Anda di halaman 1dari 40

JUAL BELI ONLINE: HUKUM, ETIKA, DAN SUKSES DALAM

PANDANGAN ISLAM

Tantangan dan Solusi dalam Bisnis Online Berdasarkan Ajaran Islam

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Muamalah

Disusun Oleh:

Kelompok 7 Kelas ES 3C

1. Siwi Qudsi (22681051)

2. Selfi Ferminta (22681045)

3. Santika Nurjannah (22681044)

Dosen Pengampu:

Hendrianto, M.A.

MAHASISWA PROGRAM STUDI EKONOMI SYA’RIAH

FAKULTAS SYA’RIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, taufiq, serta
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tantangan dan Solusi
Dalam Bisnis Online Berdasarkan Ajaran Islam” .

Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Dan juga kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Hendrianto, M.A.
Selaku dosen mata kuliah Fiqh Muamalah yang telah memberikan tugas ini.

Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan kita. Oleh
sebab itu penting bagi kami adanya kritik, saran, dan usulan untuk memperbaiki makalah
yang kami buat di waktu yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat dipahami dengan mudah bagi siapa-pun yang membacanya
dan juga dapat berguna bagi kami pribadi. Demikian yang dapat kami sampaikan. Mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata.

Curup, Nov 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................ii
BAB I .............................................................................................................1
PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan .....................................................................................................3
BAB II ............................................................................................................4
PEMBAHASAN ............................................................................................4
A. Perlindungan data pelanggan dan privasi dalam e-commerce................4
B. Penanganan masalah hukum dan etika dalam penawaran diskon dan
Promosi....................................................................................................11
C. Solusi untuk mencegah penipuan dan aktivitas ilegal dalam bisnis
Online......................................................................................................26
BAB III ..........................................................................................................34
PENUTUP .....................................................................................................34
A. Kesimpulan ..........................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
E-commerce di Indonesia sendiri sudah banyak. Tentu e-commerce yang
sering kita dengar adalah TokoPedia, Shopee, Blibli.com, OLX,
Bhinneka.com dan lain-lain. Sistematika dari penggunaan e-commerce ini
adalah dengan cara mendaftarkan data diri kita terlebih dahulu ke dalam e-
commerce tersebut untuk didaftarkan sebagai pengguna yang sah dan agar
dapat melanjutkan transaksi jual-beli. Biasanya, di dalam pendaftaran
penggunaan e-commerce akan ditanyakan nama panjang, tanggal, dan tahun
lahir, dan tentu alamat. Hal ini untuk memudahkan pendataan e-commerce
untuk melihat penggunanya dan beberapa e-commerce tentu juga
menyediakan dompet digital atau e-wallet untuk transaksi pembayarannya.
Pengguna e-wallet ini hampir sama dengan mobile banking, tentu hanya kita
si pemilik saja yang boleh mengetahui data-data di dalamnya, kecuali
pemilik e-commerce sebagai pemegang data base pengguna dan
penyelenggara sistem elektronik.1
Perusahaan e-comnmerce dalam menawarkan dan memasarkan
barangnya bergantung kepada teknologi apa yang disebut sebagai ad-
targeting. Ad-targeting adalah kegiatan yang dilakukan oleh kalangan
industri dan bisnis untuk memasarkan sebuah produk barang dan jasa
dengan cara menarget potensial costumer. Latar belakang dari ad-targeting
sendiri adalah adanya teknologi yang memberikan kemudahan dan
keakurasian dalam promosi dan pemasaran dengan biaya rendah. Dengan
teknologi yang dipakai tersebut, terdapat potensi permasalahan pemanfaatan
data pribadi para konsumen di antaranya pelacakan transaksi online di mana
di dalamnya terdapat preferensi belanja, lokasi belanja, data komunikasi,
hingga alamat seorang konsumen.
Dalam bisnis online yang berlandaskan ajaran Islam, penting untuk
memahami beberapa prinsip syariah yang mendasari transaksi ekonomi.
Salah satu tantangan utama adalah memastikan kepatuhan terhadap larangan
riba (bunga) dalam transaksi keuangan. Oleh karena itu, solusinya mungkin

1
Deanne Destriani Firmansyah Putri and Muhammad Helmi Fahrozi, “UPAYA PENCEGAHAN KEBOCORAN DATA
KONSUMEN MELALUI PENGESAHAN RUU PERLINDUNGAN DATA PRIBADI (STUDI KASUS E-COMMERCE
BHINNEKA.COM),” Borneo Law Review 5, no. 1 (July 5, 2021): 46–68,
https://doi.org/10.35334/bolrev.v5i1.2014.

1
melibatkan penggunaan model transaksi yang bebas riba, seperti profit-and-
loss sharing atau pembiayaan syariah.
Selain itu, transparansi dalam bisnis adalah nilai yang sangat dihargai
dalam Islam. Tantangan dapat muncul ketika informasi tidak cukup jelas
atau terjadi ketidakadilan dalam transaksi. Solusinya adalah dengan menjaga
transparansi dalam semua aspek bisnis, memberikan informasi yang akurat
kepada semua pihak terkait, dan memastikan adanya keadilan dalam
pembagian keuntungan dan kerugian.
Kontrak dalam bisnis online juga harus sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah. Menggunakan kontrak yang adil dan sesuai syariah dapat
membantu menghindari ketidakjelasan dan memastikan bahwa transaksi
dilakukan dengan integritas.
Pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai moral dan etika Islam dalam
konteks bisnis online dapat menjadi landasan yang kuat untuk mengatasi
tantangan tersebut. Hal ini melibatkan kesadaran akan tanggung jawab
sosial, keberlanjutan, dan keadilan dalam setiap langkah bisnis yang diambil
Promosi, yang merupakan metode untuk memperkenalkan dan membuat
sesuatu dapat diakses oleh pelanggan, merupakan salah satu variabel
penting yang dapat memengaruhi pilihan pembeli untuk melakukan
pembelian. Promosi mencakup berbagi data, meyakinkan, dan memikat
pembeli untuk menunjukkan kepada mereka pilihan untuk membeli.
Program diskon adalah salah satu metode untuk membantu upaya
perusahaan dalam meningkatkan penjualan. Rabat adalah praktik
menurunkan harga produk klien untuk memaksimalkan penjualan produk.
Konsumen sensitif terhadap harga karena mereka menimbang biaya dengan
kualitas barang yang mereka terima. Sehingga potongan harga menjadi salah
satu daya tarik bagi pelanggan untuk melakukan pembelian, dan apakah
pelanggan akan menggunakan harga produk sebagai tolak ukur saat
mempertimbangkan untuk membeli suatu produk atau tidak. Selain itu,
karena kesadaran konsumen akan suatu produk saat ini semakin luas, pelaku
usaha harus memiliki pemahaman yang cukup terhadap konsumen sebelum
menurunkan harga, sehingga banyak pelaku usaha yang berlomba-lomba
untuk menyediakan produk yang diinginkan oleh konsumen untuk
meningkatkan kesenangan konsumen terhadap produk yang ditawarkan.

B. Rumusan Masalah

2
1. Bagaimana Perlindungan data pelanggan dan privasi dalam e-commerce?
2. Bagaimana Penanganan masalah hukum dan etika dalam penawaran diskon
dan promosi?
3. Bagaimana Solusi untuk mencegah penipuan dan aktivitas ilegal dalam
bisnis online?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Perlindungan data pelanggan dan privasi dalam e-
commerce!
2. Untuk mengetahui Penanganan masalah hukum dan etika dalam penawaran
diskon dan promosi!
3. Untuk mengetahui Solusi untuk mencegah penipuan dan aktivitas ilegal
dalam bisnis online!

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perlindungan Data Pelanggan dan Privasi Dalam E-Commerce


Perlindungan data konsumen merupakan bagian dari aspek perlindungan
konsumen dalam transaksi online ataupun kegiatan e-commerce.
Perlindungan atas data pribadi adalah termasuk ke dalam perlindungan hak
asasi manusia, dengan demikian, pengaturan menyangkut hak privasi atas
data pribadi merupakan manifestasi pengakuan dan perlindungan atas hak-
hak dasar manusia. Pergaulan internasional Indonesia turut menuntut adanya
perlindungan atas data dan informasi pribadi. Perlindungan tersebut dapat
memperlancar perdagangan, industri, investasi yang bersifat transnasional.
Berdasarkan data-data yang dikemukakan Alvin Lie Anggota
Ombudsman Republik Indonesia menyatakan bahwa saat ini
penyalahgunaan data-data konsumen/masyarakat oleh oknum perusahaan
tertentu sudah sangat parah. Hal tersebut disebabkan karena data yang
dimiliki bisa disalahgunakan. Saat ini data pribadi konsumen belum
terlindungi oleh peraturan secara khusus. Masih belum adanya Undang-
undang maupun Peraturan Pemerintah (PP) yang dibuat serta disahkan
untuk memberikan pelindungan kepada warga negara.
Belum adanya perlindungan kepada konsumen melalui aturan pemerintah
yang menyebabkan oknum tertentu berani dalam melakukan
penyalahgunaan data-data masyarakat. Terdapat data-data konsumen pada
perusahaan tertentu dapat dengan mudah diperjualbelikan
2
bahkan disalahgunakan.
Hal ini dapat mengakibatkan pencurian identitas, penipuan, dan
eksploitasi lainnya. Kebocoran data juga dapat menyebabkan kerugian
finansial dan kerugian reputasi bagi individu dan perusahaan yang terlibat.
Pengaturan perlindungan data pribadi konsumen pada transaksi e-
commerce berperan dalam mengatur pengumpulan, penggunaan,
penyimpanan, dan perlindungan data pribadi oleh perusahaan dan platform
e-commerce. Tujuan dari pengaturan ini adalah untuk melindungi privasi,
keamanan, dan hak-hak konsumen dalam penggunaan data pribadi mereka.3
2
Ardhiana Hidayah and Marsitiningsih Marsitiningsih, “Aspek Hukum Perlindungan Data Konsumen E-
Commerce,” Kosmik Hukum 20, no. 1 (August 19, 2020): hal 57.
3
Erna Priliasari, “PERLINDUNGAN DATA PRIBADI KONSUMEN DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE,” Jurnal Rechts
Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional 12, no. 2 (October 6, 2023): hal 265.,

4
Salah satu tonggak penting dalam mendukung peraturan pelindungan data
pribadi ini adalah berkat kehadiran UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016. UU ITE
memberikan dasar hukum untuk melindungi privasi individu dalam
lingkungan digital dan memberikan sanksi terhadap tindakan
penyalahgunaan data. UU ITE memiliki ketentuan yang mengatur tentang
perlindungan data pribadi dalam transaksi elektronik sebagaimana diatur di
dalam ketentuan Pasal 25 dan Pasal 26 UU ITE.
Pasal 25 UU ITE menyebutkan bahwa Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs internet,
dan karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi sebagai Hak
Kekayaan intelektual berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan. Sedangkan Pasal 26 UU ITE mensyaratkan bahwa penggunaan
setiap data pribadi dalam sebuah media elektronik harus mendapat
persetujuan pemilik data bersangkutan. Setiap orang yang melanggar
ketentuan ini dapat digugat atas kerugian yang ditimbulkan.
Bila ditarik penafsiran secara umum, maka perlindungan data pribadi
sebenarnya telah diatur di dalam UU ITE. Pasal-Pasal selanjutnya dalam
UU ITE yaitu Pasal 30-33 dan Pasal 35 yang masuk kedalam BAB VII
mengenai Perbuatan yang Dilarang. Secara tegas, Undang-Undang ITE
melarang adanya akses secara melawan hukum kepada data pribadi milik
orang lain melalui sistem elektronik untuk memperoleh informasi dengan
cara menerobos sistem pengaman.
UU ITE telah memberikan perlindungan terhadap data pribadi dalam
transaksi elektronik namun tidak memberikan pengaturan secara rinci apa
yang dimaksud dengan data pribadi. Pengertian data pribadi dapat
ditemukan dalam beberapa peraturan di bawah UU ITE seperti Peraturan
Pemerintah No. 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik dan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi Dalam
Elektronik. Selain itu pengertian data pribadi juga dapat ditemukan
di dalam UU PDP.
UU PDP mengatur apa saja yang termasuk data pribadi. Berdasarkan
Pasal 4 Undang-Undang tersebut ada dua jenis data pribadi, berikut ini
jenis-jenis data pribadi, yaitu:

https://doi.org/10.33331/rechtsvinding.v12i2.1285.

5
1. Data pribadi yang bersifat spesifik, meliputi:
a) Data dan informasi kesehatan
b) Data biometrik
c) Data genetika
d) Catatan kejahatan
e) Data anak
f) Data keuangan pribadi
g) Data lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Data pribadi yang bersifat umum, meliputi:
a) Nama lengkap
b) Jenis kelamin
c) Kewarganegaraan
d) Agama
e) Status perkawinan
f) Data Pribadi yang dikombinasikan untuk mengidentifikasi seseorang.4

1. Dasar Hukum Perlindungan Data Pribadi Dalam Transaksi E-


Commerce dalam Hukum Islam
Dalam Islam terdapat hukum yang dijadikan pedoman dan sumber
hukum, yaitu : Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW. Kedua sumber
tersebut dijadikan rujukan dalam mengatur kehidupan umat Islam. 7
Bahkan dalam surah An-Nisa’ ayat 59 sangat tegas menyebutkan bahwa
umat Islam dalam menyelesaikan urusan harus berpedoman dengan Al-
Qur’an dan Sunnah.

‫ٰۤي‬
‫ـَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْۤو ا َاِط ْيـُعوا َهّٰللا َو َا ِط ْيـُعوا الَّرُسْو َل َو ُا وِلى اَاْل ْم ِر ِم ْنُك ْم ۚ  َفِا ْن َتَنا َز ْع ُتْم ِفْي‬
‫َش ْي ٍء َفُر ُّد ْو ُه ِاَلى ِهّٰللا َو ا لَّرُسْو ِل ِاْن ُك ْنـُتْم ُتْؤ ِم ُنْو َن ِبا ِهّٰلل َو ا ْلَيـْو ِم اٰاْل ِخ ِرۗ  ٰذ ِلَك َخ ْيٌر َّو َاْح َس ُن َتْأِوْياًل‬

4
Priliasari, hal 268-270.

6
Terjemahnya : “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di
antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Qs. An-
Nisa’ ayat 59).
Islam memandang privasi sebagai hal yang harus dihargai karena
terkait dengan kerahasian seseorang. Dalam transaksi E-Commerce data
pribadi seseorang harus dilindungi karena privasi tersebut berkaitan
dengan profil diri, riwayat kontak, lokasi, gambar, dokumen dan hal-hal
terkait privasi seseorang. Bahkan dalam AlQur’an ditegaskan tentang
keutamaan privasi tersebut sebagaiaman firman Allah SWT dalam
QS. An-Nuur 27 :

‫ٰذ‬ ‫ٰۤل‬ ‫ّٰت‬ ‫ٰۤي‬


‫ـَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْد ُخ ُلْو ا ُبُيْو ًتا َغ ْيَر ُبُيْو ِتُك ْم َح ى َتْس َتْأِنُسْو ا َو ُتَس ِّلُم ْو ا َع ى َاْه ِلَهاۗ  ِلُك ْم‬
‫َخ ْيٌر َّلـُك ْم َلَعَّلُك ْم َتَذ َّك ُرْو َن‬

Terjemahnya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu


memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan
memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik
bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” 5

3. Aturan terhadap Data Konsumen E-Commerce


Aturan perlindungan terhadap data pribadi konsumen dalam
transaksi e-commerce mencakup beberapa hal yang harus diperhatikan.
Berikut adalah beberapa aturan yang relevan:
1. Kebijakan Privasi: Setiap platform atau situs e-commerce harus
memiliki kebijakan privasi yang jelas dan transparan. Kebijakan ini
harus menjelaskan bagaimana data pribadi konsumen akan
dikumpulkan, digunakan, dan dilindungi.
2. Persetujuan Konsumen: Konsumen harus memberikan persetujuan
mereka secara sukarela sebelum data pribadi mereka dikumpulkan
5
Parida Angriani Baiq, “Perlindungan Hukum terhadap Data Pribadi dalam Transaksi E-Commerce: Perspektif
Hukum Islam dan Hukum Positif,” DIKTUM: Jurnal Syariah dan Hukum 19, no. 2 (December 31, 2021): hal 153-
154., https://doi.org/10.35905/diktum.v19i2.2463.

7
dan digunakan oleh platform e-commerce. Persetujuan ini harus
diberikan dengan pemahaman yang jelas mengenai penggunaan data
pribadi mereka.
3. Keamanan Data: Platform e-commerce harus mengimplementasikan
langkah-langkah keamanan yang memadai untuk melindungi data
pribadi konsumen dari akses, penggunaan, atau pengungkapan yang
tidak sah. Ini termasuk penggunaan enkripsi, perlindungan jaringan,
dan tindakan keamanan lainnya.
4. Penghapusan Data: Konsumen harus diberikan opsi untuk menghapus
data pribadi mereka dari sistem e-commerce jika mereka
menginginkannya. Platform e-commerce harus memiliki mekanisme
yang memungkinkan konsumen untuk mengajukan permintaan
penghapusan data dengan mudah.
5. Pembagian Data: Jika data pribadi konsumen akan dibagikan kepada
pihak ketiga, platform ecommerce harus menjelaskan secara jelas dan
mendapatkan persetujuan konsumen terlebih dahulu. Konsumen harus
diberi informasi yang jelas mengenai pihak yang akan menerima data
dan tujuan pembagian data tersebut.
6. Pengawasan dan Penegakan: Pemerintah dan lembaga yang berwenang
harus melakukan pengawasan yang efektif terhadap praktik
perlindungan data pribadi dalam transaksi e-commerce. Mereka juga
harus memberlakukan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran yang
dilakukan oleh platform ecommerce.
Penting bagi platform e-commerce dan konsumen untuk memahami
dan mematuhi aturan perlindungan data pribadi yang berlaku untuk
memastikan keamanan dan privasi dalam transaksi ecommerce.6

4. Privacy Policy Dalam Online Marketplace System


Privacy policy merupakan deskripsi yang lengkap yang
menyatakan tentang tanggungjawab dan pelaksanaan dari ketentuan
tersebut dalam rangka melindungi hak privasi seorang individu yang
telah mengungkapkan data privasinya dalam kegiatan e-commerce.
Privacy policy dalam setiap transaksi kegiatan ecommerce dapat diakses
dengan mudah, hal ini dikarenakan ketentuan tersebut menjadi sangat
6
Sagdiyah Fitri Andani Tambunan Agung and Muhammad Irwan Padli Nasution, “Perlindungan Hukum
Terhadap Data Pribadi Konsumen Dalam Melakukan Transaksi Di E-Commerce,” Jurnal Ekonomi Manajemen
Dan Bisnis (JEMB) 2, no. 1 (July 1, 2023): hal 6-7., https://doi.org/10.47233/jemb.v2i1.915.

8
penting dalam kegiatan e-commerce sebagai code of conduct yang
dihormati oleh para pihak.
Indonesia secara umum memiliki regulasi hukum yang mengatur
mengenai privacy policy dalam online marketplace system, yaitu
terdapat dalam UndangUndang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang ITE) dan
Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Sistem dan Transaksi Elektronik (PP Nomor 28 Tahun 2012 tentang
PSTE). Salah satu lead sector Pemerintah Indonesia yang menangani e-
commerce yaitu Kementerian Komunikasi dan Informan
7
(Kemenkominfo).
Tujuan paling penting dari privacy policy dalam kegiatan e-
commerce adalah selain memberikan kepastian hukum kepada
konsumen terhadap informasi pribadi yang telah di-input dan atau
preferensi yang dilakukan dalam kegiatan transaksi elektronik tersebut
tidak disalahgunakan dan dijaga kerahasiaannya, karena hal tersebut
selain berkaitan dengan hak asasi manusia konsumen, juga berkaitan
dengan upaya dari penyedia jasa e-commerce maupun penyedia online
marketplace system untuk menghindari pelanggaran atas rasa aman dan
nyaman serta dignity dari konsumen itu sendiri.
Manfaat Pengaturan Privacy Policy
Manfaat yang dicapai dalam pengaturan privacy policy pada
kegiatan e-commerce apabila dijalankan dan ditaati dengan baik oleh
kedua belah pihak, yaitu:
a) Meningkatkan rasa aman dan kepercayaan antara konsumen daring
dan penyedia e-commerce.
b) Terlindunginya hak privasi bagi konsumen daring dalam kegiatan e-
commerce yangdilakukan.
c) Terciptanya iklim persaingan usaha yang sehat pada setiap aktivitas
transaksi elektronik.
d) Terdapat penyelesaian hukum yang tepat sesuai yang disepakati pada
privacy policy jikadikemudian hari konsumen online terlanggar hak-
hak privasinya.8

7
Masitoh Indriani, “Perlindungan Privasi Dan Data Pribadi Konsumen Daring Pada Online Marketplace
System,” JUSTITIA JURNAL HUKUM 1 (October 23, 2017): hal 195-196.,
https://doi.org/10.30651/justitia.v1i2.1152.

9
Perlindungan konsumen yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1998. Perlindungan konsumen berdasarkan asas-asas berikut ini:
1. Asas manfaat: pengaturan mengenai perlindungan konsumen akan dapat
dimanfaatkan secara optimal bagi kemanusiaan, peningkatan
kesejahteraan rakyat dan pembangunan probadi setiap negara.
2. Asas keadilan: pengaturan mengenai perlindungan konsumen akan dapat
memberikan rasa keadilan bagi setiap masyarakat konsumen pada
umumnya.
3. Asas keseimbangan: pengaturan mengenai perlindungan konsumen akan
dapat menciptakan keseimbangan antara kepentingan konsumen dan
kepentingan produsen.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen: pengaturan mengenai
perlindungan konsumen akan dapat memberikan suasana kondusif bagi
konsumen dalam rangka penggunaan hasil produk dari produsen.
5. Asas kepastian hukum: pengaturan mengenai perlindungan konsumen
akan dapat memberikan suatu kepastian hukum berkenaan dengan hak
dan kewajiban antara konsumen dan produsen.

