DISUSUN
Oleh:
Fitriyani (183030009)
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Penutup....................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang
mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau
masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia
yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan
mempelajari upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya (Chandra,
2007).
Salah satu aplikasi pemahaman ekosistem manusia dalam proses
kejadian penyakit atau patogenesis penyakit, patogenesis penyakit dipelajari
oleh bidang kesehatan lingkungan. Ilmu kesehatan lingkungan mempelajari
hubungan interaktif antara komponen lingkungan yang memliki potensi bahaya
penyakit dengan berbagai variabel kependudukan seperti perilaku, pendidikan
dan umur. Dalam hubungan interaksi tersebut, faktor komponen lingkungan
seringkali mengandung atau memiliki potensial timbuilnya penyakit. Hubungan
interaktif manusia serta perilakunya dengan komponen lingkungan yang
memiliki potensi bahaya penyakit dikenal sebagai proses kejadian penyakit
atau patogenesis penyakit. Dengan mempelajari patogenesis penyakit, kita
dapat menentukan pada simpul mana kita bisa melakukan pencegahan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori simpul?
2. Bagaimana teori simpul penyakit tuberculosis (TBC)?
3. Bagaimana cara penularan penyakit tuberculosis (TBC)?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit TBC berdasarkan 5 level of
prevention?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori simpul.
2. Untuk mengetahui teori simpul penyakit TBC.
3. Untuk mengetahui cara penularan penyakit TBC.
4. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit TBC berdasarkan 5 level
of prevention.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
komponen lingkungan dengna penduduk berikut perilakunya, dapat
diukur dalam konsep yang disebut sebagai perilaku pemajanan atau
behavioural exposure. Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara
manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi
bahaya penyakit (agent penyakit). Masing-masing agent penyakit yang
masuk ke dalam tubuh dengan cara-cara yang khas.
Ada 3 jalan masuk kedalam tubuh manusia, yakni :
a. Sistem pernafasan
b. Sistem pencernaan
c. Masuk melalui permukaan kulit
4) Simpul 4: kejadian penyakit
Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif penduduk
dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan.
Seseorang dikatakan sakit kalau salah satu maupun bersama mengalami
kelainan dibandingkan dengan rata-rata penduduk lainnya.
4
yang banyak oksigen. Oleh karena itu M. Tuberculosis senang tinggal di
daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah
tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis.
Kuman ini mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA),
kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab.
1. Pencahayaan
2. Ventilasi
5
kelembaban yang optimum dan dapat pula membebaskan udara dari
bakteri bakteri.
3. Kelembaban
Kuman TB paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung
tetapi dapat ertahan hidup selama beberapa jam ditempat gelap dan lembab
c) Simpul 3: Perilaku Pemajanan (Behavioural Exposure)
6
Penyakit dapat menyebabkan kelainan bentuk, kelainan fungsi, kelainan
genetik, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan fisik dan sosial.
a. Gejala utama
b. Gejala tambahan
7
tuberculosis pada pemeriksaan, tergantung dari jumlah bakteri yang ada (Aditama,
2006). Penderita dapat menyebarkan bakteri ke udara dalam bentuk percikan
dahak, yang dalam istilah kedokteran disebut droplet nuclei. Sekali batuk dapat
menghasilkan 3000 percikan dahak. Melalui udara yang tercemar oleh
Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan/ dikeluarkan oleh penderita TB paru
saat batuk. Bakteri akan masuk ke dalam paru-paru dan berkumpul hingga
berkembang menjadi banyak terutama pada orang yang memiliki daya tahan
tubuh rendah. Sementara, bagi yang mempunyai daya tahan tubuh baik, maka
penyakit TB paru tidak akan terjadi. Tetapi bakteri akan tetap ada di dalam paru
dalam keadaan ”tidur”, namun jika setelah bertahun-tahun daya tahan tubuh
menurun maka bakteri yang ”tidur” akan ”bangun” dan menimbulkan penyakit.
Salah satu contoh ekstrim keadaan ini adalah infeksi HIV yang akan menurunkan
daya tahan tubuh secara drastis sehingga TB paru muncul. Seseorang dengan HIV
positif 30 kali lebih mudah menderita TB paru dibandingkan orang normal
(Aditama, 2006). Pada umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana droplet
(percikan dahak) ada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
droplet, sementara cahaya dan sinar matahari langsung dapat membunuh bakteri.
Droplet dapat bertahan beberapa jam dalam kondisi gelap dan lembab. Orang
dapat terinfeksi jika droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Jadi
penularan TB paru tidak terjadi melalui perlengkapan makan, baju, dan
perlengkapan tidur (Depkes, 2005).
8
dengan ventilasi yang kurang baik serta cahaya matahari tidak dapat masuk
kedalam rumah (Achmadi, 2008).
Penyakit TBC menular dengan cepat melalui udara. Percikan ludah atau
dahak yang dikeluarkan penderita bisa menjadi media penularan yang sangat
cepat. Proses penyembuhan penyakit ini memang memerlukan waktu cukup lama,
yaitu 6-8 bulan. Penderita TBC diimbau untuk selalu melakukan pemeriksaan dan
pengobatan hingga tuntas. Peluang penularan TBC lebih besar di tempat tinggal
yang tak memenuhi syarat kesehatan, semisal lingkungan padat dan kumuh,
rumah tahanan, tempat pendidikan dengan asrama, atau lembaga
permasyarakatan.
9
Ketiga yaitu Medical Curative (early diagnose + prompt treatment) atau
Pengobatan (deteksi dini + pengobatan cepat tepat). Tahap ini adalah
penanganan jika telah ditemukan penyakit atau indikasi penyakit.
Contohnya adalah Check up ke rumah sakit, pergi ke dokter, pergi ke
puskesmas, dll.
1. Health Promotion
10
- tidak merokok
11
Sebelum melakukan promosi kesehatan, dibutuhkan data demi menunjang
keberhasilan program ini antara lain data demografi, meliputi jumlah
penduduk, distribusi penduduk, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pekerjaan dan sebagainya.
yaitu upaya - upaya yang dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh dari
suatu penyakit tertentu. Upaya ini masih sama dengan pencegahan tahap
pertama yaitu dilakukan pada saat tubuh masih dalam keadaan sehat.
Tetapi upaya yang kedua ini lebih ditujukan untuk mencegah suatu
penyakit tertentu.
Yang termasuk dalam upaya pencegahan tahap kedua ini antara lain:
12
c. Data apa saja yang dibutuhkan?
Yaitu upaya yang dilakukan pada saat tubuh sudah mulai merasakan tidak
sehat (sudah ada suatu penyakit) dan ditujukan untuk mencegah penyakit
berkembang lebih serius / lebih parah.
Yang termasuk dalam kategori pencegahan tahap tiga ini antara lain :
Contoh :
13
a. Kapan harus dilakukan?
Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif, 2 bulan)
dan tahap lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat
ringannya penyakit. Penderita harus minum obat secara lengkap dan
teratur sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan tiga
kali pemeriksaan ulang dahak untuk mengetahui perkembangan kemajuan
pengobatan, yaitu pada akhir pengobatan tahap awal, sebulan sebelum
akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan.
Data yang dibutuhkan dalam program pengobatan ini adalah data jumlah,
nama dan alamat kunjungan pasien dengan keluhan mirip TBC serta
pasien yang positif TBC. Dari data yang didapat, bisa kita tentukanjumlah
obat yang dibutuhkan serta ditunjuk PMO (pengawas minum obat) dari
keluarga atau orang terdekat pasien.
14
4. Disabiliti limitation (Pembatasan kecacatan)
5. Rehabilitasi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
15
and Specific Protection melalui pemberian imunisasi BCG bagi balita yang
diselenggarakan melalui program Posyandu, 3) Medical Curative (early
diagnose + prompt treatment)dengan cara Pergi ke Rumah Sakit /
puskesmas / BKPM untuk mendapatkan mendiagnosis penyakit atau untuk
mendapatkan pengobatan jika telah tertular penyakit TBC Proses
penyembuhan penyakit ini memang memerlukan waktu cukup lama, yaitu 6-8
bulan, 4) Disabiliti limitation (Pembatasan kecacatan) dengan latihan
pernafasan untuk penyakit TBC dan mengkomsumsi obat secara rutin dan 5)
Rehabilitasi.
B. Saran
Biasakan hidup bersih dan sehat agar terhindar dari penyakit karena
lebih baik mencegah daripada mengobati. Agar tidak tertular penyakit TBC
sebaiknya pastikan kondisi rumah sehat dan layak huni dengan memperhatikan
kepadatan dalam rumah, suhu , dan ventilasi. Gunakan masker jika keluar rumah
dan apabila ada gejala-gejala TBC yang terjadi segera cek ke dokter untuk
mendapatkan tindakan lebih lanjut
16
Bakteri udara ludah Seseorang akan
Mycrobacterium tertular penyakit TBC
tuberculocis. apabila daya tahan
tubuhnya melemah
begitu pula
sebaliknya.
17