Anda di halaman 1dari 4

Faktor Risiko Gizi Buruk Pada Balita di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah

Oleh : Dhanti Mega Yashinta

Masalah gizi merupakan gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan atau masyarakat
yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi dari makanan. Bayi dan anak-anak
adalah kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap masalah gizi karena memerlukan nutrisi
tambahan untuk pertumbuhan dan perkembangan, memiliki cadangan energi yang terbatas, dan masih
tergantung pada orang lain. Permasalahan gizi salah satunya yaitu gizi buruk (Prasetia et al., no date).

Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam waktu cukup lama. Kekurangan gizi selain mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan, dapat pula mengakibatkan balita rentan terhadap penyakit infeksi bahkan dapat
menyebabkan kematian (Handayani, 2017).

Gizi buruk menurut World Health Organization (WHO) ditentukan berdasarkan indikator
antropometri berat badan menurut tinggi atau panjang badan (BB/TB) dengan z-skor BB/TB <-3 SD dan
ada atau tidaknya odema (Oktavia et al., 2017).

Menurut WHO, anak penderita gizi buruk berisiko kematian 5 - 20 kali lebih besar daripada anak
dengan nutrisi baik. Malnutrisi ber-tanggung jawab langsung dan tidak langsung terhadap 60% kematian
balita, lebih dari dua pertiga kematian tersebut justru terjadi pada usia kurang dari satu tahun (Kuntari,
Aisyah Jamil and Kurniati, no date).

Dampak mikro dari kasus gizi buruk adalah balita menjadi apatis, mengalami gangguan bicara
serta gangguan perkembangan yang lain, sedangkan dampak makro dari kasus gizi buruk adalah
penurunan skor IQ, penurunan perkembangan kognitif, gangguan pemusatan perhatian, penurunan rasa
percaya diri, serta dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada balita (Sa et al., 2020).

Faktor penyebab gizi buruk dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu penyebab langsung dan
penyebab tidak langsung. Penyebab langsung gizi buruk meliputi kurangnya jumlah dan kualitas
makanan yang dikonsumsi dan menderita penyakit infeksi, sedangkan penyebab tidak langsung gizi
buruk yaitu ketersediaan pangan rumah tangga, kemiskinan, pola asuh yang kurang memadai dan
pendidikan yang rendah. Faktor konsumsi makanan merupakan penyebab langsung dari kejadian gizi
buruk pada balita. Hal ini disebabkan karena konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan
komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai kebutuhan, bersih dan
aman sehingga akan berakibat secara langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita. Faktor
penyakit infeksi berkaitan dengan tingginya kejadian penyakit menular terutama diare, cacingan dan
penyakit pernapasan akut (ISPA). Faktor kemiskinan sering disebut sebagai akar dari kekurangan gizi,
yang mana faktor ini erat kaitannya terhadap daya beli pangan di rumah tangga sehingga berdampak
terhadap pemenuhan zat gizi. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) juga merupakan faktor yang
dapat berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk. Hal ini dikarenakan bayi yang mengalami BBLR akan
mengalami komplikasi penyakit karena kurang matangnya organ, menyebabkan gangguan pertumbuhan
fisik dan gangguan gizi saat balita. Faktor pendidikan Ibu erat kaitannya dengan pengetahuan Ibu
mengenai gizi sehingga akan berakibat terhadap buruknya pola asuh balita (Istiono et al., 2009) (Saputra
and Hida Nurrizka, no date).

Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Laporan Provinsi Sulawesi Tengah, Riskesdas 2018)
tahun 2018, prevalensi gizi buruk di Indonesia sebesar 5,7% dan Sulawesi Tengah sebesar 6,6%. Senada
dengan data ini, berdasarkan Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala tahun 2018
diperoleh data sebesar 14,6% balita di Kabupaten Donggala mengalami gizi buruk. Berdasarkan data
tersebut, dapat diketahui prevalensi gizi buruk di Kabupaten Donggala berada di atas prevalensi nasional
begitu pula dengan prevalensi gizi buruk di Sulawesi Tengah juga mengalami peningkatan secara
nasional dan hal ini masih menjadi masalah di beberapa kabupaten di Sulawesi Tengah salah satunya
Kabupaten Donggala (Komunitas et al., no date).

Prevalensi balita gizi buruk di Kecamatan Dampelas sebesar 14,2%, merupakan tertinggi kedua
setelah Kecamatan Sojol di Kabupaten Donggala. Tingkat asupan energi dan riwayat penyakit infeksi
merupakan faktor risiko kejadian gizi buruk pada balita di Kecamatan Dampelas, Kabupaten Donggala
Provinsi Sulawesi Tengah dengan risiko masing-masing 9,86 dan 2,83. Tingkat asupan protein dan pola
asuh bukan merupakan faktor risiko kejadian gizi buruk pada balita di Kecamatan Dampelas, Kabupaten
Donggala Provinsi Sulawesi Tengah (Munawaroh and Keperawatan, no date).

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah daerah di Kecamatan Dampelas antara lain melalui
revitalisasi posyandu dalam meningkatkan cakupan penimbangan balita, penyuluhan dan pendampingan,
pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) atau Pemberian Makanan Tambahan (PMT),
peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi melalui tata laksana gizi buruk di Puskesmas Perawatan dan
Rumah Sakit, penanggulangan penyakit menular dan pemberdayaan masyarakat melalui Keluarga Sadar
Gizi (Kadarzi) (Sa et al., 2020).

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, R. (2017) ‘FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK
BALITA’, Jurnal Endurance, 2(2), p. 217. doi: 10.22216/jen.v2i2.1742.

Istiono, W. et al. (2009) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BALITA
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE NUTRITIONAL STATUS OF UNDER FIVE OLDS, Berita Kedokteran
Masyarakat.

Komunitas, J. B. et al. (no date) HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULANG KOTA BATAM. Available at:
http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jbk.

Kuntari, T., Aisyah Jamil, N. and Kurniati, O. (no date) Faktor Risiko Malnutrisi pada Balita Malnutrition
Risk Factor for Under Five Years.

Laporan Provinsi Sulawesi Tengah, Riskesdas 2018 (no date).

Munawaroh, S. and Keperawatan, J. (no date) ‘POLA ASUH MEMPENGARUHI STATUS GIZI BALITA
Relationship of Parenting Pattern and Toddlers’ Nutrititional Status Siti Munawaroh’, Januari, 2015, pp.
44–50.

Oktavia, S. et al. (2017) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BURUK PADA
BALITA DI KOTA SEMARANG TAHUN 2017 (Studi di Rumah Pemulihan Gizi Banyumanik Kota Semarang).
Available at: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm.

Prasetia, E. et al. (no date) Faktor risiko gizi buruk pada balita di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi
Tengah Risk factors of severe malnutrition in children underfi ve in Donggala Central Sulawesi Province.

Sa, H. et al. (2020) HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA, Jurnal
Mahasiwa Kesehatan.

Saputra, W. and Hida Nurrizka, R. (no date) FAKTOR DEMOGRAFI DAN RISIKO GIZI BURUK DAN GIZI
KURANG, DESEMBER.

Anda mungkin juga menyukai