Kasus Penyalahgunaan Obat Terlarang pada Usia Produktif di Pemalang Naik 2 Kali Lipat
Ilustrasi – Ungkap kasus penggagalan penyelundupan Sabu ke Lapas Nusakambangan oleh Polres dan
BNNK Cilacap, 2017 lalu. (Foto: GATRA/Ridlo Susanto/tss)
Ilustrasi – Ungkap kasus penggagalan penyelundupan Sabu ke Lapas Nusakambangan oleh Polres dan
BNNK Cilacap, 2017 lalu. (Foto: GATRA/Ridlo Susanto/tss)
Ilustrasi – Ungkap kasus penggagalan penyelundupan Sabu ke Lapas Nusakambangan oleh Polres dan
BNNK Cilacap, 2017 lalu. (Foto: GATRA/Ridlo Susanto/tss)
ARTIKEL TERKAIT
Kasat Narkoba Polres Pemalang AKP I Made Restu Semadhi mengungkapkan bahwa pada tahun 2018,
jumlah kasus yang ditangani Satresnarkoba Polres Pemalang mengalami kenaikan hampir dua kali lipat
dibanding dengan tahun sebelumnya.
"Pada tahun 2017 kami menangani delapan kasus, sementara pada 2018 sampai dengan bulan
November jumlah kasus yang ditangani terkait dengan peredaran obat berbahaya sudah mencapai 13
kasus,” katanya, Senin (19/11).
Terakhir, kata dia, Satresnarkoba Polres Pemalang berhasil mengamankan 2 orang pengedar obat
terlarang dengan inisial RK warga Kelurahan Mulyoharjo, Pemalang dan AM warga Wanarejan Kecamatan
Taman yang kedapatan mengedarkan Pil haram tersebut pada awal bulan November 2018.
"Sebagian besar yang terlibat baik pengguna maupun yang mengedarkan adalah usia produktif,"
ungkapnya, dalam keterangannya kepada Gatra.com.
Menurut I Made Restu, terdapat banyak jenis pil yang masuk kategori obat-obatan berbahaya yang
sering diedarkan dan disalahgunakan, antara lain Hexymer, Dextro, Trihex, dan Riklona.
AKP I Made Restu menambahkan bahwa sejak 2013 dextro sudah dilarang beredar maupun diproduksi.
Sedangkan trihek yang diproduksi Yarindo (dengan lambang huruf 'Y' di tengah pil) sejak tahun 2015
telah dilarang diproduksi dan diedarkan.
"Sejatinya obat-obatan yang sering disalahgunakan adalah obat yang harus ditebus dengan resep dokter
dan peredarannya diawasi secara ketat, Tapi karena bisa memberikan efek nge-fly, makanya banyak
disalahgunakan," jelasnya.
Dia mengungkapkan, terdapat dua jenis obat-obatan berbahaya yang sering disalahgunakan, yakni obat
keras yang masuk daftar G biasa serta obat keras yang mengandung psikotropika.
"Kalau obat yang masuk kategori daftar G biasa yang bisa dijerat hukum adalah pengedarnya saja, dijerat
tentang izin edar UU No. 36/2009 tentang Kesehatan dengan ancaman 10 tahun kurungan penjara,"
terang Kasat Resnarkoba.
Sementara untuk obat yang mengandung psikotropika, menurutnya, baik pengedar maupun pengguna
atau orang yang kedapatan memiliki dan menguasainya dapat dijerat hukum, yakni dijerat menggunakan
UU No. 5/1997 tentang Psikotropika.
"Di antara obat yang mengandung psikotropika adalah biasa disebut buto ijo dan (xanax) alprazolam,"
ucapnya.
Dari tiga barang terlarang yaitu narkotika, psikotropika dan obat-obatan berbahaya, narkotika merupakan
prioritas penanganan karena mempunyai daya rusak yang paling membahayakan.
"Dari skala prioritas penanganan adalah narkotika, lalu psikotropika dan ketiga baya (obat-obatan
berbahaya-Red)," tuturnya.
Meski demikian, dia menegaskan pihaknya tak kendur sedikitpun dalam menangani tiga jenis barang
terlarang tersebut.
"Ketiga jenis barang tersebut bekerja dengan menyasar sistem saraf, sehingga orang yang secara rutin
menggunakannya maka sistem sarafnya akan rusak, maka jauhi barang-barang terlarang itu," imbaunya.
"Kalau kami mengendus adanya pelanggaran hukum dan kejahatan terkait dengan tiga barang tersebut,
pasti akan kami tindak tegas," tandasnya.
Komentar
TENTANG KAMI | DISCLAIMER | INFO BERIKLAN | PANDUAN CYBER MEDIA
close
LOGO
CNN Indonesia
logo
Gaya Hidup
MASUK DAFTAR
Home
Kanal
Nasional
Teknologi
Internasional
Hiburan
Ekonomi
Gaya Hidup
Olahraga
Lainnya
Infografis
Fokus
Foto
Kolom
Video
CNN TV
Music at Newsroom
Indeks
Download Apps
Ikuti Kami
Home Nasional Internasional Ekonomi Olahraga Teknologi Hiburan Gaya Hidup Infografis Foto Video
Fokus Kolom Terpopuler Indeks
CNN Indonesia
Bagikan :
Jakarta, CNN Indonesia -- Bak pil sakti, obat penghilang rasa sakit menjadi andalan banyak orang. Cukup
dengan menelan satu pil, rasa sakit pun sirna.
