Laporan ini dibuat sebagai syarat telah menyelesaikan mata kuliah magang
Oleh :
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi,
Mengetahui,
Ketua Program Studi,
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena anugerah-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan magang yang berjudul “Penguatan
Upaya Promotif dan Preventif Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Melalui Sistem Surveilans di Puskesmas Paal X Kota Jambi Tahun 2023”.
Laporan pelaksanaan Magang/PKL ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memenuhi mata kuliah magang program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Jambi.
2. Bapak Dr. Guspianto, S.KM., M.KM. Selaku Ketua Jurusan Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi
4. Ibu dr. Hj. Sri Rosianti, M. Kes. Selaku Kepala Puskesmas Paal X Kota Jambi
i
yang di harapkan, untuk itu dengan segala kerendahan hati, peneliti menerima
masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun .
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
2.4 Promotif.................................................................................................... 25
2.5 Preventif ................................................................................................... 25
BAB III DESKRIPSI TEMPAT MAGANG ................................................... 26
3.1 Gambaran Umum Institusi Magang ........................................................... 26
3.1.1 Struktur Organisasi ............................................................................. 26
3.1.2 Letak Geografis Kependudukan dan Pemerintahan ............................. 26
BAB IV HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 31
4.1 Hasil ......................................................................................................... 31
4.1.1 Gambaran Umum Kasus Penyakit dari Setiap Peminatan Kesehatan
Masyarakat .................................................................................................. 31
4.1.2 Gambaran Umum Kejadian PTM di Puskesmas Paal X Kota Jambi .... 32
4.1.3 Gambaran Pelaksanaan Surveilans PTM di Puskesmas Paal X Kota
Jambi ........................................................................................................... 34
4.1.4 Kendala Pelaksanaan Surveilans PTM di Puskesmas Paal X Kota Jambi
.................................................................................................................... 35
4.2 Pembahasan .............................................................................................. 36
4.2.1 Penguatan Upaya Pelaksanaan Surveilans Faktor Resiko PTM di
Puskesmas Paal X Kota Jambi ..................................................................... 36
4.2.2 Strategi Penguatan Upaya Pengendalian Penyakit Tidak Menular Di
Puskesmas Paal X Kota Jambi ..................................................................... 41
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 44
5.1 Kesimpulan............................................................................................... 44
5.2 Saran ........................................................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 46
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
kardiovaskuler, kanker, penyakit pernafasan kronis, dan diabetes. Bahkan, empat
tipe penyakit utama tersebut, telah membunuh 17,9 juta orang didunia, diantaranya
9,3 juta akibat dari kanker, 4,1 juta akibat dari pernafasan kronis, dan masing-
masing 2 juta kasus kematian akibat diabetes dan lainnya (World Health
Organization, 2022b). Ciri-ciri penyakit tidak menular relatif membutuhkan waktu
yang lama sebelum individu terkena penyakit tersebut, dan pola hidup menjadi
salah satu faktor penyumbang terbesar terjadinya penyakit tidak menular. Penyakit
tidak menular disebut juga sebagai penyakit degeneratif atau kronis karena
penurunan fungsi organ tubuh dan pada masyarakat jumlah kasusnya meningkat
serta mengancam kehidupan (Sekarrini, 2022).
WHO (World Health Organization) melaporkan bahwa penyakit tidak
menular telah membunuh 41 juta orang setiap tahun, atau bisa dikatakan sebesar
74% dari seluruh penyebab kematian di dunia. Setiap tahun, sebanyak 17 juta orang
meninggal dunia akibat penyakit tidak menular sebelum umur 70 tahun. Semua
kematian yang diakibatkan oleh penyakit tidak menular, 77% diantaranya terjadi di
negara berpenghasilan rendah ke menengah (World Health Organization, 2022b).
Kasus penyakit tidak menular di Indonesia juga cukup banyak dan tidak jauh
berbeda dengan pola urutan penyakit yang dilaporkan WHO, Kemenkes
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia), melaporkan bahwa jantung koroner
merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi, diikuti kanker, diabetes melitus,
tuberkulosis, dan PPOK (Kementerian Kesehatan Indonesia, 2020). Kemenkes
melalui data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018, menyampaikan bahwa
empat tipe utama penyakit tidak menular disebabkan oleh persentase masyarakat
Indonesia sebanyak 95,5% kurang mengonsumsi buah dan sayuran, 33,5% kurang
aktivitas fisik, 31% mengalami obesitas sentral, dan 29,3% masyarakat usia
produktif merokok (Riskesdas kemenkes RI, 2018).
Kondisi penyakit tidak menular di Provinsi Jambi, data dari pelaporan dan
pencatatan kasus penyakit di puskesmas sebanyak 486.610 kasus, didominasi oleh
penyakit hipertensi dengan persentase 31,7%, ISPA dengan persentase 18,18%,
gangguan pencernaan dengan persentase 14,31%, dan diabetes melitus dengan
persentase 6,48% (Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, 2021). Puskesmas Paal X Kota
Jambi pada profil kesehatan tahun 2023 untuk kasus kejadian sepuluh penyakit
2
tertinggi, didominasi oleh penyakit tidak menular sebanyak tujuh penyakit (Paal X,
2023). Hal ini tentu menjadikan dasar bahwa penyakit tidak menular, tidak hanya
mendominasi secara nasional, tetapi juga kasus kejadian penyakit tidak menular
mendominasi di daerah.
Upaya kesehatan dapat dilakukan untuk mengendalikan dan mencegah
terjadinya kasus penyakit tidak menular melalui promotif dan preventif. Promotif
yang dimaksud memiliki makna bersifat memajukan atau meningkatkan. Dengan
demikian, promosi kesehatan memiliki arti memajukan status kesehatan pada
masyarakat dengan indikator naiknya angka harapan hidup manusia. Promosi
kesehatan sendiri menjadi jalur awal dalam tahapan upaya kesehatan yang ada.
Berbeda dengan promotif, preventif adalah upaya kesehatan yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya suatu kejadian penyakit. Pencegahan dapat dilakukan
agar masyarakat tidak terkena kesakitan, ataupun bebas dari penyakit. Surveilans
menjadi salah satu aspek dalam upaya kesehatan preventif, sebab surveilans
berperan sebagai tools dalam menganalisis suatu kejadian pola penyakit yang ada.
