KEPERAWATAN ANAK I
Disusun oleh:
TIM
i
KATA PENGANTAR
Allhamdulillahi Robbil’alamin, puja dan puji syukur kehadirat Allah swt yang
telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga Petunjuk Praktikum
Keperawatan Dasar ini dapat diselesaikan. Petunjuk Praktikum ditujukan untuk
membantu mahasiswa dalam mempraktekan dan memahami prinsip-prinsip
keperawatan.
Bagian pertama yaitu analisis dan bagian kedua yaitu analisis kuantitatif
dengan metode-metode yang digunakan. Harapan setelah menyelesaikan praktikum
ini, mahasiswa mampu memahami dan menerapkan segala aspek analisis kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan kaidahnya.
Banyak yang kita harapkan sehingga penyusun meminta sumbangan kritik dan saran
untuk diperbaiki.
Penyusun
ii
VISI MISI DAN TUJUAN PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIAH LAMONGAN
iv
PERATURAN PRAKTIKUM
A. Tata Tertib
1. Praktikan diharuskan datang 10 menit sebelum acara praktikum dimulai.
Keterlambatan hadir lebih dari waktu yang ditentukan tidak diperkenankan
mengikuti praktikum.
2. Setiap kali praktikum, praktikan mengisi daftar hadir yang sudah disediakan.
3. Selama praktikum berlangsung, praktikan harus menggunakan jas laboratorium.
Dilarang menggunakan kaos oblong dan memakai sandal.
4. Bila praktikan berhalangan hadir, harus membuat surat ijin yang sah yang
diberikan kepada dosen pembimbimg praktikum.
5. Praktikan yang 3 kali berturut-turut tidak mengikuti acara praktikum tanpa ada
keterangan maka tidak diperbolehkan mengikuti praktikum selanjutnya.
6. Sebelum praktikum dimulai, mahasiswa mengumpulkan laporan sementara
7. Setiap selesai praktikum, praktikan harus menyelesaikan laporan resmi yang
ditulis tangan dan dikumpulkan pada acara praktikum selanjutnya.
8. Laporkan kepada petugas laboratorium jika menghilangkan/merusak peralatan di
labortaorium.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
VISI, MISI DAN TUJUAN .........................................................................................iii
PERATURAN PRAKTIKUM .....................................................................................v
DAFTAR ISI.................................................................................................................vi
IDENTITAS PRAKTIKUM ........................................................................................vii
PRAKTIKUM 1 ...........................................................................................................1
1.1 Judul Praktikum .............................................................................................1
1.2 Kompetensi Utama dan Kompetensi Penunjang ...........................................1
1.3 Teori Penunjang Praktikum ...........................................................................1
1.4 Persiapan Alat ................................................................................................11
1.5 Persiapan Pasien ............................................................................................11
1.6 Persiapan Lingkungan ...................................................................................12
1.7 Prosedur Pelaksanaan ....................................................................................12
1.8 Evaluasi .........................................................................................................17
1.9 Penilaian ........................................................................................................17
1.10 Pertanyaan/ Soal tentang Praktikum...............................................................17
PRAKTIKUM 2 ...........................................................................................................18
1.1 Judul Praktikum .............................................................................................18
1.2 Kompetensi Utama dan Kompetensi Penunjang ...........................................18
1.3 Teori Penunjang Praktikum ...........................................................................18
1.4 Persiapan Alat ................................................................................................27
1.5 Persiapan Pasien ............................................................................................28
1.6 Persiapan Lingkungan ...................................................................................28
1.7 Prosedur Pelaksanaan ....................................................................................28
1.8 Evaluasi .........................................................................................................32
1.9 Penilaian ........................................................................................................32
1.10 Pertanyaan/ Soal tentang Praktikum...............................................................32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 33
vi
IDENTITAS PARKTIKUM
vii
PRAKTIKUM 1
2. Pengukuran Pertumbuhan
Parameter pertumbuhan meliputi berat badan, tinggi badan (panjang badan), ketebalan kulit,
lingkar lengan, dan lingkar kepala. Nilai untuk parameter pertumbuhan digambarkan dalam
1
grafik presentil. Secara umum anak yang tinggi dan berat badannya dibawah presentil 5 atau
lebih dari presentil 95 harus dipantau ketat, begitupula anak dengan presentil berat dan tinggi
badannya sangat berbeda atau menunjukkan kegagalan laju pertumbuhan, peningkatan atau
penurunan secara tiba-tiba
a. Tinggi badan
Tinggi badan dinyatakan sebagai pengukuran yang dilakukan ketika anak berdiri
tegak, akan lebih baik jika diukur menggunakan stadiometer. Tinggi diukur dengan cara
meminta anak dengan melepas sepatu, berdiri setegak dan setinggi mungkin, dengan
kepala pada garis tengah dan garis pandang sejajar dengan langit-langit atau lantai.
Pastikan punggung anak menempel pada dinding atau permukaan datar lain, dengan tumit,
pantat, dan bagian belakang bahu menyentuh dinding dan jika mungkin malelous medial.
b. Berat badan
Adapun prosedur penimbangan berat badan perlu diperhatikan:
• Sebelum anak ditimbang pastikan timbangan diatur pada angka 0 dan jarum timbangan
tepat berada dibagian tengah tanda
• Lakukan pengukuran dalam ruangan yang hangat dan nyaman
• Untuk anak dibawah 36 bulan usahakan ditimbang tanpa pakaian, untuk anak yang
lebih dewasa usahakan menggunakan pakaian yg tipis
• Sebagai bentuk tindakan asepsis alasi timbangan dengan kertas atau tisu
c. Lipatan kulit
Mengukur lemak tubuh, umumnya mengguanakan kaliper lange. Tempat yang paling
sering digunakan adalah lapisan lemak trisep, subskapula, suprailiaka, abdomen dan paha
atas. Perlu dilaakukan 2 kali pengulangan pengukuran pada tempat yg sama untuk
mencapai tingkat akurasi
d. Lingkar lengan
Pengukuran lingkar lengan bertujuan untuk mengetahui massa otot yang umumnya diukur
menggunakan meteran LILA. Letakkan meteran LILA secara vertikal sepanjang bagian
posterior lengan atas ke prosesus akromial dan ke prosesus olekranon, setengah dari
panjang panjang hasil pengukuran adalah titik tengahnya
e. Lingkar kepala
2
Secara umum lingkar kepala anak sama dengan lingkar dada anak pada usia 1 sampai 2
tahun, baru selama masa kanak-kanak lingkar dada melebihi ukuran kepala sekitar 5-7 cm.
Indikasi pengukuran lingkar kepala anak yaitu sampai usia 36 bulan atau pada anak yang
memiliki masalah pada ukuran kepalanya. Ukur lingkar kepala pada lingkaran terbesarnya
biasanya sedikit diatas alis dan daun telinga serta mengelilingi prominen oksipetal.
Dianjurkan untuk melakukan pengulangan pengukuran sebanyak 2 kali untuk mencapai
tingkat akurasi.
3. Pengukuran Fisiologis
Pengukuran fisiologis bertujuan untuk mengevaluasi status fisik fungsi vital.
Pengukuran fisiologis mencakup pemeriksaan tekanan darah, suhu, nadi dan pernapasan.
Pengukuran fisiologis umumnya menggunakan alat-alat medis yang beresiko dapat membuat
anak merasa takut, cemas dan tidak kooperatif pada tenaga kesehatan, oleh karena itu perlu
untuk mempertahankan prinsip atraumatik dalam melakukan pemeriksaan fisiologis.
Untuk mendapatkan hasil terbaik dan mencegah anak cemas dalam pengukuran
fisiologis, perawat dapat melakukan perhitungan pernapasan terlebih dahulu, karena
mengukur frekuensi napas dapat dilakukan tanpa alat medis, sekaligus memberi kesempatan
perawat untuk melakukan pendekatan dengan anak. Hal selanjutnya yang dapat dilakukan
adalah menhitung frekuensi denyut nadi dan terakhir mengukur suhu. Jika TTV tidak dapat
diobservasi catat perilaku anak selama pengukuran.
a. Pengukuran pernapasan
Hitung frekuensi pernapasan seperti pasien dewasa dengan cara mengbservasi pergerakan
dada atau abdomen.
b. Pengukuran nadi
Nadi yang teraba kuat dapat diukur pada area radialis pada anak yang berusia lebih dari 2
tahun. Jika menggunakan denyut apikal gunakan perhitungan yg lebih pendek misalnya
interval 15 atau 30 detik
c. Pengukuran suhu
Pengukuran suhu anak dapat dilakukan ketika terasa hangat saat diraba atau dengan tanda
lain yaitu: kemerahan kulit, peningkatan pernapasan dan nadi, malaise, dan pandangan
berkaca-kaca. Pengukuran suhu dapat diukur pada beberapa tempat tubuh yaitu rute oral,
3
rektal, aksila, kulit dan membran timpani. Keakuratan instrumen akan berkurang jika
teknik yang benar tidak digunakan. Tidak ada kesepakatan universal tentang lamanya
waktu termometer raksa harus diletakkan. Direkomendasikan 7 menit untuk pembacaan
oral, 5 menit untuk aksila dan 4 menit untuk rectal.
• Suhu Oral
Letakkan termometer dibawah lidah disebelah kanan atau kiri bagian posterior kantong
sublingual, jangan bagian depan lidah, minta anak menutup mulutnya tanpa menggigit.
• Suhu aksila
Letakkan termometer dibawah lengan dengan bagian ujungnya berada ditengah aksila, jaga
agar menempel pada kulit bukan pada pakaian, pegang lengan anak agar tetap tertutup.
• Suhu rektal
Letakkan ujung termometer yang telah diberi pelumas tidak lebih dari 2,5 cm ke dalam
rektum, pertahankan termometer , tempatkan anak posisi miring kiri, telungkup atau
terlentang (dengan kaki flkeksi ke abdomen), tutup area penis karena merangsang reflek
urinasi.
• Sensor timpani
Masukkan ujung probe termometer perlahan kedalam saluran telinga, mengarah ke
pertengahan antara alis dan mata, luruskan saluran telinga agar sensor benar-benar
mengukur panas dari gendang telinga.
5. Pemeriksaan Kulit
Kaji warnanya, tekstur, suhu, kelembaban dan turgornya. Secara normal tekstur kulit anak
yang masih kecil sangat halus, agak kering, tidak berminyak atau lembab. Evaluasi suhu kulit
dengan merasakan setiap bagian tubuh secara simetris dan membandingkan bagian tubuh atas
4
dengan bagian bawah. Inspeksi warna, bentuk tekstur dan kualitas kuku, normalnya kuku
berwarna merah muda, konveks, halus, dan keras tetapi fleksibel
a. Sianosis: Warna kebiruan pada kulit, menandakan penuruna hemoglobin
b. Pucat: Warna pucat mungkin menandakan anemia, penyakit kronis, edema atau syok
c. Eritema: Kemerahan dapat terjadi akibat peningkatan aliran darah oleh kondisi yang
berhubungan dengan iklim, inflamasi lokal, infeksi, iritasi kulit, alergi atau
peningkatan jumlah sek darah merah sebagai respon kompensasi sebuah hipoksia
d. Ekimosis: Warna hitam atau biru yang luas dan difus biasanya disebabkan oleh
perdarahan bawah kulit, atau ciri khas dari cedera
e. Petekie: Seperti ekimosis hanya ukurannya adalah kecil (kurang dari 2 mm)
f. Ikterus: Warna kuning yang muncul akibat pigmen empedu
8. Pemeriksaan Mata
1) Inspeksi struktur eksterna, warna dan kejernihan iris, warna mata permanen muncul
diusia 6-12 bulan
2) Inspeksi struktur interna menggunakan optalmoskop memperlihatkan visualisasi dalam
bola mata dengan sistem cahaya dan lensa dengan intensitas tinggi
3) Uji penglihatan
a) Untuk mendeteksi strabismus (Ketidaksegarisan mata)
5
b) Secara normal anak berusia 3-4 bulan mampu memusatkan pola satu lapang
penglihatan dengan kedua mata secara simultan (binokularitas)
c) Uji yg umum digunakan adalah uji refleks cahaya kornea dan uji tutup mata
4) Uji ketajaman umumnya menggunakan tes snellen chart namun untuk anak yg belum
bisa membaca bisa menggunakan uji E terbalik. Jika uji ketajaman sulit dilakukan dapat
diuji melalui persepsi cahaya. Pada anak yg cukup besar dan kooperatif perkirakan untuk
melihat penglihatan perifer. Periksa penglihatan warna, umumnya dua tipe gangguan
persepsi warna berupa Protanomali dan Deuteranomali
9. Pemeriksaan Telinga
1) Inspeksi struktur eksterna, kesimetrisan daun telinga (pina), permukaan kulit telinga,
identifikasi jika terdapat lubang kecil, tonjolan kulit, atau fistula, hygine telinga
2) Inspeksi struktur interna menggunakan otoskop, terdiri atas spekulum, cahaya dan kaca
pembesar untuk melihat membran timpani. Pada saat pemeriksaan posisikan anak dengan
tepat dan restrein jika diperlukan. Normalnya dinding saluran berwarna merah muda,
membran timpani setengah transparan, terang seperti mutiara berwarna merah muda atau
abu-abu. Catat jika ada benda asing, iritasi atau infeksi
3) Uji pendengaran menggunakan umumnya menggunakan pemeriksaan audiometri
6
pembengkakan, keluaran, kekeringan atau perdarahan. Inspeksi septum apakah ada
deviasi terutama yg menyebabkan sumbatan
7
Pergerakan dinding dada simetris bilateral dan terkoordinasi dengan pernapasan
Permukaan kulit dada, posisi putting dan perkembangan payudara anak yang
mencapai kematangan seksual
2) Pemeriksaan Paru
Observasi pergerakan napas, catat jumlah (per menit),
Suara Napas Terdengar pada seluruh
ritme/ irama, kedalaman, kualitas (otomatis, tanpa usaha, Vesikular permukaan paru, kecuali
area intraskapular
sulit, dengan usaha) bagian atas dan area
bawah manubrium,
Suara napas paling baik didengar saat anak menarik inspirasi terdengar lebih
napas keras daripada ekspirasi
8
Ukur peristaltik usus, bunyi terdengar seperti logam yg beradu atau seperti orang
berkumur, catat frekuensinya per menit, normalnya 5-12x menit untuk anak yg lebih
besar
c) Palpasi
Palpasi superfisial (permukaan), catat adanya nyeri, tonus otot, dan lesi superfisial atau
kista. Palpasi dalam untuk melakukan palpasi organ dan pembuluh darah besar untuk
mendeteksi massa serta nyeri tekan yg tidak ditemukan pada saat palpasi superfisial.
Mulailah dari kuadran bawah dan terus keatas untuk menghindari tidak terpalpasinya
bagian tepi hati (1-2 cm dibawah tepi iga kanan) atau limpa yg membesar. Palpasi nadi
femoralis pastikan denyut kedua nadi sama dan kuat
9
Catat permukaan warna vuva dan labia normalnya berwarna merah muda dan
lembab, adanya atrofi, kista atau lesi menular
2. Pemeriksaan anus
Periksa kepadatan umum gluteal dan kesimetrisan lipatan gluteal
Kaji tonus sfingter anal dengan merangsang reflkeks anal eksterna
c) Otot
Lokasi untuk memeriksa tonus otot umumnya yaitu otot bisep lengan, kaji reflek bisep dan
trisep, Perhatikan kesimetrisan dan kualitas perkembangan otot, tonus dan kekuatan otot.
10
Perkirakan tonus dengan menggenggam otot dan merasakan kekuatannya ketika otot
relaksasi dan kontraksi
d) Sendi
Palpasi sendiapakah ada rasa panas, nyeri tekan dan pembengkakan
Amati pergerakan anak secara tidak langsung elama pemeriksaan untuk mengetahui
rentang gerak
11
21. Oftalmoskop
22. Bengkok
23. Format pengkajian
12
Observasi pergerakan dada/ abdomen, hitung selama 1 menit (RR: 20-40x permenit)
5. Lakukan pengukuran antropometri
a) Ukur berat badan
- Pastikan skala timbangan berada pada angka 0
- Alasi timbangan dengan kertas tisue
- Pastikan anak ditimbang dalam kondisi tanpa pakaian (anak berusia dibawah 36
bulan), selimut atau jaket yang tebal
- Letakkan anak diatas timbangan dan lihat skala angkanya
b) Ukur tinggi badan
- Posisikan anak berdiri pada stadiometer