Tujuan perlindungan konsumen berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang


Nomor 8 Tahun 1998 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri.
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan,
dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.

8
Wanda Aprilly Charos and Muhammad Irwan Padli Nasution2, “Perlindungan Privasi Dan Data Pribadi
Konsumen Pada E – Commerce,” Jurnal Akuntansi Keuangan Dan Bisnis 1, no. 2 (July 14, 2023): hal 69-70.,
https://doi.org/10.47233/jakbs.v1i2.50.

10
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggungjawab dalam berusaha.
6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.9

B. Penanganan Masalah Hukum dan Etika Dalam Penawaran Diskon dan


Promosi
Al-Qur’an, Sunnah Nabi Muhammad SAW, dan Ijma’ memberikan
landasan yang kuat bagi praktik jual beli untuk memberikan manfaat bagi
sesama manusia. Jual beli menurut Imam Syafi’i memiliki dua pengertian.
Pertama, setiap transaksi yang melibatkan dua orang dan barang yang dapat
diperjualbelikan secara suka sama suka, maka hal itu diridhoi oleh Allah.
Kedua, jika barang tersebut tidak dilarang oleh Nabi Muhammad SAW,
yang memiliki kekuatan untuk menafsirkan apa yang berasal dari Allah
dengan cara yang dia inginkan, maka Allah mengizinkan praktik jualbeli.
(Syafi’i, 2007).
1. Pengertian Promosi
Promosi pada dasarnya adalah sebuah bentuk komunikasi bisnis.
Komunikasi pemasaran adalah sejenis aktivitas pemasaran yang bertujuan
untuk mendidik, membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran tentang
bisnis dan barangnya sehingga mereka cenderung menerima, membeli,
dan loyal pada produk bisnis tersebut. Seseorang, perusahaan, atau
institusi dapat membantu transaksi antara pembeli dan penjual sebagai
hasil dari arus informasi atau persuasi satu arah yang dikenal sebagai
promosi. Elemen ketiga dari bauran pemasaran adalah promosi, yang
sangat penting mengingat pelanggan adalah raja di sebagian besar pasar
saat ini, yang merupakan pasar pembeli di mana konsumen memiliki
dampak besar atas keputusan untuk membeli atau menjual. Produsen
produk yang berbeda bersaing satu sama lain untuk menarik perhatian
dan kesigapan konsumen untuk dijual.10
2. Tujuan Promosi

9
Hidayah and Marsitiningsih, “Aspek Hukum Perlindungan Data Konsumen E-Commerce,” hal 58-59.
10
Candrianto and St M.Pd, KEPUASAN PELANGGAN SUATU PENGANTAR (Literasi Nusantara, 2021),
http://repo.iainbatusangkar.ac.id/xmlui/handle/123456789/22116.

11
• Modifikasi tingkah laku Tujuan dari promosi ini adalah untuk
memengaruhi perilaku dan pola pikir seseorang sehingga mereka
berhenti menerima suatu produk dan mulai menunjukkan
kesetiaanterhadap produk tersebut. Penjual terus berusaha untuk
memberikan citra positif tentang diri mereka sendiri atau
mempromosikan produk dan layanan bisnis.11
• Memberitahu Tindakan promosi yang dimaksudkan untuk
menginformasikan pasar sasaran tentang strategi pemasaran
perusahaan untuk barang-barang ini dalam hal harga, kualitas,
persyaratan pembeli, utilitas, sistematisasi, dan faktor lainnya.
Biasanya lebih disukai untuk menggunakan iklan informasi ini di awal
siklus hidup produk. Karena individu tertentu tidak akan tertarik untuk
membeli tenaga kerja dan produk saat ini sebelum mereka mengetahui
barang tersebut, nilainya, dan variabel yang berbeda, ini adalah
masalahpenting yang harus ditangani untuk meningkatkan minat yang
penting.
• Membujuk Iklan atau promosi persuasif cenderung kurang disukai oleh
sebagian orang. Namun didunia saat ini, banyak promo seperti ini yang
terjadi. Penjualan semacam itu terutama berfungsi untuk memotivasi
konsumen. Bisnis ini lebih mementingkan membuat kesan pertama
yang baik daripada mendapatkan reaksi dengan segera. Promosi
dimaksudkan untuk memiliki dampak jangka panjang pada perilaku
konsumen. Jika produksi yang dimaksud mulai bergerak ke tahap
pertumbuhan siklus hidup produk, promosi yang menarik ini akan
mulai menjadi pusat perhatian.
• Mengingatkan Promosi pemasaran nostalgia ini, yang dijalankan
selama tahap kedewasaan siklus hidup produk, bertujuan untuk
menjaga agar merek produk tetap segar di benak konsumen. Ini berarti
bahwa kami berupaya untuk fokus mempertahankan pelanggan saat ini
karena pelanggan harus terus bertransaksi dengan kami dari waktu ke
waktu.
Ekonomi Islam juga mempertimbangkan iklan yang dirancang untuk
menawarkan, mendidik, atau menjual barang atau jasa di pasar. Oleh karena
itu, jika ada pemasaran, pelanggan akan menyadari bahwa barang atau jasa
tertentu ada.12 Hubungan masyarakat, promosi penjualan, periklanan, dan

11
Dr H. Muhammad Yusuf Saleh M.Si S. E. and Dr Miah Said M.Si S. E., Konsep dan Strategi Pemasaran:
Marketing Concepts and Strategies (SAH MEDIA, 2019).
12
Tati Handayani and Muhammad Anwar Fathoni, Buku Ajar Manajemen Pemasaran Islam (Deepublish, 2019).

12
penjualan personal digunakan oleh Nabi Muhammad SAW. Namun, strategi
Nabi Muhammad SAW dalam melakukan promosi berbeda dengan strategi
saat ini. Tindakan Nabi Muhammad SAW tidak terlepas dari prinsip- prinsip
moral. Promosi tidak berkembang seperti saat ini, ketika semua produsen
menggunakan cara-cara kontemporer seperti media Online, televisi, radio,
dan media lainnya. Nabi dapat diterjemahkan ke dalam istilah manajemen
karena sifatnya yang ramah, intelektual, deskripsi tugas, kerja tim, daya
tanggap, koordinasi, kontrol, dan pengawasan; pendelegasian dan tanggung
jawab. Untuk meningkatkan penjualan produk dan jasa, bauran Periklanan,
penjualan personal, pemasaran untuk penjualan, dan publisitas semuanya
digabungkan dalam pemasaran. Kami telah beroperasi sebagai bisnis yang
menjual produk dan jasa secara langsung. Perspektif Al-Qur’an tentang
perdagangan juga cukup luas; kriteria yang digunakan mempertimbangkan
hal-hal di bumi dan di surga. Menurut AlQur’an, hidup adalah proses yang
tidak pernah berakhir. Untuk meraih kesuksesan di dunia dan akhirat,
manusia harus bekerja keras.
3. Pengertian Promosi Penjualan
Istilah promosi dan promosi penjualan terkadang menimbulkan
kesalahpahaman di antara para profesional pemasaran dan periklanan.
Perlu dijelaskan bahwa promosi adalah komponen pemasaran yang
digunakan bisnis untuk menjangkau pelanggan mereka. Semua komponen
bauran promosi, seperti periklanan, penjualan personal, publisitas, dan
promosi penjualan, disebut sebagai promosi.13
Banyak profesional pemasaran dan periklanan menggunakan frasa
“promosi”, tetapi yang sebenarnya mereka maksud adalah “promosi
penjualan”, yang merupakan aktivitas pemasaran yang menawarkan
manfaat atau insentif tambahan kepada pelanggan dengan harapan
mereka akan membeli lebih banyak.
Promosi penjualan adalah metode persuasi yang menggunakan
berbagai insentif untuk mendorong pelanggan melakukan pembelian
produk dengan cepat atau melakukan pembelian yang lebih besar secara
keseluruhan.
Freddy Rangkuti mendefinisikan promosi penjualan sebagai
kegiatan promosi unik yang biasanya berjangka pendek dan dilakukan di
beberapa lokasi, titik penjualan, atau titik pembelian. Selain itu, yang juga
terkait dengan strategi pemasaran respons langsung adalah promosi

13
Hermawan; Sula Kartajaya, Syariah Marketing / Hermawan Kartajaya (Mizan Media Utama, 2006), .

13
penjualan. Surat penawaran produk (mailshots) dapat dikirimkan kepada
pelanggan potensial bersama dengan berbagai permainan dan hadiah.
Alasan berkembangnya promosi penjualan adalah:
• Tingginya biaya media iklan, seperti TV, yang tidak dapat mengikuti
laju inflasi sering kali mengganggu keinginan para pengiklan, oleh
karena itu mereka mencari sarana promosi yang dapat mengurangi
pengeluaran.
• meningkatnya kebutuhan untuk meningkatkan pendapatan.
• Peningkatan berbagai kemampuan yang semakin kompleks di antara
para penjual mengarah pada jumlah penjualan yang lebih tinggi dan
persaingan yang lebih ketat.
• Promosi penjualan biasanya mencakup sesuatu yang membuat
pelanggan terhibur.
4. Tujuan promosi penjualan
Penggunaan alat pemasaran penjualan spesialis sangat banyak dan
beragam. Penjualan uji coba konsumen didorong melalui sampel gratis.
Sementara program konsultasi manajemen gratis berusaha untuk menjaga
hubungan jangka panjang dengan pedagang.
Kemajuan gaya dorongan digunakan oleh penjual untuk menarik
klien baru, memberi penghargaan kepada klien yang setia, dan
meningkatkan laju pembelian ulang klien yang langka. Orang yang
berganti merek terutama karena potongan harga, nilai yang lebih baik,
atau premi sering kali tertarik pada promosi penjualan. Promosi pada
akhirnya dapat meningkatkan pangsa pasar jika beberapa orang tidak
menguji merek tersebut.
Promosi penjualan di area dengan preferensi merek yang kuat
dapat menghasilkan pertumbuhan penjualan yang signifikan dalam waktu
dekat, tetapi tidak ada peningkatan jangka panjang dalam preferensi
merek. Promosi penjualan memberikan beberapa keuntungan bagi
pelanggan dan produsen. Produsen dapat menguji seberapa tinggi harga
resmi yang dapat dicapai dan bereaksi terhadap perubahan jangka pendek
dalam penawaran dan permintaan karena mereka selalu dapat
menurunkan harga. Promosi menarik pelanggan untuk mencoba barang
baru dan menghasilkan format yang lebih beragam, seperti harga obral
dan harga murah reguler.

14
Promosi penjualan juga bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran
harga pelanggan. Promosi penjualan juga membantu produsen menjual
lebih banyak dari biasanya dengan harga resmi. Promosi penjualan
digunakan untuk menarik klien baru dan menumbuhkan loyalitas.
Hukum syariah menetapkan bahwa usaha pemasaran harus didasari
dengan semangat pengagungan kepada Allah, Sang Maha Pencipta,
bekerja sekuat tenaga demi kesejahteraan semua orang, bukan hanya
untuk kepentingan kelompok secara keseluruhan. Ekonomi Islam
menggunakan taktik promosi sebagai berikut:
Ekonomi Islam dan iklan media Prinsip-prinsip ekonomi Islam
meliputi ketulusan dan kejujuran. Kejujuran dan kebenaran adalah
prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam ketika mempromosikan sebuah
produk melalui iklan. Kebohongan dalam bentuk apa pun benar-benar
dilarang dalam Islam. Oleh karena itu, ketika melakukan promosi sesuai
dengan iklan yang dipublikasikan, setiap pengelola harus bersikap benar,
jujur, dan lurus.
Selain itu, iklan yang tidak jujur dan melebih-lebihkan yang
dianggap sebagai salah satu bentuk kebohongan-harus dihindari oleh para
pengiklan. Dan bersikaplah jujur, karena kejujuran akan menghasilkan
kebaikan, dan kebaikan akan menghasilkan surga. Dan jika seseorang
jujur dan selalu berbuat jujur, maka Allah akan mencatatnya sebagai
orang yang jujur.
Ia menegaskan bahwa Al-Quran juga mengandung kebenaran fakta
dalam informasi publik:

‫َو ْلَيْخ َش اَّلِذ ْيَن َلْو َتَر ُك ْو ا ِم ْن َخ ْلِفِهْم ُذ ِّر َّيًة ِض ٰع ًفا َخ ا ُفْو ا َع َلْيِهْم ۖ  َفْلَيَّتُقوا َهّٰللا َو ْلَيُقْو ُلوا َقْو اًل َسِدْيًدا‬

Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka


meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan)nya.Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur
kata yang benar. (QS. An-Nisa’ Ayat 9)
Ekonomi Islam dan promosi penjualan: Saling percaya dan suka
sama suka adalah dua ide ekonomi Islam yang diterapkan dalam promosi
penjualan. Transaksi terjadi atas dasar kepercayaan dan saling merelakan;
pengelola pantai batu lapis tidak memaksa pengunjung untuk
15
menggunakan jasanya. Hukum jual beli harus dipahami oleh mereka yang
bekerja di industri ini untuk memastikan bahwa baik penjual maupun
pembeli tidak dirugikan selama jual beli. Menjual dan membeli dapat
diterima. Dengan kata lain, jika dilakukan atas dasar suka sama suka,
maka tidak apa-apa. Allah menyatakan:

‫ٰۤي‬
‫ۗ  ـَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْأُك ُلْۤو ا َاْمَو ا َلـُك ْم َبْيَنُك ْم ِبا ْلَبا ِط ِل ِاۤاَّل َاْن َتُك ْو َن ِتَج ا َر ًة َعْن َتَر ا ٍض ِّم ْنُك ْم ۗ  َو اَل َتْقُتُلْۤو ا َاْنـُفَس ُك ْم‬

‫ِاَّن َهّٰللا َك ا َن ِبُك ْم َر ِحْيًم ا‬

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisa’ Ayat 29).
Ketika Anda terlibat dalam kegiatan promosi, Anda harus
mengikuti jejak Nabi Muhammad, yang sangat menjunjung tinggi etika
dan sopan santun. Kode etik ini dapat disebut sebagai sebuah rencana. 14
Menurut Madjid Fakhri, akhlak yang wajib dilaksanakan dalam
memajukan setara dengan ajaran syariah adalah:
• Tidak boleh sekali menjual sumpah, dan dalam iklan dan promosi,
jangan pernah membuat janji yang tidak dapat Anda tepati. Menjual
sumpah tanpa kebenaran dapat berbahaya bagi nilai-nilai Islam,
sehingga sumpah yang berlebihan bertentangan dengan etika promosi
Islam. Dalam hal ini, Rasulullah memberlakukan peraturan dan
larangan. Dari Abu Qotadah Al-Anshori, Nabi shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “ bahwasanya ia mendengar Rasullullah SAW
bersabda: Ketika Anda mencoba menjual barang, berhatihatilah untuk
tidak menggunakan banyak kata umpatan karena meskipun mungkin
membantu Anda menjual barang, hal itu akan menghilangkan berkat.
(HR. Tirmizi). Etika promosi Islam melarang sumpah yang berlebihan,
dan menjual sumpah tanpa kejujuran dapat merusak nilai-nilai Islam.
• Karena hal ini dapat mengakibatkan kerugian dan ketidakadilan serta
permusuhan dan konflik, maka berbohong dan menipu sangat dilarang
dalam Islam. Mengingat fakta bahwa ia akan dikumpulkan bersama
para nabi, shiddiq, dan para syuhada di Hari Kiamat, hadis yang luar
14
Supriadi M.E.I S. E. I., Konsep Harga Dalam Ekonomi Islam (GUEPEDIA, 2018).

16
biasa ini menunjukkan keutamaan yang luar biasa dari seorang
pedagang yang memiliki sifat-sifat ini.
Menjunjung tinggi komitmen untuk secara konsisten memegang teguh
janji dan kesepakatan yang telah dibuat antara kedua belah pihak (penjual
dan pembeli).
Dalam ayat 1 QS Al-Maidah, Allah SWT berfirman :

‫ٰۤي‬
‫ۗ  ـَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْۤو ا َاْو ُفْو ا ِبا ْلُعُقْو ِد ۗ  ُاِح َّلْت َلـُك ْم َبِهْيَم ُة اَاْل ْنَعا ِم ِااَّل َم ا ُيْتٰل ى َع َلْيُك ْم َغ ْيَر ُم ِح ِّلى الَّصْيِد َو َا ْنـُتْم ُح ُر ٌم‬

‫ِاَّن َهّٰللا َيْح ُك ُم َم ا ُيِر ْيُد‬

Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Hewan ternak


dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan
tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau
umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia
kehendaki.
• Hindari iklan yang menipu yang dimaksudkan untuk menarik perhatian
pelanggan dan membujuk mereka untuk melakukan pembelian.
Informasi yang tidak benar sering kali disajikan dalam iklan di radio,
televisi, media cetak, dan media luar ruang lainnya. Strategi pemasaran
ini bertentangan dengan akhlaqul karimah. Karena Islam adalah agama
yang menyeluruh yang mengatur seluruh aspek kehidupan, maka tidak
mungkin memisahkan berbagai aspeknya. Demikian pula halnya
dengan pembelian dan penjualan dalam proses pemasaran, haruslah
sesuai dengan standar-standar Islam. Sama halnya dengan hal ini,
semua pembelian dan penjualan dalam proses pemasaran harus sesuai
dengan standar Islam.
• Karena itu akan memenangkan hati orang dan mendatangkan banyak
bisnis, dia harus siap menerima keuntungan yang kecil. Dengan
demikian, ia akan diberkahi dengan makanan yang cukup. Penguasa
harus mematuhi syariah Islam secara keseluruhan, bahkan dalam jual
beli, jika ia ingin mendapatkan penghidupan yang bahagia melalui
perdagangan dan, tentu saja, jika ia ingin diangkat ke derajat para nabi.
Konsep jual beli dalam Islam adalah saling meridhai atau kerelaan, ketika
kedua belah pihak sama-sama terlibat dalam transaksi, sesuai dengan
hadis yang disebutkan di atas.

17
5. Istilah Diskon Dalam Islam
Ungkapan rabat atau diskon pada awalnya tidak dikenal oleh para
fuqaha dalam tulisantulisan mereka, tetapi Al-Hâttmin al-tsaman atau al-
naqis min al-tsamanya, yang berarti pengurangan harga atau penurunan
harga, dikenal oleh mereka untuk menunjukkan arti rabat atau diskon.
Kontrak bai’ al-muwada’ah merupakan salah satu kategori jual beli yang
didasarkan pada gagasan perbedaan antara harga jual dan harga beli.
Penjualan yang dikenal sebagai “bai’ al-muwada’ah” terjadi ketika
penjual menawarkan harga yang lebih rendah dari harga yang berlaku
atau diskon. Biasanya, hanya barang atau aset tetap dengan nilai awal
yang relatif rendah yang dijual dengan cara ini Dalam bahasa Arab, Bai’
almuwada’ah juga dikenal sebagai Bai’ al-wadi’ah, yang berarti kerugian.
Wadi’ah adalah konsepIslam untuk menjual barang dengan
menginformasikan harga pembelian kepada konsumen dan melakukannya
dengan harga yang lebih murah.
Terdapat definisi diskon menurut pemikiran konvensional di
samping konsep diskon menurut prinsip-prinsip Islam. Mas’ud
Machfoedz menyatakan bahwa promosi adalah pengurangan harga yang
diberikan sebagai penghargaan kepada nasabah atas tindakan tertentu.
Misalnya, membayar tagihan dengan cepat, biaya transaksi, dan kriteria
terkait lainnya.
Diskon adalah pengurangan harga dari harga daftar yang
ditawarkan oleh penjual kepada pelanggan yang juga melepaskan layanan
pemasaran atau mengurus layanan ini sendiri. Diskon dapat menjadi alat
perencanaan yang bermanfaat untuk strategi pemasaran.
6. Tujuan Diskon
Dalam transaksi perdagangan, selalu ada dua pihak: pembeli, yang
menerima produk, dan penjual, yang menyediakan barang. Syariah Islam
mengizinkan diskon dalam transaksi yang melibatkan pembelian dan
penjualan barang. Diskon atau penghematan diakui menurut syariah jika
digunakan untuk tujuan ini.
a. Pertimbangan dan apresiasi penjual terhadap pembeli.
b. Atau untuk motif tertentu selama tidak melanggar hukum
Harga awal dari produk yang akan didiskon harus disebutkan,
sesuai dengan kitab Dlawbithu al-tsamani wa tathbiqatuhu fi aqdil bay.
Dengan maksud untuk mengetahui jumlah pengurangan harga.
18
Tidak boleh adanya unsur :
1. Al-Ghabn al-Fahisy (penipuan/kecurangan yang zalim).Ghabn adalah
misrepresentasi harga karena illat larangan ghabn adalah
misrepresentasi harga. Karena hadis-hadis sahih menuntut agar ghabn
ditinggalkan, maka ghabn secara syar’i dilarang. Menurut Abdullah bin
Umar dan Anas, Nabi diberitahu oleh seorang pria bahwa dia telah
diambil keuntungan ketika membeli dan menjual, sehingga Nabi
bereaksi sebagai berikut:
Jika engkau berjual beli maka katakanlah, “La Khilabah” (Tidak
ada penipuan ( HR Al-Bukhari”Muslim, Ahmad, Ibn Hibban dan Ibn
Umar dan Abu Dawud an-Nasai, at-Tirmidzi, Ibn Majahdan Al Hakim)

2. Tadlis
Perdagangan tadlis yaitu perdagangan yang mengandung informasi
yang tidak diketahui oleh salah satu pihak. Dalam Islam, setiap
transaksi harus didasarkan pada persetujuan bersama dari kedua belah
pihak, yang juga harus sama-sama mengetahui semua detailnya untuk
mencegah perasaan tidak adil di salah satu pihak, dalam transaksi tadlis
terdapat 4 (empat) hal, yaitu:
• Mengurangi ukuran dengan kuantitas
• kualitas, menutupi kekurangan produk
• Harga, memanfaatkan ketidaktahuan pembeli tentang harga yang
berlaku
• Waktu, menerima tanggal pengiriman berdasarkan ketidakmampuan
untuk memenuhinya
Ide saling ridha (‘an taradlin minkum) dilanggar dalam keempat
jenis tadlis. Nabi juga menasihati agar tidak menjual komoditas tanpa
terlebih dahulu mengklasifikasikannya sesuai dengan kualitas dan
kemudian memberi harga yang sesuai. Tidak boleh ada jaminan untuk
kualitas produk atau harga. Semuanya dibangun di atas prinsip
penetapan harga yang adil sesuai dengan kualitas barang.
Hal ini sejalan dengan unsur pemasaran syariah, yaitu faktor al-
waqi’iyyah atau realistis, yaitu sesuai dengan kenyataan dan tidak
mengada-ada atau menganjurkan kebohongan. Semua interaksi harus
berpijak pada realitas dan tidak boleh bias terhadap individu, suku, atau
warna kulit. Semua tindakan harus tulus dalam segala hal. Selama tidak
mengakibatkan tindakan yang diharamkan seperti menipu konsumen
atau merugikan orang lain, hukum jual beli diskon adalah sah.

