Anda di halaman 1dari 18

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI DAN LIMFATIK

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum
tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berada dengan organ lain karena
berbentuk cairan.
Darah merupakan medium transpor tubuh, volume darah manusia sekitar 7 % - 10 %
berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap orang
tidak sama, tergantung pada usia , pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah.
Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut.
1. Plasma darah, bagian cairan darah yang sebagai besar terdiri atas air, elektrolit dan
protein darah.
2. Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-komponen berikut
in.
 Eritrosit : sel darah merah (SDM- red blood cell)
 Leukosit : sel darah putih (SDM- white blood cell)
 Trombosit : Butir pembeku darah – platelet.
Karakteristik:
1. Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan di bawa
dalam matriks cairan (plasma).
2. Darah lebih berat dibandingkan dengan air dan lebih ketal. Cairan ini memiliki rasa dan bau
yang khas, serta Ph 7.4 (7.35-7.45).
3. Warna darah bervariasi dan merah terang sampai merah tua kebiruan, bergantung pada kadar
oksigen yang dibawa ke sel darah merah.
4. Volume darah tetap sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-rata, dan kurang
sedikit pada perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai dengan ukuran tubuh dan
berbanding terbalik dengan jumlah jaringan edukosa dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi
dengan perubahan cairan darah dan konsentrasi elektrolitnya.
SEL DARAH MERAH ERITROSIT
Sel darah merah yang akan dibahas pada buku ini adalah mengenai struktur eritrosit,
produksi sel darah merah (eritropoesis), lama hidup, jumlah eritrosit, penghancur sel darah
merah, antigen sel darah , dan sifat-sifat sel darah merah. Struktur eritrosit Sel darah merah
(eritrosit) merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar 7 mikron.
Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel secara cepat dengan
jarak yang pendek antara membran dan inti sek. Warnanya kuning kemera-merahan, karena
di dalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin.
Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria dan ribosom, serta tidak dapat
bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi oksidatif sel, atau pembentukan
protein.
Komponen etriosit adalah sebagai berikut.
1. Membran etrosit
2. Sistem enzim : enzim G6PD (Glucose 6-Phosphatede hydrogenase)
Hemoglobin, komponennya terdiri atas :
Heme yang merupakan gabungan protoporfirin dengan besi ; Globin : bagian protein
yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta. Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam
setiap sel darah merah. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen, satu gram hemoglobin
merupakan hemoglobin yang rekombinasi/berkaitan dengan oksigen. Tugas akhir hemoglobin
adalah menyerap karbondioksida dan ion hidrogen serta membawanya ke paru tempat zat-zat
tersebut dilepaskan hemoglobin.
PRODUKSI SEL DARAH MERAH
Dalam keadaan normal, eritropoesis pada orang dewasa terutama terjadi di sumsum
tulang yang aktif membentuk sel induk multipotensial dalam sumsum tulang. Sel induk
multipotensial ini mampu berberdiferensasi menjadi sel darah sistem eritrosit , mieloid, dan
mengakariosibila yang dirangsang oleh eritropoetin.
Sel induk multipotensial akan berdiferensiasi menjadi sel induk unipotensial. Sel induk
unipotensial tidak mampu berdiferensaiasi lebih lanjut , sehingga sel induk unipotensial seri
eritrosit hanya akan berdiferensiasi menjadi sel pronomoblas. Sel pronomoblas akan membentuk
DNA yang diperlukan untuk tiga sampai dengan empat kali fase mitosis. Melalui empat kali
mitosis dari tiap sel pronomoblas akan terbentuk 16 eritrosit . eritrosit matang kemudian
dilepaskan dalam sirkulasi pada produksi eritrosit normal sumsum tulang memerlukan besi,
vitamin B12, asam folat, piridoksin (vitamin B6), kobal, asam amino, dan tembaga.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa perubahan morfologi sel yang terjadi selama
proses diferensiasi sel pronormoblas sampai eritrosit matang dapat dikelompokkan ke dalam
3 kelompok, yaitu sabagai berikut.
