Diusulkan Oleh
NUOR NOVIANA
SNR 20215011
Diusulkan Oleh
NUOR NOVIANA
SNR 20215011
i
HALAMAN PERSETUJUAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM
OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PURING
KENCANA KABUPATEN KAPUAS HULU
Diusulkan Oleh
NUOR NOVIANA
SNR 20215011
Ns.....................................M.Kep Ns……………………M.Kep
NIP NIP.
Ns....................................M.Kep
NIP
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas Kuasa-Nya
yang telah memberikan segala nikmat dan kesempatan sehingga penyusunan tugas
akhir yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat
Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Puring Kencana Kabupaten Kapuas
Hulu” dapat terselesaikan.
Selanjutnya ucapan terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan
kepada Ibu Dr.Lidia Hastuti.APP., M.Kes selaku pembimbing utama dan ibu …..
selaku pembimbing pendamping yang penuh kesabaran dan perhatiannya dalam
memberikan bimbingan hingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dengan terselesaikannya tugas akhir ini, perkenankan pula saya untuk
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ns.Haryanto,MSN.,Ph.D, selaku Direktur STIK Muhammadiyah
Pontianak
2. Ibu ………….., selaku Ketua Jurusan STIK Muhammadiyah Pontianak
3. Bapak Ns.Gusti Jhoni Putra,M.Pd.,M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan STIK Muhammadiyah Pontianak
4. Ibu Dr.Lidia Hastuti.APP., M.Kes atas kesediaannya untuk menguji Proposal
ini.
5. Bapak dr.Gagat Adiyasa selaku pimpinan Puskesmas Puring Kencana
6. Orang tua dan suami tercinta yang telah memberikan semangat dalam
menyelesaikan pendidikan ini.
7. Seluruh Dosen, Instruktur dan Staf STIK Muhammadiyah Pontianak serta
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh teman-teman satu angkatan yang memberikan semangat dalam
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan demi
1
2
kesempurnaan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
peneliti dan pihak lain yang membutuhkan.
Pontianak,……… 2021
3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL...................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
1. Definisi .............................................................................. 20
2. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat....... 21
3. Cara Meningkatkan Kepatuhan Minum Obat.................... 24
C. Kerangka Teori ...................................................................... 25
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII ......................................... 12
6
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori Modifikasi ............................................................... 25
Gambar 2.2 Kerangka konsep penelitian .............................................................. 26
7
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan
yang menjadi perhatian nasional maupun global. PTM bila tidak dikendalikan
secara tepat, benar dan kontinyu dapat mempengaruhi ketahanan ekonomi
nasional, karena sifatnya yang kronis dan umumnya mengenai usia produktif
(Kemenkes RI, 2018). PTM dikenal sebagai penyakit kronis, tidak ditularkan
dari orang ke orang, mereka memiliki durasi yang panjang dan pada umumnya
berkembang secara lambat. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah
penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner, stroke), kanker, penyakit
pernafasan kronis (asma dan penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes
(Riskesdas, 2013).
Hipertensi merupakan faktor penting sebagai pemicu penyakit tidak
menular seperti penyakit jantung, strok, dan penyakit kardiovaskuler lain yang
menjadi penyebab banyak kematian di dunia. WHO menjelaskan bahwa
hipertensi memberikan kontribusi hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit
kardiovaskuler setiap tahun. Dikawasan asia tenggara sendiri terdapat 36%
orang dewasa yang menderita hipertensi dan mengakibatkan 1,5 juta orang
meninggal setiap tahunnya (Mangendai, Y., Rompas, S., Hamel & S., 2017).
Hipertensi adalah kondisi yang kompleks dimana tekanan darah secara
menetap berada di atas normal. Kriteria hipertensi yang digunakan pada
penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil
pengukuran tekanan darah sistolik >140 mmHg atau tekanan darah diastolik
>90 mmHg (Riskesdas, 2018). Hipertensi disebut sebagai si pembunuh senyap
(slient killer) karena gejalanya sering tanpa keluhan. Biasanya, penderita tidak
mengetahui kalau dirinya mengidap hipertensi dan baru diketahui setelah
terjadi komplikasi. Satu-satunya cara untuk mencegahnya adalah cek tekanan
darah. Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko
8
seperti merokok, diet tidak sehat, kurang konsumsi sayur dan buah, dan
mengonsumsi garam berlebih (Kemenkes RI, 2018).
Hipertensi menjadi topik pembicaraan yang hangat dan menjadi salah
satu prioritas masalah kesehatan di Indonesia maupun di dunia, karena
hipertensi merupakan penyebab paling umum terjadinya kardiovaskular dan
merupakan masalah utama di negara maju maupun berkembang
(Tumanggung, 2013). Kardiovaskular juga menjadi penyebab nomor satu
kematian di dunia setiap tahunnya. Data WHO 2012 menunjukkan sekitar 1,13
miliar orang di dunia menderita hipertensi. Artinya, satu dari tiga orang di
dunia terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang
minum obat. Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena
hipertensi. Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasi (Kemenkes RI, 2018).
Prevalensi hipertensi menurut diagnosis dokter, atau minum obat dan
hasil pengukuran pada penduduk umur >18 tahun di dalam hasil Riskesdas
2018 sebesar 34.1%. Dari data yang sama juga menunjukan bahwa hanya
54.4% dari penderita hipertensi yang melakukan konsumsi obat secara rutin
(Riskesdas, 2018). Prevalensi hipertensi untuk wilayah Kalimantan Barat
tahun 2018 mencapai 36,99%. Prevalensi hipertensi di Kabupaten Kapuas
Hulu sebesar 36%, di bawah persentase provinsi namun di atas prevalensi
nasional (Kemenkes RI, 2018).
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi
yaitu usia lanjut dan adanya riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga,
obesitas, kadar garam tinggi, dan kebiasaan hidup seperti merokok dan minum
minuman beralkohol. Selain itu juga terdapat faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi yaitu kelebihan berat badan
yang diikuti dengan kurangnya berolahraga, serta mengonsumsi makanan
yang berlemak dan berkadar garam tinggi. Bagi yang memiliki faktor resiko
ini seharusnya lebih waspada dan lebih dini dalam melakukan upaya-upaya
preventif, contohnya yang paling sederhana adalah rutin kontrol tekanan darah
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan
permasalahan sebagai berikut: “Faktor-Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Puring
Kencana Kabupaten Kapuas Hulu?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Puring Kencana Kabupaten Kabupaten Kapuas
Hulu.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui apakah ada hubungan antara usia dengan kepatuhan
minum obat hipertensi pada penderita hipertensi.
b. Mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan minum obat hipertensi pada penderita hipertensi.
12
D. Manfaat Penelitian
Bagi Akademis
Informasi ini bermanfaat untuk menambah referensi dan informasi bagi
institusi tentang bagaimana kepatuhan minum obat pasien Hipertensi di
Puskesmas Puring Kencana Kabupaten Kapuas Hulu.
Bagi Peneliti
Dapat memberikan pengetahuan baru dalam mengembangkan
kerangka pemikiran yang kritis untuk penelitian lebih lanjut terkait
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat pada pasien
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Puring Kencana Kabupaten
Kapuas Hulu.
Bagi Puskesmas
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan
masukan yang positif untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
13
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi ini ada dua golongan yaitu
hipertensi primer dan sekunder, hipertensi primer mencangkup dari
mencangkup lebih dari 90 % dari keseluruhan kasus. Kurang dari 5-6 %
klien hipertensi memiliki hipertensi sekunder; bagaimanpun juga terlepas
dari jenisnya, hipertensi merupakan akibat dari serangkaian dari faktor
faktor ginetik dan lingkungan. Faktor-faktor resiko digolongkan menjadi
yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah. Edukasi dan perubahan
gaya hidup ditujukan dan pada faktor-faktor yang dapat diubah. Faktor
yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah yaitu (Black & Hawks,
2014)
8
9
2) Obesitas
Obesitas biasanya tubuh bagian atas tubuh berbentuk (apel) dengan
meningkatnya jumlah lemak sekitar diapragma, pinggang, dan
perut, dihubungkan dengapengembangan hipertensi. Orang dengan
kelebihan berat badan tetapi mempunyai kelebihan paling banyak
di pantat, pinggul, dan paha biasanya tubuh berbentuk buah (pear)
berada lebih jauh lebih sedikit untuk pengembangan hipertensi
sekunder dari pada peningkatan berat badan saja (Black & Hwak,
2014).
3) Nutrisi
Konsumsi natrium bisa menjadi faktor yang dalam perkembangan
hipertensi esensial. Paling tidak 40% dari klien yang akirnya
terkena hipertensi akan sensitif terhadap garam mungkin menjadi
penyebab pencetus hipertensi pada individu tertentu. Diet tinggi
garam mungkin menjadi pelepasan natriuretik yang berlebihan,
yang mungkin secara langsung meningkat tekanan darah (Black &
Hwak, 2014).
4) Penyalagunaan obat /Merokok
Mengonsumsi banyak alkohol dan berapa penggunaan obat
terlarang merupakan faktor faktor hipertensi. Pada dosis tertentu
nekotin dalam rokok obat seperti kokain dapat menyebabkan
tekanan darah secara langsung, kafein juga meningkatkan tekanan
darah akut tetapi tidak menghasilkan efek berkelanjutan. Kejadian
hipertensi juga tinggi diantara orang yang minum etanol 3 ons
etanol (Black & Hwak, 2014).
5) Stres
Stres meningkatkan resistensi vaskular perifer dan curah jantung
serta menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis. Dari waktu ke
waktu hipertensi dapat berkembang.
11
Stresor bisa banyak hal, mulai dari suara, infeksi, panas, dingin,
pengerahan tenaga berkepanjangan, respon pada peristiwa
kehidupan, obesitas, usia tua, obat-obatan dan pengobatan medis
dapat memicu stres (Black & Hwak, 2014).
3. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi
primer dan hipertensi sekunder (Smeltzer dan Bare, 2002, Udjianti, 2010).
Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui
penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi merupakan hipertensi primer.
Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi
primer adalah genetic, jenis kelamin, usia, diet, berat badan, gaya hidup.
Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah karena suatu
kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan
tiroid. Dari 10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder. Faktor
pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan
kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan volume intravascular, luka bakar
dan stres (Udjianti, 2010).
Klasifikasi darah menurut JNC 7 untuk pasien dewasa umur ≥18
tahun berdasarkan rata rata pengukuran tekanan darah atau lebih atau
kunjungan klinis. Klasifikasi tekanan darah mencangkup 4 katagori
dengan nilai normal pada tekenan darah sistolik <80 mmHg. Pre hipertensi
tidak dianggap sebagai katagori dengan nilai normal pasien- pasien
tekanan darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi yang akan
datang. Ada dua tingkat stage hipertensi. Dan pada pasien hipertensi pada
katagori ini harus di terapi obat (Kemenkes RI, 2013)
12
4. Patofisiologi
Tekanan arteri sistematik adalah hasil dari perkalian cardiac output
(curah jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung)
diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut
jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf
otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam
mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri,
pengaturan volume cairan tubuh, simtem renin angiotensin dan
autoregulasi vascular (Udjianti, 2010).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di vasomotor, pada medulla di otak. Pusat vasomotor ini
bermula saraf simpatis, yang berlanjut kebawah korda spinalis dan keluar
dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang
bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Sistem saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
13
5. Manifestasi Klinis
Pemeriksaan fisik pada pasien yang menderita hipertensi tidak
dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi. Tetapi dapat
ditemukan perubahan pada retina, seperti pendarahan, eksudat (kumpulan
cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat terdapat
edema pupil (edema pada diskus optikus) (Smeltzer, S. C., & Bare, 2002).
Tahapan awal pasien kebanyakan tidak memiliki keluhan. Keadaan
simtomatik maka pasien biasanya peningkatan tekanan darah disertai
berdebar-debar, rasa melayang (dizzy) dan impoten. Hipertensi vaskuler
terasa tubuh cepat untuk merasakan capek, sesak nafas, sakit pada bagian
dada, bengkak pada kedua kaki atau perut (Nafrialdi, N., Kurniawan, T.
G., Setiawati, A., & Makmun, 2014). Gejala yang muncul sakit kepala,
pendarahan pada hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang
bisa terjadi saat orang menderita hipertensi (Irianto & Koes, 2014).
14
6. Penatalaksaan
Hipertensi dapat ditatalaksana dengan menggunakan perubahan gaya
hidup atau dengan obat-obatan. Perubahan gaya hidup dapat dilakukan
dengan membatasi asupan garam tidak melebihi seperempat sampai
setengah sendok teh atau enam gram perhari, menurunkan berat badan
yang berlebih, menghindari minuman yang mengandung kafein, berhenti
merokok, dan meminum minuman beralkohol. Penderita hipertensi
dianjurkan berolahraga, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda
selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 kali per minggu. Cukup istirahat
(6-8 jam) dan mengendalikan istirahat penting untuk penderita hipertensi.
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi
adalah sebagai berikut: (Kemenkes RI, 2013).
a. Makanan yang memiliki kadar lemak jenuh yang tinggi, seperti otak,
ginjal, paru, minyak kelapa, gajih.
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium, seperti
15
7. Komplikasi
Hipertensi faktor utama bagi penyakit jantung, gagal jantung
kohesif, stroke, gangguan penglihatan, mata, dan ginjal tekanan darah
yang tinggi dapat menyebabkan resiko komplikasi. Hipertensi yang tidak
diobati dapat menyebabkan memperpendek harapan hidup pada 10-20
tahun kedepan (Bianti, 2015).
a. Stroke merupakan target penyakit pada otak yang diakibatkan oleh
hipertensi stroke timbul perdarahan tekanan intra kranial yang
meninggi, atau disebabkan oleh embolus yang terlepas dari pembuluh
non otak yang terpajan tekakan tinggi. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik mengalamai hipertropi atau penebalan sehingga yang
dialiri darah akan berkurang (Bianti, 2015).
b. Kardiovaskuler dapat terjadi apa bila arteri koroner mengalami
arterosklerosis, atau apa bila berbentuk trombus yang menghambat
aliran darah yang memulai pembuluh darah tersebut, sehingga
miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup.
Kebutuhan oksigen didalam tubuh tidak terpenuhi dan menyebabkan
iskemia jantung (Banti, 2015).
c. Ginjal dapat terjadi karena kerusakan progesif akibat tekanan tinggi
pada kapiler- kapiler ginjal dan glomelurus. Kerusakan ginjal darah
20
terapi obat dan akibat yang mungkin jika obat tidak diguanak sesuai
intruksi
3. Tidak mengerti pasien tentang penting pasien mengikuti aturan
pengobatan yang ditetapkan.
4. Sukanya memperolah obat dari luar Puskesmas/Rumah sakit.
5. Mahalnya harga Obat.
Berlandaskan beberapa teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kepatuhan minum obat merupakan tingkat partisipasi individu
dalam mengikuti instruksi terkait resep dan larangan yang telah disepakati
bersama prescriber (dokter atau konselor) dengan tepat dan dilakukan atas
kesediaan pribadi. Gambaran ketidakpatuhan dapat dilihat berdasarkan
salah satu atau kombinasi dari beberapa situasi yang diciptakan pasien
mengacu pada ketidaksesuaiannya dengan petunjuk pengobatan.
b. Faktor Eksternal
1) Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penentuan keluarga
terhadap penderita yang sakit. Dukungan keluarga merupakan
bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan.
