Anda di halaman 1dari 10

HIGEIA 3 (1) (2019)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Kondisi Demografi Ibu dan Suami pada Kasus Kematian Ibu

Sri Handayani 1, Kismi Mubarokah 1

1
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 adalah menurunnya angka kematian
Diterima 5 Mei 2018 ibu (AKI). Di Kota Semarang AKI masih menjadi perhatian penting dimana pada 2017 kasus AKI
Disetujui 24 Januari 2019 masih tinggi yaitu 23 kasus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik
Dipublikasikan 31Januari dan faktor risiko ibu meninggal karena kehamilan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif,
2019 data penelitian merupakan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tentang AKI
________________ tahun 2015 dan 2016. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 67 kasus AKI. Penelitian
Keywords: dilaksanakan pada bulan Mei 2018. Data diolah dengan menggunakan uji deskriptif dengan
Pregnancy, Maternal menyajikan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur ibu meninggal rata-
mortality rate, SDGs, rata 30 tahun, dengan 70,1% tergolong dalam kelompok non-risti menurut umur. Tingkat
husband’s characteristic Pendidikan ibu sebagain besar pada kategori menengah (70,1%), ibu hamil meninggal rata-rata
____________________ pada kehamilan usia 33 bulan (trimester ketiga). Sebagian besar kasus melakukan kunjungan
DOI: antenatal care (80,6%). Karakteristik suami pada kasus sebagian besar berusia tua (50%), dengan
https://doi.org/10.15294 tingkat pendidikan rendah (33,3%), dan memiliki peran yang kurang pada saat ibu mengalami
/higeia/v3i1/23060 kehamilan (42,9%).
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
One of the targets of the 2030 Sustainable Development Goals (SDGs) is the decline in the maternal mortality
rate (MMR). In the city of Semarang AKI was still an important concern wherein 2017 cases of MMR were
still high at 23 cases. The purpose of this study was to describe the characteristics and risk factors for maternal
death due to pregnancy. This research was a descriptive study, the research data was secondary data from the
Semarang City Health Office about MMR in 2015 and 2016. The number of samples in the study was 67 cases
of MMR. The study was conducted in May 2018. Data were processed using descriptive tests by presenting
frequency distributions. The results showed that the age of the mother died an average of 30 years, with 70.1%
belonging to the non-medical group according to age. The mother's education level was mostly in the middle
category (70.1%), pregnant women die on average at 33 months of pregnancy (third trimester). Most cases
made antenatal care visits (80.6%). The characteristics of the husband in the case were mostly old (50%), with
a low level of education (33.3%), and had a less role when the mother had a pregnancy (42.9%).

© 2019 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung Prodi S1 Kesehatan Masyarakat UDINUS,
Jl. Nakula I No. 5-11, Semarang, 50131 e ISSN 1475-222656
E-mail: yanih61@gmail.com

99
Sri H., Kismi M. / Kondisi Demografi Ibu / HIGEIA 3 (1) (2019)

PENDAHULUAN kelahiran hidup. Adapun penyebab kematian


ibu pada umumnya 49% disebabkan karena
Millenium Development Goals (MDGs) eklamsia dan 25% karena perdarahan (Dinas
mempunyai peran utama dalam berfokus secara Kesehatan Kota Semarang, 2014). Pada
global dan sumber utama perkembangan isu dasarnya penyebab kematian ibu saat ini
global. Diantara 8 target MDGs, tiga merupakan penyebab yang seharusnya dapat
diantaranya berhubungan dengan kesehatan dan dicegah. Salah satu faktor yang berhubungan
indikatornya yang merupakan tantangan dengan kejadian kematian ibu menurut
penting bagi kesehatan secara global (Shah, penelitian Lestari yaitu anemia, dimana anemia
2016). Indonesia tidak berhasil mencapai sangat rentan diderita oleh ibu mengalami
MDGs pada 2015 disebabkan tingginya angka kehamilan diusia beresiko yaitu memiliki 1,8
kematian ibu yang masih tinggi hingga saat ini. kali kemungkinan mengalami anemia
Angka kematian ibu juga merupakan penyebab dibandingkan dnegan ibu dengan kehamilan
paling besar tidak tercapainya target Millennium pada umur tidak beresiko (Lestari, 2017).
Development Goals (MDGs) 2015 di negara- Berdasarkan data awal menunjukkan
negara berkembang termasuk Indonesia (WHO, bahwa di kota Semarang ketersediaan ahli
2015). kandungan sangat minim di rumah sakit.
Angka kematian ibu (AKI) merupakan Dokter ahli kandungan hanya tersedia 24 jam di
salah satu indikator kesehatan nasional dan rumah sakit dr. Kariadi dan rumah sakit
merupakan target SDGs 2030 dimana AKI Tugurejo, selain kedua rumah sakit tersebut
menurun hingga 70 per 100.000 kelahiran hidup dokter ahli kandungan hanya didatangkan saat
(Bappenas, 2013). Di tahun 2016 AKI di dibutuhan. Perlu kita tahu bahwa kesiapan
Indonesia masih sangat tinggi yaitu mencapai rumah sakit dan tenaga kesehatan dalam
359 per 100.000 kelahiran hidup, angka tersebut memberikan pelayanan kehamilan harus
menduduki peringkat pertama di Asia Tenggara tanggap, cepat dan tepat. Jika hal tersebut tidak
(Rafikasari, 2017). dipenuhi maka kemungkinan secara langsung
Angka kematian ibu tertinggi menurut menjadi faktor eksternal penyebab kematian ibu.
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun 2015 Survei awal menunjukkan bahwa suami
adalah Kabupaten Brebes 52 kasus, Kota terkadang acuh dengan pemeriksaan kesehatan
Semarang 35 Kasus, Kabupaten Tegal 33 kasus. ibu hamil. Ketidaktahuan akan komplikasi
Angka kematian ibu (AKI) di Kota Semarang kehamilan yang mungkin bisa terjadi
mengalami kenaikan setiap tahunnya, pada kemungkinan dapat menjadikan keterlambatan
tahun 2013 yaitu 107,95 per 100.000 kelahiran pengambilan keputusan untuk mengakses
hidup, pada tahun 2014 yaitu 122,25 per pelayanan kesehatan. Berdasarkan penelitian
100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2015 yaitu yang dilakukan oleh Nurmawati juga
128,05 per 100.000 kelahiran hidup. Angka menyatakan bahwa beberapa suami acuh dan
tersebut belum memenuhi target MDGs yaitu tidak mendukung dalam melakukan akses
angka kematian ibu (AKI) sebesar 102 per pelayanan kesehatan selama kehamilan
100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu tertinggi (Nurmawati & Indrawati, 2018).
pada tahun 2015 adalah karena eklampsia Berdasarkan profil kesehatan kota
(34%), kedua adalah karena perdarahan (28%), Semarang cakupan pelayanan K4 mencapai
disebabkan karena penyakit (26%), dan lain-lain angka yang sangat tinggi yaitu sebesar 97,2%.
(12%) (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2015). Kunjungan pasca melahirkan pun tinggi pada
Angka kematian ibu di Kota Semarang KF1 sebesar 95% dengan target 90%, KF3
menduduki peringkat kedua tertinggi di Jawa sebesar 87% dengan target 90% (Dinas
Tengah dan menjadi perhatian khusus Kesehatan Kota Semarang, 2014). Namun hal
pemerintah terlebih karena meningkat pada tersebut tidak diimbangi dengan penurunan
tahun 2014 menjadi 122,25 per 100.000 AKI, justru kota Semarang menduduki

100
Sri H., Kismi M. / Kondisi Demografi Ibu / HIGEIA 3 (1) (2019)

peringkat kedua AKI di provinsi Jawa Tengah. dianalisis meliputi editing, entry, dan tabulating.
Tingginya AKI di kota Semarang menunjukan Data diolah secara deskriptif dengan
keadaan sosial ekonomi dan pelayanan menyajikan tabel distribusi frekuensi. Jumlah
kehamilan yang rendah. Kematian ibu terjadi total sampel dalam penelitian ini adalah 67
karena keterlambatan mengakses pelayanan kasus yang merupakan total kasus kematian ibu
kesehatan kegawatdaruratan yang disebabkan di tahun 2015 dan 2016. Variabel dalam
karena keterlambatan mengenali tanda bahaya penelitian ini adalah umur ibu saat meninggal,
dan pegambilan keputusan. Selain itu faktor jumlah anak yang dimiliki, jarak anak, kondisi
kematian ibu tidak terlepas dari faktor ibu saat meninggal (nifas atau proses melahirkan
sendiri yaitu “4 terlalu” terlalu muda saat atau hamil), usia kehamilan saat meninggal,
melahirkan, terlalu tua saat melahirkan, terlalu Pendidikan, pekerjaan, faktor risiko sebelum
banyak anak, dan terlalu rapat jarak kelahiran. hamil, faktor risiko melahirkan, keadaan bayi
Penelitian Nurul Acni menyatakan bahwa (hidup atau meninggal).
kematian ibu sebagian besar terjadi pada masa Karakteristik suami didapatkan
nifas sehingga pentingnya kunjungan kesehatan menggunakan kuesioner dengan pendekatan
pasca melahirkan (Acni, 2013). kasus kontrol dengan perbandingan 1:2 dimana
Berlawanan dengan angka kunjungan jumlah kontrol merupakan kelipatan dua kali
yang tinggi, kematian ibu justru 61% terjadi jumlah kasus. Kontrol diambil secara acak di
pada masa nifas. Dengan kelompok usia 20-34 sekitar kasus. Data pada suami diambil dengan
tahun menyumbangkan angka kematian menggunakan kuesioner dengan teknik
terbesar yaitu 69% dari total AKI (Dinas wawancara. Kuesioner terdiri dari karakteristik
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015). Jika demografi suami, pengetahuan seputar
dilihat dari karakteristik umur, justru kematian kehmailan dan pertanyan peran yang meliputi
ibu terjadi di usia yang bukan tergolong risiko Selama istri anda hamil seberapa sering anda
tinggi. Karena hal tersebut maka peneliti ingin mencari informasi seputar kehamilan, Selama
mengetahui bagaimanakah karakteristik dan istri anda hamil seberapa sering anda mencari
faktor risiko yang menyertai ibu meninggal informasi seputar perawatan bayi, Seberapa
karena sebab kehamilan. Berdasarkan gambaran sering anda menemani istri untuk
latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui memeriksakan kehamilan, Seberapa sering anda
lebih dalam karakteristik ibu dan suami yang mengingatkan istri untuk meminum suplemen
mengalami kematian ibu di kota Semarang. (zat besi) selama kehamilan, Seberapa sering
anda memperhatikan asupan makanan istri
METODE anda selama kehamilan, Seberapa sering anda
membicarakan hasil kunjungan istri anda ke
Penelitan ini merupakan penelitian bidan atau dokter. Dengan pilihan jawaban
analitik deskriptif. Data dalam penelitian ini selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak
merupakan data sekunder yang diperoleh dari pernah. Sedangkan pengetahuan diukur dengan
hasil rekapan AKI Dinas Kesehatan kota menggunakan kuesioner dengan pertanyaan
Semarang tahun 2015 dan 2016. Data terdiri pengertian kunjungan antenatal, apakah ibu
dari umur ibu saat meninggal, jumlah anak yang hamil harus melakukan kunjungan kedokter
dimiliki, jarak anak, kondisi saat meninggal saat dirinya hamil, selama kehamilan berapa
(nifas atau proses melahirkan atau hamil), usia kali ibu hamil harus melakukan kunjungan
kehamilan saat meninggal, Pendidikan, antenatal ke pelayanan kesehatan, kapan ibu
pekerjaan, faktor risiko sebelum hamil, faktor hamil harus melakukan kunjungan antenatal,
risiko melahirkan, keadaan bayi (hidup atau apakah kunjungan antenatal pertama harus
meninggal). Data tersebut merupakan data dilakukan saat kandungan pada trimester
kematian ibu dari 37 puskesmas yang ada di pertama, apakah imunisasi TT kepada ibu hamil
Kota Semarang. Data sekunder yang terkumpul diperlukan pada saat kehamilan, apakah ibu

101
Sri H., Kismi M. / Kondisi Demografi Ibu / HIGEIA 3 (1) (2019)

hamil membutuhkan tambahan vitamin selama trimester ketiga dimana dapat mengalami
kehamilan, apakah ibu hamil membutuhkan eklamsia dan kelahiran premature. Hal ini dapat
konsumsi zat besi pada saat kehamilan, apakah meningkatkan angka kematian ibu (AKI).
kegunaan zat besi untuk ibu hamil, jenis tes Kecemasan yang dialami oleh ibu dapat
kesehatan yang diperlukan oleh ibu hamil, dan disebabkan oleh berbagai salah satunya yaitu
komplikasi yang mungkin muncul saat faktor dukungan terutama oleh suami.
kehamilan. Dukungan suami sangat diperlukan dalam
proses kehamilan ibu untuk menghindari
HASIL DAN PEMBAHASAN kecemasan yang dapat meningkatkan kejadian
preeklamsia (Prema Diani, 2013).
Penelitian ini berlokasi di kota Semarang Penelitian dari Sri Yatun menunjukkan
dengan menggunakan data sekunder dari 37 bahwa ibu yang mempunyai usia beresiko
puskesmas di kota Semarang. Penelitian ini mempunyai faktor risiko terjadinya eklampsia
dilaksanakan selama satu bulan pada bulan mei yang berhubungan dengan terjadinya kematian
2018. Data Sekunder diambil secara langsung di ibu. Sedangkan usia 20-35 tahun merupakan
Dinas Kesehatan Kota Semarang pada Mei usia ideal untuk hamil dan pada usia ini
2018. Analisis univariat dilakukan pada semua memiliki resiko yang rendah untuk terjadinya
variabel yaitu umur ibu saat meninggal, jumlah eklampsia. Selain itu usia pada kelompok resiko
anak yang dimiliki, jarak anak, kondisi saat tinggi memiliki kemungkinan mengalami
meninggal (nifas atau proses melahirkan atau komplikasi penyakit seperti hipertensi kronik,
hamil), usia kehamilan saat meninggal, diabetes mellitus dan sebagainya (Utama, 2008).
Pendidikan, pekerjaan, faktor risiko sebelum Selain berhubungan dengan kematian ibu, usia
hamil, faktor risiko melahirkan, keadaan bayi ibu juga memiliki resiko untuk melahirkan bayi
(hidup atau meninggal) serta karakteristik suami lahir dengan berat badan rendah. Ibu dengan
meliputi usia, pendidikan dan peran. usia tidak beresiko lebih cenderung untuk
Berdasarkan analisis univariat distribusi memiliki bayi dengan berat badan normal
umur ibu meninggal karena kehamilan sebagian namun ibu dengan usia beresiko memiliki
besar pada usia 20-35 tahun yaitu sebesar kemungkinan untuk melahirkan bayi dengan
70,1%, dan usia dibawah 20 tahundan siatas 35 berat badan rendah (Salawati, 2012).
tahun sebanyak 29,9%. Rata-rata ibu meninggal Tingkat Pendidikan sebagian besar berada
pada usia 30 tahun dengan umur paling muda pada kategori menengah yaitu sebanyak 70,1%,
17 tahun dan paling tua 43 tahun. Jika dilihat tinggi sebesar 19,4%, dan rendah sebesar 10,5%.
dari kelompok umur, justru sebagian besar Dalam kasus kematian ibu tingkat pendidikan
berada dalam kelompok tidak beresiko. Hasil menengah lebih besar mengalami kasus
penelitian ini sejalan dengan data di Jawa kematian. Penelitian Asri menemukan bahwa
Tengah yang menunjukkan bahwa sebagian tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan
besar prosentase ibu kelompok usia 20-34 tahun tingkat kecemasan kehamilan (Wanda, 2014).
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2016). Hal ini dapat memungkinkan bahwa ibu dengan
Hal ini dapat disebabkan karena usia 20- tingkat Pendidikan menengah memiliki tingkat
34 tahun sebagian besar mengalami kehamilan kecemasan yang tinggi dalam kehamilan
pertama sehingga dapat meningkatkan sehingga lebih mungkin mengalami kasus
kecemasan menghadapi persalinan. Penelitian kematian ibu. Tingkat pendidikan memiliki
yang dilakukan oleh Asri menunjukkan bahwa hubungan dengan kejadian anemia yang secara
ada hubungan antara usia dengan kecemasan tidak langsung berhubungan dengan kejadian
ibu hamil dengan tingkat kecemasan usia 21-35 kematian ibu. Ibu dengan pendidikan rendah
tahun memiliki tingkat kecemasan tinggi memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk
(Wanda, 2014). Kecemasan dapat berdampak menderita anemia dibandingkan dengan ibu
buruk pada ibu dengan kehamilan pada dengan pendidikan tinggi (Purbadewi, 2013).

102
Sri H., Kismi M. / Kondisi Demografi Ibu / HIGEIA 3 (1) (2019)

Status pekerjaan ibu sebagian besar tidak melakukan persalinan pada tenaga kesehatan
bekerja (58,2%). Hasil penelitian Lestari (Rabea pengerti jekti, 2011). Hal ini mendukung
menunjukkan bahwa kasus anemia ibu hamil bahwa semua persalinan kasus ditolong oleh
lebih sering dialami oleh ibu dengan pendapatan tenaga kesehatan.
rendah (75,7%) (Lestari, 2017). Hal ini dapat Pada ibu hamil diwajibkan untuk
dihubungkan bahwa kematian ibu sebagaian melakukan kunjungan antenatal minimal 4 kali
besar terjadi pada ibu yang tidak bekerja yang dengan tujuan menghindari risiko komplikasi
berhubungan dengan tingkat pendapatan kehamilan dan persalinan. Adapun empat kali
sehingga berdampak pada tingkat kesehatan kunjungan tersebut terdiri dari kujungan
kehamilan. Jumlah anak kasus sebagian besar ≤ pertama yang dilakukan pada saat usia
3 anak (94%). Hal ini tidak sejalan dengan kehamilan sebelum 16 minggu. Kunjungan
penelitian Mariati dimana kasus kejadian kedua dilakukan pada saat kehamilan usia 24-28
kematian ibu paling banyak berada pada ibu minggu dan kunjungan ketiga pada usia
dengan paritas lebih dari tiga (Mariati et al., kehamilan 30-32 minggu. Kunjungan keempat
2011). Sebagian besar bayi yang dilahirkan digunakan untuk persiapan kelahiran pada saat
masih hidup (58,3%) dan ibu meninggal paling usia kehamilan mencapai 36-38 minggu. Selain
banyak pada fase nifas (74,6%). kunjungan saat kehamilan, ibu juga dianjurkan
untuk melakukan kunjungan masa nifas
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu setidaknya 3 kali yaitu 6 hari setelah persalinan,
Karakteristik Kategori N % 2 minggu setelah persalinan dan 6 minggu
Umur <20 tahun dan 20 29,9 setelah persalinan (Titaley, Dibley, & Roberts,
>35 Tahun 2011).
20-35 tahun 47 70,1
Dari Faktor risiko yang dimiliki ibu
Pendidikan Rendah 7 10,5
Menengah 47 70,1 diperoleh bahwa selama sebelum melahirkan
Tinggi 13 19,4 ibu memiliki faktor risiko sebesar 74,6% dan
Pekerjaan Bekerja 28 41,8 tidak ada resiko sebesar 25,4%. Adapun faktor
Tidak bekerja 39 58,2 risiko sebelum melahirkan terdiri dari 1,5%
Jumlah anak ≤3 63 94 mempunyai riwayat 3 kali abortus dan
>3 4 6
perdarahan, 1,5% penderita AIDS, 1,5%
Status bayi Hidup 35 58,3
Meninggal 25 41,7 Anemia, 1,5% anemia dengan KEK dan TB,
Status Hamil 17 25,4 1,5% jantung, 3% dengan Ca Mamae, 1,5%
Meninggal Nifas 50 74,6 dengan hipertensi, 3% dengan obesitas, 22,4%
preeklamsia berat, 6% dengan TBC, 1,5% usia
Sebagain besar kasus melakukan ANC risiko tinggi. Faktor risiko yang dimiliki ibu saat
(80,6%), rata-rata kunjungan ANC adalah 6 kali melahirkan terdapat 62% memiliki resko dan
baik pada dokter praktik mandiri, bidan praktik 38% tidak ada resiko. Adapun resiko selama
mandiri maupun puskesmas. Jika dilihat dari melahirkan terdiri dari 7,5% dengan kelainan
riwayat ANC kasus melakukan ANC jauh lebih jantung, 17,9% dengan preeklamsia berat,
banyak dibandingkan ANC yang dianjurkan 14,9% perdarahan, 3% dengan TBC, 3% dengan
yaitu 4 kali kunjungan, hal ini mengindikasikan tumor. Faktor risiko yang dimiliki ibu setelah
bahwa permasalahan pada kasus terjadi sejak melahirkan terdiri dari 94% dengan risiko dan
masa kehamilan. 19,4% tercatat tidak 6% tanpa resiko. Adapun resiko terdiri dari
melakukan kunjungan ANC. Namun seluruh 1,5% AIDS, 13,5% dengan kelainan jantung,
penolong persalinan kasus adalah tenaga 16,4% dengan preeklamsia berat, 19,5% dengan
kesehatan, dengan sebagian besar dirujuk perdarahan, 1,5% sepsis, 5,5% TBC dan 6%
kerumah sakit dengan kasus perdarahan. tumor otak.
Penelitian Jekti menunjukkan bahwa ibu hamil Ibu memiliki resiko sebelum melahirkan
dengan kepatuhan ANC yang baik akan yaitu 25,5% Preeklamsia berat, 6,4% memiliki