- Minta anak dengan melepas sepatu, berdiri setegak dan setinggi mungkin, dengan
kepala pada garis tengah dan garis pandang sejajar dengan langit-langit atau
lantai, pastikan punggung anak menempel pada dinding
- Lihat skala angkanya
c) Lingkar kepala
- Letakkan metline diatas pinna (telinga) melingkari oksipital kranium, lihat skala
angkanya (untuk anak dibawah 36 bulan)
d) Lingkar dada
- Hitung keliling dada melalui garis puting saat ekspirasi-inspirasi diambil rata-rata
e) Lingkar lengan
- Letakkan meteran lila/ metline secara vertikal sepanjang bagian posterior lengan
atas ke prosesus akromial dan ke prosesus olekranon dan hitung panjangnya
- Gunakan setengah dari panjang panjang hasil pengukuran sebagai titik tengah
- Lingkarkan meteran lila/ metline di titik tengah yang sudah ditentukan dan lihat
skala angkanya
6. Lakukan pemeriksaan pada kulit (warna, tekstur, temperatur, kelembaban, turgor,
pigmentasi, adanya, lesi primer/sekunder, papula, nodul, vesikel, tumor, bula, pustule,
ulkus,fisura, krusta, ptekie maupun ekimosis)
7. Lakukan pemeriksaan pada kuku : Amati warna, bentuk tekstur dan kualitas kuku,
normalnya kuku berwarna merah muda, konveks, halus, keras tetapi fleksibel, periksa
CRT dan adanya clubbing fingers
13
8. Lakukan pemeriksaan kepala
a) Rambut: Amati distribusi rambut, warna rambut, tekstur rambut dan elastisitas dan
kualitasnya
b) Kepala:
- Amati dan raba bentuk kepala (ukuran dan kesimetrisan, catat adanya
makrosefali/ mikrosefali, anasefali, ensefalokel, caput succedenum, chepal
hematoma, perdarahan dan fraktur)
- Palpasi tulang tengkorak menggunakan jari tangan untuk mengkaji fontanel
anterior (menutup pada usia 18 bulan) dan fontanel posterior (menutup pada usia
2-6 bulan)
c) Wajah:
- Kaji kesimetrisan, bentuk wajah, ekspresi muka, lipatan nasolabial
- Tes nervus 7 (fasialis) dengan cara menyentuhkan air dingin atau hangat dan
mengernyitkan dahi
- Tes nervus 5 (trigeminus) dengan cara menyentuhkan kapas pada daerah wajah
dan mengunyah
- Palpasi area alis untuk mengkaji adanya nyeri
9. Lakukan pemeriksaan mata menggunakan optalmoskop
a) Inspeksi kesimetrisan, penempatan kelopak tepat pada mata, fisura palpebra,
konjungtiva palpebra (normalnya konjungtiva berwarna merah muda dan mengkilap)
b) Inspeksi lubang lakrimal, catat pengeluaran air mata berlebihan, inflamasi atau
keluaran
c) Inspeksi sclera (normalnya berwarna putih dan jernih)
d) Inspeksi kornea (normalnya harus jernih dan transparan)
e) Bandingkan ukuran, bentuk pergerakan pupil dan reflek cahaya, kedua pupil
normalnya bundar, jernih dan sama
f) Kaji nervus II (optikus) melalui tes ketajaman mata menggunakan snellen chart
g) Kaji nervus III (okulomotorius) menggunakan penlight yang diarahkan ke arah pupil
dari samping
h) Kaji nervus IV (troclearis) dengan cara anjurkan anak untuk melihat objek ke atas
dan ke bawah
14
i) Kaji nervusVI (abdusen) dengan cara anjurkan anak untuk melihat objek ke kanan
dan ke kiri
j) Kaji nervus V (trigeminus) dengan cara anjurkan anak menutup salah satu mata yang
tidak diperiksa kemudian minta anak melihat kearah mata yang tidak diperiksa,
sentuhkan kapas yang dipilin ke ujung kornea, normalnya akan ada refleks berkedip
10. Lakukan pemeriksaan hidung
a) Amati kesimetrisan hidung, jembatan hidung, cuping hidung
b) Amati mukosa lubang hidung menggunakan spekulum hidung (amati pembuluh
darah, catat jika terdapat perdarahan, mukosa, sekret, polip atau deviasi septum)
c) Periksa nervus I (olfaktorius) dengan cara anjurkan anak menutup satu lubang
hidung, kemudian lubang yang lain diberi aroma tertentu
11. Lakukan pemeriksaan mulut
a) Amati area bibir yaitu warna, kesimetrisan, kelembaban bibir, catata jika terdapat
pembengkakan, lesi, fisura atau labio schizis
b) Amati area dalam mulut, gusi, palatum, ovula dan tonsil, catat jika terdapat
perdarahan maupun pembengkakan
c) Amati gigi anak, termasuk jumlahnya, kebersihan, catat jika terdapat karies gigi atau
gigi yang tanggal
d) Kaji nervus X (vagus) dengan cara tekan lidah anak menggunakan tongue spatel dan
anjurkan anah mengatakan “ah” normalnya ovula akan terangkat
e) Kaji nervus VII (facialis) dengan cara tetesi bagian 2/3 bagian lidah dengan rasa asin,
manis dan pahit dan 1/3 bagian lidah untuk mengkaji nervus IX (glosofaringeal)
f) Kaji nervus XII (hipoglosus) dengan cara anjurkan anak untuk menjulurkan lidah dan
menggerakkannya ke kanan/ kiri
12. Lakukan pemeriksaan telinga
a) Amati kesimetrisan telinga dan daun telinga (pina) dan permukaan kulit telinga,
identifikasi jika terdapat lubang kecil, tonjolan kulit, atau fistula
b) Tarik canalis auditorius ke bawah dan belakang untuk melihat apakah terdapat
serumen, cairan atau benda asing
c) Kaji nervus VIII (vestibulococlearis) melalui tes bisik atau tes rinne/ weber
13. Lakukan pemeriksaan leher
15
a) Amati pergerakan leher, lipatan leher umumnya 2-3 kali lebih pendek dari orang
dewasa
b) Palpasi leher untuk meraba arteri karotis dan kelenjar tiroid
c) Mengukur tekanan vena jugularis dengan cara posisikan anak 450C, perhatikan
adanya pembesaran vena, taruh mistar secara vertikal di angulus sternalis (±5 cm
diatas atrium kanan), kemudian hubungkan dengan garis imajiner/ mistar di akhir
pembesaran vena secara tegak lurus dengan mistar yang di angulus sternalis, ukur
tingginya
d) Kaji nervus XI (asesorius) dengan cara anjurkan anak untuk memalingkan kepala ke
kanan dan ke kiri sementara pemeriksa memberi tahanan dan meraba otot
sternokleidomastoideus, atau mengangkat bahu
14. Lakukan pemeriksaan dada, jantung dan paru
a) Inspeksi: bentuk dada, kesimetrisan (diameter antero-posterior dan tranversal),
pergerakan dada, adanya retraksi sternal, tonjolan proxesus xifoideus
b) Palpasi: identifikasi adanya fraktur atau nyeri
c) Auskultasi menggunakan stetoskop untuk menilai suara bronkial pada percabangan
bronkus (ICS 4/5) saat inspirasi, suara napas, katup jantung
d) Perkusi: paru dan batas jantung
15. Lakukan pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi: bentuk abdomen, warna kulit dan umbilikus, catat adanya distensi
abdomen, pembengkakan, atau perdarahan
b) Auskultasi: bising usus
c) Palpasi: organ hepar (teraba 1-2 cm dibawah batas kosta kanan) dan organ limpa
(teraba 1 cm dibawah batas kosta kiri)
d) Perkusi: hepar dan lambung
16. Lakukan pemeriksaan punggung, pelvis dan ekstremitas
a) Amati dan raba sepanjang tulang belakang untuk mencari ada tidaknya kelainan
seperti skoliosis, lordosis atau kifosis
b) Inpeksi bentuk ekstremitas dan pergerakan ekstremitas (catat adanya kelemahan,
kelainan jari, waddling gait)
16
c) Lakukan thomas test untuk mengetahui ada atau tidaknya kontraktur fleksi pada hip
dengan cara tekuk lutut kanan rapatkan ke dada, catat jika terdapat nyeri dan kaki kiri
ikut terangkat
d) Kaji pattela reflex
e) Kaji kesimetrisan pelvis dengan tes trendelenberg yaitu minta anak untuk
mengangkat satu kaki, amati pelvis kiri dan kanan
17. Lakukan pemeriksaan genitalia
a) Inspeksi : pada genetalia perempuan (labio minora, labio mayora, lubang uretra dan
lubang vagina), pada genetalia laki-laki (penis, uretra dan skrotum), catat adanya
hispospadia atau epispadia, fimosis, atrofi, kista maupun lesi menular
b) Palpasi: testis dalam skrotum, catat adanya herniasi
18. Lakukan pemeriksaan anus dan rektum
a) Inspeksi: lubang anus, rektum, amati kebersihan dan warna area sekitar anus, catat
jika terdapat varises atau lesi
b) Palpasi: tonus sfingter
1.8 Evaluasi
Membuat pengukuran yang akurat, terperinci dan objektif dilengkapi dengan
dokumentasi yang sistematis
1.9 Penilaian
Metode penilaian dilakukan melalui ujian praktikum laboratorium dengan kelompok-
kelompok kecil sesuai jadwal
a) Ketepatan persiapan alat (10%)
b) Ketepatan persiapan pasien (10%)
c) Ketepatan persiapan lingkungan (10%)
d) Prosedur pelaksanaan sesuai standar operasional prosedur (70%)
17
b) Apa saja persiapan pasien yang harus dipersiapkan untuk pemeriksaan fisik pada
anak?
c) Apa saja persiapan lingkungan yang harus dipersiapkan untuk pemeriksaan fisik pada
anak?
d) Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik pada anak sesuai SOP?
PRAKTIKUM 2
18
2. Pengukuran Pertumbuhan
Parameter pertumbuhan meliputi berat badan, tinggi badan (panjang badan), ketebalan kulit,
lingkar lengan, dan lingkar kepala. Nilai untuk parameter pertumbuhan digambarkan dalam
grafik presentil. Secara umum bayi yang tinggi dan berat badannya dibawah presentil 5 atau
lebih dari presentil 95 harus dipantau ketat, begitupula bayi dengan presentil berat dan tinggi
badannya sangat berbeda atau menunjukkan kegagalan laju pertumbuhan, peningkatan atau
penurunan secara tiba-tiba.
1) Panjang badan
Istilah panjang dinyatakan sebagai pengukuran yang dilakukan ketika bayi terlentang/
panjang saat bayi berbaring (sampai bayi berusia 24 bln). Normalnya bayi posisi normal
fleksi maka perlu ekstensikan tubuh dengan cara:
a) Pegang kepala bayi pada garis tengahnya
b) Pengang kedua lutut dengan lembut
c) Tekan lutut kebawah sampai kaki benar-benar ekstensi dan rata dengan meja
d) Jika menggunakan papan pengukur pastikan batas garis menyentuh kepala dan tumit
2) Berat badan
Berat badan diukur menggunakan skala timbangan yg sesuai yaitu 10-15 kg untuk bayi.
Adapun prosedur penimbangan berat badan perlu diperhatikan:
• Sebelum bayi ditimbang pastikan timbangan diatur pada angka 0 dan jarum timbangan
tepat berada dibagian tengah tanda
• Untuk bayi dibawah 36 bulan usahakan ditimbang tanpa pakaian, untuk bayi yang
lebih dewasa usahakan menggunakan pakaian yg tipis
• Sebagai bentuk tindakan asepsis alasi timbangan dengan kertas atau tisu
3) Lipatan kulit
19
Mengukur lemak tubuh, umumnya menggubayian kaliper lange. Tempat yang paling
sering digunakan adalah lapisan lemak trisep, subskapula, suprailiaka, abdomen dan paha
atas. Perlu dilaakukan 2 kali pengulangan pengukuran pada tempat yg sama untuk
mencapai tingkat akurasi
4) Lingkar lengan
Pengukuran lingkar lengan bertujuan untuk mengetahui massa otot yang umumnya diukur
menggunakan meteran LILA. Letakkan meteran LILA secara vertikal sepanjang bagian
posterior lengan atas ke prosesus akromial dan ke prosesus olekranon, setengah dari
panjang panjang hasil pengukuran adalah titik tengahnya
5) Lingkar kepala
Secara umum lingkar kepala bayi sama dengan lingkar dada bayi pada usia 1 sampai 2
tahun, baru selama masa kbayi-kbayi lingkar dada melebihi ukuran kepala sekitar 5-7 cm.
Indikasi pengukuran lingkar kepala bayi yaitu sampai usia 36 bulan atau pada bayi yang
memiliki masalah pada ukuran kepalanya. Ukur lingkar kepala pada lingkaran terbesarnya
biasanya sedikit diatas alis dan daun telinga serta mengelilingi prominen oksipetal.
Dianjurkan untuk melakukan pengulangan pengukuran sebanyak 2 kali untuk mencapai
tingkat akurasi
3. Pengukuran Fisiologis
Pengukuran fisiologis bertujuan untuk mengevaluasi status fisik fungsi vital.
Pengukuran fisiologis mencakup pemeriksaan tekanan darah, suhu, nadi dan pernapasan.
a) Pengukuran pernapasan
Hitung frekuensi pernapasan selama 1 menit penuh karena pergerakan nafas bayi tidak
teratur
b) Pengukuran nadi
Denyut apikal yg diperiksa melalui stetoskop efektif digunakan untuk bayi. Hitung nadi
selama 1 menit penuh pada bayi karena kemungkinan adanya ketidakteraturan irama
jantung. Jika menggunakan denyut apikal gunakan perhitungan yg lebih pendek misalnya
interval 15 atau 30 detik
c) Pengukuran suhu
20
Pengukuran suhu bayi atau bayi dapat dilakukan ketika terasa hangat saat diraba atau
dengan tanda lain yaitu: kemerahan kulit, peningkatan pernapasan dan nadi, malaise, dan
pandangan berkaca-kaca. Pengukuran suhu dapat diukur pada beberapa tempat tubuh yaitu
rute oral, rektal, aksila, kulit dan membran timpani. Keakuratan instrumen akan berkurang
jika teknik yang benar tidak digunakan. Tidak ada kesepakatan universal tentang lamanya
waktu termometer raksa harus diletakkan. Direkomendasikan 7 menit untuk pembacaan
oral, 5 menit untuk aksila dan 4 menit untuk rectal.
• Suhu Oral
Letakkan termometer dibawah lidah disebelah kanan atau kiri bagian posterior kantong
sublingual, jangan bagian depan lidah, minta bayi menutup mulutnya tanpa menggigit.
• Suhu aksila
Letakkan termometer dibawah lengan dengan bagian ujungnya berada ditengah aksila,
jaga agar menempel pada kulit bukan pada pakaian, pegang lengan bayi agar tetap
tertutup.
• Suhu rektal
Letakkan ujung termometer yang telah diberi pelumas tidak lebih dari 2,5 cm ke dalam
rektum, pertahankan termometer, tempatkan bayi posisi miring kiri, telungkup atau
terlentang (dengan kaki flkeksi ke abdomen), tutup area penis karena merangsang reflek
urinasi.
• Sensor timpani
Masukkan ujung probe termometer perlahan kedalam saluran telinga, mengarah ke
pertengahan antara alis dan mata, luruskan saluran telinga agar sensor benar-benar
mengukur panas dari gendang telinga.
21
5. Pemeriksaan Kulit
Kaji warnanya, tekstur, suhu, kelembaban dan turgornya. Secara normal tekstur kulit bayi
yang masih kecil sangat halus, agak kering, tidak berminyak atau lembab. Inspeksi warna,
bentuk tekstur dan kualitas kuku, normalnya kuku berwarna merah muda, konveks, halus, dan
keras tetapi fleksibel, pada bayi tampak bulu halus (lanugo)
a) Sianosis: Warna kebiruan pada kulit, menandakan penuruna hemoglobin
b) Pucat: Warna pucat mungkin menandakan anemia, penyakit kronis, edema atau syok
c) Eritema: Kemerahan dapat terjadi akibat peningkatan aliran darah oleh kondisi yang
berhubungan dengan iklim, inflamasi lokal, infeksi, iritasi kulit, alergi atau peningkatan
jumlah sek darah merah sebagai respon kompensasi sebuah hipoksia
d) Ekimosis: Warna hitam atau biru yang luas dan difus biasanya disebabkan oleh
perdarahan bawah kulit, atau ciri khas dari cedera
e) Petekie: Seperti ekimosis hanya ukurannya adalah kecil (kurang dari 2 mm)
f) Ikterus: Warna kuning yang muncul akibat pigmen empedu
22
kehidupan dan ubun-ubun kecil menyatu antara usia 12-18 bulan. Ukuran frontela anterior
pada bayi berbentuk berlian 2,5-4 cm, ukuran Frontela posterior pada bayi berbentuk segitiga
0,5-1 cm
8. Pemeriksaan Mata
Inspeksi struktur eksterna, normalnya konjungtiva berwarna merah muda dan mengkilap,
sklera normalnya berwarna putih dan jernih, kornea, normalnya harus jernih dan
transparan. Bandingkan ukuran, bentuk dan pergerakan pupil, kedua pupil harus bundar,
jernih dan sama
Inspeksi struktur interna menggunakan optalmoskop memperlihatkan visualisasi dalam
bola mata dengan sistem cahaya dan lensa dengan intensitas tinggi
Uji penglihatan, secara normal bayi berusia 3-4 bulan mampu memusatkan pola satu
lapang penglihatan dengan kedua mata secara simultan (binokularitas)
Uji ketajaman dapat dilakukan dapat diuji melalui persepsi cahaya
9. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi struktur eksterna, kesimetrisan daun telinga (pina), permukaan kulit telinga,
identifikasi jika terdapat lubang kecil, tonjolan kulit, atau fistula, hygine telinga
Inspeksi struktur interna menggunakan otoskop, terdiri atas spekulum, cahaya dan
kaca pembesar untuk melihat membran timpani, dinding saluran, warna membran
timpani. Normalnya dinding saluran berwarna merah muda, membran timpani
setengah transparan, terang seperti mutiara berwarna merah muda atau abu-abu. Catat
adanya benda asing, iritasi atau infeksi
Uji pendengaran menggunakan tes kejut bagi neonatus
23
11. Pemeriksaan Mulut Dan Tengggorokan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan mulut dan tenggorokan:
1) Inspeksi bibir bayi, normalnya bibir lembab, lunak, halus dan berwarna merah muda
2) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan atau tanpa spatel lidah
3) Lihat bagian tonsil, ovula dan orofaring
4) Akan lebih baik jika lakukan pemeriksaan ini di bagian akhir pemeriksaan fisik (bersama
pemeriksaan telinga atau pada saat bayi menangis)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan mulut dan tenggorokan struktur
interna meliputi membran mukosa (bibir, pipi, bawah lidah, palatum dan belakang
faring). Periksa gusi, normalnya berwarna merah muda, lidah, ukuran dan mobilisasinya.
Inspeksi langit-langit, pastikan kedua palatum utuh. Catat adanya bercak putih, ulserasi,
perdarahan dan kelembaban.
24
Saat pemeriksaan jantung kaji juga waktu pengisian kapiler dengan cara menekan kulit
dengan lembut daerah dahi atau perifer sampai pucat kemudian lepaskan untuk
mengetahui waktu pengisian kapiler
25
Pemeriksaan genetalia perempuan inspeksi dan palpasi struktur eksterna, inspeksi
struktur vulva,distribusi rambut, lokasi klitoris, labia mayora, labia minora, meatus uretra,
catat permukaan warna vuva dan labia normalnya berwarna merah muda dan lembab,
adanya atrofi, kista atau lesi menular
b) Ekstremitas
Inspeksi kesimetrisan panjang dan ukuran ektremitas
Hitung jumlah jari (catat adanya polidaktili atau
sindaktili)
Inspeksi suhu dan warna, normalnya suhu hampir
sama tiap ekstremitas
Kaji bentuk tulang (catat adanya bentuk Bowleg atau
Genu Varum (Knock-knee), pigeon toe
Observasi Refleks plantar dan tanda babinski
c) Otot
Perhatikan kesimetrisan dan kualitas perkembangan otot, tonus dan kekuatan otot
Perkirakan tonus dengan menggenggam otot dan merasakan kekuatannya ketika otot
relaksasi dan kontraksi
Lokasi untuk memeriksa tonus otot umumnya yaitu otot bisep lengan, kaji reflek
bisep dan trisep
d) Sendi
Palpasi sendiapakah ada rasa panas, nyeri tekan dan pembengkakan
26
Amati pergerakan bayi secara tidak langsung selama pemeriksaan untuk mengetahui
rentang gerak
17. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
Berikut ini merupakan reflex yang umumnya dapat ditemui pada bayi:
• Kepala: Mampu mempertahankan kepala satu garis horisontal ketika digendong/
tengkurap
• Mata: Refleks pupil dan refleks mengedip
• Telinga: Reflek kejut
• Mulut dan tenggorokan: Reflek menghisap kuat dan terkoordinasi, reflek rooting, gag,
ekstrusi
• Leher: Reflek leher tonik, mampu menoleh kesamping ketika tengkurap
• Punggung dan rectum: Reflek anal, reflek inkurvasi (galant) batang tubuh
• Ekstremitas: Ektremitas biasanya mempertahankan derajat fleksi, reflek babinski dan
plantar
2.4 Persiapan Alat
1. Handscoon
2. Metline
3. Air dingin/ hangat
4. Kapas
5. Penlight
6. Spekulum hidung
7. Tongue spatel
8. Hammer reflect
9. Lidi kapas
10. Tissue
11. Selimut/ pakaian bayi
12. Lubrikan/gel
13. Timbangan BB (bayi)
14. Alat pengukur panjang badan
15. Stetoskop
16. Sfigmomanometer
27
17. Manset anak
18. Termometer
19. Otoskop
20. Oftalmoskop
21. Bengkok
22. Format pengkajian
28
b) Nadi: Letakkan stetoskop pada bagian apeks, hitung selama 1 menit (newborn: nadi
apikal 120-140 denyut/menit)
c) Respiratory rate (RR): Observasi pergerakan dada/ abdomen, hitung selama 1 menit
(newborn: 30-60 kali permenit)
6. Lakukan pengukuran antropometri
a) Ukur berat badan
- Pastikan skala timbangan berada pada angka 0
- Alasi timbangan dengan kertas tisue
- Pastikan bayi ditimbang dalam kondisi tanpa pakaian atau selimut yang tebal
- Letakkan bayi diatas timbangan dan lihat skalanya (newborn: 2500-4000 gr)
b) Ukur tinggi badan
- Posisikan bayi supine atau recumben
- Pegang kepala bayi pada garis tengahnya
- Pengang kedua lutut dengan lembut
- Tekan lutut kebawah sampai kaki benar-benar ekstensi dan rata dengan meja
- Jika menggunakan papan pengukur pastikan batas garis menyentuh kepala dan
tumit
- Lihat skala angkanya (newborn: 48-53 cm)
c) Lingkar kepala
- Letakkan metline diatas pinna (telinga) melingkari oksipital kranium, lihat skala
angkanya (newborn: 33-35 cm)
d) Lingkar dada
- Hitung keliling dada melalui garis puting saat ekspirasi-inspirasi diambil rata-
rata
e) Lingkar lengan
- Letakkan meteran lila/ metline secara vertikal sepanjang bagian posterior lengan
atas ke prosesus akromial dan ke prosesus olekranon dan hitung panjangnya
- Gunakan setengah dari panjang panjang hasil pengukuran sebagai titik tengah
- Lingkarkan meteran lila/ metline di titik tengah yang sudah ditentukan dan lihat
skala angkanya
29
7. Lakukan pemeriksaan pada kulit bayi (warna, tekstur, temperatur, kelembaban, turgor,
pigmentasi, adanya lanugo, verniks, lesi atau edema)
8. Lakukan pemeriksaan kuku : Amati warna, bentuk tekstur dan kualitas kuku, normalnya
kuku berwarna merah muda, konveks, halus, keras tetapi fleksibel, periksa CRT dan
adanya clubbing fingers
9. Lakukan pemeriksaan kepala
a) Rambut: Amati distribusi rambut, warna rambut, tekstur rambut dan elastisitas dan
kualitasnya
b) Tengkorak kepala:
- Amati dan raba bentuk kepala (ukuran dan kesimetrisan, catat adanya moulage,
caput succadenum atau chepal hematoma, perdarahan, ensefalokel, fraktur)
- Palpasi tulang tengkorak menggunakan jari tangan untuk mengetahui kepatenan
sutura dan fontanel (ubun-ubun)
10. Lakukan pemeriksaan mata
a) Inspeksi penempatan kelopak tepat pada mata, fisura palpebra, konjungtiva palpebra
(normalnya konjungtiva berwarna merah muda dan mengkilap)
