KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, Alhamdulillahirabbilalamin, banyak
nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat, penulis dapat menyelesaikan
tugas pembuatan makalah yang berjudul Peraturan dan Regulasi I dengan lancar.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu Etika Profesi yang disajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi dan berita. Dan untuk
memenuhi tugas mata kuliah softskill yang telah diberikan oleh dosen pembimbing, semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
siapa saja yang membacanya.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang
tepat atau menyinggu perasaan pembaca.
Kepada dosen pembimbing, saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
I.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
I.3 Tujuan................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
II.1 Cyberlaw.............................................................................................................. 3
II.2 CyberLock............................................................................................................. 3
II.3 Regulasi Konten...................................................................................................... 3
II.4 Perlunya Peraturan dalam Cyberlaw.............................................................................5
II.5 Perbedaan Cyber Law Di Berbagai Negara.....................................................................5
II.5.1 Cyber Law Negara Indonesia.......................................................................5
II.5.2 Cyber Law Negara Malaysia........................................................................7
II.5.3 Cyber Law Negara Singapore......................................................................7
II.5.3 Cyber Law Negara Vietnam.........................................................................9
II.5.4 Cyber Law Negara Thailand........................................................................9
II.6 Uu Telekomunikasi Dalam Mengatur Penggunaan Teknologi Informasi (Uu Ite).....................10
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 12
III.1 Kesimpulan........................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Peraturan adalah sesuatu yang disepakati dan mengikat sekelompok orang/ lembaga
dalam rangka mencapai suatu tujuan dalam hidup bersama.
Regulasi adalah mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau
pembatasan. Regulasi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, misalnya: pembatasan hukum
diumumkan oleh otoritas pemerintah, regulasi pengaturan diri oleh suatu industri seperti melalui
asosiasi perdagangan, Regulasi sosial (misalnya norma), co-regulasi dan pasar. Seseorang dapat,
mempertimbangkan regulasi dalam tindakan perilaku misalnya menjatuhkan sanksi (seperti
denda).
Dalam era globalisasi dan teknologi dewasa ini perkembangan teknologi komputer
dibidang IT meningkat dengan cepat, penggunaan komputer sebagai salah satu alat teknologi
informasi sangat dibutuhkan keberadaannya hampir disetiap aspek kehidupan manusia dan telah
menjadi realitas sehari-hari jutaan manusia dimuka bumi ini.
Penggunaan perangkat komputer sebagai perangkat pendukung manajemen dan
pengolahan data sangatlah tepat penggunaannya untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas data
yang baik dan benar. Sehingga untuk menghindari adanya penyalahgunaan Teknologi Informasi,
maka dibuat suatu peraturan dan regulasi yang mengontrol segala sesuatu tentang IT.
Kemajuan teknologi informasi yang serba digital membawa orang ke dunia bisnis yang
revolusioner (digital revolution era) karena dirasakan lebih mudah, murah, praktis dan dinamis
berkomunikasi dan memperoleh informasi. Di sisi lain, berkembangnya teknologi informasi
menimbulkan pula sisi rawan yang gelap sampai tahap mencemaskan dengan kekhawatiran pada
perkembangan tindak pidana di bidang teknologi informasi yang berhubungan dengan
cybercrime atau kejahatan duniamaya.
Saat ini telah lahir hukum baru yang dikenal dengan hukum cyber atau hukum telematika.
Atau cyber law, secara internasional digunakan untuk istilah hukum yang terkait dengan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Demikian pula, hukum telematika yang
merupakan perwujudan dari konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media, dan hukum
informatika. Istilah lain yang juga digunakan adalah hukum teknologi informasi (law of
information technology), hukum dunia maya (virtual world law), dan hukum mayantara.
Di Indonesia, sudah ada UU ITE, UU No. 11 tahun 2008 yang mengatur tentang
informasi dan transaksi elektonik, Undang-Undang ini memiliki jangkauan yurisdiksi tidak
semata-mata untuk perbuatan hukum yang berlaku di Indonesia dan/atau dilakukan oleh warga
negara Indonesia, tetapi juga berlaku untuk perbuatan hukum yang dilakukan di luar wilayah
hukum (yurisdiksi) Indonesia baik oleh warga negara Indonesia maupun warga negara asing atau
badan hukum Indonesia maupun badan hukum asing yang memiliki akibat hukum di Indonesia,
mengingat pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Informasi Elektronik dan Transaksi
Elektronik dapat bersifat lintas teritorial atau universal.
I.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Cyberlaw
Cyber Law adalah aspek hukum yang istilahnya berasal dari Cyberspace Law, yangruang
lingkupnya meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek
hukum yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai
"online" dan memasuki dunia cyber atau maya. Pada umumnya diasosiasikan dengan internet,
merupakan aspek hukum yang ruang lingkupnya meliputi suatu aspek yang berhubungan dengan orang
perongan atau subyek hukum yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai
pada saat online dan memasuki dunia cyber atau duni maya. Cyberlaw sendiri merupakan istilah yang
berasal dari Cyberspace Law. Cyberlaw akan memainkan peranannya dalam dunia masa depan, karena
nyaris tidak ada lagi segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh keajaiban teknologi dewasa ini dimana kita
perlu sebuah perangkat aturan main didalamnya.
II.2 CyberLock
Cyberlock Access Control System Videx sebuah alat inovatif dalam system penguncian
yang dapat mengubah kunci secara manual ke dalam Sistem Access Control yang mampu
memberikan perlindungan dan tingkat keamanan yang tinggi terhadap aset bernilai tinggi yang
dimiliki oleh perusahaan. Dengan Sistem Access Control Cyberlock, semua kegiatan petugas lapangan
seperti memeriksa kondisi (pemeliharaan) terhadap komponen serta semua aset yang bernilai tinggi
lainnya, bisa langsung diamati melalui penyimpanan semua data dan kegiatan yang dapat dilihat secara
langsung saat diperlukan. Hal-hal yang dapat di antisipasi oleh Cyberlock adalah kendala operasional dan
manual sistem keamanan (pengambilan hasil sebuah laporan pada suatu perusahaan masih kurang akurat
dan masih sulit untuk di benarkan). Dengan Cyberlock hal kelemahan-kelemahan tersebut akan dapat
ditingkatkan, sehingga lebih mudah untuk dapat melakukan pelacakan data seperti dalam kasus
kebakaran, pencurian, atau event lainnya yang dapat berpotensi merugikan perusahaan.
Instruksi pada pembuatan bom, produksi obat/racun tidak sah, aktivitas teroris.
4. Keamanan Ekonomi
Penipuan
Instructions on pirating credit cards
Scam, Cybercrime
5. Keamanan indormasi
Cybercrime
Phising
6. Protection of Privacy
7. Protection of Reputation
8. Intellectual Property
basis yang
dan kita bisa maju ke yang lebih spesifik. Namun pada kenyataannya hal ini tidak
terlaksana. Untuk hal yang terkait dengan transaksi elektronik, pengakuan digital
signature sama seperti tanda tangan konvensional merupakan target. Jika digital signature
dapat diakui, maka hal ini akan mempermudah banyak hal seperti electronic commerce
(e-commerce), electronic procurement (e-procurement), dan berbagai transaksi elektronik
lainnya.
Namun ternyata dalam perjalanannya ada beberapa masukan sehingga hal-hal lain pun
masuk ke dalam rancangan cyberlaw Indonesia. Beberapa hal yang mungkin masuk
antara lain adalah hal-hal yang terkait dengan kejahatan di dunia maya (cybercrime),
penyalah gunaan penggunaan komputer, hacking, membocorkan password, electronic
banking, pemanfaatan internet untuk pemerintahan (e-government) dan kesehatan,
masalah HaKI, penyalahgunaan nama domain, dan masalah privasi. Penambahan isi
disebabkan karena belum ada undang-undang lain yang mengatur hal ini di Indonesia
sehingga ada ide untuk memasukkan semuanya ke dalam satu rancangan. Nama dari
RUU ini pun berubah dari Pemanfaatan Teknologi Informasi, ke Transaksi Elektronik,
dan akhirnya menjadi RUU Informasi dan Transaksi Elektronik. Di luar negeri umumnya
materi ini dipecah-pecah menjadi beberapa undang-undang.
Ada satu hal yang menarik mengenai rancangan cyberlaw ini yang terkait dengan teritori.
Misalkan seorang cracker dari sebuah negara Eropa melakukan pengrusakan terhadap
sebuah situs di Indonesia. Dapatkah hukum kita menjangkau sang penyusup ini? Salah
satu pendekatan yang diambil adalah jika akibat dari aktivitas crackingnya terasa di
Indonesia, makaIndonesia berhak mengadili yang bersangkutan. Apakah kita akan
mengejar cracker ini ke luar negeri? Nampaknya hal ini akan sulit dilakukan mengingat
keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh kita. Yang dapat kita lakukan adalah
menangkap cracker ini jika dia mengunjungi Indonesia. Dengan kata lain, dia kehilangan
kesempatan / hak untuk mengunjungi sebuah tempat di dunia. Pendekatan ini dilakukan
oleh Amerika Serikat.
mempromosikan
menerapkan menjamin
menggunakan media
elektronik.
secara
wajar
dan
cepat
serta
untuk
Mengatur mengenai potensi / kesempatan yang dimiliki oleh network service provider
untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti mengambil, membawa,
menghancurkan material atau informasi pihak ketiga yang menggunakan jasa jaringan
tersebut. Pemerintah Singapore merasa perlu untuk mewaspadai hal tersebut.
Tandatangan dan Arsip elektronik
Hukum memerlukan arsip/bukti arsip elektronik untuk menangani kasus-kasus
elektronik, karena itu tandatangan dan arsip elektronik tersebut harus sah
menurut
hukum.
domain belum ada rancangannya tetapi online dispute resolution sudah terdapat
rancangannya.
II.5.3 Cyber Law Negara Vietnam
Cyber crime,penggunaan nama domain dan kontrak elektronik di Vietnam suudah
ditetapkan oleh pemerintah Vietnam sedangkan untuk masalah perlindungan konsumen
privasi,spam,muatan online,digital copyright dan online dispute resolution belum
mendapat perhatian dari pemerintah sehingga belum ada rancangannya.
Dinegara seperti Vietnam hukum ini masih sangat rendah keberadaannya,hal ini dapat
dilihat dari hanya sedikit hukum-hukum yang mengatur masalah cyber,padahal masalah
seperti spam,perlindungan konsumen,privasi,muatan online,digital copyright dan ODR
sangat penting keberadaannya bagi masyarakat yang mungkin merasa dirugikan.
II.5.4 Cyber Law Negara Thailand
Cybercrime dan kontrak elektronik di Negara Thailand sudah ditetapkan oleh
pemerintahnya,walaupun yang sudah ditetapkannya hanya 2 tetapi yang lainnya seperti
privasi,spam,digital copyright dan ODR sudah dalalm tahap rancangan.
Kesimpulan
Dalam hal ini Thailand masih lebih baik dari pada Negara Vietnam karena Negara
Vietnam hanya mempunyai 3 cyberlaw sedangkan yang lainnya belum ada bahkan belum
ada rancangannya.
11
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Cyberlaw adalah hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia maya) yang umumnya
diasosiasikan dengan internet.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://galuhkurniawan.blogspot.com/2012/03/peraturan-dan-regulasi.html
https://pyia.wordpress.com/2012/05/01/peraturan-dan-regulasi-1/
http://ichigonara.blogspot.com/2011/03/perbedaan-cyber-law-antara-negara-asean.html
http://www.drn.go.id/download/e-Regulasi%20Konten%20-%20Cahyana%20Ahmadjayadi.pdf