Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Diabetes Mellitus

Sub Topik : Pencegahan Diabetes Mellitus

Sasaran : Masyarakat Umum di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar


Timur

Tempat :

Hari / Tanggal : Jumat, 22 Desember 2017

Waktu : Pukul 09.00-selesai

A. Latar Belakang Masalah


Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner&Suddarth,
2002). Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Arjatmo, 2002).
Saat ini penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa adanya
kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM type 2 di
berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia. Badan kesehatan dunia (WHO)
memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang DM yang menjadi salah
satu ancaman kesehatan global. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang
DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta di tahun
2030. Laporan ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM
sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035.
Sedangkan International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya
kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014
menjadi 14,1 juta pada tahun 2035.
Data Kementrian kesehatan tahun 2014 tentang persentase penyebab
kematian di Indonesia menunjukkan bahwa DM menyumbang sebesar 6,7 %
angka kematian alibat penyakit di Indonesia (Balitangkes-Kementrian Kesehatan,
2014)
Indonesia merupakan negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi
lemah yang menghadapi kasus DM. Prevalensi penyakit DM di Indonesia
meningkat dari tahun ke tahun sehingga Indonesia merupakan negara yang
menempati urutan ke- empat dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia
setelah India, Cina dan Amerika Serikat. DM juga diketahui merupakan penyebab
kematian tertinggi di bagian instalasi rawat inap di rumah sakit pada tahun 2005
di Indonesia yaitu sebanyak 3.316 kematian dengan case fertility rate (CFR)
7,9%.

Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi kompliksi akut maupun


komplikasi kronik. Komplikasi akut berupa ketoasidosis diabetik, hiperosmolar
non ketotik, dan hipoglikemia. Sedangkan komplikasi kronik berupa
makroangiopati, mikroangiopati, dan neuropati. Makroangiopati dapat
menyebabkan stroke dan gangguan jantung pada penderita DM, sedangkan
mikroangiopati dapat menyebabkan nefropati diabetik dan retinopati diabetik.
Neuropati diabetik meningkatkan resiko terjadinya ulkus kaki (PERKENI, 2011).
DM biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai
semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit yang
akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit
jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk atau
gangren, infeksi paru-paru.

Dari hasil penelitian Riskesdas tahun 2013 di Bali, penderita DM pada


penduduk usia > 15 tahun yang terdiagnosis DM adalah sebanyak 39.885 jiwa
menderita DM. Hal ini menunjukkan peningkatan penderita DM di pulau Bali.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit diharapakan sasaran dapat
mengerti dan memahami mengenai diabetes melitus & cara pencegahan diabetes
mellitus
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit, sasaran dapat:
a. Memahami dan mampu menyebutkan kembali pengertian Diabetes Mellitus
b. Memahami dan mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala Diabetes
Mellitus
c. Memahami dan mampu menyebutkan kembali pencegahan Diabetes
Mellitus.

C. PESERTA PENYULUHAN
Masyarakat Umum di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Denpasar Timur

D. PENYELENGGARA PENYULUHAN
Penyelenggara penyuluhan Pencegahan Diabetes Mellitus adalah mahasiswa
STIKES BALI Prodi Ilmu Keperawatan kelompok 8 yang sedang PLKK IV di
Puskesmas 1 Denpasar Timur.

E. GARIS BESAR MATERI


1. Pengertian Diabetes Mellitus
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
3. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
4. Cara Pencegahan Diabetes Mellitus

F. METODE PELAKSANAAN
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya jawab
G. STRATEGI PELAKSANAAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran

1. 5 Pembukaan :
menit  Penyaji memberikan salam  Peserta membalas
 Penyaji memperkenalkan diri salam
 Penyaji melakukan kontrak topik, waktu  Peserta
dan tempat mendengarkan
penyaji
 Peserta
mendengarkan
penyaji

2. 25 Penyampaian Materi  Sasaran


menit  Penyuluh menggali sedikit informasi mengeksplorasi apa
(15 pada sasaran mengenai Diabetes yang mereka ketahui
menit Mellitus. tentang Diabetes
materi,  Penyuluh menjelaskan materi Mellitus
10 mengenai :  Sasaran
menit 1) Pengertian Diabetes Mellitus memperhatikan
tanya 2) Klasifikasi Diabetes Mellitus penjelasan dan
jawab) 3) Tanda dan Gejala Diabetes mencermati materi.
Mellitus
4) Cara Pencegahan Diabetes
Mellitus

Tanya Jawab  Sasaran mengajukan


 Penyuluh membuka sesi tanya jawab. pertanyaan.
 Penyuluh menjawab pertanyaan  Sasaran
sasaran. memperhatikan
jawaban yang
diberikan.
3. 10 Evaluasi
menit  Penyaji menanyakan kepada peserta  Peserta menjawab
beberapa pertanyaan mengenai materi pertanyaan sesuai
yang telah disampaikan dengan
pemahaman.
4. 5 Terminasi  Peserta
menit  Penyaji menyimpulkan seluruh materi mendengarkan
 Penyaji mengucapkan terimakasih penyaji
 Penyaji menyampaikan salam Penutup  Peserta membalas
terimakasih dari
penyaji
 Peserta membalas
salam

H. MEDIA DAN ALAT


1. Leaflet
2. Lembar Balik

I. SETTING TEMPAT

Keterangan gambar:
: Penyuluh/Penyaji
: Peserta

J. PENGORGANISASIAN
 Penyuluh/Penyaji : I Desak Ayu Erma Suryani
 Moderator : Sagung Mirah Purnama Dewi
 Notulen : Luh Diah Widhiasrini
 Seksi konsumsi : 1. I Wayan Suadnyana
2. I Wayan Beni Setiawan

 Seksi dokumentasi : Gede Trisha Ananda

K. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Rencana kegiatan dipersiapkan dua hari sebelum kegiatan dengan melakukan
kontrak sebelumnya dengan keluarga satu hari sebelum kegiatan. Sarana
prasarana seperti leaflet dan materi penyuluhan disiapkan paling lambat dua
hari sebelum pelaksanaan.
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan berlangsung tepat waktu
b. Peserta yang hadir 50% dari jumlah total peserta
c. Peserta yang aktif bertanya 50% dari total peserta.
3. Evaluasi Hasil
Sasaran penyuluhan mampu :
a. Memahami dan mampu menyebutkan kembali pengertian Diabetes
Mellitus 90%
b. Memahami dan mampu menyebutkan kembali pengertian Senam Kaki
Diabetik 75%
c. Memahami dan mampu menyebutkan kembali Manfaat Senam Kaki
Diabetik 60%
d. Memahami dan mampu mempratekkan kembali Gerakan Senam Kaki
Diabetik 50%

L. LAMPIRAN-LAMPIRAN
a. Materi
b. Soal
c. Leaflet
LAMPIRAN MATERI
SENAM KAKI DIABETIK

A. PENGERTIAN DIABETES MELLITUSl


Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolic dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
gangguan kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (PERKENI, 2011)
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Menurut kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan Endrokinologi
Indonesia) tahun 2011, seseorang mengalami diabetes mellitus apabila memiliki
kadar gula darah puasa > 126 mg/dL dan pada waktu 2 jam setelah makan > 200
mg/dL.

B. KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS


1. Diabetes Tipe 1,
DM tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel b pankreas (reaksi
autoimun). Bila kerusakan sel beta telah mencapai 80--90% maka gejala
DM mulai muncul. Perusakan sel beta ini lebih cepat terjadi pada anak-
anak daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM tipe 1 mempunyai
antibodi yang menunjukkan adanya proses autoimun, dan sebagian kecil
tidak terjadi proses autoimun. Kondisi ini digolongkan sebagai tipe 1
idiopatik. Sebagian besar (75%) kasus terjadi sebelum usia 30 tahun, tetapi
usia tidak termasuk kriteria untuk klasifikasi.
2. Diabetes Tipe 2,
DM tipe 2 merupakan 90% dari kasus DM yang dulu dikenal sebagai
non-insulin dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada diabetes ini
terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja di jaringan perifer (insulin
resistance) dan disfungsi sel beta. Akibatnya, pankreas tidak mampu
memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin resistan.
Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif. Gejala
minimal dan kegemukan sering berhubungan dengan kondisi ini,yang
umumnya terjadi pada usia > 40 tahun. Kadar insulin bisa normal, rendah,
maupun tinggi, sehingga penderita tidak tergantung pada pemberian insulin.
3. DM Dalam Kehamilan
DM dan kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus - GDM) adalah
kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistan (ibu
hamil gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat
keluarga DM, kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan
morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan
makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin
lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia.
Frekuensi GDM kira-kira 3--5% dan para ibu tersebut meningkat risikonya
untuk menjadi DM di masa mendatang.
4. Diabetes Tipe Lain,
Subkelas DM di mana individu mengalami hiperglikemia akibat
kelainan spesifik (kelainan genetik fungsi sel beta), endokrinopati (penyakit
Cushing’s , akromegali), penggunaan obat yang mengganggu fungsi sel
beta (dilantin), penggunaan obat yang mengganggu kerja insulin
(badrenergik), dan infeksi/sindroma genetic (Down’s, Klinefelter’s).

C. TANDA DAN GEJALA DIABETES MELLITUS


Manifestasi utama penyakit DM adalah hiperglikemia, yang terjadi akibat
1. berkurangnya jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel;
2. berkurangnya penggunaan glukosa oleh berbagai jaringan; dan
3. peningkatan produksi glukosa (glukoneogenesis) oleh hati.
Poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan sekalipun asupan kalori memadai,
merupakan gejala utama defisiensi insulin. Kadar glukosa plasma jarang
melampaui 120 mg/dL pada manusia normal, kadar yang jauh lebih tinggi selalu
dijumpai pada pasien defisiensi kerja insulin. Setelah kadar tertentu glukosa
plasma dicapai (pada manusia pada umumnya >80 mg/dL), taraf maksimal
reabsorpsi glukosa pada tubulus renalis akan dilampaui, dan gula akan
diekskresikan ke dalam urine (glukosuria). Volume urine meningkat akibat
terjadinya diuresis osmotik dan kehilangan air yang bersifat obligatorik pada
saat yang bersamaan (poliuria) : kejadian ini selanjutnya akan menimbulkan
dehidrasi (hiperosmolaritas), bertambahnya rasa haus dan gejala banyak minum
(polidipsia). Glukosuria menyebabkan kehilangan kalori yang cukup besar (4,1
kkal untuk setiap gram karbohidrat yang diekskresikan keluar); kehilangan ini,
jika ditambah lagi dengan hilangnya jaringan otot dan adiposa, akan
mengakibatkan penurunan berat badan yang hebat meskipun terdapat
peningkatan selera makan (polifagia) dan asupan kalori yang normal atau
meningkat (Granner, 2003).

D. CARA PENCEGAHAN DIABETES MELLITUS


Usaha pencegahan pada penyakit DM terdiri dari : Pencegahan primordial
yaitu pencegahan kepada orang-orang yang masih sehat agar tidak memilki
faktor resiko untuk terjadinya DM, pencegahan primer yaitu pencegahan kepada
mereka yang belum terkena DM namun memiliki faktor resiko yang tinggi dan
berpotensi untuk terjadinya DM agar tidak timbul penyakit DM, pencegahan
sekunder yaitu mencegah agar tidak terjadi komplikasi walaupun sudah terjadi
penyakit, dan pencegahan tersier yaitu usaha mencegah agar tidak terjadi
kecacatan lebih lanjut walaupun sudah terjadi komplikasi.
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor
predisposisi/resiko terhadap penyakit DM. Sasaran dari pencegahan
primordial adalah orang-orang yang masih sehat dan belum memiliki
resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk
penyakit DM. Edukasi sangat penting peranannya dalam upaya
pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti
penyuluhan mengenai pengaturan gaya hidup, pentingnya kegiatan
jasmani teratur, pola makan sehat, menjaga badan agar tidak terlalu
gemuk dan menghindari obat yang bersifat diabetagenik.
2. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk
kelompok resiko tinggi, yakni mereka yang belum terkena DM, tetapi
berpotensi untuk mendapatkan penyakit DM. pada pencegahan primer
ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
DM dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut. Pada
pengelolaan DM, penyuluhan menjadi sangat penting fungsinya untuk
mencapai tujuan tersebut. Materi penyuluhan dapat berupa : apa itu DM,
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya DM, usaha untuk
mengurangi faktor-faktor tersebut, penatalaksanaan DM, obat-obat untuk
mengontrol gula darah, perencanaan makan, mengurangi kegemukan,
dan meningkatkan kegiatan jasmani.
a. Penyuluhan
Edukasi DM adalah pendidikan dan latihan mengenai
pengetahuan mengenai DM. Disamping kepada pasien DM,
edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok
masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan
kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien
DM adalah definisi penyakit DM, faktor-faktor yang berpengaruh
pada timbulnya DM dan upaya-upaya menekan DM, pengelolaan
DM secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi DM,
serta pemeliharaan kaki.
b. Latihan Jasmani
Latihan jasmani yang teratur (3-4 kali seminggu selama kurang
lebih 30 menit) memegang peran penting dalam pencegahan
primer terutama pada DM Tipe 2. Orang yang tidak berolah raga
memerlukan insulin 2 kali lebih banyak untuk menurunkan kadar
glukosa dalam darahnya dibandingkan orang yang berolah raga.
Manfaat latihan jasmani yang teratur pada penderita DM antara
lain :
1) Memperbaiki metabolisme yaitu menormalkan kadar
glukosa darah dan lipid darah
2) Meningkatkan kerja insulin dan meningkatkan jumlah
pengangkut glukosa b.3. Membantu menurunkan berat
badan
3) Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya
4) Mengurangi resiko penyakit kardiovaskular
Latihan jasmani yang dimaksud dapat berupa jalan, bersepeda
santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
c. Perencanaan Pola Makan
Perencanaan pola makan yang baik dan sehat merupakan kunci
sukses manajemen DM. Seluruh penderita harus melakukan diet
dengan pembatasan kalori, terlebih untuk penderita dengan
kondisi kegemukan. Menu dan jumlah kalori yang tepat
umumnya dihitung berdasarkan kondisi individu pasien.
Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolaan DM,
meski sampai saat ini tidak ada satupun perencanaan makan yang
sesuai untuk semua pasien, namun ada standar yang dianjurkan
yaitu makanan dengan komposisi yang seimbang dalam
karbohidrat, protein, dan lemak sesuai dengan kecukupan gizi
baik sebagai berikut: Karbohidrat = 60-70 %, Protein = 10-15 %,
dan Lemak = 20-25 %. Jumlah asupan kolesterol perhari
disarankan < 300 mg/hari dan diusahakan lemak berasal dari
sumber asam lemak tidak jenuh dan membatasi PUFA (Poly
Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kalori
disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, ada tidaknya
stress akut dan kegiatan jasmani.
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat
timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan
yang ditujukan untuk pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan
efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah
untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau
penderita yang beresiko tinggi untuk mengembangkan atau
memperparah penyakit. Memberikan pengobatan penyakit sejak awal
sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya
komplikasi menahun. Edukasi dan pengelolaan DM memegang peran
penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
a. Diagnosis Dini Diabetes Mellitus
Dalam menetapkan diagnosis DM bagi pasien biasanya
dilakukan dengan pemeriksaan kadar glukosa darahnya.
Pemeriksaan kadar glukosa dalam darah pasien yang umum
dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan kadar glukosa darah setelah puasa.
Kadar glukosa darah normal setelah puasa berkisar antara
70-110 mg/dl. Seseorang didiagnosa DM bila kadar glukosa
darah pada pemeriksaan darah arteri lebih dari 126 mg/dl
dan lebih dari 140 mg/dl jika darah yang diperiksa diambil
dari pembuluh vena.
2) Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu.
Jika kadar glukosa darah berkisar antara 110-199 mg/dl,
maka harus dilakukan test lanjut. Pasien didiagnosis DM bila
kadar glukosa darah pada pemeriksaan darah arteri ataupun
vena lebih dari 200 mg/dl.
3) Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO).
Test ini merupakan test yang lebih lanjut dalam
pendiagnosaan DM. Pemeriksaan dilakukan berturut-turut
dengan nilai normalnya : 0,5 jam < 115 mg/dl, 1 jam < 200
mg/dl, dan 2 jam < 140 mg/dl.
Selain pemeriksaan kadar gula darah, dapat juga dilakukan
pemeriksaan HbA1C atau glycosylated haemoglobin.
Glycosylated haemoglobin adalah protein yang terbentuk
dari perpaduan antara gula dan haemoglobin dalam sel darah
merah.Nilai yang dianjurkan oleh PERKENI untuk HbA1C
normal (terkontrol) 4 % - 5,9 %. Semakin tinggi kadar
HbA1C maka semakin tinggi pula resiko timbulnya
komplikasi. Oleh karena itu pada penderita DM kadar
HbA1C ditargetkan kurang dari 7 %.Ketika kadar glukosa
dalam darah tidak terkontrol (kadar gula darah tinggi) maka
gula darah akan berikatan dengan hemoglobin (terglikasi).
Oleh karena itu, rata-rata kadar gula darah dapat ditentukan
dengan cara mengukur kadar HbA1C. bila kadar gula darah
tinggi dalam beberapa minggu maka kadar HbA1C akan
tinggi juga. Ikatan HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan
dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan umur
eritrosit). Kadar HbA1C akan menggambarkan rata-rata
kadar gula darah dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum
pemeriksaan. Jadi walaupun pada saat pemeriksaan kadar
gula darah pada saat puasa dan 2 jam sesudah makan baik,
namun kadar HbA1C tinggi, berarti kadar glukosa darah
tetap tidak terkontrol dengan baik.
b. Pengobatan Segera
Intervensi fakmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa
darah belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan
jasmani. Dalam pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu
pemberian secara oral atau disebut juga Obat Hipoglikemik Oral
(OHO) dan pemberian secara injeksi yaitu insulin. OHO dibagi
menjadi 3 golongan yaitu : pemicu sekresi insulin (Sulfonilurea dan
Glinid), penambah sensitivitas terhadap insulin (Metformin dan
Tiazolidindion), penambah absobsi glukosa (penghambat
glukosidase alfa).Selain 2 macam pengobatan tersebut, dapat juga
dilakukan dengan terapi kombinasi yaitu dengan memberikan
kombinasi dua atau tiga kelompok OHO jika dengan OHO tunggal
sasaran kadar glukosa darah belum tercapai. Dapat juga
menggunakan kombinasi kombinasi OHO dengan insulin apabila
ada kegagalan pemakaian OHO baik tunggal maupun kombinasi.
4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan
akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah
perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan
rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan.
Sebagai contoh, acetosal dosis rendah (80-325 mg) dapat dianjurkan
untuk diberikan secara rutin bagi pasien DM yang sudah mempunyai
penyakit makroangiopati. Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang
baik antara pasien pasien dengan dokter mapupun antara dokter ahli
diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya.
Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien
untuk mengendalikan penyakit DM. Dalam penyuluhan ini yang perlu
disuluhkan mengenai :
a. Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik diabetes
b. Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
c. Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan
memanfaatkan keadaan hidup dengan komplikasi kronik.
Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait
juga sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan
para ahli sesama disiplin ilmu seperti konsultan penyakit jantung dan
ginjal, maupun para ahli disiplin lain seperti dari bagian mata, bedah
ortopedi, bedah vaskuler, radiologi, rehabilitasi, medis, gizi, pediatri dan
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetic Associations. 2007. Diabetes Mellitus, (Online),


(http://www.diabetes.org, diakses 22 Agustus 2012)

Brunner & Suddarth. 2007. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzane C. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC

Soegondo. 2008. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus di


Indonesia. Jakarta: Perkeni FKUI

Suastika, Ketut. 2008. Kumpulan Naskah Ilmiah. Obesitas, Sindrom Metabolik,


Diabetes, Displidemia, Penyakit Tiroid. Bali. Penerbit: Udayana University
Press.

Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta : Interna
Publishing

Waspadji, Sarwono. 2006. Kaki Diabetes. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III.
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI.

Anda mungkin juga menyukai