Anda di halaman 1dari 74

ASUHAN KEPERAWATAN PADA HARGA DIRI

RENDAH SITUASIONAL
Karya Tulis Ilmiah

diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Disusun Oleh :

Artika Amelia

NIM. 409018100010

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2021

i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA HARGA DIRI
RENDAH SITUASIONAL

Karya Tulis Ilmiah Disusun

Oleh :

Artika Amelia

NIM. 40901800010

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2021

ii
iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah Berjudul: ASUHAN KEPERAWATAN PADA


HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

Disusun Dan Dipersiapkan Oleh:


NAMA : ARTIKA AMELIA
NIM : 40901800010

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim
penguji KaryaTulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Unissula pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 28 Mei 2021

Semarang, 28 Mei 2021


Pembimbing

Wahyu Endang Setyowati,SKM,nM.Kep


NIDN.06-1207-7404

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Karya
Tulis IlmiahProdi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula pada
hari Senin tanggal 14 Juni2021 dan telah diperbaiki sesuai dengan memasukan
Tim Penguji.
Semarang 14 Juni 2021

Penguji I

Ns. Betie Febriana M.Kep


…….......…………...
...
NIDN. 06-2302-8802

Penguji II

Ns. Hj. Dwi Heppy Rochmawati, M.Kep,Sp.Kep.J


…….......…………...
...
NIDN. 06-1408-7702

Penguji III

Wahyu Endang Setyowati, …….......…………......


SKM, M.KepNIDN.06-
1207-7404

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Iwan Ardian, SKM., M.Kep.


NIDN.06-2208-7403

v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya tulis ilmiah ini saya persembahkan kepada nenek,kedua orangtua dan
kakak perempuan saya yang paling saya cintai dan sayangi melebihi diri saya
sendiri, yang selalu dengan tulus memberikan dukungan,motivasi dan doa tanpa
henti. Sebab tanpa doa dan dukungan dari mereka mungkin saya tidak bisa menjadi
sekuat ini dan sampai pada titik ini sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
dengan sebaik mungkin. Terima kasih banyak untuk nenekku tercinta sudah
merawatku sejak kecil,memberikan kasih sayang dengan tulus. Terima kasih ayah
dan ibu sudah bekerja keras mendidik saya serta sibuk mencari nafkah untuk
membiayai saya selama saya kuliah dan selalu memberikan dukungan dan doa yang
tiada henti untuk anakmu ini putri kecilmu. Dan tak lupa saya berterima kasih
kepada kakak perempuan saya yang selalu mensupport memberikan semangat
untuk saya.

Terima kasih kepada Dosen Pembimbing saya Bunda endang yang selalu
menyediakan waktu bimbingannya dan selalu sabar membimbing tugas karya tulis
ilmiah saya yang masih banyak kekurangan sampai bisa seperti saat ini.

Terima kasih untuk semua teman-temanku satu angkatan ini yang telah
menjadi sahabat dan keluarga yang saling memberikan support saling menguatkan
satu sama lain, kita semua sama-sama berjuang untuk bisa menghadapi dan
melewati sidang masuk bareng dan lulus juga bareng. Semoga setelah ini tidak
saling melupakan justru saling menguatkan satu sama lain Aamiin.

vi
MOTTO
Jika kita gagal dalam meraih sebuah cita-cita, janganlah engkau berkecil hati,
teruslah berusaha untuk lebih baik lagi, karena dari kegagalan itu membuat motivasi
kita untuk lebih usaha lagi untuk mewujutkannya,dengan mencoba kita tau batas
kemampuan kita,penting jangan pernah putus asa dan terus mencoba,sebab itu
merupakan langkah awal kunci kesuksesan dari sebuah keberhasilan.

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis telah diberikan kesempatan untuk menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Obesitas yang
mengalami harga diri rendah situasional.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapatkan sebuah


bimbingan dan saran yang bermanfaat dari berbagai pihak, sehingga penyusun
karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan sesuai yang telah direncanakan
sebelumnya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih pada :

1. Drs. H. Bedjo Sasonto, MT., Ph.D, Rektor Universitas Islam Sultan Agung
Semarang.
2. Iwan Ardian, SKM.,M.Kep Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Islam Sultan Agung Semarang.
3. Ns. Muh. Abdurrouf, M.Kep Selaku Kaprodi D3 Keperawatan Universitas
Islam Sultan Agung Semarang.
4. Wahyu Endang Setyowati,SKM,M.KEP Selaku Pembimbing Karya Tulis
Ilmiah saya yang telah sabar dan selalu meluangkan waktu serta tenaganya
dalam memberikan bimbingan dan memberikan ilmu serta nasehat yang
bermanfaat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Seluruh Dosen Pengajar dan Staff Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Islam Sultan Agung Semarang yang telah memberikan ilmu pengetahuan
serta bantuan kepada penulis selama menempuh studi.
6. Keluarga hebat saya yaitu kedua orang tua, nenek saya dan saudaraku yang
telah memberikan semangat serta, do’a, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat terselesaikan dengan baik..
7. Sahabat-sahabatku Mas sholeh,Octavia,Rida,Diana,Alvina,mas
firmanto,yayan,mas irfan,mas fathur,kak ndo, naily,
nadif ,kansha,rina,siska yang saling mendukung dan membantu serta

viii
berbagi suka maupun duka sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.
8. Teman-teman satu bimbingan dan teman teman FIK UNISSULA prodi D3
Keperawatan angkatan 2018 yang telah berjuang bersama-sama selama ini
untuk menggapai masa depan dan impian.
9. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu,terima kasih
untuk bantuan dan kerjasamanya yang telah diberikan.
Semoga Allah senantiasa memberikan balasan pahala yang berlipat ganda
kepada semua pihak yang telah membantu dalam sebuah penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini. Penulis sendiri menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kata kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat membutuhkan masukkan saran
dan kritik sebagai bahan evaluasin bagi penulis. Penulis berharap sebuah karya tulis
nini dapat bermanfaat bagi oranglain dan banyak pihak.

Wassalamua’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Semarang, 15 Juni 2021


Penyusun

Artika Amelia

ix
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........... Error! Bookmark not


defined.

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi

MOTTO ................................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Rumusan masalah......................................................................................... 3

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3

D. Manfaat penelitian ........................................................................................ 4

BAB II ..................................................................................................................... 5

TINJAUAN TEORI ................................................................................................ 5

A. Definisi ......................................................................................................... 5

B. Konsep Dasar Keperawatan ....................................................................... 20

BAB III ................................................................................................................. 31

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................... 31

A. Hasil study kasus ........................................................................................ 31

BAB IV ................................................................................................................. 38

PEMBAHASAN ................................................................................................... 38

x
A. Pengkajian .................................................................................................. 38

A. Diagnosa..................................................................................................... 39

B. Intervensi .................................................................................................... 40

D. Implementasi ............................................................................................... 40

E. Evaluasi ...................................................................................................... 42

BAB V................................................................................................................... 43

PENUTUP ............................................................................................................. 43

A. Kesimpulan ................................................................................................ 43

B. Saran ........................................................................................................... 43

REFERENCES...................................................................................................... 45

xi
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan Jiwa merupakan suatu kondisi ketika batin kita berada dalam
keadaan tentram dan tenang, sehingga dapat menggunakan kemampuan atau
potensi diri secara maksimal dalam mengahadapi tantangan hidup dalam
kehidupan sehari-hari dan lebih menghargai orang lain di sekitar. (Kemenkes
RI, 2018)

Masa remaja merupakan salah satu periode tumbuh kembang yang penting
dan menentukan periode perkembangan berikutnya. Masa pertumbuhan ini
terjadi perubahan fisik, biologis, emosional, psikososial atau tingkah laku,
dan kemampuan kognitif sebagai tahap perubahan masa anak-anak menuju
dewasa. Periode terjadinya puncak pertumbuhan yaitu pada masa remaja.
Puncak pertumbuhan mempengaruhi perubahan komposisi tubuh, aktivitas
fisik, pertumbuhan yang pesat pada berat badan dan massa tulang. Remaja
rentan mengalamipermasalahan gizi, karena pertumbuhannya yang sangat
cepat sehingga kebutuhan zat gizi meningkat pada remaja akhir.2 Masalah
gizi yang dapat terjadi pada masa remaja yaitu gizi kurang, overweightdan
obesitas.3Berdasarkan data World Health Organization (WHO) obesitas di
seluruh dunia bertambah cukup pesat menjadi lebih dari dua kali lipat sejak
tahun 1980.4Prevalensi remaja pada tahun 1990 dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) >2 SD (sama dengan persentil ke-95) meningkat dari 4,2% menjadi
6,7% pada tahun 2010 dan diperkirakan akan meningkat lagi menjadi 9,1%
pada tahun 2020.5 Tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa, berusia
≥18 tahun mengalami overweight dan lebih dari 600 juta orang di dunia
mengalami obesitas.4 Prevalensi status gizi gemuk pada remaja usia 13-15
tahun berdasarkan Riset Kesehatan Dasar, (RISKESDAS) tahun 2013 sebesar
10,8%, terdiri dari 8,3% overweightdan 2,5% obesitas. Prevalensi gemuk
pada remaja usia 16-18 tahun sebesar 7,3% yang terdiri dari 5,7%

1
overweightdan 1,6% obesitas. Provinsi Jawa Tengah termasuk provinsi
dengan prevalensi obesitas diatas prevalensi nasional untuk remaja usia 16-
18 tahun.6Hasil Riskesdas Provinsi Jawa Tengah, prevalensi status gizi
gemuk pada remaja usia 13-15 tahun sebesar 9,5% yang terdiri dari 7,1%
overweightdan 2,4% obesitas. Prevalensi gemuk pada remaja usia 16-18
tahun sebesar 7,1% yang terdiri dari 5,4% overweight dan 1,7% obesitas.
7Kota Semarang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah yang
memiliki prevalensi status gizi pada remaja usia 13-15 tahun adalah
11,0%overweightdan 4,9% obesitas. Kota Semarang termasuk salah satu kota
dengan prevalensi gemuk diatas prevalensi provinsi Jawa Tengah untuk
remaja usia 13-15 tahun. Sedangkan prevalensi status gizi remaja usia 16-18
tahun adalah 7,6% overweightdan 2,7% obesitas.

Kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak


abnormal atau berlebihan yang berisiko bagi kesehatan. Kegemukandan
obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit kronis seperti diabetes,
jantung dan kanker((Sugitami. et al., 2019)Terdapat berbagai macam faktor
yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kegemukan. Faktor-
faktor tersebut diantaranya pola makan, riwayat keturunan, pola hidup, faktor
psikis, lingkungan, individu, serta biologis yang dapat memengaruhi asupan
dan pengeluaran energi (Kurdanti et al., 2015)

Obesitas merupakan suatu masalah yang cukup meresahkan di fase


remaja ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang melebihi berat
badan normal, apalagi untuk kalangan remaja putri, masa remaja merupakan
masa yang sudah mulai memikirkan tentang penampilan fisik. Obesitas
diangap memberikan dampak negatif secara psikologis dan dapat
menurunkan rasa percaya diri sehingga dapat menyebabkan masalah mental
yang membuat harga diri rendah menjadi minder menarik diri (insecure).
Penaganan obesitas pada remaja secara umum biasaanya dengan menerapkan
pola makan sehat,berolahraga, dan diet yang sehat. Sedangkan pada asuhan
keperawatan penangan obesitas difokuskan pada komunikasi terapeutik yaitu

2
dengan penerapan SP 1 pasien dengan gangguan citra tubuh dapat menerima
keadaan tubuh saat ini dan SP II menumbuhkan semangat positif dan latihan
untuk mengontrol perasaan tidak ketidakberdayaan. Teknik komunikasi
terapeutik merupakan pola penanganan yang tepat terhadap masalah obesitas
remaja putri, karena masa remaja merupakan masa labil yang dimana saat itu
berusaha mencari jati diri mereka. Sehingga teknik komunikasi terapeutik
dianggap sangat efektif dalam mengatasi masalah harga diri rendah pada
remaja yang mengalami obesitas.

B. Rumusan masalah
Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami obesitas remaja dengan gangguan citra tubuh.

C. Tujuan Penulisan
1.Tujuann Umum

Dapat mengambarkan secara umum tindakan keperawatan obesitas dengan


gangguan citra tubuh.

2.Tujuan khiusus

a. Dapat mengambarkan hasil pengkajian asuhan keperawatan jiwa terhadap


klien obesitas dengan masalah gangguan citra tubuh.

b. Dapat mengambarkan diagnosa asuhan keperawatan jiwa pada klien obesitas


dengan gangguan masalah citra tubuh

c. Dapat menggambarkan pengobatan keperawatan pada pasien dengan


masalah gangguan citra tubuh

d. Dapat mengambarkan implementasi asuhan keperawatan terhadap pasien


obesitas dengan masalah citra tubuh.

e. Dapat menggambarkan hasil evaluasi pada pasien dengan gangguan citra


tubuh.

3
D. Manfaat penelitian
Hasil laporan ini diharapkan bisa memberikan manfaat pada dunia
keperawatan dan berbagai lembaga kesehatan seperti :

1.Bagi Pasien

Pasien dapat mengetahui dan meningkatkan pengetahuan tentang asuhan


keperawatan obesitas dengan masalah gangguan citra tubuh.

2.Bagi perkembangan ilmu dan teknologi dalam dunia keperawatan

Dapat memperluas wawasan informasi mengenai ilmu maupun teknologi


terapan bidang keperawatan dalam meningkatkan suatu hal mandiri pasien pada
klien yang mengalami obesits dengan gangguan citra tubuh .

3.Penulis

Dapat menambah pengalaman dan wawasan dalam mengaplikasikan dan


mengimplemetansikan asuhan keperawatan obesitas khususnya untuk
pemenuhan kebutuhan keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan citra
tubuh.

4. Bagi masyarakat

Dapat Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam upaya peningkatan


asuhan keperawatan obesitas dengan masalah citra tubuh.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Definisi
2.1 obesitas

2.2.1 Pengertian oobesitas


Obesitass atau kegemukan salah suatu masalah cukup
merisaukan dikalangan remaja. Obesitas merupakan keadaan dimana
seseorang
memiliki berat ukuran badan yang lebih berat dibandingkan berat badan
ideal biasanya disebabkan terjadinya penumpukkan lemak ditubuhnya
(Nuraini & Murbawani, 2019). Obesitas merupakan suatu akumulasi
penumpukan lemak berlebihan dalam jaringan adiposa yang bisa
menimbulkan gangguan kesehatan (Manggabarani et al., 2020)
Obesitas adalah akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang bisa
mengganggu kesehatan (Mulya et al., 2019)

2.1.2 Etiologi

Kegemukan pada anak muda jadi permasalahan kesehatan yang


lingkungan. Hal ini terjalin kala seseorang anak muda mempunyai berat
tubuh yang berlebih yang tidak cocok dengan umur serta besar
tubuhnya. Pemicu kelebihan berat tubuh pada anak muda ialah aspek
sikap serta genetika seorang. Sikap yang pengaruhi akumulasi berat
tubuh berlebih semacam komsumsi santapan serta minuman berkalori
besar, kegiatan raga yang kurang, menyaksikan tv ataupun fitur layar
lainnya yang lama, pemakaian obat, serta rutinitas tidur ((Ibrahim et al.,
2019)

2.1.3 aspek yang pengaruhi terbentuknya kegemukan pada anak muda


Ialah:

5
a. Tipe kelamin
Tipe kelamin berfungsi dalam peristiwa kegemukan. (Pertiwi et al.,
2020b) , kegemukan lebih kerap ditemukan pada wanita dibandingakan
dengan pria diakibatkan sebab pengaruh hormonal pada wanita paling
utama sehabis kehamilan serta pada dikala menopause. Pada umur 11-
18 tahun anak muda wanita mempunyai IMT lebih besar dibanding
dengan anak muda pria.

b. Genetik
Kegemukan pada remaja sebagian besar di warisi dari keluarganya.
Seseorang remaja yang mempunyai bapak serta ataupun bunda
kegemukan, hingga dia juga cenderung hadapi kegemukan (Pertiwi et
al., 2020a)

c. Tingkatan sosial ekonomi

Warga yang mempunyai status sosial ekonomi yang besar dapat


mempengaruhi terhadap peristiwa kegemukan pada anak muda. Perihal
ini disebabkan sarana- fasilitas yang dipunyai oleh warga tersebut bisa
mendukung sehingga minimnya kegiatan yang dicoba pada anak muda.
Bersumber pada riset yang dicoba oleh (Pertiwi et al., 2020b) terjalin
kenaikan peristiwa kegemukan pada anak muda di Cina yang mempunyai
status ekonomi yang besar sebab tingginya energi beli warga terhadap
beberapa barang obesogenik. Pada riset ini status ekonomi dilihat
bersumber pada tingkatan pembelajaran serta tingkatan pemasukan.

d. Kegiatan fisik

Orang yang mempunyai kegiatan raga yang kurang serta mayoritas


duduk berbahaya hadapi kegemukan. Di era modern dikala ini, dengan
meningkatnya alat- alat yang mutahir serta kemudahan transportasi,

6
warga cenderung malas buat melaksanakan kegiatan fisik (Pertiwi et al.,
2020b)

e. Pola makan

Salah satu pemicu dari kegemukan merupakan pola makan yang tidak
tertib. Warga cenderung memilah makanannya sendiri paling utama
makan yang kilat saji serta besar karbohidrat sehingga menyebabkan
warga hadapi kelebihan berat tubuh hendak susah buat dihindari (Pertiwi
et al., 2020a)

(Yensasnidar et al., 2018) faktor yang dapat mempengaruhi obesitas


biasanya sebagai berikut :
a.Faktor secara langsung
1)Hormonal
Hormon insulin biasanya dapat menyebabkanhal kegemukan karena
adanya hormon insulin mempunyai suatu peranan dalam menyalurkan
energi kedalam sel-sel tubuh. Orang yang mengalami peningkatan
hormon insulin, maka akan terjadi timbunan lemak dalam tubuhnyapun
akan meningkat. Hormon lain yang cukup berpengaruh adalah hormon
leptin yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary, sebab hormon ini
berfungsi sebagai pengatur metabolisme dan nafsu makan serta fungsi
hipotalamus yang abnormal, yang menyebabkan hiperfagia ((Pertiwi et
al., 2020b)).

2)Obat
Obat dikala ini telah ada sebagian yang bisa memicu pusat lapar yang
ada didalam badan. Sehingga seseorang yang komsumsi obat tersebut,
nafsu makannya hendak bertambah, terlebih bila disantap dalam waktu

7
yang cukup relatif lama, semacam dalam kondisi pengobatan sesuatu
penyakit, hingga perihal ini hendak merangsang terjadinya obesitas
((Pertiwi et al., 2020a)

3)Asupan makanan
Asupan makanan merupakan banyak makanan yang dikonsumsi
seseorang. Asupan energi yang berlebih secara kronis akan
menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan melebih (over weight).
Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak mengandung
lemak dan gula yang ditambahkan dan kurang mengandung serat) turut
menyebabkan sebagian besar keseimbangan energi yang positif ini
(Pertiwi et al., 2020a)) memiliki serat ikut menimbulkan sebagian besar
penyeimbang tenaga yang positif ini (Ibrahim et al., 2019)

4) Kegiatan fisik

Kegemukan pula bisa terjalin bukan cuma sebab makan yang


kelewatan, namun pula disebabkan kegiatan raga yang menurun
sehingga terjalin kelebihan tenaga. Sebagian perihal yang pengaruhi
berkurangnya kegiatan raga antara lain terdapatnya bermacam sarana
yang membagikan bermacam kemudahan yang menimbulkan kegiatan
raga menyusut semacam kemajuan teknologi diberbagai bidang
kehidupan yang mendesak warga buat menempuhkehidupan yang
mungkin tidak membutuhkan kerja raga yang cukup berat. Perihal ini
menjadikan sejumlah penduduk yang melaksanakan kerja raga sangat
terbatas jadi terus menjadi banyak, sehingga kegemukan jadi lebih yang
bisa menjadikan permasalahan kesehatan (Manggabarani et al., 2020)

b.Faktor secara tidak langsung


1)Pengetahuan gizi

8
Pengetahuan tentang gizi menjadi suatu peran penting salah satunya
dalam menggunakan pangan dengan baik sehingga dapat mencapai
keadaan gizi yang cukup. Pengetahuan ibu dipengaruhi oleh
pendidikannya. Tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan yang
dimiliki sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Dengan
menggunakan berbekal pendidikan yang cukup, seseorang akan lebih
banyak meperoleh banyak informasi dalam menentukan suatu pola
makan bagi dirinya sendirinya maupun keluarganya ((Pertiwi et al.,
2020b)

2)Pengaturan makan
Hidangan makanan gizi seimbang adalah makanan yang banyak
mengandung dan memiliki zat gizi tenaga, zat pembangun, dan zat
pengatur yang dikonsumsi seseorang bisa dalam waktu satu hari sesuai
dengan kecukupan tubuhnya (Ibrahim et al., 2019).
Santapan sumber karbohidrat lingkungan ialah sumber tenaga pertama.
Bahan santapan sumber berupa karbohidrat lingkungan merupakan padi
( beras, jagung, gandum),umbian( singkong, ubi jalar serta bisa
kentang), dan bahan santapan lain yang memiliki banyak karbohidrat
semacam pisang serta sagu ((Nuraini & Murbawani, 2019)

2.1.4 Proses terjadinya masalah

Kegemukan terjalin akibat kendala dari mekanisme homeostasis


yang mengendalikan penyeimbang tenaga dalam badan. Jaringan
kegemukan ialah suatu wadah menyimpan tenaga sangat banyak
menaruh tenaga dalam wujud trigliserida lewat proses metabolisme
lemak bisa terjalin selaku respons terhadap kelebihan tenaga serta
memobilisasi tenaga lewat proses lipolisis selaku reaksi terhadap
kekurangan tenaga. Regulasi penyeimbang tenaga membutuhkan
sensor dari simpanan tenaga dijaringan ikat khusus, mekanis

9
mengkontrol dari sistim dari pengendali( hipotalamus) buat penyatuhan
selanjutnya, yang dimana hendak memastikan membutuhan konsumsi
santapan serta mengeluarkan tenaga.