Hal ini sangat penting untuk mengambil langkah apa yang baik untuk dipilih, agar
masyarakat terbebas dari penyakit.
Untuk merespons hal tersebut dibutuhkan berbagai upaya pencegahan
penyakit tidak menular dalam berbagai level pencegahan seperti primordial,
primary prevention, dan pencegahan sekunder. Langkah yang dipakai untuk
mencegah munculnya faktor risiko penyakit tidak menular dan menghindari
terjadinya lonjakan kasus kejadian penyakit tidak menular, dengan melalui edukasi
individu dan massa, promosi kesehatan dan perlindungan spesifik, termasuk
diagnosis dini harus diupayakan sebagai langkah pencegahan berbasis kesehatan
masyarakat untuk memastikan generasi mendatang tidak berisiko mengalami
kematian dini akibat penyakit tidak menular (Afrose, 2018).
Program pengendalian penyakit tidak menular dan faktor risikonya dimulai
dari pencegahan, deteksi dini, pengobatan, dan rehabilitasi. Kegiatan pencegahan
dan deteksi dini dapat dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat
melalui Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) PTM, sedangkan deteksi dini,
pengobatan, dan rehabilitasi di fasilitas pelayanan kesehatan, baik Fasilitas
3
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) maupun Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjut (FKRTL) (Kementerian Kesehatan Indonesia, 2015).
Surveilans terhadap faktor risiko penyakit tidak menular merupakan bagian
yang sangat penting dalam usaha pengendalian PTM (Penyakit Tidak Menular) di
Indonesia. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi yang valid dan
berguna sebagai dasar perencanaan, monitoring, dan evaluasi program
pengendalian PTM. Oleh karena itu, perlu ada penguatan upaya pengendalian
penyakit tidak menular melalui surveilans terhadap faktor risiko penyakit tidak
menular yang berbasis Posbindu penyakit tidak menular di Puskesmas Paal X Kota
Jambi.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
4
2. Mendapatkan pemahaman tentang situasi dan kondisi dari upaya
pengendalian penyakit tidak menular melalui surveilans terhadap faktor
risiko penyakit tidak menular di Puskesmas Paal X Kota Jambi.
3. Menyediakan usulan dan saran untuk membantu menyelesaikan masalah
dalam upaya pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular di wilayah
kerja Puskesmas Paal X Kota Jambi.
4. Membangun kemitraan yang baik antara lembaga pendidikan tinggi dan
instansi kerja puskesmas.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
6
6. Keterpaduan dan Kesinambungan, adalah integrasi dan koordinasi
penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta
melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen
Puskesmas (Kementerian Kesehatan Indonesia, 2019) (Putri et al., 2017).
7
3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerja sama dengan pimpinan wilayah dan sektor lain terkait.
5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan pelayanan
Puskesmas dan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.
6. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber
daya manusia Puskesmas.
7. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
8. Memberikan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada keluarga,
kelompok, dan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor biologis,
psikologis, sosial, budaya, dan spiritual.
9. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan Pelayanan Kesehatan.
10. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat kepada
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, melaksanakan sistem kewaspadaan
dini, dan respon penanggulangan penyakit.
11. Melaksanakan kegiatan pendekatan keluarga.
12. Melakukan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat
pertama dan rumah sakit di wilayah kerjanya, melalui pengoordinasian
sumber daya kesehatan di wilayah kerja Puskesmas (Puskesmas Jumo,
2023).
8
e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
9
8. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber
daya manusia Puskesmas.
9. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem
Rujukan.
10. Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan di wilayah kerjanya, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Puskesmas Jumo, 2023).
10
2.2 Penyakit Tidak Menular
11
Faktor risiko yang tidak dapat diubah. Misalnya : Umur, Genetik
b) Changeable Risk Factors
Faktor risiko yang dapat berubah. Misalnya : kebiasaan merokok dan olah
raga.
2. Menurut Kestabilan Peranan Faktor risiko :
a) Suspected Risk Factors (Faktor risiko yang dicurigai)
Yaitu Faktor risiko yang belum mendapat dukungan ilmiah/penelitian,
dalam peranannya sebagai faktor yang memengaruhi suatu penyakit. Misalnya
merokok yang merupakan penyebab kanker leher rahim.
b) Established Risk Factors (Faktor risiko yang telah ditegakkan)
Yaitu Faktor risiko yang telah mendapat dukungan ilmiah/penelitian, dalam
peranannya sebagai faktor yang mempengaruhi kejadian suatu penyakit. Misalnya,
rokok sebagai Faktor risiko terjadinya kanker paru.
12
Konsumsi alkohol masih menjadi masalah utama kesehatan dunia termasuk
Indonesia. Salah Satu yang menjadi penyumbang tingginya penyakit tidak
menular adalah penyalahgunaan alkohol. Alkohol yang masuk ke dalam tubuh
dapat berefek pada kadar lipid plasma terutama pada peningkatan kadar
trigliserida. Kelebihan trigliserida di hati selanjutnya dikeluarkan ke pembuluh
darah dan terjadinya penumpukan trigliserida di pembuluh darah dan dapat
berlanjut ke penyakit jantung koroner (PJK) (Irwan, 2011) (Purbayanti and
Aryanti, 2017).
3. Pola makan yang tidak sehat
Orang di berbagai negara banyak mempraktikkan pola makan yang tidak
sehat, misalnya konsumsi makanan cepat saji, makanan tinggi lemak, konsumsi
gula berlebih, dan makanan tinggi natrium. Banyak penelitian yang membuktikan
bahwa pol makan yang tidak sehat akan meningkatkan risiko terjadinya
kesakitan/kematian akibat penyakit menular (Khariri and Andriani, 2020).
4. Kurang konsumsi sayur dan buah
Salah satu program untuk mencegah penyakit tidak menular adalah dengan
meningkatkan konsumsi sayur dan buah, dengan mengonsumsi sayur dan buah
dapat bermanfaat bagi tubuh seperti mencegah penyakit degeneratif,
memperlancar proses metabolisme, dan meningkatkan kesehatan saluran cerna,
daya tahan tubuh dan mencegah kerusakan sel (Mahmudah and Yuliati, 2020).
5. Kurang aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan seseorang dapat menderita
penyakit tidak menular seperti stroke, penyakit jantung koroner, diabetes melitus,
dan hipertensi. Orang yang kurang aktivitas fisik dapat mengakibatkan lemak
bertumpuk di dalam tubuh sehingga berpotensi terjadinya obesitas (Asda and
Anida, 2021).
13
2.2.3 Karakteristik Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular disebabkan oleh adanya interaksi antara agent (Non
living Agent) dengan host yang dalam hal ini manusia (faktor predisposisi, infeksi,
dan lain-lain) serta lingkungan sekitar (source and vehicle of Agent) (Irwan,
2011).
1. Agent
a. Agent dapat merujuk pada non living Agent, yakni kimiawi, fisik,
mekanik, psikis.
b) Agent penyakit tidak menular terdiri dari berbagai macam karakteristik,
mulai dari yang paling sederhana hingga yang bersifat sangat kompleks,
contohnya molekul hingga zat dengan ikatan yang kompleks.
c) Mengetahui spesifikasi dari agent diperlukan untuk memberikan
penjelasan lengkap tentang penyakit tidak menular.
d) Suatu agent tidak menular menyebabkan tingkat keparahan yang
bervariasi (dinyatakan dalam skala pathogenitas). Patogen agent merujuk
pada kemampuan atau kapasitas agent penyakit dalam menyebabkan sakit
pada host.
e) Karakteristik lain dari agent tidak menular yang penting untuk
diperhatikan adalah:
1. Kemampuan menginvasi/memasuki jaringan
2. Kemampuan merusak jaringan : reversible dan irreversible
3. Kemampuan menimbulkan reaksi hipersensitif
2. Reservoir
a) Istilah ini dapat diartikan sebagai organisme hidup, benda mati (tanah,
udara, air batu, dan lain-lain) atau tempat di mana agent dapat hidup,
berkembang biak dan tumbuh dengan baik.
b) Pada kasus penyakit tidak menular secara umum, reservoir dari agent
adalah benda mati.
c) Pada penyakit tidak menular, orang yang terpapar dengan agent
sumber/reservoir tidak memiliki potensi ditularkan.
14
3. Relasi Agent-Host
a. Fase Kontak: Adanya kontak antara agent dengan host, tergantung
lamanya kontak, dosis, pathogenesis.
b) Fase Akumulasi pada jaringan : Apabila terpapar dalam waktu yang
lama dan terus menerus.
c) Fase Sub klinis : Pas fase sub klinis gejala/symptom dan tanda/sign
belum muncul telah terjadi kerusakan pada jaringan.
d) Fase Klinis : Agen penyakit tidak menimbulkan manifestasi (Gejala
dan tanda).
15
d) Diagnosis yang sulit
Diagnosis penyakit tidak menular menjadi sulit dimana penentuan kondisi
Kesehatan yang sedang dialami oleh seseorang sebagai dasar pengambilan
keputusan medis untuk prognosis.
e) Mempunyai variasi yang luas
Variasi pada penyakit tidak menular cukup luas diantaranya genetik dan
heritabilitas.
f) Faktor penyebab yang multi kausal
Untuk melihat konsep hubungan sebab-akibat pada penyakit tidak menular
tidak hanya bisa dilihat satu faktor dominan, melainkan harus dilihat dari faktor-
faktor yang saling berhubungan sehingga munculnya akibat.
g) Memerlukan Biaya Tinggi dalam upaya pencegahan maupun
penanggulangannya.
Karena penyakit tidak menular merupakan penyakit kronik, penyakit non-
infeksi dan penyakit degerenatif sehingga dalam upaya pencegahan dan
penanggulangannya memerlukan biaya yang cukup tinggi sehingga paling efektif
untuk mengintervensi faktor risiko penyakit tidak menular (Irwan, 2011).
16
2. Stroke
Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak (Serebrovaskuler) yang
ditandai dengan kematian jaringan otak (Infark selebral). Definisi lain
menyebutkan stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak akut,
akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan atau sumbatan
dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak terkena, dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan cacat atau kematian. Stroke sudah mencapai proporsi epidemi.
Secara global, satu dari empat orang dewasa yang berusia di atas 25 tahun akan
mengalami stroke dalam hidupnya. 12, 2 juta orang di seluruh dunia mengalami
stroke pertama mereka dan 6,5 juta meninggal pada tahun 2021. Lebih dari 110
juta orang di dunia pernah mengalami stoke (Irwan, 2011) (World Stroke
Organization, 2022).
3. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
Hipertensi adalah faktor risiko utama penyakit kardiovaskular yang menjadi
penyebab utama kematian global yang menewaskan 17,7 juta orang per tahunnya
. Prevalensi hipertensi terus meningkat di seluruh dunia dari 25% di tahun
2000 sampai diproyeksikan menjadi 40% pada tahun 2025 (Dwi Anggraini, Dody
Izhar and Noerjoedianto, 2018). Hipertensi juga menyebabkan 45% beban
penyakit secara global . Hipertensi dapat menambah beban kerja jantung dan arteri
yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah
(Irwan, 2011) (World Health Organization, 2021).
4. Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metebolisme kronis dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolismas karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi
insulin. Terdapat dua jenis utama diabetes melitus, yaitu diabetes melitus tipe 2
dan diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 adalah kelainan sistemik
akibat terjadinya gangguan metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglekimia
17
kronis. Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai
oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel- β pankreas
dan atau gangguan fungsi insulin (Resistensi insulin) (Centers for Disease Control
and Prevention, 2022b).
7. Kanker
Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya sel/jaringan
abnormal yang bersifat ganas, tumbuh dengan cepat dan tidak terkendali dan dapat
menyebar ke tempat lain di seluruh tubuh penderita. Sel kanker yang tumbuh dapat
18
menginvasi serta merusak jaringan normal. Penyebaran sel kanker dapat melalui
pembuluh darah maupun pembuluh getah bening. Sel kanker dapat berasal dari
semua unsur yang membentuk suatu organ dalam perjalanan selanjutnya tumbuh
menjadi dan menggandakan diri sehingga membentuk massa tumor (Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2019).
Menurut Hamzah terdapat beberapa jenis kanker yang paling sering terjadi
pada masyarakat diantaranya adalah:
a) Kanker payudara
b) Kanker Leher Rahim (Serviks)
c) Kanker paru-paru
d) Kanker otak (Irwan, 2011).
