Pembimbing Akademik:
Ns. Nurhusna, S.Kep., M.Kep
Ns. Putri Irwanti Sari, S.Kep., M.Kep
Ns. Andika Sulistiawan, S.Kep., M.Kep
Pembimbing Akademik:
Ns. Helfiana, S.Kep
Pokok Bahasan : Perawatan Mandiri (Self Care) pada Chronic Kidney Disease
Hari/Tgl :
Waktu : 09.00 – 09.40
Sasaran : 10 Orang Keluarga Pasien Rawat Inap di Ruang Interne
RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi
Tempat : Ruang Interne RSUD Raden Mattaher Jambi
Penyuluh : Mahasiswa Profesi Ners Universitas Jambi
A. Latar Belakang
Ginjal adalah salah satu organ utama sistem perkemihan atau urinari (tractus
urinarius) yang berfungsi menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme
dari dalam tubuh. Ginjal merupakan salah satu organ terpenting bagi kelangsungan
hidup manusia. Namun pada ginjal dapat mengalami berbagai masalah seperti gagal
ginjal. Gagal ginjal dikategorikan menjadi dua yaitu gagal ginjal akut dan gagal
ginjal kronik. Penyakit gagal ginjal yang sering dihadapi oleh masyarakat di negara
maju maupun negara berkembang adalah penyakit gagal ginjal kronik (Chronic
Kidney Disease). Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah). (Nuari dan Widayati, 2017)
Masalah kesehatan yang berhubungan dengan gagal ginjal kronik dari tahun
ke tahun semakin meningkat. Penyakit gagal ginjal kronik di dunia saat ini
mengalami peningkatan dan menjadi masalah kesehatan serius, hasil
penelitian Global Burden of Disease tahun 2010, penyakit ginjal kronis merupakan
penyebab kematian peringkat ke 27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi
urutan ke-18 pada tahun 2010. Pada tahun 2011 sekitar 113.136 pasien di Amerika
Serikat mengalami End Stage Renal Diseasse (ESDR), penyebab utamanya adalah
diabetes dan hipertensi dengan jumlah kasus terbanyak ditemukan pada usia lebih dari
70 tahun. Penelitian di Amerika Serikat risiko 2,3 kali mengalami PGK bagi orang yang
mengonsumsi cola dua gelas atau lebih per hari.
Penyakit gagal ginjal kronis berkontribusi pada beban penyakit dunia dengan
angka kematian sebesar 850.000 jiwa per tahun (World Health Organization (2017)
dalam Pongsibidang, 2016) . World Health Organization (2017) melaporkan bahwa
pasien yang menderita gagal ginjal kronis meningkat 50% dari tahun sebelumnya, secara
global kejadian gagal ginjal kronis lebih dari 500 juta orang dan yang harus menjalani
hidup dengan bergantung pada cuci darah (hemodialisis) adalah 1,5 juta orang. Gagal
ginjal kronis termasuk 12 penyebab kematian umum di dunia, terhitung 1,1 juta kematian
akibat gagal ginjal kronis yang telah meningkat sebanyak 31,7% sejak tahun 2010 hingga
2015 (Wahyuningsih, 2020). Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2018 menunjukan bahwa penderita penyakit gagal ginjal di Indonesia sebesar 3,8 % naik
dari 2.0% pada tahun 2013 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Berdasarkan data dari Indonesia Renal Regestry (IRR) pada tahun 2016,
prevalensi CKD telah mencapai proporsi epidemik dengan 10-13% pada populasi di Asia
dan Amerika, di Amerika diperkirakan terdapat 116.395 orang penderita gagal ginjal
kronis baru. Lebih dari 380.000 penderita gagal ginjal kronis menjalani hemodialisis
reguler (Setiawan dkk, 2018 ; Trijayani, 2020). Menurut CDC (2021), chronic kidney
diseases (CKD) lebih sering terjadi pada orang berusia 65 tahun atau lebih (38%)
dibandingkan orang berusia 45-64 tahun (12%) atau 18-44 tahun (6%). Di Indonesia,
orang yang berusia ≥ 15 tahun dengan CKD yang telah menerima atau sedang menjalani
cuci darah telah terbukti sebesar 19,3%.