Hipotalamus berfungsi berarti dalam proses inisiasi makan.


Terdapatnya kendala pada jalan sinyal“ makan” pengaruhi nucleus
hipotalamikus medial sehingga tingkatkan rasa lapar, dengan metode
tingkatkan reaksi terhadap sinyal oreksigenik semacam ghrelin serta
menstimulasi neuropeptida Y serta membatasi reaksi sinyal adiposit
semacam leptin serta membatasi P O M C ( Proopiomelanocortin)
bagian dalam otak . Perihal tersebut kerap ditemui klien penderita
dengan masalah craniopharyngioma tanda luka di dalam bagian otak,
paling penting yang mempengaruhi masalah nucleus. Arcuata nucleus,
ventromedial, serta nucleus dorsomedial yang berfungsi berarti dalam
anggapan lapar- kenyang seseorang orang.

Lipogenesis ialah proses pembentukan lemak serta diliputi suatu


proses sintesis asam lemak serta setelah itu melalui jalur esogen yang
terjalin di dalam hati suatu wilayah sitoplasma serta mitokondria serta
jaringan adiposa. Kejadian ini terjalin akibat perangsangan sebuah diet
besar gula, tetapi pula bisa terhambat dengan terdapatnya asam
karbosilat tidak bosan double serta dengan tidak makan. Dampak itu
biasanya melalui sebuah zat bisa membatasi( misal zat perkembangan,
protein dari sel lemak putih) ataupun memicu( semacam insulin)
lipogenesis. Insulin menstimulasi liopogenesis dengan metode
tingkatkan memngambil gula dijaringan adiposa lewat transporter
glukosa mengarah memberan darah, mengaktivasikan enzim lipgenik
serta glikoltik, dan menimbulkan SREBP1 ( Sterol Regulatory Element
Binding Protein) tingkatkan raut muka serta proses yang terjadi dalam
sel hati dan pangkreas berdampak terhadap kenaikan kinerja
metabolitme glkosa.

10
Hormon yang dibuat dengan sel lemak bekerja dengan kebalikannya,
menghalangi penyimpanan lemak dengan kurangi makanan santapan(
tingkatkan respon gen corticotropn relasing faktor dihipotalamus bisa
berdampak penyusutan kebutuhan santapan) serta pengaruhi jalan
metabolik khusus di adiposa serta jaringan yang lain. Hormon zat lemak
memberikan tanda ke dalam otak deengan jumlah simpanan lekosit.
Hormon ini memicu mengeluaran sebuah obat dalam lemak dengan
menstimulasi oksidasi asam lemak serta membatasi lipgenesis.

Lipolsis ialah tahapan dekoposisi kimia serta pelepasan lemak yang


berasal dari jaringan lemak. Enzim Hormon Sensitve Lipase atau biasa
disebut dengan HSL menimbulkan terbentuknya hidrolsis triglserida
jadi lemak leluasa serta gliserol. Asam lemak setelah itu hadapi proses
resterifikasi, setelah itu di lepas ke dalam perputaran darah, dibangun
jadi ATP( Adenosin Trifosfat) kemudian kebawa ke perputaran
hemoglobin kemudian setelah itu hendak jadi sumber tenaga untuk
jaringan yang memerlukan. Perpindahan asam lemak ini terhambat
hormon insulin.

Konsumsi santapan reguasi dengan empat tahapan ialah: aspek


olftorik serta gusatorik, distensi gastrointestinal, pelepasan zat
gastrotestinal semacam insulin, kolesistokin, serta gastrinreleasing
petie, dan aktifasi komponen termogemik dari sistem saraf simpatise
efren.Serum insulin menstimulasi penglepasan leptin dari jaringan
adiposit yang setelah itu merendahkan kebutuhan konsumsi santapan
dengan pengaruhi Kolesistokinin( CCK) serta Neuropeptide Y( NPY).
Tetapi, insulin paling utama bekerja buat tingkatkan penyerapan
santapan dengan merendahkan kandungan glukosa darah.

dikeluarkan tenaga didetetapkan dengan kegiatan raga, metabolik rute,


serta termgenesis. Bagian metbolik dari pengeluaran tenaga tercantum
didalamnya kerja sebuah proses kardiorespiratorik orang. Kegiatan raga
tingkatkan pengeluaran tenaga dengan mengaktifkan kerja otot skelet.

11
Kegiatan raga bisa dipecah jadi kegiatan berolahraga serta kegiatan
non- olahraga( berhubungan dengan ativitas kerja serta kegiatan tiap
hari (Manggabarani et al., 2020)

2.2.5 Manifestasi klinis

Kegemukan bisa terjadi pada setiap umur dan gambaran klinis obesitas
pada remaja dapat bervariasi dari bentuk yang ringan sampai dengan
yang berat sekali.Menurut (Pertiwi et al., 2020a) gejala klinis umum
yang terjadi pada remaja yang menderita obesitas adalah sebagai
berikut :
a.Pertumbuhan berjalan dengan begitu cepat atau pesat disertai adanya
ketidakseimbangan antara peningkatan berat badan yang berlebihan
dibandingkan dengan tinggi badannya.
b.Jaringan lemak bawah telihat kulit menebal sehingga terlihat tebal
lipatan kulit lebih daripada yang normal dan kulit nampak lebih
kencang.
c. Wujud pipi lebih tembem, hidung serta mulut nampak relatif lebih
kecil,bisa jadi diiringi dengan wujud dagunya yang berganda( dagu
ganda).

e. Pada dada terjalin pembesaran buah dada yang bisa meresahkan


apabila terjalin pada anak pria.

f. Perut membengkak menyamai bandul lonceng, serta kadangkala


diiringi garis- garis putih ataupun ungu( striae).

g. Kelamin luar pada anak perempuan tidak jelas terdapat kelainan,


hendak namun pada anak pria nampak relatif kecil.

h. Pubertas pada anak pria terjalin lebih dini serta dampaknya


perkembangan kerangka lebih kilat berakhir sehingga tingginya pada
masa berusia relatif lebih pendek.

12
i. Lingkar lengan atas serta paha lebih besar dari wajar, tangan relatif
lebih kecil serta jari- jari wujudnya meruncing.

j. Bisa terjalin kendala psikologis berbentuk: kendala emosi,


sukarbergaul, bahagia menyendiri serta sebagainya.

k. Obesitas pada berat yang bisa jadi terjalin kendala jantung serta paru
yang diucap sindroma pickwickian dengan indikasi sesak nafas,
sianosis, pembesaran jantung serta kadang- kadang penyusutan
pemahaman.

2.2.6 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan obesitas menurut Sugondo (Hendra et al., 2016))
adalah berupa,
berbentuk, pengaturan kuantitas serta mutu makan dan tingkatkan
kegiatan raga merupakan metode efisien buat menghindari penimbunan
tenaga yang bisa berdampak kelebihan berat tubuh. Tetapi pemahaman
orang dengan overweight buat menghindari supaya tidak teejadi.
Kegemukan sangat kecil. Tatalaksana terhadap orang kegemukan, antara
lain selaku berikut:

a. Diet

strategi dalam tahapan jam makan tergantung pada penyusutan


pengolahan tenaga sepenuhnya. Penentu utama dalam pengobatan
aturan pola makan merupakan bahan sepenuhnya tenaga dari pla makan
yang dijalani. Diet lebih kecil kalori dapat berjalanan efisien dalam
penurunan bb tubuh (Hendra et al., 2016)

b. Kegiatan Fisik

Kenaikan kegiatan raga ialah komponen berarti dalam program


penyusutan berat tubuh. Kegiatan raga yang sangat lama sangat
menolong pada penangkalan kenaikan berat tubuh serta kurangi
sedentary time. Kegiatan raga diawali melalui jalan santai sepanjang

13
30x3 mnt dalam satu minggu serta bisa meningkatkan intensitas
sepanjang 45x5 mnt dalam satu minggu(Hendra et al., 2016)

c. Pengobatan Perilaku

Dibutuhkan sesuatu strategi buat mengalami halangan bisa timbul.


Rencana khusus tersebut bisa berupa diawasi man secara mandiri dari
kerutinan jajan serta kegiatan raga, pengaturan ulang stres,stimulus
kontrol, pemecahanmasalah, dan sokongan sosial(Hendra et al., 2016)

d. Farmakoterapi

Farmakoterapi terhadap kegemukan masih jadi tantangan yang susah


sebab sebagian antara lain mempunyai dampak buruk. Sibutramine
serta orlstat ialah contoh obatan pelangsing bb tubuh biasanya sudah
disetujui FDA( food and dfrug administrations) di Amerika Serikat.
Dikala tersebut cuma orlistat yang masih diberikan pada manajemen
klinis kegemukan. Oristat membatasi kegiatan lipase gastricdan lipase
pankreas serta memastikan digesti dan absorps lipid sebesar 30%.
Sebaliknya sibutarmine tingkatkan tekan dalam darah serta denyutan
nadi(Manggabarani et al., 2020).

e. Pengobatan Bedah

Pengobatan ini cuma diberikan pada penderita kegemukan berat secara


dunia medis dengan( Indeks Massa Badan) kurang dari 40 ataupun bisa
kurang dari 35 dengan keadaan komorbid. Pengobatan bedah ialah
dengan cara lain terhadap penderita yang agal masalah farmakoterapi
serta mengidap masalah serius kegemukan yang menakutkan (Hendra
et al., 2016)

2.2 Remaja
2.2.1 pengertian remaja
Masa muda biasanya ditandai berupa perubahan dari kanak- kanak
mengarah berusia remaja. Anak muda pada tahapanan ini menghadapi

14
masa pubertas ialah terbentuknya perkembangan yang gesit, munjul
tanda-tanda berupa seks sekunder, serta terpenuhi fertilitas. Pergantian
psiko-sosial yang mempengaruhi pubertas dikatakan adolesen.
Adolesen merupakan dimana dalam suatu kehidupan seorang dimana
warga tidak lagi memandang orang selaku seseorang anak, namun pula
belum diakui selaku seseorang berusia remaja dengan seggala hak serta
kewajiban yang dimiliki kewajibanya ((Denich & Ifdil, 2015)Menurut
(Denich & Ifdil, 2015) pertumbuhan anak muda dalam masa
pertumbuhan dibagi jadi 3 tahapan, ialah tahapan fase anak muda dini,
tahapan fase pertengahan, serta tahapan fase akhir.

