’ ’ Š—’
Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Malang
›’ £Ž—›’• ¢Š‘˜˜ïŒ˜–
Abstrak
Early marriage is a social phenomenon that commonly happens in all places. This sort of
–Š››’Š•Ž1’œ1•’”Ž1’ŒŽ‹Ž›•1™‘Ž—˜–Ž—˜—1 ‘’Œ‘1Ž–Ž›•Žœ1Š1•’4•Ž1‹’•1’—1•‘Ž1œž›•ŠŒŽð1’•1’œ1›Š›Ž•¢1
Ž¡™˜œŽ•ð1‹ž•1’•1’œ1Œ˜––˜—•¢1™›ŠŒ•’ŒŽ•1’—1 ’•Ž›1Œ˜––ž—’•¢ï1 •1 Ž1•›ŠŒŽ1•‘Ž1‘’œ•˜›’ŒŠ•1›˜˜•1˜•1
early marriage practice in Indonesia, particularly in Javanese island, it has been practiced
‹¢1•‘Ž1Š—ŒŽœ•˜›œï1 —1•‘Ž’›1Œ˜—•Ž¡•ð1•‘Ž›Ž1’œ1Š1—Ž•Š•’ŸŽ1œ•’•–Š1•˜›1Š1 ˜–Š—1’•1œ‘Ž1–Š››’Žœ1’—1
the late age among the community. This article will discuss the phenomenon in Islamic law
perspective.
Pernikahan dini merupakan fenomena sosial yang banyak terjadi di berbagai wilayah.
Fenomena pernikahan dini bagai fenomena gunung es yang hanya tampak sebagian
kecil di permukaan, sangat sedikit terekspos di ranah publik, tetapi kenyataannya begitu
banyak terjadi di kalangan masyarakat luas. Ketika kita menelusuri akar sejarah tentang
pernikahan dini di Indinesia, khususnya di pulau Jawa sebenarnya sudah menjadi sesuatu
yang lumrah dilakukan oleh kakek dan nenek moyang kita. Pada konteks mereka, terdapat
stigma negative jika seorang perempuan menikah di usia matang dalam komunitas mereka.
Tulisan ini akan mendiskusikan fenomena pernikahan dini dalam konteks hukum Islam.
125
126 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 3 Nomor 2, Desember 2011, hlm. 125-134
ngatur tentang pernikahan tertuang dalam Pernikahan dini berdampak pada kese-
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang me- hatan reproduksi anak perempuan. Anak
nyatakan bahwa pernikahan adalah ikatan la- perempuan berusia 10-14 tahun memiliki ke-
hir batin antara seorang pria dengan seorang mungkinan meninggal lima kali lebih besar
wanita sebagai seorang suami istri dengan dibanding perempuan yang berusia antara
tujuan membentuk keluarga yang bahagia 20-25 tahun. Sementara anak yang berusia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Ma- 15-19 tahun kemungkinannya dua kali lebih
ha Esa. Adapun batas usia pernikahan dalam besar. Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, seorang
Undang-Undang Perkawinan bab II Pasal 7 psikiater menyatakan bahwa secara Psi-
ayat 1 disebutkan bahwa pernikahan hanya kologis dan biologis, seseorang matang ber-
diijinkan jika pihak pria mencapai umur 19 produksi dan bertanggung jawab sebagai ibu
tahun dan pihak perempuan sudah men- rumah tangga antara usia 20-25 tahun bagi
capai umur enam belas tahun. Kebijakan pe- perempuan atau 25 sampai 30 tahun bagi laki-
merintah dalam menetapkan batasan usia laki. Sebelum usia tersebut dianggap terlalu
minimal pernikahan ini tentunya sudah me- cepat yang disebutnya dengan istilah ™›Ž,Œ˜Œ”œ
lalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal yaitu matang sebelum waktunya.2 Kondisi
ini dimaksudkan agar kedua belah pihak yang berkembang memberikan gambaran
benar-benar siap dan matang dari aspek konkret bahwa pernikahan yang dilakukan
œ’”ð1™œ’”’œð1•Š—1–Ž—•Š•ï1 tanpa kesiapan dan pertimbangan yang ma-
Lebih lanjut dijelaskan dalam Pasal 6 tang dari satu sisi dapat mengindikasikan
ayat 2 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 sikap tidak apresiatif terhadap makna nikah
bahwa untuk melangsungkan pernikahan dan bahkan lebih jauh bisa merupakan pele-
seseorang yang belum mencapai usia 21 cehan terhadap pernikahan itu sendiri sela-
tahun harus mendapat ijin dari kedua ma ini dianggap sakral oleh agama.
