NIM : SNR20215023
Di bawah ini berbagai tahapan yang dilewati makanan dalam saluran pencernaan
Anda.
Proses pencernaan sudah dimulai sejak makanan berada di dalam rongga mulut. Gigi
Anda akan memotong makanan menjadi bentuk yang lebih kecil, lalu melumatkannya
dengan bantuan lidah, langit-langit mulut, dan pipi bagian dalam.
Pada proses ini, makanan telah berbentuk lumat yang disebut bolus. Bolus bergerak
lewat kerongkongan dan masuk ke dalam lambung. Lambung menggiling bolus
dengan ototnya yang berlapis-lapis, lalu mencampurnya dengan asam dan enzim-
enzim pencernaan di bawah ini.
Asam klorida (HCl) yang membunuh mikroba pada makanan dan mengaktifkan
pepsinogen menjadi pepsin.
Pada saat yang sama, pencernaan kimiawi juga terjadi. Air liur mengandung enzim
ptialin yang memecah zat tepung (karbohidrat kompleks) menjadi glukosa
(karbohidrat sederhana). Hal ini bertujuan agar fungsi lambung bisa berjalan dengan
lebih mudah.
Di lambung terjadi pencernaan kimiawi, dimana makanan dicerna oleh enzim dalam
getah lambung yang dihasilkan oleh sel kelenjar dinding lambung. Getah lambung
terdiri dari: Pepsin: enzim yang fungsinya memecah protein menjadi pepton.
Proses pencernaan secara mekanik juga terjadi di dalam lambung dengan bantuan
gerak peristaltic dinding lambung, sehingga makanan seperti diaduk. Sedangkan
proses pencernaan kimiawi adalah proses pengubahan zat makanan dari bentuk yang
kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana dengan bantuan enzim pencernaan
Mendeteksi adanya makanan dalam usus halus, kantong empedu berkontraksi untuk
mengeluarkan cairan empedu. Cairan ini sebelumnya diproduksi oleh organ hati
dengan fungsi menguraikan lemak pada makanan.
Pada saat yang sama, pankreas juga melepaskan enzim amilase, lipase, tripsin, dan
beberapa enzim lainnya. Setiap enzim memiliki kegunaan sebagai berikut:
zat gizi yang telah berbentuk molekul kecil lalu bergerak menuju pembuluh darah
pada usus halus. Darah kemudian mengedarkan zat gizi ke seluruh tubuh, sedangkan
ampas makanan meninggalkan usus.
Amilase : Enzim amilase diproduksi di kelenjar liur, pankreas, dan usus halus. Enzim
ini bertugas memecah zat pati atau karbohidrat menjadi gula (glukosa). Saat makanan
yang mengandung karbohidrat dikunyah, kelenjar liur di dalam mulut akan
menghasilkan amilase.
Setelah tertelan, makanan tersebut akan dicerna lebih lanjut di usus halus oleh enzim
amilase yang dihasilkan oleh pankreas. Di dalam usus, amilase terus memecah
molekul zat pati hingga menjadi glukosa, yang nantinya akan diserap ke dalam
sirkulasi darah melalui dinding usus halus.
Protease : Enzim protease adalah enzim pencernaan yang bertugas untuk memecah
protein dalam makanan menjadi asam amino atau amino acids. Enzim ini diproduksi
di lambung, pankreas, dan usus halus. Terdapat beberapa jenis enzim protase, yaitu
pepsin (enzim pencernaan utama di lambung), tripsin, dan kimotripsin.
Lipase : Lipase adalah enzim yang memiliki tugas memecah lemak menjadi asam
lemak dan gliserol (zat gula yang mengandung alkohol). Organ tubuh yang berperan
dalam menghasilkan enzim ini adalah pankreas dan lambung. Enzim lipase juga
ditemukan di dalam ASI, fungsinya untuk membantu bayi mencerna molekul lemak
saat menyusu.
Maltase : Enzim ini diproduksi oleh usus halus dan memiliki fungsi untuk
menghancurkan maltosa. Zat gula maltosa ini banyak ditemukan pada tumbuhan,
seperti biji-bijian, gandum dan ubi.
Laktase : Laktase adalah jenis enzim pencernaan yang memecah gula laktosa. Gula
ini ditemukan dalam susu dan makanan atau minuman yang terbuat dari susu. Orang
dengan intoleransi laktosa sering kali disarankan untuk mengonsumsi enzim laktase
tambahan saat mengonsumsi susu.
Sukrase : Sukrase adalah enzim yang diproduksi oleh usus halus. Fungsi enzim ini
adalah memecah sukrosa menjadi gula sederhana, seperti fruktosa dan glukosa. Gula
sukrosa banyak ditemukan pada tanaman, seperti tebu, sorgum, dan bit gula. Sukrosa
juga ditemukan pada madu, namun dalam jumlah sedik
3. Patofisiologi apendiksitis
Dalam beberapa jam, situasi terlokalisir ini dapat memburuk, karena bisa terjadi
trombosis arteri dan vena, memungkinkan terjadinya perforasi dan gangren. Apabila
proses ini berlanjut, dapat terjadi abses, atau peritonitis periapendikular. Appendicitis
dapat menjadi kronis, apabila obstruksi hanya parsial, transien, atau intermiten.