a. Anak muda dini( 10- 14 tahun)

Anak muda pada masa ini hadapi perkembangan raga serta intim
dengan gesit. logika difokuskan pada posisi serta pada kelompok
sumuran. Bukti diri paling utama difokuskan pada pergantian raga serta
atensi pada kondisi wajar. Sikap intim anak muda pada proses ini lebih
bertabiat menyelidiki, serta tidak membeda-bedakan. Sehingga kontak
raga dengan sahabat sebaya merupakan wajar. Anak muda pada suatu
masa ini berupaya buat tidak tergantung pada sikap orang lain.
Munculah suatu rasa penasaran yang besar terhadap diri sendiri
menimbulkan anak muda memerlukan rahasia pribadi.

b. Anak muda pertengahan( 15- 17 tahun)

Anak muda pada tahapan fase ini menghadapi masa pertumbuhan baik
buat diri sendiri ataupun orang berusia matang yang berhubungan
dengan dirinya sendiri Proses kognitif anak muda pada tahapan ini lebih
rumit. Lewat pemikiran oprasional resmi, anak muda dalam suatu
proses tengahan mulai melakukan eksperimen dengan melalui ide,

15
memikirkan apa yang bisa terbuat dengan beberapa barang yang
terdapat, meningkatkan pengetahuan, serta refleksikan perasaan kepada
orang lain. Anak muda pada tahapan ini terfokus pada permasalahan
diri yang biasanya berfokus pada aspek raga badan.

c. Anak muda akhir( 18- 21 tahun)

Anak muda pada fase ini biasannya dimualai dengan pemikiran


oprasional resmi penuh, tercantum pemikiran tentang masa depan
mulai dari aspek pembelajaran, kejuruan, serta intim. Anak muda akhir
umumnya lebih berkomitmen pada pendamping seksualnya dari pada
anak muda pertengahan. Kecemasan sebab perpisahan yang tidak tuntas
dari fase tadinya bisa timbul pada fase ini kala hadapi perpisahan raga
dengan keluarganya. Anak muda dalam ekspedisi kehidupanya, tidak
hendak lepas dari bermacam berbagai konflik dalam perkembanganya.
Tiap tingkatan mempunyai konflik dengan keadaan pertumbuhan anak
muda pada perkembangan saat ini.

2.2.2 Proses terjadinya masalah


Remaja awal, individu dimulai pada tahap memantapkan tentang konsp
diri yang dimiliki melalui pengalaman yang diperoleh dari lingkungan
sosialnya dan bagaimana individu memandang dirinya sendiri.
Pengalaman yang menyenangkan akan memberikan pengaruh positif
terhadap konsep dirinya, dan begitu pula sebaliknya. Contoh :
pengalaman yang menyenangkan yaitu mendapat pujian dari orangtua
dan mendapat perhatian dari orangtua dan temannya. Sedangkan
pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu diejek tentang bentuk
tubuhnya dan dipanggil gemuk oleh orang sekitarnya (“FAKTOR

16
KETERLIBATAN REMAJA DENGAN MASALAH SOSIAL
(Factors Influencing Teens with Social Problems),” 2019)

2.2.3 Manifestasi klinis


Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Menurut (“FAKTOR KETERLIBATAN REMAJA DENGAN
MASALAH SOSIAL (Factors Influencing Teens with Social
Problems),” 2019)faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
fisik remaja adalah:
1)Faktor hereditas (warisan sejak lahir/bawaan)Penelitian menunjukan
bahwa obesitas terjadi karena faktor interaksi gen, lingkungan dan
kromosom yang diturunkan oleh
kedua orangtua.
2)Faktor lingkungan
Merupakan cara pembelajaran para manusia dalam pembangunan
karakter secara alamiah dengan kata lain proses belajarnya secara
otomatis.
3)Aktifitas anak sebagai subjek bebas yang berkemauan, kemampuan
seleksi, dan menolak bisa menyetujui, punya emosi, serta usaha
membangun diri sendiri.

2.3 Gangguan citra tubuh

2.3.1 pengertian gangguan citra tubuh

Citra tubuh adalah salah satu bagian konsep diri yang mana dipengaruhi
oleh pertumbuhan Tidak hanya itu, citra badan ialah kumpulan dari
perilaku orang, disadari maupun tidak disadari terhadap badannya,
tercantum didalamnya anggapan seorang menimpa masa kemudian
serta masa saat ini, dan perasaan tentang dimensi, guna, penampilan
serta kemampuan. Kendala citra badan ialah anggapan ketidakpuasan

17
hendak pergantian badan sebab tidak semacam keinginanan oleh orang
yang bersangkutan(Ajar, 2019)

Citra tubuh merupakan ketidaksesuaian antara ukuran tubuh yang


sesungguhnya dengan ukuran tubuhyang dipersepsikan oleh seseorang
dengan distorsi citra tubuh. Pengukuran yang biasa digunakan buat
memastikan status gizi ialah dengan menghitung Indeks Massa Badan(
IMT). Indeks massa tubuhditentukan dengan mengukur perbandingan
berat tubuh( kilogram) terhadap kuadrat besar tubuh( m2). Ikatan antara
lemak badan serta IMT didetetapkan oleh wujud badan serta proporsi
badan. Dari IMT bisa dikenal klasifikasi masing- masing populasi
terhadap overweight ataupun kegemukan(Sari & Permatasari, 2016)

Rentang respon

1)Sikap
Sikap yang negatif merefleksikan keadaan individu yang lemah,
inferior yang mengarah pada kesimpulan ketidakberhargaan dan
merasa tidak dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok tertentu.
2)Perilaku
Manifestasi perilaku yang memiliki harga diri rendah dan tinggi itu
berbeda (Ramadhan & Wijayanti, 2017)

2.3.3 Proses terjadinya masalah


Factor Predisposisi

Biologis psikologis sosio cultural

Factor presipitasi

Nature Origin Timing Number

18
Penilaian Terhadap Stressor

Kognitif Afektif Fisiologis Respon sosial

Sumber Koping

Kemampuan personal Dukungan Sosial Aset Materi Keyakinan Positif

Mekanisme Koping

Respon Adaptif

Maladaptif Konstruksi
Destruktif Respo

(Arta Deborah Simanjuntak on Dec 29, 2017)


2.3.4 Manifestasi klinis

Ciri serta indikasi Bila kita observasi, hingga hendak didapatkan


ciri& indikasi selaku berikut:

• Adanya bagian badan yang hilang

• Adanya wujud badan yang berubah

• Klien menyembunyikan badan yang bermasalah

• Klien menjauhi buat memandang bagian tubuhnya

• Klien menjauhi buat memegang bagian tubuhnya

• Adanya penyusutan pada kegiatan social klien.

• Adapun informasi yang didapatkan perawat dikala melaksanakan


wawancara dengan klien merupakan: Terdapatnya penolakan klien
terhadap pergantian anggota badannya serta klien mengatakan perihal

19
negatif tentang ketidak berfungsian anggota badannya. Klien
mempunyai perasaaan tidak berdaya, putus asa, serta tidak berharga.
Klien tidak ingin berbicara dengan yang lain. Klien menuntut anggota
badan yang tidak berperan.

2. 3. 5 Penatalaksanaan Medis

2. 3. 5. 1 Aksi secara umum

Terhadap Klien.

Goal: Klien sanggup mengenali citra badannya, klien sanggup


memahami aspek positif pada dirinya, klien sanggup memahami trik-
trik guna tingkatkan citra badannya. Klien sanggup melakukan trik- trik
guna tingkatkan citra badannya, klien sanggup berbicara bersama orang
lain tanpa terdapatnya kendala.

Intervensi keperawatan Evaluasi kendala citra badan, pasrah dengan


kondisi badannya.

Penilaian asesmen kendala citra badan, faidah mempunyai harapan


positif serta belajar mengatur rasa tidakberdaya.

SP 1 Klien: evaluasi permasalahan citra tubuhdan pasrah dengan


kondisi badan.

SP2: evaluasi asesmen gangguan citra tubuh, faidahmengendalikan rasa


tidak berdaya

B. Konsep Dasar Keperawatan


1.Pengkajian
Tahapan pengumpulan data terhadap status kesehatan pasien secara
sistematis, menyeluruh,akurat, singkat dan berkesinambungan. Data

20
dapat diperoleh dengan melalui anamnesa,observasi, dan pemeriksaan
penunjang dan kemudian didokumetasikan (dalami, 2016)
a.Mengkaji identitas dan keadaan umum anak
Pengkajian terdiri dari pemeriksaan umum seperti identitas
anak,penanggungjawab khususnya orangtua atau pengasuh,
pemeriksaan status kesadaran.
b.Keluhan utama
Pengkajian ini dilakukan dengan wawancara terhadap anak dan
orangtua tentang apa yang dikeluhkan oleh anak karena konsep dirinya.
Contoh : anak mengeluh tidak percaya dengan bentuk tubuhnya dan
tidak percaya diri dengan fisiknya.
c.Riwayat gangguan konsep diri pada anak
Remaja awal, individu dimulai pada tahap memantapkan konsep diri
yang dimiliki bisa melalui pengalaman yang didapatkan dari
lingkungan sosial dan bagaimana cara individu memandang dirinya
sendiri. Pengalaman yang menyenangkan akan memberikan pengaruh
positif terhadap konsep dirinya, dan begitu juga sebaliknya. Contoh :
pengalaman yang menyenangkan yaitu mendapat pujian dari orangtua
an mendapat perhatian dari orangtua dan temannya. Sedangkan
pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu diejek tentang bentuk
tubuhnya dan dipanggil gemuk oleh orang sekitarnya (Yuliana &
Dieny, 2018)

d.Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan keluarga dilakukan dengan menanyakan riwayat


obesitas pada tiga generasi. Contoh: Orangtua mengungkapkan jika
dulu dirinya juga pada saat remaja mengalami obesitas.
e.Pengetahuan orangtua
Orangtua yang mempunyai pengetahuan yang rendah memiliki potensi
yang lebih besar untuk membuat anaknya obesitas dikarenakan tidak

21
memahami terhadap pola pemberian makan, orangtua memberikan
makan tidak seimbang sehingga dapat menyebabkan obesitas.
f.Pola istirahat tidur
Remaja yang mengalami gangguan konsep diri biasanya mengalami
gangguan pola tidur karena
selalu membayangkan betapa sedihnya ketika dia berbeda dari yang
lain.
g.Pola peran dan hubungan
Peran dan hubungan pada remaja dengan gangguan konsep diri
biasanya akan muncul sifat tidak mempunyai harga diri dan sering
merasa tidak puas dengan keadaan dirinya.
h.Pola persepsi sensori
Menjelaskan sensori dankognitif. Pola sensori meliputi pengkajiam
fungi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau maupun
kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan kognitif didalamnya
mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap peristiwa yang
telah lama terjadi, atau baru terjadi, kemampuan orientasi klien
terhadap waktu, tempat dan nama (orangtua atau benda). Apakah
terdapat masalah gangguan terhadap penglihatan, pendengaran persepsi
sensori (nyeri), penciuman dan lain.

i.Pola persepsi diri maupun konsep diri


Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan. Kemampuan konsep diri, peran, identitas dan ide diri
sendiri. Manusia sebagai sistem terbuka dimana keseluruhan bagian
manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya. Di samping sebagai
system terbuka, manusia juga sebagai mahluk bio-psiko-sosio-kultural-
spiritual dan dalam pandangan secara holistik.
j.Pola mekanisme koping
Remaja yang mengalami gangguan konsep diri dia akan bisa menutup
dirinya dan mengisolasikan dirinya karena dia merasa dirinya tidak
mempunyai kemampuan apa-apa.

22
k.Pola nilai dan kepercayaan
Remaja yang mengalami gangguan konsep diri biasanya mempunyai
keyakinan bahwa saat dirinya berbeda dengan yang lain dia akan
tertinggal dari yang lain. Hal ini justru akan membuat tumbuh kembang
anak atau psikologi anak terhambat.

2.Diagnosa Keperawatan
a.Pengertian kesiapan meningkatkan konsep diri
Kesiapan meningkatkan konsep diri adalah suatu pola persepsi atau
gagasan tentang diri, yang dapat diperkuat (dalami, 2016).

b.Batasan Karakteristik
(dalami, 2016)ada 10 batasan karakteristik pada kesiapan
meningkatkan konsep diri antara lain:
1)Kepuasan terhadap pikiran tentang diri sendiri.
2)Kepuasan terhadap identitas pribadi.
3)Kepuasan terhadap rasa berharga.
4)Menerima kekuatan.
5)Menerima keterbatasan.
6)Mengekspresikan kepuasan terhadap citra tubuh.
7)Mengekspresikan minat untuk meningkatkan kinerja peran.
8)Mengekspresikan minat untuk meningkatkan konsep diri.
9)Percaya diri dengan kemampuan.
10)Tindakan selaras dengan ekspresi verbal.
3.Intervensi
Rencana keperawatan remaja obesitas dengan fokus studi kesiapan
meningkatkan konsep diri berdasarkan NOC(Nursing Outcome
Classification)dan intervensi NIC (Nursing Intervention
Classificstion).

NIC: Peningkatan citra tubuh

23
Intervensi:

a. Tentukan harapan citra diri penderita didasarkan pada tahap


pertumbuhan. Bagi Kusuma( 2014) perubahn raga umur 13- 15 tahun
merupakan: anak muda pada masa ini hadapi perkembangan raga serta
intim dengan kilat. Benak difokuskan pada keberadaanya serta pada
kelompok sebaya. Bukti diri paling utama difokuskan pada pergantian
raga serta atensi pada kondisi wajar. Sikap intim anak muda pada masa
ini lebih bertabiat menyelidiki, serta tidak membedakan. Sehingga
kontak raga dengan sahabat sebaya merupakan wajar. Anak muda pada
masa ini berupaya buat tidak tergantung pada orang lain. Rasa
penasaran yang besar atas diri sendiri menimbulkan anak muda
memerlukan pribadi.

b. Pakai tutorial antisipasif mempersiapkan penderita terpaut dengan


perubahan- perubahan citra badan yang( sudah) diprediksikan.
Pemberian anticipatory guidance hendak efisien apabila diberikan
dalam wujud pelatihan memakai materi. Materi ialah penjelasan
terkecil bahan belajar((Amar et al., 2018).

c. Tentukan bila ada perasaan tidak suka terhadap ciri raga spesial yang
menghasilkan disfungsi paralisis soal buat anak muda serta kelompok
dengan efek besar lain.

d. Bantu penderita buat mendiskusikan perubahan- perubahan( bagian


badan) diakibatkan terdapatnya penyakit ataupun operasi, dengan
metode yang pas. Operasi dicoba sebab sebagian alibi semacam
diagnostik( biopsi, laparatomi, eksplorasi), kuratif( eksisi massa
tumor,penaikan apendiks yang hadapi inflamasi hendak memunculkan
sisa cedera diperut), reparatif( membetulkan cedera multiple),
rekonstruksi misal pada wajah serta paliatif(Amar et al., 2018).

24
e. Bantu penderita memastikan keberlanjutan dari perubahan-
perubahan aktual diri badan ataupun tingkatan gunanya. Segenap
kemampuan diri dengan pembelajaran dariseorang orang akan bisa
tumbuh dengan baik bisa meningkatkan kemampuan dirinya secara
aktif biar mempunyai pengendalian diri, kecerdasan, keahlian dalam
bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, karakter dan akhlak
mulia(Amar et al., 2018)

f. Tentukan pergantian raga dikala ini apakah berkontribusi pada citra


diri penderita. Pergantian raga yang sangat signifikan memunculkan
akibat patologis yang tidak di idamkan. Salah satu aspek dari pergantian
raga dimana anak muda jadi sangat mencermati kondisi badannya
dibanding dengan aspek lain. Masa anak muda ini merupakan masa
yang penuh atensi dengan wujud raga serta penampilan (Amar et al.,
2018)

g. Bantu penderita memisahkan penampilan raga dari perasaan


berharga secara individu, dengan metode yang pas. Penampilan raga
untuk anak muda ialah perihal yang sangat berarti disebabkan pada
masa ini orang mulai berhubungan dengan area sosialnya serta pula
lawan jenisnya. Namun tidak bisa dipungkiri kalau penampilan bisa
pengaruhi orang gimana memandang dirinya serta kesimpulannya
hendak pengaruhi konsep dirinya(Nourmalita, 2016)).

h. Bantu penderita buat memastikan pengaruh dari peer group terhadap


anggapan penderita menimpa citra badan dikala ini. Peer group ataupun
sahabat sebaya merupakan kanak- kanak ataupun anak muda yang
mempunyai umur yang sama ataupun maturasi yang sama serta diantara
mereka terjalin keakraban(Merita et al., 2020)).

l. Ajarkan pada penderita menimpa perubahan- perubahan wajar yang


terjalin dalam badannya terpaut dengan sebagian sesi proses penuaan,
dengan metode yang pas.

25
j. Bantu penderita buat mendiskusikan perubahan- perubahan yang
diakibatkan olehkehamilan wajar dengan metode yang pas.

k. Bantu penderita buat mendiskusikan perubahan- perubahan


diakibatkan oleh penuaan dengan metode yang pas.meter. Bantu
penderita buat mendiskusikan stresor yang pengaruhi citra diri terpaut
dengan keadaan kongenital, luka, penyakit ataupun operasi.

n. Identifikasi akibat dari budaya penderita, agama, ras, tipe kelamin,


serta umur terpaut dengan citra diri.

o. Monitor frekuensi dari statment mengkritisi diri.

p. Monitor apakah penderita dapat memandang bagian tubuhmana yang


berganti. Pada anak pria, pergantian seks primer masa pubertas
diisyarati dengan mimpi basah, sebaliknya pergantian sekunder
berbentuk suara mulai berganti, berkembang rambut di wilayah ketiak,
kumis, jenggot, alatkelamin. Sedangkan pergantian seks primer anak
wanita diisyarati dengan haid awal kali( menarche) serta umumnya
diiringi dengan pergantian organ intim sekunder ialah mempunyai buah
dada serta pinggul yang membengkak. Pergantian raga yang dirasakan
anak muda selamamasa pubertas membagikan akibat untuk pergantian
psikologis serta sosial

q. Monitor statment yang mengenali citra badan menimpa dimensi serta


berat tubuh.

r. Tentukan anggapan penderita serta keluarga terpaut dengan


pergantian citra diri serta kenyataan.

4.Implementasi

26
Tahapan ini perawat melakukan tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai (dalami, 2016). Penulis akan melaksanakan rencana tindakan
yang telah ditetapkan dalam proses pengelolaan kasus asuhan
keperawatan pada 2 anak obesitas selama 3 hari.

5.Evaluasi

Penilaian yang diharapkan bersumber pada intervensi keperawatan


pada diagnosa kesiapan tingkatkan konsep diri dengan anak muda yang
hadapi kegemukan semacam tertera dalam tabel 3. 2 dibawah ini. Tabel
2. 2 Kriteria hasil serta skala dalam penilaian kesiapan tingkatkan
konsep diri pada anak muda kegemukan.

1. Proses Keperawatan

Aksi keperawatan buat penderita serta keluarga dicoba pada tiap


pertemuan, minimun 4 kali pertemuan serta dilanjutkan hingga
penderita serta keluarga sanggup tingkatkan citra badan.

a. Aksi Keperawatan buat Penderita Kendala Citra Badan:

1) Penderita bisa mengenali Citra Tubuhnya

2) Penderita bisa mengenali kemampuan( aspek positif) dirinya

3) Penderita bisa mengenali cara- cara buat tingkatkan citra tubuh

4) Penderita bisa melaksanakan cara- cara buat tingkatkan citra tubuh

5) Penderita bisa berhubungan dengan orang lain tanpa terganggu

b. Aksi Keperawatan

27
1) Asesmen citra badan( kendala serta kemampuan) serta menerima
kondisi badan dikala ini

2) Latih metode tingkatkan citra tubuh

SP1 Penderita: Pengkajian serta Menerima Citra Badan serta Latihan


Tingkatkan Citra Tubuh

a. Bina ikatan silih yakin:

1) Mengucapkan salam terapeutik, menghadirkan diri, panggil


penderita cocok nama panggilan yang disukai.

2) Menarangkan tujuan interaksi: melatih pengendalian


ketidakberdayaan supaya proses pengobatan lebih kilat.

3) Membuat kontrak( inform consent) 2 kali pertemuan latihan


pengendalian Kendala Citra Tubuh

b. Bantu penderita memahami kendala citra badannya:

1) Bantu penderita buat mengenali serta menguraikan perasaanya

2) Bantu penderita memahami pemicu Kendala Citra Tubuhnya

3) Bantu pasienmenyadari sikap akibat Kendala Citra Tubuhnya

c. Diskusikan anggapan penderita tentang citra badannya: dahulu serta


dikala ini, perasaan tentang citra badannya serta harapan terhadap citra
badannya dikala ini.

d. Diskusikan kemampuan bagian badan yang lain yang masih sehat

e. Bantu penderita buat tingkatkan guna bagian badan yang terganggu

f. Bantu memakai bagian badan yang masih sehat

28
SP 2 Penderita: Penilaian Citra Badan serta Latihan Kenaikan Citra
Badan serta Bersosialisasi.

a. Pertahankan rasa yakin pasien

1) Mengucapkan salam serta berikan motivasi

2) Asesmen ulang citra badan serta hasli latihan kenaikan citra tubuh

3) Membuat kontrak ulang: latihan kenaikan citra tubuh

b. Motivasi penderita buat melaksanakan kegiatan yang menuju pada


pembuatan badan yang ideal

c. Ajarkan penderita tingkatkan citra badan dengan metode:

1) Pakai protese, wig, kosmetik ataupun yang yang lain sesegera bisa
jadi, pakai baju baru( bila dibutuhkan)

2) Motivasi penderita buat memandang bagian yang hilang secara


bertahap

d. Jalani interaksi secara bertahap dengan metode:

1) Susun agenda aktivitas sehari- hari

2) Dorong melaksanakan kegiatan tiap hari serta ikut serta dalam


kegiatan dalam keluarga serta sosial

3) Dorong buat mengunjung sahabat serta orang lain yang berarti/


memiliki kedudukan pentingbaginya

4) Beri pujian terhadap keberhasilan penderita melaksanakan interaksi


bantu pasein memandang, memegang bagian badan yang terganggut.

29
2 Pohon Masalah

Harga diri rendah


situasional

Gangguan Citra tubuh

Obesitas

30
BAB III

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Hasil study kasus


Berdasarkan pengkajian yang di lakukan oleh penulis pada 02
desember 2020 jam 08.30 WIB dirumah An.A,di dapatkan hasil
pengkajian pasien bernama An.A berusia 19 tahun jenis kelamin
Perempuan. Pasien beragama Islam yang bertempat tinggal di jl
menoreh raya no 18 sampangan. Pasien merupakan karyawan swasta,
belum menikah dan pendidikan terakhir SMA. Pasien tidak mau keluar
rumah dalam kurun waktu satu bulan pasien sering melamun,
mengurung diri, dan bingung. Bab ini akan memaparkan resume
keperawatan “asuhan keperawatan An.A dengan Obesitas di Kota
Semarang” yang meliputi pengkajian, analisis data, diagnosis
keperawatan, intervensi, implementasi, serta evaluasi hasil
implementasi. Sehingga deskripsi kasus diperoleh sebagai berikut:

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian ini dilaksanakan pada tanggal 2 desember 2020 selama 2
hari. Sebelumnya penulis telah meminta persetujuan kepada An.A
Dengan mendatangi langsung rumahnya untuk dilakukan pengkajian
dan asuhan keperawatan. An.A berumur 19 tahun beragama islam
dengan pendidikan SMA, Ibu An A bernama Ny.S adalah orang
terdekat klien, Ny.S tinggal di jl menoreh raya no 18 sampangan.
Dengan pekerjaan ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SD.
a. Alasan masuk : Klien mengatakan malu untuk keluar rumah dan
berinteraksi dengan orang lain karena kondisi fisik klien yang memiliki
tubuh besar disebabkan berat badan yang berlebihan.

b. Fisik

31
Pemeriksaan TTV dengan hasil : Tekanan darah: 120/80 mmhg, N: 88
x/mnt, kondisi suhu tubuh: 36 °C, RR: 23 kali/mnt, TB: 145 cm,BB:
68 kg. An.A juga mengatakan malu dengajn bentuk tubuhnya sekarang.
Bentuk Mata silindris, konjungtiva anemis, fungsi penglihatan masih
normal. Mulut bentuk bibir simetris, gigi bersih dan lengkap, lidah
bersih, tidak ada kelainan fungsi pada pengecapan.
Sedangkan,ekstremitas pada An.A meliputi atas dengan fungsi
pergerakan tangan normal, tidak terdapat edema, tangan masih utuh.
Bawah fungsi pergerakan kaki normal, tidak ada edema. Dada dengan
bentuk dan pergerakan dinding dada simetris, tidak terdengar bunyi
ronkhi, dan RR normal. Dan pada perut An A tidak ditemukan adanya
kelaninan dalam bentuk abdomen, tidak ada nyeri tekan, dan tidak
terdapat edema atau luka.
c. Pola Presipitasi (Stimulasi Perkembangan)
Pada An A meliputi faktor pertama Biologis dengan Imunasi,Nutrisi
cukup. Faktor kedua ada faktor psikologis dan sosialbudaya ada 4 faktor
meliputi faktor yang pertama Psikoseksual. Dimana Pemenuhan
kepuasan fase oral dengan meneteki sendiri, Pemenuhan kepuasan fase
anal: toilet traning (bladder &bowel training),Pemenuhan kepuasan
fase phalik dengan menggunakan Pakaian dan permainan sesuai jenis
kelamin,Pemenuhan kepuasan fase laten dengan diberi kesempatan
bergaul dengan teman sebaya. Selanjutnya, Pemenuhan kepuasan fase
genital diberikan kesempatan bergaul dengan lawan jenis dengan
menggunakan faktor Psikososial dapat membangun rasa percaya
dengan segera mambantu jika anak minta pertolongan,meningkatkan
otonomi,memberi kesempatan anak mengeksplorasi
lingkungan,merangsang inisiatif dan merespon setiap pertanyaan anak,
memberi kesempatan ikut melakukan pekerjaan
rumah,mengembangkan rasa percaya diri seperti diberi kesempatan
bermain dengan teman sebaya, sebagai pembentukan identitas sehingga
memiliki cita-cita yang jelas dan realistis dapat menciptakan

32
kemesraan dengan masyarakat :menolak untuk mencari partner
kehidupan,Pro duktif : kerjaan belum tetap, dan kepuasan hidup : nyesal,
sia-sia. Faktor yang ketiga yaitu faktor kognitif dengan merangsang
sensori pada usia bayi, melihatkan benda berwarna dan bisa bergerak,
melatih menggenggam benda, mengajak bicara/ bercanda,
mengembangkan berfukir konkrit, mengenalkan ( warna, benda,
membaca, menulis, menggambar, berhitung), formal operasional,dan
memberi kesempatan anak bertanya, bercerita.Selanjutnya faktor
keemapt faktor terakhir yaitu faktor Moral dengan mengajarkan nilai-
nilai Agama sekaligus norma Sosial dan Budaya untuk melatih dislipin
diri dengan memberikan hadiah terhadap ketaatan dan hukuman
terhadap pelanggaran.

d. Penilaian Terhadap Stressor


Penilaian An.A terhadap stressor/ stimulasi tum-bang mengancam,
Perilaku sosial yang tampak pada klien lebih aktif mencari informasi
dengan merubah lingkungan yang penuh stressor dan Mengabaikan
kondisi-kondisi eksternal yang berakibat buruk. Berikutnya Persepsi
individu terhadap masalah An A memandang masalahnya sebagai suatu
ancaman terhadap dirinya karena An A merasa malu akan berat badan
yang dialami. Sedangkan Persepsi keluarga terhadap masalah biasanya
Keluarga memandang masalah ini harus segera diselesaikan dan
sedangkan, keluarga selalu mensupport/ mendukung klien untuk tetap
bersemangat menjalani kehidupannya dan untuk tetap bersyukur.
e. Sumber Koping
An A memiliki kemampuan pesonal problem solving skill kurang
dengan konsep diri negatif,semangat serta sosial skill rendah/.kurang
dengan intelegensia Rata-rata pengetahuan An A tumbuh kembang
yang cukup disertai sistem pendukung yang baik terhadap koping dan
pola asuh yang baik. Dukungan Sosial An A paling besar dari Keluarga

33
sedangakan jaringan sosial (perkumpulan, organisasi) An A
mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan dimasyarakat atau
organisasi lainnya. Namun Stabilitas budaya klien sangat menghargai
tradisi yang ada dilingkungannya. Dengan aset material An A untuk
penghasilan dan kekayaan yang dimiliki orangtuanya cukup apalagi
dengan menggunakan pelayanan kesehatan yang terjangkau.
Keyakinan An A mengatakan percaya kepada allah dan klien beragama
islam.Klien merasa sehat, namun klien merasa malu ketika harus
berinteraksi dengan orang lain.
f. Genogram
An A adalah anak ke-1 dari 2 bersaudara, klien berumur 19 tahun.
Klien mengatakan belum menikah dan hidup satu rumah dengan kedua
orang tuanya ,orang terdekat klien adalah orang tua klien.
g. Kebiasaan Koping
Yang digunakan An A berbicara dengan orang lain aktifitas konstruktif
dan dapat menyelesaikan masalah.

2. ANALISIS DATA
Hasil pengkajian yang telah di lakukan penulis pada tanggal 02
desember 2020 dapat ditemukan masalah keperawatan yaitu :

a. Gangguan citra tubuh : Harga diri rendah situasional


Masalah tersebut ditandai dengan adanya data subyektif pasien yaitu
pasien mengatakan “klien mengatakan malu karena terdapat bentuk
badanya yang besar” dan data objektif pasien tampak menyembuyikan
bagian tubuhnya dengan menggunakan pakaian yang lebih besar,
kontak mata kurang, tidak bergairah/lesu,ekspresi datar.

34
Dari data diatas penulis memperoleh data untuk diagnosa utama yaitu
Gangguan citra tubuh.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Citra Tubuh ditandai dengan penampilan tubuh yang tidak
ideal.

4. INTERVENSI
Maslah yang muncul pada tanggal 02 desember 2020 tersebut,
selanjutnya di susun rencana Tindakan keperawatan yang digunakan
sebagai tindak lanjut tindakan keperawatan kepada An.A
Gangguan citra tubuh : Harga diri rendah situasional sesudah
dilakukan Tindakan keperawatan selama 2 x 8 jam di harapkan pasien
dapat mengidentifikasi citra tubuhnya ,mengetahui dan menjalankan
cara untuk tingkatkan citra tubuh. Dengan kriteria hasil : Tidak fokus
berlebihan pada angota tubuh, menerima keadaan anggota tubuhnya
saat ini, dan dapat lebih percaya diri.
Intervensi Gangguan citra tubuh diatas dapat menggunakan
terapi/tindakan keperawatan dengan menggunakan SP 1 pada tanggal
02 Desember jam 08.30 untuk planning identifikasi rasa An.A
mengenai bagian tubuh yang kurang ,maupun yang mengalami
gangguan , kerjasama bersama klien mengenai aspek bermanfaat
terhadap tubuh, melatih fungsi bagian tubuh yang masih baik,kemudian
evaluasi perasaan pasien.
Kemudian SP 2 pada tanggal 03 desember 2020 jam 10.00 planning
kerjasama pasien lebih terbuka tentang perasaanya, latihan koordinasi
fungi anggota tubuhnya,rencana kegiatan yang dapat dilakukan
kedepannya,kemudian evaluasi perasaan pasien.
5. Implementasi

35
Implementasi telah di susun berdasarkan masalah, kemudian dilakukan
implementasi sebagai tindak lanjut dari proses asuhan keperawatan
pada An. A. Implementasi yang dilakukan ini untuk mengatasi pasien
pada tanggal 02 Desember 2020 yaitu
Gangguan citra tubuh : Harga diri rendah situasional
Pada hari Rabu ,02 desember 2020 jam 09:00 setelah dilakukan
identifikasi ditemukan Data subjektif klien mengatakan malu terhadap
bentuk tubuhnya yang besar,klien mengatakan takut dengan reaksi
orang lain. Daengan data objektif fokus berlebihan pada perubahan
tubuh,menyembunyikan bagian tubuh,berubahnya struktur tubuh.
Dengan diagnosa keperawatan Gangguan citra tubuh diatas dapat
menggunakan terapi/tindakan keperawatan SP1 pasien dan rencana
asuhan keperawatan dilanjutkan dengan SP 2 pasien pada tanggal 03
desember 2020 untuk planning bisa mendengarkan musik yang disukai
oleh dan membaca novel dengan ervaluasi assasmen gangguan citra
tubuh, manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan
mengontrol perasaan tidak ketidakberdayaan.Seperti pertahankan rasa
percaya pasien mengucapkan salam dan memberi motivasi dan
asesmen,dengan mengulang ketidakberdayaan dan kemampuan
mengembangkan pikiran positif, memotivasi pasien untuk melakukan
aktivitas yang mengarah pada pembentukan tubuh ideal. Lakukan
interaksi secara bertahap dengan cara Susun jadwal sehari hari dan
dorong pasien melakukan aktivitas sehari hari jika bisa mengontrol
perasaan ketidakberdayaan dan dapat mengembangkan pikiran positif
beri pujian terhadap keberhasilannya.