orang tuanya. Namun dalam prakteknya Secara umum, sebagian masyarakat yang
di masyarakat secara umum masih banyak melangsungkan pernikahan pada usia mu-
yang melangsungkan pernikahan di da dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
usia muda atau di bawah umur. Secara (1) Pernikahan dini terjadi karena keadaan
nasional pernikahan dini dengan usia di ekonomi keluarga yang berada di bawah
bawah 16 tahun sebanyak 26,95%. Bah- garis kemiskinan, sehingga dengan me-
kan berdasarkan temuan dari Bappenas ta- nikahkan salah satu anak perempuannya
hun 2008 menyatakan bahwa 34,5% dari sekalipun masih sangat belia, akan cukup
2.049.000 perkawinan tahun 2008 adalah meringankan beban orang tuanya khu-
pernikahan anak di bawah umur.1 Padahal susnya dari sisi ekonomi; (2) Orang tua,
usia pernikahan yang ideal bagi perempuan anak, dan masyarakat dengan tingkat ke-
adalah 21-25 tahun, sedangkan bagi laki-laki sadaran pendidikan yang rendah umur;
adalah 25-28 tahun. Karena pada usia terse- (3) Ada kekhawatiran dikalangan orang
but organ reproduksi pada perempuan su- tua akan mendapatkan aib karena anak pe-
dah berkembang dengan baik dan kuat, serta rempuannya sudah berpacaran dengan
secara psikologis sudah dianggap matang laki-laki segera menikahkannya; (4) Gen-
untuk menjadi calon orang tua bagi anak- carnya media massa baik cetak maupun
Š—Š”—¢Šï1 Ž–Ž—•Š›Š1”˜—•’œ’1 œ’”1•Š—1™œ’”’œ1 elektronik khususnya internet yang belum
laki-laki pada usia tersebut juga sudah kuat bisa dikendalikan dalam batas aman untuk
sehingga mampu menopang kehidupan dikonsumsi publik yang mengekspos por-
keluarga dan melindunginya baik secara psi- —˜•›Š 1 •Š—1 Š•Ž•Š—,Š•Ž•Š—1 ¢Š—•1 •’•Š”1 •Š,
kis emosional, ekonomi, dan sosial. yak dipertontonkan secara umum menye-
1 2
‘4™ñ&& ï ’”’‹Ž›’•Šï—Ž•&‘ŽŠ••‘&W\^VYXï1 Š–™Š”1 http://www.wahdah.or.id/wahdah-Wahdah
negatif pernikahan dini.html Islamiyah
’ ’ Š—’ð Pernikahan Dini dalam Perspektif Hukum Islam... | 127
babkan remaja modern kian banyak yang wab untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan
terjerembab dalam lingkup “permissive melindungi anak, (c) Undang-Undang No. 21
society” yang membolehkan pola hidup yang tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
bagaimanapun yang mereka inginkan; (5) Pidana Perdagangan Orang.
Perkawinan usia muda terjadi karena orang Amanat undang-undang tersebut ber-
tua takut anaknya menjadi perawan tua jika tujuan untuk melindungi anak agar tetap
tidak segera menerima pinangan dari laki- memperoleh haknya untuk hidup, tumbuh,
laki yang melamarnya.3 berkembang serta terlindungi dari perbuatan
kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi5.
Pernikahan Dini Melanggar Hak Anak
Bebarapa waktu yang lalu kita banyak Dampak Biologis dan Psikologis
mendengar dan menyaksikan di berbagai Secara biologis, organ-organ reproduksi
media tentang seorang yang sekaligus pe- anak yang baru menginjak akil baligh masih
ngasuh sebuah pesantren, Syekh Puji alias berada pada proses menuju kematangan se-
Pujiono Cahyo Widianto usia 43 tahun yang hingga belum siap untuk melakukan hubu-
menikahi gadis belia Lutviana Ulfah yang ngan seks dengan lawan jenisnya, apalagi
berumur 12 tahun. Berita ini menarik per- jika sampai hamil dan melahirkan. Jika di-
hatian khalayak karena dianggap peristiwa paksakan yang terjadi justru malah sebuah
yang tidak lazim di masa sekarang ini. Pe- trauma, perobekan yang luas dan infeksi yang
ristiwa ini banyak mengundang reaksi keras akan membahayakan organ reproduksinya
terutama dari Komnas Perlindungan Anak.4 sampai membahayakan jiwa anak. Patut di-
Bahkan banyak pengamat yang berlomba pertanyakan apakah hubungan seks yang de-
untuk memberikan opini dengan berbagai mikian atas dasar kesetaraan dalam hak re-
versi. Padahal pernikahan dini dengan ala- produksi antara istri dan suami atau adanya
san apapun ditinjau dari berbagai aspek sa- kekerasan seksual dan pemaksaan terhadap
ngat merugikan kepentingan anak dan akan seorang anak.
sangat membahayakan kesehatan anak.
Secara psikis anak belum siap dan be-
Adapun dampak dari pernikahan dini dapat
lum mengerti tentang hubungan seks, se-
dinilai dari berbagai pendekatan sudut pan-
hingga akan menimbulkan trauma psikis
dang, yaitu:
berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit
disembuhkan.
Dampak Terhadap Hukum
Pernikahan dini apabila dilakukan berarti Dampak Sosial dan Perilaku Seksual
telah mengabaikan beberapa hukum yang
Fenomena sosial ini berkaitan dengan
telah ditetapkan, antara lain: (a) Undang-
faktor sosial budaya dalam masyarakat yang
Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Per-
cenderung memposisikan wanita sebagai
kawinan “Perkawinan hanya diijinkan jika
pelengkap kehidupan laki-laki saja. Kon-
pihak pria sudah berusia 19 tahun dan pihak
disi ini hanya akan melestarikan budaya
wanita sudah berusia 16 tahun” (Pasal 7 ayat
patriarkhi yang kebanyakan hanya akan
1). “Untuk melangsungkan perkawinan seorang
melahirkan kekerasan dan menyisakan ke-
yang belum mencapai umur 21 tahun harus
pedihan bagi perempuan.
mendapat ijin kedua orang tuanya” (Pasal 6 ayat
2), (b) Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Adanya perilaku seksual berupa perilaku
tentang Perlindungan Anak (Pasal 26 ayat 1) gemar berhubungan seksual dengan
›Š—•1 •žŠ1 ‹Ž›”Ž Š“’‹Š—1 •Š—1 ‹Ž›•Š—••ž—•1 “Š, anak-anak yang dikenal dengan sebutan
™Ž•˜ •’Šï1 Ž›1‹žŠ•Š—1’—’1•’•Š”1œŽœžŠ’1•Ž—•Š—1
3
‘4™ñ&&Š• ¢Šh 23.student.umm.ac.id Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang
4
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?