19
Penjelasan ini menunjukkan bahwa diskon adalah pengurangan harga
langsung pada produk tertentu untuk jangka waktu tertentu dan potongan
pembelian yang diberikan oleh penjual kepada pelanggan. Tawaran
diskon diputuskan sesuai dengan tujuan dan kebijakan masing-masing
perusahaan.

7. Minat Beli
Lingkungan atau pemasar dapat memberikan rangsangan yang
berdampak pada keputusan pembelian konsumen. Rangsangan juga dapat
berasal dari sumber-sumber lain. Sesuai dengan ciri-ciri perilaku dan
kepribadian konsumen tersebut, adanya rangsangan dari lingkungan atau
pemasaran diproses. Proses dalam melakukan pembelian akan
dipengaruhi oleh kepribadian dan perilaku konsumen. Motivasi diri atau
keinginan untuk Pembelian menjadi pusat perhatian dalam proses
pengumpulan kesepakatan konsumen.15
Minat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keadaan sikap ingin seseorang sebelum bertindak, bukan sebagai
pembenaran atas tindakan tersebut. Menurut Kotler (2002:15), Reaksi
terhadap apa pun yang menyampaikan niat disebut keinginan membeli
pelanggan untuk melakukan pembelian. Minat beli, seperti yang
didefinisikan oleh Durianto dkk (2003:109) ,berkaitan dengan niat
konsumen untuk memperoleh suatu barang tertentu serta jumlah unit
yang dibutuhkan pada jangka waktu tertentu.16
Menurut justifikasi ini, minat beli konsumen adalah perilaku yang
dihasilkan dari reaksi konsumen sikap mereka tentang suatu barang dan
keinginan mereka untuk membeli barang tertentu. Antusiasme klien untuk
melakukan pembelian menjadi dasar atau dorongan utama sebelum
mengambil keputusan.

Etika Promosi.
Promosi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bisnis modern
dengan cara berproduksi idustri modern yang menghasilkan produk-produk
ber skala besar, sehingga harus mencari pembeli konsumen Promosi baik
melalui iklan dianggap cara ampuh dan menonjol dalam persaingan. Dalam
perkembangan promosi /periklanan, media komunikasi modern media cetak,
elektronik (televisi) memegang peranan dominan. Fenomena ini akan

15
Ni Desak Made Santi Diwyarthi et al., Perilaku Konsumen (Get Press, 2022).
16
Teguh Iman Perdana 2002- Pratinjau Edisi lainnya. Pembelian dan penjualan dalam persepektif Islam. Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Aceh.

20
menimbulkan berbagai masalah yang berbeda, di satu sisi akan merupakan
pemborosan yaitu dengan menghabiskan biaya tanpa menambah sesuatu
pada produk dan tidak meningkatkan kegunaan pada konsumen. Bahwa
bisnis periklanan akan memamerkan suatu suasana hedonistis dan
materialistis yang tidak sehat yang pada akhirnya akan memasuki masalah
etika.
Promosi merupakan salah satu media terpenting dalam mengenalkan
produk jasa yang dihasilkannya serta pencitraan terhadap produk itu sendiri.
Promosi merupakan kegiatan komunikasi antara pihak penjual dengan pihak
pembeli potensial. Didalam kegiatan komunikasi ini terdapat pesan-pesan
yang bersifat informatif dan persuasif yang hendak disampaikan oleh
penjual kepada konsumen potensial sehingga mereka dapat terpengaruh
untuk melakukan sesuatu.
(Joseph D. Friedgen, 1996 266) Rossiter dan Percy (dalam Fandy
Tjiptono, 2002:2022) mengklasifikasikan tujuan promosi sebagai efek dari
komunikasi sebagai berikut:
(1) Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan (category
need).
(2) Memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang suatu produk
kepada konsumen (brand awareness).
(3) Mendorong pemilihan terhadap suatu produk (brand attitude)
(4) Membujuk pelanggan untuk membeli suatu produk (brand purchase
intention)
(5) Mengimbangi kelemahan unsur bauran pemasaran lain (purchase
facilintention
(6) Menanamkan citra produk dan perusahaan (positioning) yang meliputi:
Character (karakter) Charakter meliputi persepsi audiens yang paling
tidak mencakup kejujuran dan kesatuan organisasi harus menemukan
jalan untuk berbicara mengenai dirinya sendiri (tanpa meleih- lebihkan)
meliputi integritasnya.” Character berkaitan dengan kualitas moral”
Character meliputi beberapa hal
(a) Ethical (beradap) organisasi melakukan hal-hal yang sepatutnya dan
sopan serta berbudi bahasa yang baik dalam menjalankan usahanya.
(b) Reputable (mempunyai nama baik) organisasi termashur atau memiliki
nama yang baik dimata publik.
(c) Respectable (terhormat) organisasi memiliki penghargaan (dihargai)
dengan baik dimata public

Perusahaan yang menjalankan model bisnisnya dengan berpijak pada


prinsip-prinsip etika bisnis dan manajemen pengelolaan sumber daya alam

21
yang strategi dan suistanable akan menumbuhkan citra positif serta
mendapat kepercayaan dan dukungan. (Wibisono, 2007:66)

Masyarakat Etika promosi merupakan bagian dari etika bisnis yang


menunjuk pada aspek-aspek moral dari kegiatan melakukan promosi bisnis,
sehingga etika promosi dapat dikaitkan dengan kaidah atau prinsip-prinsip
etika bisnis. Promosi dan iklan dinilai efektif menarik calon pembeli, namun
belakangan banyak promosi dan iklan yang tidak lagi sesuai dengan
penawaran yang sebenarnya dilakukan produsen atau tau penjual, bahkan
cenderung membohongi publik.
Prinsip-prinsip etis yang penting dalam upaya promosi dalam konteks
periklanan adalah: tidak boleh berbohong, dan otonomi manusia harus di
hormati. Penilaian etis yang seimbang tentang iklan perlu menerapkan
prinsip-prinsip antara lain maksud di pengiklan, isi iklan, keadaan publik
yang dituju dan kebiasaan bidang periklanan. (K. Bertens, 2000:277),
selanjutnya dikemukakan bahwa fungsi iklan mempunyai fungsi informatif
yaitu yang berkaitan. Aitan dengan masalah kebenaran dan fungsi persuasif
berkaitan dengan masalah manipulasi yaitu mempengaruhi kemauan orang
lain sedemikian rupa untuk mengikuti atau menginginkan Sesuatu tidak
sesuai dengan yang dikehendaki.17

Hukum Promosi menurut Hukum Islam


Istilah promosi dalam hukum Islam dikenal dengan sebutan al-
hawafiz al-muraghghibah fi al-shira’. Secara bahasa al-h}awafiz al-
muraghghibah fi al-shira’ diartikan sebagai, ”Segala sesuatu yang
mendorong atau menarik minat (membujuk) orang lain untuk membeli.”
Dalam pengertian secara terminologis, Khalid bin Abd Allah
mengemukakan bahwa untuk memberi batasan pengertian al-hawafiz
almuraghghibah fi al-shira’, tentu harus merujuk pada buku-buku pemasaran
(marketing) yang mengulas tentang permasalahan ini dan menjadikannya
sebagai pokok bahasan. Menurut Khalid, dengan merujuk dari buku-buku
tersebut diketahui bahwa istilah yang digunakan untuk menunjukkan
pengertian sesuatu yang mendorong dan membujuk orang lain untuk
membeli disebut dengan istilah promotion (promosi). Promosi ini
mempunyai dua makna: makna umum dan makna khusus. Makna umum
promosi adalah segala perbuatan yang dilakukan oleh shirkah (perusahaan
atau produsen) untuk menambah hasil penjualan. Sedangkan arti promosi
secara khusus adalah hubungan komunikatif penjual atau produsen kepada
17
Rodhiyah Rodhiyah, “ETIKA BISNIS DAN KEADILAN KONSUMEN,” FORUM 39, no. 2 (2011): 67–74.

22
para pembeli dengan maksud untuk memberi tahu mereka, membujuk dan
mendorong mereka untuk membeli.Dari pengertian ini Khalid bin Abd Allah
menyimpulkan bahwa istilah promosi secara umum mempunyai kedekatan
makna dengan al-hawafiz al-muraghghibah fi al-shira’. Berbeda dengan
pengertian promosi secara khusus yang menurut Khalid, biasanya hanya
mencakup segala tindakan sebelum terjadinya transaksi jual beli sedangkan
setelah terjadinya transaksi jual beli seperti perjanjian daman atau garansi
serta layanan-layanan yang lain tidak termasuk dalam pengertian promosi.
Penulis dalam hal ini sependapat dengan pernyataan Khalid yang
menyebutkan kedekatan makna antara al-hawafiz al-muraghghibah fi al-
shira dengan pengertian promosi secara umum. Akan tetapi dalam
pengertian khusus penulis tidak sependapat, lantaran dewasa ini, promosi
juga mencakup tindakan atau layanan-layanan setelah terjadinya akad jual
beli, seperti halnya garansi yang juga menjadi bagian dari kiat-kiat promosi.
Begitu juga pemberian hadiah dengan penarikan hadiah pada waktu tertentu
setelah terjadinya akad jual beli juga termasuk bagian dari promosi.Dengan
demikian, kesimpulan pengertian Khalid bin Abd Allah mengenai al-
hawafiz al-muraghghibah fi al-shira’ adalah segala sesuatu yang dilakukan
oleh penjual atau produsen, baik terdiri dari perbuatan-perbuatan untuk
memperkenalkan barang dagangan (komoditi) atau layanan-layanan yang
mendorong dan menarik minat orang lain untuk memiliki dan membelinya,
baik aktivitas itu sebelum akad jual beli atau sesudahnya.Bentuk-bentuk al-
hawafiz al-muraghghibah fial-shira’ (promosi) sangat beragam karena itu
pembahasan dalam artikel ini dibatasi dalam bahasan periklanan dan
promosi penjualan, seperti hadiah, perlombaan atau sayembara dan lain-
lain.18

Hukum dan etika diskon menurut hukum Islam


Diskon merupakan pengurangan dari harga daftar yang diberikan oleh
penjual kepada pembeli yang juga mengorbankan fungsi pemasaran atau
menyediakan fungsi tersebut untuk dirinya sendiri. Potongan harga dapat
menjadi alat yang bermanfaat dalam perencanaan strategi pemasaran”.
Diskon atau potongan harga merupakan sesuatu yang umum
digunakan yang dapat berguna daya tarik bagi pembeli untuk membeli
dalam jumlah besar. Manfaat yang diperoleh bagi penjual adalah penjualan
dalam jumlah banyak akan mengurangi biaya produksi tiap unitnya.
Manfaat bagi pembeli adalah akan menggurangi biaya pesanan dan

18
Syabbul Bahri, “HUKUM PROMOSI PRODUK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM,” Epistemé: Jurnal
Pengembangan Ilmu Keislaman 8, no. 1 (June 9, 2013): 135–54, https://doi.org/10.21274/epis.2013.8.1.135-
154.

23
pembayaran harga satuan lebih rendah dari biasanya, tetapi kerugian yang
dapat timbul adalah membengkaknya biaya penyimpanan karena pemesanan
yang lebih besar akan meningkatkan insventory.

1. Ketentuan Harga Diskon dalam Hukum Ekonomi Syariah Ketentuan


harga diskon dalam hukum ekonomi syariah diperbolehkannya suatu
transaksi selam hal tersebut tidak menyebabkan kemudhaharatan pada
penjual maupun pada pembeli. Transaksi yang diperbolehkan yaitu:
a. Hukum asal pada semua transaksi adalah halal yang tidak bisa
dibatalkan kecuali dengan dalil yang benar, jelas dan tegas.
b. Adapun gharar yang terkandung dalam transaksi ini dianggap tidak
ada atau dimaafkan. Karena tidak menyebabkan kemudhratan pada
kedua belah pihak. Bagi penjual atau penyedia layanan jasa, ia tetap
beruntung.

Dalam istilah marketing, diartikan sebagai segala harga rendah yang


diberikan oleh penjual kepada pembeli atas suatu kom0oditi atau jasa
tertentu, untuk mendorong manusia melakukan pembelian atau
mempertahankan mereka melakukan aktivitas jual beli dengan penjual.
Istilah potongan harga atau diskon ini memang belum dikenal di kalangan
fuqaha dalam kitab-kitab mereka. Akan tetapi istilah yang dikenal mereka
untuk menunjuk pengertian potongan harga atau diskon adalah al-batt min
al-tbaman atau al-naqs min al-tbaman (penurunan harga atau pengurangan
harga). Firman Allah dalam Al-Qur’an:
‫ٰۤي‬
‫ۗ  ـَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْأُك ُلْۤو ا َاْمَو ا َلـُك ْم َبْيَنُك ْم ِبا ْلَبا ِط ِل ِاۤاَّل َاْن َتُك ْو َن ِتَج ا َر ًة َعْن َتَر ا ٍض ِّم ْنُك ْم ۗ  َو اَل َتْقُتُلْۤو ا َاْنـُفَس ُك ْم‬

‫ِاَّن َهّٰللا َك ا َن ِبُك ْم َر ِحْيًم ا‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.( Surah an-nisa (4): 29)

Dari ayat yang mulia ini, asy-Syafi’i berhujjah bahwa jual beli tidak
sah kecuali dengan qabul (sikap menerima). Karena qabul itulah petunjuk
nyata suka sama suka, berbeda dengan mu aathaat yang terkadang tidak
menunjukkan adanya suka sama suka. Bahwa mereka melihat perkataan
merupakan tanda suka sama suka, begitu pula dengan perbuatan, pada

24
sebagian kondisi secara pasti menunjukkan keridhaan, sehingga mereka
menilai sah jual-beli mu’aathaat. Mujahid berkata, “Kecuali perniagaan
yang mengandung suka sama suka,” menjual atau membeli antara satu
orang dengan yang lainnya. (Begitu juga Ibnu Jarir meriwayatkan).
Adapun dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda
“Dari Abi Sa’id al-Khudri berkata, Rasulullah SAW bersabda:
sesungguhnya jual beli itu didasarkan atas saling meridai (suka sama
suka)”. (HR. Baihaqi dan Ibnu Maajah).

Berdasarkan pada konsep-konsep tersebut di atas maka dapat diambil


kesimpulan bahwa terkait dengan harga dalam ketentuan diskon harga
merupakan nilai uang yang seseorang butuhkan untuk memperoleh sejumlah
produk dan pelayanan sedangkan penetapan harga suatu produk atau jasa
berdasarkan atau tergantung dari suatu transaksi tersebut diperbolehkan
apabila tidak menyebabkan kemudhaharatan dari kedua belah pihak dan
semua transaksi adalah halal yang tidak bisa dibatalkan kecuali dengan dalil
yang benar. Dari hadits di atas menunjukkan bahwa semua bentuk transaksi
yang dilaksanakan berdasarkan rasa suka sama suka maka itu diperbolehkan
selagi tidak terdapat larangan dari Allah dan Rosul-Nya, namun jika
bertentangan dengan larangan dari Allah dan Rosul-Nya. Untuk melindungi
hak-hak dan kepentingan masyarakat yang umumnya dituangkan dalam
bentuk hukum formal bertujuan untuk mewujudkan sasaran dan tujuan yang
hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi. Untuk itulah, dalam dekade
belakangan ini diakui adanya hubungan erat antara ekonomi dengan hukum
sehingga sering disebut pula hukum ekonomi.19
Diskon dalam penawaran jual beli menurut hukum Islam
diperbolehkan selama tidak melibatkan hal-hal yang diharamkan seperti
penipuan kepada konsumen atau menimbulkan madharat (kerugian) kepada
orang lain. Konsep jual beli dalam Islam adalah yang membawa keuntungan
dan manfaat bagi pelakunya, berdasarkan atas ketuhanan, etika,
kemanusiaan, dan keseimbangan. Diskon dalam jual beli Islam terdapat
pada akad Muwadla’ah atau AlWadla’ah, di mana penjual melakukan
penjualan dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar atau dengan
potongan (diskon). Dalam Islam, diskon diperbolehkan selama tidak
melibatkan penipuan, eksploitasi, atau mempromosikan hal-hal yang
dilarang. Oleh karena itu, praktik diskon dalam jual beli dapat sesuai dengan

19
Juwanto Edy Saputro, “PEMBERIAN DISKON DALAM PELAKSANAAN JUAL BELI DI PASAR CENDRAWASIH KOTA
METRO PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH,” 2018.

25
prinsip-prinsip hukum Islam dengan syarat tidak melanggar aturan-aturan
tersebut.

C. Solusi Untuk Mencegah Penipuan dan Aktivitas Ilegal Dalam Bisnis


Online
Ekonomi digital di Indonesia berkembang dengan sangat cepat dan
pesat, Indonesia diprediksi berpotensi untuk menjadi negara terbesar yang
memanfaatkan kemajuan ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara. 20 Hal
ini dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah pengguna internet yang
bertambah secara signifikan. Pada tahun 2016 jumlah pengguna internet di
Indonesia adalah 88.1 juta dan pada tahun 2017 jumlah pengguna internet di
Indonesia meningkat 51% mencapai 132,7 juta (hampir mencapai 50% dari
total populasi penduduk di Indonesia). Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) membuka kemungkinan akses pelayanan publik lintas negara
sesama anggota ASEAN, salah satunya konsekwensi lainnya adalah
semaraknya perdagangan secara elektronik dalam kawasan ASEAN
(regional e-commerce). Bagaikan dua sisi mata uang, tingginya jumlah
pengguna internet dan pesatnya perkembangan teknologi memberikan
dampak positif dan negatif bagi Indonesia. Dampak positif yang
ditimbulkan dari perkembangan teknologi, salah satunya adalah cara
transaksi masyarakat Indonesia yang mulai berubah dari transaksi
konvensional (penjual dan pembeli bertatap muka, menggunakan uang
tunai, membutuhkan tempat/toko) menjadi transaksi elektronik yang
membuka kesempatan lebih luas bagi pelaku usaha untuk memperluas
bisnisnya dengan baiya biaya yang lebih murah, proses jual-beli yang lebih
mudah, serta memiliki daya jangkau konsumen yang lebih luas. Saat ini
diperkirakan lebih dari 25 juta orang telah melakukan transaksi melalui
internet (e-commerce) secara aktif.21
Situs-situs jual beli online yang ada membuat arus jual beli online
menjadi tujuan utama dari beberapa pembeli. Banyaknya manfaat dari jual
beli online ternyata memiliki risiko yang menimbulkan kekhawatiran bagi
para pelaku jual beli online. Risiko ini muncul karena transaksi antara
penjual dan pembeli dilakukan tanpa melalui face to face, tetapi melalui
20
Sinta Rosadi, “Protecting Privacy On Personal Data In Digital Economic Era : Legal Framework In Indonesia,”
Brawijaya Law Journal 05 (April 20, 2018): hal 143., https://doi.org/10.21776/ub.blj.005.01.09.
21
Jevlin Solim et al., “UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENIPUAN SITUS JUAL BELI ONLINE DI
INDONESIA,” Jurnal Hukum Samudra Keadilan 14, no. 1 (May 28, 2019): 96–109,
https://doi.org/10.33059/jhsk.v14i1.1157.

26
media internet (dunia maya) yang seringkali sulit dilacak keberadaannya.
Oleh karena itu, risiko yang paling umum terjadi adalah terkait dengan
masalah keamanan, penipuan dan ketidakpuasan karena barang yang
ditampilkan secara online tidak sama dengan yang diterima saat dikirimkan.
Menurut Barda Nawawi Arief, pengertian computer-related crime sama
dengan cybercrime. Tb. Ronny R. Nitibaskara berpendapat, bahwa
kejahatan yang terjadi melalui atau pada jaringan komputer di dalam
internet disebut cybercrime. Kejahatan ini juga dapat disebut kejahatan yang
berhubungan dengan komputer (computer-related crime), yang mencakup 2
kategori kejahatan, yaitu kejahatan yang menggunakan komputer sebagai
sarana atau alat, dan menjadikan komputer sebagai sasaran atau objek
kejahatan.22
Contoh kasus kejahatan dan penipuan perjanjian jual beli online adalah
kasus yang terjadi di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun
2020, di mana dalam kronologis kasusnya korban F dan pelaku NBH telah
melakukan kesepakatan lewat media online untuk transaksi jual beli masker
sensi yang telah diunggah pelaku lewat aplikasi media sosial facebook,
kemudian pelaku dan korban mulai saling tawar menawar melalui aplikasi
messenger, korban dan pelaku sepakat mengenai harga Rp. 170.000/box
dengan memesan masker sebanyak 15 box dengan harga Rp. 2.550.000,
kemudian korban chatting lagi lewat whatsApp dan pelaku mengirim nomor
rekening ke korban. Akan tetapi, setelah korban mengirimkan uang terhadap
si pelaku dengan lunas sesuai dengan harga barang yang dipesan, pada saat
uang sampai di tangan pelaku, pelaku pun membuat paket berupa satu kotak
berisi buku tulis dan handuk bayi bekas, dengan tampilan rapi kemudian
pelaku menarik uang transfer Rp. 2.550.000 lalu menuju ke tempat
pengiriman barang di Kota Parepare bersama istrinya, tidak berselang
beberapa menit kemudian pelaku memblokir nomor whatsApp dan akun
facebook korban, dalam kasus ini korban mengalami kerugian dan
melaporkan kejadian ini ke Polres Kabupaten Barru dan dalam kasus ini
pihak kepolisian telah berhasil mengungkap kasus penipuan perjanjian jual
beli online dengan barang bukti yang diamankan satu buah handphone
merek Oppo warna gold, kartu handphone satu, dos dengan tampilan rapi,
buku, serta selimut bayi bekas dan uang Rp. 450.000,- 23
Kasus kedua sekira-kiranya pada bulan Februari 2016 ditemukan di
Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2016, Sub
22
Harianto Rantesalu, “Penanggulangan Kejahatan Penipuan Belanja Online Di Wilayah Kepolisian Daerah Jawa
Timur,” Janaloka 1, no. 2 (September 29, 2022): 70–94.
23
redaksi, “Polres Barru Ungkap Kasus Penipuan Transaksi Jual Beli Online,” News Metropol (blog), March 5,
2020, https://newsmetropol.id/polres-barru-ungkap-kasus-penipuan-transaksi-jual-beli-online/.

27
Direktorat Cyber Crime Dit Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya
meringkus kelompok penipuan online dengan menggunakan akun palsu
yang ada di beberapa toko online ternama di Indonesia, Kelompok tersebut
membuat akun palsu di toko online, di antaranya olx.co.id, kaskus.co.id,
bukalapak.com, tokopedia.com dan lain-lain, menurut keterangan Direktur
Reskrimsus Polda Metro Jaya Komisaris Besar dalam keterangan pers di
Mapolda Metro Jaya di mana ada sekelompok penipu yang berkedok
menawarkan sepeda motor, jam tangan, batu akik, mobil dan telepon
genggam melalui berbagai akun palsu di toko online akhirnya dibekuk
polisi. Modusnya adalah setelah korban mentransfer uang, kelompok
tersebut langsung mengambil uang dan barang yang dipesan oleh korban
tidak dikirimkan, karena pada dasarnya barang tersebut tidak pernah ada,
Lima orang diringkus, yakni H (34), AS (23), Z (49), R (33), dan B (32),
kelimanya ditangkap di kawasan Sidrap Sulawesi Selatan. Selain tersangka
polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti kejahatan di antaranya 14
buah telepon genggam, 32 rekening berbagai bank, satu unit laptop, satu
Mobil Honda CRV, satu Mobil Honda Freed, dan sebuah Sepeda Motor
Yamaha, di mana total kerugian korban mencapai Rp. 10,1 Miliar.24
Berdasarkan kasus tersebut di atas, ditemukan fakta hukum bahwa
perjanjian jual beli online rawan terjadinya penipuan, tentunya ini terjadi
karena aktivitas perjanjian jual beli online tidak ada aktivitas pertemuan
secara langsung dan kadang di antara para pihak tidak saling mengenal,
sehingga hal ini rawan terjadinya penipuan, jika melihat contoh kasus di
atas, maka tunduk pada Pasal 1320 BW yaitu syarat sahnya perjanjian, yaitu
kesepakatan, kecakapan, suatu pokok persoalan tertentu, dan suatu sebab
yang tidak terlarang. Sehingga dengan tunduknya pada Pasal 1320 BW
maka seandainya salah satu pihak melanggarnya, tentu akan muncul
konsekuensi hukum adalah perjanjian dapat dimohonkan pembatalan dan
batal demi hukum, selain konsekuensi hukum perdata di atas juga
berdampak pada konsekuensi hukum pidana penipuan dan UU ITE yang
berlaku positif di Indonesia. Isu hukum berdasarkan kasus tersebut di atas,
ditemukan fakta hukum bahwa dalam perjanjian jual beli online masih
rawan terjadinya penipuan, masalah hukum yang sering kejadian pada
penipuan perjanjian jual beli online, misalnya pembeli sudah membayar
harganya tetapi penjual tidak mengirim barang sampai waktu yang lama
bahkan tidak sampai, karena barang tersebut memang tidak pernah ada
sebelumnya, barang yang sampai ke pembeli rusak atau tidak sebagaimana
mestinya sehingga pembeli tidak memakainya. Berdasarkan masalah hukum
24
Dewi Setyowati, Candra Pratama Putra, and Ramdhan Dwi Saputro, “Perlindungan Hukum Pada Tindak
Pidana E-Commerce,” Perspektif Hukum, November 8, 2018, hal 220., https://doi.org/10.30649/ph.v18i2.147.

28
tersebut di atas, rawan terjadinya penipuan karena perjanjian jual beli online
tidak dilakukan pertemuan langsung dan para pihak kadang tidak saling
mengenal. Sehingga para subjek hukum dalam perjanjian jual beli online
tanpa bertemu dan begitu pula dengan objek yang diperjanjikan dalam jual
beli. Sehingga hal ini menimbulkan rawan terjadinya penipuan dalam jual
beli online.

1. Memahami Penipuan Penjualan Online

Mendefinisikan Penipuan Penjualan Online


 Penipuan penjualan online mengacu pada praktik penipuan yang
dilakukan melalui platform internet dengan tujuan menipu bisnis atau
pelanggan yang tidak menaruh curiga.
 Ini melibatkan berbagai aktivitas ilegal seperti pencurian identitas,
penipuan phishing, penipuan tolak bayar, dan daftar atau lelang palsu.
 Dalam pencurian identitas, penipu mencuri informasi pribadi untuk
melakukan pembelian tidak sah atau membuat akun palsu.
 Penipuan phishing menipu individu agar mengungkapkan informasi
sensitif melalui email atau situs web palsu.
 Penipuan tagihan balik terjadi ketika pembeli secara palsu mengklaim
pengembalian dana setelah menerima produk atau layanan.
 Daftar dan lelang palsu menipu pelanggan dengan menawarkan
produk palsu atau produk yang sebenarnya tidak ada.
 Memahami berbagai bentuk penipuan penjualan online sangat penting
bagi bisnis untuk mengembangkan strategi pencegahan yang efektif.25
2. Mencegah Penipuan E-commerce
1. Jenis Umum Penipuan E-niaga
Sama seperti dunia e-commerce yang beragam dan terus
berkembang, begitu pula metode yang digunakan para penipu untuk
mengeksploitasinya. Dengan memahami taktik yang digunakan oleh
para penjahat dunia maya ini, dunia usaha dapat mempersenjatai diri
dengan pengetahuan yang diperlukan untuk mengidentifikasi potensi
ancaman dan mengambil tindakan yang tepat. Mari kita lihat beberapa
bentuk penipuan e-commerce yang paling umum.

25
“Preventing Online Sales Fraud: How to Protect Your Business and Customers,” accessed November 24,
2023, https://aicontentfy-com.translate.goog/en/blog/preventing-online-sales-fraud-how-to-protect-business-
and-customers?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc.

29
Penipuan kartu kredit
Penipuan kartu kredit terjadi ketika individu yang tidak bermoral
menggunakan informasi kartu kredit curian untuk melakukan pembelian
online yang tidak sah. Kredensial ini sering kali diperjualbelikan di web
gelap, mengubah apa yang dulunya merupakan pencurian oportunistik
menjadi bisnis ilegal yang besar.

Pencegahan penipuan- Strategi Terbukti untuk mencegah penipuan


e-commerce
Bagi pedagang, akibat penipuan kartu kredit biasanya mencakup
hilangnya produk, pembayaran, biaya pemenuhan, dan biaya tolak bayar
tambahan. Secara total, jumlah ini seringkali bisa mencapai lebih dari dua
kali lipat jumlah transaksi awal.

Pengujian Kartu
Pengujian kartu adalah jenis penipuan di mana penjahat dunia
maya menggunakan platform toko online untuk menguji validitas
informasi kartu kredit yang dicuri. Penipu melakukan transaksi kecil
untuk melihat apakah detail kartu berfungsi. Setelah dikonfirmasi, detail
ini dapat digunakan di platform lain atau dijual di web gelap dengan
harga lebih tinggi.

Pengambilalihan Akun
Penipuan pengambilalihan akun terjadi ketika penipu mendapatkan
akses tidak sah ke akun pelanggan melalui cara seperti phishing,
pelanggaran data, atau penjejalan kredensial . Begitu mereka menguasai
akun, mereka dapat melakukan pembelian tidak sah, mengubah alamat
pengiriman, atau bahkan mengubah kredensial login, sehingga mengunci
pengguna sebenarnya.
Bentuk penipuan ini tidak hanya menyebabkan kerugian finansial
tetapi juga dapat merusak reputasi dan hubungan pengecer dengan
pelanggannya secara serius.

Penipuan Triangulasi
Penipuan triangulasi adalah bentuk penipuan e-commerce yang
kompleks yang melibatkan tiga pihak: korban (yang menyediakan
pembayaran), penjual penipu (yang mengumpulkan rincian pembayaran),
dan pengecer online yang sah (tempat barang sebenarnya dibeli). Penjahat
membuat etalase online palsu yang menawarkan barang dengan
permintaan tinggi dengan harga murah.
30
Saat pelanggan membeli barang-barang ini, penipu menggunakan
informasi kartu kredit curian untuk membeli barang dari toko e-niaga
yang sah dan mengirimkannya ke pelanggan. Hal ini sering kali
menghalangi korban untuk segera mengetahui penipuan tersebut, sejak
mereka menerima produk yang mereka pesan.

Penyalahgunaan Promo
Penyalahgunaan promo adalah jenis penipuan e-commerce yang
sering diabaikan, karena dalam pengertian tradisional hal ini tidak ilegal.
Ini melibatkan pelanggan atau bot otomatis yang mengeksploitasi
penawaran promosi dengan membuat banyak akun atau menemukan
celah dalam syarat dan ketentuan. Meskipun hal ini tidak tampak
berbahaya seperti bentuk penipuan lainnya, penyalahgunaan promo dapat
menyebabkan kerugian finansial yang signifikan bagi bisnis yang
menjalankan promosi, merusak data pemasaran, dan mengurangi
ketersediaan penawaran khusus untuk pelanggan asli.

3. Alat Pencegahan Penipuan yang Efektif untuk E-commerce


Pencegahan penipuan di ranah e-commerce memerlukan
penggunaan alat dan teknik canggih yang dapat mendeteksi dan
menghalangi aktivitas penipuan.
AVS
Layanan Verifikasi Alamat (AVS) adalah alat sederhana namun
efektif dalam mengidentifikasi potensi transaksi penipuan. Ketika
pembelian dilakukan, AVS memeriksa alamat penagihan yang diberikan
oleh pelanggan dengan alamat yang tercatat di perusahaan kartu kredit.
Jika terdapat ketidakcocokan, hal ini dapat menjadi indikasi adanya
transaksi penipuan sehingga memerlukan penyelidikan lebih lanjut.

Pencocokan CVV
Alat dasar namun penting lainnya adalah pencocokan Nilai Verifikasi
Kartu (CVV). Selama transaksi, pelanggan diharuskan memasukkan CVV
– nomor tiga atau empat digit pada kartu kredit mereka – untuk
memverifikasi bahwa mereka memiliki kartu fisik tersebut.
Karena pedagang dilarang menyimpan nomor ini dalam catatan
mereka, alat ini menambahkan lapisan keamanan tambahan, sehingga
mempersulit penipu untuk melakukan pembelian hanya dengan informasi
kartu curian.

Pemeriksaan Kecepatan
31
Alat pengecekan kecepatan dapat memainkan peran penting dalam
mencegah skema pengujian kartu dan menghentikan jejak penipu. Alat-
alat ini memantau frekuensi transaksi dari satu alamat IP atau nomor
kartu kredit selama waktu tertentu.

Geolokasi
Geolokasi adalah alat ampuh lainnya untuk mendeteksi potensi
penipuan e-commerce. Ini melibatkan identifikasi lokasi fisik pelanggan
pada saat transaksi.
Dengan mereferensikan lokasi alamat IP yang digunakan untuk
melakukan pembelian dengan alamat penagihan atau pengiriman,
pengecer dapat menemukan perbedaan signifikan yang mungkin
menandakan aktivitas penipuan.

Penilaian Risiko
Model penilaian risiko menggunakan algoritma canggih untuk
mengevaluasi potensi risiko setiap transaksi. Mereka menganalisis
berbagai detail transaksi – seperti jumlah pembelian, lokasi, perangkat
yang digunakan, atau kecepatan memasukkan detail transaksi – dan
menentukan skor risiko berdasarkan data riwayat penipuan. Transaksi
dengan skor risiko tinggi dapat ditandai untuk verifikasi tambahan atau
ditolak seluruhnya, sehingga membantu bisnis mengidentifikasi dan
mencegah aktivitas penipuan secara proaktif.26

26
“Mencegah Penipuan E-Commerce,” accessed November 24, 2023, https://www-chargebackgurus-
com.translate.goog/blog/preventing-ecommerce-fraud?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc.

32
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perlindungan hukum terhadap data pribadi konsumen dalam
transaksi e-commerce sangat penting. Undang-undang yang mengatur
perlindungan data pribadi memberikan kerangka hukum yang jelas untuk
melindungi konsumen dari penyalahgunaan data, pelanggaran privasi,
dan risiko keamanan. Di Indonesia, undang-undang seperti UU ITE dan
UU ITE Baru serta PP PSTE mengatur perlindungan data pribadi dalam
transaksi e-commerce. Beberapa aturan yang relevan dalam perlindungan
data pribadi konsumen termasuk kebijakan privasi yang jelas, persetujuan
konsumen sebelum pengumpulan dan penggunaan data, keamanan data
yang memadai, opsi penghapusan data, pembagian data dengan
persetujuan konsumen, serta pengawasan dan penegakan hukum oleh
pemerintah dan lembaga yang berwenang.
Promosi dijalankan untuk menyediakan, menginformasikan, atau
menjual barang ataujasa di pasar juga diperhitungkan oleh ekonomi

33
Islam. Karena iklan membuat konsumen sadarbahwa suatu barang atau
jasa itu ada.
Apabila perbuatan bahaya atau tindakan merugikan orang lain itu
berkaitan dengan perusakan harta maka untuk ganti ruginya, tidak berlaku
hukum diyat, tetapi harus dengan ganti rugi harta pula. Terdapat tiga
macam cara pemenuhan ganti rugi harta secara prioritas, yaitu: 1) hak-
hak harus diganti atau dikembalikan pada pihak yang berhak sesuai
dengan zat dan keadaannya yang asli, 2) apabila tidak mampu
mengembalikan barang asli maka harus dikembalikan barang semisal (al-
mal al-mithli) dan 3) apabila tidak mampu mengganti dengan harta yang
semisal maka harus dikembalikan barang yang senilai (qim), seperti
barang antik, hewan, dan pepohonan.
Dalam perspektif hukum Islam yang mana didalam Al-qur’an,
hadis, dan fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Majlis Ulama Indonesia
No. 110/DSN- MUI/IX/2017 menjelaskan bahwa pemberian diskon itu
diperbolehkan, akan tetapi harus terhindar dari riba, penipuan, madharat,
sehingga tidak merugikan salah satu pihak.
Dalam bisnis online yang mengikuti ajaran Islam, beberapa
tantangan muncul seiring dengan upaya untuk mematuhi prinsip-prinsip
syariah. Salah satu tantangan utama adalah memastikan produk atau
layanan yang ditawarkan halal dan sesuai dengan norma-norma Islam. Ini
melibatkan pemantauan bahan-bahan yang digunakan, proses produksi,
dan sertifikasi halal.
Selain itu, keadilan dalam transaksi juga menjadi fokus penting.
Tantangan mungkin muncul dalam mengelola sistem pembayaran,
perjanjian kontrak, dan distribusi keuntungan yang sesuai dengan prinsip
bagi hasil (mudharabah) atau prinsip keadilan lainnya.
Solusinya termasuk penerapan praktik bisnis yang transparan dan
adil, serta pemilihan mitra bisnis yang mematuhi nilai-nilai Islam. Etika
bisnis yang baik, termasuk integritas dan kejujuran, juga menjadi bagian
integral dalam mengatasi tantangan ini.
Keseluruhan, bisnis online berbasis ajaran Islam memerlukan
komitmen terhadap nilai-nilai moral dan etika Islam, dengan memastikan
bahwa setiap aspek bisnis mencerminkan kepatuhan terhadap prinsip-
prinsip syariah. Ini tidak hanya dapat mengatasi tantangan, tetapi juga
membentuk lingkungan bisnis yang berkelanjutan dan sesuai dengan
nilai-nilai Islam.

34
35
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Sagdiyah Fitri Andani Tambunan, and Muhammad Irwan Padli Nasution.
“Perlindungan Hukum Terhadap Data Pribadi Konsumen Dalam Melakukan Transaksi
Di E-Commerce.” Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Bisnis (JEMB) 2, no. 1 (July 1,
2023): 5–7. https://doi.org/10.47233/jemb.v2i1.915.
Bahri, Syabbul. “HUKUM PROMOSI PRODUK DALAM PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM.” Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman 8, no. 1 (June 9, 2013):
135–54. https://doi.org/10.21274/epis.2013.8.1.135-154.
Baiq, Parida Angriani. “Perlindungan Hukum terhadap Data Pribadi dalam Transaksi E-
Commerce: Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif.” DIKTUM: Jurnal Syariah
dan Hukum 19, no. 2 (December 31, 2021): 149–65.
https://doi.org/10.35905/diktum.v19i2.2463.
Candrianto, and St M.Pd. KEPUASAN PELANGGAN SUATU PENGANTAR. Literasi
Nusantara, 2021. http://repo.iainbatusangkar.ac.id/xmlui/handle/123456789/22116.
Charos, Wanda Aprilly, and Muhammad Irwan Padli Nasution2. “Perlindungan Privasi Dan
Data Pribadi Konsumen Pada E – Commerce.” Jurnal Akuntansi Keuangan Dan
Bisnis 1, no. 2 (July 14, 2023): 68–70. https://doi.org/10.47233/jakbs.v1i2.50.
Diwyarthi, Ni Desak Made Santi, Selvi Yona Tamara, Sari Anggarawati, Okki Trinanda,
Fhajri Arye Gemilang, Muklis Sulaeman, Sri Sarjana, et al. Perilaku Konsumen. Get
Press, 2022.
Handayani, Tati, and Muhammad Anwar Fathoni. Buku Ajar Manajemen Pemasaran Islam.
Deepublish, 2019.
Hidayah, Ardhiana, and Marsitiningsih Marsitiningsih. “Aspek Hukum Perlindungan Data
Konsumen E-Commerce.” Kosmik Hukum 20, no. 1 (August 19, 2020): 56–63.
Indriani, Masitoh. “Perlindungan Privasi Dan Data Pribadi Konsumen Daring Pada Online
Marketplace System.” JUSTITIA JURNAL HUKUM 1 (October 23, 2017).
https://doi.org/10.30651/justitia.v1i2.1152.
Kartajaya, Hermawan; Sula. Syariah Marketing / Hermawan Kartajaya. Mizan Media
Utama, 2006. //senayan.iain-palangkaraya.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=4211&keywords=.
M.E.I, Supriadi, S. E. I. Konsep Harga Dalam Ekonomi Islam. GUEPEDIA, 2018.
“Mencegah Penipuan E-Commerce.” Accessed November 24, 2023. https://www-
chargebackgurus-com.translate.goog/blog/preventing-ecommerce-fraud?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc.
M.Si, Dr H. Muhammad Yusuf Saleh, S. E., and Dr Miah Said M.Si S. E. Konsep dan
Strategi Pemasaran: Marketing Concepts and Strategies. SAH MEDIA, 2019.
“Preventing Online Sales Fraud: How to Protect Your Business and Customers.” Accessed
November 24, 2023. https://aicontentfy-com.translate.goog/en/blog/preventing-
online-sales-fraud-how-to-protect-business-and-customers?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc.
Priliasari, Erna. “PERLINDUNGAN DATA PRIBADI KONSUMEN DALAM TRANSAKSI
E-COMMERCE.” Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional 12, no.
2 (October 6, 2023). https://doi.org/10.33331/rechtsvinding.v12i2.1285.
Putri, Deanne Destriani Firmansyah, and Muhammad Helmi Fahrozi. “UPAYA
PENCEGAHAN KEBOCORAN DATA KONSUMEN MELALUI PENGESAHAN
RUU PERLINDUNGAN DATA PRIBADI (STUDI KASUS E-COMMERCE
BHINNEKA.COM).” Borneo Law Review 5, no. 1 (July 5, 2021): 46–68.
https://doi.org/10.35334/bolrev.v5i1.2014.
Rantesalu, Harianto. “Penanggulangan Kejahatan Penipuan Belanja Online Di Wilayah
Kepolisian Daerah Jawa Timur.” Janaloka 1, no. 2 (September 29, 2022): 70–94.
redaksi. “Polres Barru Ungkap Kasus Penipuan Transaksi Jual Beli Online.” News Metropol
(blog), March 5, 2020. https://newsmetropol.id/polres-barru-ungkap-kasus-penipuan-
transaksi-jual-beli-online/.
Rodhiyah, Rodhiyah. “ETIKA BISNIS DAN KEADILAN KONSUMEN.” FORUM 39, no. 2
(2011): 67–74.
Rosadi, Sinta. “Protecting Privacy On Personal Data In Digital Economic Era : Legal
Framework In Indonesia.” Brawijaya Law Journal 05 (April 20, 2018): 143–57.
https://doi.org/10.21776/ub.blj.005.01.09.
Saputro, Juwanto Edy. “PEMBERIAN DISKON DALAM PELAKSANAAN JUAL BELI DI
PASAR CENDRAWASIH KOTA METRO PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI
SYARIAH,” 2018.
Setyowati, Dewi, Candra Pratama Putra, and Ramdhan Dwi Saputro. “Perlindungan Hukum
Pada Tindak Pidana E-Commerce.” Perspektif Hukum, November 8, 2018, 215–46.
https://doi.org/10.30649/ph.v18i2.147.
Solim, Jevlin, Mazmur Septian Rumapea, Agung Wijaya, Bella Monica Manurung, and
Wendy Lionggodinata. “UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA
PENIPUAN SITUS JUAL BELI ONLINE DI INDONESIA.” Jurnal Hukum
Samudra Keadilan 14, no. 1 (May 28, 2019): 96–109.
https://doi.org/10.33059/jhsk.v14i1.1157.

Anda mungkin juga menyukai