6. EVALUASI

Evaluasi merupakan Tindakan untuk mengukur respon pasien


terhadap Tindakan asuhan keperawatan yang sudah diterima untuk
kemajuan pasien pada tanggal 02 desember 2020

36
Gangguan citra tubuh : Harga diri rendah situasional
Evaluasi pada hari pertama tanggal 02 desember 2020 didapatkan hasil
hasil subjektif yaitu klien mengatakan masih merasa malu saat
berinteraksi dengan orang lain. Pada data objektif ditemukan klien
mampu mengidentifikasi citra tubuhnya,mampu menguraikan
perasaannya,penyebab dan akibat dari gangguan citra tubuh, dan
mampu meningkatkan citra tubuhnya dengan olahraga dan diet
makanan yang sehat. Assesment dalam penilaian implementasi adalah
Gangguan citra tubuh teratasi sebagaian dan rencana tindak lanjut
dengan memasukan kegiatan pola hidup sehat dan olahraga dalam
kegiatan sehari-hari.

Evaluasi pada hari kedua tanggal 03 desember 2020 2020


didapatkan data subjektif klien mengatakan mampu menerima keadaan
saat ini dan mampu berinteraksi dengan orang lain. Dan mengatakan
perasaan negative berkurang,lebih merasa tenang tidak berlebihan pada
perubahan tubuhnya. Pada data objektif Klien tampak kooperatif
,terlihat tenang dan mampu menerima keadaanya. Assement dalam
penilaian implementasi adalah masalah teratasi ,rencana tindak lanjut
memasukkan kegiatan mendengaran musik yg disukai klien dalam
jadwal kegiatan sehari-hari dengan interaksi bersama oranglain 3x
dalam sehari bisa pukul 12:00 , 14.00 dan 16:00.

37
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB IV ini penulis membahas mengenai asuhan keperawatan pada


An. A dengan kasus gangguan citra tubuh yang telah dilaksanakan sesuai
dengan teori yang didapat. Asuhan keperawatan pada An.A yang dikelola
selama 2 hari dari tanggal 02 desember 2020 sampai dengan 03 desember
2020. Asuhan keperawatan yang sistematis pada pasien adalah dengan
melakukan pengkajian, menentukan diagnose, menentukan rencana
keperawatan yang akan dilakukan, melakukan tindakan keperawatan, dan
kemudian mengevaluasi asuhan keperawatan yang sudah di berikan kepada
An.A dan didapatkan hasil sebagai berikut :

A. Pengkajian
(Jannah, 2019) Pengkajian dalam proses keperawatan merupakan
tahap awal dari semua proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi data pasien di rumah sakit, mungukur data,
memvalidasi data, dan yang terakhir mendokumentasikan data yang
diperoleh. Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai keyataan, kebenaran
data sangatlah penting untuk merumuskan suatu masalah keperawatan
atau diagnose keperawatan dan memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien sesuai dengan kondisi yang dialami pasien.
Berdasarkan pengkajian yang sudah di lakukan penulis di
dapatkan data sebagai berikut: pasien bernama An,A dengan umur 19
tahun dengan keluhan klien tidak menerima dan menolak kondisi fisik
klien yang memiliki tubuh besar disebabkan berat badan yang
berlebihan.. pasien tampak lesu, tidak bergairah, tampak tidak pede
,tidak ingin interaksi dengan masyarakat dan engan kembali bekerja.
Dari pengkajian sampai Analisa data ditemukan masalah keperawatan
yaitu :
1. Konsep diri : Harga diri rendah situasional

38
A. Diagnosa

Menurut SDKI DPP (PPNI, 2017) diagnosa keperawatan adalah suatu


penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap suatu masalah
Kesehatan yang berlangsung secara actual maupun potensial. Diagnose
keperawatan juga mempunyai tujuan untuk mengidentifikasi respon
pasien secara individu maupun keluarga terhadap situasi lingkungan
yang terkait.

Dari hasil pengkajiann yang dilakukan oleh penulis ditemukan pasien


An. A dengan diagnose Gangguan citra tubuh : Harga diri rendah
situasional. Menurut Sumber Buku Skill Of Laboratory keperawatan
jiwa 1 program studi pendidikan nersfakultas ilmu keperawatan
universitas islam sultan agung 2018–2019) Gangguan citra tubuh citra
tubuh adalah salah satu bagian konsep diri yang Mana dipengaruhi Oleh
Perkembangan Selain Itu, Citra Tubuh Merupakan kumpulan dari sikap
individu, disadari ataupun tidak disadari terhadap tubuhnya, termasuk
didalamnya persepsi seseorang mengenai masa lalu dan masa sekarang,
serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi.
Gangguan citra tubuh merupakan persepsi ketidakpuasan akan
perubahan tubuh karena tidak seperti keinginanan oleh individu yang
bersangkutan.

Diagnose keperawatan Gangguan Citra Tubuh ditandai dengan


penampilan tubuh yang tidak ideal. Alasan penulis mengangkat
diagnosa Gangguan Citra Tubuh ditandai dengan penampilan tubuh
yang tidak ideal karena dalam pengkajian An.A mengatakan tidak
menerima perubahan pada dirinya saat ini. Penulis memprioritaskan
diagnosa Gangguan Citra Tubuh karena Gangguan Citra Tubuh jika

39
dibiarkan terus menerus akan menebabkan seseorang mengalami Harga
Diri Rendah situasional.

B. Intervensi
Menurut SDKI DPP 2017 intervensi keperawatan merupakan treatment
yang dilakukan oleh perawat yang dikerjakan berdasarkan pengetahuan
dan penilaian klinis untuk mencapai outcome yang di harapkan.

Intervensi atau perencanaan yang ditetapkan oleh penulis untuk


mengatasi masalah Gangguan Citra Tubuh ditandai dengan penampilan
tubuh yang tidak ideal. Dilakukan tindakan keperawatan dengan
penerapan SP 1 pasien assesment gangguan citra tubuh dan menerima
keadaan tubuh saat ini dan pada tanggal SP 2 Evaluasi assasmen
gangguan citra tubuh, manfaat mengembangkan harapan positif dan
latihan mengontrol perasaan tidak ketidakberdayaan. selama 2x 24 jam
diharapkan Gangguan Citra Tubuh dapat berkurang dengan kriteria
hasil Klien mampu membina hubungan saling percaya, mengucapkan
salam salam tarapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien dengan
nama yang disukai, menjelaskan tujuan interaksi.

D. Implementasi

Menurut SDKI DPP 2017 implementasi adalah suatu aktivitas yang di


lakukan oleh perawat untuk mengimplementasikan suatu rencana
keperawatan.

Implementasi yang dilakukan penulis pada tanggal 02 desember 2020


jam 07.30. Tindakan keperawatan yang di lakukan pada An.A yaitu
dengan menggunakan SP 1 Assesment gangguan citra tubuh dan
menerima keadaan tubuh saat ini. Dengan klien mampu membina
hubungan saling percaya, mengucapkan salam salam tarapeutik ,
memperkenalkan diri, panggil pasien dengan nama yang disukai,

40
menjelaskan tujuan interaksi : latihan pengendalian gangguan citra
tubuh, bantu pasien mengenal gangguan citra tubuhnya, membantu
pasien untuk lebih mrngidentifikasi dengan mengapreasikan rasaanya,
mengenal penyebab gangguan citra tubuh dan menyadari perilaku
akibat gangguan citra tubuhnya, diskusikan persepsi pasien tentang
citra tubuhnya dulu dan saat ini. Perasaan tentang citra tubuhnya dan
harapan terhadap citra tubuhnya saat ini.
Kemudian dilanjutkan SP 2 pada tanggal 03 desember 2020 pasien
evaluasi assasmen gangguan citra tubuh, manfaat mengembangkan
harapan positif yang mengarah pada pembentukan tubuh ideal
,Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara seperti:Susun jadwal
sehari hari dan dorong pasien melakukan aktivitas sehari hari beri
pujian terhadap keberhasilannya.dan membina hubungan saling
percaya dengan menyapa pasien dengan sopan, memperkenalkan diri
dengan sopan, menanyakan nama lengkap dan menanyakan nama
panggilan yang sering di gunakan atau yang pasien suka, menjelaskan
tujuan dilakukan pertemuan, menepati janji dengan pasien seperti
menempati janji untuk bertemu untuk berbincang-bincang,
menunjukkan sikap menerima pasien apa adanya, memberi perhatian
pada klien, memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan
perasaan tentang apa yang dialaminya, membantu pasien memilih
kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien, melatih
pasien sesuai kemampuan yang dipilih, memberikan pujian terhadap
keberhasilan pasien dalam melakukan kegiatan, menganjurkan klien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Pasien mampu
mengungkapkan perasaannya, dan pasien bersedia memasukkan
kegiatan yang sudah di tentukan dalam jadwal kegiatan harian serta
mau untuk melakukannya.

Saat menerapkan SP1 dan SP2 tidak terdapat hambatan,klien


melakukan dengan kooperatif saat dilakukannya sebuah tindakan.

41
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhiryang bertujuan untuk menilai apakahtindakan
keperawatan yang telahdilakukan tercapai atau tidak untukmengatasi suatu
masalah (Meirisa,2013).

Dari hasil tindakan keperawatan selama 2 hari yang sudah diaplikasikan oleh
penulis dengan diagnose Gangguan citra tubuh : Harga diri rendah situasional
maka masalah dapat teratasi Sebagian. Penulis melakukan tindakan berikutnya
secara bertahap karena tindakan tersebut dapat membantu penulis untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dari diagnose yang sudah ditegakan.

