Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM MUSKULOSEKELETAL : FRAKTUR


Di susun guna memenuhi tugas panum KMB

ADE APRILIANA
202102040015

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa
nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan
krepitasi.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. ( Brunner&Sudart, 2014).
2. Klasifikasi
a. Berdasarkan sifat fraktur
1) Fraktur tertutup
Apabila fagmen tulang yang patah tidak tampak dari luar.
2) Fraktur terbuka
Apabila fragmen tulang yang patah tampak dari luar, fraktur
dengan luka pada kulit atau membrane mukosa sampai ke patahan
tulang. Faktur terbuka digradasi menjadi :
Grade I :luka bersih dengan panjang kurang 1 cm.
Grade II :luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif.
Grade III :sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan lunak ekstensif
b. Berdasarkan komplit / tidak komplit fraktur
1) Fraktur komplit
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran bergeser dari posisi normal)
2) Fraktur inkomplit
Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang
Misal : - Hair line fraktur
- Green stic, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang
sisi yang lain membengkok
c. Berdasarkan bentuk garis patah & hubungan dengan mekanisme
tauma
1) Fraktur transversal
Arah melintang dan merupakan akibat trauma angulasi /
langsung.
2) Fraktur oblik
Arah garis patah membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan
merupakan akibat dari trauma langsung.
3) Fraktur spiral
Arah garis patah spiral dan akibat dari trauma rotasi.
4) Fraktur kompresi
Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada
tulang belakang).
d. Istilah lain
1) Fraktur komunitif
Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
2) Fraktur depresi
Fraktur dengan bentuk fragmen terdorong ke dalam (sering
terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah).
3) Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista
tulang, tumor, metastasis tulang).
4) Fraktur avulsi
Tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada
perlekatannya.
3. Etiologi
a. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
dapat diabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh, pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan muter mendadak, dan bahkan
kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan sekitarnya
juga akan terpengaruh, mengakibatkan udema jaringan lunak,
perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendon,
kerusakan saraf dan pembuluh darah. ( Brunner&Sudart, 2014 ).
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi deformitas,
pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan
warna.
a. Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah saat fragmen tulang diimobilisasi.
b. Deformitas (kelainan bentuk)
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragnmen pada
fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas ekstremitas yang
dapat diketahui dengan membandingkan ekstremitas normal.
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah tempat
fraktur.
c. Krepitasi (suara berderik)
Saat ekstremitas diraba dengan tangan teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya.
d. Bengkak dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur.m tanda ini baru bisa terjadi
setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.
e. Peningkatan temperatur lokal
f. Pergerakan abnormal
g. Echymosis (perdarahan subkutan yang lebar-lebar)
h. Kehilangan fungs
5. Pathways

Trauma/strees
kondisi patologis,
Langsung/tidak langsung
osteoporosis,
pada tulang
neoplasma,proses penuaan

Absorbsi calcium

Rentan fraktur Fraktur Perdarahan otot dan sendi

hipovolemia
Depresi saraf nyeri Tindakan operasi

Nyeri akut

Pre op Intra Op Post Op

Defisit pengetahuan Perdarahan Efek anestesi Luka insisi

Mual, muntah Imflamasi bakteri


ansietas
Hipovolemia
Defisit nutrisi

Resti infeksi

Sumber : ( Brunner&Sudart, 2014 )