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan tingkat dasar (Primordial prevention) merupakan usaha
mencegah terjadinya risiko atau mempertahankan keadaan risiko rendah dalam
masyarakat terhadap penyakit secara umum. Upaya pencegahan ini meliputi usaha
memelihara dan mempertahankan kebiasaan atau pola hidup yang sudah ada dalam
masyarakat yang dapat mencegah meningkatnya risiko terhadap penyakit dengan
melestarikan pola hidup atau kebiasaan hidup sehat yang dapat mencegah
mengurangi tingkat risiko terhadap berbagai penyakit secara umum.
19
a) Upaya Promosi Kesehatan Masyarakat: Kampanye kesadaran masyarakat,
promosi kesehatan pendidikan kesehatan masyarakat.
b) Upaya Pencegahan Khusus: Pencegahan keterpaparan dan pemberian
kemopreventif.
20
2.3.2 Surveilans Faktor Risiko Berbasis Posbindu PTM
PENGUMPULAN DATA
PENCATATAN DAN
PELAPORAN DATA
PENGOLAHAN DAN
ANALISIS DATA
DISEMINASI INFORMASI
INTERPRETASI DATA
1. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari data individu peserta Posbindu PTM yang
berkunjung secara manual dan/atau menggunakan sistem informasi surveilans
PTM. Data yang dikumpulkan berupa data sosial, data wawancara, data
pengukuran, data konseling, dan rujukan.
21
2. Pengolahan dan Analisis Data
a) Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan/atau dengan
bantuan software Sistem Informasi Surveilans PTM
b) Data yang diolah adalah faktor risiko PTM dengan memperhitungkan
jumlah penduduk di suatu wilayah
c) Produk pengolahan dan analisis berupa proporsi hasil pemeriksaan faktor
risiko dan cakupan penduduk yang melakukan pemeriksaan
1) Proporsi faktor risiko PTM dari peserta Posbindu
2) Cakupan pemeriksaan faktor risiko dari penduduk berusia ≥15 tahun di
suatu wilayah
d) Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data, maka dilakukan penyajian
dalam bentuk narasi, tabel, grafik, spot map, area map, dan lainnya
e) Analisis data dilakukan secara deskriptif menurut variabel orang (umur, jenis
kelamin, pendidikan, dan lainnya), tempat (antar wilayah) dan waktu (antar
waktu).
3. Interpretasi Data
Petugas Posbindu PTM, petugas PTM di Puskesmas, petugas
pengelola PTM di Dinkes kabupaten/kota, provinsi, dan Kementerian Kesehatan
memberikan diinterpretasi hasil analisis berdasarkan situasi di suatu wilayah,
apakah prevalensi menunjukkan besaran masalah faktor risiko PTM di wilayah
setempat, dan menghubungkannya dengan data lain, seperti demografi, geografi,
gaya hidup/perilaku, dan pendidikan.
4. Diseminasi Informasi
Hasil-hasil analisis dan interpretasi dibuat dalam bentuk laporan dan atau
presentasi. Laporan tersebut dikirimkan oleh unit penanggung jawab kepada
jenjang struktural yang lebih tinggi, dari Puskesmas ke dinas kesehatan
kabupaten/kota, dari dinas kesehatan kabupaten/kota ke dinas kesehatan provinsi
dan Kementerian Kesehatan.
Informasi dapat didiseminasikan kepada seluruh stakeholder yang terkait,
seperti jajaran kesehatan, LSM, profesi, perguruan tinggi dan masyarakat pada
22
umumnya. Untuk jajaran kesehatan, khususnya dinas kesehatan informasi akan
menjadi dasar dalam pengambilan keputusan dan perencanaan pengendalian
PTM serta evaluasi program.
23
a) Petugas Dinas Kesehatan Provinsi mengakses data dalam software
Sistem Informasi Surveilans Faktor Risiko PTM berbasis Posbindu
berupa rekapitulasi, yaitu proporsi faktor risiko dan cakupan
pemeriksaan faktor risiko, di tingkat Provinsi
b) Petugas Dinas Kesehatan Provinsi memberikan umpan balik kepada
petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
e. Kementerian Kesehatan
a) Petugas Kementerian Kesehatan (Direktorat PPTM) mengakses
data dalam software Sistem Informasi Surveilans Faktor Risiko PTM
berbasis Posbindu, berupa rekapitulasi data, yaitu proporsi faktor
risiko dan cakupan pemeriksaan faktor risiko, secara nasional
b) Petugas Kementerian Kesehatan memberikan umpan balik kepada
petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada alur pencatatan dan pelaporan
sebagai berikut:
24
2.4 Promotif
2.5 Preventif
25
BAB III
DESKRIPSI TEMPAT MAGANG
1. Letak Geografis
Puskesmas Paal X terletak di Wilayah Kelurahan Kenali Asam Bawah
Kecamatan Kota Baru tepatnya berada di ujung perbatasan Kota Jambi dengan
Kabupaten Muaro Jambi. Wilayah kerja Puskesmas Paal X meliputi 2 kelurahan,
yaitu Kelurahan Kenali Asam Atas dan Kenali Asam Bawah.
Luas wilayah kerja Puskesmas Paal X adalah 30, 0 km2 dengan perincian :
1. Kelurahan Kenali Asam Atas : 16, 51 km2
2. Kelurahan Kenali Asam Bawah : 13, 48 km2
26
Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Paal X adalah :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Simpang III Sipin.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Jambi Selatan.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kenali Besar
2. Kependudukan
Puskesmas Paal X Kota Jambi berada di Kecamatan Kota Baru, Kota Jambi,
Provinsi Jambi, memiliki dua wilayah kerja kelurahan, yaitu Kelurahan Kenali
Asam Atas dan Kelurahan Kenali Asam Bawah. Untuk data jumlah penduduk dari
wilayah kerja Puskesmas Paal X berdasarkan buku Laporan Profil Kesehatan
Puskesmas Paal X Kota Jambi tahun 2022 sebagai berikut :
Jumlah Penduduk
Kelurahan KK RT
L P N
KAA 4.486 4.290 8.776 2.749 25
KAB 14.737 14.489 29.226 8.641 60
JUMLAH 19.223 18.779 38.002 11.390 85
Tabel. 1 Tabel Data Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Paal X Kota Jambi
27
Untuk jumlah penduduk Kelurahan Kenali Asam Bawah, memiliki 29.226
jumlah jiwa, sedangkan Kelurahan Kenali Asam Atas memiliki 8.776 jiwa. Dari
data diatas didapatkan bahwa kepadatan penduduk pada Kelurahan KAB mencapai
angka 1.770/km2 dengan arti ada 1.770 penduduk dalam luas daerah 1 km2. Tetapi,
untuk daerah Kelurahan KAA, angka kepadatan penduduk mencapai 1.181/km2
dengan arti bahwa ada 1.181 penduduk dalam luas daerah 1 km2.
Jika melihat perbandingan, maka penduduk di Kenali Asam Bawah di
wilayah kerja Puskesmas Paal X, mendominasi dengan persentase 76,9 persen
populasi dibandingkan di Kenali Asam Atas yang hanya mencapai 23,1 persen dari
total populasi di wilayah kerja Puskesmas Paal X. Perbandingan jumlah penduduk
mencapai 3,3:1 untuk warga di KAB dengan KAA.
KAB 76.9
KAA 23.1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
KAA KAB
Gambar 5
28
Persentase Jumlah Penduduk (%)
LAKI-LAKI 50.58
PEREMPUAN 49.42
PEREMPUAN LAKI-LAKI
Gambar 6
Data untuk Kepala Keluarga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Paal X dengan
Kelurahan KAA sebanyak 2.739 KK dan Kelurahan KAB sebanyak 8.641 KK.
KAB 75.86
KAA 24.14
KAA KAB
Gambar 7
29
a) Upaya pelayanan Kesehatan yang terdiri dari pelayanan Kesehatan di
dalam Gedung dan luar Gedung
b) Upaya Pengendalian Masalah Kesehatan
c) Upaya Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat
d) Upaya Jaminan Kesehatan Sarana dan Prasarana dan Sistem Informasi.
30
BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
31
Kesehatan Gambaran Pengelolaan Limbah Pengolahan dan
Lingkungan Medis Padat di Puskesmas Paal Pengangkatan limbah
X Kota Jambi infeksius yang tidak
dilakukan sesuai dengan
standar jadwal yang
seharusnya
KESPRO Gambaran Pelaksanaan Kurangnya dukungan dari
(Kesehatan Pemeriksaan IVA Test suami dan keluarga untuk
Reproduksi) Berdasarkan Data Tahun 2022 melakukan Pemeriksaan
di Wilayah Kerja Puskesmas IVA
Paal X Jambi
Promkes Gambaran Perilaku Kesehatan Kurangnya kesadaran
(Promosi dan Skrining Kesehatan Tentang terhadap kesehatan diri
Kesehatan) Bahaya Merokok Pada Siswa sendiri yang dapat
Putra SMAN 8 Kota Jambi di diakibatkan karena
Wilayah Kerja Puskesmas Paal merokok.
X
Tabel 2. Gambaran Umum Per Peminatan di Wilayah Kerja Puskesmas Paal X
32
menular. Prevalensi paling tinggi untuk penyakit tidak menular adalah penyakit
pharingitis Akut di angka 0,019. Arti dari angka 0,091 adalah dari 1000 penduduk
wilayah kerja Puskesmas Paal X Kota Jambi, ada 19 orang yang terkena penyakit
pharingitis Akut. Walaupun begitu, tidak ada kasus kematian yang disebabkan oleh
pharyngitis akut
Penyakit tertinggi kedua yaitu gastritis dengan angka prevalensi 0,0068 yang
memiliki makna dari 1000 penduduk di wilayah kerja Puskesmas Paal X Kota
Jambi, ada 6-7 orang yang terkena penyakit maag. Penyakit tertinggi selanjutnya,
yaitu hipertensi dengan angka prevalensi 0,0066 yang memiliki makna dari 1000
penduduk wilayah kerja Puskesmas Paal X Kota Jambi, ada 6-7 orang yang terkena
penyakit hipertensi.
Penyakit selanjutnya, yaitu diabetes melitus tipe 1 dengan angka prevalensi
0,0038 yang memiliki makna dari 1000 penduduk wilayah kerja Puskesmas Paal X
Kota Jambi, ada 3-4 orang yang terkena penyakit diabetes melitus tipe 1.
Sedangkan, diabetes melitus tipe 2 berada di angka prevalensi 0,002 yang memiliki
makna dari 1000 penduduk wilayah kerja Puskesmas Paal X Kota Jambi, ada 2
orang yang terkena penyakit diabetes melitus tipe 2.
Penyebab dari sepuluh kasus tertinggi didominasi oleh penyakit tidak menular
diduga dari gaya hidup masyarakat yang kurang menyadari pentingnya menjaga
kesehatan dari pola hidup baik dari makanan, lingkungan, maupun adaptasi cuaca
yang kedepannya harus semakin disadari. Diharapkan dengan data ini, Puskesmas
Paal X Kota Jambi dapat mengambil langkah edukasi kesehatan secara langsung
kepada masyarakat yang berkunjung dan melalui fasilitas kesehatan seperti
posyandu, posbindu, poskesdes, dan faskes lainnya.
33
Jumlah Kasus
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Jumlah Kasus
1. Pengumpulan Data
a) Jenis Data
Hasil wawancara dengan informan tentang jenis data dan sumber data yang
telah dikumpulkan terkait dengan kegiatan surveilans di Puskesmas Paal X Kota
Jambi dilakukan melalui data register (nama, alamat, umur) rawat jalan dan rawat
inap di poli umum, Pustu, Polindes, Poskesdes berupa laporan penyakit
(data kesakitan) dan laporan pemakaian obat. Sedangkan untuk data turun ke
masyarakat dikumpulkan berdasarkan kegiata seperti Posbindu, penyelidikan
kasus atau pelacakan penyakit yang dilakukan petugas surveilans atau
berdasarkan informasi dari pak lurah, pak RT, maupun masyarakat yang ada di
daerah tersebut yang dianjurkan ke Puskesmas untuk melakukan tindakan
pemeriksaan.
b) Waktu Pengumpulan Data
Berdasarkan hasil wawancara terkait waktu pengumpulan data surveilans di
peroleh keterangan bahwa Puskesmas melakukan pengumpulan data setiap hari
34
kerja berdasarkan waktu kunjungan pasien ke Puskesmas, setiap minggu yang
disebut laporan W2, dan laporan LB1 yang dikumpulkan awal bulan berikutnya
setiap tanggal 5 ke Dinas Kesehatan Kota Jambi.
2. Pengolahan Data
Dalam pengolahan data surveilans puskesmas Paal X Kota Jambi melakukan
perekapan data secara manual dan komputerisasi yang dilaporkan berdasarkan,
golongan, umur, dan alamat dalam bentuk fisik ( Teks), tabel, dan setiap 6 bulan
dan 1 tahun dilaporkan dalam bentuk grafik ke dinas Kesehatan kota Jambi.
4. Diseminasi Informasi
Dalam pelaksananya Diseminasi informasi ataupun penyebaran informasi
dari hasil surveilans di puskesmas Paal X Kota Jambi yaitu dengan menyebarkan
secara langsung seperti saat melakukan pendataan di lapangan melalui
kegiatan Minilokakarya (Minlok) setiap tiga bulan sekali yang mana di dalam
agenda tersebut terdapat kerja sama lintas sektor dari berbagai pihak untuk
memaparkan hasil kegiatannya serta memberi informasi melalui penyuluhan
dari hasil analisa masalah Kesehatan yang ditemukan.
Selain itu, penyebaran informasi ke masyarakat pihak puskesmas melakukan
metode pemberian ceramah atau penyampaian lisan melalui penyuluhan yang
dilakukan oleh tim surveilans (promkes dan kesling) dengan bantuan gambar-
gambar seperti poster dan pamflet.
35
Dalam pelaksanaannya surveilans PTM di puskesmas Paal X Kota Jambi
mengalami beberapa kendala dan permasalahan diantaranya adalah Permasalahan
dalam proses surveilans adalah belum semua petugas surveilans (kader dan
petugas puskesmas) mengerti dan terampil tentang teknologi informasi, belum
semua petugas tersebut mengikuti pelatihan surveilans PTM berbasis web.
Analisis data menurut tempat dan waktu belum representatif di suatu
wilayah karena proporsi faktor risiko PTM masih kurang dari cut off point standar
serta peserta yang dijangkau surveilans masih terbatas. Pengulangan rekap data,
input data tidak lengkap dan tidak tepat waktu karena masih ada kewajiban
pengumpulan data secara manual. Pengolahan dan analisis data tergantung input
data, masih adanya input tidak lengkap sehingga hasil analisis juga tidak lengkap.
Puskesmas belum melakukan interpretasi data yang maksimal dari sistem
surveilans.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penguatan Upaya Pelaksanaan Surveilans Faktor Resiko PTM di
Puskesmas Paal X Kota Jambi
Pembahasan mengenai Pelaksanaan Surveilans PTM di Puskesmas Paal X
Kota Jambi tahun 2022 dinilai dari aspek pengumpulan data, pengolahan data,
analisis dan interpretasi data serta diseminasi informasi adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data
Menurut (Kemenkes RI, 2014) Pengumpulan data dilakukan dengan cara
aktif dan pasif. Jenis data Surveilans Kesehatan dapat berupa data kesakitan,
kematian, dan faktor risiko. Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai
sumber antara lain individu, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, unit statistik dan
demografi, dan sebagainya. Metode pengumpulan data dapat dilakukan melalui
wawancara, pengamatan, pengukuran, dan pemeriksaan terhadap sasaran. Dalam
melaksanakan kegiatan pengumpulan data, diperlukan instrumen sebagai alat
bantu. Instrumen dibuat sesuai dengan tujuan surveilans yang akan dilakukan dan
memuat semua variabel data yang diperlukan.
Berdasarkan Observasi. yang dilakukan di Puskesmas Paal X Kota Jambi
menunjukkan bahwa sumber data Surveilans PTM terdiri dari identitas penderita
36
berdasarkan orang (nama penderita, nama kepala keluarga, umur, dan jenis
kelamin), waktu (tanggal, bulan, dan tahun kunjungan pasien yang sakit) dan
tempat (alamat penderita berdasarkan desa/kelurahan), terdapat data kesakitan dan
laporan monitoring indikator peresepan obat diperoleh dari pencatatan hasil
kunjungan pasien di poli umum, dari pustu, posbindu, posyandu, dari ruang
perawatan serta UGD dan laporan dari masyarakat.
Hal yang penting diperhatikan dalam pengumpulan data adalah validitas
data terhadap pengecekan data. Namun, pengumpulan data hanya berdasarkan
pada total penemuan penderita dan jumlah kasus penderita penyakit yang sesuai
dengan golongan umur dan jenis kelamin hal ini tentunya dapat berpengaruh
terhadap validitas data surveilans itu sendiri.
Selain itu waktu pengumpulan data surveilans harus dilakukan secara rutin
setiap awal bulan yaitu pada tanggal 1 sampai tanggal 5 dari hasil wawancara
oleh informan kunci menuturkan bahwa waktu pengumpulan data sudah menjadi
komitmen bagi petugas surveilans itu sendiri. Pengumpulan data dilakukan setiap
hari dari buku register kunjungan pasien, pustu, dan laporan masyarakat.
Pengumpulan data surveilans PTM di puskesmas Paal X Kota Jambi harus
dilakukan secara lebih sistematis efisien dan terus menerus. Hal ini dapat
dilakukan dengan memanfaatkan kader kesehatan serta menggunakan sistem
informasi surveilans berbasis web sehingga dapat mempermudah pelaksanaan
surveilans faktor risiko PTM bersumber data Posbindu.
37
Hal ini dikarenakan, kurangnya pelatihan yang diadakan oleh Dinas
Kesehatan Kota maupun Dinas Kesehatan Provinsi terkait masalah pelaksanaan
surveilans epidemiologi di Puskesmas. Padahal dalam prinsipnya, kegiatan
pengolahan data surveilans akan terlaksana dengan baik jika didukung oleh sarana
dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan yang semakin hari semakin
meningkat.
Selain itu kurangnya petugas yang dimiliki keterampilan khusus dalam
pengolahan data sehingga tidak dapat dilakukan pengolahan data dengan baik.
Padahal sesuai Permenkes No.45 Tahun 2014, sangat jelas dinyatakan hasil
pengolahan dapat berbentuk tabel, grafik, dan peta menurut variabel golongan
umur, jenis kelamin, tempat dan waktu, atau berdasarkan faktor risiko tertentu.