42
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian yang sudah di lakukan penulis terhadap An.
A didapatkan data subyektif pasien mengatakan klien mengatakan
malu karena bentuk badanya yang besar. Data objektif pasien
tampak fokus berlebihan pada perubahan tubuh,menyembunyikan
bagian tubuh.
2. Berdasarkan pengkajian yang di lakukan penulis terhadap An. A
diagnosa yang muncul adalah Gangguan citra tubuh : Harga diri
rendah situasional.
3. Dari data yang sudah dikumpulkan penulis, perawat perlu
merencakanan asuhan keperawatan untuk mengukur kemampuan
pasien dalam berinteraksi dengan orang lain, menunjukan rasa
percaya diri, pasien mampu melakukan aktivitas dengan baik.
4. Untuk mengatasi masalah keperawatan dengan menarik diri penulis
melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan cara
melakukan SP 1 Assesment gangguan citra tubuh dan menerima
keadaan tubuh saat ini SP 2 Evaluasi assasmen gangguan citra tubuh,
manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol
perasaan tidak ketidakberdayaan.
5. Berdasarkan data yang di kumpulkan, penulis dapat mengevaluasi
An. A dengan gangguan Gangguan citra tubuh : Harga diri rendah
situasional supaya dapat mengukur keberhasilan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan.

B. Saran
Dari kesimpulan diatas maka penulis dapat memberikan saran antaralain:

1. Untuk institusi pendidikan

43
Hasil dari penulisan ilmiah ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan maupun keterampilan mahasiswa untuk mempersiapkan
tindakan keperawatan bagi klien gangguan citra tubuh.
2. Bagi profesi perawat
Saran dari penulis bagi perawat adalah agar perawat tetap
mempertahankan asuhan keperawatan yang telah sesuai dengan standar
prosedur yang diterapkan. Perawat juga harus mampu memodifikasi
intervensi maupun implementasi dengan baik sehingga masalah
keperawatan dapat teratasi sesuai yang diinginkan.
3. Bagi Lahan Praktik
Saran penulis bagi lahan praktik agar menambahkan skil dan
pengalaman bagaimana mengatasi klien dengan masalah gangguan
citra tubuh.
4. Bagi masyarakat

Diharapkan dapat dijadikan untuk menambah pengetahuan dan


wawasan tentang Gangguan citra tubuh. Agar dapat melakukan
penanganan segera jika terjadi tanda dan gejala gangguan citra tubuh.

44
REFERENCES
Ajar, B. (2019). Keperawatan Jiwa 1. 19 93.

Amar, M. I., Puspita, I. D., & Nasrullah, N. (2018). Implementasi Program


Bimbingan Persepsi Positive Body Image Terhadap Pengetahuan Gizi Remaja
dan Status Gizi Remaja Putri. Public Health Science Journal.

dalami. (2016). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan citra tubuh.
Journal of Chemical Information.

Denich, A. U., & Ifdil, I. (2015). Konsep Body Image Remaja Putri. Jurnal
Konseling Dan Pendidikan, 3(2), 55. https://doi.org/10.29210/116500

FAKTOR KETERLIBATAN REMAJA DENGAN MASALAH SOSIAL (Factors


Influencing Teens with Social Problems). (2019). Jurnal Hadhari.

Hendra, C., Manampiring, A. E., & Budiarso, F. (2016). Faktor-Faktor Risiko


Terhadap Obesitas. Jurnal E-Biomedik.

Ibrahim, R. H., Hendarto, A., Bardosono, S., & Alhadar, A. K. (2019). Hubungan
Asupan Kalori Total dan Makronutrien dengan Derajat Obesitas pada Remaja
Obesitas Usia 14-18 Tahun di Jakarta. Sari Pediatri.
https://doi.org/10.14238/sp21.3.2019.159-63

Jannah, M. (2019). METODE PENGUMPULAN DATA PADA PENGKAJIAN


PROSES.

Kemenkes RI. (2018). Pengertian Kesehatan Mental. Direkrorat Promkes Dan


Pemberdayaan Masyarakat.

Kurdanti, W., Suryani, I., Syamsiatun, N. H., Siwi, L. P., Adityanti, M. M.,
Mustikaningsih, D., & Sholihah, K. I. (2015). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian obesitas pada remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia,
11(4), 179. https://doi.org/10.22146/ijcn.22900

Manggabarani, S., Hadi, A. J., & Ishak, S. (2020). Jurnal pengabdian masyarakat
ilmu kesehatan. Jurnal Pengabdian Masyarakat Ilmu Kesehatan.

45
Merita, M., Hamzah, N., & Djayusmantoko, D. (2020). PERSEPSI CITRA
TUBUH, KECENDERUNGAN GANGGUAN MAKAN DAN STATUS
GIZI PADA REMAJA PUTRI DI KOTA JAMBI. Journal of Nutrition
College. https://doi.org/10.14710/jnc.v9i2.24603

Mulya, P. K. T. P., Ides, S. A., & Surianto, F. (2019). Self concept in adolescents
with obesity (qualitative study) at abdi wacana high school pontianak. Jurnal
Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 11(1).

Nourmalita, M. (2016). Pengaruh Citra Tubuh terhadap Gejala Body Dismorphic


Disorder yang Dimediasi Harga Diri pada Remaja Putri. SEMINAR ASEAN 2
Nd PSYCHOLOGY & HUMANITYEAN 2 Nd PSYCHOLOGY & HUMANITY.

Nuraini, A., & Murbawani, E. A. (2019). Hubungan Antara Ketebalan Lemak


Abdominal Dan Kadar Serum High Sensitivity C-Reactive Protein (Hs-Crp)
Pada Remaja. Journal of Nutrition College, 8(2), 81.
https://doi.org/10.14710/jnc.v8i2.23817

Pertiwi, V., Balgis, B., & Mashuri, Y. A. (2020a). Salah satu masalah gizi yang
terjadi pada remaja adalah kekurangan energi kronis (KEK). Riskesdas (2018).
Health Science Journal of Indonesia.

Pertiwi, V., Balgis, B., & Mashuri, Y. A. (2020b). The influence of body image and
gender in adolescent obesity. Health Science Journal of Indonesia.
https://doi.org/10.22435/hsji.v11i1.3068

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan


Indikator Diagnostik Edisi 1. In Dewan Pengurus Pusat PPNI.
https://doi.org/10.1093/molbev/msj087

Ramadhan, N. R., & Wijayanti, H. S. (2017). Dietary acid load, keseimbangan asam
basa tubuh dan resistensi insulin pada remaja obesitas. Journal of Nutrition
College. https://doi.org/10.14710/jnc.v6i1.16895

Sari, D. A. K. W., & Permatasari, A. I. (2016). Gambaran Citra Tubuh Siswi dengan
Obesitas. Jurnal Stikes.

46
Sugitami., Rayhana., Suryaalamsah, I., Rahmini., Akbar, Z, A., Harisatunnasyitoh,
Z., Azyah, D, I., Yuliarti, N, A, T., Annisa, S, N., Anandita, K., & Naufal, F,
R. (2019). Peningkatan pengetahuan tentang kegemukan dan obesitas pada
pengasuh pondok pesantren igbs darul marhamah desa jatisari kecamatan
cileungsi kabupaten bogor jawa barat. Prosiding Seminar Nasional
Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ, September.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaskat/article/viewFile/5434/3644

Yensasnidar, Y., Nurhamidah, N., & Putri, A. D. K. (2018). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian Obesitas. JURNAL KESEHATAN PERINTIS
(Perintis’s Health Journal).

Yuliana, B. N., & Dieny, F. F. (2013). KETIDAKPUASAN TERHADAP CITRA


TUBUH DAN KEJADIAN FEMALE ATHLETE TRIAD (FAT) PADA
REMAJA PUTRI. Journal of Nutrition College.
https://doi.org/10.14710/jnc.v2i4.3834

LAMPIRAN

47
Lampiran 1.
SURAT KESEDIAAN MEMBIMBING
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Wahyu Endang Setyowati,SKM,M.Kep
NIDN : 06-1207-7404
Pekerjaan : Dosen
Menyatakan bersedia menjadi pembimbing Karya Tulis Ilmiah atas nama
mahasiswa Prodi DIII Keperawatan FIK Unissula Semarang, sebagai berikut :
Nama : Artika Amelia
NIM : 40901800010
Judul KTI : Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Harga Diri Rendah
Situasional.
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 24 mei 2021


Pembimbing

(Wahyu Endang Setyowati,SKM,M.Kep)


NIDN : 06-1207-7404

Lampiran 2.
SURAT KETERANGAN KONSULTASI

48
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Wahyu Endang Setyowati,SKM,M.Kep
NIDN : 06-1207-7404
Pekerjaan : Dosen
Menyatakan bersedia menjadi pembimbing Karya Tulis Ilmiah atas nama
mahasiswa Prodi DIII Keperawatan FIK Unissula Semarang, sebagai berikut :
Nama : Artika Amelia
NIM : 40901800010
Judul KTI : Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Harga Diri Rendah
Situasional.
Menyatakan bahwa mahasiwa seperti yang disebutkan di atas benar-benar
telah melakukan konsultasi pada pembimbing KTI mulai tanggal 26 januari 2021
sampai dengan 28 mei 2021 Bertempat di prodi DIII Keperawatan FIK Unissula
Semarang.
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 24 mei 2021


Pembimbing

(Wahyu Endang Setyowati,SKM,nM.Kep)


NIDN : 06-1207-7404

Lampiran 3.
LEMBAR BERITA ACARA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A DENGAN HARGA DIRI

49
RENDAH SITUASIONAL

Nama : Artika Amelia


Nim : 40901800010

N Nama penguji Direvisi pada bagian Halama Ya Tidak Tanda tangan


o n
1. Ns. Betie Febriana, 1. Perbaiki pohon 1. 23 Ya -
M.Kep masalah.
2. Pada latar
belakang Ya -
ditambahkan 2. 1
pengertian harga
diri rendah -
3. 31-
situasional Ya
33
3. Perbaiki -
pembahasan -
2. Ns. Hj. Dwi Heppy 1. Judul dirubah 1. i,ii,i Ya -
Rochmawati, menjadi harga v
M.Kep, Sp.Kep.J diri rendah Ya -
situasional
2. Pada latar
2. 1 Ya -
belakang
ditambahkan
pengertian 3. 31-
harga diri 33
rendah
situasional 4. v,vii
3. Perbaiki i
pembahasan
4. Perbaiki
penulisan
gelar, tanda
kutip,dan
tanda bacanya.

5. Wahyu Endang 1. Diperbaiki dalam 1. 1 – Ya -


Setyowati, SKM, penulisan sele
M.Kep 2. Dicek lagi dalam sai
penulisan ejaan 2. 1- Ya
sele
sai

50
Lampiran 4.

51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63

Anda mungkin juga menyukai