Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

HUKUM PERNIKAHAN DINI


-
-
-
-
-
-
Oleh Kelompok 1 :
1. Izhar Satrianda
2. Muhammad Rizky
3. Muhammad Aqil
4. Muhammad Rafli
5. Athfalin
6. Raihan

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


12 IPS 2
OKTOBER 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ada banyak pernikahan dini. Sebagian besar pelaku pernikahan dini ini
adalah pemuda desa dengan tingkat pendidikan yang rendah. Banyak anak muda
di desa yang malu menikah sebelum usia 20 tahun. Ada anggapan atau mitos
bahwa perempuan di atas usia 20 tahun belum menikah, yaitu 'perempuan tua',
sehingga anggapan bahwa anak muda di desa lebih cenderung menikah di usia
muda. Masalah mendasar dengan anak perempuan adalah bahwa banyak orang tua
tidak ingin anak-anak mereka menjadi perawan tua ketika mereka dewasa. Lajang
dianggap oleh sebagian besar sebagai kekurangan yang terjadi pada wanita. Untuk
alasan ini, karena rasa takut yang tidak semestinya, banyak orang tua menikahi
anak-anak mereka pada usia dini. Kondisi ini menyebabkan persepsi bahwa anak
muda di perdesaan menikah lebih awal daripada di perkotaan meningkat.
Pernikahan dini mempengaruhi kualitas anak, keluarga, keharmonisan
keluarga dan perceraian. Karena ego masa muda saya masih tinggi saat itu. Dilihat
dari aspek pendidikan, sebagian besar remaja di Dusun Ngrammuk adalah lulusan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Sebagian
besar masyarakat tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
karena faktor sosial budaya, dan rata-rata pendidikan orang tua yang rendah,
sehingga tidak mendukung anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa paktor penyebab seseorang melakukan pernikahan dini?
2. Apa dampak positif dan negative dari pernikahan dini?
3. Bagaimana pandangan agama islam terhadap pernikahan dini?
1.3 Tujuan Penulisan
1. agar lebih mengetahui penyebab seseorang melakukan pernikahan dini
2. agar lebih mengetahui dampak positif dan negative dari pernikahan dini
3. agar lebih mengetahui Bagaimana pandangan agama islam terhadap pernikahan
dini

1.4 Manfaat Penulisan


1. Manfaat Bagi Penulis
Karya ini memungkinkan penulis untuk lebih memahami dan mengetahui
bagaimana melakukan pekerjaan yang baik dengan benar, menambah wawasan tentang
pernikahan dini dan dampak yang ditimbulkannya.
2. Manfaat Pembaca
1. Remaja
Pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik tentang dampak pernikahan dini
juga diharapkan dapat mengurangi pernikahan usia dini.
2. Komunitas
Makalah ini memungkinkan masyarakat untuk lebih memahami, mengetahui dan
mengenali dampak pernikahan dini.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1Faktor Penyebab Pernikahan Dini


Menurut RT. Akhmad Jayadingrat, penyebab utama pernikahan dini adalah:
a. keinginan untuk segera mendapatkan tambahan anggota keluarga
b. Tidak ada pemahaman tentang konsekuensi mengerikan dari menikah terlalu
muda, baik untuk pengantin wanita itu sendiri maupun keturunannya. Sifat kolot orang
Jawa yang tidak mau menyimpang dari aturan biasa. Sebagian besar penduduk desa
mengatakan bahwa mereka menikahi anak-anak mereka yang masih sangat muda hanya
karena mereka mengikuti adat. Masalah keuangan keluarga
b. Orang tua gadis itu bertanya kepada anggota keluarga laki-laki di gereja apakah
mereka ingin menikahi putri mereka.
c. Perkawinan anak-anak ini dalam keluarga gadis meninggalkan tanggung jawab
yang kurang (makanan, pakaian, pendidikan, dll) untuk salah satu anggota keluarga
(Soekanto, 1992:65).
Selain para ahli di atas, ada beberapa faktor yang mendorong pernikahan dini. ,
yang biasa terjadi di masyarakat. Ekonomi
Pernikahan dini disebabkan oleh kenyataan bahwa rumah tangga hidup di garis
kemiskinan, dan anak perempuan menikah dengan orang yang mereka anggap mampu
untuk mengurangi beban orang tua mereka.
a. Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua, anak dan masyarakat
cenderung menikah dengan anak di bawah umur.
b.SM Faktor Orang Tua
Orang tua, yang khawatir putri mereka akan malu berkencan dengan pria yang
sangat lekat, segera menikahi putra mereka.
c. Media Massa
Pemaparan seks yang tak henti-hentinya di media massa membuat kaum muda saat
ini semakin terbuka tentang seks.
d.Faktor Konvensional
Perkawinan muda terjadi karena orang tua takut anaknya disebut perawan tua dan
menikah terlalu cepat.
2.2 Dampak Positif dan Negatif Pernikahan Dini
2.2.1 Efek Positif
Dukungan Emosional:
Dukungan Emosional memungkinkan Anda untuk melatih Kecerdasan
Emosional dan Psikologis (ESQ) setiap pasangan.
Bantuan Keuangan:
Pernikahan dini dapat mengurangi beban keuangan Anda dan membuat
Anda lebih hemat.
Lebih Banyak Kebebasan:
Berada jauh dari rumah memberi Anda kebebasan finansial dan emosional
untuk menjalani hidup Anda.
Belajar Mengambil Tanggung Jawab Sejak Dini:
Banyak anak muda yang tanggung jawab pranikahnya kecil karena orang
tuanya ada di sana harus bisa mengatur urusan mereka secara mandiri dari orang
tua mereka
Jangan melakukan perzinahan atau perbuatan asusila lainnya.

2.2.2 Dampak Negatif


Seputar Pendidikan :
Seperti yang kita ketahui bersama, orang yang menikah di usia muda
tentunya memiliki dampak yang berbeda-beda terutama dalam dunia pendidikan.
Misalnya, jika seseorang yang baru lulus SMA atau SMA menikah, keinginannya
untuk kembali sekolah dan menuntut ilmu tentu tidak akan terwujud. Hal ini terjadi
karena lebih banyak tugas pasca nikah dan kurangnya motivasi untuk belajar.
Dengan kata lain, pernikahan dini dapat menghambat proses pendidikan dan
pembelajaran.
Selain itu, ada juga masalah perburuhan, seperti kenyataan sosial bahwa
orang yang tidak berpendidikan hanya bisa bekerja sebagai pekerja dan tidak
menggali keterampilannya.
Medis: Dr. Ahmad Yasa, Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit
Husada (RSBH)Balikpapan, mengatakan bahwa wanita yang menikah di usia dini,
di bawah 15 tahun, memiliki banyak risiko, bahkan jika mereka sudah menstruasi
atau bahkan sedang menstruasi. Pernikahan dini ini memiliki dua implikasi medis:
efek pada rahim dan kebidanan. Kondisi terkait kelahiran umum terjadi pada
banyak wanita yang menikah dini, seperti infeksi rahim dan kanker serviks. Hal ini
terjadi karena waktu transisi dari sel anak ke sel dewasa terlalu cepat. Faktanya,
sel-sel yang tumbuh pada anak yang baru lahir biasanya berhenti tumbuh pada usia
19 tahun.
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan, rata-rata penderita infeksi
rahim dan kanker serviks adalah wanita yang menikah pada usia muda atau
menikah sebelum usia 19 atau 16 tahun. Untuk risiko obstetrik, wanita yang hamil
sebelum usia 19 tahun dapat meninggal selain kehamilan pada usia 35 tahun ke
atas. Risiko lainnya adalah hamil di usia muda dapat menyebabkan pendarahan
saat hamil, keguguran, keguguran, dan kelahiran prematur.