Penderita akan merasa senang dan tentram apabila mendapat
perhatian dan dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan
dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya Keluarga
perlu memberikan dukungan yang positif untuk melibatkan
keluarga sebagai pendukung pengobatan sehingga adanya
26
4) Motivasi
Motivasi pasien dalam menjalani pengobatan sangat
mempengaruhi pasien hipertensi dalam menjalani pengobatan,
motivasi merupakan suatu kekuatan yang mendorong seseorang
untuk berprilaku, beraktivitas dalam mencapai tujuan (Fitrina &
Harysko, 2014).
E. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan teori dan apa yang telah diuraikan maka digunakan
kerangka teori dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Penatalaksanaan Kepatuhan
Hipertensi Hipertensi minum obat
(minum obat hipertensi) Hipertensi
A. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin
diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau
menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas.
Kerangka ini didapat dari konsep ilmu/atau teori yang dipakai sebagai
landasan penelitian yang didapat pada tinjauan pustaka atau kalau bolah
dikatakan oleh peneliti merupakan ringkasan dari tinjauan pustakan yang
dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti.
2. Eksternal
a. Dukungan Keluarga
b. Dukungan Petugas
Kesehatan
c. Lingkungan
d. Motivasi
26
27
B. Jenis Penelitian
2. Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat terjangkau dan digunakan
sebagai subyek penelitian melalui teknik sampling (Nursalam 2015 )
28
n = Besarnya sampel
p = maximal estimation 50%
d = Penyimpangan atau tingkat kepercayaan sebesar 10 % (0,1)
n = 53,67
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah polpulasi
e : margin of error 5% atau 0,05
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Juni 2021
E.Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan minum pada penderita hipertensi,
meliputi usia,jenis kelamin, tingkat pendidikan terakhir, status
pekerjaan, lama menderita hipertensi.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat kepatuhan pada
penderita hipertensi dalam menjalani pengobatan di Puskemas Puring
Kencana
3. Variabel Perancu (Confounding Variable)
Dalam penelitian ini terdapat variabel perancu yaitu:
a. Adanya komplikasi Variabel perancu dalam penelitian ini adalah
adanya komplikasi hipertensi seperti penyakit jantung koroner, stroke,
gagal jantung dan penyakit ginjal (gagal ginjal). Variabel perancu ini
akan dikendalikan dengan teknik restriksi yaitu mempersempit
eligibilitas subyek potensial ke dalam sampel penelitian dengan
menggunakan kriteria (Murthi Bhisma, 2003). Subyek/sampel yang
akan dijadikan sebagai responden dipersempit atau disamakan yaitu
menjadi pasien hipertensi yang belum mengalami komplikasi
penyakit.
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap masalah adalah jawaban
sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih
harus dibuktikan kebenarannya
Akses
pelayanan
kesehatan baik
jika terdapat
pelayanan
kesehatan yang
jaraknya dekat
dari rumah
responden yaitu
≤ 2.247,5 m,
waktu yang
ditempuh dari
rumah menuju
tempat
pelayanan
kesehatan < 15
menit, tidak ada
kesulitan dalam
hal transportasi
serta mendapat
pelayanan
pemeriksaan
yang baik
6 Dukungan Keterlibatan Kuesioner 0 Dukungan ordinal
keluarga anggota rendah (jika
keluarga untuk skor < 3) 1.
memotivasi Dukungan
penderita tinggi, jika skor
hipertensi ≥ 3-5 (Azwar,
selama 2012)
melaksanakan
pengobatan.
Skor jawaban:
jumlah soal 5
1. Ya, nilai 1
2. Tidak, nilai 0
7 Dukungan Keterlibatan kuesioner 0. Peran Rendah ordinal
petugas tenaga (Jika menjawab
Kesehatan kesehatan “iya” sebanyak
(dokter, < 3 item 1.
33
tidak setuju=0.
untuk
pertanyaan
unfavourable
skornya adalah
sebaliknya.
9 Kepatuhan Ketaatan Kuesioner 1. Kepatuhan Ordinal
pengobatan responden rendah (jika
dalam skor ˂6
melakukan
2. Kepatuhan
pengobatan
sedang (jika
hipertensi
skor antara 6-7)
sesuai dengan
ketentuan yang 3. Kepatuhan
diberikan oleh tinggi
dokter.
Pengobatan (jika skor =8)
yang dimaksud (Morisky, D. &
yaitu 1. Munter, P,
Melakukan 2009)
pemeriksaan
(berupa kontrol
tekanan darah)
2. Kepatuhan
konsumsi obat
Diukur dengan
metode
Modifed
Morisky
Adherence
Scale yang
terdiri dari 8
item pertanyaan
I. Instrument Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen
kuesioner dan menggunakanalat dan bahan yang
sudah terkalibrasi yaitu spyhygmomanometer
serta stetoskop untuk mengukur tekanan darah
pasien. Kuesioner ini berisi data demografi
responden, kepatuhan minum obat serta hasil
pengukuran tekanan darah pasien hipertensi
penelitian ini untuk mendapatkan data dan hasil,
yaitu:
Variabel kepatuhan minum obat pasien hipertensi Instrumen untuk
mengukur kepatuhan minum obat pasien
hipertensi adalah kuesioner yang terdiri dari 2
bagian kuesioner, yaitu:
2. Kuesioner data demografi
a. Kuesioner data demografi dalam penelitian ini untuk mengetahui data
responden meliputi: nama, usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir,
jarak pelayanan kesehatan terdekat, dan lama menderita hipertensi.
dimana pilihan jawaban “Ya” diberi skor 1, dan jawaban “Tidak” diberi
skor 0, “Benar” diberi skor 1 dan “Salah” diberi skor 0, “Setuju” diberi
skor 1 dan “Tidak Setuju” diberi nilai 0.
3. Coding
j. Analisa data
a. Analisa Univariat
b. Analisa Bivariat
K. Etika Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Adikusuma, W., Nurul, Q., & Fita, Y. (2015). Kepatuhan Penggunaan Obat
Antihipertensi di Puskesmas Pagesangan Mataram.
Anonim. (2010). Pendekatan Komprehensif Untuk Penyakit Ginjal Dan
Hipertensi. http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2010/edisi-no-12-vol-
xxxvi%022010/267-kegiatan/485-pendekatan-komprehensif-untuk-penyakit-
ginjal%02dan-hipertensi
Ardiyantika, N. N. (2019). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PENDERITA HIPERTENSI DI
POSBINDU PTM SIDOREJO KECAMATAN GENENG KABUPATEN
NGAWI. Kesehatan Masyarakat.
Black, J., & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan.
Casey, & Benson. (2012). Panduan Harvard Medical School : Menurunkan
Tekanan Darah,. PT Bhuana Ilmu Populer.
Elvivin, dkk. (2016). Analisis Faktor Resiko Kebiasaan Mengkonsumsi Garam,
Alkohol, Kebiasaan Merokok dan Minum Kopi Terhadap Kejadian
Hipertensi Pada Nelayan Suku Bajo di Pulau Tasipi Kabupaten Muna Barat
2015. http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIMKESMAS/article/view/1273/920.
Irianto, & Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular
Panduan Klinis. Alfabeta.
Jilao Mareeya. (2017). Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Antidiabetes Oral
pada Pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas Koh-Libong Thailand. Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Maulana
Malki Ibrahim.
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS.
Kemenkes RI. (2018). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi.
Direktorat Pengendalian Peyakit Tidak Menular Subdit Pengendalian
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Mangendai, Y., Rompas, S., Hamel, R., & S. (2017). Faktor-Faktor Yang
39