Berdasarkan Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2017, sebanyak 99%
penderita gagal ginjal menjalani terapi Hemodialisis yang terdiri dari pasien baru dan
pasien aktif.berat badan mulai dirasakan pasien. Pasien mulai merasakan gejala dan
tanda uremia yang nyata saat laju filtrasi glomelurus kurang dari 15% seperti nokturia,
oligouri, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, anemia, pruritis, hipertensi, sesak nafas,
edema, hingga hilang kesadaran. Dari gejala-gejala tersebut maka akan muncul
berbagai masalah keperawatan seperti, hambatan pertukaran gas, kelebihan volume
cairan, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktivitas,
kerusakan integritas kulit, dan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. (Nurarif dan
Kusuma, 2015).
Beberapa dampak jika tidak ditangani dapat menimbulkan komplikasi
kesehatan yang lain seperti gangguan kardiovaskuler bahkan kematian. Self Care adalah
salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan untuk seseorang atau keluarga dalam
merawat dirinya atau anggota keluarganya secara mandiri sehingga tercapai kemampuan
untuk mempertahankan Kesehatan dan kesejahteraannya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga/pengunjung pasien
mengetahui tentang Perawatan diri (Self Care) CKD
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan, diharapkan sasaran dapat:
a. Menyebutkan pengertian CKD
b. Menyebutkan penyebab CKD
c. Mengetahui pencegahan Penyakit CKD
d. Mengetahui cara perawatan mandiri pada CKD
C. Manfaat
Manfaat penyuluhan perawatan mandiri pada CKD adalah meningkatkan
pemahaman masyarakat akan penyakit CKD dan perawatan mandiri (Self Care) pada
penyakit CKD.
D. Penatalaksanaan Kegiatan
1) Pengorganisasian
Moderator : Eza Reiskha
Peran Moderator
a. Membuka dan menutup acara.
b. Memperkenalkan diri.
c. Menetapkan tata tertib acara penyuluhan.
d. Menjaga kelancaran acara.
e. Memimpin diskusi.
f. Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan
Penyuluh : Silvi Salsabila
Peran Presentator
a. Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab pertanyaan
b. Mengevaluasi kembali kegiatan yang sudah dilaksanakan.
Keterangan :
3) Rencana kegiatan
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN KLIEN
1. 5 menit Pembukaan:
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam. 2. Mendengarkan dan
2. Memperkenalkan diri memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari 3. Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
4. Menyebutkan materi yang 4. Mendengarkan dan
akan diberikan memperhatikan
5. Menjelaskan kontrak waktu 5. Menyetujui kontrak
waktu
2. 20 menit Pelaksanaan
1. Menggali pengetahuan klien 1. Menjawab
tentang CKD
2. Menjelaskan pengertian 2. Memperhatikan
CKD
3. Menjelaskan penyebab CKD 3. Memperhatikan
4. Menjelaskan Pencegahan
penyakit CKD 4. Memperhatikan
5. Menjelaskan perawatan
mandiri CKD 5. Memperhatikan
6. Memberikan kesempatan
kepada klien untuk bertanya
6. Bertanya
3. 10 menit Evaluasi:
Menanyakan kepada klien tentang Menjawab pertanyaan
materi yang telah diberikan dan
memberikan reinforcement
kepada klien jika
4. 5 menit Penutup :
1. Mengucapkan terima kasih 1. Mendengarkan
atas peran serta klien. 2. Menjawab salam
2. Mengucapkan salam penutup
4) Kriteria Hasil
1. Evalusi Struktur
a. Kondisikan lingkungan aman,tenang, dilakukan di tempat terbuka, dan
memungkinkan keluarga/pengunjung untuk berkonsentrasi terhadap
kegiatan penyuluhan yang berlangsung
b. Pengunjung sepakat untuk mengikuti kegiatan dan disimak secara
bersama selama kegiatan penyuluhan berlangsung
3. Evaluasi Hasil
Diharapkan 60% peserta setelah mengikuti penyuluhan mampu:
a. Menyebutkan pengertian CKD
b. Menyebutkan penyebab CKD
c. Menyebutkan pencegahan Penyakit CKD
d. Mengetahui mampu memahami cara perawatan mandiri kepatuhan pada
pasien CKD
MATERI PENYULUHAN
2. Penyebab CKD
a. Kurang minum
b. Minuman Beralkohol
c. Minuman bersoda
d. Tekanan darah tinggi
e. Infeksi penyakit
f. Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat
g. Penyakit bawaan
h. Batu saluran kencing
3. Pencegahan CKD
a. Pengobatan hipertensi yaitu makin rendah tekanan darah makin kecil risiko
penurunan fungsi ginjal.
b. Pengendalian gula darah, lemak darah, dan anemia.
c. Penghentian merokok.
d. Peningkatan aktivitas fisik.
e. Pengendalian berat badan
4. Penatalaksaan CKD
a. Kepatuhan pada program pengobatan CKD
Pengelolaan masalah kesehatan pada penderita CKD cukup rumit dan
dipengaruhi oleh gaya hidup. Ketidakpatuhan merupakan masalah yang sering
dialami oleh penderita CKD ( Menurut Ramelan et al (2020). Tingkat
Ketidakpatuhan penderita CKD secara umum terbagi dalam empat aspek yaitu,
ketidakpatuhan terhadap program hemodialisis, ketidakpatuhan pada program
pengobatan, ketidakpatuhan terhadap restriksi cairan dan ketidakpatuhan
mengikuti program diet (Hadiyanti, 2022).
Terjadinya kegawatdaruratan hemodialisis dikarenakan kelebihan volume
cairan di dalam tubuh. Beberapa tanda gejala kelebihan volume cairan adalah
terdengar suara ronkhi saat diauskultasi, terjadi penumpukan cairan di dalam
paru-paru yang mengakibatkan sesak, terjadi pembengkakan pada kelopak mata
dan berat badan yang mengalami kenaikan cukup signifikan (Arici 2018).
Kondisi tersebut menyebabkan kerja jantung menjadi cukup berat dikarenakan
peningkatan tekanan darah dan juga penumpukan cairan di paru- paru (Arici,
2018). Selain itu, mortalitas pada penderita CKD juga akan meningkat apabila
terjadi peningkatan cairan tubuh 5,7%. Kesehatan yang optimal merupakan
penunjang kehidupan penderita CKD menjadi produktif. Pemberian coaching
support ini salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan secara
bertahap dan berkelanjutan dengan memperhatikan masalah-masalah yang
dialami oleh penderita CKD sehingga tercapai kesadaran akan penyakitnya dan
hasil akhirnya adalah perbaikan perilaku penderita (Wolever et al., 2019).
Namun, terdapat faktor lain yang melatarbelakangi orang berusia lanjut tidak
patuh dalam mengelola penyakit CKD yang dideritanya, diantaranya meliputi
ketidakteraturan kontrol dikarenakan penderita kadang lupa minum obat dan obat
masih ada sehingga waktu kontrol diundur oleh penderita. alasan lain
keterlambatan kontrol dikarenakan tidak ada yang mengantar untuk periksa ke
tempat pelayanan kesehatan (Bistara, 2020). Pemberian coaching support dapat
mempengaruhi perilaku penderita CKD untuk melakukan pengelolaan penyakit
CKD sesuai dengan hal-hal yang sudah disarankan oleh coach (Bistara, 2020).
Edukasi pada penderita CKD dengan melibatkan peran serta keluarga
dapat diberikan secara langsung maupun secara tidak langsung karena semakin
tinggi peran keluarga maka semakin tinggi pula penderita CKD berperilaku patuh
terhadap pembatasan cairan dan diet (Thom et al., 2018). Peningkatan kepatuhan
pada penderita CKD dalam pengelolaan penyakitnya dilakukan dengan cara
berkomitmen mengubah sudut pandang menjadi positif dengan diawali
kesepakatan bersama keluarga dalam proses pelaksanaan coaching support (van
Vugt et al., 2017). Peran serta keluarga, lingkungan dan juga responden sendiri
menjadi kunci keberhasilan dari intervensi coaching support. Peneliti harus bisa
menjadi role model untuk keberhasilan responden dalam meningkatkan
kepatuhan (Stacey et al., 2018).
Andriyanti, Liya. (2018). Aplikasi Teori Dorothy Orem Dalam Pemberian Asuhan
Keperawatan Pada Ny Y Dengan Kasus Infeksi Post Sectio Cesaria Di Rumah Sakit
Kota Bengkulu. Journal of Nursing and Public Health, 5(2), 54–59.
https://jurnal.unived.ac.id/index.php/jnph/article/view/577/503
Buku Register Ruangan ICU RSUD Ende. (2022). Kasus CKD periode 2021- 2022. RS
Umum Daerah Ende.
J, Christensen Paula, & Kenney Janet . W. (2009). Proses Keperawatan Aplikasi Model
Konseptual (4th ed.).Jakarta : EGC.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehaan indonesia .Infodatin : Tetap Produktif,
Cegah dan Atasi Chronic Kidney Desease. Jakarta : Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI. https://pafi.or.id/media/upload/20201109020742_466.pdf
Arici, M. (2018). Management of Chronic Kidney Disease (M. Arici (ed.)). Springer Berlin
Heidelberg.
Ariyanti, F. W. (2021). Pengaruh Self Efficacy Training Dengan Metode Peer Mentoring
Terhadap Self Efficacy dan Kepatuhan Klien End Stage Renal Disease (ESRD) Yang
Menjalani Hemodialisis [Universitas Airlangga].
Bistara, Difran Nobel. (2020). Coaching Support terhadap Peningkatan Kepatuhan
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe 2. [Universitas Muhammadiyah Yogyakarta].
Hadiyanti, S. (2022). Pengaruh Self Management Education terhadap Kepatuhan Asupan
Cairan pada Klien yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Provinsi NTB [Universitas
Airlangga].
Pernefri. (2019). 7th Report Of Indonesian Renal Registry. Indonesian Renal Registry.
H7ps:// Www.Indonesianrenalregistry.Org/ Data/Indonesian Renal Registry 2019.Pdf
Ramelan, M. I., Ismonah, & Hendrajaya. (2020). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan pada Klien dengan Chronic Kidney Disease
yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal Stikes Telogorejo.
Susanti dan Caturia Sasti Sulistyana. 2020. Pengaruh Coaching Support Terhadap Kepatuhan
Penderita Chronic Kidney Disease (CKD). Jurnal Kesehatan Vokasional, Vol. 5 No. 4
(November 2020)
Thom, D. H., Ghorob, A., Hessler, D., De Vore, D., Chen, E., & Bodenheimer, T.A. (2018).
Impact of Peer Health Coaching on Glycemic Control in Low-Income Patients With
Diabetes: A Randomized Controlled Trial. The Annals of Family Medicine, 11(2),
137– 144.
van Vugt, M., de Wit, M., Hendriks, S. H., Roelofsen, Y., Bilo, H. J., & Snoek, F.J. (2017).
Web-based self-management with and without coaching for type 2 diabetes patients in
primary care: design of a randomized controlled trial. BMC Endocrine Disorders,
13(1), 53