Karenanya, penderita akan mengalami appendicitis berulang, dengan gambaran klinis
nyeri abdomen kuadran kanan bawah yang hilang timbul
Sumber : (Nurarif & Kusuma, 2016)
Ginjal normal memiliki 1 juta nefron (unit satuan ginjal) yang berpengaruh terhadap
laju filtrasi glomerulus. Ginjal memiliki kemampuan untuk menjaga laju filtrasi
glomerulus dengan meningkatkan kerja nefron yang masih sehat ketika ada nefron
yang rusak. Adaptasi ini menyebabkan hiperfiltrasi dan kompensasi hipertrofi pada
nefron yang sehat. Hipertensi dan hiperfiltrasi pada glomerulus merupakan faktor
yang berpengaruh besar dalam progresivitas penyakit ginjal kronis.
Laju aliran darah ke ginjal berkisar 400 mg / 100 gram jaringan per menit. Laju ini
lebih banyak dibandingkan dengan aliran ke jaringan lain seperti jantung, hati dan
otak. Selain itu, filtrasi glomerulus bergantung pada tekanan intra dan transglomerulus
sehingga membuat kapiler glomerulus sensitif terhadap gangguan hemodinamik
Peningkatan dasar plasma kreatinin dua kali lipat kurang lebih merepresentasikan
penurunan laju filtrasi glomerulus sebanyak 50%. Contoh: plasma kreatinin dasar
senilai 0.6 mg/dL yang meningkat menjadi 1.2 mg/dL, (masih dalam batas normal),
menggambarkan terdapat 50% kerusakan massa nefron.
Peningkatan tekanan kapiler glomerulus dapat menjadi cikal bakal glomerulosklerosis
fokal dan/atau segmental yang kemudian dapat berakhir menjadi glomerulosklerosis
global. Membran filtrasi glomerulus memiliki muatan yang negatif, sehingga
membuat hal tersebut menjadi penghalang dari makromolekul anionik. Dengan
penghalang elektrostatik ini, protein pada plasma dapat menembus filtrasi glomerulus
6. 3 masalah keperawatan dan intervensi pada pasien gagal ginjal kronik
IDDM NIDDM
1. Diabetes tipe 1 biasanya 1. Diabetes tipe 2 biasanya terjadi
terjadi pada anak –anak dan pada orang dewasa yang berusia
remaja, Sebagian besar kasus lebih dari 40 tahun.
diabetes tipe 1 telah terdeteksi
pada masa anak-anak hingga 2. Diabetes tipe 2, awalnya gejala
remaja. Itu sebabnya kondisi ini tidak tampak jelas, tapi secara
disebut juga diabetes pada anak. perlahan gejala akan memburuk
kemunculan gejala diabetes tipe
2. Gejala diabetes tipe 1 biasanya 2 terjadi secara perlahan. Di
muncul seketika dan berkembang awal kenaikan gula darah,
dengan cepat dalam waktu bahkan gejala tidak tampak jelas.
beberapa minggu
Perbedaan yang terlihat adalah 3. Dari segi pengobatan diabetes
waktu awal kemunculan serta tipe 2 biasanya tidak
seberapa cepat gejala membutuhkan insulin di tahap
berkembang. Gejala diabetes tipe awal penyakit, karena tubuhnya
1 biasanya muncul lebih kentara masih menghasilkan insulin.
dan cepat dalam waktu beberapa Pengobatan diabetes untuk tipe 2
minggu. lebih mengarah kepada
perubahan pola hidup yang lebih
3. Dari segi pengobatan Penderita sehat. Caranya dengan
diabetes tipe 1 tidak dapat memperhatikan asupan makanan
menghasilkan hormon insulin untuk diabetes dan menajalani
diabetes tipe 1 bergantung olahraga secara rutin
mutlak pada pemberian insulin
dari luar. Penderita diabetes tipe
1 perlu menyuntikkan insulin ke
tubuhnya beberapa kali sehari
dan memantau kadar diabetes
tipe 1 disebabkan oleh rusaknya
sel-sel penghasil insulin, mereka
membutuhkan suntik insulin
untuk menggantikan hormon
insulin yang hilang.
8. Narasikan Pataflow DM
terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu : 1. Resistensi insulin 2. Disfungsi sel
B pancreas
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun
karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara
normal.Keadaan ini lazim disebut sebagai «resistensi insulin».1,8 Resistensi
insulinbanyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta
penuaan.Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa
hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans secara
autoimun seperti diabetes melitus tipe 2. Apabila tidak ditangani dengan baik,pada
perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-
sel B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi
insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen.