Anda di halaman 1dari 69

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DIARE CAIR AKUT DENGAN


DEHIDRASI RINGAN-SEDANG DI RSIA ʻAISYIYAH KLATEN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan tugas akhir pada

program studi DIII keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten

Oleh:

IKA NERI ASTUTI

NIM.1702106

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN

2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN
SEMINAR PROPROSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE CAIR AKUT DENGAN DEHIDRASI

RINGAN-SEDANG DI RSIA ʻAISYIYAH KLATEN

Oleh :

IKA NERI ASTUTI

NIM. 1702106

Dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mengikuti seminar proposal pada tanggal : 27
Februari 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Suyami.,S.Kep,Ns,M.Kep,Sp An Nur Wulan Agustina.,S.Kep,Ns,MKep


NPP. 129.118 NPP. 129’167

ii
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE CAIR AKUT DENGAN DEHIDRASI


RINGAN-SEDANG DI RSIA ʻAISYIYAH KLATEN

Oleh :
IKA NERI ASTUTI
NIM. 1702106

Karya Tulis Ilmiah ini Telah Dipertahankan Dan Diterima Oleh Dewan Penguji Pada
Seminar Proposal Pada Tanggal: 27 Februari 2020. Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam
Melaksanakan Tugas Akhir.

Penguji I Penguji II Penguji III

Suyami.,S.Kep,Ns,M.Kep,Sp An Nur Wulan A.,S.Kep,Ns,MKep Daryani.,S.Kep,Ns,M.Kep


NPP. 129.118 NPP. 129.167 NPP.129.115

Mengetahui,
Kaprodi DIII Keperawatan

Esri Rusminingsih, S.Kep., Ns., M.Kep


NPP. 129.160

iii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan Rahmat dan HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Karya Tulis Ilmiah berjudul: Asuhan Keperawatan Pada Anak Diare Cair Akut Dengan
Dehidrasi ringan-Sedang
Selama proses penulisan proposal karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan
banyak tambahan pengetahuan dan kontribusi berharga dari berbagai pihak. Oleh sebab itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Sri Sat Titi H, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Klaten
yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di program studi DIII
Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten .
2. Ibu Esri Rusminingsih, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten.
3. Ibu Suyami.,S.Kep,Ns,M.Kep,Sp An. selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
membantu penulis dalam memberikan ide, saran dan kritiknya.
4. Ibu Nur Wulan A.,S.Kep,Ns,MKep. selaku pembimbing II yang telah banyak
membantu penulis dalam mematangkan ide dan konsep yang terkait tema proposal
karya tulis ilmiah yang diambil.
5. Ibu Daryani.,S.Kep,Ns,M.Kep. selaku penguji yang telah memberikan saran serta
masukan dalam penyelesaian proposal karya tulis ilmiah ini.
6. Semua Dosen dan rekan mahasiswa di Program Studi DIII Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Klaten yang telah membantu penulis.
7. Orang tua dan keluarga besar saya yang selalu memberikan dukungan dalam proses
penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki, penulis
mengharapkan masukan serta saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi
yang membutuhkan.
Klaten, 19 Februari 2020

Penulis

IKA NERI ASTUTI

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Batasan masalah..........................................................................................................4
C. Rumusan masalah........................................................................................................4
D. Tujuan..........................................................................................................................4
E. Manfaat penelitian.......................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................7
A. Konsep Penyakit Diare................................................................................................7
B. Konsep asuhan keperawatan.....................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................................41
A. Desain Penelitian.......................................................................................................41
B. Definisi operasional...................................................................................................41
C. Lokasi dan waktu penelitian.....................................................................................42
D. Subjek penelitian........................................................................................................42
E. Teknik pengumpulan data.........................................................................................42
F. Jalannya penelitian....................................................................................................43
G. Uji Keabsahan Data...................................................................................................45
H. Analisa data................................................................................................................45
I. Etika penelitian..........................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................47
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Diare Berdasarkan tabel Derajat Dehidrasi (Depkes RI, 2011).........23
Tabel 2. Jumlah cairan per berat badan........................................................................30
Tabel 3. dosis pemberian cairan IV..............................................................................31
Tabel 4. Intervensi Keperawatan.................................................................................37
Tabel 5. Definisi Operasional......................................................................................41

vi
DAFTAR GAMBAR

vii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 pathway diare ………………………………………………………………32

viii
DAFTAR SINGKATAN

WHO: world health organization

UNICEF: united notions children’s fund

pH: potensial hydrogen

MTBS: manajemen terpadu balita sakit

ASI: air susu ibu

ORS:oral rehydration salt

BAB: buang air besar

OMA: otitis media akut

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 format pengkajian diare

Lampiran 2 studi pendahuluan

Lampiran 3 lembar penjelasan responden

Lampiran 4 lembar persetujuan responden

Lampiran 5 rencana jadwal penelitian

Lampiran 6 lembar konsultasi

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO, 2017) memaparkan diare adalah
kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan
frekuensi 3 kali atau lebih dalam periode 24 jam. Diare merupakan penyakit
berbasis lingkungan yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi bakteri,
virus, parasit, protozoa, dan penularannya melalui fekal-oral. Diare dapat mengenai
semua kelompok umur baik balita, anak-anak, orang dewasa dengan berbagai
golongan sosial.
Data dari united nations childrens fund (UNICEF) diare merupakan
penyebab kematian balita terbesar kedua didunia dengan angka kematian sebesar
526.000 balita ditahun 2015. 5% dari jumlah kematian balita akibat diare terjadi
dikawasan Asia Tenggara. Di Indonesia angka kemaian balita akibat diare pada
tahun 2015 sebanyak 8.600 bakita menempati peringkat 12 dari 15 negara dengan
angka kematian balita tertinggi di dunia dan di Asia Tenggara. India menempati
urutan pertama untuk kasus kematian balita mencapai 117.300 balita (UNICEF,
2016). Data (WHO, 2017) menyatakan, hampir 1,7 miliar kasus diare terjadipada
anak dengan angka kematian sekitar 525.000 pada anak balita tiap tahunnya. Data
nasionaltahun 2017 dengan provinsi tertinggi yaitu provinsi Nusa Tenggara Barat
(96,94%), Kalimantan Utara (63,43%), dan Kalimantan Timur (56,91%),provinsi
terendah yaitu Nusa Tenggara Timur (17,78%), Sumatera Utara (15,40%), dan
Papua Barat (4,06%) (Profil Kesehatan 2017, 2012). Hal ini menunjukan bahwa
angka kejadian diare di Indonesia masih tinggi.
Kabupaten/kota dengan persentase kasus diare yang ditangani tertinggi
adalah kota Magelang sebesar 175%, kota Tegal 158,9%, dan Kendal 141,5%.
Kabupaten dengan persentase kasus diare yang ditangani terendah adalah Wonogiri
sebesar 5,2%, kabupaten Klaten berada urutan tertinggi kedelapan dari 36
kabupaten di Jawa Tengah yaitu sebesar 90,4% (Central Java Province Health
Office, 2017). Proposi kasus diare yang ditangani di Jawa Tengah tahun 2017
sebesar 55,8% menurun bila dibandingkan proporsi tahun 2016 yaitu 68,9%. Hal
ini menunjukkan penemuan dan pelaporan masih perlu ditingkatkan. Penyakit diare
sampai saat ini kasus diare pada semua umur sebanyak 32.750 kasus dan kasus dari
1
tahun 2016 sebanyak 33.419 (profil kesehatan kabupaten Klaten 2017). Hal ini
menunjukkan bahwa kasus diare untuk semua umur pada tahun 2017 sudah mulai
menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut data rekam medis pada tahun
2019 di RSIA ’Aisyiyah Klaten terdapat 333 kasus dengan diagnosa medis diare.
Kejadian kematian anak dengan diare dikarenakan komplikasi dehidrasi
yang ditimbulkan dan penanganannya kurang tepat. Bahaya diare terletak pada
maka penanggulangannya dengan cara mencegah dehidrasi. Diare akut memegang
porsi terbesar dengan angka kejadian sekitar 85% dari seluruh kejadian diare pada
anak. Angka kematian dilaporkan sekitar 8 dari 1000 anak dan kebanyakan
disebabkan oleh dehidrasi, penyebab lainnya adalah disentri, kurang gizi, dan
infeksi.golongan umur yang sering menderita akibat diare adalah anak-anak karena
daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Diare menyebabkan kehilangan garam
(natrium) dan air secara cepat. Jika air dan garam tidak diganti cepat, tubuh akan
mengalami dehidrasi. Bila penderita banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka
hal ini menyebabkan kematian terutama pada bayi dan balita. Kematian terjadi bila
kehilangan 10% cairan dalam tubuh. Maka dari itu ibu harus segera memberikan
terapi rehidrasi oral. Rehidrasi oral adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang
keluar bersama tinja dan cairan yang memadai (sudarmoko, 2011).

Perawat mempunyai beberapa peran dalam perawatan pasien dan masalah


gastrul gastroenteritis yaitu upaya preventif dengan cara mencuci tangan sebelum
dan melakukan kontak dengan diare, memberi pendidikan kesehatan pada keluarga
tentang pengertian diare tanda dan gejala sampai perawatan dan komplikasi diare.
Peran perawat dalam upaya promotif yaitu dengan menganjurkan klien dan
keluarga untuk pemberian ASI eksklusif untuk 6 bulan pertama dan tetap
melanjutkan pemberian ASI untuk anak lebih 6 bulan, saling menjaga kebersihan
dan makan makanan bergizi. Peran kuratif yaitu memberikan cairan elektrolit,
oralit, dan vaksin rotavirus. Peran rehabilitatif yaitu dengan memberikan dukungan
terhadap keluarga untuk merawat anaknya dengan baik, sehingga anak dapat
tumbuh dan berkembang sesuai tahap pertumbuhan dan perkembangan (Farthing et
al., 2013). Hal tersebut membuat penulis tertarik untuk membuat "asuhan
keperawatan pada anak diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang."

2
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam
maka penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi
variabelnya.oleh sebab itu, batasan masalah pada studi kasus ini adalah “asuhan
keperawatan pada anak diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang di RSIA
A’isyiyah Klaten.”
C. Rumusan Masalah
Di Indonesia angka kematian balita akibat diare pada tahun 2015 sebanyak
8.600 balita menempati peringkat 12 dari 15 negara dengan angka kematian balita
tertinggi di dunia dan tertinggi di Asia Tenggara. Seriusnya dampak akibat penyakit
diare pada balita sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
balita akibat kehilangan cairan yang sering terganggu proses absorbsi makanan dan
zat nutrien yang dibutuhkan balita untuk pertumbuhan bisa mengakibatkan pada
anak. Berdasarkan dari berbagai masalah diatas penulis akan membahas tentang
“bagaimana asuhan keperawatan pada anak diare cair akut dengan dehidrasi ringan-
sedang di RSIA A’isyiyah Klaten?”
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan studi kasus selama 3 hari diharapkan penulis dapat
mengetahui kesesuaian antara fakta dan teori pemberian asuhan keperawatan
pada anak diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang di RSIA A’isyiyah
Klaten.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan pengkajian keperawatan pada anak diare cair akut dengan
dehidrasi ringan-sedang.
b. Mendiskripsikan rumusaan diagnosa keperawatan yang tepat pada anak
diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang.
c. Mendiskripsikan perencanaan keperawatan pada anak diare cair akut dengan
dehidrasi ringan-sedang.
d. Mendiskripsikan dan mengikuti pelaksanaan keperawatan pada anak diare
cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang.
e. Mendiskripsikan evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan pada anak
diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang.

3
f. Membandingkan antara dua kasus dengan teori tentang asuhan keperawatan
pada anak diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat memberikan referensi bagi
pembangunan ilmu keperawatan dan dapat memperluas ilmu mengenai diare
khususnya diarepada anak dengan dehidrasi ringan-sedang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian yang peroleh diharapkan dapat memberikan
kontribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik keperawatan.
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk pengembangan
dalam penelitian tindak lanjut dengan metode dan tempat yang berbeda
untuk penerapan asuhan keperawatan pada anakdiare cair akut dengan
dehidrasi ringan-sedang.
b. Bagi Profesi Kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pelayanan
keperawatan dan penatalaksanaan keperawatan dalam mengatasi kasus diare
cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang.
c. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
meningkatkan penerapan asuhan keperawatan pada anak diare cair akut
dengan dehidrasi ringan-sedang.
d. Bagi Pasien dan Keluarga
Dapat memperikan tambahan informasi serta pengetahuan kepada
keluarga khususnya orang tua tentang penyakit diare cair akut dengan
dehidrasi ringan-sedang pada anak guna menambah pengetahuan keluarga
dan orang tua tentang penanganan penyakit diare cair akut dengan dehidrasi
ringan-sedang.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit Diare
1. Definisi
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan intensitas
feses tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih dari 3
kali dalam 24 jam. Apabila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, disebut
sebagai diare akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, digolongkan
pada diare kronik, feses dapat dengan atau tanpa lender (Amin, 2015).
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan
peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung
kurang dari 14 hari (Tanto et al., 2014).
Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk
dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi
buang air besar yang dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang
mungkin dapat disertai dengan muntah dan tinja berdarah. Penyakit ini paling
sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan,
dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Who, 2013).
Mikroorganisme seperti bakteri, virus dan protozoa dapat menyebabkan
diare. Eschericia coli enterotoksigenic, Shigella sp, Campylobacterjejuni, dan
Cryptosporidium sp merupakan mikroorganisme tersering penyebab diare pada
balita (Utami & Luthfiana, 2016).
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi
ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

5
Gambar 2.1 Anatomi sistem pencernaan
a. Mulut
Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan
dan air pada manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di
anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam
dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ
perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana,
terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.

Mulut atau oris terdiri atas dua bagian yaitu Bagian luar yang sempit
atau vestibula dimana terdapat didalamnya gusi, gigi, bibir dan pipi dan
Bagian rongga mulut dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh
tulang maksilaris,platum dan mandubularis di sebelah belakang bersambung
dengan faring. Diluar mulut ditutupi oleh kulit dan didalamnya ditutupi oleh
selaput lendir (mukosa).

Didalam rongga mulut terdapat gigi, kelenjar ludah, dan lidah

1) Gigi
Gigi terdapat 2 macam yaitu Gigi sementara atau gigi susu mulai
tumbuh pada umur 6-7 bulan dan lengkap pada umur 2 ½ tahun
jumlahnya 20 buah terdiri atas: 8 buah gigi seri (dens insisivus), 4 buah

6
gigi taring (dens kaninus), 8 buah gigi geraham (molare) dan Gigi tetap
(permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah terdiri
atas: 8 buah gigi susu (dens insisivus). Fungsi gigi yaitu gigi seri untuk
memotong makanan, gigi taring untuk memutuskan makanan yang keras
dan liat dan gigi geraham untuk mengunyah makanan yang sudah
dipotong-potong.
2) Kelenjar Ludah
Kelenjar Ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang
bernama duktus (saluran) wartoni dan stensoni. Kelenjar ludah ada 2
yaitu kelenjar submaksilaris (kelenjar ludah bawah rahang) yang
terdapat di bawah tulang rahang atas pada bagian tengah dan kelenjar
sublingualis (Kelenjar ludah bawah lidah) yang terdapat di bagian depan
dibawah lidah. Kelenjar ludah dihasilkan didalam rongga mulut.
Disekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu:
a. Kelenjar parotis terdapat di bawah depan telinga diantara prosesus
mastoid kiri dan kanan os mandibular, duktus stensoni. Duktus ini
keluar dari glandula parotis menuju ke rongga mulut melalui pipi
(muskulus buksinator)
b. Kelenjar submaksilaris terletak di bawah rongga mulut bagian
belakang, duktus wartoni, bermuara di rongga mulut dekat dengan
frenulum lingua.
c. Kelenjar sublingualis terletak di bawah selaput lendir dasar rongga
mulut.
3) Lidah
Lidah terdiri atas otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,
kerja otot lidah dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi menjadi 3
bagian yaitu radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung
lidah), apeks lingua (ujung lidah). Pada pangkal lidah belakang terdapat
epiglottis yang berfungsi untuk menutup jalannya napas pada waktu
menelan makanan. Di punggung lidah terdapat puting-puting pengecap
atau ujung saraf pengecap. Frenulum lingua merupakan selaput lendir
yang terdapat pada bagian kira-kira di tengah, jika lidah digerakkan ke
atas makan akan terlihat selaput lendir.Pada pertengahan flika

7
sublingual terdapat saluran dari glandula parotis, submaksilaris dan
glandula sublingualis.
Fungsi Lidah:
a. Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan gigi
b. Mencampur makanan dengan ludah
c. Untuk menolak makanan dan minuman kebelakang
d. Untuk berbicara
e. Untuk mengecap manis, asin dan pahit
f. Untuk merasakan dingin dan panas.
Mekanisme sistem pencernaan di mulut

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah


oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang
lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-
bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

b. Tenggorokan (Faring)
Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring
terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung
kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang Keatas
bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan
lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut
dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan
hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian
inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut
nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak
dengan ruang gendang telinga, bagian media disebut orofaring, bagian ini

8
berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring
yang menghubungkan orofaring dengan laring.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Sering juga disebut esophagus (dari bahasa Yunani: oeso –
“membawa”, dan phagus – “memakan”). Esofagus bertemu dengan faring
pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi esofagus dibagi menjadi
tiga bagian:
1) bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2) bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3) serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
d. Lambung
Lambung berawal dari esophagus dan berakhir pada duodenum usus
halus. Terdiri dari 3 bagian yaitu: Kardia di sekitar sfingter esophageal
bawah, Fundus pada bagian puncak, dan Antrum di bagian bawah. Bagian
lambung terdiri dari:

1) Fundus Ventrikuli adalah bagian yang menonjol keatas terletak sebelah


kiri osteum kardium dan biasaya berisi gas.
2) Korpus Ventrikuli, adalah suatu lekukan pada bagian bawah kurbatura
minor.
3) Antrum pylorus adalah bagian lambung berbentuk tabung mempunyai
otot yang tebal membentuk sfingter pylorus.
4) Kurvatura minor terdapat di sebelah kanan lambung, terbentang dari
osteum kardiakm sampai ke pylorus.
5) Kurvatura mayor terbentang dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus
ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior. Ligamentum
gastrolienalis terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke
limpa.
6) Osteum Kardiak merupakan tempat esofagus bagian abdomen masuk ke
lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
Cara Kerja Lambung

9
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-
enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting:

1) Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.


Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan
yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2) Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi
juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
Di dalam lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan bantuan enzim yaitu:

1) Amylase saliva melanjutkan pencernaan amilum di bagian fundus


2) Pepsin membantu pemecahan protein
3) Lipase membantu pemecahan lipid susu (terutama pada bayi dan anak)
4) Rennin membantu pencernaan sus\u pada bayi. Rennin dan kalsium
menyebabkan koagulasi susu, sehingga lebih lama berada di lambung
untuk dicerna.
e. Pankreas
Dari lambung kimus dilanjutkan ke usus halus untuk dicerna lebih
lanjut. Sekret yang membantu pencernaan tidak hanya berasal dari usus
halus sendiri, tetapi juga dari pancreas, hati, dan kandung empedu. Pankreas
adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat
dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan
dasar yaitu:

1) Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan


2) Pulau pankreas, menghasilkan hormon

10
Cara Kerja Pankreas
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan
melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas
akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah
protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan
dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai
saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium
bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan
asam lambung.

f. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Hati terletak di bawah diafragma. Hati dibagi menjadi 2 lobus
utama yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Hati dihubungkan oleh rangkaian
duktus. Bermula dari duktus hepatikus kanan dan kiri, lalu bergabung
menjadi satu pada duktus hepatikus utama. Duktus hepatikus utama
bergabung dengan duktus kistikus dari kandung empedu, keduanya
membentuk duktus empedu. Duktus empedu menuju duodenum dan
bermuara di ampula hepatopankreatikus bersama-sama dengan duktus
pankreatikus.

Hati menampilkan 7 fungsi pokok yaitu:

1) Menghasilkan garam empedu, yang digunakan oleh usus halus untuk


mengemulsikan dan menyerap lipid
2) Menghasilkan antikoagulan heparin dan protein plasma seperti
protrombin, fibrinogen, dan albumin
3) Sel-sel retikuloendotelial hati, memfagosit (memangsa) sel-sel darah yang
telah rusak, juga bakteri
4) Menghasilkan enzim yang memecah racun atau mengubahnya menjadi
struktur yang tak berbahaya. Sebagai contoh, ketika asam amino hasil
pemecahan protein dipecah lagi menjadi energi, dihasilkan sampah-
sampah nitrogen beracun (misalnya ammonia) yang akan diubah menjadi
urea. Selanjutnya urea dibuang melalui ginjal dan kelenjar keringat.

11
5) Nutrient yang baru diserap akan dikumpulkan di hati. Tergantung
kebutuhan tubuh, kelebihan glukosa akan diubah menjadi glikogen atau
lipid untuk disimpan. Sebaliknya hati juga dapat mengubah glikogen dan
lipid menjadi glukosa kembali jika dibutuhkan.
6) Hati menyimpan glikogen, tembaga, besi, vitamin A, B12, D, E, dan K.
Juga menyimpan racun yang tak dapat dipecah dan dibuang (misalnya
DDT)
7) Hati dan ginjal berperan dalam aktivasi vitamin D.
g. Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung
empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena
warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang
dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari
melalui saluran empedu.

Bagian-bagian dari kandung empedu adalah:

1) Fundus vesika felea merupakan bagian kandung empedu yang paling


akhir setelah korpus vesika felea
2) Korpus Vesika Felea merupakan bagian dari kandung yang di dalamnya
berisi getah empedu.
3) Leher Kandung Kemih merupakan leher dari kandung empedu yaitu
saluran pertama masuknya getah empedu ke kandung empedu.
4) Duktus sistikus memiliki panjang sekitar 33/4 cm berjalan dari leher
kandung empedu dan bersambung dengan duktus hepatikus, membentuk
saluran empedu ke duodenum.
5) Duktus Hepatikus merupakan saluran yang keluar dari leher
6) Duktus koledokus merupakan saluran yang membawa empedu ke
duodenum.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:

1) Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

12
2) Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol.
h. Usus halus (Usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena
porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak.

Lapisan usus halus terdiri atas : lapisan mukosa ( sebelah dalam ),


lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M
Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus terdiri dari
tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum),
dan usus penyerapan (ileum).

1) Usus dua belas jari (Duodenum)


Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz. Usus ini memiliki panjang sekitar 25 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pancreas. Pada bagian
kanan duodenum terdapat selpaut lendir yang membukit di sebut papila
vateri. pada papila vateri bermuara saluran empedu (duktus koledokus)
dan saluran pakreas (duktus wirsungi/ duktus pankreatikus).
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang
berarti dua belas jari.

13
Cara Kerja usus duodenum
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan
masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

2) Usus Kosong (jejenum)


Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam
tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan


terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni
berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan
dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.
Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan
secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang
berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari
bahasa Latin, jejunus, yang berarti “kosong”.

3) Usus Penyerapan (illeum)


Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4
m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

i. Usus Besar (Kolon)

14
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses.Usus besar terdiri dari:

1) Usus Buntu (sekum)


Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam
istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian
besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya
digantikan oleh umbai cacing.

2) Umbai Cacing (Appendix)


Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu. Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa
Inggris, vermiformappendix (atau hanya appendix) adalah ujung buntu
tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari
caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing
berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm.
Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa
berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap
terletak di peritoneum.

Apendiks berfungsi dalam sistem limfatik.

3) Kolon asendens (kanan)


Panjangnya sekitar 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan,
membujur keatas dari dari ileum ke bawah hati.

4) Kolon transversum
Panjangnya sekitar 38 cm, membujur dari kolon desendens berada
dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah
kiri terdapat fleksura lienalis.

5) Kolon desendens (kiri)

15
Panjangnya sekitar 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri
membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan
ileum kiri bersambung dengan kolon sigmoid

6) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)


Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon desendens, terletak miring
dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung
bawahnya berhubungan dengan rectum

j. Rektum dan anus


1) Rektum
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses.

Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang


lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh
dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang
air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan
material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering
kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar.

2) Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Anus terletak di dasar pelvis, dindingnya
diperkuat oleh 3 sfingter.

a. Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menuruti


kehendak.

16
b. Sfingter levator ani , bekerja juga tidak menuruti kehendak
c. Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menuruti kehendak.
Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan
sebagiannya lagi dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh
otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang
air besar), yang merupakan fungsi utama anus.

3. Etiologi
Etiologi menurut Ngastiyah (2014) antara lain:
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.Meliputi infeksi eksternal sebagai
berikut:
a. Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, aeromonas, dan sebagainya.
b. Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki, Poliomyelitis)
Adeno-virus, Rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.
c. Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris, Strongyloides)
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis), jamur (Candida albicans)
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti:
otitits media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsornsi protein
c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar).
4. Klasifikasi

17
Organisme penyebab diare biasanya berbentuk renik dan mampu
menimbulkan diare yang dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan gejala
klinisnya. Jenis yang pertama adalah:
a. Diare Cair Akut
Dimana balita akan kehilangan cairan tubuh dalam jumlah yang
besar sehingga mampu menyebabkan dehidrasi dalam waktu yang cepat.
b. Disentri
Diare ini ditandai dengan adanya darah dalam tinja yang disebabkan
akibat kerusakan usus. Balita yang menderita diare berdarah akan
menyebabkan kehilangan zat gizi yang berdampak pada penurunan gizi.
c. Diare Persisten
Dimana kejadian diare dapat berlangsung ≥14 hari. Diare jenis ini
sering terjadi pada anak dengan status gizi rendah, AIDS, dan anak dalam
kondisi infeksi, (Iskandar 2011).
Tabel 2.1 Klasifikasi Diare Berdasarkan tabel Derajat Dehidrasi (Depkes RI, 2011)
Gejala/derajat Diare tanpa dehidrasi Diare dehidrasi Diare dehidrasi berat
dehidrasi ringan – sedang
Bila terdapat dua Bila terdapat dua Bila terdapat dua
5. tanda atau lebih tanda atau lebih tanda atau lebih
Keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, Lunglai/ tidak
umum sadar
Mata Tidak Cekung Cekung Cekung
Keinginan Normal, tidak ada Ingin minum terus, Malas minum
untuk Minum rasa haus ada rasa haus
Turgor Segera kembali Kembali lambat Kembali sangat
lambat

Patofisiologi
Mekanisme dasar penyebab diare adalah gangguan osmotik (makanan yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus,
isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan
gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus meningkat kemudian terjadi
diare. Gangguan mortiliasi usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik (Ariani, 2016).
Patofisiologis dari gastroenteritis adalah meningkatnya motilitas dan
cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbs
dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan yodium, potassium

18
dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstra seluler keadaan tinja, sehingga
mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis
metabolic (Rizal, 2018).
Diare yang terjadi merupakan proses dari transport aktif akibat rangsangan
toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus sel dalam mukosa
intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan
terjadi gangguan absorbs cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan
kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-
bahan makanan ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Mekanisme dasar yang
menyebabkan timbulnya diare ada 2 macam yaitu:
Gangguan osmotic akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan dalam rongga yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus:
1) Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
2) Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurngnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare, sebaliknya bila peristaltic usus menurun akan mengakibatkan
bakteri kamuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
Dari kedua mekanisme diatas menyebabkan:
1) Kehilangan air dan elektrolit atau (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (aksidosis metabolic hipokalemia).
2) Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
bertambah)
3) Hipoglikemia
4) Gangguan sirkulasi darah

19
6. Pathway

Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang diusus Toksik tidak dapat diserap Ansietas

Hipersekresi air dan elekteolit Hiperperistaltik

Isi usus ↑ Penyerapan makanan diusus

Diare

Frekuensi BAB ↑ Distensi abdomen

Hilang cairan & elektrolit Kerusakan integritas kulit Mual muntah


berlebih

Gangguan keseimbangan Nafsu makan menurun


cairan & elektrolit

Dehidrasi
Gangguan keseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh

Kekurangan volume cairan Resiko syok (hipovolemik)

Bagan 2.1 Pathway Diare (Nurarif & Kusuma, 2015)

20
7. Manifestasi Klinis
Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila
terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala
gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan
manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya. Penderita dengan
diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida,
dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan
kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia.
Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat
menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak
diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat
berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik atau dehidrasi hipotonik.
Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi
sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010). Sedangkan manifestasi klinis
menurut (Octa, dkk, 2014) ada 5 yaitu: berat badan menurun, turgor kulit ≥ 2
detik, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan kulit menjadi kering, dan nafsu
makan menurun.
8. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diare menurut Suryadi (2016):
a. Hypokalemia (dengan gejala matiorisme hipotoni, otot lemah,
bradikardi,perubahan elektrokardiogram)
b. Hipokalsemia
Hipokalsemia adalah penyakit kekurangan kalsium, mineral penting yang
dibutuhkan tubuh untuk membentuk tulang dan gigi yang kuat. Kalsium
juga dibutuhkan untuk jantung dan otot-otot agar dapat berfungsi dengan
semestinya. Pada anak-anak, kekurangan kalsium bisa menyebabkan mereka
tak bisa tumbuh dengan sempurna. Karena itu, sungguh penting untuk
memenuhi kebutuhan kalsium harian.
c. Cardic dysrhythimias akibat hypokalemia dan hipokalsemia
Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih sering
pada anak yang sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori Protein
(KKP). Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau

21
penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan etabol glukosa.
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga
40 % pada bayi dan 50 % pada anak– anak.
d. Hiponatremi
Hiponatremia adalah kondisi di mana kadar natrium dalam darah terlalu
rendah atau berada di bawah kadar normal. Kadar natrium normal dalam
darah adalah antara 135 hingga 145 miliequivalents per liter (mEq/L). Jika
kadar natrium di bawah 135 mEq/L dan ditemukan beberapa gejala, maka
seseorang dapat didiagnosis hiponatremia. Ketika kadar natrium dalam
tubuh rendah, jumlah air dalam tubuh dapat meningkat dan menyebabkan
pembengkakan sel-sel dalam tubuh. Kondisi ini kemudian memicu berbagai
masalah tubuh dari mulai yang ringan hingga yang mengancam jiwa.
e. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan suatu kondisi ketika tubuh kehilangan
darah atau cairan, sehingga menyebabkan jantung tidak dapat mengalirkan
darah ke seluruh tubuh.
f. Asidosis
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme
lemak tidak sempurna sehingga benda-benda keton tertimbun dalam tubuh,
terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na
dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
g. Dehidrasi
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
9. Pemeriksaan Penunjang
Suriadi dan yuliani (2010), menjelaskan pemeriksaan penunjang pada pada
gastroenteritis meliputi:
a. Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja pada diare dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) PH dan kadar gula dalam tinja

22
3) Bila perlu diadakan uji bakteri
b. Pemeriksaan gangguan kesimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium, dan pospat
e. Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu ungkin diperlukan misalnya
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare
akut atau pada penyakit dengan dehidrasi berat.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare
akut:
1) Darah
Pemeriksaan yang sering dilakukan pada pasien diare adalah darah
lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
tes kepekaan terhadap antibiotika.
2) Urine
Pemeriksaan yang sering dilakukan pada pasien diare adalah urine
lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
10. Penatalaksanaan
Kemenkes RI (2015) dalam MTBS sesuai dengan yang direkomendasikan
oleh WHO (2014) mengemukakan beberapa terapi yang harus diberikan kepada
anak dengan diare yaitu terdiri dari3 rencana terapi diantaranya terapi A, B, C
a. Rencana Terapi A (untuk terapi diare tanpa dehidrasi)
Menerangkan 5 langkah terapi diare di rumah
1. Beri cairan lebih banyak dari biasanya
a) Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
b) Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai
tambahan
c) Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum
dan oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air
tajin, air matang)
d) Beri Oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan
dilanjutkan sedikit demi sedikit.

23
1) Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak
2) Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak.
e) Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) di rumah bila:
1) Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C.
2) Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk.
f) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.
2. Beri obat zinc
Beri Zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat
diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang
atau ASI.
a) Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
b) Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari.
3. Beri anak makanan untuk encegah kurang gizi
a) Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu
anak sehat
b) Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan
c) Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar, pisang, air
kelapa hijau.
d) Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil
(setiap 3-4 jam)
e) Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan
tambahan selama 2 minggu
4. Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi. Misal: Disenteri, Kolera, dll
5. Nasihati ibu/pengasuh
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila:
a) Berak cair lebih sering
b) Muntah berulang
c) Sangat haus
d) Makan dan minum sangat sedikit
e) Timbul demam
f) Berak berdarah
g) Tidak membaik dalam 3 hari
b. Rencana Terapi B (untuk terapi diare dehidrasi ringan/sedang)

24
Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama di sarana kesehatan
Oralit yang diberikan = 75 ml x berat badan anak
1. Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini:
Tabel 1.2 Jumlah cairan per berat badan

Umur Sampai 4 bulan 4 -12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun


Berat Badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah cairan 00-400 400-700 700-900 900-1400
2. Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah.
3. Bujuk ibu untuk meneruskan ASI.
4. Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml
air masak selama masa ini.
5. Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali
ASI dan oralit
6. Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut
Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan Oralit:

1. Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan.


2. Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas.
3. Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah.
4. Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan
air masak atau ASI.
5. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang.
Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian,
kemudian pilih rencana terapi A, B atau C untuk melanjutkan terapi

1. Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah
hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur.
2. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang, ulangi Rencana
Terapi B
3. Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah.
4. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B

1. Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam Terapi 3 jam di


rumah.
2. Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan di rumah

25
3. Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
c. Rencana Terapi C (untuk terapi diare dehidrasi berat di sarana kesehatan)
1. Beri cairan Intravena segera.
Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia) 100 ml/kg BB,
dibagi sebagai berikut:
Tabel 2.3 dosis pemberian cairan IV

UMUR Pemberian I 30ml/kg BB Kemudian 70ml/kg BB


Bayi < 1 tahun 1 jam* 5 jam
Anak ≥1 tahun 30 menit* 2 1/2 jam
* Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba

1. Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan
lebih cepat.
2. Juga beri oralit (5 ml/kg/jam) bila penderita bisa minum; biasanya
setelah 3-4 jam (bayi) atau1-2 jam (anak).
3. Berikan obat Zinc selama 10 hari berturut-turut
4. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi.
Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B atau C) untuk
melanjutkan terapi.
5. Rujuk penderita untuk terapi Intravena.
6. Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara
memberikannya selama di perjalanan.
7. Mulai rehidrasi dengan oralit melalui Nasogastrik/ Orogastrik. Berikan
sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam
8. Nilai setiap 1-2 jam:
a. Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat.
b. Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi
Intravena.
c. Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai (A,
B atau C)
9. Mulai rehidrasi dengan oralit melalui mulut. Berikan sedikit demi
sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam
10. Nilai setiap 1-2 jam:
a. Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat.

26
b. Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, rujuk untuk terapi
Intravena.
11. Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai.
Catatan:
a. Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk
memastikan bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan cairan yang
hilang dengan memberi oralit.
b. Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah
Saudara, pikirkan kemungkinan kolera dan beri antibiotika yang tepat
secara oral begitu anak sadar.
11. Pencegahan
a. Memberikan ASI
Pemberian ASI pada bayi dilakukan untuk menghindari adanya
kontaminasi oleh bakteri dan mikroorganisme lain penyebab diare.
Pemberian ASI memberikan antibodi dan zat-zat lain yang terkandung di
dalamnya memberikan perlindungan secara imunologi (Depkes RI, 2011).
b. Memperbaiki makanan pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI diberikan pada saat bayi
mulai terbiasa dengan makanan orang dewasa, hal ini desebakan karena
pemberian makanan pendamping ASI meningkatkan resiko terjadinya diare
ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian (Sinthamurniwaty,
2012).
c. Menggunakan air bersih yang cukup
Menggunakan air yang bersih dan melindungi air dari kontaminasi
bisa dengan mengambil air dari sumber air yang bersih, simpan air di
tempat bersih dan tertutup, menggunakan gayung khusus untuk mengambil
air, jaga sumber air dari pencemaran seperti; air bekas mandi anak dan
binatang, minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih), serta
cuci semua alat masak dan alat makan dengan air bersih dan cukup (Depkes
RI, 2011).
d. Mencuci tangan
World Bank menyatakan bahwa melakukan kebiasaan mencuci
tangan dapat mengurangi resiko terserang gangguan pencernaan dan diare

27
sebesar 48% (Unilever, 2011). Penelitian lain juga menyebutkan bahwa
mencuci tangan menggunakan sabun khususnya setelah kontak dengan feses
dapat menurunkan insiden diare sebesar 42-47% (Kemenkes, 2010).
e. Menggunakan jamban
Penggunaan jamban dapat menurunkan resiko terhadap diare,
jamban yang berfungsi dengan baik dibersihkan secara teratur, serta
menggunakan alas kaki bila akan buang air besar. Jarak jamban sebaiknya
berjauhan dengan sumber air minum, paling sedikit 10 meter (Ernawati,
2012).
f. Membuang tinja bayi dengan benar
Membuang tinja bayi ke dalam jamban dengan sesegera mungkin.
Bila tidak dibuang di jamban dapat dibuang dalam lubang atau kebun yang
kemudian ditimbun dan jangan lupa mencuci tangan dengan sabun
(Kemenkes RI, 2011).
g. Pemberian imunisasi campak
Pemberian imunisasi campak pada anak merupakan salah satu upaya
pencegahan diare, karena anak yang sakit campak sering disertai dengan
diare, sehingga imunisasi campak sangat penting untuk mencegah penyakit
diare pada anak (Depkes RI, 2011).
h. Pengolaan sampah
Pengolaan sampah sangat penting dilakukan untuk mencegah
penularan penyakit diare dengan cara menyediakan tempat sampah, sampah
dikumpulkan setiap hari dan dibuang di tempat pembuangan sampah
(Ernawati, 2012).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada anak dengan gastroeneritis menurut wulandari (2016)
meliputi:
a. Identitas pasien/biodata
Meliputi nama lengkap pasien, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, asal suku bangsa, nama orangtua, pekerjaan orangtua, penghasilan.
b. keluhan utama

28
Buang Air besar (BAB) lebih 3 kali sehari, kurang dari empat kali dengan
konsistensi cair (diare tanpa dehidrasi). BAB 4 sampai 10 kali dengan
konsistensi cair (dehidrasi ringan/sedang). BAB lebih dari 10 kali (dehidrasi
berat). Bila berlangsung kurang dari 14 hari adalah diare akut. Bila
berlangsung 14 hari atau lebih adalah diare persisten.
c. riwayat penyakit sekarang
1) Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu mungkin menit
nafsu nafsu makan berkurang atau tidak ada, timbul diare.
2) Tinja semakin cair, mungkin di lendir atau dan darah, warna warna
berupa menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
3) Anus dan darah sekitarnya timbul lecet, karena sering defekasi dan
sifatnya asam.
4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
5) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak.
6) Diuresis, yaitu terjadinya oliguria (kurang 1 ml/kgbb/jam) bila terjadi
dehidrasi. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat).
d. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Riwayat pemberian imunisasi terutama anak yang belum Imunisasi
campak
2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik).
3) Riwayat penyakit yang sering pada anak dibawah 2 tahun biasanya batuk,
panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau setelah diare.
e. Riwayat nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4 sampai 6 bulan sangat
mempengaruhi resiko infeksi yang serius.
2) Pemberian susu formula, Apakah menggunakan air mata, diberikan dengan
botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah terjadi
pencemaran.
3) Perasaan haus, anak diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (Minum
biasa), pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus, ingin minum

29
banyak, sedangkan pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bisa
minum.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
b) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang)
c) Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat)
2) Berat badan
Anak yang menderita diare dengan dehidrasi biasanya Mengalami
penurunan berat badan.

3) Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit. Turgor kembali cepat kurang dari 2
detik berarti diare tanpa dehidrasi. Turgor kembali lambat bila cubitan
kembali dalam waktu 2 detik dan ini berarti diare dengan dehidrasi ringan
atau sedang. Turgor kembali akan kembali lebih dari 2 detik dan ini
termasuk diare dengan dehidrasi berat.

4) Kepala
Anak di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya
cekung.

5) Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak mata normal. bila
dehidrasi ringan atau sedang, kelopak mata cekung (cowong). Sedangkan
dehidrasi berat, kelopak mata sangat cekung.

6) Mulut dan lidah


a) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
b) Mulut dan lidah kering dan (dehidrasi ringan atau sedang)
c) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
7) Abdomen
Kemungkinan distensi, kram, bising usus meningkat meningkat.

8) Anus, Adakah iritasi pada kulitnya.


Pemeriksaan fisik IAPP menurut Terry Kyle & Susan Carman (2012)

30
1) Inspeksi
Kaji dehidrasi anak yang mengalami diare. Observasi penampilan
umum dan warna kulit anak. Pada dehidrasi ringan anak dapat tampak
normal. Pada dehidrasi sedang mengalami penurunan produksi air
mata, atau lingkar mata cekung. Membran mukosa juga dapat kering.
Status mental dapat diperburuk dengan dehidrasi sedang hingga berat,
yang dibuktikan dengan lesu atau retargi. Kulit mungkin tidak elastis
atau menunjukan kekenduran, tanda kurangnya hidrasi, distensi
abdomen atau kecekungan mungkin muncul, keluaran urine juga dapat
menurun jika anak mengalami dehidrasi. Haluaran feses dapat
digunakan untuk mengkaji warna, dan konsistensi. Inspeksi area anak
anal untuk ada kamera atau ruang yang terkait dengan peningkatan
volume dan frekuensi defekasi.

2) Auskultasi
Auskultasi bising khusus untuk mengkaji adanya isi khusus hipoaktif
atau hiperaktif. Bising usus hipoaktif dapat mengindikasikan obstruksi
atau peritonitis. Bising usus hiperaktif dapat mengindikasikan diare
atau gastroenteritis.

3) Perkusi
Perkusi abdomen, perhatikan adanya abdomalitas. Adanya
abdomalitas pada pemeriksaan untuk diagnosis diare akut atau kronik
dapat mengindikasikan proses patologis.

4) Palpasi
Nyeri tekan pada kuadran bawah dapat berkaitan dengan
gastroenteritis. Nyeri pantul atau nyeri tidak di ditemu saat palpasi.
Jika ditemukan, Hal ini dapat mengindikasikan appendicitis atau
peritonitis.

2. Diagnosa Keparawatan
a. Diare bd proses infeksi, inflamasi di usus
b. Kerusakan integritas kulit bd ekskresi/BAB sering

31
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd penurunan
intake makanan
d. Kekurangan volume cairan bd kehilangan cairan aktif
e. Resiko syok hipovolemi bd dehidrasi (wulandari,2016)

3. Intervensi
Dalam buku bulechek & Sue Moorhead (2013) dibawah ini merupakan
intervensi dari beberapa diagnosa yang muncul pada diare:
Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan
Diare bd proses NOC NIC
infeksi, inflamasi 1. Bowel elimination Diarhea management
diusus 2. Fuid balance 1. Evaluasi efek samping
3. Hidration pengobatan terhadap
4. Electrolyte and acid base gastroentestinal
balance 2. Ajarkan pasien ntuk
Kriteria hasil: menggunakan obat
1. Feses berbentuk, BAB sehari antidiare
sekali sampai tiga kali 3. Instruksikan
2. Menjaga daerah sekitar rectal pasien/keluarga untuk
dari iritasi mencatat warna , jumlah,
3. Tidak mengalami diare frekuensi, dan konsistensi
4. Menjelaskan penyebab diare dari feses
dan rasional tindakan 4. Evaluasi intake makanan
5. Mempertahankan turgor kulit yang masuk
5. Identifikasi faktor
penyebab dari diare
6. Observasi turgor kulit
secara rutin
7. Ukur diare/keluaran BAB
8. Hubungi dokter jika ada
kenaikan bising usus
9. Instruksikan pasien untuk
makan rendah serat , tinggi
protein dan tingkat kalori
jika memungkinkan
10. Instruksikan ntuk
menghindari laksative
11. Ajarkan teknik menurunkan
stress
12. Monitor persiapan makanan
yang aman

32
Kerusakan integitas NOC NIC
kulit bd 1. tissue integrity: skin and Pressure management
ekskresi/BAB mucous membranes 1. Anjurkan pasien untuk
sering Kriteria hasil: menggunakan pakaian yang
1. Integritas kulit yang baik longgar
bisa dipertahankan (sensasi, 2. Hindari kerutan pada tempat
pigmentasi) tidur
2. Tidak ada luka/lesi pada 3. Jaga kebersihan kulit agar
kulit tetap bersih dan kering
3. Menunjukan pemahaman 4. Mobilisasi pasien (ubah
dalam proses perbaikan posisi pasien) setiap 2 jam
kulit dan mencegah sekali
terjadinya cidera berulang 5. Monitor kulit akan adanya
4. Mampu melindungi kulit kemerahan
dan mempertahankan 6. Oleskan lotion atau
kelembaban kulit dan minyak/baby oil pada daerah
perawatan alami yang tertekan
7. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
8. Monitor status nutrisi pasien
9. Mandikan pasien dengan
sabun dan air hangat
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari 1. Nutritional status Nutritional management
kebutuhan tubuh bd 2. Nutritional status: food and 1. Kaji adanya alergi makanan
penurunan intake fluid intake 2. Kolaborasi engan ahli gizi
makanan 3. Nutritional status: nutrient ntuk menentukan jumlah
intake kalori dan nutrisi yang
4. Weight control dibutuhkan pasien
Kriteria hasil: 3. Anjurkan pasien untuk
1. Adanya peningkatan berat meningkatkan protein dan
badan sesuai dengan tujuan vitamin C
2. Berat badan ideal sesuai 4. Berikan makanan yang
dengan tinggi badan terpilih (sudah
3. Mampu mengidentifikasi dikonsltasikan dengan ahli
kebutuhan nutrisi gizi)
4. Tidak ada tanda-tanda 5. Ajarkan pasien bagaimana
malnutrisi membuat catatan makanan
5. Menunjukan peningkatan harian
fungsi pengecapan dari 6. Monitor jumlah nutrisi dan
menelan kandungan kalori
6. Tidak terjadi penurunan 7. Berikan informasi tentang
berat badan yang berarti kebutuhan nutrisi
8. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutritional mentoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya penurunan
BB
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama

33
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan selama jam makan
7. Monitoer kulitkering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb dan kadar Ht
12. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
13. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori dan intake
nutrisi
15. Catat aanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan
Kekurangan NOC NIC
volume cairan bd 1. Fluid balance Fluid management
kehilangan cairan 2. Hydration 1. Timbang popok/pembalut
aktif 3. Nutrional status: food and jika diperlukan
fluid intake 2. Pertahankan catatan intake
Kriteria hasil: dan output yang akurat
1. Mempertahankan urine 3. Monitor status hidrasi
output sesuai dengan sia dan (kelembaban membran
BB, BJ urine normal, Ht mukosa, nadi adekuat,
normal tekanan darah ortostatik)
2. Tekanan darah, nadi, suhu 4. Monitor vital sign
tubuh dalam batas normal 5. Monitor masukan
3. Tidak ada tanda-tanda makanan/cairan dan hitung
dehidrasi, elastisitas turgor intake kalori harian
kulit baik, membran mukosa 6. Kolaborasi pemberian cairan
lembab, tidak ada rasa haus IV
berlebihan 7. Monitor status nutrisi
8. Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
9. Dorong masukan oral
10. Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
11. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
Hipovolemia management
1. monitor status cairan
termasuk intake dan output
cairan
2. pelihara IV line
3. monitor tingkat Hb dan Ht
4. monitor vital sign
5. monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan
6. monitor BB
7. dorong pasien menambah

34
intake oral
8. pemberian cairan IV
9. monitor adanya tanda dan
gejala kekurangan volume
cairan

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan
Resiko syok NOC NIC
hipovolemik bd 1. Syok prevention Syok revention
dehidrasi 2. Syok management 1. Monitor status sirkulasi BP
Kriteria hasil: < warna kulit, suhu kulit,
1. Nadi dalam batas yang denyut jantung, HR, dan
diharapkan ritme, nadi perifer dan
2. Irama jantung dalam batas kapiler refill
yang diharapkan 2. Monitor tanda inadekuat
3. Frekuensi napas dalam batas oksigenasi jaringan
yang diharapkan 3. Monitor suhu dan
4. Irama pernapasan dalam pernapasan
batas yang diharapkan 4. Monitor input dan output
5. Natrium serum dalam batas Syok management
normal 1. Monitor fungsi neurologis
6. Klorida serum dalam batas 2. Monitor TD
normal 3. Monitor status cairan, input
7. Kalsium serum dalam batas dan output
normal 4. Monitor nilai laboratorium
8. Magnesium serum dalam
batas normal
9. PH darah serum dalam batas
normal
Hidrasi:
1. Mata cekung tidak
ditemukan
2. Demam tidak ditemukan
3. TD dalam batas normal
4. Ht dalam batas normal

35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi satu masalah
keperawatan beserta dengan pengelolaan pada masalah tersebut dengan batasan
sesuai pada kasus, memiliki pengambilan data yang mendalam dan
menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian studi kasus dibatasi oleh
waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau
individu.
Jenis penelitian ini adalah deskritif dalam bentuk studi kasus. Penelitian
studi kasus yang dimakud adalah studi yang mengeksplorasi asuhan
keperawatan pada anak diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang.
Pendekatan yang akan dilakukan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi keperawatan.
B. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variable dan istilah yang
akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya
mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian. Pada definisi
operasional akan dijelaskan secara padat mengenai unsur penelitian yang
meliputi bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel
(Afiyanti, 2014). Definisi operasional pada asuhan keperawatan pada anak diare
cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi operasional
Asuhan keperawatan Suatu proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi, dan
evaluasi keperawatan yang diberikan pada pasien.
Diare Buang air besar lebih dari 3 kali dalam waktu 24 jam.
Dehidrasi ringan-sedang Penurunan/kehilangan cairan tubuh yang ditandai dengan dua
atau lebih dari tanda berikut ini antara lain rewel, gelisah, mata
cekung, haus, ingin minum banyak, dan cubitan kulit kembali
lambat dibagian perut
Anak individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (1-18
tahun)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

36
Penelitian pada studi kasus ini akan dilaksnakan di RSIA `Aisyiyah Klaten.
Lama waktu pengambilan sejak pasien pertama kali masuk RS sampai pasien
pulang dari RS atau pasien yang dirawat minimal 3 hari. Waktu penelitian kasus
akan dilaksanakan pada bulan Maret 2020 sampai dengan April 2020.
D. Subjek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan pada kasus ini adalah 2 anak (2 kasus)
dengan kasus yang sama yaitu diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang.
adapun karakteristik khususnya yaitu:
1. Anak usia 1-3 tahun
2. Anak dengan diagnosa medis diare cair akut
3. Anak yang mengalami dehidrasi ringan-sedang dengan 2 tanda atau lebih
yaitu rewel, gelisah, mata cekung, haus, ingin minum banyak, dan cubitan
kulit kembali lambat dibagian perut
4. Anak dirawat minimal 3 hari di RSIA ’Aisyiyah Klaten
5. Keluarga bersedia menjadi responden dengan menandatangani inform
consent yang diberikan
E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk


mengungkap informasi dari responden sesuai lingkup penelitian. Berikut
beberapa tekhnik pengumpulan data penelitian yang akan digunakan menurut
(Sujarweni, 2014):
1. Wawancara
Wawancara merupakan proses untuk memperoleh penjelasan untuk
mengumpulkan informasi dengan menggunakan cara tanya jawab bisa
sambil bertatap muka ataupun tanpa tatap muka yaitu melalui media
telekomunikasi antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman. Pada hakikatnya wawancara
merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang
sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Merupakan proses
pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat
teknik yang lain sebelumnya. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan
data pengkajian seperti identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan

37
(riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga). Sumber data diperoleh dari keluarga, kepala ruang, dan perawat.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik
Observasi atau pengamatan adalah suatu prosedur yang terencana,
yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan
taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan
masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2014). Pada penelitian ini peneliti
melakukan observasi gejala klinis, rekam medis. Penelitian ini
menggunakan metode observasi yang bertujuan untuk mengobservasi
keadaan pasien dan tanda-tanda vital. Pemeriksaan fisik pada penelitian ini
meliputi pemeriksaan sistem tubuh dengan pendekatan inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi (IPPA).
3. Studi dokumentasi
Data dokumentasi diperoleh dari catatan medis pasien. Rekam medis
adalah keterangan, baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas,
anamnesa, diagnosa segala pelayanan, pengobatan, dan tindakan medis yang
diberikan kepada pasien.
F. Jalannya Penelitian

1. Tahap persiapan
Dalam studi kasus ini tahap yang perlu dipersiapkan yaitu pengajuan judul
kepada dosen pembimbing satu dan dua. Setelah mendapatkan persetujuan akan
judul yang ingin diambil untuk penelitian maka selanjutnya peneliti menyusun
proposal dan mengajukan proposal penelitian kepada dosen pembimbing satu
dan dua. Setelah itu ujian seminar proposal dan setelah proposal disetujui dan
disahkan oleh pembimbing dan penguji maka selanjutnya peneliti mengurus
surat perizinan dari fakultas untuk diserahkan kepada Rumah Sakit yang akan
dijadikan objek penelitian. Setelah mendapatkan surat izin dari fakultas peneliti
melakukan penjajakan dan menilai lapangan yang akan diteliti. Tahap
selanjutnya peneliti meyiapkan perlengkapan penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Dalam penelitian ini peneliti mengelola pasien selama 3 hari, dimana
selama 3 hari tersebut peneliti akan:
a. Hari pertama

38
Pada hari pertama penelitian peneliti akan meminta ijin terlebih dahulu
kepada kepala ruang di ruangan yang akan di lakukan pengambilan kasus.
Setelah mendapatkan izin peneliti kemudian melihat dan mempelajari
rekam medis pasien diare cair akut. Setelah mempelajari rekam medis
peneliti melakukan diskusi dengan pembimbing terkait pasien yang akan
diambil apakah telah sesuai dengan kriteria pasien yang telah ditentukan
oleh penulis. Kemudian peneliti melakukan informed consent kepada
pasien dengan memberikan penjelasan akan maksud dan tujuan dari
penelitian yang akan dilakukan dengan menyertakan lembar persetujuan
menjadi responden yang telah disediakan oleh peneliti. Selanjutnya
peneliti melakukan pengkajian pada pasien, keluarga dan perawat ruangan.
Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien. Setelah melakukan pengkajian
peneliti membuat perencanaan keperawatan sesuai dengan pasien diare cair
akut dengan dehidrasi ringan-sedang. Setelah membuat rencana
keperawatan peneliti kemudian melakukan implementasi pada pasien
kelolaan sesuai rencana keperawatan yang telah ditetapkan. Kemudian
peneliti membuat evaluasi dalam bentuk SOAP. Kemudian melakukan
rencana tindak lanjut pada pasien.
b. Hari kedua
Pada hari kedua peneliti akan melakukan observasi keadaan umum
pasien, menanyakan keluhan pada pasien. Menanyakan perkembangan
pasien dan validasi data kepada perawat yang bertugas dan melihat data
rekam medis. Kemudian peneliti melakukan implementasi sesuai
perencanaan yang telah ditetapkan. Setelah itu peneliti membuat evaluasi
dalam bentuk SOAP. Setelah melakukan evaluasi peneliti melakukan
rencana tindak lanjut.
c. Hari ketiga
Pada hari ketiga peneliti akan menggali informasi dari pasien terkait
perkembangannya serta melakukan observasi keadaan umum pasien.
Melakukan validasi data dengan menanyakan pada perawat dan melihat
pada data rekam medis. Kemudian peneliti melakukan implementasi sesuai
perencanaan yang telah ditetapkan.
3. Tahap pelaporan

39
Pada tahap pelaporan yang meliputi penulisan hasil studi kasus dari
pengkajian sampai dengan evaluasi kasus yang diambil dengan selalu
berkonsultasi kepada dosen pembimbing. Kemudian setelah hasil pelaporan dan
data sudah lengkap serta sesuai dengan tujuan penelitian kemudian di sahkan
oleh pembimbing, maka selanjutnya akan dilakukan ujian hasil penelitian.
Setelah ujian hasil penelitian selesai dan data dinyatakan layak serta memenuhi
ketentuan maka hasil penelitian dinyatakan lulus. Setelah itu peneliti diijinkan
untuk melakukan penggandaan dan menyampaikan laporan hasil penelitian
kepada pihak yang berwenang dan berkepentingan.
G. Uji Keabsahan Data
Moleong (2014) menjelaskan keabsahan data merupakan konsep penting
yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas)
menurut versi positifme dan disesuaikan dengan tututan pengetahuan, kriteria
dan paradigmanya sendiri. Keabsahan dapat ditetapkan dengan diperlukan
teknik pemeriksaan. Pemeriksaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah
kriteria tertentu.
H. Analisa Data

Menurut (Sugiyono, 2016) analisis data adalah proses mencari dan


menyusun secara sistematis data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Urutan
dalam analisa data meliputi sebagai berikut:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan
data atau setelah data terkumpul (Aziz, 2017). Data editing dilakukan untuk
memeriksa kelengkapan data pengkajian.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan menarasikan data yang terkumpul.
Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari
responden, dengan cara mencantumkan inisial pasien.

40
I. Etika Penelitian

Etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting


dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan
manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Aziz, 2017). Masalah etika
yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:
1. Informed Consent (Persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah
agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.
Jika subyek bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan
.jika rsponden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.
Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain
partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan,
komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi,
manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi.
2. Anominity (tanpa nama)
Anonimity merupakan masalah yang memberikan jaminan kepada
responden dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Confidentiality merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi atau masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian. Hal ini
dilakukan agar responden merasa aman, percaya dan memberikan informasi
yang sebenarnya.

41
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, yuli dan rachmawati, imami nur. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam
Riset Keperawatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Amin, L. Z. (2015). Tatalaksana Diare Akut. Cdk-230.

Ariani. (2016). Diare Pencegahan dan Pengobatannya. Yogyakarta: Nuha Medika.

Aziz, A. H. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. In salemba


medika.

Berhe, H., Mihret, A., & Yitayih, G. (2016). Prevalence Of Diarrhea And Associated
Factors Among Children Under-Five Years Of Age In Enderta Woreda,
Tigray, Northerwun Ethiopia, 2014. International Journal of Therapeutic
Applications. https://doi.org/10.20530/ijta_31_32-37

Central Java Province Health Office. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
2017. Dinkes Jateng. https://doi.org/10.5606/totbid.dergisi.2012.10

Dewi Wulandari dan Meira Erawati. (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Dinkes Klaten. (2017). Profil Kesehatan Kabupaten Klaten Tahun 2017. Dinas Kesehatan
Klaten. Klaten.

Ernawati. (2012). Pengaruh PendidikanKesehatan TerhadapPeningkatan Pengetahuan


Tentang Diare pada Anak Jalanan Semarang. Karya Tulis Ilmiah. Universitas
Diponegoro Semarang.

Farthing, M., Salam, M. A., Lindberg, G., Dite, P., Khalif, I., Salazar-Lindo, E.,
Ramakrishna, B. S., Goh, K. L., Thomson, A., Khan, A. G., Krabshuis, J., &
Lemair, A. (2013). Acute diarrhea in adults and children: A global
perspective. In Journal of Clinical Gastroenterology.
https://doi.org/10.1097/MCG.0b013e31826df662

Faure, C. (2013). Role of Antidiarrhoeal Drugs as Adjunctive Therapies for Acute


Diarrhoea in Children. International Journal of Pediatrics.
https://doi.org/10.1155/2013/612403

47
IDAI.(2011). Buku Ajar Gastrointerologi-Hepatologi Jilid I. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI.

IsmailiJaha, V., Shala, M., Azemi, M., Spahiu, S., Hoxha, T., & Spahiu, M. (2014).
Sensitivity and Specificity of Procalcitonin to Determine Etiology of Diarrhea
in Children Younger Than 5 Years. Materia Socio Medica.
https://doi.org/10.5455/msm.2014.26.76-79

Iswari, Y. (2011). analisa faktor resiko kejadian diare padaanak usia dibawah 2 tahun di
RSUD kota jakarta. Universitas Indonesia

Kemenkes RI. (2011). buku saku petugas kesehatan lima langkah tuntaskan kejadian
diare. Jakarta: Kemenkes RI. 2017

Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit edisi 2. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis & NANDA. In trjectoriesof sleep quality and mood in the perinatal
period. https://doi.org/978-602-72002-2-7

Profil Kesehatan 2017. (2012). Profile Kesehatan Indonesia 2017. Ministry of Health
Indonesia. https://doi.org/10.1002/qj.27

Risha Fillah Fithria, A. R. D., & Fakultas. (2013). Rasionalitas Terapi Antibiotik Pada
Pasien Diare Akut Anak Usia 1-4 Tahun Di Rumah Sakit Banyumanik
Semarang Tahun 2013. Rasionalitas Terapi Antibiotik Pada Pasien Diare
Akut Anak Usia 1-4 Tahun Di Rumah Sakit Banyumanik Semarang Tahun
2013.

Sugiyono. (2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. In CV


Alfabeta. https://doi.org/https://doi.org/10.3929/ethz-b-000238666

Sujarweni, V. W. (2014). METODOLOGI PENELITIAN Lengkap, Praktis dan Mudah


Dipahami. In PT.PUSTAKA BARU.

Tanto, C., Liwang, F., Hanifan, S., & Pradipta, E. A. (2014). Kapita Selekta Kedokteran
Edisi IV. In Jakarta : Media Aesculapius.
https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.25163

48
Traa, B. S., Fischer Walker, C. L., Munos, M., & Black, R. E. (2010). Antibiotics for the
treatment of dysentery in children. International Journal of Epidemiology.
https://doi.org/10.1093/ije/dyq024

UNICEF. (2016). One is too many. Ending child deaths from pneumonia and diarrhea. In
UNICEF.

Utami, N., & Luthfiana, N. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare
pada Anak. Majority.

Who. (2013). WHO / Diarrhoeal disease. In Who.


https://doi.org//entity/mediacentre/factsheets/fs330/en/index.html

WHO. (2017). Fact sheets: Diarrhoeal disease. World Health Organization.

World Health Organization. (2017). WHO | Diarrhoeal disease. WHO.

49
LAMPIRAN

50
FORMAT PENGKAJIAN DIARE

I. Biodata

A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan :

2. Tempat tgl lahir/usia :

3. Jenis kelamin :

4. A g a m a :

5. Pendidikan :

6. Alamat :

7. Tgl masuk :

8. Tgl pengkajian :

9. Diagnosa medik :

10. Rencana terapi :

B. Identitas Orang tua


1. Ayah

a. Nama :

b.Usia :

c. Pendidikan :

d. Pekerjaan/sumber penghasilan :

e. Agama :

f. Alamat :

2. Ibu

a. Nama :

51
b.Usia :

c. Pendidikan :

d. Pekerjaan/Sumber penghasilan :

e. Agama :

f. Alamat :

C. Identitas Saudara Kandung

No NAMA USIA HUBUNGAN STATUS KESEHATAN


1.

II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit

III. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang :


B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
1. Prenatal care
2. Natal
3. Post natal

C. Riwayat Kesehatan Keluarga


Genogram

IV. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)

NO Jenis immunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah pemberian


1. BCG
2. DPT (I,II,III)
3. Polio (I,II,III,IV)
4. Campak
5. Hepatitis

V. Riwayat Tumbuh Kembang

52
A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan :… kg
2. Tinggi badan :… cm.
3. Waktu tumbuh gigi pertama umur…….. bulan
4. Jumlah gigi …buah.
B. Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat

1. Berguling :
2. Duduk :
3. Merangkak :
4. Berdiri :
5. Berjalan :
6. Senyum kepada orang lain pertama kali :
7. Bicara pertama kali :
8. Berpakaian tanpa bantuan :

VI. Riwayat Nutrisi

A. Pemberian ASI
B. Pemberian susu formula
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian


1. 0 – 4 Bulan
2. 4 – 12 Bulan
3. Saat ini

VII. Riwayat Psikososial

a. Anak tinggal bersama orang tua …..


b. Lingkungan berada di dalam ….
c. Hubungan antar anggota keluarga ….
d. Pengasuh anak ….

VIII. Riwayat Spiritual:


53
a. Keluarga klien beragama …
b. Keagamaan
c. Support sistem dalam keluarga :

IX. Reaksi Hospitalisasi

a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap


b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

X. Aktivitas sehari-hari

A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. 1Selera makan
2. Menu makanan
3. Frekwensi makan
4. Makanan pantangan
5. Pembatasan pola
makan
6. Cara makan
7. Ritual saat makan

B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman
2. Frekuensi minum
3. Kebutuhan cairan
4. Cara pemenuhan

C. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Tempat pembuangan
2. Frekuensi (waktu)
3. Konsistensi
4. Kesulitan

54
5. Obat pencahar

D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
a. Siang
b. Malam
2. Pola tidur
3. Kebiasaan sebelum
tidur
4. Kesulitan tidur

E. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Program olah raga
2. Jenis dan frekuensi
3. Kondisi setelah olah
raga

F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
a. Cara
b. Frekuensi
c. Alat mandi

2. Cuci rambut

55
a. Frekuensi
b. Cara

3. Gunting kuku
a. Frekuensi
b. Cara

4. Gosok gigi
a. Frekuensi
b. - Cara

G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari
2. Pengaturan jadwal harian
3. Penggunaan alat Bantu
aktifitas

4. Kesulitan pergerakan
tubuh

H. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat
sekolah
2. Waktu luang
3. Perasaan setelah
rekreasi
4. Waktu senggang klg
5. Kegiatan hari libur

56
XI. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan umum klien


B. Tanda-tanda vital
1. Suhu : … ºC
2. Nadi : … kali/menit
3. Respirasi : … kali/menit
4. Tekanan darah : …mmhg
C. Antropometri
1. Tinggi Badan : … cm
2. Berat Badan : …kg
3. Lingkar lengan atas : … cm
4. Lingkar kepala : … cm
5. Lingkar dada : …cm
6. Lingkar perut : … cm
7. Skin fold :
D. Sistem pernapasan
1. Hidung
2. Leher
3. Dada
a. Bentuk dada barel chest
b. Perbandingan ukuran AP dengan transversal
c. Gerakan dada
d. Suara napas
E. Sistem kardiovaskuler
1. Conjunctiva
2. Ukuran jantung
3. Suara jantung
4. Capillary Refilling Time … detik
F. Sistem Pencernaan
1. Sklera
2. Mulut
3. Gaster
4. Abdomen

57
5. Anus
G. Sistem indra
1. Mata
a. Kelopak mata
b. Pemeriksaan visus
c. Lapang pandang
2. Hidung
Penciuman
3. Telinga
a. Keadaan daun telinga
b. Fungsi pendengaran
H. Sistem saraf
1. Fungsi cerebral
a. Status mental :
b. Kesadaran :
c. Bicara ekspresif :
d. Resiptive :

2. Fungsi cranial

a. Fungsi motorik :
1) Massa otot :
2) kekuatan otot :
b. Fungsi sensorik :
Diskriminasi :
c. Fungsi cerebellum :
1) Refleks :
2) Iritasi meningen :
I. Sistem Muskulo Skeletal
1. Kepala :
2. Vertebrae :
3. Pelvis :
4. Lutut :
5. Kaki :

58
6. Tangan :
J. Sistem Integumen
1. Rambut :
2. Kulit :
3. Kuku :
K. Sistem Endokrin
Kelenjar thyroid :
L. Sistem Perkemihan
M. Sistem Reproduksi
N. Sistem Imun

XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

a. 0 – 6 Tahun
Dengan menggunakan DDST

1. Motorik kasar
2. Motorik halus
3. Bahasa
4. Personal social
XII. Test Diagnostik

a. Laboratorium

1. Haemoglobin

1) Leukocite
2) Erytrocite
3) Faeces rutin
4) Urine rutin.
2. Foto Rotgen, CT Scan, MRI, USG, EEG, ECG (tidak dilakukan)
XIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)

59
LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Setelah mendapat informasi tentang penelitian yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada
Anak Diare Cair Akut Dengan Dehidrasi Ringan-Sedang di Rumah Sakit Ibu dan Anak
‘Aisyiyah Klaten “, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat:

Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya BERSEDIA / TIDAK BERSEDIA
menjadi responden dalam penelitian ini.

*) Coret yang tidak perlu

Klaten, 2020

Responden

( )
Lembar Penjelasan Untuk Responden

Dengan hormat,

Sehubung dengan penyusunan karya tulis ilmiah Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten, dengan ini saya:

Nama : Ika Neri Astuti

NIM : 1702106

Akan melakukan studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Diare
Cair Akut Dengan Dehidrasi Ringan-Sedang di Rumah Sakit Ibu dan Anak ‘Aisyiyah
Klaten.”

1. Judul penelitian
Asuhan Keperawatan Pada Anak Diare Cair Akut Dengan Dehidrasi
Ringan-Sedang di Rumah Sakit Ibu dan Anak ‘Aisyiyah Klaten.
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah melaksanakan studi kasus selama 3 hari diharapkan penulis dapat
mengetahui kesesuaian antara fakta dan teori pemberian asuhan keperawatan
pada anak diare cair akut dengan dehidrasi ringan- sedang.
b. Tujuan khusus
1) Mendiskripsikan pengkajian keperawatan pada anak diare cair akut dengan
dehidrasi ringan-sedang.
2) Mendiskripsikan rumusaan diagnosa keperawatan yang tepat pada anak diare
cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang.
3) Mendiskripsikan perencanaan keperawatan pada anak diare cair akut dengan
dehidrasi ringan-sedang.
4) Mendiskripsikan dan mengikuti pelaksanaan keperawatan pada anak diare cair
akut dengan dehidrasi ringan-sedang.
5) Mendiskripsikan evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan pada anak diare
cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang.
6) Membandingkan antara dua kasus dengan teori tentang asuhan keperawatan
pada anak diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang.

48
3. Perlakukan yang diterapkan pada pasien
Studi kasus ini merupakan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif,
yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Studi kasus merupakan
penelitian mengenai manusia (dapat suatu kelompok, organisasi maupun individu),
peristiwa, latar secara mendalam, tujuan dari penelitian mendapatkan gambaran
yang mendalam tentang suatu kasus yang sedang diteliti, pengumpulan datanya
diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi.
4. Manfaat studi kasus bagi pasien
Pasien dan keluarga dapat mendapatkan ilmu pengetahuan tentang
penyakitnya, mengetahui tanda dan gejala, faktor-faktor yang dapat menyebabkan
diare, dan cara meningkatkan kualitas hidup sehat untuk mencegah kekambuhan
anak diare dengan kekurangan volume cairan.
5. Masalah etik bagi pasien
Bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan
memberikan lembar persetujuan yang diberikan sebelum studi kasus dilakukan.
Sasaran dari studi kasus ini adalah kasus anak, maka lembar persetujuan akan
diberikan kepada keluarga yang diteliti (kasus) dengan menjelaskan maksud, tujuan
serta dampak dari penelitian. Setelah didapatkan persetujuan maka keluarga
diminta untuk menandatangani lembar persetujuan.
6. Dampak penelitian
Studi kasus ini akan mengganggu waktu istirahat pasien karena
menggunakan metode penelitian pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi,
dan perkusi), wawancara (identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang dahulu, riwayat keluarga, pola kebiasaan), dan observasi (keadaan umum
dan serta perkembangan setiap harinya, selain itu berbagai tindakan medis dan
keperawatan juga di observasi).
7. Jaminan kerahasiaan data
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.
Peneliti tidak mempublikasikan informasi tentang kasus ke media sosial serta
meperjualbelikan hasil penelitian ini.
8. Adanya insentif untuk pasien

49
Keikutsertaan pasien bersifat sukarela, tidak ada insentif berupa uang yang
akan diberikan kepada responden. Peneliti tidak memberikan ganti rugi berupa
uang atau lainnya dan tidak memberikan jaminan asuransi kepada responden.

9. Informasi tambahan
Responden dapat menanyakan semua hal yang berkaitan dengan penelitian ini
dengan menghubungi peneliti:
Whatsapp : 0838-6676-0964
Email : ika24neria@gmail.com

Klaten, 2020
Yang mendapat penjelasan,
Yang memberikan penjelasan,
Responden
Peneliti

Ika Neri Astuti

50
51

Anda mungkin juga menyukai