Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Depresi, Ansietas, dan Stres dengan Status Gizi

pada Mahasiswa S1 ilmu gizi unimus

PROPOSAL

Disusun Oleh :
Nova Ruwanti ( G2B019132 )

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021
BAB I
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 
Masalah gizi merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran zat
gizi, yaitu asupan melebihi pengeluaran atau sebaliknya. Masalah gizi dapat terjadi pada seluruh
kelompok usia, bahkan pada suatu kelompok usia tertentu dapat mempengaruhi status gizi pada
periode siklus kehidupan berikutnya. Masalah gizi yang masih dihadapi oleh remaja di Indonesia
diantaranya adalah anemia, stunting, kurus atau kurang energi kronik (KEK), serta kegemukan
atau obesitas. Prevalensi status gizi berat badan (BB) lebih dan obesitas pada penduduk berusia
>18 tahun.

Stres merupakan respon tubuh terhadap stresor psikososial, seperti tekanan mental atau beban
kehidupan.1 Suatu sistem yang didalamnya terdapat stimulus dengan intensitas berlebihan yang
tidak disukai baik berupa respon fisiologis, psikologis, maupun perilaku dapat menimbulkan
stress.1,2 Beberapa faktor yang diketahui dapat menyebabkan stres, antara lain adalah keluarga,
sosial, emosional, akademik, dan keuangan.3–5 Salah satu golongan umur yang banyak
mengalami stres adalah mahasiswa.5–7 Penelitian yang dilakukan di India menyatakan bahwa
43,6% mahasiswa dari total 250 subjek mengalami stres.8 Hal ini dikarenakan mereka menerima
berbagai macam stressor dari banyak pihak, seperti tuntutan mendapat IPK tinggi dari orang tua,
tugas dengan deadline yang singkat, serta kegiatan sosial mahasiswa, seperti organisasi ataupun
UKM untuk meningkatkan softskill. Ditambah apabila mahasiswa sudah di tingkat akhir, maka
ada beban tambahan, yaitu mengerjakan skripsi sebagai syarat kelulusan.

Ada beberapa cara yang biasanya dilakukan sebagai metode koping stres, seperti beribadah,
meditasi, mendengarkan musik, menonton televisi, tidur, melakukan hobi, bercerita dengan
orang tua atau teman dekat, olahraga, yoga, merokok, mengkonsumsi alkohol atau narkoba,
menghabiskan waktu dengan melihat-lihat media sosial dalam waktu yang lama.5Salah satu
metode koping stres lainnya adalah dengan makan. Makan sebagai metode koping stres memiliki
arti mengonsumsi makanan bukan karena merasa lapar, namun untuk memuaskan hasrat karena
merasa tidak sanggup menahan beban yang terjadi atau disebut dengan emotional eating.

Emotional eating temasuk contoh perilaku makan tidak sehat yang dapat mempengaruhi
kecukupan asupan zat gizi seseorang. Pada saat mengalami emotional eating,
seseorangcenderung memilih makanan yang tinggi energi dan lemak. Apabila kebiasaan ini terus
menerus dilakukan akan menyebabkan kenaikan berat badan secara signifikan sehingga menjadi
overweight ataupun obesitas.Sebaliknya, ada beberapa orang yang apabila sedang dalam keadaan
stres mengonsumsi makanan dalam jumlah yang sedikit atau bahkan tidak makan sama sekali.
Apabila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka akan mempengaruhi berat badan.
Berat badan yang tidak dikontrol akan mempengaruhi keadaan status gizi. Pada saat stres, akan
terjadi pelepasan beberapa hormon yang mempengaruhi perilaku makan serta asupan zat gizi.
Perubahan hormon saat stres dapat menyebabkan obesitas. Saat mengalami stres, tubuh akan
mengeluarkan corticotrophin releasing hormone (CRH) yang bekerja dalam menekan rasa lapar.
Mekanisme tersebut disebut acute appetite regulation. Tubuh membutuhkan energi pengganti
agar fungsi fisiologis tetap berjalan normal. Setelah beberapa waktu, kadar glucocorticoid di
dalam pembuluh darah akan meningkat. Glucocorticoid berperan dalam aktivitas lipoprotein
lipase di jaringan adiposa, sehingga meningkatkan simpanan lemak dalam tubuh, terutama lemak
viseral.

Masalah gizi merupakan faktor dasar dari berbagai masalah kesehatan. Masalah gizi dapat
menimbulkan gangguan pertumbuhan, perkembangan, serta tertundanya maturitas seksual.Selain
itu, sebuah penelitian menunjukkan adanya hubungan antara status gizi kurang dengan
rendahnya angka keberhasilan belajar dan prestasi akademik, khususnya pada mahasiswa
kedokteran. Perilaku makan merupakan faktor yang sangat berperan dalam status gizi seseorang.
Perilaku makan dipengaruhi oleh faktor individu, lingkungan sosial, lingkungan fisik, dan
makrosistem. Karakteristik individu yang dapat mempengaruhi perilaku makan seseorang
diantaranya adalah factor psikososial yang meliputi preferensi makanan, persepsi terhadap
makanan, kesehatan dan nutrisi, arti makanan, efikasi diri, dan pengetahuan. Kesehatan
psikososial dapat dinilai melalui tingkat depresi, ansietas, dan stres seseorang. Stres mampu
meningkatkan kemampuan belajar mahasiswa, namun apabila stres berlebihan maka dapat
menyebabkan efek negatif berupa masalah kesehatan fisik dan mental, penurunan harga diri,
serta dapat mempengaruhi prestasi akademik dan pengembangan mahasiwa itu sendiri.

1. Rumusan Masalah

Bagaimana Hubungan Depresi, Ansietas, dan Stres dengan Status Gizi pada Mahasiswa S1 ilmu
gizi unimus

1. Tujuan Penelitian 

1. Tujuan Umum

Megetahui Hubungan Depresi, Ansietas, dan Stres dengan Status Gizi pada Mahasiswa S1 ilmu
gizi unimus

1. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran tingkat depresi, Ansietas, dan Stres dengan Status Gizi
pada Mahasiswa S1 ilmu gizi unimus
b. Mengindentifikasi pengetahuan mahasiswa tentang tingkat depresi, Ansietas, dan
Stres dengan Status Gizi

1. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan
mengenai Hubungan Depresi, Ansietas, dan Stres dengan Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas
kesehatan ilmu gizi unimus
1. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan serta pemahaman peneliti tentang Hubungan Depresi, Ansietas, dan
Stres dengan Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas kesehatan ilmu gizi unimus

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan pengetahuantentang Hubungan
Depresi, Ansietas, dan Stres dengan Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas kesehatan ilmu gizi
unimus dijadikan referensi selanjutnya.

1. Keaslian Penelitian.

No Nama Judul  Tahun Variabel Hasil Penelitian 


Peneliti Penelitian
1 Muhammad Hubungan Depresi, 2020 Hubungan Ansietas dan stres
Husnul Ansietas, dan Stres Depresi, Ansietas, berhubungan secara
Ikhsan, dengan Kejadian dan Stres dengan signifikan dengan
Arina Widya Sindrom Dispepsia Kejadian Sindrom kejadian sindrom
Murni, pada Mahasiswa Dispepsia pada dispepsia karena
Erlina Tahun Pertama di Mahasiswa p<0,05. Diharapkan
Rustam Fakultas Fakultas adanya perhatian
Rustam Kedokteran Kedokteran khusus oleh Bagian
Universitas Andalas Universitas Pendidikan
Sebelum dan Andalas Kedokteran untuk
Sesudah Ujian Blok kondisi biologis dan
Yogyakarta psikologis mahasiswa
yang lebih baik.
2 Sekar Ronna Hubungan Depresi, 2020 Depresi, Ansietas Hasil penelitian
Fiskasari, Ansietas dan Stres dan Stres dengan menyatakan Terdapat
Dian Isti dengan Status Gizi Status Gizi pada 45,5% responden
Angraini dan pada Mahasiswa Mahasiswa mengalami
Muhammad Fakultas Fakultas malnutrisi, 21,5%
Yusran Kedokteran Kedokteran responden
Universitas Universitas mengalami depresi,
Lampung Lampung 43,9% responden
mengalami ansietas,
dan 26,2% responden
mengalami stres.
Analisis bivariat
menunjukkan tidak
ada hubungan antara
depresi dengan status
gizi (p=0,321), tidak
ada hubungan antara
ansietas dengan
status gizi (p=0,100),
dan tidak ada
hubungan antara stres
dengan status gizi
(p=0,110). Tidak
terdapat hubungan
bermakna antara
depresi, ansietas, dan
stres dengan status
gizi pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran
Universitas
Lampung.
3.  Annisa HUBUNGAN 2017 STRES, Hasil penelitian
Wijayanti, STRES, PERILAKU menyatakan
Ani PERILAKU MAKAN, DAN Ditemukan 15,2%
Margawati, MAKAN, DAN ASUPAN ZAT subjek memiliki
Hartanti ASUPAN ZAT GIZI DENGAN status gizi kurang dan
Sandi GIZI DENGAN STATUS GIZI 41,3% subjek
Wijayanti STATUS GIZI PADA memiliki status gizi
PADA MAHASISWA lebih. Sebanyak
MAHASISWA TINGKAT 43,5% subjek
TINGKAT AKHIR AKHIR mengalami stres,
54,3% mengalami
perubahan perilaku
makan,54,3%
memiliki asupan
energi kurang, 50%
kekurangan asupan
karobohidrat, 67,4%
asupan proteinnya
kurang, dan 43,5%
memiliki aktivitas
fisik kurang.
Hubungan stres,
perilaku emotional
under eating, perilaku
emotional over
eating, dan aktivitas
fisik dengan status
gizi secara berturut-
turut adalah (p=
0,214; 0,726; 0,100
dan 0,416).
Sementara hubungan
asupan energi,
asupan karbohidrat,
dan asupan protein
dengan status gizi
secara berurutan
adalah (p= 0,008;
0,002 dan 0,003).

Anda mungkin juga menyukai