ADE APRILIANA
202102040015
Trauma/strees
kondisi patologis,
Langsung/tidak langsung
osteoporosis,
pada tulang
neoplasma,proses penuaan
Absorbsi calcium
hipovolemia
Depresi saraf nyeri Tindakan operasi
Nyeri akut
Resti infeksi
6. Pemeriksaan Penunjang
a. X-ray untuk menentukan luas/lokasi fraktur
b. Scan tulang untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas,
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram, dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler.
d. Hitung darah lengkap, homokonsentrasi mungkin akan meningkat,
menurun pada perdarahan : peningkatan leukosit sebagai respon
adanya peradangan.
e. Kraetinin trauma otot akan meningkatkan beban kreatinin untuk
klirens ginjal.
f. Profil koagulasi, perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
tranfusi atau cedera hati
7. Komplikasi
a. Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok, yang bisa berakibat fatal
dalam beberapa jam setelah cedera, emboli lemak yang dapat terjadi
dalam 48 jam atau laebih. Dan sindroma kompartemen, yang
baerakibat kehilangan fungsi akstremitas permanen. Penanganan
meliputi mempertahankan volume darah, mengurangi nyeri,
memasang pembebatan dan melindungi pasien dari cedera lebih
lanjut.
b. Komplikai lambat atau tidak ada penyatuan.
Penyatuan lambat terjadi jika penyembuhan tidak terjadi dengan
kecepatan normal, untuk jenis dan tempat fraktur tertentu. Penyatuan
terlambat mungkin karena infeksi sitemik dan distraksi fragmen
tulang. Faktor yang ikut berperan dalampenyatuan meliputi: infeksi,
interposisi jaringan antara ujung tulang, immobilisasi dan manipulasi
yang tidak memadai yang menghentikan pembentukan kalus, jarak
yang terlalu jauh antara fragmen tulang, dan gangguan asupan darah.
Akibatnya terjadi nekrosis vaskuler tulang.
8. Penatalaksanaan
a. Sasaran tindakan terhadap fraktur:
1) Menengembalikan fragmen tulang ke posisi anatomis normal.
(reduksi)
2) Mempertahankan reduksi sampai terjadi penyembuhan
(immobilisasi)
3) Mempercepat pengembalian fungsi dan kekuatan normal bagian
tersebut. (rehabilitasi)
b. Metode untuk mencapai reduksi fraktur
1) Reduksi tertutup
2) Traksi
3) Rediksi terbuka
c. Cara Konservatif
Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan
terjadinya pertumbuhan tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena
adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi. Tindakan yang
dilakukan adalah dengan gips dan traksi.
1) Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan
bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
- Immobilisasi dan penyangga fraktur
- Istirahatkan dan stabilisasi
- Koreksi deformitas
- Mengurangi aktifitas
- Membuat cetakan tubuh orthotik
2) Traksi (mengangkat / menarik)
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan
tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian
rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang
patah. Metode pemasangan traksi antara lain :
- Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan
pada keadaan emergency
- Traksi mekanik, ada 2 macam :
- Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal
otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
- Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan
balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi
dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
- Mengurangi nyeri akibat spasme otot
- Memperbaiki & mencegah deformitas
- Immobilisasi
- Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
- Mengencangkan pada perlekatannya
d. Cara operatif / pembedahan
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak
keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini
disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka.
Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera
dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang
mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang
yang telah mati diirigasi dari luka.
Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi
yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini
dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat,
dan paku.
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
- Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
- Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang
berada didekatnya
- Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
- Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
- Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada
kasus-kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan
mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal
selama penatalaksanaan dijalankan.
e. Metode mempertahankan immobilisasi
1) Alat eksterna : bebat, brace, case, pin dan gips, fiksator eksterna,
traksi dan balutan.
2) Alat interna : nail, plat, sekrup, kawat, batang.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
a. Kaji lokasi dan jenis fraktur
b. Perdarahan
c. Aktivitas dan istirahat
d. Sirkulasi
e. Integritas ego (ketidakberdayaan / putuas asa)
f. Intake dan output
g. Nyeri/ kenyamanan
2. Pengkajian sekunder
a. Pemeriksaan fisik
1) Penampilan umum
2) Vital sign
3) Kepala dan leher
4) Mata dan telinga
5) Hidung
6) Mulut dan tenggorokan
7) Kulit
8) Jantung/dada/paru
9) Perut
10) Genitalia
11) Ekstremitas
12) Persarafan
b. Pemeriksaan diagnostik dan labolatorium
Prosedur Indikasi dan Nilai Normal Kemungkinan
diagnostik/ Tujuan Hasil
Laboratorium
Pemeriksaan Tujuan : Hb 14 – 16 g/dL Leukosit tinggi
darah Untuk mengetahui Leukosit > 10.000
kondisi kesehtan 5000-10.000/µL Hb rendah
seseorang secara Trombosit
keseluruhan 150.000-
sekaligus 400.000 /µL
mendeteksi lebih SGOT 5-34 U/L
awal penyakit yang SGPT 0-55 U/L
mungkin terjadi. Ureum 19-44
Indikasi : mg/dL
Pemeriksaan darah Kreatinin 0,70-
lengkap termasuk 1,30 mg/dL
dalam serangkaian Albumin 3,8-5,0
medical check up gr%
guna mendeteksi Globulin 2,3-3,2
adanya penyakit gr%
anemia, infeksi,
masalah pembekuan
darah, serta kanker
darah.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
b. Ansietas b/d adanya ancaman terhadap konsep diri/citra diri
c. Defisit nutrisi b/d peningkatan kebutuhan metabolisme
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Dan Kriteria
No. Rencana Tindakan No. Dx
Keperawatan Hasil
Setelah dilakukan - Pantau tipe atau
tindakan keperawatan lokasi nyeri
nyeri akut b/d agen selama 3 X 24 jam -Motivasi penggunaan
1. D.0077
pencedera fisik pasien diharapkan tehnik menejemen
mampu mengontrol stres, contoh napas
nyeri, dengan kriteria dalam dan visualisasi.
hasil : -Kolaborasipemberian
Melaporkan nyeri obat analgesik
hilang atau terkontrol
Mengikuti program
pengobatan yang
diberikan
Menunjukan
penggunaan tehnik
relaksasi
- Pantau penyebab
Setelah dilakukan
ansietas
tindakan keperawatan
- Akui kenyataan atau
selama 3 X 24 jam,
normalitas perasaan,
pasien diharapkan
termasuk marah
memiliki rentang
- Berikan informasi
respon adaptif,
akurat tentang
dengan kriteria hasil :
perkembangan
ansietas b/d Tampak relaks dan
kesehatan.
adanya ancaman melaporkan ansietas
2. - Dorong ekspresi D.0080
terhadap konsep menurun sampai
ketakutan/marah
diri/ citra diri dapat ditangani.
- Dorong penggunaan
Mengakui dan
menejemen stres,
mendiskusikan rasa
contoh : napas
takut.
dalam, bimbingan
Menunjukkan
imajinasi,
rentang perasaan
visualisasi.
yang tepat.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat