BAB IV
PEMBAHASAN
17
18
tangan permaisuri, yang justru ditikam dengan keris atas ulah keliru
dari VOC itu.
2. Komunikasi efektif bila menimbulkan rasa senang atau kesenangan.
Dalam pergaulan sehari-hari kita biasa ucap selamat pagi,
Assalamualaikum, apa kabar? Kamu kok cantik hari ini! Situasi ini
akan beda bila kita mendengarkan obrolan seorang ibu yang suka
pamer hartanya di forum pertemuan.
3. Bila kita bisa merubah sikap. Misal kita berkomunikasi dengan orang
lain agar ia dapat merubah sikapnya atau pendapatnya, yang tadi buruk
menjadi baik, yang tadi tidak setuju menjadi setuju, yang tadi menolak
sekarang bisa menerima.
4. Adanya hubungan sosial yang baik. Hal ini didasari oleh jiwa manusia
sebagai makhluk sosial menurut Vance Packard, akan menjadi agresif,
senang berkhayal, sakit fisik,mental, dan menderita “flight syndrome”
(Rakhmat, 2005).
5. Adanya tindakan. Tujuan komunikasi yang efektif bukan semata-mata
bisa merubah sikap saja, tapi yang penting adalah adanya tindakan
yang nyata. Kita menganjurkan dan mengkampanyekan gaya hidup
bersih dan sehat tak akan ada artinya jika tidak dilaksanankan secara
nyata, yaitu adanya tindakan yang betul – betul dilakukan oleh
masyarakat dalam kampanye hidup sehat (Rakhmat, 2005).
Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, kita
harus memahami bagaimana orang mengenal diri sendiri dan orang lain. Karena
pemahaman tersebut diperoleh melalui proses persepsi, kita harus mengetahui
bagaimana orang memersepsikan diri mereka sendiri atau orang lain. Ada
kalanya, kita merasa kesal karena orang lain tidak dapat memahami apa yang kita
maksud, sehingga kita akan berfikir bahwa orang tersebut tidak faham ungkapan
yang begitu sederhana. Hal ini dapat terjadi karena mungkin orang tadi
mempersepsikan sesuatu yang kita sendiri bahkan tidak merasa atau
menyadarinya. Pada dasarnya, letak persepsi adalah pada orang yang
mempersepsi, bukan pada suatu ungkapan atau objek (Fajar, 2009).