Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HIDROSEFALUS

OLEH :

NAMA : INTAN ANGELINA DOMBO

NIM : 201901011

PROGRAM STUDI S1 NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU

2021
PEMBAHASAN

1. Definisi

Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan


bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan
maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang
meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan
serebrospinalis

2. Etiologi
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi (NANDA,
NIC-NOC, 2012) adalah:

a. Stenosis Aquaductus sylvii merupakan penyebab yang paling sering pada


bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali
atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus
terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah
lahir.
b. Spina bifida dan cranium bifida Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-
Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan
cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga
terjadi penyumbatan sebagian/total.
c. Sindrom Dandy-Walker Merupakan atresia congenital foramen luscha dan
mengendie dengan akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem
ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah
losa posterior.
3. Patofisiologis

Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi (meningitis,
pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis aquaductus
sylvii) sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada
ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan
2
ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan
mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat
pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami
pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat
merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada
kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia
tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal
(Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada
ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu
penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma
dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel
IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar
ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan mengalami
pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara
disproporsional.

4. Klasifikasi

Menurut waktu pembentukan hidrosefalus pada anak di bedakan menjadi dua, yaitu :

a. Konginetal Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan. Sehingga pada


saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil. Terdesak oleh banyaknya cairan
didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel
otak terganggu.

b. Di dapat Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya


adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala yang menyerang otak
dan pengobatannya tidak tuntas.

3
5. Manifestasi klinis

Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes;1998) dalam


NANDA, NIC-NOC , 2012 :

a. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II
b. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
c. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
d. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan
mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala
e. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
f. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya,
kelopak mata tertarik ke atas)
g. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbita
h. Sklera mata tampak di atas iris
i. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat
j. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan
kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital.

6. Pemeriksaan penunjang
a. Skan temografi komputer (CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel dan
membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya (neoplasma,
kista, malformasi konginetal atau perdarahan intra kranial)
b. Fungsi ventrikel kadang digunakan untuk mengukur tekanan intra kranial,
mengambil cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk
pengulangan pengaliran).
c. EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
d. Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelainan dalam kepala
e. MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi mengenai struktur otak
tanpa kena radiasi

4
7. Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining”
yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan
tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan
kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:

a. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis


dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid
(diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal. 
b. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan
tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid 
c. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni: 

1) Drainase ventrikule-peritoneal 
2) Drainase Lombo-Peritoneal 
3) Drainase ventrikulo-Pleural 
4) Drainase ventrikule-Uretrostomi 
5) Drainase ke dalam anterium mastoid 

8. Komplikasi

a. Peningkatan TIK
b. Kerusakan otak
c. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
d. Emboli otak
e. Obstruksi vena kava superior
f. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
g. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
h. Kematian

5
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Anamnesa

b. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,


pendidikan, pekerjaan, alamat

c. Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah apatis,
penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.

d. Riwayat penyakit terdahulu

1) Antrenatal : Perdarahan ketika hamil

2) Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir

3) Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma

e. Riwayat penyakit keluarga

f. Pengkajian persistem

1) B1 ( Breath ) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas

2) B2 ( Blood ) : Pucat, peningkatan systole tekanan darah, penurunan nadi

3) B3 ( Brain ) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan


mengkilat, pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan ganda,
kontruksi penglihatan perifer, strabismus ( juling ), tidak dapat melihat
keatas “ sunset eyes ”, kejang

4) B4 ( Bladder ) : Oliguria

5) B5 ( Bowel ) : Mual, muntah, malas makan

6) B6 ( Bone ) : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstrimitas

g. Observasi tanda tanda vital

6
1) Peningkatan systole tekanan darah

2) Penurunan nadi/bradikardia

3) Peningkatan frekuensi pernapasan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK

b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan pembesaran kepala

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan


dengan muntah sekunder akibat kompresi serebral dan iritabilitas.

