Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

“ ANEMIA “

A. KONSEP MEDIK
1. Pengertian
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah
Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000: 22).
Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih
rendah dari nilai normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41%
pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada wanita. (Arief Mansjoer, 201:454).

2. Etiologi
a. Defisit zat besi
b. Faktor-faktor hereditas
c. Penyakit kronis

3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinis
a. Kelemahan
b. Pucat
c. Mudah Lelah
d. Keletihan
e. Palpitasi

5. Klasifikasi
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
- agen neoplastik/sitoplastik
- terapi radiasi, antibiotic tertentu
- obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
- infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang



Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)

Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik

Gejala-gejala:
- Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
- Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
- Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
- Hematokrit turun 20-30%
Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun
defisiensi eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang
normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis
dan berbagai keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
- Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
- Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
- Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus,
hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)

sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
- Atropi papilla lidah
- Lidah pucat, merah, meradang
- Stomatitis angularis, sakit di sudut mulu
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
- Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
- Malnutrisi, malabsorbsi, infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu
alkohol.

Sintesis DNA terganggu



Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah


disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
- Pengaruh obat-obatan tertentu
- Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik
- Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
- Proses autoimun
- Reaksi transfusi
- Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit



Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Fertinin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi.
b. Kadar B12 serum rendah pada anemia pernisiosa.
c. Tes comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimun.
d. Hemoglobin elektroforesi mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormal pada
penyakit sel sabit.
e. Tes schiting digunakan untuk mendiognosa defisiensi vitamin B12.

7. Komplikasi
a. Kardiomegali
b. Gagal Jantung
c. Gagal Ginjal
d. Gagal Jantung Paralisis

8. Pengobatan
a. Terapi Vitamin B12
b. Terapi Analgetik dan Anti Anemia
c. Transfusi PRC sampai kadar Hb : 11 – 16,5 gr %

B. KONSEP KEPERAWATAN
a) Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian
merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
individu. Dalam hal ini yang perlu dikaji pada pasien berupa:

 Aktivitas dan Istirahat


Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise,
Penurunan semangat untuk bekerja,
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : Takikardi/Takipnea
Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
Tanda – tanda lain yang menunjukkan keletihan
 Sirkulasi
Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya: perdarahan GI,
Menstruasi berat, Palpitasi
Tanda : Hipotensi
Ektremitas ( Warna ) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
 Eliminasi
Gejala : Riwayat gagal ginjal
Tanda : Hematemesis, feses dengan darah segar,
Konstipasi
 Makanan dan Cairan
Gejala : Penurunan masukan diet
Mual , Anoreksia
Penurunan berat badan
Tanda : Membrane mukosa kering/pucat
 Nyeri dan Kenyamanan
Gejala : Sakit Kepala
Tanda :-
 Pernafasan
Gejala : Nafas pendek pada saat istirahat dan aktivitas
Tanda : Takipnea, Dispnea

b) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dimiliki muncul pada penderita anemia adalah
sebagai berikut :
1. Perubahan Perfusi jaringan B/D penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen/nutrien ke sel.
2. Nyeri b/d kerusakan mukosa usus halus
3. Perubahan pola nutrisi b/d intake yang tidak adekuat
4. Intoleran aktifitas B/D Kelemahan Umum
5. Kurang perawatan diri B/D perubahan sirkulasi dan neurologist (anemia), gangguan
mobilitas, defisit nutrisi.
6. Kurang pengetahuan B/D kurang informasi tentang penyakit.

c). Perencanaan
Menurut Marilyn E. Dongoes, dkk (1999;569-581), intervensi ataupun
perencanaan yang dapat dilaksanakan pada klien dengan penyakit anemia adalah
sebagai berikut :
DX 1 : Nyeri b/d kerusakan mukosa usus halus
Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol
Kriteria hasil : Klien mengatakan nyerinya berkurang, TTV dalam batas normal,
klien tidak cemas, klien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik
relaksasi, wajah pasien rileks, skala nyeri 0 – 3.
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri.
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan
keperawatan.
2. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.
Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan
otot serta mengurangi nyeri.
4. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional : Relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih
nyaman.
5. Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi
lebih nyaman.
DX 2 : Perubahan pola nutrisi b/d intake yang tidak adekuat
Tujuan : Nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil : Klien mengatakan tak mual lagi, nafsu makan klien meningkat porsi
makan di habiskan, pasien mampu mengungkapkan bagaimana cara
mengatasi malas makan, pasien tidak lemas, BB Naik.
Intervensi :
1. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
2. Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas intervensi
nutrisi.
3. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering
Rasional : Makan sedikit dapat menurun kelemahan dan meningkatkan serta
mencegah distensi gaster.
4. Berikan dan Bantu personal hygiene mulut sebelum dan sesudah makan
menggunakan sikat gigi halus untuk penyikatan lembut.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral menurunkan
pertumbuhan bakteri dan meminimalkan pertumbuhan infeksi.
5. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan
nafsu makan

DX 3 : Intoleran aktifitas B/D Kelemahan Umum


Tujuan : Aktivitas klien kembali normal
Kriteria hasil : KU Baik, Klien dapat melakukan aktivitas sendiri, KO dlam batas
normal 5 5 , Klien tidak mengeluh badan terasa lemah.
5 5
Intervensi :
1. Kaji kemampuan klien untuk melakukan tugas/AKS.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi / bantuan
2. Awasi tekanan darah, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktifitas.
Rasional : Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
3. Berikan lingkungan yang tenang, pertahankan tirah baring, pantau dan batasi
pengunjung.
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen
tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
4. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing
Rasional : Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan
pusing berdenyut dan peningkatan resiko cedera.
5. Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat
Rasional : Mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regangan
pada system jantung dan pernafasan.
DAFTAR PUSTAKA

- Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,


Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999.
- Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999.
- http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/14415 Terapi Akupunktur untuk
Vertigo.pdf/144_15TerapiAkupunkturuntukVertigo.html
- Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran No.
144, Jakarta, 2004.

Anda mungkin juga menyukai