SKRIPSI
OLEH
SELY AYU WANDIRA
NIM. 10011381821006
ABSTRAK
Kata kunci : Beban Kerja Mental, NASA - Task Load Index, Instalasi Gawat
...Darurat, Perawat Instalasi Gawat Darurat
Kepustakaan : 81 (1981-2018)
ii
OCCUPATIONAL SAFETY HEALTH AND
FACULTY OF PUBLIB HEALTH
SRIWIJAYA UNIVERSITY
ABSTRACT
The field of emergency is a major cause of stress in the work environment.
Emergency Installation of Dr. RSUP. Mohammad Hoesin Palembang has a total
of 105,5275 patients from 2017-2020, which means that he has to handle 91
patients per day, which demands an increase in health services, especially in the
field of nursing which can increase the mental workload on emergency room
nurses. This study is to determine the level of mental workload on Emergency
Room Nurses using the Nasa-Task Load Index method. This study uses a
descriptive observational method with a qualitative approach. To find out more
about mental workload with in-depth interviews and observation methods.
Determination of the sample using a purposive technique with a total of 13
informants. This study shows that the first highest mental demand dimension
value with an average of 400.4, the second highest overall performance dimension
value with an average of 302.6, the third highest effort dimension value with an
average of 217.6, the fourth highest temporal demand dimension value with an
average of 175.8 , the fifth highest frustration dimension value with an average of
115.8, and the lowest physical demand dimension value compared to the other
five dimensions with an average of 90. The average mental workload of
emergency room nurses is 91 which is classified as a heavy mental workload so it
is necessary to monitoring the mental workload of nurses by conducting periodic
surveys.
iii
HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS
Saya dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini dibuat dengan sejujurnya
dengan mengikuti kaidah Etika Akademik FKM Unsri serta menjamin bebas
Pagiarisme. Bila kemudian diketahui saya melanggar Etika Akademik maka
saya bersedia menyatakan tidak lulus/gagal.
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini dengan judul “Analisis Beban Kerja Mental Perawat Instalasi
Gawat Darurat Dengan Metode NASA-Task Load Index Di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2020” telah dipertahankan di hadapan
Panitia Sidang Ujian Skripsi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sriwijaya pada tanggal 15 Januari 2021 dan telah diperbaiki, diperiksa, dan
disetujui sesuai dengan masukan Panitia Sidang Ujian Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya.
Ketua :
1. Desheila Andarini, S.K.M., M.Sc (……………………….)
NIP. 198912202019032016
Anggota :
1. Anita Camelia, S.K.M., M.KKK (……………………….)
NIP. 198001182006042001
2. Dian Safriantini, S.K.M., M.P.H (……………………....)
NIP. 198810102015042001
3. Mona Lestari, S.K.M., M.KKK (……………………....)
NIP. 199006042019032019
Mengetahui
Dekan Fakultas kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya
v
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini dengan judul “Analisis Beban Kerja Mental Perawat Instalasi Gawat
Darurat Dengan Metode NASA-Task Load Index di RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2020” telah disetujui untuk diujikan pada tanggal 15
Januari 2021.
Pembimbing :
1. Anita Camelia, S.K.M., M.KKK ( )
NIP. 198001182006042001
vi
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Sely Ayu Wandira
NIM : 10011381821006
Tempat/Tanggal Lahir : Bumi Agung, 13 Desember 1996
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Depati 1 Kel. Bumi Agung Kec. Muaradua Kab.
........................................Oku Selatan
No HP/Email : 081368003529/selyfkm@gmail.com
Riwayat Pendidikan
1. SI (2018-2021) :Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
……………………...Sriwijaya, Peminatan Keselamatan dan
…………………… Kesehatan Kerja (K3)
2. DIII(2014-2017) : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
…………………… Palembang, Program Studi Kesehatan Lingkungan
3. SMA (2011-2014) : MAN 1 Muaradua Oku Selatan
4. SMP (2008-2011) : MTS N 1 Muaradua Oku Selatan
5. SD (2002-2008) : SDN 03 Muaradua Oku Selatan
Riwayat Organisasi
1. BEM STIKes Muhammadiyah Palembang
2. Paduan Suara STIKes Muhammadiyah Palembang
3. OSIS MAN 1 Muaradua Oku Selatan
4. Patroli Keamanan Sekolah MAN 1 Muaradua Oku Selatan
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Beban Kerja Mental Perawat Instalasi Gawat Darurat
Dengan Metode NASA-Task Load Index di RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2020” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya Tahun 2021.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan, dan
pengalaman yang penulis miliki. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat mendidik dan membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan penyusunan skripsi ini dimasa yang akan datang. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan banyak terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Kedua orang tua, ayuk dan adik-adik serta keluarga dan sahabat yang
telah memberikan dukungan dan motivasi dalam segala hal.
2. Ibu Dr. Misnaniarti, S.K.M.,M.KM. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya.
3. Ibu Dr. Novrikasari, S.KM.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat UniversitasSriwijaya.
4. Ibu Anita Camelia, S.K.M.,M.KKK selaku dosen pembimbing yang selalu
mengarahkan dan memberikan solusi-solusi terkait permasalahan skripsi.
5. Ibu Desheila Andarini, S.K.M.,M.Sc selaku dewan penguji.
6. Ibu Dian Safriantini, S.K.M.,M.PH selaku dewan penguji.
7. Ibu Mona Lestari, S.K.M.,M.KKK selaku dewan penguji.
viii
8. Teman-teman seperjuangan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Alih Program
2018 serta Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2016.
Akhir kata semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya dan menjadikan sebagai amal jariyah, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Penulis
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Beserta perangkatnya yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalty
noneklusif ini Universitas Sriwijaya berhak menyimpan mengalih
media/formatkan, mengelolah dalam bentuk pangkalan data (database), merawat
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta. Demikian pernyataan ini
saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat : di Indralaya
Pada tanggal : September 2021
Yang menyatakan
x
DAFTAR ISI
xi
2.1.1. Definisi ........................................................................................... 9
2.2. Kesehatan Kerja di Rumah Sakit .......................................................... 10
2.3. Instalasi Gawat Darurat (IGD) .............................................................. 10
2.4. Perawat ................................................................................................ 12
2.4.1. Pengertian Perawat ........................................................................ 12
2.4.2. Peran dan Fungsi Perawat .............................................................. 13
2.4.3. Tanggung Jawab Perawat .............................................................. 13
2.4.4. Beban Kerja Perawat ..................................................................... 14
2.4.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja Mental Perawat .. 15
2.4.6. Dampak Beban Kerja Mental Perawat ........................................... 15
2.5. Stres Kerja ........................................................................................... 16
2.5.1. Pengertian Stres Kerja ................................................................... 16
2.5.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres ....................................... 16
2.6. Beban Kerja ......................................................................................... 18
2.6.1. Pengertian Beban Kerja ................................................................. 18
2.6.2. Jenis-Jenis Beban Kerja ................................................................. 20
2.6.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja ........................... 21
2.7. Beban Kerja Mental ............................................................................. 22
2.8. Pengukuran Beban Kerja Mental Secara Subjektif ................................ 22
2.9. NASA-TLX ......................................................................................... 25
2.9.1. Indikator NASA-TLX ................................................................... 26
2.9.2. Pengukuran NASA-TLX ............................................................... 27
2.10. Kerangka Teori .................................................................................... 30
2.11. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 31
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ............................. 32
3.1. Kerangka Konsep ................................................................................. 32
3.2. Definisi Istilah ...................................................................................... 33
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 34
4.1. Desain Penelitian.................................................................................. 34
4.2. Unit dan Sampel Penelitian .................................................................. 34
4.2.1. Unit Analisis Penelitian ................................................................. 34
4.2.2. Sumber Informasi .......................................................................... 34
xii
4.3. Jenis, Cara Pengumpulan Data, dan Alat Pengumpulan Data ................ 36
4.3.1. Jenis Data ...................................................................................... 36
4.3.2. Alat Pengumpulan Data ................................................................. 37
4.4. Pengolahan Data .................................................................................. 38
4.5. Analisis dan Penyajian Data ................................................................. 39
4.5.1. Analisis Data ................................................................................. 39
4.5.2. Penyajian Data .............................................................................. 40
BAB V HASIL .................................................................................................. 41
5.1. Karakteristik Informan ......................................................................... 41
5.2. Logo Rumah Sakit................................................................................ 42
5.2.1. Visi, Misi, dan Nilai ...................................................................... 43
5.3. Deskripsi Instalasi Gawat Darurat ........................................................ 43
5.3.1. Fasilitas IGD ................................................................................. 43
5.3.2. Alur Pelayanan Pasien di IGD RSMH ........................................... 45
5.4. Kebijakan Pelayanan Keperawatan ....................................................... 47
5.5. Hasil Penelitian .................................................................................... 52
5.5.1. Data Observasi .............................................................................. 52
5.5.2. Tugas Perawat Instalasi Gawat Darurat.......................................... 52
5.5.3. Jadwal Tugas Jaga Perawat Instalasi Gawat Darurat ...................... 54
5.6. Data NASA Task Load Index ............................................................... 54
5.6.1. Identifikasi Mental Demand (MD) ................................................. 57
5.6.2. Identifikasi Overall Performance ................................................... 59
5.6.3. Identifikasi Effort (EF) .................................................................. 61
5.6.4. Identifikasi Temporal Demand (TD) .............................................. 64
5.6.5. Identifikasi Frustation (FR) ........................................................... 65
5.6.6. Identifikasi Physical Demand (PD) ................................................ 67
5.6.7. Analisis Skor Beban Mental Berdasarkan NASA TLX .................. 69
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................. 71
6.1. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 71
6.2. Beban Kerja Mental Berdasarkan NASA TLX ..................................... 71
6.2.1. Mental Demand ............................................................................. 72
6.2.2. Overall Performance ...................................................................... 75
xiii
6.2.3. Effort............................................................................................. 77
6.2.4. Temporal Demand ......................................................................... 79
6.2.5. Frustation ...................................................................................... 82
6.2.6. Physical Demand ........................................................................... 84
6.2.7. Analisis Skor Akhir Beban Kerja Mental ....................................... 85
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 88
7.1. Kesimpulan .......................................................................................... 88
7.2. Saran .................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1 Universitas Sriwijaya
2
Universitas Sriwijaya
3
Universitas Sriwijaya
4
rata beban kerja mental yang dialami adalah tergolong tinggi dan sedang. Hal ini
dikarenakan aktifitas kerja yang kontiniu pada jam kerja, adanya pekerjaan
rangkap (ganda) serta tuntutan kerja untuk memenuhi taget produksi. Menurut
penelitian (Achmad, 2018) National Aeronautics and Space Administration Task
Load Index (NASA-TLX) merupakan metode pengukuran beban mental
berdasarkan dimensi kebutuhan mental, kebutuhan fisik, kebutuhan waktu,
performansi, tingkat usaha dan frustasi yang pertama kali dikembangkan oleh
Sandra G. Hart dan Lowell E. Stavelland, pada penelitian ini diperoleh angka
Kebutuhan Mental (65/level tinggi), Kebutuhan Fisik (69.667/level tinggi),
Kebutuhan Waktu (62/level sangat tinggi), Performansi (80.667/level sangat
tinggi), Tingkat frustasi (63/level tinggi), Usaha (76.667/level tinggi).
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang merupakan salah satu rumah
sakit di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan dan merupakan rumah sakit
Kelas A. Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mempunyai pelayanan
medik paling sedikit terdiri dari pelayanan gawat darurat, pelayanan medik
spesialis dasar, pelayanan medik spesialis penunjang, pelayanan medik spesialis
lain, pelayanan medik subspesialis dan pelayanan medik spesialis gigi dan mulut
(Permenkes RI, 2014). RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang telah mendapat
Akreditasi Internasional dari Joint Commission Internasional (JCI). Adapun telah
diraihnya akreditasi JCI ini serta status RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
yang sudah menjadi rujukan nasional, terutama dengan fokus memberikan
pelayanan terbaik di lima provinsi : Palembang, Bengkulu, Jambi, Lampung dan
Bangka Belitung sebagai rujukan (Humas RSMH, 2017). RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang memiliki jumlah pasien banyak yang menuntut peningkatan
pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat
meningkatkan beban kerja perawat (RSMH, 2013).
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang (RSMH)
merupakan RS Pendidikan Utama tipe A mempunyai peranan penting dalam
pelayanan kesehatan masyarakat di Sumbagsel, khususnya di Sumatera selain
lokasi strategis yang mudah di akses, RSMH memiliki SDM yang handal dan
peralatan medis terkini sehingga merupakan rujukan terakhir bagi masyarakat
untuk mengatasi permasalahan kesehatannya (RSMH, 2018).
Universitas Sriwijaya
5
Universitas Sriwijaya
6
Universitas Sriwijaya
7
Universitas Sriwijaya
8
Universitas Sriwijaya
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kesehatan
2.1.1. Definisi
“Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dari pemeliharaan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan
penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan
pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi antara
pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya”(Kemenkes RI, 2015).
“Kesehatan kerja (Occupational Health) sebagai suatu aspek atau unsur
kesehatan yang erat berkaitan dengan lingkungan kerja dan pekerjaan yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas
kerja”(Tarwaka, 2014).
“Menurut Sayuti (2013) pengertian kesehatan kerja adalah hal yang
menyangkut kemungkinan ancaman terhadap kesehatan seseorang yang bekerja
pada sesuatu tempat atau perusahaan selama waktu kerja yang normal dan
kesehatan jasmani dan rohani. Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan
yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna
baik fisik, mental maupun sosial”(Lalu Husni,2005).”Menurut peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, Kesehatan Kerja bertujuan
untuk memberi bantuan kepada tenaga kerja, melindungi tenaga kerja dari
gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan dan lingkungan kerja,
meningkatkan kesehatan, memberi pengobatan dan perawatan serta rehabilitas
dalam Paradita dan Wijayanto”(2012).
Universitas Sriwijaya
10
Universitas Sriwijaya
11
Universitas Sriwijaya
12
2.4. Perawat
2.4.1. Pengertian Perawat
“Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan keperawatan, baik di
dalam maupun di luar negeri, sesuai ketentuan perundang undangan yang berlaku
(Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,”2001).
Menurut”Wardah, Febrina, Dewi (2017) berpendapat bahwa perawat adalah
tenaga yang bekerja secara professional memiliki kemampuan, kewenangan dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Menurut
Permenkes RI No. HK. 02.02/MENKES/148/1/2010 tentang Izin
danPenyelenggaraan Praktik Perawat, definisi perawat adalah seseorang yang
telah luluspendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan
peraturanperundang-undangan.”
“Secara sederhana, perawat adalah orang yang mengasuh dan merawat orang
lain yang mengalami masalah kesehatan. Namun pada perkembangannya, defenisi
perawat semakin meluas. Kini, pengertian perawat merujuk pada posisinya
sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kepada
mayarakat secara profesional. Perawat merupakan tenaga profesional mempunyai
kemampuan, tanggung jawab, dan kewenangan dalam melaksanakan dan/atau
Universitas Sriwijaya
13
Universitas Sriwijaya
14
Universitas Sriwijaya
15
Universitas Sriwijaya
16
Universitas Sriwijaya
17
b. Kelelahan
Kelelahan dapat menyebabkan stres karena kemampuan untuk bekerja
menurun. Kemampuan bekerja menurun menyebabkan prestasi menurun dan
tanpa disadari menimbulkan stres.
c. Pergeseran Prestasi
Mengubah pola kerja yang terus menerus dapat menimbulkan stres. Hal
ini disebabkan karena seorang karyawan sudah terbiasa dengan pola kerja
yang lama dan sudah terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan lama.
d. Jetlag
Jetlag adalah jenis kelelahan khusus yang disebabkan oleh perubahan
waktu sehingga mempengaruhi irama tubuh seseorang. Untuk itu
disarankan bagi mereka yang beru menempuh perjalanan jauh dimana
terdapat perbedaan waktu agar beristirahat minimal 24 jam sebelum
melakukan suatu aktifitas.
e. Suhu dan Kelembapan.
Bekerja dalam ruangan yang suhunya terlalu tinggi dapat mempengaruhi
tingkat prestasi karyawan. Suhu yang tinggi harus dapat ditoleransi
dengan kelembapan yang rendah.
f. Beban Kerja.
Beban kerja yang terlalu banyak dapat menyebabakan keteganga dalam
diri seseorang sehingga menimbulkan stres. Hal ini bisa disebabkan oleh
tingkat keahlian yang dituntut terlalu tinggi, kecepatan kerja mungkin
terlalu tinggi, volume kerja mungkin terlalu banyak dan sebagainya
g. Sifat pekerjaan.
i.Situasi baru dan asing.
Menghadapi situasi baru dan asing dalam pekerjaan atau organisasi,
seseorang akan merasa sangat tertekan sehingga dapat menimbulkan
stres.
ii.Ancaman probadi.
Suatu tingkat kontrol (pengawasan) yang terlalu ketat dari atasan
menyebabkan seseorang terasa terancam kebebasannya.
Universitas Sriwijaya
18
h. Percepatan.
Stres bisa terjadi jika ketidak mampuan seseorang untuk memacu
pekerjaan.
i. Ambiguitas
Kurang kejelasan terhadap apa yang harus dikerjakan akan menimbulkan
kebingungan dan keraguan bagi seseorang untuk melaksanakan suatu
pekerjaan.
j. Umpan balik.
Standar kerja yang tidak jelas dapat membuat karyawan tidak puas karena
mereka tidak pernah tahu prestasi mereka. Disamping itu, standar kerja
yang tidak jelas juga dapat dipergunakan untuk menekan karyawan.
k. Kebebasan.
Kebebasan yang di berikan kepada karyawan belum tentu merupakan hal
yang menyenangkan. Ada sebagian karyawan justru dengan adanya
kebebasan membuat mereka merasa ketidak pastian dan ketidak mampuan
dalam bertindak. Hal ini dapat merupakan sumber stres bagi seseorang.
l. Kesulitan.
Kesulitan-kesulitan yang dialami dirumah, seperti ketidak cocokan suami
istri, masalah keuangan, perceraian dapat mempengaruhi prestasi kerja. Hal-
hal seperti ini dapat merupakan sumber stres bagi seseorang.
Universitas Sriwijaya
19
dan kejenuhan atau understress. Selain itu workload juga berarti ukuran atau
proporsi kapasitas yang dimiliki manusia untuk memenuhi tuntutan sehingga
menghasikan reaksi berupa performance tertentu.
Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh
seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik,
kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban
tersebut. Menurut Tarwaka (2015) bahwa kemampuan kerja seorang tenaga kerja
berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari keterampilan,
kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh dari
pekerja yang bersangkutan.
Menurut Meshkati dalam Tarwaka (2015), beban kerja dapat didefinisikan
sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan
tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi. Mengingat kerja manusia bersifat mental
dan fisik, maka masing-masing mempunyai tingkat pembebanan yang berbeda-
beda. Tingkat pembebanan yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energi
yang berlebihan dan terjadi overstress, sebaliknya intensitas pembebanan yang
terlalu rendah memungkinkan rasa bosan dan kejenuhan atau understress. Oleh
karena itu perlu diupayakan tingkat intensitas pembebanan yang optimum yang
ada diantara kedua batas yang ekstrim tadi dan tentunya berbeda antara individu
yang satu dengan yang lainnya.
Menurut Hart dan Staveland dalam Tarwaka (2015), bahwa beban kerja
merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas,
lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, ketrampilan, perilaku
dan persepsi dari pekerja. Beban kerja kadang-kadang juga dapat didefinisikan
secara operasional pada berbagai faktor seperti tuntutan tugas atau upaya-upaya
yang dilakukan untuk melakukan pekerjaan. Oleh karena itu, tidak hanya
mempertimbangkan beban kerja dari satu aspek saja, selama faktor-faktor yang
lain mempunyai interelasi pada cara-cara yang komplek.
Beban kerja mengandung tuntutan mental bagi pekerja untuk pekerjaan yang
dilakukannya, beban kerja juga merupakan interpretasi pekerjaan dalam bentuk
aktifitas yang dibagi menjadi aktifitas fisik dan aktifitas mental. Beban kerja
dipengaruhi oleh keterlibatan faktor luar dan faktor dalam, faktor luar yaitu faktor
Universitas Sriwijaya
20
yang dapat berinteraksi dengan tubuh seperti faktor biologi, fisika, kima, dan
faktor mekanis, sedangkan faktor dalam seperti psikologi dan psikis. (Trevisan et
al., 2013). Faktor internal yang mempengaruhi beban kerja adalah faktor somatis
dan faktor psikis (Tarwaka, 2011).
Universitas Sriwijaya
21
Universitas Sriwijaya
22
Argumentasi berkaitan dengan faktor ini adalah bahwa beban kerja dapat
ditentukan dari analisis tugas-tugas yang dilakukan oleh pekerja.
Bagaimanapun perbedaan-perbedaan secara individu harus selalu
diperhitungkan.
2. Usaha atau tenaga (effort)
Jumlah yang dikeluarkan pada suatu pekerjaan mungkin merupakan suatu
bentuk intuitif secara alamiah terhadap beban kerja. Bagaimanapun juga,
sejak terjadinya peningkatan tuntutan tugas, secara individu mungkin tidak
dapat meningkatkan tingkat effort.
3. Performansi
Sebagian besar studi tentang beban kerja mempunyai perhatian dengan
tingkat performansi yang akan dicapai. Bagaimanapun juga, pengukuran
performansi sendirian tidaklah akan dapat menyajikan suatu matrik beban
kerja yang lengkap
Universitas Sriwijaya
23
Universitas Sriwijaya
24
Universitas Sriwijaya
25
2.9. NASA-TLX
NASA-TLX adalah metode pengukuran beban kerja mental subjektif yang
dikembangkan oleh Sandra G. Hart dari NASA-Ames Research Center dan
Lowell E. Staveland dari Universitas San Jose State pada tahun 1981. Metode ini
berupa kuisioner baku yang dikembangkan berdasarkan munculnya kebutuhan
pengukuran subjektif yang lebih mudah namun lebih sensitif pada pengukuran
beban kerja (Hancock, 1988).
NASA-TLX menggunakan enam dimensi untuk menilai beban kerja mental ;
kebutuhan mental (mental demand), kebutuhan fisik (physical demand),
kebutuhan waktu (temporal demand), performansi (overall performance), tingkat
usaha (effort), dan tingkat frustasi (frustration). Skor dari 0 sampai 100
didapatkan pada setiap skala. Prosedur pembobotan digunakan untuk
menggabungkan enam peringkat skala individu menjadi skor akhir. Prosedur ini
memerlukan perbandingan yang berbentuk pasangan antara dua dimensi sebelum
penilaian beban kerja. Perbandingan berpasangan memerlukan responden untuk
memilih dimensi yang lebih relevan dengan beban kerja di semua pasang keenam
dimensi tersebut. Jumlah dimensi yang terpilih sebagai bobot yang lebih
relevan/dominan sebagai skala dimensi untuk tugas yang diberikan. Skor beban
kerja 0 sampai 100 diperoleh untuk setiap skor dimensi dengan mengalikan berat
dengan skor skala dimensi (rating), menjumlahkan seluruh dimensi, dan
membaginya dengan 15 (jumlah total perbandingan berpasangan) (Rubio, 2004).
Universitas Sriwijaya
26
Tabel 2.1
Indikator NASA-TLX
Skala Rating Keterangan
Mental Demand (MD) Rendah – Tinggi Seberapa besar aktivitas mental
dan persepsi yang dibutuhkan
dalam pekerjaan. (contoh:
berpikir, memutuskan,
menghitung, mengingat, melihat,
mencari)
Physical Demand (PD) Rendah – Tinggi Jumlah aktivitas fisik yang
dibutuhkan (misalnya:
mendorong, menarik,
menjalankan, mengontrol
putaran)
Temporal Demand (TD) Rendah – Tinggi Jumlah tekanan yang berkaitan
dengan waktu yang dirasakan
selama elemen pekerjaan
berlangsung. (misalnya:
pekerjaan santai atau cepat)
Universitas Sriwijaya
27
Universitas Sriwijaya
28
Tabel 2.2
Tabel Perbandingan Indikator NASA-TLX
MD PD TD OP EF FR
MD
PD
TD
OP
EF
FR
Universitas Sriwijaya
29
6. Interpretasi Skor
Berdasarkan penjelasan Hart dan Staveland (1981) interpretasi skor akhir
menunjukan tingkatan beban kerja mental yang terdiri dari dalam teori
NASA-TLX, skor beban kerja mental yang diperoleh responden dapat
diinterpretasikan sebagai berikut :
a. Nilai skor > 80, menyatakan beban pekerjaan tergolong berat
b. Nilai skor 50 – 80 menyatakan beban pekerjaan tergolong sedang
c. Nilai skor < 50 menyatakan beban pekerjaan tergolong agak ringan
Universitas Sriwijaya
30
BEBAN KERJA
Pengukuran Beban
Kerja Mental
Menggunakan
Metode NASA-TLX
Gambar 2.2
Kerangka Teori Penelitian Pengukuran Beban Mental Perawat Instalasi
Gawat Darurat dengan Metode NASA-Task Load Index
Modifikasi (NASA-Ames Research Center, 1981) dan (Tarwaka, 2015)
Universitas Sriwijaya
31
2. Analisis Beban Kerja Dewi Diniaty, Zukri Kualitatif Pada karyawan lantai produksi rata-rata
Fisik Dan Mental Muliyadi (2016) beban kerja mental yang dialami adalah
Karyawan Pada Lantai tergolong tinggi dan sedang. Hal ini
Produksi Dipt Pesona dikarenakan aktifitas kerja yang kontiniu
Laut Kuning pada jam kerja, adanya pekerjaan rangkap
(ganda) serta tuntutan kerja untuk
memenuhi taget produksi.
3. Analisa Beban Kerja Fandi Achmad , Tutik Kualitatif Angka Kebutuhan Mental (65/level
Mental Menggunakan Farihah (2018) tinggi), Kebutuhan Fisik (69.667/level
Metode tinggi), Kebutuhan Waktu (62/level
Nasa Task Load Index sangat tinggi), Performansi (80.667/level
(Nasa-Tlx) (Studi Kasus: sangat tinggi), Tingkat frustasi (63/level
RS.X) tinggi), Usaha (76.667/level tinggi)
Universitas Sriwijaya
32
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
Indikator NASA
TLX:
Universitas Sriwijaya
33
Tabel 3.1
Tabel Definisi Istilah
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur
1 Mental Besar aktivitas mental untuk NASA TLX Berat,
Demand (MD) melakukan pekerjaan. sedang dan
agak ringan
Universitas Sriwijaya
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
Universitas Sriwijaya
35
Universitas Sriwijaya
36
Universitas Sriwijaya
37
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti dari pihak lain atau tidak
langsung diperoleh dari subjek penelitian (Chandra, 2008). Data sekunder
dalam penelitian ini didapatkan melalui dokumen-dokumen RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang yang terkait dengan beban kerja mental
khusunya diinstalasi gawat darurat RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang..
Universitas Sriwijaya
38
beban kerja dari 0 sampai 100 diperoleh untuk setiap skor dimensi dengan
mengalihkan berat dengan skor skala dimensi (rating), menjumlahkan seluruh
dimensi, dan membaginya engan 15 (jumlah total perbandingan berpasangan)
(Rubio, 2004).
3. Observasi
Menurut Nazir (2014), yang dimaksud dengan pengamatan adalah kegiatan
pengumpulan dan pengamatan data dilapangan dengan cara pengamatan langsung.
Observasi pada penelitian ini menggunakan kuesioner NASA-TLX.
4. Telaah Dokumen
Menurut sugiyono (2011), dokumen merupakan sekumpulan catatan kejadian
yang sudah berlalu yang dapat berupa tulisan, seperti catatan harian, sejarah
kehidupan, cerita biografi peraturan, maupun kebijakan. Menurut moleong (2015),
analisis dokumentasi digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan
mendorong serta dokumentasi bersifat alamiyah sesuai dengan konteks lahiriyah
tersebut. Pada penelitian ini, menggunakan data diinstalasi gawat darurat sebagai
dokumen pendukung khususnya yang berkaitan dengan beban kerja mental
perawat.
Universitas Sriwijaya
39
4. Menelaah NASA Task Load Index. Kuesioner ini memiliki sensitivitas yang
lebih tiggi dibandingkan SWAT (Rubio dkk, 2004). Langkah-langkah yang
harus dilakukan untuk mendapatkan beban kerja mental adalah sebagai
berikut (Hart & Staveland, 1988);
a. Menghitung Produk
Produk diperoleh dengan cara mengalikan rating dengan bobot faktor untuk
masing-masing descriptor. Dengan demikian dhasilkan 6 nilai produk untuk 6
indikator (MD, PD, TD, OP, FR, dan EF)
Produk = Rating x Bobot Kerja
b. Menghitung Weight Workload (WWL)
Untuk mendapatkan nilai WWL dapat dilakukan dengan cara menjumlahkan
keenam nilai produk
WWL = Σ Produk
c. Menghitung Rata-rata WWL
Untuk mendapatkan nilai rata-rata WWL dapat dilakukan dengan cara
membagi WWWL dengan bobot total.
Skor = Σ (Bobot x rating) / 15
d. Interpretasi Hasil Nilai Skor
Skor beban kerja yang diperoleh dapat diinterpretasikan sebagai berikut (Hart
dan Staveland, 1981):
1) Nilai Skor > 80 menyatakn beban pekerjaan berat
2) Nilai Skor 50-80 menyatakan beban pekerjaan sedang
3) Nilai Skor < 50 menyatakan beban pekerjaan agak ringan
Universitas Sriwijaya
40
Universitas Sriwijaya
BAB V
HASIL
41 Universitas Sriwijaya
42
Sumber:https://www.rsmh.co.id/
Gambar 5.1 Logo RSUP Dr. Mohammad hoesin Palembang
Bentuk umum adalah 3 garis hijau yang menggambarkan huruf M dan satu
garis merah yang melintang yang menggambarkan sebagai huruf H, Singkatan
dari M. Hoesin (MH). Makna logo RSUP Dr. Mohammad hoesin Palembang
adalah:
a. Ke-empat posisi garis tersebut membentuk layar perahu yang bermakna
perjalanan atau perjuangan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dalam
menempuh cita-cita dengan garis dibuat sedikit melengkung seperti tertiup
angin yang bermakna dinamika RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
dalam menempuh cita-cita dengan segala tantangan.
b. Garis merah melintang menggambarkan kemudi suatu perahu yang bermakna
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yang mempunyai tujuan atau arah
sesuai dengan mottonya itu “Kesembuhan dan Kepuasan ANDA merupakan
kebahagiaan kami”.
c. Ketiga garis hijau berarti pula tugas yang diemban RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang yaitu Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian. Warna hijau
adalah warna kesehatan, sedangkan warna merah berarti keberanian RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang dalam menghadapi persaingan dan
tuntutan masyarakat.
