Gangguan citra tubuh
adalah rasa tidak puas terhadap perubahan bentuk, struktur, dan fungsi tubuh karena
tidak sesuai dengan yang diinginkan (Nanda, 2015). Nyeri akut adalah suatu keadaan
yang tidak nyaman terjadi pada tubuh kita (Nanda, 2015). Berdasarkan 3 diagnosa
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
20
utama tersebut, penulis menetapkan diagnosa gangguan citra tubuh sebagai diagnosa
utama yang akan diintervensi selama klien dirawat.
3.6 Implementasi
Pada hari pertama klien dirawat dan hari pertama timbulnya tanda gejala gangguan
citra tubuh, penulis langsung melakukan bina hubungan saling percaya, pengkajian,
dan melakukan implementasi keperawatan. Data-data gangguan citra tubuh yang
ditemukan saat pengkajian menjadi dasar penulis melakukan intervensi saat interaksi
pertama. Saat implementasi hari pertama, penulis berfokus pada masalah fisik dan
psikososial. Intervensi keperawatan dilakukan selama 5 hari, selama klien dirawat di
ruang Antasena. Intervensi yang dilakukan juga disesuaikan dengan strategi
komunikasi gangguan citra tubuh.
Implementasi asuhan keperawatan dilakukan selama empat hari dan di hari ke lima
penulis melakukan evaluasi. Implementasi dilakukan saat klien baru datang, sebelum
tindakan operasi, setelah tindakan operasi dan sebelum klien pulang. Saat
implementasi hari pertama, penulis menjelaskan tujuan kemudian berdiskusi terkait
gangguan citra tubuhnya. Pertama penulis membantu klien untuk mengenal gangguan
citra tubuhnya. Kedua penulis berdiskusi tentang persepsi klien tentang citra
tubuhnya, perasaan tentang citra tubuhnya, harapan terhadap citra tubuhnya saat ini,
dan bagian tubuh lain yang masih sehat. Penulis juga membantu klien untuk
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
21
meningkatkan fungsi tubuh yang lain yaitu memotivasi dan menjelaskan kondisi
tubuh yang terganggu setelah tindakan operasi nanti dan juga membantu klien
menggunakan tubuh yang masih sehat.
Pada implementasi hari kedua yaitu setelah klien dioperasi, tanda dan gejala
gangguan citra tubuh klien muncul kembali dan semakin bertambah yaitu klien
tampak lemas, malu, pasif, dan terbatas dalam melakukan aktivitas dan sedih saat
melihat perban jahitan luka operasi yang panjang. Melihat tanda gejala yang masih
muncul, penulis kembali melakukan strategi pelaksanaan komunikasi yang pertama
yaitu asesmen dan menerima citra tubuh dan latihan meningkatkan citra tubuh. Hari
ketiga, klien tampak lebih tenang dan tampang ekspresi tidak sedih lagi. Namun saat
melakukan perawatan luka, klien mengatakan masih takut dan menutup mata saat
melihat kondisi lukanya. Setelah melakukan perawatan luka, penulis melakukan
intervensi yaitu evaluasi strategi pelaksaan komunikasi satu dan strategi pelaksanaan
komunikasi dua. Klien tampak lebih tenang dan mengatakan bersyukur karena
perutnya tidak sebesar kemarin walaupun masih ada luka jahitnya yang harus ia lihat.
Setelah berdiskusi, memilih untuk melatih fungsi tubuhnya yang lain, yaitu latihan
duduk, melakukan perawatan diri (menyisir rambut dan memakai bedak). Klien juga
mengatakan ingin mencoba melihat kondisi luka post operasinya saat dilakukan
perawatan.
Pada implementasi hari keempat klien memilih untuk latihan gerak dan latihan duduk
agar tidak merasa lemas dan lebih nyaman. Penulis juga melakukan motivasi dan
membantu klien untuk mengganti pakaian. Saat mengganti pakaian klien tampak
melihat balutan lukanya dan mengatakan bersyukur karena perut sudah mengecil.