103
Sri H., Kismi M. / Kondisi Demografi Ibu / HIGEIA 3 (1) (2019)

penyakit TBC, dan 4,2% mengalami anemia. Standart pelayanan kesehatan ibu hamil
Dimana faktor tersebut menurut penelitian berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan yaitu
Nurul Acni merupakan faktor risiko utama petugas kesehatan wajib memberikan konseling
penyebab kematian ibu (Acni, 2013). Sedangkan kepada ibu hamil untuk menorong ibu saling
pada saat melahirkan menurun menjadi 62% bertukar informasi dan memberikan dukungan
memiliki faktor risiko yang terdiri dari PEB perencanaan pengambilan keputusan terkait
(27,7%), kelainan jantung (10,6%), dan TBC peningkatan kesehatan ibu. Dalam melayani ibu
(4,3%). Faktor risiko yang dimiliki setelah hamil, petugas kesehatan wajib mencegah
melahirkan meningkat yaitu sebesar 89,4% yang adanya infeksi yang mungkin dengan cara
terdiri dari 25,6% perdarahan, 8,5% TBC dan melakukan pelayanan dengan menggunakan
19,1% jantung. Dalam peneilitian Acni, alat pelindung diri diantaranya menggunakan
menunjukkan bahwa kelainan jantung dan sarung tangan dan mengelola pakaian
eklamsia/PEB merupakan faktor yang tekontaminasi dengan baik.
berhubungan dengan kejadian kematian ibu Jika ibu hamil memerlukan rujukan
(Acni, 2013). Namun terdapat faktor baru kegawatdaruratan, rujukan harus dilakukan
penyebab kematian Ibu yang ditemui di kota sesegera mungkin. Namun, jika rujukan bersifat
Semarang yaitu TBC, penyakit TBC menjadi berencana maka dapat disiapkan lebih awal
faktor risiko kematian ibu yang dimiliki baik mengenai tempat yang dituju dan transportasi
dalam fase kehamilan, melahirkan dan nifas. yang akna dipakai untuk kenyamanan dan
Hal ini dimungkinkan karena Semarang keamanan ibu hamil. Dalam melayani
memiliki angka TBC yang masih tinggi di Jawa kunjungan antenatal, petugas kesehatan harus
Tengah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa mengisi riwayat medis ibu hamil secara lengkap,
Tengah, 2016). melakukan pemeriksaan fisik, memberikan
Sebagian besar meninggal pada saat nifas suplemen dan pencegahan penyakit. Selain itu,
(74,6%). Sebagaian besar melakukan kunjungan petugas kesehatan juga harus melakukan
ANC (80,6%). Dengan faktor risiko sebelum identifikasi komplikasi sebelum menuju pada
melahirkan sebanyak 74,6% responden, terdapat usia kehamilan lanjut. Petugas kesehatan harus
faktor risiko saat melahirkan (62%) dan terdapat mampu menangani penyakit kegawatdaruratan
faktor risiko setelah persalinan sebesar 94%. pada kehamilan dan kelahiran yaitu resusitasi
Sebesar 34,3% ibu melakukan kunjungan ANC jantung dan paru pada kehamilan, syok,
di Puskesmas, 53,7% ibu melakukan ANC di resusitasi bayi baru lahir, dan gawat janin.
Bidan praktik mandiri, 10,4% melakukan ANC
di rumah bersalin, 29,9% melakukan ANC di Tabel 2. Distribusi Frekuensi Faktor Resiko
rumah sakit, dan 26,9% melakukan ANC di pada Ibu
dokter spesialis kandungan. Jikan dilihat dari Karakteristik Kategori N %
ANC Melakukan 54 80,6
berapa kali ibu melakukan ANC, ibu dengan
Kunjungan
faktor risiko sebelum melahirkan melakukan ANC
ANC paling banyak di bidan praktik mandiri Tidak 13 19,4
(53,7%). Sebesar 45% ibu melahirkan langsung Melakukan
ke rumah sakit tanpa rujukan dan 12% dirujuk Kunjungan
ANC
oleh bidan praktik mandiri. Hanya terdapat 2
Faktor risiko Ada 50 74,6
kasus yang meninggal di rumah. Jika dilihat sebelum Tidak ada 17 25,4
dari kesadaran ibu untuk melahirkan pada melahirkan
tenaga kesehatan sudah tinggi dibuktikan Faktor risiko Ada 31 62
dengan 45% ibu melahirkan di RS. Berbeda saat Tidak ada 19 38
melahirkan
dengan penelitian Hasnah yang menyatakan
Faktor risiko Ada 47 94
bahwa ibu meninggal karena keterlambatan setelah Tidak ada 3 6
rujukan (Hasnah, 2003). melahirkan

104
Sri H., Kismi M. / Kondisi Demografi Ibu / HIGEIA 3 (1) (2019)

Penelitian sebelumnya menunjukkan Peran suami merupakan faktor yang


bahwa kunjungan ibu hamil ke pelayanan sangat penting dalam mencegah terjadinya
kesehatan berhubungan dengan peran suami dan kematian ibu. Dari peneilitian diperoleh bahwa
peran orang tua. Dimana peran suami diperlukan sebagain besar suami mencari informasi seputar
untuk memberikan dukungan kepada istri untuk kehamilan selama istri hamil, namun jika
melakukan kunjungan selama kehamilan dan dibandingkan dengan informasi seputar
setelah melahirkan. Sebagian besar ibu meninggal perawatan bayi suami lebih sering mencari
karena kurangnya peran suami selama informasi seputar kehamilan. Suami selalu
kehamilan. Begitu juga dengan peran orang tua, memberikan dukungan untuk mengingatkan
dimana orang tua memiliki peran positif dalam istri mengkonsumsi penambah zat besi selama
meningkatkan kunjungan ibu hamil selama hamil. Secara umum dukungan suami baik
proses kehamilan dan kelahiran (Hafidz, 2007). kepada istri selama kehamilan namun jika
dibandingkan antara kelompok kasus dan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Suami kontrol, dukungan suami pada kelompok kasus
Karakteristik Kategori Kasus Kontrol lebih rendah dibandingkan dengan kelompok
N % N % kontrol.
Umur Muda 3 27,3 17 68
Penelitian Luh Putu Prema menunjukkan
Tua 8 72,7 8 32
Pendidikan Rendah 1 9,1 2 8 bahwa kecemasan yang sering dialami oleh ibu
Tinggi 10 90,9 23 92 hamil pada trimester ketiga membutuhkan
Pengetahuan Kurang 7 63,6 11 44 adanya peran suami yang optimal, peran suami
Tinggi 4 36,4 14 56 sangatlah penting karena dalam masa
Peran Baik 5 45,5 17 68 kehamilan ibu memerlukan dukungan
Kurang 6 54,5 8 8
emosional untuk menimbulkan perasaan tenang
pada ibu (Prema Diani, 2013). Peran suami
Berdasarkan analisis univariat diperoleh
yang kurang dapat menyebabkan rendahnya
bahwa sebagain besar kasus memiliki suami
kunjungan ANC yang dilakukan oleh ibu hamil.
dengan usia dalam kategori tua (72,7%) dengan
Berdasarkan penelitian Nurmawati didapati
tingkat pengetahuan kurang (63,6%) dan peran
bahwa ibu hamil yang tidak mendapatkan
kurang dalam mendukung kehamilan istri
dukungan oleh suami lebih jarang mengakses
(54,5%). Penelitian yang dilakukan oleh Effi
pemeriksaan kesehatan terkait kehamilannya
menunjukan bahwa peran suami memiliki
dibandingkan dengan ibu hamil yang
hubungan yang signifikan dengan perilaku ibu
mendapatkan dukungan oleh suaminya. Ibu
hamil dengan akses pelayanan antenatal dan
hamil yang memiliki suami dengan peran
persalinan (Hafidz, 2007). Penelitian oleh
rendah juga memiliki resiko 2,3 kali tidak
Yulistiana menunjukkan hal yang sama dimana
tercapainya kunjungan ANC dibandingkan
dukungan suami memiliki peran penting bagi
dengan ibu hamil dengan peran suami bagus
ibu hamil untuk mengakses layanan kesehatan
(Nurmawati, 2018).
pra dan paska kehamilan (Evayanti, 2015). Pada
Dalam penelitian ini peran terdiri dari
kelompok kasus sebagian besar memiliki
selama istri anda hamil seberapa sering anda
pendidikan tinggi namun memiliki peran yang
mencari informasi seputar kehamilan, Selama
rendah pada kehamilan istri. Hal ini
istri anda hamil seberapa sering anda mencari
bertentangan dengan Yulistiana dimana suami
informasi seputar perawatan bayi, Seberapa
dengan pendidikan tinggi memiliki peran yang
sering anda menemani istri untuk
baik dibandingkan dengan suami dengan
memeriksakan kehamilan, Seberapa sering anda
pendidikan rendah (Evayanti, 2015). Namun
mengingatkan istri untuk meminum suplemen
jika dilihat dari faktor pengetahuan, suami pada
(zat besi) selama kehamilan, Seberapa sering
kelompok kasus sebagian besar memiliki
anda memperhatikan asupan makanan istri
pengetahuan yang rendah dibandingkan pada
anda selama kehamilan, Seberapa sering anda
kelompok kontrol.

105
Sri H., Kismi M. / Kondisi Demografi Ibu / HIGEIA 3 (1) (2019)

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Peran Suami


Pertanyaan Selalu Sering Kadang- Jarang Tidak
kadang pernah
Selama istri anda hamil seberapa sering 37,3 41,2 3,9 5,9 0
anda mencari informasi seputar kehamilan?
Selama istri anda hamil seberapa sering anda 19,6 52,9 11,8 3,9 0
mencari informasi seputar perawatan bayi?
Seberapa sering anda menemani istri untuk 54,9 29,4 3,9 0 0
memeriksakan kehamilan?
Seberapa sering anda mengingatkan istri 51,0 25,5 9,8 0 2
untuk meminum suplemen (zat besi) selama
kehamilan?
Seberapa sering anda memperhatikan 49,0 29,4 7,8 0 2,0
asupan makanan istri anda selama
kehamilan?
Seberapa sering anda membicarakan hasil 56,9 25,5 5,9 0 0
kunjungan istri anda ke bidan/dokter?

membicarakan hasil kunjungan istri anda ke Peran yang kurang dipengaruhi oleh
bidan/dokter. Masih dijumpai bahwa suami pengetahuan suami yang masih kurang terhadap
jarang mengingatkan istri untuk minum zat besi, kehamilan. Dalam penelitian ini diperolah
suami jarang menemani istri untuk bahwa pengetahuan suami sebagian besar
memeriksakan kehamilan kepada tenaga (63,6%) masih kurang pada kelompok kasus.
kesehatan. Serta masih dijumpai jawaban jika dibandingkan dengan kelompok kontrol
bahwa suami tidak pernah mengingatkan istri pengetahuan suami seputar kehamilan masih
untuk minum zat besi serta tidak pernah tinggi pada kelompok kontrol yaitu sebesar
memperhatikan asupan gizi istri selama hamil. 56%. Dapat dilihat pula bahwa pengetahuan
Dalam proses kehamilan peran suami sangatlah suami yang baik pada kelompok kontrol
dieprlukan untuk mencegah adanya menjadikan peran suami pada kelompok kontrol
kemungkinan kecemasan serta munculnya sebagian besar (68%) memiliki peran yang baik.
komplikasi kehamilan yang mungkin berakibat Peran suami juga dapat mempengaruhu
pada kematian ibu. keputusan ibu untuk memutuskan persalinan
Secara keseluruhan berdasarkan menggunakan tenaga kesehatan ataupun tidak.
pertanyan peran suami sebagian besar Peran yang dilakukan suami antara lain
menjawab selalu pada setia pertanyaan peran. dukungan kepada istri untuk memberikan
Namun, masih terdapat jawaban tidak pernah motivasi kepada ibu dalam melakukan
sebanyak 2% pada poin Seberapa sering anda persalinan. Mendampingi istri saat melahirkan
mengingatkan istri untuk meminum suplemen juga dapat membuat istri tenang dan terhidnar
(zat besi) selama kehamilan dan Seberapa sering dari komplikasi lain yang dipicu oleh
anda memperhatikan asupan makanan istri kecemasan yang mungkin ditimbulkan selama
anda selama kehamilan. Jika dikaitkan dengan kehamilan dan proses kelahiran (Parenden,
tingkat pendidikan dapat dimungkinkan bahwa 2015).
pengetahuan yang berhubungan dengan asupan Peran suami terkait dengan kesehatan ibu
makan dan suplemen bezi yang dibutuhkan oleh hamil adalah 41,2% suami sering mencari
ibu hamil kurang diketahui oleh suami. Pada informasi seputar kehamilan, 5,9% jarang
penelitian Handayani diperoleh bahwa mencari informasi seputar kehamilan. Dalam
pengetahuan ibu mengenai anemia mempunyai hal perawatan bayi, responden menjawab
hubungan terjadinya anemia pada ibu hamil bahwa 52,9% sering mencari informasi seputar
meskipun tidak secara signifikan namun masih perawatan bayi, namun 3,9% jarang mencari
dijumpai ibu ddengan pengetahuan baik informasi seputar perawatan bayi. Dalam hal
menderita anemia (Handayani, 2013). menemani istri dalam memeriksakan

106
Sri H., Kismi M. / Kondisi Demografi Ibu / HIGEIA 3 (1) (2019)

kehamilannya responden menjawab 54,9% paling banyak adalah jantung, eklamsia, dan
selalu menemani istri untul memeriksakan TB. Ibu meninggal paling banyak dirujuk oleh
kehamilan, namun masih terdapat 3,9% kadang- bidan praktik mandiri. Peran suami merupakan
kadang dan 11, 8% tidak menjawab. Terdapat faktor yang sangat penting dalam mencegah
2% repsonden mengaku tidak pernah terjadinya kematian ibu. Dari peneilitian
mengingatkan istri untuk minum tablet Fe yang diperoleh bahwa sebagain besar suami mencari
telah diberikan oleh petugas kesehatan dan informasi seputar kehamilan selama istri hamil,
11,8% tidak menjawab. 7,8% responden jarang namun jika dibandingkan dengan informasi
memeperhatikan asupan makanan istrinya seputar perawatan bayi suami lebih sering
selama kehamilan, 5,9% kadang-kadang mencari informasi seputar kehamilan. Suami
melakukan pembicaraan dnegan istrinya terkait selalu memberikan dukungan untuk
hasil pemeriksaan ke dokter atau bidan. mengingatkan istri mengkonsumsi penambah
Dalam kebudayaan yang dianut zat besi selama hamil. Peran yang kurang
(patriarki) peran suami dapat menjadi hal yang dipengaruhi oleh pengetahuan suami yang
kompleks, budaya dan adat istiadat dapat masih kurang terhadap kehamilan. Dalam
bertentangan dengan kesehatan masyarakat penelitian ini diperolah bahwa pengetahuan
(Aborigo, 2018). Melihat hasil diatas, suami sebagian besar (63,6%) masih kurang
diperlukan adanya pendidikan kepada suami pada kelompok kasus. jika dibandingkan dengan
terhdap peningkatan perannya dalam kelompok kontrol pengetahuan suami seputar
mendukung kesehatan kehamilan. Lewis kehamilan masih tinggi pada kelompok kontrol
mengemukakan hal yang sama terhadap yaitu sebesar 56%. Dapat dilihat pula bahwa
pentingnya peran suami terhadap kesehatan pengetahuan suami yang baik pada kelompok
kehamilan. Keikutsertaan suami dalam kontrol menjadikan peran suami pada kelompok
kesehatan kehamilan merupakan hal yang kontrol sebagian besar (68%) memiliki peran
kompleks dan berhubungan dengan akses yang baik. Kepada Puskesmas diharapkan
pelayanan kesehatan. Sedangkan peran suami memantau ANC ibu hamil melalui program
dibentuk dari berbagai faktor yang kompleks posyandu dan penguatan jejaring ekternal
antara lain ketersedian waktu, kepercayaan dan terkait kesehatan ibu. Bagi peneliti selanjutnya
tradisi (Lewis, 2015). diharapkan melakukan penggalian mendalam
mengenai peran bidan praktik mandiri terhadap
PENUTUP kesehatan ibu hamil.

Umur ibu meninggal rata-rata 30 tahun, DAFTAR PUSTAKA


dengan 70,1% tergolong dalam kelompok non-
risti menurut umur. Tingkat Pendidikan ibu Aborigo, R. A., Reidpath, D. D., Oduro, A. R., &
sebagain besar pada kategori menengah Allotey, P. 2018. Male Involvement In
(70,1%), sebagian besar merupakan ibu rumah Maternal Health : Perspectives Of Opinion
Leaders. BMC Pregnancy And Childbirth, 18(3):
tangga (58,2%), Jarak melahirkan anak rata-rata
1–10.
3 tahun, ibu hamil meninggal rata-rata pada
Acni, N. 2013. Faktor Risiko Kematian Ibu. Jurnal
kehamilan usia 33 bulan (trimester ketiga). Kesehatan Masyarakat Nasional, 7(10): 7-17.
Sebagian besar kasus melakukan kunjungan Bappenas. 2015. SDGs. Jakarta: Bappenas.
antenatal care (80,6%). Sebagaian besar kasus Dinas Kesehatan Kota Semarang 2014. Profil
meninggal pada saat nifas (83,3%) dan bayi Kesehatan Kota Semarang 2014. Semarang:
yang dilahirkan 58,3% hidup. Sebagian ibu Dinas Kesehatan Kota Semarang.
meninggal pada kelompok umur 20-35 tahun, Dinas Kesehatan Kota Semarang 2015. Profil
dan meninggal pada fase nifas. Sebagian bayi Kesehatan Kota Semarang 2015. Semarang:
Dinas Kesehatan Kota Semarang.
yang dilahirkan hidup yaitu 58%. Sebagian
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015. Profil
besar melakukan kunjungan ANC. Faktor risiko
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015.

107
Sri H., Kismi M. / Kondisi Demografi Ibu / HIGEIA 3 (1) (2019)

Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Parenden, R. D. 2015. Analisis Keputusan Ibu
Tengah. Memilih Penolong Persalinan Di Wilayah
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2016. Profil Puskesmas Kabila Bone Analysis Of Decision
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016. Mother To Choosing Delivery Helper In
Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Kabila Bone Health Center. Jurnal Ilmu
Tengah. Kesehatan Masyarakat Unsrat, 5: 362–372.
Hafidz, E. M. 2007. Hubungan Peran Suami Dan Rabea P. J. 2011. Hubungan Antara Kepatuhan Ante
Orangtua Dengan Perilaku Ibu Hamil Dalam Natal Care Dengan Pemilihan Penolong
Pelayanan Antenatal Dan Persalinan Di Persalinan. Jurnal Kesehatan Reproduksi.
Wilayah Puskesmas Kecamatan Sedan Rafikasari, D. 2010. Angka Kematian Ibu di
Kabupaten Rembang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Tertinggi Se-Asia Tenggara.
Indonesia, 2(2): 87–97. Jakarta: Rafikasari.
Handayani, L. 2013. Peran Petugas Kesehatan dan Salawati, L. 2012. Hubungan Usia, Paritas Dan
Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Pekerjaan Ibu Hamil Dengan Bayi Berat
Besi. Jurnal KESMAS, 7(2): 83–88. Lahir Rendah. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala,
Hasnah, A. T. 2003. Penelusuran Kasus-Kasus 12(3): 138–142.
Kegawatdaruratan Obstetri Yang Berakibat Shah, P. 2016. MDGs to SDGs: Reproductive,
Kematian Maternal Studi Kasus Di RSUD Maternal, Newborn and Child Health in India.
Purworejo, Jawa Tengah. Makara, Kesehatan, Ghana: WHO.
7(2): 38–48. Titaley, C. R., Dibley, M. J., & Roberts, C. L. 2011.
Lestari, M. 2017. Faktor Kejadian Anemia Pada Ibu Utilization of Village Midwives And Other
Hamil. HIGEIA (Journal of Public Health Trained Delivery Attendants For Home
Research and Development), 1(3): 43–54. Deliveries In Indonesia: Results Of Indonesia
Lewis, S., Lee, A., & Simkhada, P. 2015. The Role of Demographic And Health Survey 2002/2003
Husbands In Maternal Health And Safe And 2007. Maternal and Child Health Journal,
Childbirth In Rural Nepal : A Qualitative 15(8): 1400–1415.
Study. BMC Pregnancy & Childbirth, 1–10. Utama, S. Y. 2008. Faktor Risiko Yang Berhubungan
Lindung Purbadewi. 2013. Hubungan Tingkat Dengan Kejadian Preeklampsia Berat Pada
Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Ibu Hamil Di RSD Raden Mattaher Jambi
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal Gizi Tahun 2007. Jurnal Ilmiah Universitas
Universitas Muhammadiyah Semarang, 2(1). Batanghari Jambi, 8(1): 52–58.
Luh Putu Prema Diani Dan Luh Kadek Pande Ary Wanda, A. 2014. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil
Susilawati. 2013. Pengaruh Dukungan Suami Trimester III dengan Tingkat Kecemasan
Terhadap Istri Yang Mengalami Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan Di Poli KIA
Pada Kehamilan Trimester Ketiga Di Puskesmas Tuminting. Jurnal Keperawatan
Kabupatengianyar Luh Putu Prema Diani Universitas Sam Ratulangi, 2.
Dan Luh Kadek Pande Ary Susilawati. WHO. 2015. From In Health in 2015: From MDGs
Psikologi Undayana Jurnal, 1(1): 1–11. to SDGs. Geneva: WHO.
Mariati, U., Agus, Z., Sulin, D., Masrul, Amri, Z., Yulistiana Evayanti. 2015. Hubungan Pengetahuan
Arasy, F., Arma. 2011. Studi Kematian Ibu Ibu Dan Dukungan Suami Pada Ibu Hamil
Dan Kematian Bayi Di Provinsi Sumatera Terhadap Keteraturan Kunjungan Antenatal
Barat: Faktor Determinan Dan Masalahnya. Care (ANC) di Puskesmas Wates Lampung
Kesehatan Masyarakat Nasional, 5(6): 243–249. Tengah Tahun 2014. Jurnal Kebidanan, 1(2):
Nurmawati, N., & Indrawati, F. 2018. Cakupan 81–90.
Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil.
HIGEIA (Journal of Public Health Research and
Development), 2(1): 113–124.

108

Anda mungkin juga menyukai