Universitas Sriwijaya
43
2. Misi
a. Menyelenggarakan standarisasi pelayanan, pendidikan dan penelitian
b. Meningkatkan SDM yang unggul dan berbudaya kerja
c. Menyelenggarakan produktifitas dan efisiensi
d. Menjalin kemitraan dengan jaringan bisnis rumah sakit secara
komprehensif dan berkelanjutan
3. Nilai
RSUP Dr. Mohammad hoesin Palembang menjunjung tinggi nilai – nilai
yang harus dijunjung tinggi dirumah sakit yaitu:
a. Sinergi
Koordinasi, kolaborasi, Satu Persepsi
b. Integritas
Jujur, Disiplin, Konsisten, Komitmen dan Menjadi Teladan
c. Professional
Tanggung Jawab, Kompeten, Bekerja Tuntas, Akurat, Efektif dan Efisien
4. Motto
Kesembuhan dan kepuasan anda merupakan kebahagiaan kami
Universitas Sriwijaya
44
4. Ruang dekontaminasi
5. Ruang konsultasi
6. Ruang administrasi/pendaftaran pasien IGD
7. Ruang informasi
8. Ruang dokter muda
9. Pantry IGD
10. Ruang penitipan barang
11. Ruang kasir IGD
12. Ruang pemeriksaan
13. Zona merah (Prioritas 1/P1)
14. Zona kuning (area Prioritas 2) terdiri atas:
a. Area P2 medikal
b. Area P2 bedah
c. Area P2 anak
d. Area P2 obgyn
15. Ruang resusitasi neonates
16. Ruang nebulizer
17. Ruang tindakan digunakan untuk menangani bedah minor, infeksi dan luka
bakar
18. Ruang tunggu keluarga harus sedemikian rupa agar mereka tidak
mengganggu pekerjaan
19. Tempat khusus untuk yang meninggal dan keluarga nya yang berdoa/berduka
20. Ruang B3
21. Kamar mandi dan wc pasien
22. Kamar mandi dan wc petugas
Ruang IGD lantai 2 terdiri atas:
1. Ruangan transit yang terdiri atas 20 tempat tidur
2. Ruangan kamar operasi IGD
3. Ruangan general intensive care unit (GICU) IGD
Ruang IGD lantai 3 terdiri atas:
1. Ruangan kepala IGD
2. Ruangan sekertariat IGD
Universitas Sriwijaya
45
3. Ruangan rapat
4. Ruangan sokter spesialis on site
5. Kamar mandi
6. Ruang sholat
5.3.2. Alur Pelayanan Pasien di IGD RSMH
Ketika pasien masuk ke IGD RSMH, keluarga pasien akan diarahkan untuk
melakukan pendaftaran, pasien dilakukan skrining awal pasien melalui triase:
a. Pasien yang mengalami gawat darurat, henti jantung atau henti nafas,
gangguan ABC (Airway, Breathing, Circulatory) dan pasien Death of Arrival
(DoA) maka pasien langsung diarahkan ke ruang resusitasi / jalur merah /
area Prioritas 1 (P1).
b. Pasien anak / ibu hamil tanpa gangguan ABC langsung diarahkan ke jalur
kuning, area Prioritas 2 (P2) anak dan obgin tanpa melalui triase sekunder.
c. Pasien menderita penyakit /dicurigai dengan airborne disease langsung
dibawa ke ruang isolasi dan ditatalaksana sesuai alur pelayanan pasien isolasi.
d. Bila pasien saat di skrining primer tidak ditemukan kriteria seperti pada poin
a sampai C, maka pasien akan diskrining ke area triase sekunder setelah
dilakukan skrining di triase sekunder jika pasien didapatkan dengan keadaan
trueemergency (gawat tidak darurat/darurat tidak gawat) maka pasien di
arahkan ke area jalur kuning / area prioritas 2 untuk dilakukan tatalaksana dan
perawatan emergency di P2 (respontime< 30 Menit) dan bila pasien dengan
keadaan tidak gawat tidak darurat atau falseemergency maka pasien tersebut
diarahkan ke jalur hijau / Prioritas 3 untuk dilakukan tatalaksana sebagai
pasien di Ruang P3.
e. Skrining triase primer untuk kriteria pasien dekontaminasi dilakukan dengan
merujuk ke tatalaksana SPO Dekontaminasi.
Universitas Sriwijaya
46
bahwa pasien sudah teregistrasi dalam System Informasi Rumah Sakit (SIRS)
sebagai bahan informasi bagi pelayanan penunjang lainnya.
1. Pengelolaan Penderita Di Ruang P1 (Label Merah)
Merupakan ruangan untuk melakukan tindakan atau memantau pasien label
merah. Disebut juga ruang resusitasi, Area Prioritas pertama bagi pasien cedera
berat mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera.
Tim medis yang bertanggung jawab di ruang ini dipimpin oleh dokter spesialis
jaga onsite anestesi dan dibantu oleh dokter dari departemen bedah, kebidanan,
anak, penyakit dalam, neurologl. THT, perawat terampil. Tim dokter dari
departemen lain dapat dimasukan ke tim ini sesuai dengan kasusnya.
2. Pengelolaan Penderita Di Ruang P2 (Label Kuning)
Merupakan ruangan untuk melakukan tindakan atau memantau pasien label
kuning. Menerima dan memberikan pelayanan pada pasien yang semi kritis yang
bisa jatuh menjadi pasien kritis apabila tidak ditangani segera dan di observasi
kurang dari 8 jam dan bila memerlukan tindakan operasi dipersiapkan dalam
waktu kurang dari 2 jam.
3. Pengelolaan Penderita Di Ruang P3 (Label Hijau)
Merupakan area tempat melakukan penatalaksanaan penderita tidak gawat
tidak darurat. Area untuk memberikan pelayanan pada pasien yang masuk dengan
kondisi stabil. Pelayanan di P3 dikoordinir oleh dokter spesialis jaga onsite dan
perawat. Pada jam kerja RSMH, pasien yang telah diperiksa ternyata keadaannya
tidak gawat dan tidak darurat dapat langsung diarahkan ke poliklinik rawat jalan/
graha spesialis/ pusat jantung dan syaraf terpadu, sedangkan untuk diluar jam
kerja RSMH, pasien tetap dilayani sesuai dengan masalah kesehatannya. Pasien
didaftar dan diberikan rekam medik serta dicatat sebagai kunjungan pasien dan
mendapat resep obat untuk (satu) hari, selanjutnya pasien diberikan penjelasan
tentang keadaan penyakitnya kemudian disarankan untuk kontrol di poliklinik
pada pagi hari (jam kerja) dengan melengkapi persyaratan yang berlaku untuk
pasien jaminan.
Universitas Sriwijaya
47
Universitas Sriwijaya
48
Universitas Sriwijaya
49
Universitas Sriwijaya
50
15. Pada orientasi umum, dilakukan dengan metode ceramah, diskusi dan
demonstrasi. Informasi yang disampaikan saat orientasi adalah:
a. SOTK rumah sakit
b. SOTK direktorat medik dan keperawatan
c. SOTK bidang pelayanan keperawatan
d. Visi misi rumah sakit
e. Kebijakan dan prosedur pelayanan terkait mutu dan keselamatan pasien
f. Metode pemberian asuhan keperawatan
g. Proses asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan
h. Etik dan disiplin profesi keperawatan
16. Pada orientasi unit kerja, perawat baru melakukanpraktek klinik di unit kerja
selama 1 (bulan) dengan metode preceptormentorship
17. Penempatan tenaga baru diusulkan ke bagian SDM dengan
mempertimbangkan hasil asesmen kompetensi dan serta perencanaan
ketenagaan
18. Pelaksanaan mutasi internal dan eksternal dilakukan sesuai program, kecuali
untuk kasus-kasus tertentu sehingga tidak menghambat kelancaran serta
dengan mempertimbangkan usulan dari unit kerja
19. Praktik keperawatan perawat dalam bentuk asuhan keperawatan dengan
menggunakan proses asuhan keperawatan, meliputi pengkajian, penetapan
diagnosiskeperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan
dan evaluasi keperawatan
20. Metode kerja perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah metode
sistem pemberian pelayanan profesional (SP2KP) yang berfokus pada pasien
dan keluarga dengan menekankan mutu dan keselamatan serta prilaku caring
21. Ruang Perawatan dikelola oleh seorang perawat manajer yang disebut dengan
kepala ruangan
22. Pemberian asuhan keperawatan diberikan secara kerja tim, yang diketuai oleh
seorang ketua tim
23. Ketua tim adalah seorang perawat profesi dengan latar belakang pendidikan
minimal ners
Universitas Sriwijaya
51
Universitas Sriwijaya
52
Universitas Sriwijaya
53
Universitas Sriwijaya
54
Tabel 5.2
Jadwal Tugas Jaga Perawat Instalasi Gawat Darurat
Dinas Waktu Dinas
Universitas Sriwijaya
55
Berikut pada tabel 5.4 merincikan pembobotan dari tiap dimensi NASA TLX
perawat di instalasi gawat darurat.
Tabel 5.3
Pembobotan Perawat Instalasi Gawat Darurat
Bobot
Responden
MD PD TD OP EF FR
A1 2 2 2 4 5 0
A2 5 1 1 1 4 3
A3 4 2 4 3 0 2
A4 2 1 1 3 4 4
A5 3 1 2 3 5 1
A6 5 1 3 3 2 1
A7 4 2 2 4 1 2
A8 4 3 3 4 0 1
A9 5 3 0 3 3 1
A10 5 2 1 4 2 1
A11 5 0 3 4 1 2
A12 5 3 3 3 1 0
A13 5 1 1 4 3 1
n Total 54 22 26 43 31 19
Presentasi % 28 11 13 22 16 10
Keterangan :
MD = Mental Demand
PD = Physical Demand
TD = Temporal Demand
OP = Overall Performance
EF = Effort
FR = Frustation
Nilai pembobotan pada perawat instalasi gawat darurat adalah 28% untuk
dimensi mental demand, 11% untuk dimensi physical demand, 13% untuk
dimensi temporal demand, 22% untuk dimensi overall performance, 16% untuk
dimensi effort, dan 10% untuk dimensi frustation.
Universitas Sriwijaya
56
3. Pemberian Rating
Pada bagian ini informan diminta member rating terhadap keenam indikator
beban mental. Rating yang diberikan adalah subjektif tergantung pada beban
mental yang dirasakan oleh informan tersebut. Rating berkisar antara 0-100.
Berikut adalah hasil dari pengumpulan data pemberian rating pada perawat
instalasi gawat darurat.
Berikut pada tabel 5.5 adalah data NASA TLX pada perawat diinstalasi gawat
darurat :
Tabel 5.4
Rating Perawat Instalasi Gawat Darurat
Responden Rating
MD PD TD OP EF FR
A1 100 95 95 100 100 90
A2 100 90 90 100 95 90
A3 95 90 80 85 85 80
A4 90 85 75 90 85 70
A5 90 85 75 85 85 75
A6 90 80 90 90 85 55
A7 100 90 85 90 85 85
A8 100 85 95 100 100 85
A9 100 90 95 100 100 90
A10 95 85 85 90 90 80
A11 95 85 90 90 85 75
A12 100 85 95 95 95 80
A13 95 90 95 80 90 90
n total 1250 1135 1145 1195 1180 1045
Rata-rata 96.2 87.3 88.1 91.9 90.7 80.4
Keterangan :
MD = Mental Demand
PD = Physical Demand
TD = Temporal Demand
OP = Overall Performance
EF = Effort
FR = Frustation
Universitas Sriwijaya
57
Rata-rata rating pada perawat instalasi gawat darurat adalah 96.2 untuk
dimensi mental demand, 87.3 untuk dimensi physical demand, 88.1 untuk dimensi
temporal demand, 91.9 untuk dimensi overall performance, 90.7 untuk dimensi
effort, dan 80.4 untuk dimensi frustation.
Universitas Sriwijaya
58
“Kalau mengambil keputusan itu tidak bisa sendiri apalagi kita diinstansi
seperti ini tidak bisa kita ngambil keputusan sendiri.” (JS)
“Semua pasien yang datang kesini ya pasien yang gawat darurat semua.”
(NL)
“Ada penanggung jawabnya. Kalau dipagi hari bisa saya, bisa koordinator.
Tapi kalau sore dan malam ada supervisor. Ada yang khusus yang perlu
Universitas Sriwijaya
59
Universitas Sriwijaya
60
“Masalah dirumah cukup dirumah kalo udah kerja kita harus professional
apalagi ini igd banyak pasien yang harus ditolong harus dalam pikiran
jernih, kalo nggak ya akan fatal.”(JS)
“Harus tetap senyum tetap menjaga emosi disaat keluarga pasien datang
dengan keadaan emosional, keuarga pasien sedih kita tidak boleh ikut. Kita
harus seperti innocent tapi tidak cuek.” (RB)
“Patient center artinya yg menjadi center kita itu adalah pasien, semua yang
dikelilingi ialah kerja sama mulai dari dokter, perawat, petugas tfo, petugas
rekam medis, gizi maupun farmasi. Apa yang dibutuhkan pasien.” (RB)
Universitas Sriwijaya
61
Tabel 5.7
Produk Effort
Perawat Instalasi Gawat Darurat
Responden Bobot Rating Produk (Bobot x Rating)
A1 5 100 500
A2 4 95 380
A3 0 85 0
A4 4 85 340
A5 5 85 425
A6 2 85 170
A7 1 85 85
A8 0 100 0
A9 3 100 300
A10 2 90 180
A11 1 85 85
A12 1 95 95
A13 3 90 270
n total 31 1180 2830
rata-rata 2.3 90.7 217.6
Perawat instalasi gawat darurat memiliki rata-rata produk effort sebesar
217.6
Tingkat usaha (effort) berkaitan dengan tingkat usaha yang harus dikeluarkan
dalam satu kali menangani pasien. Seperti bagaimana tekanan yang berkaitan
dengan nilai usaha yang harus dilakukan saat perawat bekerja. Tingkat usaha
Universitas Sriwijaya
62
(effort) adalah nilai dimensi tertinggi ketiga yaitu dengan nilai 217.6 Hal ini
didukung oleh pernyataan informan:
“Kalau ada pasien yang masuk kita harus tau tindakan apa yang harus
dilakukan sekarang. Kalau nggak tinggi analisis nya bisa fatal karena
menyangkut nyawa.” (LR)
“Ada observasi pasien, dianalisis kenapa pasien ini lama tertahan, maka
setiap rabu kepala instalasi akan mengumpulkan kami para ketua tim.” (RB)
“Iya kalau misal ada pasien yang tertahan lama akan dianalisis
penyebabnya.” (JS)
“Kita punya tim kontrol. Kalau dijam kerja kita dibawah ibu penanggung
jawab igd lantai 1. Ibu penanggung jawab igd lantai 1 ada pelaporan
kekoordinator pelayanan. Semuanya kerja kita dikontrol sampai kedirektur,
kalau tidak dikontrol ya amburadur.” (RB)
Universitas Sriwijaya
63
Universitas Sriwijaya
64
Universitas Sriwijaya
65
“Kita punya yang namanya respon time, di respon time itu ada yang
namanya irt1, ketika pasien datang itu ada, jadi berapa menit? 2 menit harus
sudah dilihat petugas/dokter ke triase dulu, kemudian 5 menit menunggu,
maksimal 5 menit dokter jaga Prioritas (P2 - Yellow Area) melihat pasien
mau dikemanakan pasien ini.” (RB)
Perawat IGD dituntut untuk respon time (waktu tanggap) yang tepat dan
efisien dalam setiap pengambilan keputusan mulai sejak awal pasien datang
hingga pasien dipindahkan dari IGD. Kecepatan dan ketepatan pelayanan menjadi
standar pelayanan minimal yang harus dicapai oleh perawat IGD.
5.6.5. Identifikasi Frustation (FR)
Berikut pada tabel adalah nilai frustation pada perawat diinstalasi gawat
darurat:
Tabel 5.9
Produk Frustation
Perawat Instalasi Gawat Darurat
Responden Bobot Rating Produk ( Bobot x Rating )
A1 0 90 0
A2 3 90 270
A3 2 80 160
A4 4 70 280
A5 1 75 75
A6 1 55 55
A7 2 85 170
A8 1 85 85
A9 1 90 90
A10 1 80 80
A11 2 75 150
A12 0 80 0
A13 1 90 90
n total 19 1045 1505
Rata-rata 1.461538 80.38462 115.8
Perawat instalasi gawat darurat memiliki rata-rata produk frustation
sebesar 115.8
Universitas Sriwijaya
66
“Banyak, sudah kritis ternyata pasien nya tidak bisa diselamatkan atau
pasien datang dengan kondisi sudah meninggal.”
“Iya ada sentinel sampai kematian. Kita sudah ada komite mutu kita mulai
dari, kejadian potensial cedera, kejadian nyaris cedera, kejadian tidak
cedera, kejadian tidak diharapkan kembali lagi ke patient safety tadi meliputi
6 sasaran keselamatan pasien.” (JS)
Frustasi yang dirasakan perawat instalasi gawat darurat adalah hasil tuntutan-
tuntutan pekerjaan, sudah semampunya menjalankan tugas sesuai standar prosedur
operasional (SPO) namun pasien tidak bisa diselamatkan. Berdasarkan hasil
wawancara diatas diperkuat oleh telaah dokumen pedoman pelayanan instalasi
gawat darurat. Perasaan stres juga bisa dirasakan sebagai tekanan adanya Prioritas
0 atau kasus kematian yang artinya tidak ada respon pada segala rangsangan, tidak
ada respirasi spontan, tidak ada bukti aktivitas jantung, hilangnya respon pupil
terhadap cahaya. Pasien yang datang telah meninggal dunia (death on arrival /
DoA).
Universitas Sriwijaya
67
Kebutuhan fisik (physical demand) adalah nilai dimensi ini cenderung sangat
kecil dibandingkan lima dimensi lainnya yaitu dengan nilai 90.0 Kebutuhan fisik
yang dimaksud adalah jumlah tuntutan fisik yang dibutuhkan dalam bekerja
(misalnya mendorong, menarik, menjalankan dan mengontrol putaran) yang
masih berhubungan dengan kelelahan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
informa :
“Dak biso kito ngomongke berat, semua berat semua, nggak mungkin ya
tergantung..
Universitas Sriwijaya
68
…Iya ada, medical check up (MCU) rutin satu tahun sekali. Vaksin sudah
ada, terus dari segi jadwal juga sudah habis malam kan libur, dapet obat
vitamin juga, setiap hari kami dapat asupan dari gizi seperti telur susu itu
ada udah jalan dari bulan 4 dari jaman covid sudah mulai ada asupan gizi…
…Iya ada, disini ada medical check up rutin setahun sekali. Semenjak
COVID ini dapet juga asupan dari gizi seperti telur susu vitamin untuk
menjaga imun kita…
Berdasarkan hasil wawancara diatas terhadap perawat IGD, sudah ada upaya
dari rumah sakit dalam memelihara kondisi fisik sebagai perawat berupa medical
check up (MCU) rutin satu tahun sekali serta mendapatkan asupan dari gizi seperti
telur, susu serta vitamin untuk menjaga imun tubuh tetap sehat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pekerjaan perawat yang melibatkan
fisik diantaranya melakukan aktivitas mendorong bed, kursi roda pasien,
melakukan pemindahan pasien, dan mengangkat pasien dalam tandu. Aktivitas
fisik yang dilakukan perawat telah banyak dibantu dengan adanya alat bantu yang
memadai dan memudahkan perawat dalam melakukan pengangkatan,
pemindahan, maupun mendorong.
Universitas Sriwijaya
69
Tabel 5.11
Analisis Skor Perawat Instalasi Gawat Darurat
Responden Produk
MD PD TD OP EF FR WWL Skor
A1 200 190 190 400 500 0 1480 99
A2 500 90 90 100 380 270 1430 95
A3 380 180 320 255 0 160 1295 86
A4 180 85 75 270 340 280 1230 82
A5 270 85 150 255 425 75 1260 84
A6 450 80 270 270 170 55 1295 86
A7 400 180 170 360 85 170 1365 91
A8 400 255 285 400 0 85 1425 95
A9 500 270 0 300 300 90 1460 97
A10 475 170 85 360 180 80 1350 90
A11 475 0 270 360 85 150 1340 89
A12 500 255 285 285 95 0 1420 95
A13 475 90 95 320 270 90 1340 89
Rata-rata 91
Dari tabel 5.11, didapatkan bahwa rata-rata beban kerja mental perawat
instalasi gawat darurat sebesar 91. Nilai tersebut termasuk dalam kategori beban
kerja mental berat (Overload) karena bernilai lebih dari 80.
Keterangan :
MD = Mental Demand
PD = Physical Demand
TD = Temporal Demand
OP = Overall Performance
EF = Effort
FR = Frustation
WWL = Weighted Workload (Produk/15)
Universitas Sriwijaya
70
60
Rata-rata Beban Kerja
40
Mental
20
0
Perawat Instalasi Gawat Darurat
Universitas Sriwijaya
BAB VI
PEMBAHASAN
71 Universitas sriwijaya
72
Universitas Sriwijaya
73
Universitas Sriwijaya
74
Universitas Sriwijaya
75
Universitas Sriwijaya
76
Universitas Sriwijaya
77
6.2.3. Effort
Berdasarkan Zahara dkk (2012) beban kerja mental yang dipengaruhi oleh
effort adalah sebesar 226 (15%) Berdasarkan hasil rata-rata beban dimensi effort
pada penelitian ini diperoleh nilai rata-rata dimensi effort pada perawat IGD
sebesar 217. Dimensi effort menunjukkan seberapa besar usaha mental dan fisik
dalam menyelesaikan pekerjaan. Dimensi effort memiliki rata-rata cukup besar,
hal ini dikarenakan perawat instalasi gawat darurat berupaya dalam kerja fisik dan
mental. Gabungan kegiatan kerja antara fisik dan mental perawat dapat
menimbulkan suatu beban kerja mental yang cukup berat dan membebani.
Menurut (Miller, 2001) aktivitas mental seorang perawat pada penilaian beban
kerja mental adalah kemampuan perawat dalam melakukan pekerjaan dengan
menggunakan pancaindera, kemampuan untuk berpikir, mengingat, menganalisis,
membuat kesimpulan bahkan mengambil keputusan dalam hal keperawatan.
Dalam hal ini aktivitas mental yang dilakukan perawat adalah perpaduan antara
kerja fisik untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dan juga kerja secara mental
dalam memikirkan rancangan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Pekerjaan dengan
dominasi aktivitas mental yang sering dilakukan oleh perawat bersifat mental
seperti berpikir kritis, keterampilan, tanggung jawab terhadap kesembuhan, harus
menjalin komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarga pasien, kompleksitas
pekerjaan, mempersiapkan mental dan rohani pasien dan keluarga terutama yang
akan menjalankan operasi atau dalam keadaan kritis, tuntutan dari keluarga
pasien, harus memiliki empati dan kepedulian terhadap pasien, bekerja dengan
tim, mampu mengendalikan emosi.
Pelepasan energi melalui kegiatan fisik yang dilakukan secara terus menerus
ini juga dapat menimbulkan kelelahan yang tidak saja secara fisik namun juga
secara mental. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa perawat instalasi
gawat darurat dituntut untuk melakukan ketepatan diagnosa. Ketepatan melakukan
Universitas Sriwijaya
78
diagnosa menjadi langkah awal dalam sebuah proses pengobatan karena ketepatan
dalam melakukan diagnosa maka akan mempengaruhi tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya. Diagnosa juga meliputi penentuan kebutuhan pasien untuk
perawatan seperti dukungan, bimbingan, dan perawatan lainnya yang
memfasilitasi kemampuan pasien untuk mencari perawatan.Diagnosa
keperawatanmemberikan dasar untuk memilih intervensi keperawatan untuk
mencapaihasil yang dapat dipertanggung jawabkan dan dipertanggung
gugatkan.Diagnosa adalah proses yang menghasilkan pernyataan diagnostik
ataudiagnosa keperawatan. Pada tahap ini perawat melakukan seleksi,
cluster/pengelompokan dan analisa data selanjutnya bertanya : “Apa masalah
kesehatan yang actual atau potensial dimana pasien membutuhkan
bantuanperawat?” dan “apa saja faktor-faktor yang berkonstribusi terhadap
masalah-masalah tersebut?”. Jawaban dari pertanyaan tersebut akan
menggambarkan diagnosa keperawatan (Tanner, C., A 1984). Diagnosa
keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan yang menggambarkan
penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat
terhadap permasalahan kesehatan baik aktual maupun potensial. Dimana perawat
mempunyai lisensi dan kompetensi untuk mengatasinya (Sumijatun, 2010). Selain
itu berdasarkan hasil penelitian, perawat juga melakukan observasi terhadap
pasien selama 8 jam. Selama metode observasi berlangsung perawat melibatkan
semua panca indra baik itu melihat dan mendengar apa yang dikatakan pasien.
Pada saat perawat menggunakan indra penglihatan contohnya itu, ukuran tubuh,
berat badan, postur dan kerapian pasien. Gestus wajar dan ekspresi pasien apakah
pasien tidak nyaman dann kedua pada saat menggunakan panca indra penciuman
contohnya itu, bau tubuh atau bau napas. Indra pendengar contohnya, bunyi
jantung, suara paru, bising usuu, kemampuan untuk berkomunikasi, bahasa yang
dipakai dan kemampuan untuk memulai percakapan. Terakhir adalah indra peraba
contohnya, suhu dan kelembapan kulit (Deswani, 2009).
Universitas Sriwijaya
79
Universitas Sriwijaya
80
Universitas Sriwijaya
81
Berdasarkan hasil penelitian sistem triase yang ada diinstalasi gawat darurat
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang untuk menentukan prioritas
penanganan kegawat daruratan dengan membedakan pasien berdasarkan tingkat
kegawatannya, yaitu :
1. Ruang P1 untuk Pasien Prioritas 1 atau Emergency
Ruang yang diperuntukan keadaan gawat darurat yang mengancam nyawa
dan perlu tindakan segera, misalnya syok, gangguan nafas akut, penurunan
kesadaran memerlukan evaluasi dan intervensi segera. Ruang P1 adalah
tempat melakukan resusitasi dan stabilisasi pasien dengan gangguan ABC
(airways breathing and circulation) seperti serangan jantung, kecelakaan,
patah tulang hingga gangguan jalan nafas. Setelah dilakukan resusitasi dan
stabilisasi, pasien dipindahkan ke ICU, ICCU, HCU, kamar operasi, pindah
ke ruang P2 atau masuk ke ruang rawat inap.
2. Ruang P2 untuk Pasien Prioritas 2 atau Urgent
Ruang yang diperuntukan keadaan gawat tidak darurat dan darurat tidak
gawat. Keadaan gawat tidak darurat adalah keadaan yang mengancam nyawa
tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Setelah dilakukan sitasi maka
ditindaklanjuti oleh dokter spesialis yang berkompeten, misalnya: pasien
kanker tahap lanjut.
3. Ruang P3 untuk Pasien Prioritas 3 atau Non Urgent
Untuk Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan
gawat. Gejala dan tanda klinis ringan / asimptomatis, misalnya penyakit kulit,
batuk, flu. asma, pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis
yang minimal, luka lama, Kondisi yang timbul sudah lama. Setelah dilakukan
pemeriksaan dan terapi sesuai diagnosa, maka pasien dapat dipulangkan atau
kontrol ke poliklinik. Bila selama observasi terjadi pemburukan, pasien dapat
dipindahkan ke ruang P2 atau P1. Sesuai dengan tingkat kegawatan yang
terjadi.
Proses triase juga akan berpengaruh pada waktu tanggap atau respons time
yang akan diberikan oleh dokter dan perawat triase. Berdasarkan hasil penelitian,
dokter dan perawat triase diposisikan pada konter triase yang terletak pada sisi
Universitas Sriwijaya
82
kanan pintu masuk IGD, sehingga bila ada pasien yang datang dapat segera
diketahui dan dilakukan tindakan triase. Adapun triase yang dilakukan oleh
perawat instalasi gawat darurat RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yaitu
dalam waktu kurang dari 1 menit, hal ini sudah sesuai dengan standar respon time
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit yang menyebutkan bahwa pasien gawat darurat harus terlayani paling lama
5 (lima) menit setelah sampai di gawat darurat.
Response time yang cepat atau sesuai standar yang ada akan membantu
perawat dalam memberikan pelayanan yang tepat sesuai dengan jenis keluhan
yang dialami oleh pasien. Keterlambatan penanganan di IGD dapat
mengakibatkan kecacatan atau kematian. Studi yang dilakukan maatilu
membuktikan response time perawat pada penanganan pasien gawat darurat yang
memanjang dapat menurunkan usaha penyelamatan pasien dan terjadinya
perburukan kondisi pasien (Maatilu, Mulyadi andMalara, 2014). Response time
adalah kecepatan penanganan pasien, dihitung sejak pasien datang sampai
dilakukan penanganan (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Teknis
Medik, 2011). Adapun pada penelitian sebelumnya response time perawat IGD di
RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo adalah 8 menit 20 Detik (Isnah, 2012).
6.2.5. Frustation
Berdasarkan Zahara dkk (2012) beban kerja mental yang dipengaruhi oleh
frustration adalah sebesar 173 (23%). Berdasarkan hasil rata-rata beban dimensi
frustration pada penelitian ini diperoleh nilai rata-rata dimensi frustration pada
perawat IGD sebesar 115. Dimensi frustation memiliki nilai rata-rata paling
rendah dibanding empat dimensi lainnya. Berdasarkan hasil wawancara perawat
instalasi gawat darurat tidak merasakan cemas ataupun tertekan perawat merasa
beban yang selama ini dipikul belum sampai pada tahap ini. Dimensi frustasi yang
dirasakan perawat instalasi gawat darurat adanya kasus kematian kemudian dalam
menjalankan tugas sudah sesuai standar prosedur operasional tetapi pasien tidak
bisa diselamatkan hal ini juga memberikan tekanan terhadap perawat IGD.
Universitas Sriwijaya
83
Universitas Sriwijaya
84
Universitas Sriwijaya
85
perawat dan jumlah ini sudah sesuai dengan ketentuan jumlah tenaga perawat
yang dibutuhkan.Salah satu metode yang telah dikembangkan Departemen
Kesehatan untuk menghitung kebutuhan tenaga rumah sakit adalah metode Work
Load Indicator Staff Need (WISN), yang berakar pada beban kerja personel.
Metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN) adalah
suatu metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan pada beban
pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan pada tiap
unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
Universitas Sriwijaya
86
Universitas Sriwijaya
87
kegawatan pasien tersebut. Pada perawat instalasi gawat darurat dimensi yang
memiliki nilai terendah dibandingkan dengan empat dimensi lainnya adalah
Dimensi Frustation. Hal ini dilihat dari motivasi perawat yang tinggi dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien sehingga perawat
mengesampingkan hal-hal yang akan merugikan pasien maupun diri sendiri.
Beban yang diemban dianggap oleh perawat sebagai sebuah konsekuensi
pekerjaan yang harus dijalani tanpa harus menimbulkan rasa tidak aman, putus asa
atau pun terganggu saat bekerja. Perawat instalasi gawat darurat dalam
melaksanakan tugasnya terbentuk dalam tim sehingga terdapat pembagian job
description masing-masing. Rendahnya nilai frustasi ini juga dikarenakan,
walaupun perawat instalasi gawat darurat saat bekerja dihadapkan pada pasien
dengan kondisi jiwa yang terancam itu tidak akan menyulitkan mereka karena
perawat instalasi gawat darurat sudah terbiasa dengan hal demikian dan rata-rata
perawat sudah diberikan pelatihan yang berdasarkan kewenangan klinisnya
masing-masing. Hal ini juga menyebabkan rendahnya nilai dimensi frustasi
dikarenakan terdapat juga mahasiswa keperawatan dari berbagai kampus dan
banyaknya dokter diinstalasi gawat darurat. Selain itu perawat instalasi gawat
darurat memiliki waktu istirahat dan libur setelah melakukan dinas malam. Pada
perawat instalasi gawat darurat dimensi yang memiliki nilai yang paling rendah
adalah Dimensi Physical Demand. Dimensi Physical Demand menunjukan bahwa
perawat instalasi gawat darurat dalam bekerja sering melakukan aktivitas fisik
seperti mengangkat pasien,mendorong peralatan kesehatan, pemindahan pasien,
merapikan tempat tidur pasien, memasang infus,melakukan observasi tanda-tanda
vital, memasang oksigen, membantu pasien buang air kecil maupun buang air
besar, memandikan pasien, memelihara kebersihan mulut dengan menyikat gigi
dan mengganti pakaian pasien. Adapun aktivitas fisik yang dilakukan perawat
instalasi gawat darurat telah banyak dibantu dengan adanya alat bantu yang
memadai dan memudahkan dalam melakukan pengangkatan, pemindahan,
maupun mendorong. Perawat IGD dalam melakukan aktivitas mendorong, tempat
tidur pasien yang telah dilengkapi dengan roda sehingga tidak perlu tenaga
berlebih untuk mendorong, dalam penggunaan kursi roda kini semakin
memudahkan perawat dengan adanya tombol-tombol otomatis didalamnya.
Universitas Sriwijaya
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis beban kerja mental pada
Perawat di Instalasi Gawat Darurat di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
didapatkan kesimpulan bahwa:
1. Nilai Dimensi Mental Demand pada perawat di Instalasi gawat darurat
adalah nilai dimensi tertinggi pertama dengan rata-rata 400.4.
2. Nilai Dimensi Overall Performance pada perawat di Instalasi gawat darurat
adalah nilai dimensi tertinggi kedua dengan rata-rata 302.6.
3. Nilai Dimensi Effort pada perawat di Instalasi gawat darurat adalah nilai
dimensi tertinggi ketiga dengan rata-rata 217.6.
4. Nilai Dimensi Temporal Demand pada perawat di Instalasi gawat darurat
adalah nilai dimensi tertinggi keempat dengan rata-rata 175.8.
5. Nilai Dimensi Frustation pada perawat di Instalasi gawat darurat adalah nilai
dimensi tertinggi kelima dengan rata-rata 115.8.
6. Nilai Dimensi Physical Demand pada perawat di Instalasi gawat darurat
adalah nilai dimensi terendah dibandingkanlima dimensi lainnya dengan rata-
rata 90.
7. Beban Kerja Mental pada perawat di Instalasi Gawat Darurat tergolong dalam
kategori beban kerja mental berat karena bernilai diatas 80.
7.2. Saran
a. Bagi Instansi
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang harus memantau perkembangan
beban kerja mental perawat dengan mengadakan survey secara berkala. Karena
berdasarkan hasil penelitian, beban kerja mental perawat tergolong berat.
1. Melakukan pendekatan dengan perawat serta pemberian program
konseling pada perawat dengan maksud untuk membantu perawat tersebut
agar dapat menangani masalah secara lebih baik.
88 Universitas Sriwijaya
89
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2011). Peraturan Menetri Kesehatan Republik Indonesia. No. 1691
/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta
Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta : Salemba
Medika
Diniaty, D. & Muliyadi, Z. 2016. Analisis Beban Kerja Fisik dan Mental
Karyawan Pada Lantai Produksi Dipt Pesona Laut Kuning. Jurnal Sains,
Teknologi dan Industrial. Vol.13 No.2 Juni 2016 : 203 – 210
Direktorat Bina Pelayanan dan Teknik Medik, 2011. Standar Pelayanan
Keperawatan Gawat Darurat di Rumah Sakit.
Universitas Sriwijaya
Hancock, P. A. 1989. “The Effect of performance failure and task demand on the
perception of mental workload.
Hart, S., G & Staveland, L. E (1981). Development of NASA-TLX (Task Load
Index Result of Empirical and Theoretical Research. In human Mental
Workload, 139-183.
Hart, S. G., dan Staveland, L. E., 1988. Development of Nasa-Task Load Index
(NASA-TLX). Results of empirical and Theoritical Research, NASA-Ames
Research, California. http://doi.org/10.1016/S0166-4115(08)62386-9.
Haryanti, dkk. (2013). Hubungan Antara Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat
di Intalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten Semarang. Jurnal Manajemen
Keperawatan volume 1 no 1 Mei 2013.
Hasyim, Masruroh dan Joko Prasetyo. 2012. Etika Keperawatan.Yogyakarta:
Bangkit.
Health and Safety Executive, 2017. Focusing on Work Related Stress,
Musculoskeletal Disorders and Occupational Lung Disease. HSE Priced
and Free Publications Can be Viewed Online or Ordered from.
Ilyas, Yaslis. 2012. Kinerja, teori, penilaian dan penelitian. Jakarta: Pusat Kajian
Ekonomi Kesehatan FKM Universitas Indonesia.
Kasmarani. (2012). Pengaruh beban kerja fisik dan mental terhadap stres kerja
pada perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Cianjur. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 1, 2, 767 – 776.
Kementerian Kesehatan RI. Permenkes RI. Nomor 1691 Tahun 2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit,. Jakarta,: Kementerian Kesehatan RI;
2011.
Universitas Sriwijaya
Kementrian Kesehatan RI (2009). Undang-undang Republik Indonesia No. 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Lexshimi, R., Tahir. S., Santhna, L.P., Nizam, M. D. 2007. Prevalence of Stress
and Coping Mechanism among Staff Nurses in the Intensive Care Unit., 2
(2): 146-153
Maatilu, V., Mulyadi, dan Malara, R.T. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Response Time Perawat pada Penanganan Pasien Gawat Darurat di
IGD RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.Manado.
Natasia, N., Loekqijana, A., & Kurniawati, J. (2014). Faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Pelaksanaan SOP Asuhan Keperawatan di ICU-ICCU RSUD
Gambiran Kota Kediri. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(1), 21–25.
National Institute for Occupational Safety and Health. Stress at Work Columbia
Parkway: U.S. Department of Health and Human Services. (online). 1998.
http://www.cdc.gov/niosh/docs/99-101/pdfs/99-101.pdf
Universitas Sriwijaya
Nurmianto, E. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna
Widya.
Perry, A. G., & Potter, P. A. (2009). Potter and perry’s fundamentals of nursing
Australian version. (J. Crips & C. Taylor, Eds.) (3rd ed). Australian : mosby
Elsevier Australia.
PPNI. 2006. Survei Stres Kerja Perawat. Diakses pada tanggal 13 Desember 2020
23.45. http://www. 64.203.71.11/ver1/kesehatan/0705/12/htm.
Prabawati, Rika. 2012. Hubungan Beban kerja Mental dengan Stres Kerja pada
Perawat Bagian Rawat Inap RSJD. Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten. Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Prihatini. (2007). Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di
Setiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. Skripsi Universitas Sumatera
Utara Medan.
Ramadhan, R., Tama, I. P., & Yanuar, R. (2014). Analisa Beban Kerja Dengan
Menggunakan Work Sampling Dan NASATLX Untuk Menentukan Jumlah
Operator. 2(5), 964-973.
Ratnasari, W.P. (2009). Stres pada perawat di instalasi rawat inap rumah sakit
jiwa Menur Surabaya.
Runtu, D. Y. N. 2018. Hubungan antara Iklim Organisasi dengan Stres Kerja pad
Perawat di Rumah Sakit X Jakarta Timur. Jurnal Mitra Manajemen (JMM
Online), 2(3). pp. 125-137.
Universitas Sriwijaya
Saefullah Encep, 2017. Pengaruh Beban Kerja Dan Stres Kerja Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan. Banten : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bina
Bangsa.
Saryono. (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Purwokerto: UPT.
Percetakan dan Penerbitan UNSOED
Sunyoto, Danang. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Buku Seru
Tabatabaei S, Hazani R K. 2011. “Work Stress And Job Satisfaction With Respect
To The Work Shift And Hours”. Shahid Behesti University Of Medical
Sciences. Shahid Behesti.
Universitas Sriwijaya
Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2014 tentang keperawatan. R.
jakarta. 2014.
Utomo, A. 2004. Gambaran Kejadian Stres Kerja berdasarkan Karakteristik
Pekerjaan pada Perawat ICU dan UGD di RS. Mitra Keluarga Bekasi.
Depok: Universitas Indonesia.
Widyanti, Ari, dkk. 2010. “Pengukuran Beban Kerja Mental Dalam Searching
Task Dengan Metode Rating Scale Mental Effort (RSME)”. Teknik Industri
UNDIP. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi IX.
Yoon, S. L. and J. H. Kim. 2013. Job Related Stress, Emotional Labor, and
Depressive Symptoms Among Korean Nurses. Journal of Nursing
Scholarship, 45(2), pp. 169-76.
Universitas Sriwijaya
Lampiran I
Universitas Sriwijaya
Lampiran 2
Universitas Sriwijaya
Lampiran 3
Universitas Sriwijaya
Lampiran 4 Informed Consent
Saksi Informan
…………………..... ………………….....
Pelaksana Penelitian
Universitas Sriwijaya
Lampiran 5 Naskah Penjelasan Dan Persetujuan
PENELITIAN
ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT INSTALASI GAWAT
DARURAT DENGAN METODE NASA-TASK LOAD INDEX DI RSUP DR.
MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2020
NASKAH PENJELASAN
Bapak/Ibu yang terhormat, saya dari Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
akan melakukan penelitian dengan judul “Analisis Beban Kerja Mental Perawat
Instalasi Gawat Darurat Dengan Metode NASA-Task Load Index di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2020”Tujuan atau manfaat dari penelitian
saya secara umum yaitu Mengetahui tingkat beban kerja mental perawat Instalasi
Gawat Darurat di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Selama penelitian, kami akan meminta kesediaan bapak/ibu untuk menjadi objek
penelitian kami dengan bersedia mengisi kuesioner oleh peneliti dengan
membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Adapun kerahasiaan subyek penelitian
dalam memberikan informasi dipastikan akan tetap terjaga. Partisipasi Bapak/Ibu
selaku informan dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa ada paksaan dari
pihak manapun, dan apabila tidak berkenan untuk dijadikan sebagai subyek
penelitian dalam penelitian kami, maka Bapak/Ibu bisa menolak untuk
diwawancarai.
Semua informasi yang peneliti terima, akan kami jamin kerahasiannya dan akan di
olah untuk kemudian digunakan sebagai bahan penelitian kami dalam menyusun
skripsi penelitian sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. Apabila
Bapak/Ibu membutuhkan keterangan lebih lanjut mengenai penelitian ini, dapat
menghubungi:
Nama : Sely Ayu Wandira
Alamat : Depati 1 Kel. Bumi Agung Kec. Muaradua Kab. Oku Selatan
Telepon : 081368003529
Universitas Sriwijaya
Lampiran 6
IDENTITAS INFORMAN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Lama Bekerja :
Status :
Dengan hormat,
PETUNJUK PENGERJAAN:
1) Terdapat beberapa pertanyaan dalam kuesioner tentang beberapa hal.
2) Dalam setiap pertanyaan yang ada, anda dipersilahkan memilih jawaban
sesuai dengan apa yang terjadi dengan memberikan tanda silang (X).
3) Tidak ada jawaban benar atau salah. Semua jawaban benar apabila itulah
yang anda alami.
4) Jawaban apapun tidak memengaruhi nilai atau prestasi anda dan
kerahasiaan akan terjamin sesuai dengan kode etik peneliti.
Terimakasih.
Universitas Sriwijaya
Lampiran 7 Panduan Mengisi Kuesioner NASA-TLX
Pada pengukuran ini, Anda diminta untuk mengisi kuesioner yang bertujuan untuk
mengukur beban kerja pekerjaan yang anda lakukan setiap hari. Hasil dari
pengukuran ini adalah untuk menentukan apakah pekerjaan yang anda laksanakan
memiliki beban kerja rendah (underload), optimal (optimal load), atau berlebihan
(overload). Kuesioner ini terbagi menjadi dua tahap sebagai berikut:
1. Pemberian Bobot
Pada bagian ini anda diminta untuk memilih salah satu dari dua indikator
yang dirasakan lebih dominan menimbulkan beban kerja mental terhadap
pekerjaan tersebut. Kuesioner yang diberikan berupa perbandingan
berpasangan.
2. Pemberian peringkat
Pada bagian ini anda diminta memberi peringkat terhadap keenam
indikator bebaban mental. Rating yang diberikan adalah subyektif
tergantung pada beban mental yang dirasakan oleh responden selama
menjalani pekerjaan. Pada masing-masing faktor terdapat skala 0-100
atau rendah sampai dengan tinggi.
Universitas Sriwijaya
Lampiran 8 Indikator Skala Peringkat
Universitas Sriwijaya
Lampiran 9 Lembar Pemberian Bobot
Berilah tanda (X) pilihan anda pada salah satu dari dua indikator yang dirasakan
lebih dominan menimbulkan beban kerja mental terhadap pekerjaan anda.
Universitas Sriwijaya
Lampiran 10 Lembar Pemberian Peringkat
Berikan tanda “X” pada skala sesuai tingkat faktor yang anda alami selama
bekerja.
1. Mental Demand (MD)
Seberapa besar usaha mental yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaan ini?
5. Effort (EF)
Seberapa besar kerja mental dan fisik yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini?
6. Frustation (FR)
Seberapa besar kecemasan, perasaan tertekan, dan stress yang dirasakan
untuk menyelesaikan pekerjaan ini?
Universitas Sriwijaya
Lampiran 11
Dokumentasi
Universitas Sriwijaya
Lampiran 12
Universitas Sriwijaya
prasarana, kendala… pasien apa-apa aja mau
diapakan, apa yang sudah
dikerjakan, apa yang belum
dilanjutkan dan apa yang akan
dilanjutkan…
Coding I -Ada briefing sebelum bertugas -Ada briefing dahulu sebelum
mulai bekerja
Coding II -Ada briefing sebelum bertugas -Ada briefing dahulu sebelum
mulai bekerja
c. Bagaimana pemeriksaan kesehatan khusus …Tidak ada. Tetapi kita ada …Tidak ada. Tetapi kita ada
sebelum bekerja? medical check up (MCU) annually, medical check up (MCU)
nanti dilihat kalau misalkan ada dibagian K3RS, itu kami ada
hepatitis B nanti ada rencana tindak satu tahun sekali, jadi tau oh dia
lanjut nya apa dari pemeriksaan ini kena penyakit hipertensi oh
tersebut. Seluruh petugas dilakukan dia ini punya penyakit hepatitis,
pemeriksaan mulai dari thorax, nanti setelah itu ditindak lanjuti.
EKG, rontgen, periksa darah. Ada Ada imunisasi hepatitis,
tim medical check up (MCU) dari imunisasi influenza sudah
rumah sakit yang sudah terjadwal… dilakukan alhamdulillah
sebelum COVID…
Coding I -Ada medical check up (MCU) -Ada medical check up (MCU)
annually satu tahun sekali
Coding II -Ada medical check up (MCU) -Ada medical check up (MCU)
annually satu tahun sekali
Interpretasi Seluruh kebijakan yang berlaku di instalasi gawat darurat dari mulai
standar prosedur operasional (SPO), briefing, hingga pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja dibuat berdasarkan Sertifikasi Joint
Commission International (JCI), Keputusan Direktur Utama RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang tentang Kebijakan Pelayanan
Universitas Sriwijaya
Keperawatan, Standar Prosedur Operasional (SPO) Keperawatan Dasar,
Standar Prosedur Operasional (SPO) Keperawatan Lanjutan, Pedoman
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang. Perawat yang bekerja diinstalasi gawat darurat
menggunakan SPO keperawatan dasar dan SPO keperawatan lanjutan.
Ada briefing khusus dan tidak ada pengecekan kesehatan khusus
sebelum bekerja tetapi ada medical check up (MCU) rutin satu tahun
sekali.
2. Sistem kerja perawat(bagaimana sistem RB JS
kerja sebagai perawat?)
a. Apa saja job description perawat? …Ada, rincian kewenangan klinis …Iya job description nya lain-
namanya (RKK) mengenai apa yang lain, oh ini perawat misalkan di
tidak boleh dikerjakan, apa yang Prioritas 1 (P1/Red Zone) dia
harus dikerjakan, apa yang menjadi job description nya ya jelas lain
tanggung jawab. Sistemnya tulis apa dia misalkan bisa
yang kamu kerjakan, kerjakan apa mengoperasikan ventilator.
yang kamu tulis dan semuanya Sebenarnya soal berat dan
terdokumentasi. ringan nya ya sama sama persis,
nggak bisa kita ngomongkan di
Prioritas 2 (P2 Yellow Area)
medical itu ringan ngga, sama
aja. Tapi ada yang umum dan
ada yang khusus. Umum yang
semua perawat harus bisa
pasang infus misalnya semua
perawat harus bisa
elektrokardiogram (EKG)
mengukur dan merekam
aktivitas listrik jantung itu lah
Universitas Sriwijaya
umum ya tapi ada kekhususan
kayak tadi itu kan tidak semua
bisa. Kalau khusus dia kan ada
pelatihan khusus seperti
Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat (PPGD), Basic
Trauma Cardiac Life Support
(BTCLS), Advanced Cardiac
Life Support (ACLS), itu kan
spasien jantung kami ada ruang
stemis ruangan khusus jantung
dia harus bisa mengoperasikan
alat kejut jantung, itu kan harus
ada modal keterampilan ada
skill nya juga…
Coding I -Ada kewenangan klinis -Ada job description masing-
masing
Coding II -Ada kewenangan klinis -Ada job description masing-
masing
b. Ada berapa shift dalam satu hari kerja? …Ada 3 shift. Pagi, sore, dan …Shift disini ada 3, pagi, sore
malam. Pembagian nya untuk shift dan malam itu untuk satu orang
pagi dari jam 07.00-14.00, shift sore dalam satu bulan itu ada
dari jam 14.00-21.00, dan shift standarnya 168-172 jam/bulan
malam dari jam 21.00-07.00. sudah dibatasi nggak boleh
Khusus untuk shift malam 10 jam, lebih ataupun kurang, harus
kalau pagi dan sore 7 jam. Semua standar. Kalau malam itu kan
staff sudah punya jadwal sistematis agak panjang 10 jam, kalau pagi
kecuali kalau ada mau maju atau sama sore 7jam. Dihitung
mundur kita harus lapor dengan ibu semuanya dan nggak boleh
Universitas Sriwijaya
penanggung jawab diigd… orang itu dinasnya malem terus
harus ada pagi ada sore dan
malam biar dia ada istirahat,
kalau malam terus nanti dia
gempor…
Coding I - Ada 3 shiftpagi, sore dan malam -Ada 3 shiftpagi, sore, malam
Coding II - Ada 3 shiftpagi, sore dan malam -Ada 3 shiftpagi, sore, malam
c. Bagaimana penetapan sistem jam kerja …Sistem jam kerja ini sudah …Untuk sistem kerja nya sudah
yang diterapkan? ditetapkan dari rumah sakit… ditetapkan dari rumah sakit…
Coding I -Ditetapkan rumah sakit -Sudah ditetapkan rumah sakit
Coding II -Ditetapkan rumah sakit -Sudah ditetapkan rumah sakit
Interpretasi Shift kerja perawat diinstalasi gawat darurat terdapat tiga shift; pagi
(07.00-14.00 WIB), sore (14.00-21.00 WIB), dan malam (21.00-07.00
WIB). Dalam satu bulan ada standarnya 168-172 jam, tidak boleh lebih
ataupun kurang. Sedangkan jam kerja dalam satu hari untuk shift malam
10 jam, pagi dan sore 7 jam. Berikut ini adalah job description perawat
umum / harian :
1. Melakukan absensi print finger datang dan pulang
2. Mengikuti apel bulanan setiap tanggal 17 dan upacara bendera
3. Mengikuti briefing pagi
4. Bersama anggota tim lainnya melakukan serah terima pasien
dan alat inventaris
5. Menata dan merapikan ruangan
6. Menerima dan melaksanakan pendelegasian tugas dari ketua tim
7. Menyiapkan formulir tindakan medis dan non medis
8. Menyiapkan formulir pemeriksaan penunjang
9. Menyiapkan alat - alat siap pakai untuk tindakan keperawatan
dan medik
10. Menyiapkan kelengkapan administrasi pasien transfer internal /
Universitas Sriwijaya
eksternal
11. Melakukan transfer pasien internal / eksternal
12. Menyiapkan kelengkapan administrasi pasien pulang
13. Melakukan asuhan keperawatan / kebidanan mulai pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi
14. Melaksanakan orientasi kepada pasien baru
15. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat inventaris
dan alat habis pakai
16. Membuat laporan harian
17. Menghadiri rapat ruangan dan instalasi
18. Melaksanakan penerapan 6 sasaran keselamatan pasien
19. Melaksanakan penerapan K3RS
20. Melaksanakan penerapan PPI
21. Melaksanakan penerapan BHD
22. Menerapkan 6 (enam) indikator mutu pelayanan keperawatan
23. Mendampingi visite dokter
24. Melaporkan KTD, KNC, KPC, KTC dan sentinel
25. Mengikuti kegiatan pelaksanaan DRK setiap bulan
26. Mendokumentasikan kegiatan dalam buku catatan
perawat/bidan harian
27. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan SPO dan SAK
Universitas Sriwijaya
5. Pengelolaan jalan nafas
6. Melakukan fisioterapi dada
7. Memberikan inhalasi / nebulasi
8. Memberikan terapi oksigen
9. Memonitoring hemodinamik non inovasif dan invasive
3. Mental demand (bagaimana aktivitas RB JS
mental anda untuk melakukan pekerjaan
sebagai perawat? apakah pekerjaan tersebut
mudah atau sulit?)
a. Adakah situasi yang mengharuskan anda …Iya ada, Emergency semuanya ...Iya ada, kalau mengambil
mengambil keputusan dalam kondisi bisa darurat bisa berubah-ubah… keputusan itu tidak bisa sendiri
darurat? apalagi kita diinstansi seperti ini
tidak bisa kita ngambil
keputusan sendiri…
Coding I -Ada -Ada
Coding II -Ada -Ada
b. Jika ya, bagaimana sistem pengambilan …Kebijakan bisa diambil dari, …Ada penanggung jawabnya.
keputusan dalam kondisi darurat itu? kalau shift pagi disaat jam kerja kita Kalau dipagi hari bisa saya,
punya kepala atau koordinator, dari bisa koordinator. Tapi kalau
koordinator kembali ke kepala igd sore dan malam ada supervisor.
kita. Kalau diluar jam kerja kita Ada yang khusus yang perlu
punya supervisor igd dan akan dikonsultasikanapalagi itu
dilaporkan ke duty manager. Kita menyangkut misalkan pasien
lihat dulu keputusan nya itu kan tidak punya keluarga. Itulah
misalnya ditentukan oleh tim kami mangkanya diigd ini kita harus
ternyata kita butuh saran, kita tetap cerdas, kita lihat juga keadaan
lapor diurutan nya, kita lapor ke pasien kalau pasien itu dari
supervisor… jawa atau dari bus kecelakaan
ngga mungkin ada keluarganya
Universitas Sriwijaya
dipalembang, nggak mungkin
kita nunggu, tapi kalau bisa
dihubungin ya enak, kita harus
mengambil keputusan , rumah
sakit tidak akan membiarkan
kalau dia sudah mengancam
gagal nafas kalau didiamkan
bisa meninggal…
Coding I -Diambil dari kepala IGD, -Ada penanggung jawabnya
koordinator dan supervisor
Coding II -Diambil dari kepala IGD, -Ada penanggung jawabnya
koordinator dan supervisor
c. Bagaimana iklim kerja (suasana) di dalam …Secara kondisi ya nyaman karena …Oke aja, untuk suhu saat
ruang kerja anda? dingin juga. Kita sama dalam artian bekerja ya nyaman-nyaman
mau panas mau dingin kita dalam karena suhu disini sudah bagus
AC central karena kita punya karena sudah ada pengaturan
pengaturan suhu. Kecuali suatu sudah dimonitoring. Kalau
ruangan yang dia butuh pengaturan nggak begitukan alat-alat bisa
suhu karena ada troli emergency rusak seperti monitor, obat-obat
nah dia betul-betul harus dihitung bisa rusak. Suhu untuk
suhunya karena berpengaruh diruangan biasa ada. Suhu
kepada obat yang ada didalam troli. untuk lemari obat ada.
Kita sudah ada checklis suhu khusus Kelembaban juga sudah
untuk diruangan jantung, STEMI, dimonitoring kalau nggak bisa
Prioritas (P1-Red Zone) atau berjamur…
isolasi…
Coding I -Kondisi nyaman -Nyaman-nyaman saja
Coding II -Kondisi nyaman -Nyaman-nyaman saja
Interpretasi Diinstalasi gawat darurat semuanya bisa emergency. Perawat tidak bisa
Universitas Sriwijaya
mengambil keputusan sendiri, ada yang khusus yang perlu
dikonsultasikan apalagi menyangkut pasien yang tidak punya keluarga.
Pengambilan keputusan shift pagi bisa diambil dari penanggung jawab
igd atau koordinator dan kembali lagi ke kepala igd. Untuk shift sore
dan malam ada supervisor dan akan dilaporkan ke duty manager.
Lingkungan fisik nyaman saja karena sudah AC central dan sudah
dimonitoring. Tetapi ada ruangan khusus seperti ruangan jantung,
STEMI, Prioritas 1 (P1-Red Area) atau isolasi sudah punya pengaturan
suhu tertentu karena berpengaruh kepada alat-alat dan obat yang ada
didalam troli.
4. Physical demand(bagaimana usaha fisik RB JS
yang anda butuhkan dalam menyelesaikan
tugas sebagai perawat?)
a. Apakah unit anda memiliki tugas fisik yang …Tidak, kita semua sama. Kita …Dak biso kito ngomongke
lebih berat dari instalasi lain? tidak bisa membandingkan bagian berat, semua berat semua,
saya lebih berat ya belum tentu, nggak mungkin ya tergantung.
dibagian dalam juga mereka Salah kito ngomongke bahwa
mempunyai job description sendiri. diigd ini lebih berat dari yang
Penyakit medical tidak akan sama lain, kito kan sudah ado
dengan penyakit bedah, jadi tingkat kewenangan klinis masing-
kesulitan nya tidak bisa kami masing…
samakan. Semua beban kerja nya
sama, di emergency ya gitu…
Coding I -Semua sama -Semua berat
Coding II -Semua sama -Semua berat
b. Apakah saat bekerja ada hal yang …Manusiawi ya dek. Cuma satu …Nggak juga kalau agak
mengganggu kondisi fisik anda (sakit kalau kerja di emergency apapun demam-demam minum obat ya
kepala, pusing, demam, dll)? yang menjadi permasalahan dek, ibuk paling disiplin nomor
dirumah tidak bisa kita bawa satu, nggak boleh nak dateng
Universitas Sriwijaya
ketempat kerja, karena situasi telat nak beralasan izin suruh
emergency semuanya harus dalam tuker cari temen. Kito dak boleh
jernih, otak kita harus jernih, mata membiasakan kalo kito sudah
kita harus jernih dan harus siap. izinke nanti besok yang lain juga
Karena itu perawat emergency izin seperti itu dengan
dengan perawat bangsal akan mudahnyo kito mengizinkan
berbeda. Kalau sakit ya kita izin orang nggak bisa seperti itu.
sakit tergantung personal nya, kalau Kalo ibuk ngomong kalo
tidak kuat lagi jangan perawat ni pinter nomor duo,
dipertahankan… nomor satu disiplin…
Coding I -Kalau sakit izin -Hanya demam
Coding II -Kalau sakit izin -Hanya demam
c. Adakah upaya dari perusahaan dalam …Ada, medical check up (MCU) …Iya disini sudah ado medical
memelihara kondisi fisik anda sebagai namanya. Nanti kelihatan misalkan check up (MCU) dilakukan satu
perawat? dia sakit TBC nanti mau diobati tahun sekali nah nanti bisa
atau dipindah kemana. Kalau misal kelihatan kalau ada petugas
dia tidak sehat mental dan tidak yang sakit akan ditindak
kuat diigd bisa dipindahkan lanjuti…
daripada dia stres, disini anti stres
dek, mainstream kerja diigd…
Coding I -Ada MCU -Ada medical check up
Coding II -Ada MCU -Ada medical check up
Interpretasi Perawat igd tidak bisa membandingkan tugas fisik bagian mereka lebih
berat dari bagian lain, semuanya berat. Karena sudah mempunyai
kewenangan klinis atau job description nya masing-masing. Keluhan
yang dirasakan jarang, hanya sekedar pusing setelah itu minum obat
lanjut kerja lagi dan apabila tidak tahan lagi izin dahulu. Upaya
pemeliharaan kondisi fisik perawat yang dilakukan di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang adanya medical check up (MCU) rutin
Universitas Sriwijaya
satu tahun sekali, apabila pada hasil pemeriksaan ada yang sakit akan
diobati.
5. Temporal demand(bagaimana tekanan RB JS
yang berkaitan dengan waktu yang
dirasakan saat anda bekerja?)
a. Berapa waktu yang diperlukan untuk satu …Berbeda-beda tergantung pasien. …Tergantung tingkat
kali menangani pasien? Misal di triase/penentuan seleksi kegawatan pasien, misalnya
pasien yang diprioritaskan untuk pasien ini gawat tapi tidak
mendapatkan penanganan terlebih darurat misalnya di Prioritas
dahulu. Kita punya yang namanya (P3 – Green Area) ya nanti
respon time, di respon time itu ada dulu, kalau Prioritas (P1 – Red
yang namanya irt1, ketika pasien Area) walaupun dia baru datang
datang itu ada, jadi berapa menit? 2 ya dia duluan pasti yang
menit harus sudah dilihat ditangani. Terus pendarahan
petugas/dokter ke triase dulu, dengan pasien yang sakit kepala
kemudian 5 menit menunggu, ya jelas pasien pendarahan ,
maksimal 5 menit dokter jaga atau pasien yang mau
Prioritas (P2 - Yellow Area) melihat melahirkan sudah pembukaan ya
pasien mau dikemanakan pasien ini. didahulukan…
Kita punya respon time dihitung
dimonitoring setiap hari ada chart
nya, jadi pasien tidak berlama-lama
disitu. Misalkan pasien non
emergency di Prioritas 3 (P3-Green
Area) padahal dia datang duluan
tapi ada Prioritas 1 (P1- Red Area)
yang baru datang, jadi tidak bisa
kita samakan, yang gawat pertama
yang harus ditolong suntik nafas,
Universitas Sriwijaya
suntik jantung itu merah, yang
kedua kuning bisa cacat kalau tidak
dibantu…
Coding I -Ada respon time -Tergantung, dilihat dari tingkat
kegawatan pasien
Coding II -Ada respon time -Tergantung, dilihat dari tingkat
kegawatan pasien
b. Apa yang unit anda lakukan untuk …Kami kerjakan berdasarkan …Dengan cara dipilah dahulu
menyeimbangkan waktu dengan pasien standar prosedur operasional (SPO) berdasarkan berat/ringan
dalam kondisi darurat? merah kuning, hijau, hitam… kegawatannya yang memerlukan
tindakan segera…
Coding I -Mengerjakan sesuai SPO -Pemilahan pasien dilihat dari
tingkat kegawatan nya
Coding II - Mengerjakan sesuai SPO -Pemilahan pasien dilihat dari
tingkat kegawatan nya
c. Bagaimana kerja unit anda saat …Iya kita lihat dulu pasien nya, …Pasien berisiko ya tergantung
penanganan pasien berisiko? apabila pasien menderita misalkan itu, bahkan dibagi ada berisiko
TB paru apalagi TB aktif kita udah infeksi dia ada ruangan khusus
ada ruangan khusus ruangan isolasi ruangan isolasi, pasien TB paru
sehingga tidak menularkan kepasien nggak boleh kita gabungkan
lain yang hanya sakit biasa… dengan pasien cuma demam, ya
kita lihat cara penularan
penyakitnya terutama
tempatnya. Berisiko henti nafas
henti jantung kita tarok di
Prioritas 1 (P1 – Red Area)…
Coding I -Ada ruangan isolasi khusus untuk -Ada ruangan khusus untuk
pasien pasien berisiko
Coding II -Ada ruangan isolasi khusus untuk -Ada ruangan khusus untuk
Universitas Sriwijaya
pasien pasien berisiko
Interpretasi Waktu yang diperlukan untuk menangani pasien berbeda-beda,
tergantung dari tingkat kegawatan pasien. Sebelum pasien diberikan
tindakan dipilah dahulu berdasarkan berat / ringan kegawatan yang
memerlukan tindakan segera. Apabila pasien berisiko infeksi sudah ada
ruangan khusus atau pasien TB aktif sudah ada ruangan khusus
sehingga tidak menularkan kepasien lain yang hanya sakit biasa.
6. Overall performances(bagaimana tekanan RB JS
nilai peformansi yang harus anda capai
sebagai perawat?)
a. Apakah anda sering terdistraksi akan hal- …Mangkanya perawat emergency …Kita sama sekali nggak boleh
hal lain diluar pekerjaan? tidak boleh membawa permasalahan bawa bawa permasalahan
yang diluar kedalam pekerjaan. Dia dirumah kedalam pekerjaan,
harus tetap senyum tetap menjaga masalah dirumah cukup
emosi disaat keluarga pasien datang dirumah kalo udah kerja kita
dengan keadaan emosional, keuarga harus professional apalagi ini
pasien sedih kita tidak boleh ikut. igd banyak pasien yang harus
Kita harus seperti innocent tapi ditolong harus dalam pikiran
tidak cuek… jernih, kalo nggak ya akan
fatal…
Coding I -Tidak boleh -Sama sekali tidak boleh
Coding II -Tidak boleh -Sama sekali tidak boleh
b. Bagaimana kerja sama instalasi anda untuk …Iya, kita ada namanya passion …Disini ada patient safety 6
menciptakan keselamatan dalam safety itu standar internasional. 6 sasaran keselamatan pasien
penanganan pasien? sasaran keselamatan pasien : mulai untuk menjamin keselamatan
dari identifikasi pasien, komunikasi, pasien dan sudah berstandar
pemberian obat, prosedur operasi, internasional melalui sertifikasi
pencegahan infeksi dan risiko joint commission international
pasien jatuh… (JCI) meliputi ketepatan
Universitas Sriwijaya
identifikasi pasien, peningkatan
komunikasi yang efektif,
peningkatan keamanan obat
yang perlu diwaspadai,
kepastian tepat lokasi tepat
prosedur tepat operasi,
pengurangan risiko infeksi,
pengurangan risiko pasien
jatuh…
Coding I -Ada passion safetyatau 6 sasaran -Ada 6 sasaran keselamatan
keselamatan pasien pasien berstandar internasional
Coding II -Ada passion safetyatau 6 sasaran -Ada 6 sasaran keselamatan
keselamatan pasien pasien berstandar internasional
c. Seberapa tergantungkah dokter terhadap …Kita namanya bukan …Kalo dulu iya dokter center
unit anda? ketergantungan tetapi kerja tim dokter yang menjadi prioritas
integrated multi disiplinery artinya kita dan kita dibawah
kalau dulu namanya dokter center, koordinasinya dokter, kalo
dokter ini menjadi prioritas kita sekarang patient center yang
intinya kita dibawah dokter artinya pasien yang menjadi
koordinasinya. Sekarang tidak, center kita. Bukan
patient center artinya yg menjadi ketergantungan tetapi kerja tim
center kita itu adalah pasien, semua antara dokter, perawat, farmasi,
yang dikelilingi ialah kerja sama rekam medis, gizi maupun
mulai dari dokter, perawat, petugas petugas tfo…
tfo, petugas rekam medis, gizi
maupun farmasi. Apa yang
dibutuhkan pasien, patient center
artinya, kalau dulu dokter center…
Coding I -Kerja sama petugas medis -Kerja tim
Universitas Sriwijaya
Coding II -Kerja sama petugas medis -Kerja tim
Interpretasi Perawat igd tidak boleh membawa-bawa permasalahan lain saat bekerja
harus dalam pikiran jernih, otak jernih. Harus tetap senyum, tetap
mengontrol emosi. Upaya untuk menciptakan keselamatan pasien sudah
menerapkan 6 sasaran keselamatan pasien; identitas pasien, peningkatan
komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai, kepastian tepat lokasi tepat prosedur tepat operasi,
pengurangan risiko infeksi dan pengurangan risiko pasien jatuh yang
sudah berstandar internasional melalui sertifikasi joint commission
international (JCI). Diinstalasi gawat darurat lebih ke kerja tim antara
perawat, dokter, petugas tfo, rekam medis, gizi, maupun farmasi, yaitu
memenuhi apa yang dibutuhkan pasien (passion center).
7. Effort (bagaimana tingkat usaha anda untuk RB JS
menyelesaikan pekerjaan?)
a. Apakah pembagian job description anda …Itu yang membuat job description …Untuk job description sudah
sudah sesuai? ada dibidang kita komite mutu kita sesuai karena yang membuat
atau bidang keperawatan, dia yang komite mutu kita dibidang
akan menuliskan job, nanti keperawatan. Job description
dipanggil ketua tim benar tidak job nya jelas berbeda-beda.
description yang mereka buat. Misal Misalkan seperti memasang
saya ketua tim di triase akan infus secara umum semua
berbeda job description itu dengan perawat tau, dan ada juga kayak
ketua tim medical. Tapi ada yang di ruangan khusus jantung dia
secara umum sama, cuma harus bisa mengoperasikan alat
spesialisasinya ada lagi… kejut jantung, itu kan harus ada
modal keterampilan ada skill
nya…
Coding I -Sudah sesuai -Sudah sesuai
Coding II -Sudah sesuai -Sudah sesuai
Universitas Sriwijaya
b. Apakah unit anda dilengkapi oleh sistem …Iya, kita punya tim kontrol. Kalau …Iya, ada kita sudah punya tim
yang mendukung pengontrolan pasien? dijam kerja kita dibawah ibu kontrol. Bisa dengan saya
penanggung jawab igd lantai 1. Ibu sendiri sebagai penanggung
penanggung jawab igd lantai 1 ada jawab igd lantai 1. Dari saya
pelaporan kekoordinator pelayanan. nanti akan melakukan pelaporan
Semuanya kerja kita dikontrol kekoordinator pelayanan, semua
sampai kedirektur, kalau tidak yang kita kerjakan disini sudah
dikontrol ya amburadur… dikontrol semua ya dek sampai
kedirektur…
Coding I -Ada tim control -Sudah ada tim control
Coding II -Ada tim control -Sudah ada tim control
c. Seberapa tinggi analisis yang harus anda …Iya, misal dashboard observasi …Iya kalau misal ada pasien
lakukan dalam melakukan tugas? pasien, dianalisis kenapa pasien ini yang tertahan lama akan
lama tertahan, maka setiap rabu dianalisis penyebabnya kenapa
kepala instalasi akan apakah pemeriksaan labor nya
mengumpulkan kami para ketua tim, belum ataukah OKA nya yang
akan dianalisis misal ternyata waktu lama dilihat dicari penyebabnya
long time dia memanjang delay dulu…
diigd akan dianalisis kenapa
memanjang nya itu kenapa. OKA
nya yg lama atau pemeriksaan
labornya yang belum, kita sudah
terencana terstruktur sistematis…
Coding I -Iya dilakukan analisis -Selalu dilakukan analisis
Coding II -Iya dilakukan analisis -Selalu dilakukan analisis
Interpretasi Seluruh pembagian job description dan shift perawat diigd RSUP. Dr
Mohammad Hoesin Palembang sudah sesuai. Pengontrolan dilakukan
oleh penanggung jawab igd lantai 1 dan ada pelaporan ke koordinator
pelayanan. Semuanya terkontrol sampai kedirektur. Perawat diigd
Universitas Sriwijaya
melakukan observasi pasien dan semuanya sudah terencana terstruktur
sistematis.
8. Frustation (bagaimanakan kondisi pikiran RB JS
anda saat bertugas sebagai perawat,
seberapa tidak aman, putus asa, terganggu
kah saat bertugas/bekerja?)
a. Apakah instalasi anda sering mengalami …Ada, sentinel sampai dengan …Iya ada sentinel sampai
incident? kematian. Kita sudah punya komite kematian. Kita sudah ada komite
mutu ada kejadian tidak diinginkan, mutu kita mulai dari, kejadian
kejadian tidak diharapkan, pasien potensial cedera, kejadian
jatuh, salah transfusi kembali ke 6 nyaris cedera, kejadian tidak
sasaran keselamatan pasien… cedera, kejadian tidak
diharapkan kembali lagi ke
patient safety tadi meliputi 6
sasaran keselamatan pasien…
Coding I -Ada sentinel sampai kematian -Ada, mulai dari sentinel sampai
kematian
Coding II -Ada sentinel sampai kematian -Ada, mulai dari sentinel sampai
kematian
b. Apa yang anda lakukan ketika pekerjaan …Apabila ada kejadian yang tidak …Kalo ada kejadian yang tidak
diinstalasi anda mengalami kesalahan? diharapkan sampai dengan sentinel diharapkan maka kami akan
akan dilanjutkan dengan rencana melaporkan kepusat, nah
tindak lanjut (RTL) dengan sekarang ini dek tidak ada lagi
dilaporkan kepusat dan sudah ada yang ditutup-tutupi kalau ada
formnya, semua kejadian tidak ada kejadian. Malah orang yang
yang ditutup-tutupi ,siapa yang melaporkan kejadian tersebut
melaporkan akan dikasih rewards, akan di beri rewards, kemudian
nanti akan dicari akar masalahnya akan ada tindak lanjut dan
apa… dianalisis apa yang menjadi
Universitas Sriwijaya
penyebab kejadian…
Coding I -kalau ada kejadian tidak diharapkan -kalau ada kejadian tidak
ada tindak lanjut dan dilaporkan diharapkan ada tindak lanjut dan
dilaporkan
Coding II -kalau ada kejadian tidak diharapkan -kalau ada kejadian tidak
ada tindak lanjut dan dilaporkan diharapkan ada tindak lanjut dan
dilaporkan
c. Bagaimana reaksi anda ketika pasien yang …Itu namanya observasi dek 8 jam …Iya di standar prosedur
anda tangani, mengalami kendala terus- sudah ada standar prosedur operasional (SPO) ada yang
menerus? operasional (SPO) nya. Ada namanya observasi pasien 8
kecepatan pemberian rawat inap. jam. Sebelum bekerja
Kenapa pasien itu berkendala?, mangkanya selalu dilakukan
,mangkanya adanya briefing briefing biar tau ada kendala
kendalanya dimana, nanti kita nya dimana dan akan ditindak
tindak lanjuti yang tim jaga lanjuti oleh tim jaga selanjutnya
selanjutnya seperti itu. Nanti kalau dan sudah dilaporkan secara
ada yang lebih berat lagi kita sistematis apabila ada kendala
laporkan secara sistemastis baik itu baik itu dari segi sarana
sarana prasarana maupun human prasarana, ataupun human
error… error…
Coding I -Ada observasi 8 jam -Ada observasi pasien 8 jam
Coding II -Ada observasi 8 jam -Ada observasi pasien 8 jam
Interpretasi Diinstalasi gawat darurat ada sentinel sampai dengan kematian. Sudah
ada komite mutu mulai dari kejadian potensial cedera, kejadian nyaris
cedera, kejadian tidak cedera, kejadian tidak diharapkan kembali lagi ke
patient safety meliputi 6 sasaran keselamatan pasien. Apabila ada
kejadian yang tidak diharapkan akan ada rencana tindak lanjut (RTL)
dilaporkan kepusat. Bagi yang melaporkan akan diberi reward. Perawat
melakukan observasi pasien 8 jam dan sudah ada di standar prosedur
Universitas Sriwijaya
operasional (SPO). Oleh karena itu sebelum bekerja ada briefing dahulu
spaya tau ada kendala nya dimana, kemudian akan ditindak lanjut oleh
tim jaga selanjutnya.
Universitas Sriwijaya
MATRIKS WAWANCARA MENDALAM INFORMAN
ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT
Universitas Sriwijaya
operasional (SPO) untuk pasien
gawat darurat…
Coding I -Melapor ke penanggung jawab IGD -Lapor kepenanggung jawab
IGD
Coding II -Melapor ke penanggung jawab IGD -Lapor kepenanggung jawab
IGD
c. Bagaimana iklim kerja (suasana) di dalam …Nyaman kalo dingin, lagian disini …Untuk kondisi nyaman suhu
ruang kerja anda? juga suhu nya sudah diukur… nya juga dingin nggak gerah
jadinya, disini juga suhu selalu
dikontrol di tiap ruangan…
Coding I -Nyaman -Kondisi nyaman
Coding II -Nyaman -Kondisi nyaman
Interpretasi Perawat diigd banyak dihadapkan pasien-pasien yang gawat daruat
semua. Apabila pasien sesak nafas langsung di pasang oksigen tanpa
konfirmasi dahulu, jika dehidrasi langsung pasang infus dan bekerja
sesuai job description masing-masing sesuai dengan standar prosedur
operasional (SPO) untuk pasien gawat darurat. Pengambilan keputusan
kalau shift pagi ada penanggung jawab igd dan koordinator, koordinator
kembali ke kepala igd. Kalau shift malam ada supervisor.
2. Physical demand (bagaimana usaha fisik NL LR
yang anda butuhkan dalam menyelesaikan
tugas sebagai perawat?)
a. Apakah unit anda memiliki tugas fisik yang …Setiap orang tu beda-beda kalo …Tidak, kita semua sama aja.
lebih berat dari instalasi lain? saya dinas di Prioritas 2 (P2-Yellow Karena setiap unit sudah ada
Area) anak, karena saya tau ya saya job description nya masing-
menganggap itu lebih berat masing. Ya kita nggak bisa
pekerjaan saya dari pada tempat mbandingkan pekerjaan saya
lain. Kalo saya dibedah saya juga lebih berat dari unit lain,
nganggap nya beda-beda begitupun sebaliknya…
Universitas Sriwijaya
tergantung dari tempat kita…
Coding I -Berbeda-beda -Tidak, semua nya sama
Coding II -Berbeda-beda -Tidak, semua nya sama
b. Apakah saat bekerja ada hal yang …Pernah. Kalo pusing ya makan …Iya pernah namanya
mengganggu kondisi fisik anda (sakit obat dulu, istirahat sebentar makan manusiawi, kalau sekedar
kepala, pusing, demam, dll)? obat terus lanjut kerja lagi. Kalo pusing kita makan obat dulu
pusimg atau demam saat dirumah setelah itu lanjut kerja lagi…
kan berarti kito biso cari temen
untuk nggantiin shift. Kalo lagi jaga
nggak mungkin kita langsung
ninggalkan pekerjaan, minimal kita
obati dulu istirahat sebentar lanjut
kerja, kalo kena nya ditempat
kerja…
Coding I -Pernah pusing -Sekedar pusing
Coding II -Pernah pusing -Sekedar pusing
c. Adakah upaya dari perusahaan dalam …Iya ada, medical check up (MCU) …Iya ada, disini ada medical
memelihara kondisi fisik anda sebagai rutin satu tahun sekali. Vaksin check up rutin setahun sekali.
perawat? sudah ada, terus dari segi jadwal Semenjak COVID ini dapet juga
juga sudah habis malam kan libur, asupan dari gizi seperti telur
dapet obat vitamin juga, setiap hari susu vitamin untuk menjaga
kami dapat asupan dari gizi seperti imun kita…
telur susu itu ada udah jalan dari
bulan 4 dari jaman covid sudah
mulai ada asupan gizi…
Coding I -Ada medical check updan asupan -Ada MCU dan semenjak
dari gizi semenjak COVID COVID ada asupan dari gizi
Coding II -Ada medical check updan asupan -Ada MCU dan semenjak
dari gizi semenjak COVID COVID ada asupan dari gizi
Universitas Sriwijaya
Interpretasi Perawat diinstalasi gawat darurat menganggap tidak ada unit yang
memiliki tugas fisik lebih berat dari unit lain, semuanya sama karena
setiap unit sudah ada job decription nya masing-masing. Keluhan yang
dirasakan hanya sekedar pusing. Kalau keluhan datang saat dirumah,
bisa izin dan minta teman menggantikan shift, kalau keluhan pusing
datang saat sedang bekerja paling tidak istirahat sebentar kemudian
makan obat dan lanjut kerja lagi. Upaya pemeliharaan kondisi fisik
perawat yang dilakukan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
yaitu dilakukan medical check up (MCU) rutin satu tahun sekali.
Semenjak COVID dapat asupan dari gizi seperti obat vitamin, telur dan
susu.
3. Temporal demand (bagaimana tekanan NL LR
yang berkaitan dengan waktu yang
dirasakan saat anda bekerja?)
a. Berapa waktu yang diperlukan untuk satu …Tergantung kondisi pasien nya …Iya berbeda-beda tergantung
kali menangani pasien? kalau pasien emergency bener saya tingkat kegawatan pasien. Kalau
kan dari bagian anak, bayi kan pasien di prioritas 1 (P1-Red
susah dipasang infus. Apalagi Area) pasien pecah kepala ya
pasien COVID dengan pakaian kita harus melakukan operasi
hazmat dengan segala macam dan butuh waktu beberapa jam…
atribut, pernah kami pengalaman
yang paling lama dari jam 01.00
sampai jam 05.00 subuh. Untuk
yang paling ringan, yang nggak
perlu infus, misalnya observasi
dehidrasi ringan ya cukup kasih
oralit obat oral observasi selesai…
Coding I -Tergantung kondisi pasien -Berbeda-beda tergantung
tingkat kegawatan
Universitas Sriwijaya
Coding II -Tergantung kondisi pasien -Berbeda-beda tergantung
tingkat kegawatan
b. Apa yang unit anda lakukan untuk …Tetap bekerja sesuai standar …Iya kami bekerja harus sesuai
menyeimbangkan waktu dengan pasien prosedur operasional (SPO)… job description nya masing-
dalam kondisi darurat? masing, sesuai kode etik
keperawatan dan yang pasti
sesuai dengan standar prosedur
operasional (SPO)...
Coding I -Bekerja sesuai SPO -Bekerja sesuai job description
dan SPO
Coding II -Bekerja sesuai SPO -Bekerja sesuai job description
dan SPO
c. Bagaimana kerja unit anda saat Tergantung dilihat dulu, kalau Iya kalau pasien nya berisiko
penanganan pasien berisiko? pasien TB atau seperti saat ini menularkan seperti TB, COVID
COVID kita udah ada ruang isolasi kita ada ruangan isolasi khusus
khusus untuk mencegah penularan agar tidak menularkan ke orang
ke pasien, tenaga medis, petugas lain. Orang-orang yang bisa
rumah sakit maupun pengunjung. masuk keruangan isolasi khusus
ini juga sangat terbatas.
Prosedur masuknya pun tidak
sembarangan dan harus ditaati
oleh perawat, dokter dan
petugas rumah sakit, seperti
memakai APD lengkap.
Coding I -Tergantung kondisi pasien -Ada ruang isolasi khusus dan
perosedur masuk ke ruangan
Coding II -Tergantung kondisi pasien -Ada ruang isolasi khusus dan
perosedur masuk ke ruangan
Interpretasi Waktu yang diperlukan untuk menangani pasien berbeda-beda
Universitas Sriwijaya
tergantung tingkat kegawatan pasien, mendahulukan pasien Prioritas 1
(P1-Red Area) lalu Prioritas 2 (P2-Yellow Area) dan Prioritas 3 (P3-Red
Area). Untuk menyeimbangkan waktu pada saat menangani pasien
dalam kondisi darurat perawat diinstalasi gawat darurat tetap bekerja
sesuai job description nya masing-masing, sesuai kode etik keperawatan
dan sesuai dengan standar prosedur operasional (SPO).
4. Overall Performances (bagaimana tekanan NL LR
nilai peformansi yang harus anda capai
sebagai perawat?)
a. Apakah anda sering terdistraksi akan hal- Kalau lagi kerja ya saya kerja dulu. Tidak boleh. kalo kita punya
hal lain diluar pekerjaan? Masalah-masalah diluar pekerjaan masalah dirumah dibawa waktu
nggak boleh dibawa-bawa. kerja, ya nggak akan fokus. Kita
sebagai perawat walaupun ada
masalah dirumah, ya saat kerja
harus tetap senyum sama pasien,
harus jaga emosi, harus bisa
berkomunikasi sama pasien
ataupun keluarganya.
Coding I -Tidak boleh -Tidak boleh
Coding II -Tidak boleh -Tidak boleh
b. Bagaimana kerja sama instalasi anda untuk Iya untuk keselamatan pasien kita Iya, kita ada namanya patient
menciptakan keselamatan dalam punya 6 patient safety yaitu sasaran safety itu standar internasional.
penanganan pasien? keselamatan pasien yang sudah 6 sasaran keselamatan pasien :
standar internasional. mulai dari identifikasi pasien,
komunikasi, pemberian obat,
prosedur operasi, pencegahan
infeksi dan risiko pasien jatuh.
Coding I -Ada 6 sasaran keselamatan pasien -Ada patient safety berstandar
internasional
Universitas Sriwijaya
Coding II -Ada 6 sasaran keselamatan pasien -Ada patient safety berstandar
internasional
c. Seberapa tergantungkah dokter terhadap …Kerja tim ya antara perawat …Kalo kita petugas yang ada
unit anda? dokter farmasi maupun rekam diigd ini semuanya kerja tim ya
medis… saling membutuhkan satu sama
lain…
Coding I -Kerja tim -Kerja tim
Coding II -Kerja tim -Kerja tim
Interpretasi Perawat diinstalasi gawat darurat harus fokus saat bekerja, tidak boleh
membawa masalah dirumah kedalam pekerjaan. Harus tetap senyum
sama pasien, harus jaga emosi, harus bisa berkomunikasi sama pasien
ataupun keluarganya. Upaya untuk keselamatan pasien ada 6 passion
safety yaitu sasaran keselamatan pasien yang sudah berstandar
internasional.
5. Effort(bagaimana tingkat usaha anda untuk NL LR
menyelesaikan pekerjaan?)
a. Apakah pembagian job description anda …Sudah sesuai… …Iya sudah sesuai job
sudah sesuai? description nya…
Coding I -Sudah sesuai -Sudah sesuai
Coding II -Sudah sesuai -Sudah sesuai
b. Apakah unit anda dilengkapi oleh sistem …Ada. Kalau pagi itu ada ketua tim …Iya ada. Saat shift pagi kita
yang mendukung pengontrolan pasien? nya, kalau sore malam ada supervisi ada ketua tim nya masing-
keperawatan… masing per bagian, sore dan
malam kita ada supervisi
keperawatan yang mengontrol…
Coding I -Ada -Ada
Coding II -Ada -Ada
c. Seberapa tinggi analisis yang harus anda …Iya harus tepat sasaran, kalo …Cukup tinggi. Kalau ada
lakukan dalam melakukan tugas? analisa nya nggak tinggi kan nggak pasien yang masuk kita harus
Universitas Sriwijaya
tepat sasaran… tau tindakan apa yang harus
dilakukan sekarang. Kalau
nggak tinggi analisis nya bisa
fatal karena menyangkut nyawa.
Dalam artian analisis ini kami
sudah cukup terbiasa menangani
pasien-pasien gawat darurat…
Coding I -Tinggi harus tepat sasaran -Cukup tinggi
Coding II -Tinggi harus tepat sasaran -Cukup tinggi
Interpretasi Seluruh pembagian job description dan shift perawat diinstalasi gawat
darurat sudah sesuai. Pengontrolan shift pagi dilakukan oleh ketua tim,
sedangkan shift sore dan malam dilakukan oleh supervisi keperawatan.
Perawat diinstalasi gawat darurat memiliki analisis yang tinggi karena
harus menangani pasien-pasien gawat darurat yang menyangkut nyawa.
6. Frustation (bagaimanakan kondisi pikiran NL LR
anda saat bertugas sebagai perawat,
seberapa tidak aman, putus asa, terganggu
kah saat bertugas/bekerja?)
a. Apakah instalasi anda sering mengalami …Banyak, sudah kritis ternyata …Iya banyak. Disini sudah ada
incident? pasien nya tidak bisa diselamatkan komite mutu keperawatan
atau pasien datang dengan kondisi mengenaikejadian tidak
sudah meninggal… diinginkan, kejadian tidak
diharapkan atau pasien jatuh,
kembali ke 6 sasaran
keselamatan pasien (Patient
Safety)…
Coding I -Banyak -Banyak
Coding II -Banyak -Banyak
b. Apa yang anda lakukan ketika pekerjaan …Iya kalau ada kejadian yang tidak …Iya yang pasti kita akan
Universitas Sriwijaya
diinstalasi anda mengalami kesalahan? diharapkan akan ada tindak melaporkan kepusat, dan
lanjutnya. Kami akan melaporkan mencari penyebab nya apa…
kepusat karena kalau sekarang ini
sudah nggak ada lagi yang ditutup-
tutupi. Apabila saya yang
melaporkan maka saya akan diberi
rewards…
Coding I -Dilaporkan kepusat -Melaporkan kepusat
Coding II -Dilaporkan kepusat -Melaporkan kepusat
c. Bagaimana reaksi anda ketika pasien yang …Iya kalau disini ada yang …Sebelum kita bekerja briefing
anda kendalikan, mengalami kendala terus- namanya observasi selama 8 jam. dahulu, dan tau kendalanya
menerus? Oleh karena itu dilakukan briefing apa…
terlebih dahulu sebelum bekerja
supaya kita tau kendalanya
dimana…
Coding I -Ada observasi 8 jam -Fungsinya briefing sebelum
kerja agar tau kendalanya
Coding II -Ada observasi 8 jam -Fungsinya briefing sebelum
kerja agar tau kendalanya
Interpretasi Perawat diinstalasi gawat darurat banyak dihadapkan pasien kritis dan
meninggal. Apabila ada kejadian yang tidak diharapkan akan ada tindak
lanjutnya dan dilaporkan kepusat serta dicari penyebabnya. Oleh karena
itu dilakukan briefing terlebih dahulu sebelum bekerja supaya tau
kendalanya dimana dan dilakukan observasi pasien 8 jam. Bagi yang
melaporkan akan diberi rewards.
Universitas Sriwijaya
Lampiran 13
Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya