Dosen Pengampu
Nama Anggota
KELOMPOK 2
KELAS : B2
A. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. ZN
b. Umur : 38 tahun
c. Alamat : Dsn Ringinanom Solo
d. Pekerjaan : Tidak Bekerja
e. No RM : 571279
B. Keluhan utama : kulit melepuh
C. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang melalui UGD RS 10 hari yang lalu (25 Agustus 2019), dengan
keluhan kulit melepuh di muka, badan, tangan, kelamin dan paha. Keluhan disertai rasa
perih, nyeri tenggorokan dan sukar menelan sejak 2 minggu yang lalu. Sebulan yang lalu
pasien mengaku terkena penyakit cacar, pasien berobat ke mantri dan diberikan obat
minum. Keluarga pasien mengaku tidak mengetahui obat apa saja yang diberikan.
Beberapa hari setelah pengobatan cacar, bintik cacar pada pasien timbul semakin banyak.
keluarga psien merasa keadaan pasien tidak membaik sehingga pasien datang kembali ke
mantri dan pasien diberikan suntikan antibiotik. Keluarga pasien tidak mengetahui
antibiotik apa yang diberikan. Tiga hari setelah berobat ke mantri (12 hari sebelum masuk
rumah sakit), dikatakan pasien mengeluh perih dan merah pada mata disertai kotoran
mata dan bercak putih pada bagian mata, badan terasa panas, tulang-tulang terasa nyeri,
dan sesak napas. Segera pasien berobat ke dokter dan keluhan masih tetap tidak
berkurang. Keesokan hari pasien pun berobat kembali ke puskesmas dan dirujuk ke RS.
D. Pemeriksaan fisik :
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan kesadaran compos mentis, keadaan umum
tampak sakit berat, tekanan darah 110/90 mmHg, nadi 70x/m, pernapasan 25x/m.
Tampak eritema disertai multipel vesikel di ekstremitas superior dan inferior serta regio
genital. Tampak multipel bula di regio antebrachii sinistra dan metacarpal sinistra.
Tampak lesi hiperpigmentasi di regio abdomen dan regio thoraks anterior dan posterior.
Mukosa mulut mengalami erosi, ekskoriasi dan krusta. Tampak mukosa mata bersekret
mengalami peradangan. Belum tampak adanya epidermolysis
E. Diagnosa dokter :
Steven jonhnson syndrome
Riwayat pengobatan sekarang: pasien mendapatkan resep dokter sbb
R. Infuse dekstrosa 2 fl
Simm 18 tpm inj.
R/ Infus RL 2 fl
Simm 18 tpm inj.
R/ dexamethasone 3 ampul
Simm 1 ampul/8 jam
R/ Gentamisin inj
Simm 100 mg/12 jam iv
R/ antacid syr fl 1
S 2 dd 1 po
Tugas :
PADA RESEP
NO URAIA TIDAK
N ADA
ADA
1 INSCRIPTIO
Identitas dokter √
Nama dokter √
SIP √
Alamat praktek √
Nomor telepon √
Tempat penulisan resep √
Tanggal penulisan resep √
2 INVOCATIO
Tanda penulisan resep (R/) √
3 PRESCRIPTIO/ORDONATIO
Nama obat √
Bentuk sediaan √
Kekuatan obat √
Jumlah obat √
4 SIGNATURA
Aturan pakai obat √
5 SUBSCRIPTIO
Tanda tangan/paraf dokter √
6 PRO
Nama √
BB √
Umur √
Alamat √
B. Skrining Farmasetis
C. Skrining Klinis
DRP Keterangan
Duplikasi obat Pasien diberikan gentamisin injeksi dan
gentamisin krim
Regimen dosis yang tidak sesuai - Frekuensi pemberian deksametason
injeksi yang kurang
- Dosis gentamisin yang diberikan
berlebih
Ada obat tidak ada indikasi Pasien diberikan antacid syrup,
sedangkan tidak ada data hasil lab
ataupun keluhan yang dirasakan pasien
yang berhubungan dengan asam
lambung, gastritis, tukak lambung, tukak
usus dua belas jari.
Ada indikasi tidak ada obat Pasien mengalami mengalami erosi,
ekskoriasi dan krusta di mulut tetapi
belum di terapi
Kontraindikasi -
Reaksi obat yang tidak diinginkan Tidak tercantum
Aturan, cara dan lama penggunaan Tidak tercantum
Interaksi obat -
D. Monografi Obat
Rute
No Nama obat Indikasi Dosis Interaksi ESO Kontraindikasi
pemberian
Penggantian 18tpm Injeksi Tidak ada Demam, infeksi Penderita
cairan & kalori interaksi yang atau jar nekrosis sindrom
dibutuhkan. signifikan pd tempat malabsorpsi
diketahui. suntikan, glukosa-galaktos,
1 Infuse
trombosis vena penderita
dextrosa
atau flebitis di diabetikum
lokasi suntikan,
hipernatremia.
Untuk 18tpm Injeksi Preparat K & Ruam kulit, Hipernatremia
pengobatan Ca. Pembengkakan
kekurangan mata, Batuk
2 Infuse RL cairan dimana Pilek, Kesulitan
rehidrasi bernapas,
Demam, Sakit
kepala
Anti- 5 mg/8 Injeksi Acarbose, Penggunaan Infeksi jamur
inflamasi jam aspirin, jangka panjang: sistemik, herpes
sistemik karbamazepin, tukak lambung, simplex okuler
simetidin, hipoglikemia, aktif, malaria.
3 Dexametason ciprofloxacin, atropi kulit, lemah
antibiotic otot, menstruasi
golongan tidak teratur, sakit
makrolida, kepala
ibuprofen
Antibiotik 100mg/ Injeksi Sefalosporin, Gangguan Hipersensitivitas
untuk 12 jam metisilin, vestibuler dan terhadap
mengobati amfoterisin B, pendengaran, aminoglikosida,
septicemia, siklosporin, nefrotoksisitas, insufiensi ginjal
4 Gentamisin
ISK, infeksi - Krim cisplatin, hipomagnesemia
saluran nafas, diuretik poten pada pemberian
meningitis, (misalnya Asam jangka panjang,
infeksi kulit etakrilat,
dan jaringan
lunak.
Gejala yg 2 x sehari Sirup Simetidin & Urtikaria, ruam Penderita
terkait tetrasiklin. kulit, pruritus, gangguan fungsi
dengan asam angioedema & ginjal
lambung gangguan GI spt
berlebih; diare, mual,
gastritis, muntah, glositis
ulkus & stomatitis.
5 Antasid peptikum dan
duodenum
dgn gejala
seperti, mual,
nyeri
lambung &
nyeri ulu
hati.
Profilaksis - Krim Mempotensiasi Reaksi alergi Gagal ginjal,
dan efek termasuk rasa gangguan fungsi
pengobatan antidiabetes terbakar, gatal hai yang berat,
infeksi pada dari dan ruam; porfiria
6 Sulfadiazine perak
luka bakar; sulfonylureas. argyria
infeksi pada dilaporkan
leg ulcer dan menyusul
pressure penggunaan
sores; yang lama;
profilaksis leukopenia
infeksi di dilaporkan
tempat skin (awasi kadar
graft donor darah).
dan abrasi
ekstensif;
untuk
perawatan
konservatif
luka ujung
jari.
4. Buatlah rekomendasi terapi pada pasien, rute pemberian, regimentasi dosis, dan karakteristik fisika– kimia obat.
Nama obat Rumus Molekul Rumus Struktur Berat Molekul (gr/mol) Pemerian Kelarutan
Dexametason C22H29FO5 392,47 Serbuk hablur, Praktis tidak larut dalam air;
putih sampai agak sukar larut dalam aseton,
praktis putih; dalam dioksan dan dalam
tidak berbau; methanol; sukar larut dalam
stabil diudara; kloroform; sangat sukar larut
melebur pada dalam eter
suhu lebih
kurang 250°
Gentamicin C21H43N5O7 477,6 Berbentuk Sangat mudah larut dalam air;
padat, bentuk larut dalam piridin,
amorf putih dimetilformamida, dalam
media asam dengan
pembentukan garam; cukup
larut dalam metanol, etanol,
aseton; praktis tidak larut dalam
benzena, hidrokarbon
terhalogenasi
Sulfadiazine C10H9AgN4O2S 357,14 Bubuk kristal Praktis tidak larut dalam
perak putih ke putih alkohol, kloroform, dan eter;
krem, tidak sedikit larut dalam aseton; larut
berbau atau bebas dalam larutan amonia
hampir tidak 30%. Ini terurai dalam asam
berbau. Ini mineral yang cukup kuat.
menjadi kuning
saat terkena
cahaya.