Pada hari kelima penulis juga melakukan implementasi sekaligus evaluasi. Saat
dilakukan perawatan luka pada luka post operasi klien, klien tampak melihat kondisi
lukanya, tampak ekspresi yang tersenyum melihat luka, kemudian melihat penulis.
Selanjutnya, penulis memotivasi klien untuk meningkatkan citra tubuh dan tetap
semangat untuk berinteraksi dengan orang lain. Setelah melakukan implementasi,
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
22
penulis melakukan evaluasi dari setiap intervensi yang telah dilakukan dan discharge
planning pada siang hari sebelum klien pulang ke rumah.
3.7 Evaluasi
Setelah melakukan implementasi, penulis melakukan evaluasi pada klien. Pada fase
orientasi setiap pertemuan, penulis selalu melakukan evaluasi validasi. Evaluasi
validasi yang dilakukan setiap pertemuan bertujuan untuk mengetahui kemampuan
klien yang sudah dilatih khususnya saat melatih secara mandiri. Klien menunjukkan
peningkatan kemampuan meningkatkan citra tubuhnya setelah hari kedua
implementasi dilakukan. Selain untuk melihat perkembangan kemampuan klien,
evaluasi validasi juga dilakukan untuk melihat tanda gejala gangguan citra tubuh
yang masih muncul, dan juga bertujuan untuk menentukan intervensi yang akan
dilakukan berikutnya kepada klien.
Evaluasi secara umum ialah klien mengalami gangguan citra tubuh sudah tampak saat
pertama kali dirawat dan saat klien dirawat yaitu pre op dan post op. Setelah
diberikan intervensi setiap harinya, tanda dan gejala gangguan citra tubuh mulai
berkurang, khususnya setelah hari ketiga perawatan. Klien tampak semangat dan
termotivasi meningkatkan citra tubuhnya sejak hari ketiga dirawat yaitu setelah
intervensi post operasi. Hal ini juga dilakukan melalui evaluasi subjektif dan objektif.
Saat evaluasi subjektif pada hari empat dan lima sangat jauh berbeda dengan hari
pertama dan kedua. Klien juga tampak melakukan latihan yang telah diajarkan,
keluarga klien juga tampak mendukung dan selalu memberi dukungan dari setiap
latihan yang klien lakukan.
Penulis juga melakukan evaluasi terhadap intervensi lain yang mendukung masalah
psikososial gangguan citra tubuh teratasi, yaitu evaluasi pengetahuan klien tentang
Splenomegali, evaluasi intervensi nyeri, intervensi ansietas, dan evaluasi terapi
kolaborasi yang diberikan kepada klien. Setelah melakukan evaluasi, penulis
melakukan discharge planning kepada klien. Penulis menjelaskan tentang persiapan
pulang, menjelaskan obat-obatan yang harus klien konsumsi, surat kontrol, perawatan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
23
diri dan luka saat di rumah, dan memasukkan jadwal latihan meningkatkan citra
tubuh. Penulis juga melibatkan keluarga saat melakukan discharge planning.
Rencana tindak lanjut dari intervensi yang diberikan ialah memfasilitasi klien
melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan citra tubuhnya selama dirawat. Selain
itu penulis juga memotivasi dan mengarahkan keluarga untuk memperhatikan tanda
dan gejala gangguan citra tubuh yang mungkin muncul pada klien. Secara
keseluruhan asuhan keperawatan psikososial gangguan citra tubuh telah dilaksanakan
dengan baik kepada klien dan keluarga, klien juga menunjukkan respons yang positif
atas intervensi yang telah diberikan.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
BAB 4
ANALISA SITUASI
Penyakit Splenomegali yang dialami oleh klien sejak tahun lalu ini menyebabkan
kondisi kesehatan klien menurun. Klien mengatakan merasa lebih mudah lelah dan
kadang nyeri sampai ke bahu bagian kiri. Melalui hal tersebut, suami klien mengajak
klien untuk melakukan tindakan operasi agar perutnya tidak semakin membesar.