3. RENCANA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatn diharapkan rasa nyeri akan berkurang
/hilang

Kriteria hasil:

1) Klien merasa nyaman

2) Nyeri kepala berkurang

3) Tampak rileks

4) Tidak meringgis dan kesakitan

5) Nadi normal RR normal

Intervensi

1. Tampilkan pengkajian secara menyeluruh tentang nyeri lokasi,karakteristik durasi


frekuensi kulitas intensitas dan faktor predisposisi nyeri.

2. Pasien menerima analgesik yang tepat

7
3. Ajarkan untuk menggunakan teknik nonfarmakologi

4. Observasi isyarat non verbal dan ketidaknyamanan terutama jikat tidak dapat
berkomunikasi secara efektif

5. Pantau dan catat TTV

6. Jelaskan pada orang tua bahwa anak dapat menangis lebih keras bila mereka ada
tetapi kehadiran mereka itu penting untuk meningkatakan kepercayaan

7. Gunakan tekni distraksi seperti dengan bercerita tentang dongeng menggunakan


boneka

Rasional

1. Pengkajian menyeluruh memudahkan dalam penanganan nyeri

2. Pemberian analgesik untuk mengurangai rasa nyeri.


3. Tekhnik relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri.
4. Isyarat non verbal dapat memberikan gambaran tingkat nyeri yang dialami
klien.
5. Perubahan TTV dapat menunjukkan trauma batang otak.
6. Pemahaman orang tua mengenai pentingnya kehadiran, kapan anak harus
didampingi atau tidak, berperan penting dalam menngkatkan kepercayaan
anak.

7. Teknik ini akan membantu mengalihkan perhatian

b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan pembesaran kepala

Tujuan : klien tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan

Kriteria hasil: Pertumbuhan dan perkembangan klien tidak mengalami keterlambatan


dan sesuai dengan tahapan usia

8
Intervensi

1. Memberikan diet nutrisi untuk pertumbuhan (asuh)

2. Memberikan stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan kepada anak (asah)

3. Memberikan kasih saying(asih)

Rasional

1. Mempertahankan berat badan agar tetap stabil

2. Agar perkembangan klien tetap optimal

3. Memenuhi kebutuhan psikologis

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


muntah sekunder akibat kompresi serebral dan iritabilitas.

Tujuan: Setelah dilaksakan asuhan keperawatan diharapkan ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh teratasi

Kriteria hasil: Tidak terjadi penurunan berat badan sebesar 10% dari berat awal,
tidak adanya mual-muntah.

Intervensi

1. Pertahankan kebersihan mulut dengan baik sebelum dan sesudah mengunyah


makanan.
2. Tawarkan makanan porsi kecil tetapi sering untuk mengurangi perasaan tegang pada
lambung
3. Atur agar mendapatkan nutrien yang berprotein/ kalori yang disajikan pada saat
individu ingin makan
4. Timbang berat badan pasien saat ia bangun dari tidur dan setelah berkemih pertama
5. Konsultasikan dengan ahli gizi mengenai kebutuhan kalori harian yang realistis dan
adekuat

9
Rasional
1. Mulut yang tidak bersih dapat mempengaruhi rasa makanan dan meninbulkan mual
2. Makan dalam porsi kecil tetapi sering dapat mengurangi beban saluran pencernaan.
Saluran pencernaan ini dapat mengalami gangguan akibat hidrocefalus
3. Agar asupan nutrisi dan kalori klien adeakuat
4. Menimbang berat badan saat baru bangun dan setelah berkemih untuk mengetahui
berat badan mula-mula sebelum mendapatkan nutrient
5. Konsultasi ini dilakukan agar klien mendapatkan nutrisi sesuai indikasi dan
kebutuhan kalorin

10
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin,Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System


Persyarafan.Jakarta:Salemba Medika

Ngoerah, Igusti Ngoerah.2001.Dasar-dasar Ilmu Penyakit Saraf.Jakarta:EGC

Suddart, &Brunner.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC

Mc Closky & Bulechek. (2002). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America:Mosby.

Meidian, JM. (2002). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of


America:Mosby.

Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 23 oktober 2017

11

Anda mungkin juga menyukai