5
Pernikahan Dini dalam Perspektif Agama dan Negara ‘4™ñ&&Š• ¢Š‘1XYï1 •ž•Ž—•ïž––
128 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 3 Nomor 2, Desember 2011, hlm. 125-134
kasus perceraian. Kondisi psikologis pa- bat pernikahan anak di bawah umur kepa-
sangan yang belum matang menjadi faktor da masyarakat. Diharapkan dengan upaya
utama penyebab persoalan ini. Menurut tersebut masyarakat tahu dan sadar bahwa
perspektif psikologis, pernikahan dini da- pernikahan dini adalah sesuatu yang sa-
pat menyebabkan disharmoni keluarga. Dis- lah dan harus dihindari. Sinergi antara pe-
harmoni bisa terjadi karena emosi pasangan merintah dan masyarakat merupakan jurus
yang masih labil dan cara berpikir yang masih terampuh untuk saat ini agar pernikahan
setengah matang. Disamping itu, pernikahan dini dapat terhindarkan sehingga ke depan
•’—’1“ž•Š1‹Ž›”˜›Ž•Šœ’1Œž”ž™1œ’•—’ ”Š—1•Ž—•Š—1 diharapkan tidak ada lagi anak yang menjadi
tingkat kematian ibu hamil atau melahirkan, korban akibat pernikahan dini sehingga calon
aborsi, perdagangan manusia, jumlah anak generasi bangsa bisa lebih optimis menatap
terlantar, dan pengangguran. Bahkan seca- masa depannya kelak.
ra psikologis ketika anak melakukan perni- Satu permasalahan yang tidak bisa kita na-
kahan dini tidak dapat beradaptasi dengan ”Š—1Š•Š•Š‘1”Ž—¢Š•ŠŠ—1¢Š—•1œŠŠ•1’—’1–Ž—“Š•’1
lingkungan dan situasi barunya maka dapat gaya hidup remaja, yaitu pacaran. Seakan-
mengakibatkan timbulnya stress yang ber- akan sudah menjadi sesuatu yang biasa saja
dampak tidak baik bagi dirinya maupun ba- ketika seorang remaja berpacaran dengan
yi yang dikandungnya. lawan jenisnya karena hal itu dianggap oleh
Bertolak dari beberapa kasus yang dipa- sebagian pihak sebagai sebuah kebutuhan
parkan di atas, ˜ž—•›¢1 ’›ŽŒ•˜›1 •Š—, John dan tahapan yang harus dilalui oleh kaum
Mc Donough menyatakan keprihatinannya remaja. Sepertinya, kalau tidak melakukan
terhadap angka pernikahan dini di Indonesia. hal itu dianggap kuno. Kondisi seperti inilah
Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan yang melatarbelakangi berkembangnya seks
untuk mencegah terjadinya pernikahan bebas di kalangan kawula muda di berbagai
di bawah umur ini yaitu dengan program Negara, termasuk para remaja di Indonesia.
pemberdayaan anak perempuan meliputi Data yang diperoleh PBB mengatakan bah-
pemberdayaan yang ada hubungannya wa lebih dari 80% siswa SMA di Cina per-
dengan ekonomi keluarga, advokasi, pen- nah melakukan seks bebas.9 Bahkan hasil
didikan dan penelitian tentang pernikahan penelitian di kota Malang beberapa tahun
dini, serta kampanye pemberdayaan dan yang lalu menunjukkan bahwa lebih dari
partisipasi anak perempuan. Program-pro- 50% mahasiswa di Malang sudah pernah
gram ini akan berhasil secara optimal tentu melakukan seks bebas.
saja juga harus melibatkan laki-laki dewasa Fenomena itu memang sangat mem-
seperti ayah, saudara laki-laki, dan suami.8 prihatinkan, sekalipun hasil penelitian ini
Selain hal di atas pemerintah juga harus masih perlu dipertanyakan lagi validitas
serius dalam menegakkan hukum yang ber- datanya. Dengan demikian jika ada yang
laku terkait pernikahan anak di bawah umur mempertanyakan mengapa menikah diper-
sehingga pihak-pihak yang ingin melakukan sulit, bergaul bebas dipermudah. Kadang-
pernikahan dengan anak yang masih di kadang terasa adanya keanomalian dalam
bawah umur akan berpikir dua kali sebelum kasus ini. Nikah yang jelas ada syariatnya
melakukannya. Di samping itu pemerintah dipersulit dengan keharusan mengurus ke-
juga harus semakin giat mensosialisasikan administrasian, selain adanya peraturan pe-
undang-undang terkait pernikahan anak merintah akan adanya batasan usia untuk
di bawah umur berikut sanksi-sanksi bila seseorang boleh melangsungkan pernikahan.
melakukan pelanggaran dan menjelaskan Di sisi lain, sarana untuk bergaul bebas di-
risiko-risiko terburuk yang bisa terjadi aki- permudah mengaksesnya dan disediakan
‘4™ñ&&–Ž•›˜•Ÿ—Ž œïŒ˜–&›ŽŠ•&—Ž s, Minggu,
8 fasilitas yang sangat gampang dijangkau oleh
9
25 September 2011 ‘4™ñ&&Š• ¢Š‘1
130 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 3 Nomor 2, Desember 2011, hlm. 125-134
siapa saja termasuk mereka yang berkantong kan kemaslahatan sosial bagi manusia baik
tipis. di masa sekarang maupun di masa yang
Kenyataan bahwa ada beberapa kendala akan datang. Hukum Islam bersifat luas
seperti masalah biaya dan kesiapan mental dan luwes, humanis, dan selalu membawa
ketika seseorang ingin melegalkan hubungan rahmat bagi seluruh manusia di alam ini.10
yang dirajutnya baik legal menurut agama Termasuk dalam ranah pemikiran tentang
maupun menurut hukum nasional. Tidaklah hal ini adalah ayat-ayat dan hadis-hadis
mengherankan jika mereka mencari solusi Nabi yang mengupas masalah pernikahan,
yang bisa ditempuhnya untuk menyalurkan karena pada prinsipnya semua perbuatan
naluri biologis yang sulit dijinakkan terse- orang muslim yang sudah akil baligh tidak
but, sehingga mereka melakukan seks bebas. bisa terlepas dari hukum syara’ sebagaimana
Bahkan yang cukup membuat hati kita ber- terumuskan dalam kaidah syara’ Š•1Šœ‘•ž1 1Š•1
gidik adalah keyakinan mereka bahwa Married Š• ŠŠ•1 Š•,•ŠšŠ¢¢ž•ž1 ‹’1 Š•,‘ž”–’1 Š•,œ¢Š› ’¢¢.11
By Accident (MBA), suatu istilah bagi sepasang Pada mulanya hukum menikah adalah sun-
muda mudi yang menikah disebabkan sang nah sesuai dengan Al-Qur’an Surat An-Nisa’
perempuan telah diberi ‘down payment” ayat 3:
terlebih dahulu dianggap sebagai jalan terbaik
ketika mereka kebablasan berpacaran. Bukan
tidak mungkin seseorang sengaja menghamili
pacarnya bila hubungan mereka tak direstui
oleh orang tuanya. Mereka beranggapan kalau
pacarnya “kecelakaan” (hamil) pasti mereka
akhirnya dinikahkan juga.
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil
Dalam kondisi yang sudah sedemikian •Ž›‘Š•Š™1û‘Š”,‘Š”ü1™Ž›Ž–™žŠ—1¢Š—•1¢Š•’–1û‹’•Š–Š—Š1
parah, penulis beranggapan bahwa perni- ”Š–ž1–Ž—•Š ’—’—¢Šüð1 Š”Š1”Š ’—’•Š‘1 Š—’•Š, Š—’•Š1
kahan dini layak diberi tempat sebagai salah (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat.
satu alternatif yang aman, baik secara agama kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku
maupun hukum Negara, dari pada dengan Š•’•ð1 Š”Š1û”Š ’—’•Š‘ü1œŽ˜›Š—•1œŠ“Šð1Š•Šž1‹ž•Š”,‹ž•Š”1
yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat
membiarkan mereka terperosok ke dalam
kepada tidak berbuat aniaya.”
lembah kenistaan yang lebih kelam. Langkah
ini tentu saja tidak boleh mengesampingkan Perintah untuk menikah pada ayat di
dan harus tetap memperhatikan hal-hal ur- atas merupakan tuntutan untuk melakukan
gen yang akan berakibat fatal apabila tidak pernikahan (•‘Š•Š‹ž•1 •’), namun tuntutan
mendapatkan perhatian secara baik. Karena tersebut bersifat sunnah, bukan sebuah ke-
dengan menutup sama sekali celah dan ke- harusan karena adanya kebolehan memilih
sempatan yang membolehkan pernikahan antara kawin dan pemilikan budak. Namun
dini, maka dekadensi moral yang terjadi di hukum asal sunnah ini dapat berubah men-
kalangan remaja akan semakin merajalela. jadi wajib, haram, maupun makruh, jika se-
Bahkan bukan tidak mungkin kita juga akan seorang tidak bisa menjaga kesucian diri dan
ikut berdosa jika hal semacam ini kita abai- akhlaknya kecuali dengan menikah, maka
kan tanpa merasa ikut bertanggung jawab menikah menjadi wajib baginya. Sebab men-
bagaimana memperbaiki kondisi yang sudah jaga kesucian dan akhlak hukumnya wa-
carut marut ini. jib bagi setiap muslim. Adapun menikah
dini, yaitu menikah pada usia remaja atau
Pernikahan Dini dalam Perspektif Hukum muda, bukan usia tua, hukumnya sunnah
Islam 10
Imam Syathibi, •, ž Š•ŠšŠ•ð (Beirut, Libanon:
Darul Kutub Ilmiah) h. 220
Substansi hukum Islam adalah mencipta- 11
Šš’¢ž••’—1 —, Š‹‘Š—’ð1 œ¢, ¢Š”‘œ’¢¢Š‘1 Š•,
œ•Š–’¢Š‘1 ž£1 , 1953. h. 19
’ ’ Š—’ð Pernikahan Dini dalam Perspektif Hukum Islam... | 131
atau mandub, demikian menurut Imam yang menunjukkan bahwa lebih baik ia ti-
Šš’¢ž••’—1 —, Š‹‘Š—’1•Ž—•Š—1‹Ž›1•Š—1•Šœ, dak menikah pada usia dini. terdapat be-
kan pada hadis Nabi yang artinya: “Wahai berapa ketentuan yang perlu diperhatikan
para pemuda, barang siapa yang telah mampu, dalam sebuah pernikahan dini agar tidak
hendaklah menikah, sebab dengan menikah itu mengakibatkan efek negatif sebagaimana di-
akan lebih menundukkan pandangan dan akan lansir oleh banyak kalangan yang mayoritas
lebih menjaga kehormatan. Kalau belum mampu, berpandangan bahwa pernikahan dini selalu
hendaklah berpuasa, sebab puasa akan menjadi berkonotasi tidak baik.
perisai bagimu” (HR. Bukhari dan Muslim). Pertama, perempuan harus sudah siap
Satu hal yang perlu digaris bawahi dari œŽŒŠ›Š1 œ’”ð1”Š›Ž—Š1‹Š—¢Š”1™Ž›Ž–™žŠ—1¢Š—•1
hadits di atas adalah perintah menikah bagi sudah baligh namun belum siap untuk me-
para pemuda dengan syarat jika ia telah nikah karena kondisi tubuhnya yang lemah
mampu, maksudnya adalah siap untuk me- atau penyakit yang membuatnya tidak me-
nikah. Kesiapan menikah dalam tinjauan hu- –’•’”’1 œ’”1¢Š—•1™›’–Š1œŽ‘’—••Š1•’•Š”1–Š–™ž1
kum Islam meliputi 3 hal, yaitu: (a) Kesiapan menjalankan tugasnya sebagai istri. Kedua,
ilmu, yaitu kesiapan pemahaman hukum- perempuan tersebut sudah matang secara
‘ž”ž–1 ”’‘1¢Š—•1Š•Š1‘ž‹ž—•Š——¢Š1•Ž—•Š—1 mental dan terdidik untuk dapat memenuhi
masalah pernikahan, baik hukum sebelum tanggung jawab. Ini bukan berarti ia harus
menikah, seperti khitbah (melamar), pada saat mengetahui seluk beluk kehidupan berumah
menikah seperti syarat dan rukun akad nikah, tangga secara sempurna ketika berinteraksi
maupun sesudah menikah seperti hukum dengan suami, mengasuh anak, dan lain se-
–Ž—Š$Š‘’1 ”Ž•žŠ›•Šð1 •‘Š•Š”ð1 ›ž“ž”ï1 ¢Š1›Š•1 bagainya. Kedua poin tersebut pantas men-
