Anda di halaman 1dari 5

Masalah Gizi Balita Pada Keluarga Mandah Di Kecamatan Pauh

Kabupaten Sarolangun Jambi

Nutritional Problems In Mandah Families In Pauh Subdistrict So-


rolangun District Of Jambi

Fery T Sihotang*, Albiner Siagian**, dan Fikarwin Zuska***


* S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKM USU
**Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU

***Departemen Antropologi, FISIP USU


Naskah diterima: Abstrak
29 Juni 2012 Tujuan. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab masalah gizi pada keluarga
yang tinggal di ladang (mandah).
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
Naskah disetujui: fenomologi desain wawancara dan Observasi. Jumlah sampel adalah 5 orang
2 Agustus 2012 keluarga mandah serta beberapa informan lain. Data dianalisis dengan teknik
‘on going analysis’.
Naskah disetujui untuk diterbit- Hasil. Bahwa semua anak memiliki masalah gizi berdasarkan indeks TB/U, BB/
TB dan BB/U. Penyebab masalah gizi balita adalah asupan pangan kurang dan
kan:
status kesehatan yang buruk disebabkan oleh tidak beranekaragamnya bahan
7 Oktober 2012 pangan, pilihan pangan, pemanfaatan pangan rendah serta akses pangan yang
sulit. Status kesehatan yang buruk disebabkan oleh akses sumber air minum
Korespondensi: yang buruk, personal hygiene serta pemanfaatan fasilitas kesehatan yang
shotang@yahoo.co.id kurang.
Kesimpulan dan Saran. Penyebab masalah gizi balita pada keluarga yang
mandah disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berhubungan yaitu ket-
ersediaan pangan kurang, pilihan pangan buruk, akses pangan yang sulit dan
status kesehatan yang buruk.

Kata kunci: Masalah gizi, balita, mandah, asupan pangan

Abstract
Aim. The research objective was to determine the factors that cause nutri-
tional problems in the family mandah.
Method. This research is a qualitative research approach using fenomologi
and data were collected by in-depth interviews and direct observation. Infor-
mants consisted of 5 people mandah family and several other informants. Data
analyzed by the technique 'on going analysis'.
Result. The results showed that all children have nutritional problems based
on the index height/ age, weight/height and height /age. The main cause of
the malnutrition problem of the children under five years old is the lack of food
intake and poor health status (diarrhea and low birth weight). This is due to no
great variety of food, food choices, low food utilization and food access is diffi-
cult. Poor health status due to the access of poor drinking water, personal
hygiene and utilization of health facilities are lacking.
Conclusion and Recommendation. . The conclusion of this study that the
causes of nutrition problems in the family who mandah caused by a variety of
interrelated factors.

Keywords: Nutritional problem, underfive children, food intake, mandah

Jurnal Precure |Tahun 1 Volume 1 | April 2013 | Epi Treat Unit-Universitas Sumatera Utara Halaman 22
Pendahuluan yang mandah. Data primer dikumpulkan den-
Salah satu faktor yang mempengaruhi IPM gan melakukan wawancara mendalam dan ob-
adalah status kesehatan suatu bangsa di mana servasi terhadap keluarga mandah.
di dalamnya termasuk status gizi. Kurang gizi
akan berdampak pada gangguan pertumbuhan Hasil
dan perkembangan pada bayi di masa men- Budaya mandah adalah kebiasaan
datang. Lebih dari 50% kematian bayi dan anak masyarakat Sarolangun yang tinggal didalam
terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk. Ma- kebun yang jauh dari desa untuk menjaga dan
salah gizi kurang dipengaruhi langsung oleh merawat kebun hingga menghasilkan. Selama
faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi tinggal dikebun semua anggota keluarga di-
dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh bawa dan menetap di lokasi mandah. Lokasi
pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial keluarga mandah berada terpisah dari perkam-
ekonomi, budaya dan politik. pungan dengan jarak dan waktu tempuh yang
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar berbeda mulai dari 30 menit hingga >1 jam
(Riskesdas) Tahun 2007 menunjukkan secara perjalanan. Lamanya waktu tempuh ke lokasi
nasional sebanyak 18,4 % anak balita berstatus disebabkan oleh tidak terdapat infrastruktrur
gizi buruk dan kurang (BB/U < -2 SD), 13,6% jalan maupun jembatan hanya berupa jalan
anak balita gizi kurus (wasting) (Depkes 2008). tanah setapak dan topografi wilayah yang ber-
Sementara itu Riskesdas tahun 2010, gizi bukit serta memiliki sungai-sungai kecil makin
kurang tidak mengalami perubahan dan gizi mempersulit kondisi menuju lokasi mandah.
buruk mengalami peningkatan prevalensi yaitu Keluarga tinggal di lahan warisan orangtua
5,9%. Sedangkan prevalensi gizi kurus menjadi yang ditanami karet. Alasan keluarga untuk
13,3% (Depkes. 2011). mandah berbeda-beda mulai dari untuk men-
Riskedas Tahun 2007 menunjukkan preva- jaga karet dari hama hingga agar dekat dengan
lensi gizi kurang di Kabupaten Sarolangun kebun karet yang menjadi sumber penghasilan.
adalah 25,5%, gizi kurus 18,0% dan status gizi Pemenuhan kebutuhan pangan berasal
pendek 30,3%. Penilaian Status Gizi dan Ke- dari produksi sendiri berupa kacang panjang,
luarga Sadar Gizi (PSG Kadarzi) Tahun 2010 gambas, timun, kangkung, singkong, ubi jalar
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabu- yang ditanam di pekarangan rumah sedangkan
paten Sarolangun, terdapat balita dengan untuk membeli ransum (istilah lokal untuk ba-
prevalensi gizi kurus yaitu sebesar 11,6%. Se- han pangan yang dibawa mandah) yaitu beras,
dangkan di Kecamatan Pauh terdapat 2,589 gula, garam, ikan asin, ikan teri, mie instan, te-
balita dengan prevalensi balita gizi kurus dan lur diperoleh dengan membeli ke kalangan
sangat kurus yaitu 14,2% (Depkes, 2011). (pasar yang berlangsung sekali seminggu di
Dari hasil pelacakan dan konfirmasi gizi Ibukota Kecamatan).
buruk yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Semua balita yang menjadi informan men-
Provinsi Jambi dan Kabupaten Sarolangun, be- galami masalah gizi. Berdasarkan indeks TB/U
berapa kasus gizi buruk terjadi pada balita yang ada 4 anak yang pendek (stunting) dan 1 sangat
mengikuti orang tua yang sedang melakukan pendek (severely stunting). Indeks BB/TB terda-
mandah. Budaya mandah yaitu kebiasaan ting- pat 4 anak dengan status gizi kurus (wasting)
gal selama berhari-hari bahkan menetap di serta berdasarkan indeks BB/U semua balita
dalam talang/huma (ladang) selama musim mengalami berat badan kurang.
bercocok tanam hingga musim panen. Biasanya Asupan pangan yang kurang menjadi salah
kepala keluarga akan membawa seluruh ang- satu penyebab langsung terjadinya masalah gizi
gota keluarga termasuk anak-anak untuk ting- pada balita. Dari hasil food recall 2 x 24 jam
gal di talang/huma. Penelitian ini bertujuan hampir semua asupan zat gizi makro balita
untuk mengetahui faktor-faktor penyebab ma- berada pada tingkat defisit yaitu < 70% angka
salah gizi balita pada keluarga yang mandah di kecukupan gizi (AKG). Jenis zat gizi makro yang
Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun paling sedikit adalah protein. Kekurangan pro-
Provinsi Jambi. tein pada balita dapat berakibat terjadinya ga-
gal tumbuh serta penurunan daya tahan tubuh
Metode Penelitian karena peran protein yang sangat penting
Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuali- dalam pembetukan daya tahan tubuh. Hasil
tatif dengan pendekatan fenomologi. Pendeka- penelitian. Penelitian Martianto, dkk (2006),
tan fenomologi menaruh minat pada ‘dunia ke- pola konsumsi pangan pada balita yang miskin
hidupan’ (life world) pribadi individu dan protein akibat minimnya bahan pangan hewani
kelompok, serta bagaimana life world tersebut yang dikonsumsi menjadi salah satu penyebab
mempengaruhi motif, tindakan, serta komuni- masalah gizi kurus (wasting) di Kabupaten
kasi mereka. Informan adalah 5 keluarga balita Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Halaman 23 Jurnal Precure |Tahun 1 Volume 1 | April 2013 | Epi Treat Unit-Universitas Sumatera Utara
Asupan zat gizi mikro yang paling sedikit Pembahasan
adalah Zinc, Fe dan Ca. Menurut hasil peneli- Dickin dalam Sanjur (1982) mengemu-
tian Black (1998), bahwa kekurangan zinc dan kakan bahwa preferensi atau pilihan makanan
besi akan berakibat fatal terutama pada pem- pada awal kehidupan sangat dipengaruhi oleh
bentukan struktur otak, fungsi otak dan meng- budaya yang berhubungan dengan pola makan
ganggu respon tingkah laku dan emosi. Hasil yang dianut di masyarakat. Reynolds dan Kleep
penelitian yang dilakukan oleh Prasad dan Hal- (2010) mengemukakan bahwa ekologi berpen-
sted (1990) menunjukkan bahwa defisiensi garuh terhadap pembentukan pola konsumsi
seng menyebabkan stunting dan hypogonadism seseorang salah satunya yaitu lingkungan fisik
pada anak laki-laki petani Iran. Dari hasil yang meliputi geografi dan ketersediaan
penelitian Nasution (2002) di daerah Kebumen makanan di rumah serta di sekitarnya. Jenis
memperlihatkan bahwa pemberian suplemen- bahan pangan yang tersedia dan lebih mudah
tasi besi (Fe) dan seng (Zn) mempunyai efek diakses mempunyai peluang lebih besar dikon-
yang signifikan terhadap panjang badan menu- sumsi.
rut umur pada balita. Ketersediaan bahan pangan yang melim-
Asupan pangan balita yang kurang dise- pah sekalipun tidak menjamin balita mendapat
babkan oleh ketersediaan pangan yang kurang, asupan makanan yang cukup jika ada gangguan
pemanfaatan pangan oleh balita yang kurang, pada kemampuan balita dalam memanfaatkan
akses fisik ke fasilitas belanja. makanan. Ada balita yang diare dan alergi.
Ketersediaan pangan yang kurang pada Menurut ibu balita, anaknya menjadi rewel dan
rumah tangga disebabkan oleh rendahnya daya tidak mau makan. Selain itu pemberian
beli keluarga. Salah satu ayah balita mengata- makanan pada balita tanpa diawasi mengaki-
kan usia karet yang tua menghasilkan getah batkan makanan yang dikonsumsi tidak maksi-
yang sedikit, juga jika sedang musim hujan mal. Hal ini terjadi akibat ibu yang berjualan
maka getah karet yang dihasilkan akan juga karena ibu yang bekerja di kebun untuk
berkurang. memenuhi kebutuhan pangan. Lestrina (2009),
Ayah Pendi berkeluh kesah pada peneliti salah satu penyebab tidak langsung dari balita
mengenai hasil getah yang diperoleh pada saat yang gizi buruk di Kecamatan Lubuk Pakam
musim hujan sekarang. Ayah Pendi yang bi- adalah ibu yang bekerja diluar, sehingga ibu
asanya mendapatkan Rp.720.000/bulan ketika menyerahkan pemberian makanan kepada
musim kering, pada musim hujan pendapatan orang lain seperti kakak, ayah atau neneknya.
yang diperoleh menjadi sekitar Rp.500.000 Lokasi tempat tinggal orangtua yang man-
dikurangi lagi dengan ongkos ojek getah dah berdampak keluarga mengalami kesulitan
Rp.80.000/100 Kg pendapatan ayah Pendi akibat keterisolasian. Keterisolasian disini mak-
menjadi Rp. 420.000. sudnya kesulitan akses keluarga untuk keluar
Ketersediaan pangan yang kurang juga “sesukanya” dari tempat tinggal mereka yang
disebabkan oleh pilihan bahan pangan ke- diakibatkan beratnya medan dari dan menuju
luarga. Menurut ibu balita bahan pangan yang lokasi keluarga mandah. Ada 3 keluarga yang
dibeli adalah yang tahan lama dengan alasan relatif lokasi mandahnya cukup sulit dan mem-
ketiadaan sarana penyimpanan serta kebiasaan butuhkan waktu >1.5 jam untuk sampai ke lo-
sejak kecil ketika mereka dibawa mandah oleh kasi. Kondisi medan tempat tinggal pada ken-
orangtua. Saat bahan pangan lauk pauk habis yataannya mempersulit keluarga untuk berper-
keluarga akan menggunakan singkong/ubi jalar gian ke luar. Informan mengatakan jika sedang
sebagai pengganti. Hal ini seperti yang disam- musim hujan akan semakin mempersulit
paikan oleh orangtua balita. mereka untuk pergi berbelanja makanan mau-
“Kami membeli bahan yang tahan lama pun menjual getah. Hal ini seperti yang diung-
pak dan dari dulu waktu orangtua kami menga- kapkan salah satu ibu balita.
jak ke kebun juga membawa bahan pangan “Payah pak ketempat kami ini, apalagi
itu”(Ibu Zulfadli). “Kalau untuk makan, kami kalau sudah musim hujan berpikir kami mau
membelinya 2 minggu sekali pak, tergantung keluar, susah pak karena jalannya licin dan ber-
dari ada tidak uang. Biasanya bahan pangan lumpur, tapi mau gimana lagi ya seperti inilah
yang dibeli yang itu-itu saja pak, Saya ini dari kondisinya.” (Ayah Pendi). “Kalau lagi air surut
kecil sering ikut orangtua mandah”(Ibu Anita). kami susah keluar pak karena perahu tidak bisa
“Kalau sedang tidak ada lauk pak, saya masak bersandar ketepi, jadi kami harus turun ke air
ubi ditumis pak, wah enak loh rasanya pak, ba- dan berjalan didalam air hingga batas dada un-
pak belum pernah denger khan kalau ubi bisa tuk mencapai perahu. Ada pak jalan lewat darat
jadi lauk”(Ibu Pendi). tapi memutar jauh, lagi pula kami tidak punya
motor”(Ayah Anita).
Cox dan Anderson (2008) menyatakan
Jurnal Precure |Tahun 1 Volume 1 | April 2013 | Epi Treat Unit-Universitas Sumatera Utara Halaman 24
bahwa akses rumah tangga terhadap fasilitas tangan sebelum makan. Berikut suasana salah
belanja dipengaruhi oleh daerah tempat tinggal satu keluarga saat ibu memberikan makan pada
mereka, keberadaan transportasi publik. Bali- balita:
wati dan Roosita (2004) mengatakan bahwa Saat itu Budi sedang bermain-main
letak tempat tinggal petani, ketersediaan jalan disamping ibunya yang sedang membersihkan
dan sarana produksi adalah faktor yang sangat rumput pengganggu dari tanaman kacang pan-
penting dalam rangka meningkatkan produksi jang. Ibu Budi sejak pukul 9 pagi memang bi-
dan ketersediaan pangan setempat. asanya membersihkan kebun sayuran mereka.
Status kesehatan yang rendah pada balita Tampak Budi tidak menggunakan baju saat ber-
berdampak pada terganggunya metabolisme main tanah didekat ibunya yang sedang
penyerapan zat gizi yang biasanya disebabkan bekerja. Saat itu pukul 11.00, Budi menangis
karena anak yang sakit akan menjadi rewel dan lalu ibu Budi dengan cepat meraih dan meng-
kehilangan nafsu makan. Bersamaan dengan gendong Budi keatas dan menaruh Budi dilan-
kondisi tersebut, kebutuhan energi pada balita tai dapur sembari menyiapkan makanan.
juga meningkat dibandingkan pada kondisi ti- Faktor penjamu (host) yang menyebabkan
dak sakit. Dari hasil wawancara yang dilakukan diare pada balita salah satunya adalah faktor
ada beberapa hal yang membuat status kese- perilaku hygiene yang buruk misalnya dalam
hatan balita rendah yaitu diare, berat badan perilaku mencuci tangan, kebersihan putting
lahir rendah, pemberian MP-ASI dini dan susu, kebersihan dalam botol susu dan dot susu
kurangnya pemberian ASI serta pemanfaatan pada balita.
fasilitas kesehatan yang rendah. Dari wawancara yang dilakukan semua ibu
Ada tiga balita pada penelitian ini yang tidak memberikan ASI Ekslusif pada balita
memiliki berat badan lahir cukup rendah yaitu mereka. Hal ini dikarenakan karena sebelum
<2500 gram. Menurut beberapa ibu balita, saat usia 6 bulan balita telah diberikan makanan
hamil, mereka jarang bahkan ada yang tidak lain. Alasan pemberian makanan ini karena an-
pernah melakukan Ante Natal Care (ANC). Ala- juran dari orangtua mereka. Ada juga ibu yang
san ibu karena jarak lokasi mandah yang jauh tidak memberikan ASI pada balitanya hingga
dari fasilitas pelayanan kesehatan serta kasihan usia 2 Tahun. Adapun alasan ibu tidak mem-
jika meninggalkan suami di lokasi mandah berikan sebagai berikut:
sendirian. Ada juga ibu balita yang memeriksa- “Pendi memang tidak saya berikan lagi
kan kehamilan yang dilakukan secara ASI, sejak saya hamil lagi langsung saya berhen-
‘sambilan’ ketika saat itu ibu mengikuti suami tikan. Kasihan juga dia, kadang-kadang masih
keluar untuk belanja ransum. Penelitian Hat- minta dia” (Ibu Pendi). “Anita menangis kalau
moko (2008), mengungkapkan ada hubungan sedang menyusi, saya rasa karena air susu saya
yang signifikan antara kejadian BBLR dengan sedikit”(Ibu Anita)
frekuensi pemeriksaan ANC di RSUD Sragen Pemberian ASI dapat menekan terjadinya
sejak tahun 2006 – 2007. penyakit infeksi pada balita. Kandungan nutrisi
Ada beberapa balita yang mengalami ser- dalam ASI yang sesuai mencukupi kebutuhan
ing mengalami diare. Keberadaan penyakit balita usia 0-6 bulan. Proses pemberian ASI
diare pada balita dapat menyebabkan malab- juga meminimalkan terjadinya kontak dengan
sorbsi makanan diwaktu yang sama akibat lingkungan sehingga ASI lebih aman dan
diare biasanya anak menjadi susah makan se- higienis. Penelitian yang dilakukan di Filipina
hingga makin memperparah kondisi gizi balita. menunjukkan bahwa pemberian MP-ASI dini
Sebaliknya kekurangan gizi dapat menyebab- pada bayi yang berusia 0–2 bulan membuat
kan anak rentan terserang penyakit diare balita beresiko 17 kali terkena diare dibanding-
karena akibat kurang gizi, daya tahan tubuh kan yang diberikan ASI saja.
balita menjadi berkurang. Dari hasil wawancara yang semua balita
Kejadian diare ini kemungkinan disebab- jarang dibawa ke Posyandu ataupun ke fasilitas
kan oleh beberapa hal yaitu : beberapa keluarga kesehatan lainnya. Ada beberapa alasan yang
memanfaatkan sungai yang ada berada didekat membuat balita tersebut jarang dibawa ke Po-
rumah sebagai air minum, memasak dan juga syandu yaitu sebagai berikut : pertama adalah
kegiatan mandi, cuci dan kakus (MCK). Mathew, akses ke sarana pelayanan kesehatan. Ke-
dkk (2009), mengemukakan bahwa peng- beradaan lokasi mandah membuat keluarga
gunaan air dari sumber yang terbuka (sungai) kesulitan untuk sewaktu-waktu keluar untuk
meningkatkan resiko pemberian makanan sekadar membawa balita mereka menimbang
balita yang tidak higienis yang akhirnya men- ke Posyandu. Hal ini juga menjadi alasan ketika
ingkatkan resiko diare pada balita. Selain itu ibu Pendi yang sedang hamil jarang memerika-
kebersihan pribadi juga berkontribusi terhadap sakan kehamilannya sehubungan kondisi
kejadian diare. Salah satu aspeknya adalah cuci mereka yang mandah. Murniati (2008), menun-
Halaman 25 Jurnal Precure |Tahun 1 Volume 1 | April 2013 | Epi Treat Unit-Universitas Sumatera Utara
jukkan bahwa pemanfaatan pelayanan antena- Daftar Pustaka
tal care di Kabupaten Aceh Tenggara berhubun- Depkes, 2008. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007, Jakarta
gan dengan jarak tempat tinggal ke fasilitas ke- Depkes, 2011. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010, Jakarta
sehatan. Menurut Yulianto (2005), bahwa ren-
dahnya pemanfaatan Puskesmas di Kabupaten Arisman, M.B, 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan, Jakarta :
Pasuruan adalah dikarenakan salah satunya Penerbit Buku Kedokteran EGC Martianto, D., Riyadi, H.,
Hastuti, D., Oedjoe, R., Sulistijo, D., Saleh, A. 2006. Analisis
adalah jarak Puskesmas ke tempat tinggal Situasi Ketahanan Pangan dan Gizi Program Untuk Mem-
masyarakat miskin. perbaiki Ketahanan Pangan dan Status Gizi di Kabupaten
Penyebab langsung masalah gizi balita Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur. Bogor : Institut
pada keluarga mandah adalah asupan pangan Pertanian Bogor dan Plan Indonesia.
dan status kesehatan balita. Namun permasala- Hatmoko, B., 2008. Hubungan Pemeriksaan Ante Natal Care
hannya tidak sesederhana itu, dalam masalah ANC dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah BBLR di
status gizi pada anak yang dibawa mandah ini, RSUD Sragen Tahun 2006 – 2007. Diakses 10 Juli 2012 :
kompleksitas masalah justru disebabkan oleh www. etd. eprints.ums.ac.id/1275
kerumitan yang timbul akibat penyebab tidak Bungin, B,. 2007 a. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Eko-
langsung yang mengakibatkan timbulnya pen- nomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta :
yebab langsung. Kencana Prenada Media Group 2007 b. Analisis Data Peneli-
Kompleksitas masalah gizi pada anak yang tian Kualitatif : Pemahaman Filosofi dan Metodologis
Kearah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta : PT. Raja Graf-
mandah mengakibatkan tidak ada faktor yang indo Persada.
dapat berdiri sendiri untuk menyebabkan mun-
culnya masalah gizi pada balita jika tanpa du- Brown, J.E., 2005. Nutrition Through The Life Cycle, Bel-
kungan faktor-faktor yang lain. mont USA : Wadsworth Inc.
Peneliti melihat bahwa fenomena terjad- Barasi.,E,. 2007. At a Glance Ilmu Gizi. Terjemahan, Jakarta :
inya masalah gizi pada balita mirip dengan Penerbit Erlangga.
model jaring-jaring laba-laba yang saling ber-
kaitan. Hal ini karena penyebab tidak langsung Gibney, J., Margaretts, M., Kearney, M., Arab, L., 2009. Gizi
Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
saling tali temali untuk menyebabkan timbul- EGC.
nya penyebab langsung maupun timbulnya
antar penyebab tidak langsung. Lestrina, D., 2009. Penanggulangan Gizi Buruk di Wilayah
Kerja Puskesmas Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang,
Tesis, Medan : Prodi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat USU.
Kesimpulan dan Saran
Penyebab langsung masalah gizi balita Murniati.,2008. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan
pada keluarga mandah pertama adalah asupan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care Pada Ibu Hamil di
pangan yang kurang yang dipengaruhi oleh ket- Kabupaten Aceh Tenggara. Medan : Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat USU.
ersediaan makanan kurang, pilahan bahan pan-
gan, akses fisik ke fasilitas belanja serta peman- Mathew,K., Amodu, D., Sani, I.,Solomon, 2009. Infant Feed-
faatan pangan yang rendah. Kedua adalah ing Practises and Nutrional Status of Children in North
status kesehatan yang buruk yang diakibatkan Western Nigerian. Asian Journal of Clinical Nutrition Vol. 1
Tahun 2009.
oleh diare, BBLR, pemanfaatan pelayanan kese-
hatan yang rendah serta kurangnya pemberian Nasution, E,.2002. Efek Suplementasi Zinc dan Besi Pada
ASI. Penyebab tidak langsung dari masalah gizi Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan di Kabupaten Kebu-
pada balita yang dibawa mandah tersaji baik men Jawa Tengan. Majalah Kesehatan Masyarakat Volume
VI. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
karena keberadaan lokasi keluarga yang man-
dah maupun karena sebab-sebab lain yang ti- Tiwari,C., Joshi, B., 2011. Natural and socio-economic fac-
dak ada hubungannya dengan keberadaan ke- tors affecting food securityin the Himalayas. Diakses tang-
luarga yang mandah tersebut. gal 5 Juni 2012 http:/Springer.com/document/DOI
10.1007/s12571.
Pemerintah perlu memahami masalah-
masalah gizi yang terjadi dari sudut pandang Tiwari,C., Joshi, B., 2006. Rencana Aksi Nasional Pangan dan
masyarakat sebelum merencanakan program Gizi : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
gizi. Diperlukan pengamatan dan analisis kebu- Arisman, M.B, 2010. Laporan Penilaian Status Gizi Kabu-
paten Sarolangun Tahun 2010 : Dinas Kesehatan Kabupaten
tuhan yang mendalam mengenai hal-hal apa Sarolangun.
yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat
dalam rangka penanggulangan masalah gizi. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jambi Tahun
Pemerintah perlu membangun infrastruktur 2010, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
baik jalan maupun jembatan pada daerah-
daerah yang menjadi sentra ekonomi yaitu di-
wilayah perkebunan karet rakyat untuk mem-
buka akses keluarga yang berada di lokasi man-
dah.
Jurnal Precure |Tahun 1 Volume 1 | April 2013 | Epi Treat Unit-Universitas Sumatera Utara Halaman 26

Anda mungkin juga menyukai