Kondisi klien dan proses tindakan operasi yang akan dilakukan membuat klien
cemas, selain gangguan citra tubuh klien juga mengalami ansietas sebelum operasi.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Makmuri et.al (2007) tentang
tingkat kecemasan pre operasi dimana klien dengan pre operasi mempunyai tingkat
kecemasan yang tinggi dibandingkan dengan klien biasa. Klien juga menyatakan
bahwa ia memikirkan kondisi setelah operasi, klien takut dengan kondisi jahitan luka.
Klien mengatakan tubuhnya tidak akan mulus lagi karena ada bekas luka. Klien
mengalami masalah pada citra tubuhnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Keliat
et.al (2011) yang menyatakan bahwa gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas
24 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
25
Pada pertemuan pertama, penulis membina hubungan saling percaya bersama Ny. T
dengan menanyakan kabar, berkenalan, melakukan kontrak, dan menetapkan tujuan
pertemuan. Setelah itu, penulis melakukan pengkajian yang awalnya melakukan
pengkajian nyeri, perasaan ansietas, dan masalah citra tubuh. Penulis kemudian
mengkaji lebih dalam dan memberikan kesempatan klien mengeksplor perasaannya.
Penulis mencoba berdiskusi dengan klien tentang penyebab gangguan citra tubuh
yang alami oleh klien. Klien mengatakan merasa tidak nyaman dan sedih dengan
kondisi tubuhnya yang telah berubah, perutnya yang membesar, selain itu klien juga
mengatakan sedih karena setelah operasi akan memiliki bekas luka pada bagian
perutnya.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
26
mengatakan sering berpikir negatif pada dirinya sendiri dan ditambah pertanyaan
yang sering klien dengarkan membuat klien menjadi semakin tidak percaya diri dan
merasa sedih akan kondisinya. Setelah suami klien terus membujuk dan berdiskusi
dengan klien, akhirnya klien mengambil keputusan untuk mau dioperasi. Saat
pengkajian klien menunjukkan tanda gejala gangguan citra tubuh yaitu, tampak pasif
dan membatasi aktivitas. Tanda gejala yang ditampak oleh klien sesuai dengan
Bolton (2008) yaitu salah satu tanda gejala pada klien dengan gangguan citra tubuh
adalah pasif dan penurunan aktivitas sosial.
Intervensi yang pertama yang dilakukan kepada klien adalah assessment citra tubuh
klien. Intervensi ini mengetahui perasaan klien secara detail terhadap gangguan citra
tubuh yang klien alami. Assessment citra tubuh dilakukan bertujuan meningkatkan
pengetahuan klien tentang penyebab dan dampak dari gangguan citra tubuh yang
dialami, serta mengklarifikasi pemahaman klien terkait gangguan citra tubuhnya.
Terjadinya peningkatan pemahaman citra tubuh serta keterbukaan terkait harapan
terhadap tubuh yang masih sehat dapat menumbuhkan harapan positif serta perasaan
yang menyadari masih adanya potensi bagian tubuh yang sehat bagi klien. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Brissette et al (2005) yang menyatakan dengan adanya
harapan positif dan pikiran yang positif seseorang mampu bertahan dalam situasi
yang tidak diinginkan seperti ketika mengalami ketidakpuasan terhadap citra
tubuhnya.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
27
Intervensi berikut yang dilakukan oleh penulis adalah meningkatkan fungsi tubuh
yang masih sehat. Melakukan aktivitas dengan tubuh yang masih sehat dapat
memberikan motivasi kepada klien, adanya motivasi dapat meningkatkan harap hidup
atau harapan untuk sembuh serta meningkatkan produktivitas. Selain itu penulis juga
memotivasi klien untuk meningkatkan citra tubuh dengan menggunakan make up,
menggunakan jilbab yang nyaman dan yang klien sukai, dan menggunakan pakaian
yang tidak ketat. Terakhir penulis memotivasi klien menilai bagian tubuh yang
terganggu secara bertahap. Hal ini telah sesuai dengan pernyataan Wilkinson &
Ahren (2012) yang menyatakan dengan menganjurkan pasien melatih fungsi tubuh
yang sehat dan menggunakan alat bantu untuk meningkatkan fungsi tubuh dapat
meningkatkan rasa percaya diri juga citra tubuhnya.
Intervensi yang bagian terakhir adalah motivasi, pendidikan kesehatan, dan evaluasi
citra tubuh. Intervensi yang dilakukan berfokus pada mengevaluasi klien dalam
meningkatkan harapan positif, meningkatkan fungsi tubuh yang masih sehat, melihat
bagian yang terganggu dan latihan bagian tubuh yang terganggu.. Penulis memotivasi
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
28
klien melakukan perawatan diri yang mampu klien lakukan di tempat tidur seperti
menyisir rambut, memakai bedak, dan mengganti pakaian yang baru, melakukan
latihan mengubah posisi, dan duduk. Penulis juga memotivasi klien untuk melihat
bagian tubuh yang terganggu secara bertahap. Saat intervensi penulis juga melibatkan
keluarga (suami dan ibu) klien. Penulis melakukan pendidikan kesehatan terkait
kondisi klien saat setelah operasi dan sebelum pulang, pencegahan terpapar dari
bakteri atau kuman, perawatan luka sederhana, dan pola hidup yang sehat. Penulis
memotivasi klien agar terus menjaga kesehatan mulai dari hal yang terkecil dengan
menjaga pola makan, mencuci tangan, dan istirahat yang cukup. Hal ini telah sesuai
dengan pernyataan Sabourin (2013) yang menyatakan lebih baik melakukan
perubahan kecil tapi bertahan lama, daripada perubahan besar tapi hanya sementara.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
29
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Splenomegali adalah pembesaran atau pembengkakan yang terjadi pada organ limpa.
Salah satu penyebab terjadinya limpa adalah infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Hal ini banyak terjadi di lingkungan masyarakat perkotaan.
Pesatnya pertumbuhan mikroorganisme menyebabkan masyarakat perkotaan berisiko
mengalami sakit, contohnya Splenomegali. Kondisi organ yang membesar pada klien
dengan Splenomegali memberikan dampak pada aspek psikososial. Gangguan citra
tubuh adalah salah satu masalah psikososial yang muncul pada klien dengan
Splenomegali. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan citra tubuh bertujuan
untuk memfasilitasi klien dalam meningkatkan citra tubuhnya. Intervensi yang
diberikan pada klien yaitu asesmen, membantu klien menerima citra tubuh yang
terganggu, bantu klien meningkatkan harapan positif pada tubuh, latihan
meningkatkan fungsi tubuh yang masih sehat, latihan meningkatkan citra tubuh
dengan menggunakan alat make up, menggunakan kerudung yang disukai dan
pakaian yang tidak ketat, serta memotivasi klien untuk melihat bagian tubuh yang
terganggu. Hasil evaluasi motivasi meningkatkan harapan positif dan meningkatkan
fungsi tubuh yang sehat terbukti meningkatkan citra tubuh klien. Selain itu, intervensi
juga dilakukan berupa pendidikan kesehatan terkait splenomegali, tindakan operasi
pre dan post operasi. Perawat memiliki peran yang penting dalam proses asuhan
keperawatan pada klien yang memiliki masalah psikososial seperti gangguan citra
tubuh dengan Splenomegali.
5.2 Saran
5.2.1 Keilmuan
Hasil karya tulis ini dapat dijadikan sebagai bahan belajar di bidang pendidikan,
khususnya bidang keperawatan jiwa. Melalui karya tulis ilmiah ini dapat membantu
30 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
31
5.2.2 Aplikatif
Hasil karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan acuan bagi perawat di ruangan untuk
memberikan asuhan keperawatan gangguan citra tubuh. Diharapkan klien yang
mengalami gangguan citra tubuh dapat melakukan latihan meningkatkan citra tubuh
sesuai dengan yang telah diajarkan. Selain itu keluarga juga mampu merawat anggota
keluarganya yang sedang mengalami gangguan citra tubuh.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Juwita Mannawi, FIK UI, 2016
DAFTAR PUSTAKA
Addo & Bates. (2002). Causes of massive tropical splenomegaly in Ghana. Pg. 449. Vol 360.
Bolton & Michael. (2012). The Impact of Body Image on Patient Care. The Journal of
Clinical Psychiatry. Vol: 12 (2).
Badan Pusat Penelitian dan Pengembamgan Kesehatan. (2013). Riset kesehatan dasar.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Brissette et al. (2005). Comorbid depression among untreated illicit opiate users: results
from a multisite Canadian study. Vol 50 (9):512-8. Can J Psychiatry.
Carpenito, L.J dan Moyet. (2007). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 10. Jakarta :
Penebit Buku Kedokteran EGC
Dye et al. (2008). Health and urban living. DOI: 10.1126/science.1150198. USB.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses:
Definitions & Classification, 2015–2017. Oxford: Wiley Blackwell.
Hidayah, N. (2011). Kesiapan psikologis masyarakat pedesaan dan perkotaan menghadapi
diversifikasi pangan pokok. Vol. VIII No.1
Karmita, R. (2013). Transformasi nilai-nilai lokal pada rumah komunitas angklung mang
udjon sebagai dasar pengembangan tanggung jawab kewarganegaraan. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Keliat et al. (2011). Manajemen kasus gangguan jiwa CMHN (Intermediate Course). Cetakan
I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kementerian Pertanian. (2014). Statistik penduduk 1971-2015. Jakarta: Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jendral Kementerian Pertanian.
Koh, K. (2004). Lazy man's affirmation book. www. subconcioues secret.com
Luo & Levitt. (2008). Massive Splenomegaly. pp. 31-38.
Mayo Clinik. (2011). Positive thinking: Reduce stress by eliminating negatif self-talk. Found
online.
Makmuri M.S., et al.(2007). Pedoman nasional tuberkulosis anak. Ed 2. Penerbit UKK
Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia.
NANDA International. (2011). Diagnosis keperawatan, definisi dan klasifikasi 2009-2011.
Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC.
Paxton, S. (2011). Psychological prevention and intervention startegis for body
dissatisfaction and disorder eating. Australia Psychological Society.
INFORMASI UMUM
Inisial klien : Ibu T
Usia : 39 (tahun)
Jenis kelamin : √perempuan laki-laki
Suku : Sunda
Bahasa dominan : Indonesia
Status perkawinan : belum menikah √menikah janda/ duda
Alamat : Jalan Bojong Pondok Terong No. 24 RT 001 RW
002, Bogor
Tanggal masuk : 10 Mei 2016
Tanggal pengkajian : 10 Mei 2016
Ruang rawat : Antasena, RS DR. H Marzoeki Mahdi Bogor
Nomor rekam medik : 32-29-85
Diagnosa medis : Splenomegali
Riwayat alergi : Tidak ada
Diet : Tidak ada
KELUHAN UTAMA
Nyeri hilang timbul pada perut bagian kiri. Nyeri sejak 4 bulan yang lalu
sebelum masuk Rumah Sakit. Perut membesar sejak 4 bulan yang lalu.
Khawatir terhadap tindakan operasi besok.
