Anda di halaman 1dari 3

4. Jelaskan jenis-jenis efluoresensi pada kulit.

Jawaban :
Efloresensi atau “ruam” adalah kelainan kulit dan selaput lender yang dapat
dilihat dengan mata telanjang (secara objektif) dan bila perlu dapat diperiksa dengan
perabaan. Efloresensi kulit dapat merupakann akibat biasa dalam perjalanan proses
patologik. Kadang-kadang perubahan ini dapat dipengaruhi keadaan dari luar,
misalnya trauma garukan dan pengobatan yang diberikan, sehingga perubahan
tersebut tidak biasa lagi. Dalam hal ini, gambaran klinis morfologik penyakit
menyimpang dari biasanya dan sulit dikenali.
Untuk mempermudah dalam pebuatan diagnosis, ruam kulit dibagi menjadi
beberapa kelompok. Menurut terjadinya, efloresensi dibagi atas 2 :
Efloresensi primer (kelainan kulit yang terjadi pada permulaan penyakit):
a. Makula
Makula merupakan lesi datar, secara jelas terlihat sebagai daerah dengan warna
yang berbeda dengan jaringan di sekitarnya atau membrane mukosa. Contoh:
Tinea vesikolor, morbus Hansen, melanoderma, leukoderma, purpura, petekie,
ekimosis. Makula tidak dapat dipalpasi. Bentuknya bervariasi dan pinggirnya
tidak jelas. Makuloskuamosa merupakan suatu istilah baru untuk
menggambarkan makula yang tidak dapat dipalpasi, yang hanya dapat jelas
terlihat setelah dibuat goresan ringan.
b. Papul
Penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumskrip, berukuran diameter lebih kecil
dari 1/2 cm, dan berisikan zat padat. Bentuk papul dapat bermacam-macam,
misalnya setenga bola, contohnya pada eksem atau dermatitis, kerucut pada
keratosis folikularis, datar pada veruka plana juvenilis, datar dan berdasar
polygonal pada liken planus, berduri dapa veruka vulgaris, bertangkai pada
fibroma pendulans da nada veruka filiformis.Warna papul dapat merah akibat
peradangan, pucat, hiperkrom, putih atau seperti kulit sekitarnya. Beberapa
infiltral mempunyai warna sendiri yang biasanya baru terlihat setelah eritema
yang timbul bersamaan ditekan dan hilang (lupus, sifilis). Letak papul dapat
epidermal atau kutan.
c. Plak (Plaque)
Peninggian di atas permukaan kulit, permukaannya ratadan berisi zat padat
(biasanya ilfiltrat), diameternya 2 cm atau lebih. Contohnya papul yang melebar
atau papul-papul yang berkonfluensi pada psoriasis.
d. Urtika
Edema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan, tetapi bisa
hilang beberapa jam kemudian merah jambu atau merah suram/luntur.
e. Nodus
Massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan, dapat menonjol, jika
diameternnya lebih kecil dari pada 1 cm disebut nodulus. Nodul lebih padat
konsistensinya daripada papul.
f. Vesikel
Gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari ½ cm garis
tengah, mempunyai dasar dan puncak vesikula dapat bulat, runcing/umbilikasi;
vesikel berisi darah disebut vesikel hemoragik.
g. Bula
Vesikel yang berukuran lebih besar. Dikenal juga istilah bula hhemoragik, bula
purulent, dan bula hipopion.
h. Pustul
Vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian bawah vesikel
disebut vesikel hipopion.
i. Kista
Ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel. Kista terbentuk bukan
akibat peradagan, walaupun kemudian dapat meradang. Dinding kista merupakan
selaput yang terdiri atas jaringan ikat dan biasanya dilapisi sel epitel atau endotel.
Kista terbentuk dari kelenjar yang melebar dan tertutup, saluran kelenjar,
pembuluh darah , saluran getah bening, atau lapisan epidermis. Isi kista teriri dari
atas hasil dindingnya, yaitu serum, getah bening, keringat, sebum, sel-sel epitel,
lapisan tanduk, dan rambut (Linuwih dkk, 2016).

Efloresensi sekunder (kelainan kulit yang terjadi selama perjalanan penyakit):


a. Skuama
Lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama dapat halus sebagai
taburan tepung, maupun lapisan tebal dan luassebagai lembaran kertas. Dapat
dibedakan, misalnya pitiriasiformis (halus), psoriasiformis (berlapis-lapis),
iktiosiformis (seperti ikan), kutikular (tipis), lamellar (berlapis), membranosa atau
eksfoliativa (lembaran-lembaran), dan keratorik (terdiri atas zat tanduk).

b. Krusta
Cairan badan yang mengering. Dapat bercampur dengan jaringan nekrotik,
maupun benda asing (kotoran, obat, dan sebagainya). Warnanya ada beberapa
macam: kuning muda berasal dari serum, kuning kehijauan berasal dari pus, dan
kehitaman berasal dari darah.
c. Erosi
Kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui
stratum basal. Contoh bila kulit digaruk sampai stratum spinosumm akan keluar
cairan sereus dari bekas garukan.
d. Ulkus
Hilangnya jarigan yang lebih dalam dari eksoriasi. Ulkus dengan demikian
mempunyai tepi, dinding, dasar, dan isi. Termasuk erosi dan ekskoriasi dengan
entuk liniar ialah fisura atau rhagades, yakni belahan kulit yang terjadi oleh
tarikan jaringan jaringannya di sekitarnya, terutama terlihat pada sendi dan batas
kulit dengan selaput lendir
e. Sikatriks
Terdiri atas jaringan tidak utuh, relief kulit tidak normal, permukaan kulit tidak
licin dan tidak terdapat adneksa kulit. Sikatriks dapat atrofik, kulit mencekung
dan dapat hipertrofik, yang secara klinis terlihat menonjol karena kelebihan
jaringan ikat. Bila sikatriks hipertrofik menjadi patologik, pertumbuhan
melampaui batas luka disebut keloid ( sikatriks yang pertumbuhhan selnya
mengikuti pertumbuhan tumor), da nada kecenderungan untuk terus melebar
(Linuwih dkk, 2016).

Anda mungkin juga menyukai