Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN


(PATOGENESIS PENYAKIT TUBERCULOSIS)

DISUSUN
Oleh:
Fitriyani (183030009)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS PATRIA ARTHA
GOWA
2018

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada allah S.W.T. Karena atas


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai
pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Patogenesis Penyakit
Tuberculosis. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Dasar Kesehatan Lingkungan Ibu Liliskarlina, S.K.M., M.Kes yang telah
membimbing kami.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan makalah ini, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik, dan
saran yang membangun agar penulis bisa memperbaiki kekurangan dan kesalahan
dalam pembuatan dan penulisan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bisa berguna dan bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.

Gowa, 10 Juni 2019

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL..............................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................1

C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

A. Pengertian teori simpul..............................................................................3


B. Teori Simpul Penyakit Tuberculosis (TBC).............................................4

C. Sumber dan Cara Penularan Penyakit Tuberculosis (TBC).....................7

D. 5 Level Of Prevention Penyakit Tuberculosis (TBC)..............................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................15

A. Penutup....................................................................................................15

B. Saran........................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang
mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau
masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia
yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan
mempelajari upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya (Chandra,
2007).
Salah satu aplikasi pemahaman ekosistem manusia dalam proses
kejadian penyakit atau patogenesis penyakit, patogenesis penyakit dipelajari
oleh bidang kesehatan lingkungan. Ilmu kesehatan lingkungan mempelajari
hubungan interaktif antara komponen lingkungan yang memliki potensi bahaya
penyakit dengan berbagai variabel kependudukan seperti perilaku, pendidikan
dan umur. Dalam hubungan interaksi tersebut, faktor komponen lingkungan
seringkali mengandung atau memiliki potensial timbuilnya penyakit. Hubungan
interaktif manusia serta perilakunya dengan komponen lingkungan yang
memiliki potensi bahaya penyakit dikenal sebagai proses kejadian penyakit
atau patogenesis penyakit. Dengan mempelajari patogenesis penyakit, kita
dapat menentukan pada simpul mana kita bisa melakukan pencegahan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori simpul?
2. Bagaimana teori simpul penyakit tuberculosis (TBC)?
3. Bagaimana cara penularan penyakit tuberculosis (TBC)?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit TBC berdasarkan 5 level of
prevention?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori simpul.
2. Untuk mengetahui teori simpul penyakit TBC.
3. Untuk mengetahui cara penularan penyakit TBC.
4. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit TBC berdasarkan 5 level
of prevention.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian teori simpul


Patogenesis penyakit dapat diuraikan ke dalam 4 (empat) simpul, yakni :
1) Simpul 1: sumber penyakit
Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan agent penyakit. Agent
penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan
gangguan penyakit melalui kontak secar langsung atau melalui media
perantara (yang juga kompenen lingkungan).
Berbagai agent penyakit yang baru maupun lama dapt dikelompokkan ke
dalam tiga kelompok besar, yaitu:
a. Mikroba, seperti virus, amuba, jamur, bakteri, parasit, dan lain-lain.
b. Kelompok fisik, misalnya kekuatan radiasi, energi kebisingan,
kekuatan cahaya.
c. Kelompok bahan kimia toksik, misalnya pestisida, Merkuri,
Cadmium, CO, H2S dan lain-lain.
Sumber penyakit adalah titik yang secara konstan maupun kadang-
kadang mengeluarkan satu atau lebih berbagai komponen lingkungan
hidup tersebut di atas.
2) Simpul 2: media transmisi penyakit
Adal lima komponen lingkungan yang lazim kita kenal sebagai
media transmisi penyakit, yaitu air, udara, tanah/pangan,
binatang/serangga, manusia/langsung. Media transmisi tidak akan
memiliki potensi penyakit jika di dalamnya tidak mengandung bibit
penyakit atau agent penyakit.
3) Simpul 3: perilaku pemajanan (behavioural exposure)
Agent penyakit dengan atau tanpa menumpang komponen
lingkungan lain, masuk ke dalam tubuh melalui satu proses yang kita
kenal dengan hubungan interaktif. Hubungan interaktif antara

3
komponen lingkungan dengna penduduk berikut perilakunya, dapat
diukur dalam konsep yang disebut sebagai perilaku pemajanan atau
behavioural exposure. Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara
manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi
bahaya penyakit (agent penyakit). Masing-masing agent penyakit yang
masuk ke dalam tubuh dengan cara-cara yang khas.
Ada 3 jalan masuk kedalam tubuh manusia, yakni :
a. Sistem pernafasan
b. Sistem pencernaan
c. Masuk melalui permukaan kulit
4) Simpul 4: kejadian penyakit
Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif penduduk
dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan.
Seseorang dikatakan sakit kalau salah satu maupun bersama mengalami
kelainan dibandingkan dengan rata-rata penduduk lainnya.

B. Teori Simpul Penyakit Tuberculosis (TBC)

a) Simpul 1: Sumber Penyakit

Sumber penyakit adalah titik yang secara konstan mengeluarkan agent


penyakit. Agent penyakit itu sendiri adalah komponen lingkungan yang
dapat menimbulkangangguan penyakit melalui kontak secaralangsung
ataupun melalui media perantara (yang juga komponen lingkungan).

Pada penyakit Tuberculosis, sumber penyakitnya yaitu penderita TB Paru.


Dan agent penyebab penyakit TB Berasal dari anggota
keluarga Mycrobacterium yaitu Mycrobacterium tuberculocis.
Mycobacterium Tuberculosis adalah sejenis kuman berbentuk batang,
berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar
komponen M.Tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman
mampu tahan terhadap asam serta tahan terhadap zat kimia dan faktor
fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah

4
yang banyak oksigen. Oleh karena itu M. Tuberculosis senang tinggal di
daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah
tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis.

Kuman ini mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA),
kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab.

b) Simpul 2: Media TransmisiPenyakit

Media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit kalau didalamnya


tidak mengandung bibit penyakit atau agent penyakit. Penyakit dalam
lingkungan dapat menyebar melalui perantara udara, air, tanah/pangan,
binatang/serangga, dan manusia/langsung.

Media transmisi penyakit Tuberculosis adalah melalui udara, yang


dipengaruhi oleh faktor risiko lingkungan;  kepadatan hunian,
pencahayaan, ventilasi, kelembaban, kondisi rumah, suhu dan ketinggian
wilayah.

1. Pencahayaan

Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan  rumah, terutama cahaya


matahari merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit. Sinar matahari langsung dapat langsung mematikan
bakteri TB paru dalam 5 menit

2. Ventilasi

Kurangnya ventilasi selain menyebabkan kurangnya oksigen dapat pula


menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan naik karena proses
penguapan cairan dari kulit. Kelembaban ini merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan bakteri bakteri pantogen/ bakteri penyebab penyakit,
misalnya kuman TB. Dengan adanya ventilasi yang cukup dapat menjaga

5
kelembaban yang optimum dan dapat pula membebaskan udara dari
bakteri bakteri.

3. Kelembaban
Kuman TB paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung
tetapi dapat ertahan hidup selama beberapa jam ditempat gelap dan lembab
c) Simpul 3: Perilaku Pemajanan (Behavioural Exposure)

Perilaku pemajanan adalah kontak antara manusia dengan komponen


lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit.Agent penyakit
masuk ke dalam tubuh melalui satu proses “hubungan interaktif”.
Hubungan interaktifini terjadi antara komponen lingkungan dengan
perilaku penduduk dalam konsep yang disebut perilaku pemajanan.

Penyakit Tuberculosis dapat ditularkan oleh penderita TB  melalui


pengeluaran sputum (riak/dahak) yang mengandung kuman TB ke
lingkungan udara sebagai aerosol ( partikel yang sangat kecil).

Dengan cara batuk dan bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara


dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman
dapat bertahan hidup di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
Dalam kesempatan inilah kuman TB dapat masuk ketubuh orang lain
ketika seseorang menghirup udara yang mengandung kuman TB. Melalui
saluran pernafasan dari hidung sampai menuju paru-paru tepatnya alveoli.
Pada alveoli kuman TB mengalami pertumbuhan dan perkembangbiakan
yang akan mengakibatkan destruksi paru. Bagian paru yang telah rusak ini
akan berupa jaringan sel sel mati olehvkarenanya akan di upayakan oleh
paru paru untuk dikeluarkan dengan reflek batuk. oleh karena itu pada
umumnya batuk karena TB adalah produktif, artinya berdahak. Yang
mengandung zat kekuning kuningan dengan banyak hasil TB didalamnya.

d) Simpul 4: Kejadian Penyakit

Penyakit merupakan “out come” hubungan interaktif antara penduduk


dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan.

6
Penyakit dapat menyebabkan kelainan bentuk, kelainan fungsi, kelainan
genetik, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan fisik dan sosial.

Simpul 4 akan membahas terjadinya penyakit pada tubuh pasien dimana


dapat mencakup 2 kemungkinan yaitu pasien dapat sakit atau tidak. Pada
penyakit TBC, pasien yang tidak sakit akan terjadi bila daya tahan tubuh
pasien kuat, sedangkan pasien yang memiliki daya tahan tubuh kurang
akan mengalami sakit yang terjadi setelah pasien menghirup aerosol
mengandung kuman TB .

Berikut merupakan tanda-tanda atau gejala penyakit Tuberkulosis (TB) .

a. Gejala utama

Gejala klinis yang penting dari TB dan sering digunakan untuk


menegakkan diagnosis klinik adalah batuk terus menerus selama 3 (tiga)
minggu atau lebih yang disertai dengan keluarnya sputum dan
berkurangnya berat badan.

b. Gejala tambahan

Gejala tambahan yang sering dijumpai, yaitu:dahak bercampur darah,batuk


darah,sesak nafas dan rasa nyeri dada,badan lemah, nafsu makan menurun,
berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam
walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.

C. Sumber dan Cara Penularan Penyakit Tuberculosis (TBC)

Sumber penularan penyakit TB paru adalah penderita yang pemeriksaan


dahaknya di bawah mikroskop ditemukan adanya bakteri Mycobacterium
tuberculosis, yang di sebut dengan BTA (basil tahan asam). Makin tinggi derajat
hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil
pemeriksaan dahaknya negatif maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Namun tidak semua penderita TB paru akan ditemukan bakteri Mycobacterium

7
tuberculosis pada pemeriksaan, tergantung dari jumlah bakteri yang ada (Aditama,
2006). Penderita dapat menyebarkan bakteri ke udara dalam bentuk percikan
dahak, yang dalam istilah kedokteran disebut droplet nuclei. Sekali batuk dapat
menghasilkan 3000 percikan dahak. Melalui udara yang tercemar oleh
Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan/ dikeluarkan oleh penderita TB paru
saat batuk. Bakteri akan masuk ke dalam paru-paru dan berkumpul hingga
berkembang menjadi banyak terutama pada orang yang memiliki daya tahan
tubuh rendah. Sementara, bagi yang mempunyai daya tahan tubuh baik, maka
penyakit TB paru tidak akan terjadi. Tetapi bakteri akan tetap ada di dalam paru
dalam keadaan ”tidur”, namun jika setelah bertahun-tahun daya tahan tubuh
menurun maka bakteri yang ”tidur” akan ”bangun” dan menimbulkan penyakit.
Salah satu contoh ekstrim keadaan ini adalah infeksi HIV yang akan menurunkan
daya tahan tubuh secara drastis sehingga TB paru muncul. Seseorang dengan HIV
positif 30 kali lebih mudah menderita TB paru dibandingkan orang normal
(Aditama, 2006). Pada umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana droplet
(percikan dahak) ada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
droplet, sementara cahaya dan sinar matahari langsung dapat membunuh bakteri.
Droplet dapat bertahan beberapa jam dalam kondisi gelap dan lembab. Orang
dapat terinfeksi jika droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Jadi
penularan TB paru tidak terjadi melalui perlengkapan makan, baju, dan
perlengkapan tidur (Depkes, 2005).

Daya penularan dari seseorang penderita TB paru ditentukan oleh


banyaknya bakteri yang dikeluarkan dari parunya. Faktor yang memungkinkan
seseorang terpapar bakteri TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lama menghirup udara tersebut. Risiko tertular tergantung dari tingkat
terpapar dengan droplet dan kerentanan terhadap penularan (Depkes, 2008).
Bakteri Mycobacterium tuberculosis sangat sensitif terhadap cahaya matahari.
Cahaya matahari berperan besar dalam membunuh bakteri di lingkungan, dan
kemungkinan penularan di bawah terik matahari sangat kecil karena bahaya
penularan terbesar terdapat pada perumahan-perumahan yang padat penghuni

8
dengan ventilasi yang kurang baik serta cahaya matahari tidak dapat masuk
kedalam rumah (Achmadi, 2008).

Penyakit TBC menular dengan cepat melalui udara. Percikan ludah atau
dahak yang dikeluarkan penderita bisa menjadi media penularan yang sangat
cepat. Proses penyembuhan penyakit ini memang memerlukan waktu cukup lama,
yaitu 6-8 bulan. Penderita TBC diimbau untuk selalu melakukan pemeriksaan dan
pengobatan hingga tuntas. Peluang penularan TBC lebih besar di tempat tinggal
yang tak memenuhi syarat kesehatan, semisal lingkungan padat dan kumuh,
rumah tahanan, tempat pendidikan dengan asrama, atau lembaga
permasyarakatan. 

D. 5 Level Of Prevention Penyakit Tuberculosis (TBC)

a) Pengertian 5 Level Of Prevention

Sesuai international standard yang dibuat oleh Leavel dan Clark, ada lima


tahap pencegahan penyakit dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.

Pertama disebut Health Promotion atau promosi kesehatan. Promosi


kesehatan ini berisi ajakan untuk hidup sehat. Contohnya menyanyikan
lagu “bangun tidur ku terus mandi”, mengajak orang-orang desa agar
mandi memakai sabun, mengajak anak-anak untuk gosok gigi sebelum
tidur, mengajak orang untuk tidak merokok, mengajak orang untuk
membuang sampah sembarangan, mengajak orang untuk memakai helm
atau masker saat berkendaraan, dll

Kedua Health Prevention and Health protection atau pencegahan


kesehatan dan perlindungan kesehatan. Tahap ini merupakan penerapan
dari praktek hidup sehat. Contohnya penyemprotan got untuk membunuh
nyamuk malaria, mandi pakai sabun, pakai masker dan helm saat
berkendaraan, tidak merokok, dll.

9
Ketiga yaitu Medical Curative (early diagnose + prompt treatment) atau
Pengobatan (deteksi dini + pengobatan cepat tepat). Tahap ini adalah
penanganan jika telah ditemukan penyakit atau indikasi penyakit.
Contohnya adalah Check up ke rumah sakit, pergi ke dokter, pergi ke
puskesmas, dll.

Keempat adalah Disability Limitation atau pembatasan kecacatan. Tahap


ini untuk membatasi cacat atau penyakit yang sudah terlanjur menyerang
atau menjangkiti seseorang. Contohnya kontrol ke rumah sakit, dokter
mengunjungi pasien untuk menanyakan atau memeriksa keadaan pasien
pasca pengobatan, dll.

Terakhir yaitu Health Rehabilitation atau pemulihan kembali. Tujuan dari


rehabilitasi ini adalah untuk mengajari pasien kembali ke
masyarakat. Contohnya Rehabilitasi pecandu narkoba, rehabilitasi
penderita kusta, rehabilitasi penderita PEKAT (penyakit masyarakat), dll.

Di negara maju, umumnya yang diutamakan adalah poin pertama, kedua,


keempat dan kelima yang biayanya relatif lebih murah, sementara
efektifitasnya dalam mengurangi penderita penyakit cukup signifikan.
Sementara di negara berkembang dan negara miskin  justru poin ketiga
yang diutamakan, padahal biayanya mahal dan tidak efektif mengurangi
jumlah penderita penyakit.

b) 5 Level Of Prevention Penyakit Tuberculosis (TBC)

1. Health Promotion

yaitu upaya - upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan. Upaya


ini dilakukan pada saat tubuh masih dalam keadan sehat. Upaya ini
termasuk dalam pencegahan yang bersifat umum untuk semua jenis
penyakit.

Contoh kegiatan yang termasuk dalam pencegahan tahap pertama ini


antara lain :

10
- tidak merokok

- buang sampah pada tempatnya

- memakai helm dan masker saat berkendara

- olahraga secara rutin

- makan makanan bergizi

- menjaga kebersihan rumah dan lingkungan

-mempromosikan kondisi rumah yang baik dan sehat

a.   Kapan harus dilakukan promosi kesehatan?

Promosi kesehatan sebenarnya tidak hanya untuk mencegah penyakit


TBC, tetapi lebih luas dari itu, adalah untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat dengan cara memberikan penyuluhan, pendidikan
kesehatan dan contoh PHBS agar masyarakat terhindar dari sakit, terutama
terhindar dari penyakit menular. Promosi kesehatan bisa dilakukan sedini
mungkin dan bisa dilakukan dengan cara membiasakannya di aktivitas
kehidupan sehari hari, misalnya cuci tangan pakai sabun, mencuci tangan
sebelum dan setelah makan, mencuci tangan setelah dari toilet, BAB &
BAK di toilet/jamban, meminum air yang dimasak, memakai masker saat
berkendara di jalan berdebu dan sebagainya.

b.   Siapa yang menjadi pelaksana promosi kesehatan?

Promosi kesehatan ini adalah tanggung jawab setiap orang/masyarakat.


Tetapi dalam tatanan formal, tentu saja adalah menjadi kewajiban dari
pemerintah untuk melakukan sosialisasi tentang promosi kesehatan ini
melalui lembaganya yang bernama Puskesmas, Posyandu serta petugas
kesehatan dan kader.

c. Data apa saja yang dibutuhkan?

11
Sebelum melakukan promosi kesehatan, dibutuhkan data demi menunjang
keberhasilan program ini antara lain data demografi, meliputi jumlah
penduduk, distribusi penduduk, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pekerjaan dan sebagainya.

d. Indikator keberhasilan program?

Indikator keberhasilan program bisa dilihat dan diuji dari bertambahnya


pengetahuan masyarakat tentang PHBS, mampu menyediakan sarana dan
prasarana PHBS serta indikator pamungkas yang diharapkan adalah
perubahan perilaku masyarakat kearah perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Health Prevention and Specific Protection

yaitu upaya - upaya yang dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh dari
suatu penyakit tertentu. Upaya ini masih sama dengan pencegahan tahap
pertama yaitu dilakukan pada saat tubuh masih dalam keadaan sehat.
Tetapi upaya yang kedua ini lebih ditujukan untuk mencegah suatu
penyakit tertentu.

Yang termasuk dalam upaya pencegahan tahap kedua ini antara lain:

- imunisasi BCG yang ditujukan untuk mencegah penyakit TB

- tidak merokok yang ditujukan untuk mencegah penyakit paru - paru

a.   Kapan harus dilakukan?

Health prevention dilakukan bila ditemukan kasus TBC disuatu daerah


atau ditempat lain yang memungkinkan menyebar atau bisa terjadi di
daerah tersebut.

b. Siapa yang menjadi pelaksana?

Pelaksana dalam program ini adalah pemerintah melalui lembaga


Puskesmas, Posyandu,  BP4, Petugas Kesehatan dan didukung oleh
seluruh masyarakat.

12
c. Data apa saja yang dibutuhkan?

Hampir sama seperti promosi kesehatan, data yang dibutuhkan dalam


health prevention diantaranya data demografi, meliputi jumlah penduduk,
distribusi penduduk, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan
sebagainya. Ditambah data kunjungan TBC di Puskesmas atau instansi
kesehatan lain sebagai penguat dalam memberikan kampanye health
prevention. Serta jauh lebih penting adalah pemberian imunisasi BCG bagi
balita yang diselenggarakan melalui program Posyandu.

d. Indikator keberhasilan program?

Indikator keberhasilan program bisa diukur dari bertambahnya


pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC seperti tidak meludah
sembarangan, menggunakan masker, serta mampu menyediakan sarana
dan prasarana untuk mencegah menyebarnya penyakit TBC, serta
indikator pamungkas yang diharapkan adalah perubahan perilaku
masyarakat kearah perilaku hidup bersih dan sehat demi menghindari
terjangkitnya penyakit TBC.

3. Medical Curative (early diagnose + prompt treatment)

Yaitu upaya yang dilakukan pada saat tubuh sudah mulai merasakan tidak
sehat (sudah ada suatu penyakit) dan ditujukan untuk mencegah penyakit
berkembang lebih serius / lebih parah.

Yang termasuk dalam kategori pencegahan tahap tiga ini antara lain :

a. screening ( general check up ) untuk menemukan suatu penyakit


b. setelah penyakit ditemukan, dilakukan pengobatan yang cepat dan
tepat supaya penyakit dapat disembuhkan, tidak menyebabkan
kematian atau menyebabkan kecacatan.

Contoh :

a. Pergi ke Rumah Sakit / puskesmas / BKPM

13
a. Kapan harus dilakukan?

Pengobatan (deteksi dini + pengobatan cepat & tepat) segera dilakukan


begitu ada warga yang mengeluhkan gejala TBC, serta hasil Mantoux test
dan pemeriksaan sputum (BTA) yang positif dalam pemeriksaan 2 kali
berturut-turut.

Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif, 2 bulan)
dan tahap lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat
ringannya penyakit. Penderita harus minum obat secara lengkap dan
teratur sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan tiga
kali pemeriksaan ulang dahak untuk mengetahui perkembangan kemajuan
pengobatan, yaitu pada akhir pengobatan tahap awal, sebulan sebelum
akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan.

b. Siapa yang menjadi pelaksana?

Pengobatan dan deteksi dini dapat dilakukan di Puskesmas, Balai


Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4), Rumah Sakit, klinik dan dokter
praktek swasta. Di Puskesmas, penderita bisa mendapatkan pengobatan
TBC secara cuma-cuma (GRATIS).

c. Data apa saja yang dibutuhkan?

Data yang dibutuhkan dalam program pengobatan ini adalah data jumlah,
nama dan alamat kunjungan pasien dengan keluhan mirip TBC serta
pasien yang positif TBC. Dari data yang didapat, bisa kita tentukanjumlah
obat yang dibutuhkan serta ditunjuk PMO (pengawas minum obat) dari
keluarga atau orang terdekat pasien.

d. Indikator keberhasilan program?

Indikator keberhasilan yang diharapkan adalah kepatuhan minum obat


yang baik, tidak meludah sembarangan, mengkonsumsi makanan sehat dan
bergizi, menggunakan masker, serta yang paling penting adalah
menurunnya atau absent-nya jumlah penderita TBC di area tersebut.

14
4. Disabiliti limitation (Pembatasan kecacatan)

yaitu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kecacatan setelah


seseorang terjangkit suatu penyakit. Dengan latihan pernafasan untuk
penyakit TBC dan mengkomsumsi obat secara rutin.

5. Rehabilitasi

Yaitu upaya yang dilakukan untuk memulihkan kondisi tubuh setelah


terjadinya suatu penyakit dan mencegah terjadinya kecacatan. Tujuannya
adalah supaya pasien dapat bekerja lagi secara produktif.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Patogenesis penyakit dapat diuraikan ke dalam 4 (empat) simpul,


yakni: a)Simpul 1: sumber penyakit, b)Simpul 2: media transmisi penyakit,
c)Simpul 3: Perilaku Pemajanan (Behavioural Exposure), d) Simpul 4:
kejadian penyakit. Teori simpul penyakit TBC yaitu a) simpul 1: sumber
penyakit TBC adalah bakteri Mycrobacterium tuberculocis, b) simpul 2:
media transmisi penyakit TBC adalah udara, c) simpul 3: perilaku pemajanan
yaitu melalui air ludah atau melalui bakteri yang dikeluarkan pada saat batuk,
d) simpul 4: kejadian penyakit seseorang akan mudah tertular atau terkena
penyakit apabila daya tahan tubuhnya lemah. Penyakit TBC menular dengan
cepat melalui udara. Percikan ludah atau dahak yang dikeluarkan penderita
bisa menjadi media penularan yang sangat cepat. Pencegahan penyakit TBC
berdasarkan 5 level of prevention yaitu: 1)Health Promotion Contoh kegiatan
yang termasuk dalam pencegahan tahap pertama ini antara lain : tidak
merokok, memakai helm dan masker saat berkendara, olahraga secara rutin,
makan makanan bergizi, menjaga kebersihan rumah dan lingkunga,
mempromosikan kondisi rumah yang baik dan sehat, 2) Health Prevention

15
and Specific Protection melalui pemberian imunisasi BCG bagi balita yang
diselenggarakan melalui program Posyandu, 3) Medical Curative (early
diagnose + prompt treatment)dengan cara Pergi ke Rumah Sakit /
puskesmas / BKPM untuk mendapatkan mendiagnosis penyakit atau untuk
mendapatkan pengobatan jika telah tertular penyakit TBC Proses
penyembuhan penyakit ini memang memerlukan waktu cukup lama, yaitu 6-8
bulan, 4) Disabiliti limitation (Pembatasan kecacatan) dengan latihan
pernafasan untuk penyakit TBC dan mengkomsumsi obat secara rutin dan 5)
Rehabilitasi.

B. Saran

Biasakan hidup bersih dan sehat agar terhindar dari penyakit karena
lebih baik mencegah daripada mengobati. Agar tidak tertular penyakit TBC
sebaiknya pastikan kondisi rumah sehat dan layak huni dengan memperhatikan
kepadatan dalam rumah, suhu , dan ventilasi. Gunakan masker jika keluar rumah
dan apabila ada gejala-gejala TBC yang terjadi segera cek ke dokter untuk
mendapatkan tindakan lebih lanjut

Sumber Media Biomaker Dampak Kesehatan

16
Bakteri udara ludah Seseorang akan
Mycrobacterium tertular penyakit TBC
tuberculocis. apabila daya tahan
tubuhnya melemah
begitu pula
sebaliknya.

17

Anda mungkin juga menyukai