6. Pemeriksaan Penunjang
a. X-ray untuk menentukan luas/lokasi fraktur
b. Scan tulang untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas,
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram, dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler.
d. Hitung darah lengkap, homokonsentrasi mungkin akan meningkat,
menurun pada perdarahan : peningkatan leukosit sebagai respon
adanya peradangan.
e. Kraetinin trauma otot akan meningkatkan beban kreatinin untuk
klirens ginjal.
f. Profil koagulasi, perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
tranfusi atau cedera hati
7. Komplikasi
a. Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok, yang bisa berakibat fatal
dalam beberapa jam setelah cedera, emboli lemak yang dapat terjadi
dalam 48 jam atau laebih. Dan sindroma kompartemen, yang
baerakibat kehilangan fungsi akstremitas permanen. Penanganan
meliputi mempertahankan volume darah, mengurangi nyeri,
memasang pembebatan dan melindungi pasien dari cedera lebih
lanjut.
b. Komplikai lambat atau tidak ada penyatuan.
Penyatuan lambat terjadi jika penyembuhan tidak terjadi dengan
kecepatan normal, untuk jenis dan tempat fraktur tertentu. Penyatuan
terlambat mungkin karena infeksi sitemik dan distraksi fragmen
tulang. Faktor yang ikut berperan dalampenyatuan meliputi: infeksi,
interposisi jaringan antara ujung tulang, immobilisasi dan manipulasi
yang tidak memadai yang menghentikan pembentukan kalus, jarak
yang terlalu jauh antara fragmen tulang, dan gangguan asupan darah.
Akibatnya terjadi nekrosis vaskuler tulang.
8. Penatalaksanaan
a. Sasaran tindakan terhadap fraktur:
1) Menengembalikan fragmen tulang ke posisi anatomis normal.
(reduksi)
2) Mempertahankan reduksi sampai terjadi penyembuhan
(immobilisasi)
3) Mempercepat pengembalian fungsi dan kekuatan normal bagian
tersebut. (rehabilitasi)
b. Metode untuk mencapai reduksi fraktur
1) Reduksi tertutup
2) Traksi
3) Rediksi terbuka
c. Cara Konservatif
Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan
terjadinya pertumbuhan tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena
adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi. Tindakan yang
dilakukan adalah dengan gips dan traksi.
1) Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan
bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
- Immobilisasi dan penyangga fraktur
- Istirahatkan dan stabilisasi
- Koreksi deformitas
- Mengurangi aktifitas
- Membuat cetakan tubuh orthotik
2) Traksi (mengangkat / menarik)
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan
tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian
rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang
patah. Metode pemasangan traksi antara lain :
- Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan
pada keadaan emergency
- Traksi mekanik, ada 2 macam :
- Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal
otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
- Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan
balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi
dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
- Mengurangi nyeri akibat spasme otot
- Memperbaiki & mencegah deformitas
- Immobilisasi
- Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
- Mengencangkan pada perlekatannya
d. Cara operatif / pembedahan
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak
keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini
disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka.
Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera
dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang
mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang
yang telah mati diirigasi dari luka.
Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi
yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini
dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat,
dan paku.
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
- Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
- Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang
berada didekatnya
- Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
- Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
- Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada
kasus-kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan
mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal
selama penatalaksanaan dijalankan.
e. Metode mempertahankan immobilisasi
1) Alat eksterna : bebat, brace, case, pin dan gips, fiksator eksterna,
traksi dan balutan.
2) Alat interna : nail, plat, sekrup, kawat, batang.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
a. Kaji lokasi dan jenis fraktur
b. Perdarahan
c. Aktivitas dan istirahat
d. Sirkulasi
e. Integritas ego (ketidakberdayaan / putuas asa)
f. Intake dan output
g. Nyeri/ kenyamanan
2. Pengkajian sekunder
a. Pemeriksaan fisik
1) Penampilan umum
2) Vital sign
3) Kepala dan leher
4) Mata dan telinga
5) Hidung
6) Mulut dan tenggorokan
7) Kulit
8) Jantung/dada/paru
9) Perut
10) Genitalia
11) Ekstremitas
12) Persarafan
b. Pemeriksaan diagnostik dan labolatorium
Prosedur Indikasi dan Nilai Normal Kemungkinan
diagnostik/ Tujuan Hasil
Laboratorium
Pemeriksaan Tujuan : Hb 14 – 16 g/dL Leukosit tinggi
darah Untuk mengetahui Leukosit > 10.000
kondisi kesehtan 5000-10.000/µL Hb rendah
seseorang secara Trombosit
keseluruhan 150.000-
sekaligus 400.000 /µL
mendeteksi lebih SGOT 5-34 U/L
awal penyakit yang SGPT 0-55 U/L
mungkin terjadi. Ureum 19-44
Indikasi : mg/dL
Pemeriksaan darah Kreatinin 0,70-
lengkap termasuk 1,30 mg/dL
dalam serangkaian Albumin 3,8-5,0
medical check up gr%
guna mendeteksi Globulin 2,3-3,2
adanya penyakit gr%
anemia, infeksi,
masalah pembekuan
darah, serta kanker
darah.

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
b. Ansietas b/d adanya ancaman terhadap konsep diri/citra diri
c. Defisit nutrisi b/d peningkatan kebutuhan metabolisme
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Dan Kriteria
No. Rencana Tindakan No. Dx
Keperawatan Hasil
Setelah dilakukan - Pantau tipe atau
tindakan keperawatan lokasi nyeri
nyeri akut b/d agen selama 3 X 24 jam -Motivasi penggunaan
1. D.0077
pencedera fisik pasien diharapkan tehnik menejemen
mampu mengontrol stres, contoh napas
nyeri, dengan kriteria dalam dan visualisasi.
hasil : -Kolaborasipemberian
Melaporkan nyeri obat analgesik
hilang atau terkontrol
Mengikuti program
pengobatan yang
diberikan
Menunjukan
penggunaan tehnik
relaksasi

- Pantau penyebab
Setelah dilakukan
ansietas
tindakan keperawatan
- Akui kenyataan atau
selama 3 X 24 jam,
normalitas perasaan,
pasien diharapkan
termasuk marah
memiliki rentang
- Berikan informasi
respon adaptif,
akurat tentang
dengan kriteria hasil :
perkembangan
ansietas b/d Tampak relaks dan
kesehatan.
adanya ancaman melaporkan ansietas
2. - Dorong ekspresi D.0080
terhadap konsep menurun sampai
ketakutan/marah
diri/ citra diri dapat ditangani.
- Dorong penggunaan
Mengakui dan
menejemen stres,
mendiskusikan rasa
contoh : napas
takut.
dalam, bimbingan
Menunjukkan
imajinasi,
rentang perasaan
visualisasi.
yang tepat.

defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan - Pantau status gizi


4. peningkatan tindakan keperawatan pasien D.0019
kebutuhan selama 3 X 24 jam - Berikan makan
metabolisme nutrisi pasien dalam porsi sedikit
terpenuhi dengan KH: tapi sering
Makanan masuk - Sajikan menu yang
BB pasien naik menarik
Mual, muntah hilang - Anjurkan pasien
untuk mengonsumsi
makanan yg disukai
- Kolaborasi
pemberian suplemen
penambah nafsu
makan
5. Dischart Planning
a. Cara perawatan gips dirumah
1) Cara merawat gips
- Jangan membasahi gips
- Jangan memotong atau membuang bagian manapun dari gips
- Jika kulit dibawah gips gatal hilangkan dengan :
Menaruh kantung es diatas gips, kipas angin/pengering rambut
- Jangan menaruh bedak, benda asing dll ke dalam gips
- Untuk mengurangi bengkak posisikan bagian gips lebih tinggi
dari dada
- Gerakan jari pada bagian yang digips
- Hindari beban berat pada gips bau selama 24 jam
2) Cara perawatan setelah gips lepas
- Latihan gerak bertahap untuk membantu menghilangkan nyeri
kaku
- Bersihkan kulit setiap hari. Dengan gunakan air hangat dan
sabun ringan diikuti dengan lotion
- Hindari menggosok kulit untuk mengeringkannya
- Janganmenggaruk kulit
- Tinggikan ekstremitas yang terkena fraktur diatas dada bila
bengkak
DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto, Lynda Juall. (2010). BukuSakuDiagnosaKeperawatan. Alihbahasa


:Monica Ester, Edisi 8. EGC :Jakarta.

Doengoes, Marilynn E. (2011). RencanaAsuhanKeperawatan


:PedomanuntukperencanaanKeperawatan dan masalahkolaboratif.
AlihBahasa : I MadeKanosa, Edisi III. EGC Jakarta.

Hinchliff, Sue. (2008). KamusKeperawatan. Edisi; 17. EGC :Jakarta

Sudart dan Burnner, (2014). Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol 3. EGC :


Jakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat

Anda mungkin juga menyukai