1. Ukuran sel semakin kecil akibat mengecilnya inti sel.
2. Inti sel menjadi makin padat dan akhirnya dikeluarkan pada tingkar eritroblas
asidosis.
3. Dalam sitoplasma dibentuk hemoglobin yang diikuti dengan hilangnya RNA dari
dalam sitoplasma sel
LAMA HIDUP
Eritrosit hidup selama 74-154 hari. Pada usia ini sistem enzim mereka gagal. Membran
sel berarti berfungsi dengan adekuat, dan sel ini dihancurkan oleh sel sistem retikulo endotelial.
JUMLAH ERITROSIT
Jumlah normal pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam 100 cc darah. Normal
Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%.
Sifat-sifat Sel Darah Merah
Sel darah merah biasanya digambarkan berdasarkan ukuran dan jumlah hemoglobin yang
terdapat di dalam sel seperti berikut ini.
1. Normositik à sel yang ukurannya normal.
2. Normokromil à sel dengan jumlah hemoglobin yang normal.
3. Mikrositik à sel yang ukurannya terlalu kecil.
4. Makrositik à sel yang ukurannya terlalu besar.
5. Hipokromik à sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu sedikit.
6. Hiperkromik à sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu banyak.
Dalam keadaan normal, bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah, sifat ini
memungkinkan sel tersebut masuk ke mikrosirkulasi kapiler tanpa kerusakan. Apabila sel darah
merah sulit berubah bentuknya (kaku), maka sel tersebut tidak dapat bertahan selama
pendarahannya dalam sirkulasi.
ANTIGEN SEL DARAH MERAH
Sel darah merah memiliki bermacam-macam antigen spesifik yang terdapat di membran
selnya dan tidak ditemukan di sel lain. Antigen-antigen itu adalah A, B, O dan Rh.
Antigen A,B, Dan O
Seseorang memiliki dua alel (gen) yang masing-masing mengode antigen A atau B atau tidak
memiliki keduanya yang diberi nama O. Antigen A dan B bersifat ko-dominan, orang yang
memiliki antigen A dan B akan memiliki golong darah AB, sedangkan orang yang memiliki dua
antigen A (AA) atau satu A dan satu O (AO) akan memiliki darah A. Orang yang memiliki dua
antigen B (BB) atau satu B dan satu O (BO) akan memiliki darah B. Orang yang tidak memiliki
kedua antigen (OO) akan memiliki darah O.
Antigen Rh
Antigen Rh merupakan kelompok antigen utama lainnya pada sel darah merah yang juga
diwariskan sebagai gen-gen dari masing-masing orang tua. Antigen Rh utama disebut faktor
Rh (Rh +), orang yang memiliki antigen Rh dianggap Rh positif (Rh+). Sedangkan orang
yang tidak memiliki antigen Rh dianggap Rh negatif (Rh-).
PENGHANCURAN SEL DARAH MERAH
Proses penghancuran eritrosit terjadi karena proses penuaan (senescence) dan proses
patologis (hemolisis) Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya
komponen-komponen hemoglobin menjadi dua komponen sebagai berikut.
1. Komponen protein, yaitu hemoglobin yang akan dikembalikan ke pool protein dan
dapat digunakan kembali.
2. Komponen heme akan dipecah menjadi dua, yaitu :
 Besi yang akan dikembalikan ke pool besi dan digunakan ulang;
 Bilirubin yang akan diekskresikan melalui hati dan empedu.
SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT)
Fungsinya sebagai pertahanan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit /
bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES (sistem retikuloendotel), tempat pembiakannya di
dalam limpa dan kelenjar limfe; sebagai pengangkut yaitu mengangkut / membawa zat lemak
dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah.
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap
mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka memakan
bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya dapat
dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu
menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat
bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian
tubuh.
Dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap
organisme hidup dan menghancurkannya,menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran,
serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim
yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan
membuangnya. dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan
penyembuhannya dimungkinkan.
Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama
sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah
beisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut sel
nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi
dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan
oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.
STRUKTUR LEUKOSIT
Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu
(pseudopodia), Mempunyai bermacam-macam inti sel, sehingga ia dapat dibedakan menurut
inti selnya serta warnanya bening (tidak berwarna).
Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis-jenis golongan dari
golongan sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu limfosit T dan B; monosit dan
makrofag; serta golongan yang bergranula yaitu : eosinofil, basofil, dan neutrofil.
JENIS – JENIS LEUKOSIT
1. Agranulosit
Agranula terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
a. Limfosit
Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening yang berbentuk sferis,
berukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Selain itu, limfosit
bergaris tengah 6-8 µm, 20-30% dari leukosit darah, memiliki inti yang relatif besar,
bulat sedikit cekung pada satu sisi. Sitoplasmanya sedikit dan kandungan basofilik dan
azurofiliknya sedikit. Limfosit-limfosit dapat digolongkan berdasarkan asal, struktur
halus, surface markers yang berkaitan dengan sifat imunologisnya, siklus hidup dan
fungsi.
Limfosit dibagi ke dalam 2 kelompok utama yakni Limfosit B dan Limfosit T.
Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh menjadi
sel plasma, yang menghasilkan antibody sedangkan Limfosit T terbentuk jika sel stem
dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus, dimana mereka mengalami pembelahan
dan pematangan.
Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana benda asing dan
mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk
ke dalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan
kekebalan.
b. Monosit
Monosit merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal,
diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20 µm atau lebih.
Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Sitoplasma
relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abu-abu pada sajian kering. Granula
azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulim
endoplasma sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Apa ratus
Golgi berkembang dengan baik, ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus pada daerah
identasi inti. Monosit terdapat dalam darah, jaringan ikat dan rongga tubuh. Monosit
tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat
reseptor pada permukaan membrannya. Untuk imunoglobulin dan komplemen.
2. Granulosit
Granulosit Disebut juga leukosit granular (granulocytes, polymorphonuclear,
PMN) adalah sebuah sub-kelompok sel darah putih yang mempunyai granula dalam
sitoplasmanya. Tiga jenis granulosit dengan inti sel yang berlainan dikeluarkan oleh
sumsum tulang sebagai protein komplemen wewenang (regulatory complement system).
leukosit bergranula terbagi menjadi 3 jenis yaitu :
a. Eosinofil
Eosinofil (eosinophil, acidophil) adalah sel darah putih dari kategori granulosit
yang berperan dalam sistem kekebalan dengan melawan parasit multiselular dan
beberap infeksi pada makhluk vertebrata. Bersama-sama dengan sel biang, eosinofil
juga ikut mengendalikan mekanisme alergi.
Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum
tulang sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah. Eosinofil mengandung sejumlah
zat kimiawi antara lain histamin, eosinofil peroksidase, ribonuklease,
deoksiribonuklease, lipase, [[plasminogen] dan beberapa asam amino yang dirilis
melalui proses degranulasi setelah eosinofil teraktivasi. Zat-zat ini bersifat toksin
terhadap parasit dan jaringan tubuh. Eosinofil merupakan sel substrat peradangan
dalam reaksi alergi. Aktivasi dan pelepasan racun oleh eosinofil diatur dengan ketat
untuk mencegah penghancuran jaringan yang tidak diperlukan.
Individu normal mempunyai rasio eosinofil sekitar 1 hingga 6% terhadap sel
darah putih dengan ukuran sekitar 12 – 17 mikrometer. Eosinofil dapat ditemukan
pada medulla oblongata dan sambungan antara korteks otak besar dan timus, dan di
dalam saluran pencernaan, ovarium, uterus, limpa dan lymph nodes. Tetapi tidak
dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ dalam lainnya, pada kondisi normal,
keberadaan eosinofil pada area ini sering merupakan pertanda adanya suatu penyakit.
Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama 8-12 jam, dan bertahan lebih
lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila tidak terdapat stimulasi
b. Neutrofil
Neutrofil (neutrophil, polymorphonuclear neutrophilic leukocyte, PMN) adalah
bagian sel darah putih dari kelompok granulosit. Bersama dengan dua sel granulosit
lain: eosinofil dan basofil yang mempunyai granula pada sitoplasma, disebut juga
polymorphonuclear karena bentuk inti sel mereka yang aneh. Granula neutrofil
berwarna merah kebiruan dengan 3 inti sel.
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dan
proses peradangan kecil lainnya, serta menjadi sel yang pertama hadir ketika terjadi
infeksi di suatu tempat. Dengan sifat fagositik yang mirip dengan makrofaga,
neutrofil menyerang patogen dengan serangan respiratori menggunakan berbagai
macam substansi beracun yang mengandung bahan pengoksidasi kuat, termasuk
hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas, dan hipoklorit.
Rasio sel darah putih dari neutrofil umumnya mencapai 50-60%. Sumsum
tulang normal orang dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil sehari, dan
meningkat menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi akut.
Setelah lepas dari sumsum tulang, neutrofil akan mengalami 6 tahap morfologis:
mielocit, metamielocit, neutrofil non segmen (band), neutrofil segmen.Neutrofil
segmen merupakan sel aktif dengan kapasitas penuh, yang mengandung granula
sitoplasmik (primer atau azurofil, sekunder, atau spesifik) dan inti sel berongga yang
kaya kromatin. Sel neutrofil yang rusak terlihat sebagai nanah.
c. Basofil
Basofil adalah granulosit dengan populasi paling minim, yaitu sekitar 0,01–
0,3% dari sirkulasi sel darah putih. Basofil mengandung banyak granula sitoplasmik
dengan dua lobus. Seperti granulosit lain, basofil dapat tertarik keluar menuju
jaringan tubuh dalam kondisi tertentu. Saat teraktivasi, basofil mengeluarkan antara
lain histamin, heparin, kondroitin, elastase dan lisofosfolipase, leukotriena dan
beberapa macam sitokina. Basofil memainkan peran dalam reaksi alergi (seperti
asma).
TROMBISIT
Trombosit (keping-keping darah) adalah fragmen sitoplasmik tanpa inti berdiameter 2-4
mm yang berasal dari megakariosit. Hitung trombosit normal dalam darah tepi adalah 150.000 –
400.000 /µl dengan proses pematangan selama 7-10 hari di dalam sumsum tulang. Trombosit
dihasilkan oleh sumsum tulang (stem sel) yang berdiferensiasi menjadi megakariosit.
Megakariosit ini melakukan reflikasi inti endomitotiknya kemudian volume sitoplasma
membesar seiring dengan penambahan lobus inti menjadi kelipatannya, kemudian sitoplasma
menjadi granula dan trombosit dilepaskan dalam bentuk platelet / keping-keping. Enzim
pengatur utama produksi trombosit adalah trombopoetin yang dihasilkan di hati dan ginjal,
dengan reseptor C-MPL serta suatu reseptor lain, yaitu
interleukin.
Trombosit atau platelet sangat penting untuk menjaga hemostasis tubuh. Adanya
abnormalitas pada vaskuler, trombosit, koagulasi, atau fibrinolisis akan menggangu hemostasis
sistem vaskuler yang mengakibatkan perdarahan abnormal / gangguan perdarahan.
Kelainan Perdarahan ditandai dengan kecenderungan untuk mudah mengalami
perdarahan, yang bisa terjadi akibat kelainan pada pembuluh darah maupun kelainan pada darah.
Kelainan yang terjadi bisa ditemukan pada faktor pembekuan darah atau trombosit. Dalam
keadaan normal, darah terdapat di dalam pembuluh darah (arteri, kapiler dan vena). Jika terjadi
perdarahan, darah keluar dari pembuluh darah tersebut, baik ke dalam maupun ke luar tubuh.
Tubuh mencegah atau mengendalikan perdarahan melalui beberapa cara.
Homeostatis adalah cara tubuh untuk mengentikan perdarahan pada pembuluh darah yang
mengalami cedera.
Hal ini melibatkan 3 proses utama:
1. Konstriksi (pengkerutan) pembuluh darah
2. Aktivitas trombosit (partikel berbentuk seperti sel yang tidak teratur, yang terdapat di
dalam darah dan ikut serta dalam proses pembekuan)
3. Aktivitas faktor-faktor pembekuan darah (protein yang terlarut dalam plasma).
FUNGSI TROMBOSIT
Trombosit memiliki banyak fungsi, khususnya dalam mekanisme hemostasis. Berikut
fungsi dari trombosit : mencegah kebocoran darah spontan pada pembuluh darah kecil dengan
cara adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi (hemostasis). Sitotoksis sebagai sel efektor penyembuhan
jaringan.
a. Berperan dalam respon inflamasi.