b) Inspeksi lubang lakrimal, catat pengeluaran air mata berlebihan, inflamasi atau
keluaran
c) Inspeksi sclera (normalnya berwarna putih dan jernih)
d) Inspeksi kornea (normalnya harus jernih dan transparan)
e) Bandingkan ukuran, bentuk pergerakan pupil dan reflek cahaya, kedua pupil
normalnya bundar, jernih dan sama
f) Amati dan catat adanya: strabismus, kebutaan, epichantus, glaukoma kongenital,
katarak kongenital
11. Lakukan pemeriksaan hidung
a) Amati pola pernapasan bayi (amati adanya pernapasan melalui mulut atau
pergerakan cuping hidung)
b) Amati mukosa lubang hidung (catat adanya sekret mukopurulen atau darah)
12. Lakukan pemeriksaan mulut
a) Amati warna, kelembaban bibir dan kondisi gusi (catat adanya bercak pada mukosa
mulut / palatum atau adanya kista pada mukosa mulut)
30
b) Kaji kemampuan rooting reflex
c) Kaji kemampuan refleks menghisap (sucking reflex) dan extrusi reflex dengan
memasukkan jari kelingking menggunakan sarung tangan ke dalam mulut bayi
diatas lidah
d) Raba palatum keras dan lunak, catat apabila ada lubang (labiopalato shizis)
13. Lakukan pemeriksaan telinga
a) Amati kesimetrisan daun telinga (pina) dan permukaan kulit telinga, identifikasi
jika terdapat lubang kecil, tonjolan kulit, atau fistula
b) Bunyikan bel atau suara untuk menilai reflek kejut (moro reflex) dan fungsi
pendengaran
14. Lakukan pemeriksaan leher
a) Amati pergerakan leher normalnya tidak ada keterbatasan gerak
b) Letakkan bayi pada posisi duduk untuk menilai kontrol kepala
c) Amati tonic neck reflex dan neck rigting reflex
d) Palpasi leher untuk menilai kelenjar tiroid, trakea dan adanya pembengkakan,
lipatan kulit tambahan atau distensi vena
15. Lakukan pemeriksaan dada, jantung dan paru
a) Inspeksi: bentuk dada, kesimetrisan (diameter antero-posterior dan lateral),
pergerakan dada, adanya retraksi sternal, tonjolan proxesus xifoideus
b) Palpasi: identifikasi adanya fraktur klavikula serta menentukan posisi jantung
c) Auskultasi menggunakan stetoskop untuk menilai suara napas/ jantung atau bising
pada dada
16. Lakukan pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi: bentuk abdomen, warna kulit dan umbilikus (jika belum lepas identifikasi
warna, bau dan jumlah arteri)
b) Auskultasi: bising usus
c) Palpasi: denyut femoral bilateral, organ hepar (teraba 2-3 cm dibawah batas kosta
kanan), organ limpa (teraba 1 cm dibawah batas kosta kiri), dan organ ginjal (teraba
1-2 cm diatas umbilikus diantara garis tengah dan tepi abdomen)
17. Lakukan pemeriksaan punggung, pelvis dan ekstremitas
31
a) Letakkan bayi dalam posisi tengkurap, raba sepanjang tulang belakang untuk
mencari ada tidaknya kelainan seperti skoliosis, meningokel, atau spina bifida, kaji
inkurvasi reflex/ reflek gallant
b) Amati kesimetrisan lipatan paha kanan dan kiri
c) Inpeksi bentuk ekstremitas (catat adanya talipes atau clubfoot)
d) Amati pergerakan ekstremitas (catat adanya kelemahan, kelumpuhan atau kelainan
jari)
e) Letakkan jari pada telapak tangan bayiatau tekan telapak tangan bayi untuk
mengkaji grasping reflex dan palmar reflex
f) Kaji babinski reflex dan stapping reflex
18. Lakukan pemeriksaan genitalia
a) Inspeksi : pada genetalia perempuan (labio minora, labio mayora, lubang uretra dan
lubang vagina, verniks kaseosa), pada genetalia laki-laki (penis, uretra, skrotum,
smegma) catat adanya hipospadia maupun epispadia
b) Palpasi: testis dalam skrotum
19. Lakukan pemeriksaan anus dan rectum
Inspeksi: lubang anus, rektum, anal reflex dan keluarnya mekonium, catat jika terdapat
indikasi ateresia ani
2.8 Evaluasi
Membuat pengukuran yang akurat, terperinci dan objektif dilengkapi dengan dokumentasi
yang sistematis
2.9 Penilaian
Metode penilaian dilakukan melalui ujian praktikum laboratorium dengan kelompok-
kelompok kecil sesuai jadwal
a) Ketepatan persiapan alat (10%)
b) Ketepatan persiapan pasien (10%)
c) Ketepatan persiapan lingkungan (10%)
d) Prosedur pelaksanaan sesuai standar operasional prosedur (70%)
32
2.10 Pertanyaan/Soal Tentang Pratikum
a) Apa saja persiapan alat yang diperlukan untuk pemeriksaan fisik pada bayi?
b) Apa saja persiapan pasien yang harus dipersiapkan untuk pemeriksaan fisik pada bayi?
c) Apa saja persiapan lingkungan yang harus dipersiapkan untuk pemeriksaan fisik pada
bayi?
d) Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik pada bayi sesuai SOP?
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. A. A. (2008). Buku saku praktikum keperawatan anak. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Rahayu. D.S. (2009). Asuhan keperawatan anak dan neonatus. Jakarta: Salemba Medika
Wong, D.L., Wilson, D., Winkelstein, M.L., Schwartz, P., Hockenberry-Eaton, M. (2009). Buku
ajar keperawatan pediatrik edisi 6 volume 1. Jakarta: EGC
33