Setiap variabel tersebut disajikan dalam bentuk ukuran epidemiologi yang tepat
(rate, rasio, dan proporsi). Pengolahan data yang baik akan memberikan informasi
spesifik suatu penyakit dan atau masalah kesehatan. Selanjutnya adalah
penyajian hasil olahan data dalam bentuk yang informatif, dan menarik. Hal ini
akan membantu pengguna data untuk memahami keadaan yang disajikan.
3. Interpretasi data
Dalam pelaksanaan Surveilans Faktor Resiko PTM Interpretasi data
dilakukan Oleh Petugas Posbindu PTM, petugas PTM di Puskesmas, petugas
pengelola PTM di Dinkes kabupaten/kota, provinsi, dan Kementerian Kesehatan
memberikan diinterpretasi hasil analisis berdasarkan situasi di suatu wilayah,
apakah prevalensi menunjukkan besaran masalah faktor risiko PTM di wilayah
setempat, dan menghubungkannya dengan data lain, seperti demografi, geografi,
gaya hidup/perilaku, dan pendidikan.
Analisis dan interpretasi data, di Puskesmas Paal X Kota Jambi analisis
dilakukan dengan dengan menggunakan jenis pengukuran epidemiologi proporsi
dan rate dengan perbandingan jumlah kasus dengan jumlah penduduk, data
diinterpretasikan berdasarkan perhitungan bulanan dan tahunan, untuk laporan
tidak dilakukan dengan alasan dilakukan pada saat rekapan data bulanan
berdasarkan tempat (kelurahan), orang (jenis kelamin), dan umur (golongan balita
dan semua umur). Namun, penentuan pemetaan dan stratifikasi wilayah kerja yang
38
rawan belum dilakukan oleh petugas kesehatan, melainkan hanya melalui
perhitungan penemuan penderita, untuk penyajian grafik pada analisis data
biasanya digunakan pada saat evaluasi program, dan adanya analisis tren penyakit.
Hal ini dikarenakan kurang tersedianya pelatihan-pelatihan untuk petugas
kesehatan dalam menganalisis data, kurang keterampilan yang dimiliki oleh
petugas kesehatan, serta keterbatasan tenaga kesehatan yang dimiliki oleh
puskesmas.
4. Diseminasi Informasi
Dalam melakukan tahap proses diseminasi Informasi. Hasil- hasil dari
analisis dan interpretasi dibuat dalam bentuk laporan dan atau presentasi.
Laporan tersebut dikirimkan oleh unit penanggung jawab kepada jenjang
struktural yang lebih tinggi, dari Puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota,
dari dinas kesehatan kabupaten/kota ke dinas kesehatan provinsi dan Kementerian
Kesehatan.(Kemenkes RI, 2015)
Diseminasi Informasi dapat dilakukan ke tingkat atas maupun ke bawah.
Data/informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan surveilans epidemiologi
penyakit disampaikan kepada pihak- pihak yang dapat melakukan tindakan
penanggulangan penyakit campak atau upaya peningkatan program kesehatan,
pusat-pusat penelitian dan pusat-pusat kajian serta pertukaran data dalam jejaring
surveilans epidemiologi agar diketahui terjadinya peningkatan atau penurunan
kasus.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Puskesmas Paal X Kota Jambi
memperlihatkan bahwa petugas kesehatan Puskesmas dalam menyebarluaskan
data/informasi kasus sudah mulai memanfaatkan teknologi seperti layanan internet
dan sms. Akan tetapi hal ini hanya terbatas pada pelaporan kasus-kasus tertentu,
untuk saat ini masih menggunakan penyebaran informasi secara manual yaitu
biasanya petugas melaporkan kasus penyakit melalui pencatatan dan pelaporan
saja untuk dilaporkan ke unit- unit kesehatan lain guna dilakukan tindak lanjut.
Bentuk penyebarluasan informasi yang dilakukan yakni dari unit pelayanan
kesehatan tingkat bawah ke tingkat tertinggi mulai dari Posyandu, Poskesdes,
Pustu, dan Puskesmas. Petugas kesehatan merampungkan semua data dalam
39
bentuk laporan yang akan dipresentasikan dalam pertemuan rutin atau
minilokakarya (Minlok).
Dalam pelaksanaannya diseminasi informasi baik itu ke tingkat atas
maupun ke bawah yang dilakukan di puskesmas Paal X Kota Jambi Hal ini dapat
dilihat dengan dilakukannya kerja sama lintas sektor dalam baik itu kepada dinas
kesehatan kota atau provinsi, namun diseminasi informasi khususnya tentang
PTM juga perlu dimaksimalkan kepada masyarakat melalui kegiatan-kegiatan
Rutin Puskesmas Seperti Posbindu PTM,. Sehingga harapannya kemudian
masyarakat bisa bersama-sama membuat suatu program perencanaan dalam
menurunkan kasus penyakit tidak menular.
5. Pencatatan dan Pelaporan
Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan yang telah dilalui oleh beberapa
tahap, bisa melalui jalur dua arah, dengan makna bahwa pelaporan harus
dilaksanakan secara internal maupun eksternal. Eksternal sebagai kewajiban
puskesmas dalam melaporkan melalui software aplikasi yang ada dan kepada dinas
kesehatan kota. Sedangkan, internal sebagai bahan monitoring dan evaluasi agar
dapat dilihat analisis tren yang ada dalam kejadian penyakit tidak menular.
Puskesmas
Pencegahan dan
Pengendalian
Penyakit
Surveilans
40
4.2.2 Strategi Penguatan Upaya Pengendalian Penyakit Tidak Menular Di
Puskesmas Paal X Kota Jambi
41
POA (Planning Of Action) Penyakit Hipertensi
42
2. Belum Terciptanya Menggunakan Penginputan Data yang Setiap Puskesmas Paal PJ Program
maksimalnya data yang sistem data menurut ada untuk bulan X Kota Jambi PTM dan PJ
analisis tren akurat agar bisa surveilans yang jenis kelamin, diolah Surveilans
baik di efisien dan sesuai dan
maksimal umur, daerah,
kategori waktu pelatihan dengan
dalam
yang khusus kepada berkelanjutan
penentuan
berkelanjutan, skala prioritas kader terutama dan sistematis
umur, analisis intervensi di tim GRC menggunakan
peta, dan penyakit sistem surveilan
analisis hipertensi
lainnya.
3. Kurang Melihat Menyisihkan FGD mengenai Hasil dari Setiap 3 Puskesmas Paal PJ Program
intensifnya gambaran tren waktu yang ada penganalisisan pengolahan bulan X Kota Jambi PTM,
dalam kasus dari setiap PJ terkait kasus data sekali Surveilans,
melakukan hipertensi program yang
apakah naik hipertensi yang UKM, dan
evaluasi dan ada ada Promkes
atau turun, agar
monitoring dapat
dari kasus mengambil
hipertensi langkah apa
yang bisa
diambil
43
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
44
5.2 Saran
45
DAFTAR PUSTAKA
46
, serta Cek Kesehatan Rutin Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Siswa / I
SMA Sederajat di Wilayah Kerja Puskesmas Sawangan , Kota Depok
Correlation between Physical Activity , Consumption of Fruits and Veg’,
Bikfokes, 2(3), pp. 148–155.
Hudoyo, K. S. (2018) Kebijakan Program Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Available at: Bahan BOK Kesehatan Masyarakat Tahun 2018.pdf.
Irwan (2011) ‘Epidemiologi Penyakit Tidak Menular’, Wacana, Journal of the
Humanities of Indonesia, 2(1), pp. 1–88. Available at:
https://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/1783/Irwan-Buku-
Epidemiologi-Penyakit-Tidak-Menular.pdf.
Kementerian Kesehatan Indonesia (2014) PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Indonesia. Available at:
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/PERMENKES_45_2014_P
enyelenggaraan_Surveilans_Kesehatan.pdf.
Kementerian Kesehatan Indonesia (2015) ‘Petunjuk Teknis Surveilans Penyakit
Tidak Menular’, Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular, p. 358. Available at:
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Petunjuk-Teknis-Surveilans-
Penyakit-Tidak-Menular.pdf.
Kementerian Kesehatan Indonesia (2019) Peraturan Menteri Kesehatan RI No 43
tahun 2019 tentang Puskesmas, Peraturan Menteri Kesehatan RI No 43 tahun
2019 tentang Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan Indonesia.
Available at: https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/138635/permenkes-
no-43-tahun-2019.
Kementerian Kesehatan Indonesia (2020) Penyakit Tidak Menular Kini Ancam
Usia Muda, Direktorat Penyakit Tidak Menular. Available at:
https://www.kemkes.go.id/article/view/20070400003/penyakit-tidak-
menular-kini-ancam-usia-muda.html (Accessed: 9 February 2023).
Khariri and Andriani, L. (2020) ‘Dominasi Penyakit Tidak Menular dan Pola
Makan Yang Tidak Sehat’, Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 6(1), pp. 624–
47
627. doi: 10.13057/psnmbi/m060127.
Mahmudah, U. and Yuliati, E. (2020) ‘Edukasi Konsumsi Buah dan Sayur sebagai
Strategi dalam Pencegahan Penyakit Tidak Menular pada Anak Sekolah
Dasar’, Warta LPM, 24(1), pp. 11–19. doi: 10.23917/warta.v24i1.9134.
Paal X, P. (2023) Profil Kesehatan Puskesmas Paal X Tahun 2023. Edited by P.
Paal X. Jambi: Paal X, Puskesmas.
Purbayanti, D. and Aryanti, N. (2017) ‘Efek Mengonsumsi Minuman Beralkohol’,
Jurnal Surya Medika, 3(1). Available at:
https://journal.umpr.ac.id/index.php/jsm/article/download/214/208#:~:text=
Peminum berat yang mengkonsumsi alkohol,peningkatan produksi
trigliserida di hati.
Puskesmas Jumo (2023) TUGAS POKOK DAN FUNGSI PUSKESMAS, Puskesmas
Jumo. Available at:
http://puskesmasjumo.temanggungkab.go.id/home/halaman/271/tugas-
pokok-dan-fungsi (Accessed: 15 February 2022).
Putri, W. C. W. S. et al. (2017) ‘Dasar-dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (
Puskesmas )’, Modul Pembekalan Manajemen dan Program Puskesmas, p.
14. Available at:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/98c985665344f257
43d1aff400d7a350.pdf.
Riskesdes kemenkes RI, 2018 (2018) ‘Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar
2018’, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Indonesia, p. 674. Available at:
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/La
poran_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf.
Sekarrini, R. (2022) ‘Gambaran Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Di
Kelurahan Umban Sari Kecamatan Rumbai Pekanbaru Menggunakan
Pendekatan Stepwise Who’, Jurnal Ilmiah Multi Disiplin Indonesia, 2(1), pp.
163–173. Available at: https://katadata.co.id/berita/2020/01/06/baru-83-
peserta-bpjs-kesehatan-per-akhir-2019-.
Simpson, O. and Camorlinga, S. G. (2017) ‘A Framework to Study the Emergence
of Non-Communicable Diseases’, Procedia Computer Science, 114, pp. 116–
48
125. doi: 10.1016/j.procs.2017.09.026.
Times Indonesia (2020) Arti Promotif dan Preventif, Glutera News. Available at:
https://timesindonesia.co.id/glutera-news/271500/arti-promotif-preventif-
kuratif-dan-rehabilitatif-dalam-dunia-kesehatan.
Warganegara, E. and Nur, N. N. (2016) ‘Faktor Risiko Perilaku Penyakit Tidak
Menular’, Majority, 5(2), pp. 88–94. Available at:
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1082.
World Health Organization (2021) Hypertension, World Health Organization.
Available at: https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/hypertension#:~:text=Hypertension ̶ or elevated
blood,brain%2C kidney and other diseases.&text=An estimated 46%25 of
adults,hypertension are diagnosed and treated. (Accessed: 15 February 2022).
World Health Organization (2022a) Cardiovascular Disease, World Health
Organization. Available at: https://www.who.int/health-
topics/cardiovascular-diseases#tab=tab_1 (Accessed: 15 February 2022).
World Health Organization (2022b) Noncommunicable diseases. Available at:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/noncommunicable-
diseases (Accessed: 9 February 2023).
World Stroke Organization (2022) Learn About Stroke, World Stroke Day.
Available at: https://www.world-stroke.org/world-stroke-day-
campaign/why-stroke-matters/learn-about-stroke#:~:text=Stroke is a
condition where,supplying blood to the brain. (Accessed: 15 February 2022).
49