2.3 Pandangan Agama Islam Terhadap Pernikahan Dini


Hukum Islam secara umum mencakup lima prinsip: perlindungan agama,
kehidupan, keturunan, properti, dan akal. Salah satu dari lima nilai universal Islam
adalah agama pemeliharaan garis keturunan (hifdzu al nasl). Oleh karena itu Syekh
Ibrahim menyatakan dalam kitabnya al Bajuri bahwa hubungan seksual yang
mendapat legalitas agama harus melalui perkawinan agar tetap terjaga garis
keturunannya. Jika agama tidak meresepkan pernikahan, silsilah keluarga (garis
keturunan) akan menjadi semakin ambigu.
Agama dan negara terbagi atas pentingnya pernikahan dini. Perkawinan
yang dilakukan di luar batas minimal hukum perkawinan adalah tidak sah secara
hukum. Menurut negara bagian federal, periode pernikahan dini dibatasi usia. Di
sisi lain, dari sudut pandang agama, pernikahan dini adalah pernikahan yang
dilakukan oleh orang yang belum mencapai pubertas.
Terlepas dari semua ini, masalah pernikahan dini adalah tema kuno yang
telah dibahas di banyak halaman sejarah. Dan sekarang subjek telah muncul ke
permukaan lagi. Hal ini terlihat dari tingkat ketidaksepakatan di kalangan ulama
Islam klasik dalam menanggapi kejadian ini.
Pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Syubromah adalah bahwa agama
mengharamkan pernikahan dini (nikah sebelum baligh). Menurutnya, nilai intrinsik
pernikahan adalah untuk memenuhi kebutuhan biologis dan meningkatkan
keturunan. Kedua hal ini tidak terlihat pada anak yang belum mencapai pubertas.
Ia lebih menekankan pada tujuan utama pernikahan.
Ibn Shubromah mencoba melepaskan diri dari bingkai teks. Pemahaman
tentang masalah ini dari dimensi sejarah, sosiologis dan budaya yang ada.
Menyusul pernikahan Nabi dengan Aisha (saat itu berusia 6 tahun), Ibnu
Shublomar berpikir bahwa ini adalah takdir khusus Nabi SAW, sesuatu yang tidak
dapat ditiru oleh umatnya.
Sementara itu, sebagian besar ahli hukum Islam telah melegalkan pernikahan dini.
Pemahaman ini merupakan hasil interpretasi QS. al Thalaq:4
Apalagi, sejarah mengatakan bahwa Aisyah menikahi Nabi pada usia yang
sangat muda. Demikian juga, pernikahan dini antara teman adalah hal biasa.
Beberapa ulama bahkan menyatakan bahwa legalisasi perkawinan di bawah
umur telah menjadi kesepakatan para ahli hukum Islam. Wacana yang dihasilkan
Ibnu Syubromah dinilai lemah baik secara kualitatif maupun kuantitatif, sehingga
gagasan tersebut tidak dianggap. Struktur hukum yang dibangun Ibnu Syubromah
sangat rapuh dan rapuh.
Imam Jalaluddin Suyuthi pernah menulis dua hadits yang sangat menarik
dalam kamus haditsnya. Hadits pertama mengatakan, “Ada tiga hal yang tidak
boleh diakhiri: Sholat ketika ada mayat, dan istri-istri yang tidak bersuami untuk
dinikahi sederajat (bila ditanya) / Kapha'a” tertulis.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pernikahan dini tentu saja bersifat pribadi. Ini berarti bahwa tingkat
keuntungan diteruskan ke setiap individu. Jika menikah di usia muda bisa
menyelamatkan diri dari kubangan dosa dan lumpur kemaksiatan, maka menikah
adalah pilihan terbaik.Penting.Wallahu A'lam
Kebijakan pemerintah dan hukum agama mengandung unsur keuntungan.
Pemerintah melarang pernikahan dini karena berbagai pertimbangan tersebut di
atas. Demikian pula, agama tidak membatasi usia menikah dan memiliki nilai-nilai
positif. Masalah yang cukup dilematis.

3.2 Saran

Agar Pernikahan dini yang terjadi di masyarakat tidak semakin meningkat,


sebagai orang tua perlu terus menerus melakukan pendampingan pada anak agar
dapattumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya. Selain itu juga para orang
tua tidak membiarkan anak-anak perempuannya yang masih belia, dipinangpria
pujaan walau diiming-imingi “angin surga,” yang kemudian ternyata
menghancurkan masa depan anak perempuan itu.

Anda mungkin juga menyukai