Anda di halaman 1dari 20

“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

TRAUMA KEPALA DAN SERVIKAL”

Disusun Oleh :

1. ACHSAN TUDHONNY (20020129160)


2. DWI YUNI ARISTI (20020129380)
3. SETIYA AGUSTINA (2002012918P)

PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Asuhan keperawatan
pada trauma kepala dan servikal

Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian
Terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Definisi......................................................................................... 3
2.2 Anatomi torak.............................................................................. 3
2.3 etiologi trauma dada..................................................................... 4
2.4 Patofisiologi trauma dada............................................................. 4
2.5 klasifikasi trauma dada................................................................. 6
2.6 manifestasi klinis trauma dada..................................................... 8
2.7 komplikasi trauma dada............................................................... 8
2.8 pemeriksaan diagnostik trauma dada........................................... 9
2.9 penatalaksanaan trauma dada....................................................... 9
2.10 konsep asuhan keperawatan trauma dada.................................... 12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................... 22
3.2 Saran............................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dewasa ini banyak kejadian gawat darurat yang ditemukan. Hal ini
disebabkan karena aktifitas manusia semakin beragam dan kompleks. Selain
itu karena alat transfortasi atau kendaraan pribadi semakin berekembang pesat
yang membuat jalanan semakin padat dan beresiko.

Salah satu kasus gawat darurat yang ditemukan adalah trauma dada.
Trauma dada adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik
trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.

Pasien dengan cedera daerah dada seringkali berada dalam kondisi


kritis dan memerlukan diagnosis yang cepat dan terapi yang adekuat.
Torakotomi darurat dilakukan hanya pada 10% kasus dari trauma toraks yang
besar. Sekitar 90% lainnya memerlukan tindakan resusitasi yang dapat
dipenuhi oleh unit gawat darurat (UGD) yang perlengkapannya baik, disertai
dengan perawatan pasien yang tepat. Untuk lebih jelasnya di makalah iniakan
dibahas muliai dari pengertian sampai konsep asuhan keerawatannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1. Apa yang dimaksud dengan trauma dada?
1.2.2. Bagaimana anatomi thoraks?
1.2.3. Bagaimana etiologi trauma dada?
1.2.4. Bagaimana patofisiologi trauma dada?
1.2.5. Bagaimana klasifikasi trauma dada?
1.2.6. Bagaimana manifestasi klinis trauma dada?
1.2.7. Apa saja komplikasi trauma dada?
1.2.8. Bagaimana pemeriksaan diagnostik trauma dada?
1.2.9. Bagaimana penatalaksanaan trauma dada?
1.2.10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan trauma dada?

1
1.3 TUJUAN
1.3.1. Mahasiswa mengetahui pemgertian dari trauma dada
1.3.2. Mahasiswa mengetahui anatomi thoraks
1.3.3. Mahasiswa mengetahui etiologi trauma dada
1.3.4. Mahasiswa mengetahui patofisiologi trauma dada
1.3.5. Mahasiswa mengetahui klasifikasi trauma dada
1.3.6. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis trauma dada
1.3.7. Mahasiswa mengetahui komplikasi trauma dada
1.3.8. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik trauma dada
1.3.9. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan trauma dada
1.3.10. Mahasiswa mengetahui konsep asuhan keperawatan trauma dada

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN

Trauma dada adalah trauma tajam atau tumpul thorax yang dapat
menyebabkan tamponade jantung, pneumothorax, hematothorax, dan
sebagainya (FKUI, 1995).

Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding
thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999).

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh


benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-
paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun
tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Suzanne &
Smetzler, 2001).

Jadi trauma dada adalah cidera pada dada baik tumpul maupun tajam
yang menyebabkan gangguan pada system pernafasan atau kondisi patologis
lainnya pat organ-organ yang ada pada dada.

2.2 ANATOMI THORAK

2.2.1 Anatomi Rongga Thoraks


Kerangka dada yang terdiri dari tulang dan tulang rawan, dibatasi oleh :

Depan : Sternum dan tulang iga.

Belakang : 12 ruas tulang belakang (diskus intervertebralis).

Samping : Iga-iga beserta otot-otot intercostal.

Bawah : Diafragma

Atas : Dasar leher.

3
2.2.2 Isi

Sebelah kanan dan kiri rongga toraks terisi penuh oleh paru-paru

beserta pembungkus pleuranya.

Mediatinum : ruang di dalam rongga dada antara kedua paru-

paru. Isinya meliputi jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar,

oesophagus, aorta desendens, duktus torasika dan vena kava superior,

saraf vagus dan frenikus serta sejumlah besar kelenjar limfe (Pearce,

E.C., 1995).

2.3 ETIOLOGI

2.3.1 Trauma tembus

2.3.1.1 Luka Tembak

2.3.1.2 Luka Tikam / Tusuk

2.3.2 Trauma tumpul

2.3.2.1 Kecelakaan kendaraan bermotor

2.3.2.2 Jatuh

2.3.2.3 Pukulan pada dada

2.4 PATOFISIOLOGI

Trauma benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam bentuk

kompresi maupun ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya menyebabkan

memar / jejas trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai sternum,

trauma tumpul dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau kontusio

4
paru. Keadaan ini biasanya ditandai dengan perubahan tamponade pada

jantung, atau tampak kesukaran bernapas jika kontusio terjadi pada paru-paru.

Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding thorax

juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maupun

terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkan Flail Chest, yaitu

suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan

keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga

multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur.

Adanya semen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan

pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya

terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabakan

hipoksia yang serius.

Sedangkan trauma dada / thorax dengan benda tajam seringkali

berdampak lenih buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma benda tumpul.

Benda tajam dapat langsung menusuk dan menembus dinding dada dengan

merobek pembuluh darah intercosta, dan menembus organ yang berada pada

posisi tusukannya. Kondisi ini menyebabkan perdaharan pada rongga dada

(Hemothorax), dan jika berlangsung lama akan menyebabkan peningkatan

tekanan didalam rongga baik rongga thorax maupun rongga pleura jika

tertembus. Kemudian dampak negatif akan terus meningkat secara progresif

dalam waktu yang relatif singkat seperti Pneumothorax, penurunan ekspansi

paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga gagal nafas dan jantung.

5
2. 5 KLASIFIKASI

Trauma dada diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :

2.5.1 Trauma Tajam

2.5.1.1 Pneumothoraks terbuka : luka tembus yang jelas disertai

dengan aliran udara ke dalam defek dinding dada tersebut.

2.5.1.2 Hemothoraks : akumulasi darah dalam ruang pleura.seringkali

timbul pada trauma dada yang hebat dan sering, tetapi tidak

selalu disertai dengan pneumotorak.

2.5.1.3 Trauma tracheobronkial : biasanya terjadi pneumomediastinum

atau pneumotorak. Rupture jalan nafas dapat menyebabkan

penyaluran udara ke paryu yang inadekuat.

2.5.1.4 Contusio Paru : dapat timbul dalam 72 jam pertama dan

dikarakteristikkan dengan dyspnea, penurunan PO2 arterial,

ronki, dan infiltrate yang terlihat pada rontgen foto.

2.5.1.5 Ruptur diafragma : perubahan fisiologis pernafasan sebagian

besare menyeruai apa yang didapatkan pada neumotorak.

Dapat terjadi herniasi dari isi abdomen dengan keluhan

dyspnea dan nyeri dada kiri, yang dapat menjalar ke bahu.

2.5.1.6   Trauma Mediastinal

2.5.2 Trauma Tumpul

2.5.2.1 Tension pneumothoraks : Adanya udara didalam cavum pleura

mengakibatkan tension pneumothorak. Apabila ada mekanisme

6
ventil karena lubang pada paru maka udara akan semakin

banyak pada sisi rongga pleura, sehingga mengakibatkan :

a. Paru sebelahnya akan terekan dengan akibat sesak yang

berat

b. Mediastinum akan terdorong dengan akibat timbul syok

c. Pada perkusi terdengar hipersonor pada daerah yang cedera,

sedangkan

d. Pada auskultasi bunyi vesikuler menurun.

2.5.2.2 Trauma tracheobronchial : biasanya terjadi

pneumomediastinum atau pneumotorak. Rupture jalan nafas

dapat menyebabkan penyaluran udara ke paryu yang

inadekuat.

2.5.2.3 Flail Chest : Tulang iga patah pada 2 tempat pada lebih dari 2

iga sehingga ada satu segmen dinding dada yang tidak ikut

pada pernafasan. Pada ekspirasi segmen akan menonjol keluar,

pada inspirasi justru masuk kedalam yang dikenal dengan

pernafasan paradoksal.

2.5.2.4 Ruptur diafragma : perubahan fisiologis pernafasan sebagian

besarmenyerupai apa yang didapatkan pada pneumotorak.

Dapat terjadi herniasi dari isi abdomen dengan keluhan

dyspnea dan nyeri dada kiri, yang dapat menjalar ke bahu.

2.5.2.5 Trauma mediastinal

2.5.2.6 Fraktur kosta

7
2.6 MANIFESTASI KLINIS

Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.

2.6.1 Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.

2.6.2 Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.

2.6.3 Dyspnea, takipnea

2.6.4 Takikardi

2.6.5 Tekanan darah menurun.

2.6.6 Gelisah dan agitasi

2.6.7 Kemungkinan cyanosis.

2.6.8 Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.

2.6.9 Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.

2.6.10 Ada jejas pada thorak

2.6.11 Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena

leher

2.6.12 Bunyi muffle pada jantung

2.6.13 Perfusi jaringan tidak adekuat

2.6.14 Pulsus paradoksus ( tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi

dengan pernapasan ) dapat terjadi dini pada tamponade jantung.

2.7 KOMPLIKASI

2.7.1 Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.

2.7.2 Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema

pembedahan.

2.7.3 Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ;

ruptur klep jantung.

8
2.7.4 Pembuluh darah besar : hematothoraks.

2.7.5 Esofagus : mediastinitis.

2.7.6 Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal

(Mowschenson, 1990).

2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

2.8.1 Radiologi : foto thorax (AP).

2.8.2 Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.

2.8.3 Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.

2.8.4 Hemoglobin : mungkin menurun.

2.8.5 Pa Co2 kadang-kadang menurun.

2.8.6 Pa O2 normal / menurun.

2.8.7 Saturasi O2 menurun (biasanya).

2.8.8 Oraksentesis : menyatakan darah/cairan

2.9 PENATALAKSANAAN

2.9.1. Gawat darurat/pertolongan pertama

Penanganan yang diberikan harus sistematis sesuai dengan

keadaan masing-masing klien secara spesifik. Bantuan oksigenisasi

penting dilakukan untuk mempertahankan saturasi oksigen klien. Jika

ditemui dengan kondisi kesadaran yang mengalami penurunan / tidak

sadar maka tindakan tanggap darurat yang dapat dilakukan yaitu dengan

memperhatikan :

2.9.1.1 Pemeriksaan dan Pembebasan Jalan Napas (Air-Way)

9
Klien dengan trauma dada seringkali mengalami

permasalahan pada jalan napas. Jika terdapat sumbatan harus

dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat

dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi

dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras

dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang

dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross Finger,

dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk Pada

mulut korban.

Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan

benda asing, biasa pada korban tidak sadar tonus otot-otot

menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup farink dan

larink, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas.

Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara

Tengadah kepala topang dagu (Head tild – chin lift) dan

Manuver Pendorongan Mandibula (Jaw Thrust Manuver).

2.9.1.2 Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Usaha Napas (Breathing)

Kondisi pernapasan dapat diperiksa dengan melakukan

tekhnik melihat gerakan dinding dada, mendengar suara napas,

dan merasakan hembusan napas klien (Look, Listen, and Feel),

biasanya tekhnik ini dilakukan secara bersamaan dalam satu

waktu. Bantuan napas diberikan sesuai dengan indikasi yang

10
ditemui dari hasil pemeriksaan dan dengan menggunakan

metode serta fasilitas yang sesuai dengan kondisi klien.

2.9.1.3 Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Siskulasi (Circulation)

Pemeriksaan sirkulasi mencakup kondisi denyut nadi,

bunyi jantung, tekanan darah, vaskularisasi perifer, serta kondisi

perdarahan. Klien dengan trauma dada kadang mengalami

kondisi perdarahan aktif, baik yang diakibatkan oleh luka

tembus akibat trauma benda tajam maupun yang diakibatkan

oleh kondisi fraktur tulang terbuka dan tertutup yang mengenai /

melukai pembuluh darah atau organ (multiple). Tindakan

menghentikan perdarahan diberikan dengan metode yang sesuai

mulai dari penekanan hingga penjahitan luka, pembuluh darah,

hingga prosedur operatif.

Jika diperlukan pemberian RJP (Resusitasi Jantung Paru)

pada penderita trauma dada, maka tindakan harus diberikan

dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan atau

meminimalisir kompilkasi dari RJP seperti fraktur tulang kosta

dan sebagainya.

2.9.1.4 Tindakan Kolaboratif

Pemberian tindakan kolaboratif biasanya dilakukan

dengan jenis dan waktu yang disesuaikan dengan kondisi

masing-masing klien yang mengalami trauma dada. Adapun

11
tindakan yang biasa diberikan yaitu ; pemberian terapi obat

emergensi, resusitasi cairan dan elektrolit, pemeriksaan

penunjang seperti laboratorium darah Vena dan AGD, hingga

tindakan operatif yang bersifat darurat.

2.9.2. Konsertif

2.9.2.1 Pemberian Analgetik

2.9.2.2 Pemasangan Plak / Plester

2.9.2.3 Jika Perlu Antibiotika

2.9.2.4 Fisiotherapy

2.9.3. Invasif/operatif

2.9.3.1 WSD (Water Seal Drainage)

2.9.3.2 Ventilator

2.10 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.10.1 Pengkajian

Pengkajian pasien dengan trauma thoraks (Doenges, 2000) meliputi :

2.10.1.1 Aktivitas / istirahat

Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

2.10.1.2 Sirkulasi

Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi

apical berpindah, tanda Homman ; TD : hipotensi/hipertensi

; DVJ.

12
2.10.1.3 Integritas ego

Tanda : ketakutan atau gelisah.

2.10.1.4 Makanan dan cairan

Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan

2.10.1.5 Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau

regangan, tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat

oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu

dan abdomen.

Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,

mengkerutkan wajah.

2.10.1.6 Pernapasan

Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah

dada/trauma, penyakit paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru,

penyakit interstitial menyebar, keganasan ; pneumothoraks

spontan sebelumnya, PPOM.

Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas

turun atau tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada

hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat,

sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas,

bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik

tekanan positif.

2.10.1.7 Keamanan

13
Geajala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk

keganasan.

2.10.1.8 Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ;

adanya bedah intratorakal/biopsy paru.

2.10.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

1. Diagnosa I : Nyeri akut berhubungan dengan pencedera fisik


(trauma dada)
Tujuan perawatan : keluhan nyeri menurun hingga hilang
Kriteria hasil :
1. Kemampuan mengidentifikasi karakteristik nyeri meningkat.

2. Keluhan nyeri menurun

3. Perilaku sesuai anjuran membaik

Intervensi keperawatan :
1. Identifikasi lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, durasi,

kualitas, itensitas nyeri.

2. Identifikasi skala nyeri

3. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri (mis. hipnosis, terapi pijat, kompres hangat/dingin)

4. Fasilitasi istirahat tidur

5. Kolaborasi pemberian analgesik

2. Diagnosa II : Pola nafas tidak efektif berhbungan dengan


neurologis
Tujuan perawatan : pola nafas membaik dan normal Kriteria
hasil :
1. Frekuensi napas membaik

2. Pola napas membaik

14
3. Tekanan inspirasi membaik

Intervensi keperawatan :
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usahan napas)
2. Pertahanan kepatenan jalan napas
3. Berikan oksigen
4. Posisi semi fowler atau fowler

15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Trauma dada adalah cidera pada dada baik tumpul maupun tajam yang

menyebabkan gangguan pada system pernafasan atau kondisi patologis

lainnya pada organ-organ yang ada pada dada. Thorak terdiri dari tulang

rawan dan tulang keras yaitu bagian dari tulang iga dan sternum yang

melindungi oragn-organ di dalamnya seperti paru-paru dan jantung. Trauma

dada disebabkan oleh trauma tumpul dan tajam denga patofisiologi Trauma

benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam bentuk kompresi maupun

ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya menyebabkan memar / jejas

trauma pada bagian yang terkena. Jika mengenai sternum, trauma tumpul

dapat menyebabkan kontusio miocard jantung atau kontusio paru.

Penatalaksanaan yang tepat mulai dari pertolongan pertama hingga

operasi. Pada ruang rawat inap pada kondisi-kondisi yang memerlukan

perawatan yang intensif dilakukan asuhan keperawatan yang tepat mulai dari

pengkajian hingga evaluasi.

3.2 SARAN
Materi Trauma Dada mempunyai pembahasan yang luas, oleh sebab itu
maka perlu dipelajari dan dimengerti, sebagai dasar untuk mempelajari mata
kuliah Gawat Darurat, Supaya mahasiswa dapat lebih paham tentang materi
perkuliahan berikutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kathleen S. Oman dkk.2008.Panduan Belajar Keperawatan Emergensi: Jakarta.

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Healthy Entusiast.2012.Trauma Dada. Http//www.blog.trauma-dada.html. 07

Maret 2018.10:30

17

Anda mungkin juga menyukai