Cara kerja trombosit dalam hemostasis dapat dijelaskan sebagai berikut : Adanya
pembuluh darah yang mengalami trauma maka akan menyebabkan sel endotelnya rusak dan
terpaparnya jaringan ikat kolagen (subendotel). Secara alamiah, pembuluh darah yang
mengalami trauma akan mengerut (vasokontriksi). Kemudian trombosit melekat pada
jaringan ikat subendotel yang terbuka atas peranan faktor von Willebrand dan reseptor
glikoprotein Ib/IX (proses adhesi). Setelah itu terjadilah pelepasan isi granula trombosit
mencakup ADP, serotonin, tromboksan A2, heparin, fibrinogen, lisosom (degranulasi).
Trombosit membengkak dan melekat satu sama lain atas bantuan ADP dan tromboksan A2
(proses agregasi). Kemudian dilanjutkan pembentukan kompleks protein pembekuan
(prokoagulan). Sampai tahap ini terbentuklah hemostasis yang permanen. Pada suatu saat
bekuan ini akan dilisiskan jika jaringan yang rusak telah mengalami perbaikan oleh jaringan
yang baru.
b. Mencegah Pendarahan
Pembuluh darah merupakan penghalang pertama dalam kehilangan darah. Jika mengkerut
sehingga aliran darah keluar menjadi lebih lambat dan proses pembekuan bisa dimulai. Pada
saat yang sama, kumpulan darah diluar pembuluh darah (hematom) akan menekan pembuluh
darah dan membantu mencegah perdarahan lebih lanjut.
Segera setelah pembuluh darah robek, serangkaian reaksi akan mengaktifkan trombosit
sehingga trombosit akan melekat di daerah yang mengalami cedera. Perekat yang menahan
trombosit pada pembuluh darah ini adalah faktor von Willebrand, yaitu suatu protein plasma
yang dihasilkan oleh sel-sel di dalam pembuluh darah. Kolagen dan protein lainnya
(terutama trombin), akan muncul di daerah yang terluka dan mempercepat perlekatan
trombosit.
Trombosit yang tertimbun di daerah yang terluka ini membentuk suatu jaring yang
menyumbat luka; bentuknya berubah dari bulat menjadi berduri dan melepaskan protein serta
zat kimia lainnya yang akan menjerat lebih banyak lagi trombosit dan protein pembekuan.
Trombin merubah fibrinogen (suatu faktor pembekuan darah yang terlarut) menjadi serat-
serat fibrin panjang yang tidak larut, yang terbentang dari gumpalan trombosit dan
membentuk suatu jaring yang menjerat lebih banyak lagi trombosit dan sel darah.
Serat fibrin ini akan memperbesar ukuran bekuan dan membantu menahannya agar
pembuluh darah tetap tersumbat. Rangkaian reaksi ini melibatkan setidaknya 10 faktor
pembekuan darah. Suatu kelainan pada setiap bagian proses hemostatik bisa menyebabkan
gangguan. Pembuluh darah yang rapuh akan lebih mudah mengalami cedera atau tidak dapat
mengkerut.
Pembekuan tidak akan berlangsung secara normal jika jumlah trombosit terlalu sedikit,
trombosit tidak berfungsi secara normal atau terdapat kelainan pada faktor pembekuan. Jika
terjadi kelainan pembekuan, maka cedera yang ringan pun bisa menyebabkan kehilangan
darah yang banyak. Sebagian besar faktor pembekuan dibuat di dalam hati, sehingga
kerusakan hati yang berat bisa menyebabkan kekurangan faktor tersebut di dalam darah.