Namun, di balik 'kesaktian' itu, obat penghilang rasa sakit atau opioid justru menelan korban nyawa pada
anak dan remaja. Angkanya dilaporkan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Opioid merupakan salah satu obat pereda rasa sakit. Jenis opioid ini terdiri dari obat yang diresepkan,
fentanil, dan heroin.
Penelitian terbaru menunjukkan sebanyak 9 ribu kematian anak pada 1999 hingga 2016 di Amerika
Serikat disebabkan oleh obat penghilang rasa sakit ini. Dalam rentang 18 tahun itu, angka kematian
untuk remaja karena keracunan obat pereda nyeri ini hampir meningkat tiga kali lipat.
"Penyalahgunaan opioid ilegal menimbulkan korban di semua lapisan masyarakat. Jutaan anak-anak dan
remaja secara rutin terpapar obat-obatan yang kuat dan adiktif ini di rumah, sekolah, dan komunitas,"
tulis peneliti dalam studi yang dipublikasikan di jurnal JAMA Network Open, dikutip dari CNN.
Dari 8.986 anak-anak dan remaja yang meninggal karena keracunan opioid selama rentang waktu
penelitian, sebanyak 73 persen merupakan laki-laki dan 88 persen adalah remaja berusia 15-19 tahun.
Di antara yang berusia 15-19 tahun ini, terdapat 3.050 kematian yang melibatkan satu atau lebih zat lain
seperti kokain, alkohol, atau antidepresan.
Obat penghilang rasa sakit yang diresepkan menyebabkan 73 persen dari kematian. Heroin bahkan
membunuh 24 persen dari usia 15-19 tahun.
Hampir 81 persen dari kematian opioid ini tidak disengaja. Sebanyak lima persen karena bunuh diri dan
2,4 persen karena pembunuhan. Jumlah kematian akibat obat penghilang rasa sakit mencapai angka 500
per tahunnya. Sebanyak 38 persen kematian terjadi di rumah. (ptj/asr)
Bagikan :
obat painkiller obat pereda nyeri
ARTIKEL TERKAIT
BACA JUGA
© 2019 Trans Media, CNN name, logo and all associated elements (R) and © 2019 Cable News Network,
Inc. A Time Warner Company. All rights reserved. CNN and the CNN logo are registered marks of Cable
News Network, Inc., displayed with permission.
Kumparan Logo
PUBLISHER STORY
Tugu Jogja
Ikuti
News
Kejaksaan Negeri Yogyakarta mencatat penyalahgunaan narkoba dan obat-obatan di wilayah Kota
Yogyakarta masih tinggi dan kalangan pelajar dan mahasiswa mendominasi jadi pelaku.
"Paling banyak kasus obat-obatan terlarang, seperti ganja, sabu, dan pil ekstasi. Jumlah kasusnya
sebanyak 219 kasus, sejak 2016," ungkap Kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Kota Yogyakarta, Umbu Lage
Woleka, disela pemusnahkan barang bukti di Kantor Kejaksaan Negeri Yogyakarta, Senin (20/8/2018).
Umbu mengatakan dalam kegiatan itu, barang bukti yang dimusnahkan diantaranya minuman keras 911
botol; obat tradisional tanpa izin edar (38 kardus); pil ekstasi (17 butir); pil tryhexipenedil (27829 butir);
sabu-sabu (315,131 gram); tembakau gorilla (338,24 gram); dan ganja 3.804,10 gram.
Seluruh barang bukti yang dimusnahkan sudah berkeputusan inkrah di pengadilan. Kasusnya pada 2016
dan 2017. Barang bukti yang dimusnahkan hari ini berasal dari 224 perkara dengan total nilai barang
bukti sebesar Rp379 juta.
Kepala Badan Narkotika Nasional Kota Yogyakarta, AKBP Siti Alfiah, mengatakan obat-obatan terlarang
banyak berasal dari kasus yang ditangani BNN DIY dan Polresta Yogyakarta. Alfian mengungkapkan, mulai
2017 pelajar dan mahasiswa lebih banyak mengonsumsi obat-obatan.
"Ini karena sabu-sabu mulai sulit mungkin. Mereka lalu pindah mengonsumsi obat seperti pil ekstasi,"
ujarnya.
Ia mengaku terus berkoordinasi dengan dinas pendidikan dan jajaran pemerintah daerah untuk
melakukan pencegahan. Apalagi, jumlah pelajar dan mahasiswa yang jadi pelaku penyalahgunaan
narkoba dan obat-obatan mencapai ratusan.
"Jika pelajar kami arahkan untuk rehabilitasi. Kami juga menyosialisasikan guru BP agar siswa yang
tersangkut obat-obatan melapor ke BNN setempat. Ini agar mereka bisa melakukan rehabilitasi dan tetap
sekolah," ucapnya. (atx/adn)
Yogyakarta
Tulisan ini adalah kiriman dari publisher, isi tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Laporkan tulisan
Tim Editor
Suka
Bagikan
Baca Lainnya
kumparanNEWS
20/08/2018
Tugu Jogja
15/08/2018
Tugu Jogja
27/07/2018
kumparan
twitter
line