Tingkat Ansietas
Tingkat ansietas (lingkari tingkat ansietas dan chek list perilaku
yangditampilkan)
Ringan√ Sedang Berat Panik
PERILAKU √ PERILAKU √
Tenang √ Menarik diri
Ramah Bingung
Pasif √ Disorientasi
Waspada Ketakutan √
Merasa membenarkan lingkungan Hiperventilasi
Kooperatif Halusinasi/delusi
Gangguan perhatian Depersonalisasi
Gelisah Obsesi
Sulit berkonsentrasi Kompulsi
Waspada berlebihan Keluhan somatik
Tremor Hiperaktivitas
Bicara cepat Lainnya
Universitas Indonesia
KELUARGA
Genogram
Tipe keluarga
√ nuclear family diad family
extended family single parentfamily
Pengambilan keputusan
√kepala keluarga istri
orang tua bersama-sama
Universitas Indonesia
RIWAYAT SOSIAL
Pola sosial
Teman/ orang terdekat
Ibu T dekat dengan ibu dan suaminya.
2. Kontak mata
√ada, Jelaskan
Klien sesekali menatap mata perawat dan orang sekitarnya saat berbicara,
namun tidak bertahan lama.
tidak ada, jelaskan
3. Pakaian
√ tidak rapi, jelaskan klien hanya menggunakan sarung, baju sudah sesuai
penggunaan tdksesuai
4. Perawatan diri
Jelaskan:
Perawatan diri dilakukan oleh klien sesuai dengan kebiasaan di rumah
Tingkah Laku
Universitas Indonesia
Pola komunikasi
PERILAKU √ JELASKAN
Senang √ Klien senang karena akan
dioperasi namun takut dengan
luka pasca operasi
Sedih √ Klien merasa sedih berkaitan
dengan sakit dan kondisi pasca
operasi
Patah hati -
Putus asa -
Gembira -
Euphoria -
Curiga -
Lesu -
Marah/bermusuhan -
Lain-lain -
Universitas Indonesia
Proses Pikir
PERILAKU √
Jelas √
Logis √
Mudah diikuti -
Relevan -
Bingung -
Bloking -
Delusi -
Arus cepat -
Asosiasi lambat -
Curiga -
Memori jangka pendek Hilang Utuh √
Memori jangka panjang Hilang Utuh √
Masalah Keperawatan: Tidak ada
Persepsi
PERILAKU √ JELASKAN
Halusinasi -- Tidak ada
Ilusi -- Tidak ada
Depersonalisasi -- Tidak ada
Derealisasi -- Tidak ada
Halusinasi √ Jelaskan
Pendengaran -- Tidak ada
Penglihatan -- Tidak ada
Perabaan -- Tidak ada
Universitas Indonesia
Kognitif
1. Orientasi realita
Waktu : Terorientasi dengan baik
Tempat : Terorientasi dengan baik
Orang : Terorientasi dengan baik
Situasi : Terorientasi dengan baik
2. Memori
Gangguan √ Jelaskan
Gangguan daya ingat jangka - Tidak ada masalah
panjang
Gangguan daya ingat jangka - Tidak ada masalah
pendek
Gangguan daya ingat saat ini - Tidak ada masalah
Paramnesia, sebutkan - Tidak ada masalah
Hipermnesia, sebutkan - Tidak ada masalah
Amnesia, sebutkan - Tidak ada masalah
Tingkatan √ Jelaskan
Mudah beralih - Tidak ada masalah
Tidak mampu berkonsentrasi - Tidak ada masalah
Tidak mampu berhitung - Tidak ada masalah
Universitas Indonesia
sederhana
Masalah Keperawatan: Tidak ada
Universitas Indonesia
ANALISA DATA
Data Objektif:
Data Objektif:
Universitas Indonesia
Data Objektif:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kolaborasi
Kembangkan rencana mengurangi Rencana terorganisasi mengembangkan
nyeri dengan pasien dan dokter kesempatan untuk kontrol nyeri,
terutrama dengan nyeri kronis,
pasien/orang terdekat harus aktif
menjadi partisipasi dalam manajemen
nyeri dirumah
Berikan analgetik sesuai indikasi Nyeri adalah komplikasi sering dari
kanker, meskipun respon individual
berbeda. saat perubahan
penyakit/pengobatan terjadi, pemakaian
dosis dan pemberian dosis diperlukan.
catatan adiksi atau ketergantungan pada
obat buklan masalah
Kriteria hasil Berikan informasi tentang prosedur atau Membantu pasien memahami tujuan dari apa
Universitas Indonesia
Menyatakan informasi mengenai proses pembedahan. yang dilakukan, dan mengurangi masalah
pengetahuan yang karena ketidaktahuan, termasuk ketakutan .
akurat tentang Namun kelebihan informasi tidak membantu
situasi dan dapat meningkatkan ansietas.
Melaporkan ansietas
menurun sampai Pertahankan perilaku nyata dalam Menyatakan penerimaan dan menghilangkan
tingkat dapat melakukan prosedur/menerima pasien. rasa malu pasien.
ditangani. Lindungi privasi pasien.
Dorong pasien/orang terdekat untuk Mendefinisikan masalah, memberikan
menyatakan masalah/perasaan. kesempatan untuk menjawab pertanyaan,
memperjelas kesalahan konsep, dan solusi
pemecahan masalah.
Beri penguatan informasi pasien yang telah Memungkinkan pasien untuk menerima
diberikan sebelumnya. kenyataan dan menguatkan kepercayaan
pada pemberi perawatan dan pemberian
informasi.
Latihan relaksasi sesuai dengan rencana Latihan pengontrol ansietas terbukti mampu
yang telah dibuat, seperti relaksasi napas menurunkan tingkat ansietas klien
dalam, teknik distraksi, hypnosis lima jari
Universitas Indonesia
Gangguan Citra Tubuh Setelah tindakan Mandiri: Menentukan tindakan keperawatan yang
intervensi gangguan citra Bina hungan saling percaya dengan klien. akan dilakukan
tubuh, klien dapat
meningkatkan citra tubuh Membantu klien mengenal gangguan citra Meningkatkan partisipasi klien dalam
dan bersosialisasi dengan tubuhnya. pelaksanaan tindakan keperawatan yang
orang lain tanpa akan dilakukan.
gangguan. Membantu klien menyadari akibat Meningkatkan partisipasi klien dalam
gangguan citra tubuhnya saat ini. pelaksanaan tindakan keperawatan yang
akan dilakukan.
Mendukung persepsi klien tentang citra Membantu klien menyadari kondisinya
tubuhnya dulu, sekarang, dan harapan yang berbeda dari sebelumnya dan
terhadap citra tubuhnya saat ni.
potensi/kemampuan yang masih dimiliki.
Mendiskusikan dengan klien potensi
tubuhnya yang masih sehat.
Membantu klien untuk menggunakan cara-
Membantu klien meningkatkan citra
cara yang dapat dilakukan untuk
tubuhnya dengan melakukan kegiatan
meningkatkan citra tubuhnya.
yang dapat dilakukan di ruangan Rumah
Sakit.
Keluarga merupakan faktor pendukung
utama klien.
Melibatkan keluarga dalam merawat klien
dengan gangguan citra tubuh.
Universitas Indonesia
CATATAN KEPERAWATAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
- Ev SP1-SP2 ansietas
- SP1 ansietas (keluarga)
- Ev tanda gejala GCT
- Ev SP1-SP2 GCT
- SP2 GCT: latihan
meningkatkan citra tubuh
dan melihat tubuh yang
terganggu.
- Monitor TTV
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
- Ev SP1-SP2 GCT
- SP1 GCT (keluarga)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
- Pendidikan kesehatan
tentang perawatan luka di
rumah
- Motivasi klien untuk tetap
bersosialisasi dengan
keluarga dan teman-
temannya
RTL: - (KLIEN ACC PULANG)
:)
Universitas Indonesia
A. Identitas Personal
Nama : Juwita Mannawi
Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 28 Juni 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Alamat :Jalan Adhyaksa Baru No. 19, Makassar,
Sulawesi Selatan. 9312
Nomor Telepon : +62 87788597919
Email : juwitamannawi@gmail.com
Agama : Kristen Protestan
Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia
Sarjana Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia 2011-2015
Universitas Indonesia