Vitamin K (banyak terdapat pada sayuran berdaun hijau) sangat penting dalam
pembuatan bentuk aktif dari beberapa faktor pembekuan. Karena itu kekurangan zat gizi atau
obat-obatan yang mempengaruhi fungsi normal vitamin K (misalnya warfarin) bisa
menyebabkan perdarahan. Kelainan perdarahan juga bisa terjadi jika pembekuan yang
berlebihan telah menghabiskan sejumlah besar faktor pembekuan dan trombosit atau jika
suatu reaksi autoimun menghalangi aktivitas faktor pembekuan.
Reaksi yang menyebabkan terbentukan suatu gumpalan fibrin diimbangi oleh reaksi
lainnya yang menghentikan proses pembekuan dan melarutkan bekuan setelah keadaan
pembuluh darah membaik. Tanpa sistem pengendalian ini, cedera pembuluh darah yang
ringan bisa memicu pembekuan di seluruh tubuh. Jika pembekuan tidak dikendalikan, maka
pembuluh darah kecil di daerah tertentu bisa tersumbat. Penyumbatan pembuluh darah otak
bisa menyebabkan stroke; penyumbatan pembuluh darah jantung bisa menyebabkan serangan
jantung dan bekuan-bekuan kecil dari tungkai, pinggul atau perut bisa ikut dalam aliran darah
dan menuju ke paru-paru serta menyumbat pembuluh darah yang besar di paru-paru (emboli
pulmoner).
SISTEM KOAGULASI
PEMBEKUAN DARAH
Hemostasis merupakan pristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya
pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi pembuluh
darah rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi ) dan melibatkan
pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan
maupun yang melarutkan bekuan.
Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga
aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis dan thrombosis memiliki 3
fase yang sama:
1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka. Trombosit akan
mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh thrombin yang
terbentuk dalam kaskade pristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP yang
dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan
dengan adanya fibrinogen, trombosit kemudian mengadakan agregasi terbentuk sumbat
hemostatik ataupun trombos.
2. Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga terbentuk sumbat
hemostatik atau trombos yang lebih stabil.
3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin
TIPE TROMBOS :
1. Trombos putih tersusun dari trombosit serta fibrin dan relative kurang mengandung eritrosit
(pada tempat luka atau dinding pembuluh darah yang abnormal, khususnya didaerah dengan
aliran yang cepat[arteri].
2. Trombos merah terutama terdiri atas erotrosit dan fibrin. Terbentuk pada daerah dengan
perlambatan atau stasis aliran darah dengan atau tanpa cedera vascular, atau bentuk trombos
ini dapat terjadi pada tempat luka atau didalam pembuluh darah yang abnormal bersama
dengan sumbat trombosit yang mengawali pembentukannya.
3. Endapan fibrin yang tersebar luas dalam kapiler/p.darah yang amat kecil.
Ada dua lintasan yang membentuk bekuan fibrin, yaitu lintasan instrinsik dan ekstrinsik.
Kedua lintasan ini tidak bersifat independen walau ada perbedaan artificial yang
dipertahankan.
FAKTOR – FAKTOR PEMBEKUAN DARAH
Dalam pembekuan darah ada 13 faktor yang berperan yaitu :
1. Faktor I
Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan diubah
menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah
pembekuan darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.
2. Faktor II
Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah
menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X
(Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk
aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan hypoprothrombinemia.
3. Faktor III
Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang
berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam
pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi
ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
4. Faktor IV
Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan darah.
5. Faktor V
Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang
hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik
koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif.
Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah
yang langka yang disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut
juga akselerator globulin.
6. Faktor VI
Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi tidak
lagi dianggap dalam skema hemostasis.
7. Faktor VII
Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan panas dan
berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan
kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor
Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang
berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan.
Disebut juga serum prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil.
8. Faktor VIII
Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan
berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor
von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif
terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor
antihemophilic A.
9. Faktor IX
Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif
stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan
Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor
antihemophilic B.
10. Faktor X
Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi
dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai
jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium,
fosfolipid, dan faktor V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan
mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan
gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan
disebut juga thrombokinase.
11. Faktor XI
Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur
intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga
kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.
12. Faktor XII
Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca
atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan
mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis.
13. Faktor XIII
Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin monomer
untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin yang
memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini memberikan
kecenderungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase.
Bentuk yang diaktifkan juga disebut transglutaminase.
UNSUR–UNSUR DALAM PEMBEKUAN DARAH
Adapun unsur unsur yang berperan dalam pembekuan darah yaitu :
a. Trombosit (keping-keping darah),yg sangat menentukan. Sel ini merupakan unsur terpenting
di balik pembekuan darah. Dia berjalan2 diseluruh tubuh kita dalam aliran darah. Didalam
trombosit ada Protein yang disebut faktor Von Willebrand yg bertugas memastikan, agar
dalam perondaannya yang terus-menerus itu, trombosit ini tidak membiarkan tempat luka
terlewati. Bila kulit tersayat, Trombosit/ keping darah akan berhenti.(jalannya terputus,lewat
mana coba)Keping-keping yang terjerat di tempat terjadinya luka mengeluarkan suatu zat
yang mengumpulkan keping-keping lain yang tak terhingga banyaknya di tempat yang sama.
Sel-sel tersebut akhirnya menopang luka terbuka itu.
So,keping-keping tersebut mati setelah menjalankan tugasnya menemukan luka.
Pengorbanan diri ini hanyalah satu bagian dari sistem pembekuan dalam darah.
b. Trombin adalah protein lain yang membantu proses pembekuan darah. Zat ini hanya
dihasilkan di tempat yang terluka. Jumlahnya tidak boleh melebihi atau pun kurang dari
yang diperlukan, dan juga harus dimulai dan berakhir tepat pada waktu yang
diperlukan. Lebih dari dua puluh jenis zat kimia tubuh yang disebut enzim berperan dalam
pembentukan trombin.
c. Enzim-enzim tersebut dapat merangsang perbanyakan trombin maupun menghentikannya.
Proses ini terjadi melalui pengawasan yang begitu ketat sehingga trombin hanya terbentuk
saat benar-benar ada luka sesungguhnya pada jaringan. Segera setelah enzim-enzim
pembekuan darah tersebut mencapai jumlah yang memadai di dalam tubuh, Dalam waktu
singkat sekumpulan serat membentuk jaring, was called fibrinogen yang terbuat dari protein-
protein tadi.
d. Meanwhile-Sementara itu, keping-keping darah yang sedang meronda, terus-menerus
terperangkap dan menumpuk di tempat yang sama. Apa yang disebut Gumpalan darah beku
adalah Penyumbat luka yang terbentuk akibat penumpukan ini. Ketika luka telah sembuh
sama sekali, gumpalan tersebut akan hilang.
PROSES PEMBEKUAN DARAH ( KOAGULASI )
Bila terjadi luka, trombosit akan pecah mengeluarkan trombokinase atau tromboplastin.
Trombokinase akan mengubah protrombin menjadi trombin. Trombin mengubah
fibrinogen menjadi fibrin yang berbentuk benang-benang yang menjerat sel darah merah dan
membentuk gumpalan sehingga darah membeku.
a. Pembentukan Aktivator Protrombin:
Mekanisme ini dimulai bila terjadi trauma pada dinding pembuluh darah dan jaringan
yang berdekatan pada darah, pada setiap kejadian tersebut, mekanisme ini akan
menyebabkan pembentukan aktivator protrombin.
Protrombin adalah senyawa globulin yang larut dan dihasilkan di hati
dengan bantuan vitamin K (perubahan protrombin yang belum aktif
menjadi trombin yang aktif dipercepat oleh ion kalsium (Ca)). Fibrinogen adalah protein
yang larut dalam plasma darah.
Aktivator protrombin ini dibentuk melalui 2 cara, yaitu jalur ekstrinsik yang dimulai
dengan terjadinya trauma pada dinding pembuluh dan jalur intrinsik yang berawal di
dalam darah itu sendiri.
1. Langkah-langkah jalur ekstrinsik
Yaitu pelepasan faktor jaringan atau tromboplastin jaringan, selanjutnya
mengaktifasi faktor X, yaitu ( Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan
yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur
koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan) yang
dibentuk oleh kompleks lipoprotein dari faktor jaringan dan bergabung dengan faktor
VII, yaitu (Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik), kemudian dengan
hadirnya ion Ca2+ akan membentuk faktor X yang teraktivasi. Selanjutnya faktor X
yang teraktivasi tersebut akan segera berikatan dengan fosfolipid jaringan, juga
dengan faktor V untuk membenuk senyawa yang disebut aktivator protrombin.
2. Langkah-langkah jalur intrinsik
Yaitu pengaktifan faktor XII yaitu factor Hageman faktor: faktor koagulasi yang
stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan
memulai jalur intrinsik dari koagulasi dan pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah
yang terkena trauma, kemudian faktor XII yang teraktivasi ini akan mengaktifkan
faktor XI, yaitu factor Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil
yang terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi, kemudian faktor XI yang teraktivasi
ini akan mengaktifkan faktor IX, faktor IX yang teraktivasi bekerja sama dengan
faktor VIII terakivasi dan dengan fosfolipid trombosit dan faktor 3 dari trombosit
yang rusak, akan mengkatifkan faktor X. Disini jelas bahwa bila faktor VIII atau
trombosit kurang maka langkah ini akan terhambat. Faktor VIII adalah faktor yang
tidak dimiliki oleh penderita hemofilia. Trombosit tidak dimiliki oleh penderita
trombositopenia. Faktor X yang teraktivasi akan bergabung dengan faktor V dan
trombosit untuk membentuk suatu kompleks yang disebut aktivator protrombin.
b. Perubahan Trombin Menjadi Trombin:
Setelah aktivator protrombin terbentuk akibat pecahnya pembuluh darah maka
dengan adanya ion Ca2+ dalam jumlah yang mencukupi, akan menyebabkan perubahan
protrombin menjadi trombin. Trombosit juga berperan dalam pengubahan protrombin
menjadi trombin, karena banyak protrombin mula-mula melekat pada reseptor
protrombin pada trombosit yang telah berikatan pada jaringan yang rusak. Pengikatan ini
akan mempercepat pembentukan trombin dan protrombin yag terjadi dalam jaringan
dimana pembekuan diperlukan.
Protrombin adalah protein plasma yang tidak stabil dan dengan mudah pecah
menjadi senyawa-senyawa yang lebih kecil, salah satu diantaranya trombin. Vitamin K
juga sangat berperan dalam pembekuan darah karena kurangnya vitamin K akan
menurunkan kadar protrombin sampai sedemikian rendahnya hingga timbul pendarahan.
c. Perubahan Fibrinogen Menjadi Fibrin:
Trombin adalah enzim protein dengan kemampuan proteolitik yang bekerja
terhadap fibrinogen dengan cara melepaskan empat peptida yang berberat molekul rendah
dari setiap molekul fibrinogen sehingga membentuk molekul fibrin monomer yang
memiliki kemampuan untuk berpolimerisasi dengan molekul fibrin monomer yang lain.
Dengan cara demikian, dalam beberapa detik banyak molekul fibrin monomer
berpolimerisasi menjadi benang-benang fibrin yang panjang, sehingga terbentuk
retikulum bekuan.
Namun benang-benang fibrin ini ikatannya tidak kuat dan mudah diceraiberaikan,
maka dalam beberapa menit berikutnya akan terjadi proses yang akan memperkuat
jalinan/ikatan tersebut. Proses ini melibatkan zat yang disebut faktor stabilisasi fibrin.
Trombin yang tadi berperan dalam membentuk fibrin, juga mengaktifkan faktor
stabilisasi fibrin yang kemudian akan membentuk ikatan kovalen antara molekul fibrin
monomer, sehingga saling keterkaitan antara benang-benang fibrin yang berdekatan
sehingga menambah kekuatan jaringan fibrin secara tiga dimensi.
Bekuan darah yang terdiri dari jaringan benang fibrin yang berjalan dari segala
arah dan menjerat sel-sel darah, trombosit, dan plasma. Benang-benang fibrin juga
melekat pada pembuluh darah yang rusak; oleh karena itu bekuan darah menempel pada
lubang di pembuluh darah dan dengan demikian mencegah kebocoran darah.

Anda mungkin juga menyukai