pertama ini didasarkan pada prinsip bahwa dapat perhatian lebih berdasar hadis Nabi
•Š›•ž1 Š’— hukumnya bagi seorang muslim bahwa beliau tidak menyuruh menikah ke-
untuk mengetahui hukum perbuatan sehari- pada seluruh pemuda tanpa terkecuali bagi
hari yang dilakukannya atau yang akan mereka yang dianggap mempunyai Š•,‹¦ Š‘,
dilakukannya; (b) Kesiapan harta atau materi, ¢Š’•ž1”Ž–Š–™žŠ—1–Ž–‹Ž›’1—Š$Š‘ï
yang dimaksud dengan harta di sini ada dua Ketiga, pada pernikahan perempuan yang
macam yaitu harta sebagai mahar dan harta masih sangat belia, lebih utama kalau dia dan
œŽ‹Š•Š’1—Š$Š‘1œžŠ–’1”Ž™Š•Š1’œ•›’—¢Š1ž—•ž”1 calon suaminya tidak terpaut jauh usianya,
memenuhi kebutuhan pokok (Š•,‘Š“Š•1 Š•, kecuali untuk maksud yang dibenarkan.
asasiyyah) bagi istri berupa sandang, pangan, Imam An-Nasa’i telah mengeluarkan sebuah
dan papan yang wajib diberikan dalam kadar riwayat di dalam Sunan-nya, demikian pula
yang layak (bil ma’rufüò1ûŒü1 Žœ’Š™Š—1 œ’”1Š•Šž1 Ibnu Hibban di dalam Shahihnya, serta Al-
kesehatan khususnya bagi laki-laki, yaitu Hakim di dalam Al-Mustadraknya, dan ia
mampu menjalani tugasnya sebagai suami, menilai shahih riwayat tersebut berdasarkan
tidak impoten. Khalifah Umar bin Khaththab syarat Bukhari dan Muslim yang disepakati
pernah memberi penangguhan selama satu oleh Adz-Dzahabi dari Buraidah, menyatakan
tahun kepada seorang laki-laki (suami) yang bahwa Abu Bakar dan Umar melamar Fa-
impoten untuk berobat. Ini menunjukkan thimah, namun Rasulullah saw kemudian
‹Š‘ Š1 ”Žœ’Š™Š—1 œ’” 1 ¢Š—•1 œŠ•ž1 ’—’1 ™Ž›•ž1 menikahkan Fathimah dengan Ali. Dari
mendapat perhatian serius. hadis tersebut dapat diambil kesimpulan
Sekalipun dikatakan bahwa pernikahan bahwa usia calon suami perlu diperhatikan,
dini hukum asalnya diperbolehkan menu- yaitu sebaiknya tidak jauh dengan usia pe-
rut syariat Islam, tetapi tidak berarti ia dibo- rempuan. Karena kedekatan jarak usia ini
lehkan secara mutlak bagi semua perempuan diharapkan akan lebih dapat melahirkan
dalam semua keadaan. Sebab pada sebagian keserasian diantara pasangan suami istri,
perempuan terdapat beberapa kondisi dan lebih dapat melanggengkan pernikahan
132 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 3 Nomor 2, Desember 2011, hlm. 125-134
sehingga fenomena hidup melajang men- bulnya persoalan-persoalan psikis dan so-
jadi salah satu pilihan atau gaya hidup ka- sial telah dijelaskan dengan gamblang oleh
rena sudah merasa mampu memenuhi ke- Mohammad Fauzil Adzim dalam bukunya
butuhannya sendiri tanpa perlu ada orang “Indahnya Pernikahan Dini”, demikian ju-
yang mendampingi hidupnya sebagai pa- ga dalam buku “Children Development
sangan hidup; (c) Semakin mundur usia ni- Through” yang ditulis oleh Clarke-Stewart
kah akan semakin menurun semangat orang & Koch, bahwa pernikahan di usia remaja
untuk menikah dan ini banyak terjadi di dan masih duduk di bangku sekolah bukan
Negara-negara Barat, sehingga banyak pe- penghalang untuk meraih prestasi yang
rempuan yang melahirkan anak tanpa proses lebih baik, bahwa usia bukan ukuran utama
pernikahan. Mereka lebih memilih hamil untuk menentukan kesiapan mental dan
dengan cara inseminasi buatan dengan sel kedewasaan seseorang untuk meraih puncak
sperma yang mereka bisa dapatkan di Bank- prestasi yang lebih cemerlang.
bank sperma; (d) Kanker payudara dan rahim Disamping itu, salah satu faktor domi-
lebih kecil prosentasenya bagi wanita yang nan yang sering membuat keraguan dalam
pernah hamil di usia muda dari pada mereka melangkah adalah kesiapan dari sisi eko-
yang hamil pada usia yang sangat matang; nomi. Ini memang wajar, tapi bukankah
(e) Kehamilan di luar rahim bagi wanita Allah telah menjanjikan bagi hambanya de-
berusia sangat matang kemungkinannya ngan limpahan karunia-Nya. Tuhan pasti
lebih besar daripada pada wanita yang ber- menjamin rejeki hambanya yang menikah
usia antara 15-24 tahun; (f) Ilmuwan Ame- sebagaimana tersirat dalam Al-Qur’an Surat
rika mengatakan bahwa perbandingan jum- An-Nur ayat 32 :
lah kasus aborsi pada wanita di atas usia
35 tahun lebih banyak 3 sampai 4 kali di-
bandingkan dengan wanita yang hamil di
bawah usia tersebut; (g) Operasi caesar, ke- ”Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka
•Ž—•Š—1 Š›ž—’Š, ¢Š ï
•Š‘’›Š—1™›Ž–Š•ž›ð1ŒŠŒŠ•1 œ’”ð1”Ž–Š•’Š—1“Š—’—1
di dalam rahim sebelum lahir, akan lebih Dengan mengikuti pada hukum asalnya,
besar kemungkinannya ketika usia ibu hamil maka pernikahan dini hukumnya boleh
semakin banyak bertambah.13 untuk kemaslahatan. Karenanya tidak ada
alasan untuk menunda-nunda pernikahan
Kesimpulan
selama kita yakin melangkah dengan iringan
Memang wajar jika ada kekhawatiran niat yang tulus melaksanakan syariat Islam.
pihak-pihak tertentu bahwa pernikahan di Pernikahan dini tidak akan menjadi perintang
usia dini akan menghambat studi atau rentan seseorang untuk berkreasi, melanjutkan
”˜— ’”1 ¢Š—•1 ‹Ž›ž“ž—•1 ™Š•Š1 ™Ž›ŒŽ›Š’Š—ð1 studi, bersosialisasi, bahkan meniti karir
akibat kekurangsiapan mental dari kedua yang lebih tinggi. Selama segala persyaratan
pasangan yang belum dewasa. Namun se- di atas dipenuhi, pernikahan dini bukan
betulnya kekhawatiran dan kecemasan tim- menjadi batu terjal yang menghalangi kita
13
$O IDGOLO $EX $PPDU $OL $O +XG]DL¿ ³+LNPDK GDQ dalam meniti studi menata asa, merenda
Ketentuan Pernikahan Dini,” dalam -XUQDO 6DOD¿\\XQ http:// kasih sayang, menuai bahagia. Wallahu a’lam
fadhlihsan.wordpress.com ‹’1Š•,œ‘Š Š‹.
DAFTAR PUSTAKA