Salbutamol C13H21NO3 239,31 Serbuk hablur, Agak sukar larut dalam air;
putih larut dalam etanol; melebur
pada suhu lebh kurang 156°
Triamisinolon C₂₁H₂₇FO₆ 434.5 g/mol Serbuk putih Tidak larut dalam air, sangat
acetonide
hablur mudah larut dalam etanol
Iodine I2 126,96 keping atau sangat sukar larut dalam air,
granul, berat, mudah larut dalam karbon
hitam keabu- disulfida, kloroform, eter,
abuan, bau etanol, dan larutan iodida, agak
khas, berkilau sukar larut dalam gliserin
seperti metal.
5. Sampaikan kepada dokter penulis resep jika resep pada masalah (tulis bagaimana cara
menyampaikannya ke dokter).
LEMBAR KERJA
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI (CPPT)
Nama pasien : Ny. ZN Diagnosa dokter: Sindrom Steven Johnson
Umur : 38 tahun Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Dsn Ringinanom Solo
Ruang perawatan : Anggrek 807 Pekerjaan :-
O:
TD : 110/90 mmHg
RR : 25x/menit
N : 70 x/menit
A:
P:
1. Pemberhentian penggunaan Gentamicin
krim 0,3%
2. Pemberhentian penggunaan Antasid syrup
3. Penambahan salbutamol inhalasi untuk
sesak nafas
4. Penambahan tetes mata gentamisin untuk
mencegah infeksi mata
5. Penambahan betadine gargle dan Kenalog
in oral base
6. Frekuensi pemberian dexamethasone
injeksi di tingkatkan menjadi 4 kali sehari.
7. Penurunan dosis untuk gentamicin injeksi
menjadi 80 mg/12 jam.
Apoteker : Selamat siang dok, apakah benar ini dengan dokter Shifa Nur A?
Dokter : Iya benar mba
Apoteker : Perkenalkan saya Hanum apoteker penanggung jawab di Instalasi Rumah Sakit
Enggal Senggal
Dokter : Oh iya mba, ada yang bisa dibantu mba?
Apoteker : Iya dok, saya ingin mengkonfirmasikan kembali mengenai resep dari dokter
untuk pasien atas nama Ny ZN yang berada di ruang Anggrek 807
Dokter : Baik, silahkan mba
Apoteker : Begini dok, jadi setelah saya melakukan skrining resep tadi ditemukan bahwa
terdapat duplikasi obat, adanya pengobatan tanpa indikasi maupun indikasi tanpa
obat, terdapat obat yang tidak sesuai dosis, serta terdapat beberapa obat yang tidak
lengkap aturan penggunaannya
Dokter : Kalau boleh tau untuk obat duplikasi apa saja ya mba?
Apoteker : Untuk duplikasi terdapat Gentamicin injeksi dan Gentamicin krim dok
Dokter : Begitu ya, kira-kira menurut mba bagaimana?
Apoteker : Menurut saya sebaiknya untuk penggunaan krimnya dihentikan saja dok, karena
sudah terdapat juga krim sulfadiazine perak
Dokter : Iya begitu saja, lalu tadi yang belum lengkap aturan pakainya obat apa ya mba?
Apoteker : Sebenarnya diresep tadi untuk Gentamicin krim sama sekali tidak ada aturan
penggunaannya dok, lalu untuk salep Sulfadiazine perak hanya dikatakan untuk
penggunaan luar
Dokter : Oh iya, tapi tadi kan Gentamicin krim sudah tidak jadi dipakai. Berarti tinggal
yang sulfadiazine perak kan? Itu digunakan seperlunya saja mba tiap 4 jam
Apoteker : Baik dok. Ohiya dok untuk Dexametason sebaiknya dilakukan penambahan
interval penggunaan menjadi 4 kali sehari dan untuk dosis Gentamicin sebaiknya
diturunkan menjadi 80 mg dok untuk tatalaksana pada pasien dengan Sindrom
Steven-Johnson ini
Dokter : Dexametasonnya apa tidak kelebihan kalau begitu?
Apoteker : Menurut jurnal untuk pasien dengan sindrom ini saat pengobatan pertama ada
baiknya diberikan 4-6 kali sehari, setelah lesinya membaik maka dilakukan
tappering off sampai dosis 5 mg/hari dok.
Dokter : Baik kalau seperti itu, kita tingkatkam saja frekuensi pemberian Dexametason
menjadi 4 kali, apakah ada lagi?
Apoteker : Untuk keluhan pasien lesi pada mulut itu sebaiknya diberikan tambahan terapi
kenalog in oral base 2-3 kali/hari, kemudian betadine gargle 3-5 kali sehari dok,
Dokter : Baik kalau seperti itu, kita tambahkan saja pemberian obat tersebut, apakah ada
lagi?
Apoteker : Untuk pemberian antasida pada pasien saya sarankan untuk dihentikan saja dok,
karena tidak ada data hasil lab ataupun keluhan yang dirasakan pasien yang
berhubungan dengan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak usus dua belas
jari dok
Dokter : Baik kalau seperti itu, kita hentikan pemberian obat tersebut, apakah ada lagi?
Apoteker : Untuk sesak nafas yang dikeluhkan pasien saya dapat sarankan untuk diberikan
salbutamol inhalasi 3 x 2,5 mg tiap 20 menit, mengingat kondisi pasien yang sulit
menelan dan mulutnya luka Dok itu saja dok.
Dokter : Okey, kita ikuti saran dari mba dan nanti akan dilakukan monitoring terhadap
pasien ya
Apoteker : Baik dok, kalau begitu saya permisi dulu. Terimakasih dok, selamat siang
Dokter : Iya silahkan mba, selamat siang
A Mansjoer S, Wardhani WI, Setiowulan W. 2000. Erupsi Alergi Obat. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Media Aesculapius
Adithan, C., 2006. Stevens-Johnson Syndrome. In: Drug Alert Departement of Pharmacology
Volume 2 Issue 1. India: JIPMER, 1-4
Bunker, C. B., Ardern-Jones, M. R., Watson, K. M. T., Wong, G. A. E., Philippidou, M.,
Vercueil, A., Martin, R. V., Williams, G., Shah, M., Brown, D., Williams, P., Mohd
Mustapa, Creamer, D., Walsh, S. A., Dziewulski, P., Exton, L. S., Lee, H. Y., Dart, J. K.
G., Setterfield, J., M. F., & Smith, C. H. (2016). UK guidelines for the management of
Stevens-Johnson syndrome/toxic epidermal necrolysis in adults 2016. Journal of Plastic,
Reconstructive and Aesthetic Surgery, 69(6), e119–e153.
https://doi.org/10.1016/j.bjps.2016.01.034
Diana, R., & Irawanto, M. E. (2020). Patofisiologi dan Manajemen Terapi Sindrom Steven-
Johnson (SSJ) dan Nekrolisis Epidermal Toksik (Net ). MEDICINUS, 33(2), 50–62.
Djuanda, A. (2007). Sindrom Stevens-Johnson. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (Edisi 5).
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Fakoya, A. O. J., Omenyi, P., Anthony, P., Anthony, F., Etti, P., Otohinoyi, D. A., & Olunu, E.
(2018). Stevens - Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis; extensive review of
reports of drug-induced etiologies, and possible therapeutic modalities. Open Access
Macedonian Journal of Medical Sciences, 6(4), 730–738.
https://doi.org/10.3889/oamjms.2018.148
Fitriany, J., & Alratisda, F. (2019). Stevens Johnson syndrome. Jurnal Averrous, 5(1), 487–488.
Karsenda, Y. (2013). Pemberian Kortikosteroid Pada Pasien Sindrom Steven- Johnson. Medula,
1(3), 93–97. http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/viewFile/118/116
Ramayanti, S. (2011). Manifestasi Oral Dan Penatalaksanaan Pada Penderita Sindrom Stevens-
Johnson. Majalah Kedokteran Andalas, 35(2), 91.
https://doi.org/10.22338/mka.v35.i2.p91- 97.2011
Sharma, V. K., & Sethuraman, G. (1996). Adverse cutaneous reactions to drugs: an overview.
Journal of Postgraduate Medicine, 42(1), 15–22.