1
Corresponding Author:
Dinda Bayu Asmara
Naufallia Dwi Pratiwi
Akhsan Maulana Rusadi
D4 Teknik Sipil
D4 Teknik Sipil
D4 Transportasi
Universitas Negeri Surabaya
Universitas Negeri Surabaya
Universitas Negeri Surabaya
Email: Dindabayu.21014@mhs.unesa.ac.id
naufallia.21068@mhs.unesa.ac.id
akhsanmaulana.21029@mhs.unesa.ac.id
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan zaman dan perkembangan teknologi memberikan dampak positif bagi
kehidupan manusia karena membuat segala sesuatunya menjadi lebih praktis, seolah-olah tidak
ada batasan jarak. Namun, selain ketimpangan sosial melalui kapitalisme, perkembangan dan
perkembangan teknologi juga menimbulkan kerusakan alam, pencemaran lingkungan, dan
kerusakan ekosistem. Dalam konteks ini, pembangunan berkelanjutan harus diupayakan.
Sustainable Development Goals (SDGs) adalah kesepakatan antara 193 negara anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang didirikan pada tahun 2015 untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat global, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, sebagai agenda pembangunan global,
SDGs diselaraskandengan RPJMN dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari agenda
pembangunan nasional. SDGs menangani isu-isu pembangunan secara lebih luas, baik secara
kualitatif (mengatasi isu-isu pembangunan yang tidak termasuk dalam MDGs) dan secara
kuantitatif ditujukan untuk pencapaian penuh setiap tujuan dan target. SDGs juga bersifat
universal, memberikan peran yang seimbang bagi semua negara, baik negara maju maupun negara
berkembang serta negara dengan Sustainable Development Goals (SDGs) dengan 17 target dan
169 target. Setiap negara memiliki peran dan tanggung jawab yang sama untuk mencapai SDGs.
Indonesia berkomitmen kuat terhadap implementasi SDGs, karena tujuan pembangunan nasional
dan tujuan pembangunan global saling memperkuat. SDGs disusun dengan partisipasi semua aktor
pembangunan, baik itu pemerintah, organisasi masyarakat sipil (CSO), sektorswasta, akademisi,
dll. Sekitar 8,5 juta suara warga di seluruh dunia juga berkontribusi pada tujuan dan target SDGs.
Pembangunan infrastruktur yang tidak seimbang telah menyebabkan disparitas
infrastruktur yang relatif besar antar wilayah, khususnya antara Indonesia bagian barat dan
Indonesia bagian timur, dan pemerintah perlu mengintegrasikan kembali konektivitas antara
infrastruktur darat, laut, dan udara dalam bentuk
pengembangan kota pesisir, kota pelabuhan komersial, kota bandar udara nasional/internasional.
B. Rumusan Masalah
Membuka peluang ekonomi baru bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan
ketimpangan. Kondisi ini tidak lepas dari upaya pemerintah membangun infrastruktur dan industri
untuk membangun interkoneksi, yang dibuktikan dengan pembangunan jalan, rel kereta api,
pelabuhan, dan bandara. Upaya apa saja yang dilakukan agar pembangunan infrastruktur mampu
mencapai tujuan dan sasaran SDGs diantaranya adalah mengembangkan infrastruktur berkualitas
tinggi, andal, berkelanjutan dan tangguh, termasuk infrastruktur regional dan lintas batas, untuk
mendukung pembangunan ekonomi dan kesejahteraan manusia, dengan penekanan pada akses
yang terjangkau dan adil untuk semua.
C. Tujuan
Tujuan penulisan ini diantaranya adalah:
1. Mengembangkan infrastruktur berkualitas tinggi yang andal, tahan lama dan tangguh,
termasuk infrastruktur regional dan lintas batas, untuk mendukung pembangunan ekonomi
dan kesejahteraan manusia, dengan penekanan pada akses yang terjangkau dan adil untuk
semua.
2. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi secara berkelanjutan.
3. Menjadikan kota dan permukiman yang adil, merata, aman dan tangguh.
4. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
D. Manfaat
Kami berharap studi ini dapat bermanfaat bagi pengambil kebijakan dalam melaksanakan
pembangunan infrastruktur untuk menyukseskan program SDGs.
1
mengembangkan infrastruktur diperlukan kerja sama berbagi badan juga bidang. Seperti contoh
sebagai berikut menurut Media indonesia Kondisi infrastruktur Indonesia saat ini diklasifikasikan
sebagai kondisi yang belum tercukupi dan tertinggal dari negara lain. Fakta yang ditemukan ialah
kondisi jalan nasional yang kurang layak sebesar 10,64%, akses masyarakat terhadap air bersih
18,31% (Kementerian Pu-Pera, 2015), rasio elektrifikasi 88,30% (Kementerian ESDM, 2015).
Kondisi ini semakin dipertegas dalam Global Competitiveness Index (GCI) yang menempatkan
Indonesia pada rangking ke-61 mengenai infrastrukturnya (World Economic Forum, 2013).
Maka ditemukan hasil dari data diatas bahwa dalam upaya pengembangan infrastruktur
perlu adanya pertama, perencanaan yang berkualitas sangat diperlukan untuk mengurangi devisi
antara perencanaan dan kebutuhan dana yang riil sehingga meningkatkan kredibilitas dan efisiensi
penggunaan dana APBN. Dalam proses perencanaan anggaran, kementerian teknis selaku pemilik
proyek perlu segera melakukan peningkatan kualitas perencanaan kebutuhan tanah agar nominal
kebutuhan dana yang dihasilkan dari proses ini semakin mencermin kan kebutuhan berdasarkan
riil. Ini akan berdampak pada efisiensi pengadaan. Alokasi yang ada di APBN harus dijaga
kredibilitasnya. Dan hal ini hanya akan terwujud apabila dalam perencanaan PSN (skema
pendanaan pengadaan tanah proyek strategis nasional) dilakukan dengan tepat dan efektif.
Kedua, setiap pemangku kepentingan diharapkan dapat menjaga tata kelola yang baik
atau good governances dan memiliki perangkat pengawasan serta mekanisme quality assurance
yang memadai. Guna meningkatkan percepatan penggantian dana talangan oleh badan usaha,
kiranya diperlukan upaya secara bersama-sama dari seluruh pihak yang terkait mulai dari panitia
perijinan tanah atau P2T (Pelayanan Perijinan Terpadu) yakni Kementerian ATR (Kementerian
Agraria dan Tata Ruang) atau BPN (Badan Pertanahan Nasional) tempatnya Bu Arie (Arie
Yuriwin, Direktur Jenderal Pengadaan Tanah), pejabat pembuat komitmen atau PPK dari unsur
kementerian-lembaga hingga BPKP yang mengawal proses pendanaan pengadaan tanah ini untuk
PSN ini agar mengawal sedini mungkin proses pelaksanaan pengadaan tanah terhadap kualitas dan
terutama kelengkapan dokumentasinya yang menjadi titik krusial terkait dengan pertanggung
jawaban pelaksanaan anggaran.
Ketiga, setiap pemangku kepentingan diharapkan dapat menjaga tata kelola yang baik
atau good governances dan memiliki perangkat pengawasan serta mekanisme quality assurance
yang memadai. Berikut adalah hal hal penting yang harus di utamakan dalam upaya percepatan
pembangunan menurut Wamenkeu dalamacara yang juga merupakan peringatan ulang tahun ke-2
Lembaga Manajemen Aset Negara.
4. KESIMPULAN
Pembangunan pada sektor infrastruktur memiliki peran yang penting bagi pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Infrastruktur yang memadai, akan berdampak pada peningkatan
pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Oleh karena itu beberapa negara cenderung berusaha untuk
fokus memmbangun sektor infrastruktur agar berdampak positif bagi pertumbuhan
ekonominya.Begitu halnya juga dengan Indonesia, berbagai usaha yang melibatkan pemerintah
dan masyarakat di upayakan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung
pembangunan infrastruktur. Hal ini dikarenakan, ketersediaan infrastruktur yang memadai
merupakan kunci sukses dalam percepatan pembangunan suatu negara, baik menyangkut
pembangunan ekonomi dan sosial.